id
Skripsi
Disusun Oleh:
I1307047
Skripsi
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
I1307047
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... ii
LEMBAR VALIDASI ........................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ........ iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. x
ABSTRACT ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI……………………........................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Atribut...................................................................... IV– 2
4.2 Pengolahan Data Tingkat Kepentingan, Penilaian dan
Harapan................................................................................. IV – 3
4.2.1 Tingkat Kepentingan Responden.............................. IV– 3
4.2.2 Tingkat Penilaian Kepuasan Responden................... IV– 4
4.2.3 Tingkat Harapan Responden..................................... IV– 5
4.2.4 Perhitungan GAP...................................................... IV– 6
4.3 Penentuan Karakteristik Teknis............................................ IV – 7
4.4 House of Quality.................................................................. IV–10
4.5 Bobot Karakteristik Teknis................................................... IV–12
4.6 Pengembangan Alternatif..................................................... IV–13
4.7 Penilaian dan Pemilihan Alternatif....................................... IV–15
4.8 Penetapan Dimensi Usulan Rancangan JPO......................... IV–19
4.9 Visualisasi Usulan Rancangan JPO..................................... IV–23
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL............................. V –1
5.1 House of Quality................................................................... V –1
5.2 GAP...................................................................................... V –2
5.3 Karakteristik Teknis.............................................................. V –3
5.4 Ergonomi .............................................................................. V –4
5.5 Pemilihan alternatif............................................................... V –5
5.6 Hasil Usulan Rancangan JPO............................................... V –5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... VI–1
6.1 Kesimpulan........................................................................... VI–1
6.2 Saran...................................................................................... VI–1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
In this method, for the first step the design is developed based on the
consumer’s voice (voice of customer) that obtained from the user complaints. The
second step assessed user’s voice level including user expectation level, user
satisfaction level and user interest level. Afterwards, the technical characteristics
and it weights, and the relationship of “what and how” were develop using House
of Quality. The final step of the study was the designing alternatives of the
pedestrian crossing bridge and selecting the best one.
The selected alternative had specifications are the flooring materials are h-
beam steel, strais design shaped “U”, the slope of the steps that correspond to
minimal energy consumption is 270 , the area running, high grip, high fence which
has been adapted from the anthropometry of Indonesian people. In addition, the
place of advertisement billboard elevated from the previous high. The pedestrian
crossing bridge can give the aesthetic value and improve the safety and
convenience of users in utilizing the pedestrian facilities.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai
batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika
penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
I- 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I- 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Permasalahan ergonomi yang banyak disorot saat ini juga dapat dijadikan
sebagai alasan keengganan masyarakat dalam memanfaatkan jembatan
penyeberangan. Keergonomisan suatu fasilitas umum merupakan hal vital yang
harus dipenuhi dalam sebuah pembangunan fasilitas umum. Karena, apabila suatu
fasilitas umum dibangun dengan tidak menggunakan prinsip ergonomi akan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi penggunanya. Salah satu aspek dari JPO
yang belum mempertimbangkan kaidah ergonomi dalam pembangunan JPO di
depan Kampus UNS dan UNSA contohnya adalah pembangunan anak tangga
jembatan. Berdasarkan observasi, pembangunan anak tangga di JPO depan
Kampus UNS yang landai yaitu dengan sudut 14,50 dan depan Kampus UNSA
yang curam yaitu 380. Dimana, pengguna mengeluh setelah menggunakan JPO.
Disamping itu, banyak anak tangga yang berlubang dan bangunannnya sudah
lapuk, sehingga licin. Dengan adanya permasalahan terkait pemanfaatan JPO,
maka dilakukan penelitian untuk memperoleh suara penyeberang jalan berkenaan
dengan pemanfaatan JPO agar dapat dioptimalkan.
Kemudian, untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan suara
konsumen tentang perancangan JPO yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya, maka digunakan metode Quality Function Deployment (QFD).
Metode QFD adalah metode perancangan produk yang melibatkan pengguna
dalam menentukan desain produk agar sesuai dengan keinginan pengguna.
Suara konsumen akan diterjemahkan dalam karakteristik teknis pada proses
perencanaan desain produk. QFD dapat diterapkan dalam ergonomi untuk
membantu memfokuskan suatu perancangan produk yang berorientasi pada
manusia. Penelitian dengan menggunakan QFD pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hastanti (2011) yang
merancang sebuah produk berupa alat bantu duduk pesinden. Produk ini dirancang
dengan melakukan wawancara untuk menemukan keluhan dan kebutuhan
pengguna. Berdasarkan penelitian dihasilkan produk alat bantu duduk pesinden
yang dapat memenuhi keinginan dan harapan penggunanya.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang keluhan dan kebutuhan
masyarakat dalam pemanfaatan JPO dan memberikan usulan rancangan JPO yang
ergonomis sesuai dengan harapancommit to user
masyarakat. Sehingga dengan adanya penelitian
I- 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini akan dapat memberikan masukan mengenai penyediaan JPO yang lebih
diminati oleh penggunanya dan pemanfaatannya dapat dimaksimalkan.
Agar penelitian ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan
adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Responden adalah mahasiswa yang menyeberang jalan baik yang
menggunakan fasilitas penyeberangan JPO maupun yang tanpa menggunakan
fasilitas penyeberangan JPO.
2. JPO yang diteliti adalah JPO depan Kampus UNS dan JPO depan Kampus
UNSA.
I- 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti dijelaskan
di bawah ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi
dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk
menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat
memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-
batasan dan asumsi yang digunakan.
I- 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I- 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar
penelitian. Landasan teori ini membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan JPO, ergonomi dan metode Quality Function
Deployment.
II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(skywalk) sehingga tidak terjadi konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan dan
tidak menimbulkan tundaan bagi kendaraan (Setyawan, 2006).
TRRL (1991) dan Bruce (1965) menyatakan bahwa meskipun dibutuhkan
biaya investasi yang tinggi, fasilitas penyeberangan tidak sebidang mampu
menjamin keselamatan penyeberang jalan, namun fasilitas tersebut kurang
dimanfaatkan karena pejalan kaki cenderung enggan untuk mengubah level
ketinggian jalur yang dilewatinya (Setyawan, 2006).
Allos (1983) dan Bruce (1965) dalam Setyawan (2006) menyatakan bahwa
jembatan penyeberangan mempunyai lebih banyak keunggulan daripada
penyeberangan bawah tanah. Pembangunannya lebih mudah dan lebih murah.
Selain itu, penyeberangan bawah tanah sering mengalami masalah antara lain:
keamanan, ventilasi, pencahayaan dan drainase. Akan tetapi penyeberangan
bawah tanah lebih mampu melindungi pejalan kaki dari cuaca panas dan hujan
daripada jembatan penyeberangan.
Jembatan penyeberangan juga memiliki kelemahan yaitu ketinggiannya,
dimana semakin tinggi semakin banyak anak tangga, karena ketinggian jembatan
penyeberangan harus disesuaikan dengan tinggi kendaraan yang lewat
dibawahnya.
II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tol, atau jalur kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur
sirkulasi orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan
terjadi kecelakaan dapat dikurangi. Jembatan penyeberangan juga digunakan
untuk menuju tempat pemberhentian bus, seperti busway Transjakarta di
Indonesia. Karena posisinya yang lebih tinggi dari tanah, untuk memberikan akses
kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, di dekat tangga jembatan
terdapat ramp dengan kelandaian tertentu. Langkah lain yang juga dilakukan
untuk memberikan kemudahan akses bagi penderita cacat adalah dengan
menggunakan tangga berjalan ataupun dengan menggunakan lift, sehingga mereka
dapat dengan dengan mudah menggunakan fasilitas meskipun cacat.
II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk dan dimensinya harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Perencanaan gelagar dan lantai jembatan. Perencanaan bangunan atas
jembatan penyeberangan untuk lalu lintas pejalan kaki harus dilakukan mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1. Bangunan atas jembatan penyeberangan yang melintas jembatan jalan raya dan
jalan kereta api harus menggunakan elemen beton pracetak.
2. Bentuk dan tipe elemen beton pracetak untuk gelagar harus dipilih salah satu
dari tipe yang tercantum di bawah.
3. Bila digunakan tipe balok tipe I dan T, maka lantai jembatan dapat
direncanakan dengan menggunakan pelat beton pracetak atau pelan beton yang
dicor setempat dan merupakan struktur monolit.
4. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe pelat beton
berongga harus sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak
Pratarik Tipe Pelat Berongga untuk Gelagar Jembatan bentang 6-16 m,
kapasitas beban BM-70.
5. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok T harus
sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik Tipe
Balok T untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
6. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pasca tarik tipe balok T harus
sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pasca tarik Tipe
Balok T untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
7. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok I harus sesuai
dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik Tipe Balok I
untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
8. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe I harus sesuai
dengan ketentuan : Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Prategang Pratarik tipe
balok I untuk Gelagar Jembatan Bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.
9. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang tipe lainnya harus direncanakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
10. Pada permukaan pelat beton lantai jembatan harus dipasang lapisan jenis
commit4 to
latasir atau lataston tebal maksimum cmuser
dan miring 3% ke arah tepi.
II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Tangga tidak boleh menutup alur trotoar, oleh karena itu harus diletakkan di
tepi luar trotoar
b. Pada kaki tangga harus disediakan ruang bebas
c. Tipe tangga berbentuk seperti:
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Denah JPO berbentuk “L” (b) Denah JPO berbetuk “U”
Sumber: DPU (1995)
Bahan yang digunakan sebagai lantai jembatan penyeberangan, selain
menggunakan beton untuk praktis dan efisiennya dapat menggunakan baja. Hal ini
sesuai dengan ketentuan pembangunan JPO di atas bahwa pembangunannya dan
pelaksaannya yang tergolong cepat dan mudah. Selain itu, bahan lain yang dapat
digunakan untuk pembuatan atap JPO adalah polikarbonat. Polikarbonat
(polycarbonate) merupakan salah satu jenis dari thermoplastic polimer. Sifatnya
commit to user
mudah dikerjakan (easily worked), dicetak (easily moulded) dan mudah terbentuk
II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan panas (easily thermoformed). Material ini banyak digunakan pada industri
kimia modern. Material ini memiliki identifikasi kode plastik 7. Polikarbonat
lebih banyak dikenal sebagai penutup atap, tidak terkecuali untuk JPO (Naftali,
2008).
commit to user
II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer
dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan, serta melakukan pengembangan
desain dan teknologi dengan memperhatikan segala kelebihan maupun
keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi (sensory), kecepatan,
kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk
kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai
acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan
manusia sebagai pemakainya.
II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kemudian metode ini diadopsi oleh Toyota. Pada tahun 1986 konsep
metode ini dibawa ke Amerika Serikat oleh Ford Motor Company dan Xerox.
Semenjak itu metode QFD digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang,
Amerika Serikat dan Eropa (Wasserman, 1993).
Berdasarkan definisinya QFD merupakan praktek untuk merancang suatu
proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan atau Voice of Customer
(VOC). QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang
dihasilkan organisasi. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada
proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah
bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk
yang telah dihasilkan dengan sempurna bila mana memang tidak menginginkan
atau membutuhkannya. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan
kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan
tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. QFD
juga merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan
organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya.
Validitas dari metode QFD dapat dikatakan sudah teruji untuk
menggambarkan apa yang menjadi keinginan pengguna terhadap suatu produk.
Selain itu dapat diintegrasikan dalam bidang ergonomi. Dimulai dengan analisis
yang didalamnya terdapat ahli ergonomi yang nantinya akan mengintegrasikan
kebutuhan pengguna dalam VOC (Marsot, 2004).
Berikut ini diagram tahapan pengembangan produk dengan metode QFD
secara lebih jelasnya dalam gambar 2.2.
commit to user
II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mulai
Membangun Matrik
Perencanaan
Menentukan Hubungan
Antara Consumer Need dan
Technical Response
Menentukan Korelasi
Menentukan Arah Perbaikan Bandmarking
Antar Respon Teknis
Penentuan Target
Analis Hasil
Pengolahan Data
Usulan Perbaikan
Selesai
II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kuesioner adalah salah satu alat pengumpul data yang merupakan alat
komunikasi antara peneliti dengan responden, berupa daftar pertanyaan yang
commit to user
II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden, yang kemudian akan diubah
dalam bentuk angka, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.
Dalam metode QFD, kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat
kepentingan pengguna, tingkat penilaian kepuasan pengguna dan tingkat harapan
pengguna. Tingkat kepentingan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap
atribut-atribut dari suatu produk berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut
untuk perancangan. Untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut, digunakan
skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam
perancangan.
2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam
perancangan.
3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam
perancangan.
4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan.
5 = Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam
perancangan.
Selanjutnya adalah kuesioner tingkat penilaian kepuasan pengguna.
Tingkat penilaian kepuasan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap produk
yang sudah ada berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Untuk
mengetahui tingkat penilaian, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai
berikut:
1 = Tidak Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada
dianggap tidak bagus.
2 = Kurang Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada
dianggap kurang bagus.
3 = Cukup Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada
dianggap cukup bagus.
4 = Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
bagus.
5 = Sangat Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada
dianggap sangat bagus. commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Struktur dasar quality function deployment ini meliputi konstruksi dari satu
atau lebih matriks yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian
pertama dari matriks-matriks tersebut adalah yang disebut house of quality
(HOQ), yang merupakan alat pokok yang digunakan di dalam quality function
deployment. House of quality adalah sebuah matriks yang menunjukkan hubungan
antara kebutuhan-kebutuhan pengguna dan sifat-sifat rekayasa teknik. Dengan
menggunakan alat ini, perusahaan akan mampu menyesuaikan kebutuhan para
pelanggan dengan desain dan kendala-kendala fabrikasi.
Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap
pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:
1. Matriks perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan
pelanggan, customer satisfaction performance, tingkat harapan dan perhitungan
GAP.
a. Tingkat kepentingan
Menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi pelanggan. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
commit……………………(2.1)
to user
II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
………..……….....(2.2)
…………………….(2.3)
commit
customer dan karakteristik teknisnya. to user tersebut menunjukkan seberapa
Hubungan
II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
QFD CHART
Customer
Relationship Matrix
Requirements 3
1
5
Technical Importance Ranking
II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan
metri yang berarti “ukuran”. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh
manusia (Pullat, 1992). Antropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-
perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya
(Panero dan Zelnik, 2003). Data antropometri yang ada dibedakan menjadi dua
kategori, antara lain (Pullat, 1992):
a. Dimensi struktural (statis)
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi
tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi
berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala,
tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan
sebagainya.
b. Dimensi fungsional (dinamis)
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai
posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Data antropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain
(Wignjosoebroto, 1995) :
a. Perancangan areal kerja
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dan lain-lain
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):
a. Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih
akan ada perbedaan yang cukup commit to user
signifikan antara berbagai macam masyarakat.
II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2t + l = 60-65 cm ......................(2.6)
commit to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hand clearance 5 - C o r r e c t io n
commit to user
II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Identifikasi Awal
Perumusan Masalah
Manfaat Penelitian
commit to user
Gambar 3.1 Diagram alir metodologi penelitian
III-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengembangan Alternatif
Selesai
III-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pendidikan, pasar, pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain sebagainya. Selain itu,
melalui tahap ini, dapat diketahui bahwa pemanfaatan JPO belum optimal hal ini
didukung dengan adanya minimnya penyeberang jalan yang menggunakan JPO
dan alasan-alasan penyeberang jalan yang tidak mau memanfaatkan JPO. Selain
pemanfaatannya yang belum optimal, JPO yang ada saat ini juga kondisinya tidak
memenuhi standar pembangunan.
III-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengguna jalan yang menyeberang dengan dan tanpa menggunakan fasilitas JPO,
JPO yang diteliti adalah JPO depan Kampus UNS dan JPO depan Kampus UNSA.
III-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil wawancara dan diskusi yang berupa data mentah dicatat dan
dirangkum yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merinci kebutuhan
responden terhadap alat bantu penyeberangan berupa JPO. Penentuan atribut ini
dilakukan oleh peneliti dengan mengacu pada data hasil wawancara dan diskusi
sebelumnya.
III-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
III-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Positif sangat kuat berarti suatu keadaan dimana karakteristik teknis yang
satu akan sangat mendukung karakteristik teknis yang lain untuk memenuhi
kebutuhan pengguna.
- Positif kuat pengaruhnya tidak sebesar positif sangat kuat, namun tetap
saling mendukung guna pencapaian tujuan pengembangan.
- Tidak ada hubungan berarti antara karakteristik teknis yang satu dan yang
lain tidak saling berpengaruh atau tidak ada hubungan sama sekali dalam
pencapaian tujuan pengembangan.
- Negatif kuat berarti antar karakteristik teknis tersebut tidak saling
mendukung atau saling bertentangan. Misal adanya penambahan pada
karakteristik teknis tertentu akan mengakibatkan kekurangan pada
karakteristik teknis yang lain.
- Negatif sangat kuat berarti antar karakteristik teknis tidak saling mendukung
sama sekali. Pertentangan hubungan antara karakteristik teknis bersifat
mutlak atau sudah tidak dapat ditoleransi.
2. Menghitung skor (bobot dari tiap karakteristik teknis dan GAP)
commit to user
III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HOQ juga menunjukkan bobot karakteristik teknis dan GAP atau selisih
tingkat penilaian pengguna dengan harapan pengguna. Penghitungan bobot ini
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.5.
3. Pemilihan rancangan
Rancangan diprioritaskan pada karakteristik teknis yang memiliki bobot
tinggi dan nilai GAP yang paling negatif.
III-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sedangkan menurut standar yang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga dengan
SK.43/AJ.007/DRJD/1997, persyaratan yang diberikan berdasarkan keselamatan
dan kenyamanan bagi pejalan kaki, sbb:
1. Kebebasan vertikal antara jembatan dan jalan raya 5 meter
2. Tinggi maksimum anak tangga 15 cm
3. Lebar anak tangga 130 cm
4. Panjang jalur turun minimum 1.5 m
5. Lebar landasan, tangga dan jalur berjalan minimal 2 m
6. Kelandaian maksimum 10 %
III-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan disajikan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang
dikumpulkan adalah data mengenai hasil wawancara dan observasi kepada
pengguna maupun non pengguna JPO yang diolah menjadi Voice of Customer.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan House of Quality, pengembangan dan
pemilihan alternatif, penetapan dimensi dan feature-feature JPO yang akan
dirancang dan pembuatan usulan rancangan JPO. Tahapan-tahapan tersebut akan
dijelaskan pada subbab berikut.
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 :
5 + 4+ 5+ ⋯+ 4 + 4 + 5
= 4,08
36
2. Atribut ke 2:
5 + 5 + 5 … .5 + 3 + 3
= 4,33
36
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 :
4 + 3+ 3+ ⋯+ 5 + 3 + 4
= 2.97
36
2. Atribut ke 2:
3 + 2 + 1 + ⋯+ 3 + 2 + 2
= 2.75
36
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke 1 :
3 + 3+ 4+ ⋯+ 4 + 4 + 5
= 3.92
36
2. Atribut ke 2:
5 + 5 + 5 + ⋯+ 4 + 4 + 4
= 4.11
36
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5.00
4.00
3.00
2.00 Penilaian
1.00 Harapan
0.00 GAP
1
-1.00
-2.00
-3.00
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam kategori primer, sekunder dan tersier. Atribut yang tidak memilki
karakteristik teknis tersebut adalah „perlu ada penjaga JPO‟. Karena merupakan
kebutuhan yang tersier dan tidak terdapat dalam tata cara pelaksaan JPO, maka
untuk atribut „perlu ada penjaga JPO‟ tidak dipertimbangan karakteristik
teknisnya.
Dalam merumuskan karakteristik teknis ini, dibagi dalam 3 kriteria yaitu
dimensi JPO, kondisi JPO dan feature tambahan. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan dalam menggolongkan karakteristik teknisnya. Adapun karakteristik
teknis yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabel 4.7.
commit to user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pegangan tangan menggunakan bahan pelat logam dan ukurannya disesuaikan dengan
antara karakteristik teknis anthropometri orang Indonesia mempunyai pengaruh positif sangat kuat artinya dengan
1
1 dan 2 terpenuhinya karakteristik teknis tersebut akan mampu memenuhi keinginan responden untuk
menggunakan JPO agar nyaman dan aman
Ukuran pegangan tangan dan ukuran tinggi pagar pembatas yang disesuaikan dengan
anthropometri orang Indonesia dan kerapan yang sesuai dengan standar pembangunan JPO
antara karakteristik teknis mempunyai pengaruh positif kuat antara satu sama lain artinya apabila kedua karakteristik
2
2 dan 5 teknis tersebut terpenuhi akan membuat responden nyaman dan sesuai dengan keinginan
responden dalam usulan rancangan sehingga nantinya pengguna dapat menjangkau pegangan
tangan dan merasa aman karena pagar pembatas sesuai dengan kebutuhan
Ukuran pegangan tangan mempunyai pengaruh positif yang sangat kuat dengan diperlebar
antara karakteristik teknis dengan menyesuaikan anthropometri masyarakat Indonesia artinya larakteristik teknis ini
3
2 dan 7 sangat berhubungan dan penyesuaian pegangan tangan harus disesuaikan dengan
anthropometri orang Indonesia agar nyaman untuk digunakan nantinya
Pembuatan anak tangga berdasarkan kriteria Lehman mempunyai pengaruh positif sangat
kuat dengan diperlebar dengan menyesuaikan anthropometri masyarakat Indonesia artinya
antara karakteristik teknis
5 karakteristik pembuatan anak tangga sangat kuat pengaruhnya apabila diperlebar dengan
3 dan 7
menyesuaikan anthropometri Indonesia agar sesuai dengan penggunanya agar tidak mudah
capek saat menaiki tangga
Baliho papan iklan yang diperkecil mempunyai pengaruh positif kuat dengan ukuran tinggi
pagar pembatas yang disesuaikan dengan athropometri orang Indonesia, dikarenakan nantinya
antara karakteristik teknis
6 pemasangan baliho iklan di atas pagar pembatas, maka hubungannya dengan ukuran pagar
4 dan 5
pembatas yang sesuai anthropometri Indonesia sangat kuat agar nyaman dalam pemakaiannya
dan tidak menghalangi pandangan pengguna ke bawah jembatan
Ukuran tinggi pagar pembatas mempunyai pengaruh positif yang sangat kuat dengan
antara karakteristik teknis diperlebar menyesuaikan anthropometri orang Indonesia dimana apabila keduanya terpenuhi
7
5 dan 7 akan menghasilkan suatu kebutuhan yang sesuai dengan keinginan pengguna, nyaman untuk
digunakan karena ukurannya sesuai
commit to user
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4 Baliho papan iklan diperkecil dengan ukuran tertentu dan penempatannya di atas pagar pembatas 45,67 9,62%
Ukuran tinggi pagar pembatas disesuaikan dengan anthropometri Indonesia dan kerapatan
5 40,08 8,45%
disesuaikan dengan standar pembangunan JPO
6 Pemilihan bahan lantai dapat dari baja berkualitas tinggi atau beton 92,33 19,45%
7 Diperlebar dengan menyesuaikan anthropometri masyarakat Indonesia 43,25 9,11%
8 Dilengkapi dengan tempat sampah pada beberapa titik JPO 35,00 7,37%
9 Dilengkapi dengan pelindung JPO dengan bahan polycharbonate, fiberglass dll 37,50 7,90%
Contoh perhitungan:
1. Atribut ke-1:
commit to100%
(4,08*9) + (4,03*1) = (40,78 / 474,61)* user = 8,59%
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Atribut ke-4:
(3,83*9) + (3,72*3) = (45,67 / 474.61)* 100% = 9,62%
Berdasarkan perhitungan bobot karakteristik teknis secara keseluruhan,
dapat diketahui bahwa karakteristik teknis yang memiliki bobot paling tinggi
adalah karakteristik teknis keenam, keempat dan ketujuh yaitu pemilihan bahan
lantai dapat dari baja berkualitas tinggi atau beton, baliho papan iklan diperkecil
dan diletakkan di atas pagar pembatas dan diperlebar dengan ukuran yang sesuai
anthropometri masyarakat Indonesia, dengan nilai bobot 19,45%, 9,62% dan
9,11%. Artinya karakteristik teknis tersebut perlu mendapatkan perhatian atau
fokus yang lebih dibandingkan karakteristik yang lain.
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rancangan JPO yang akan dirancang. Penilaian kriteria ini dilakukan berdasarkan
Ulrich (2001) dengan sistem perangkingan bobot kepentingan. Skor nilai yang
digunakan adalah 1-5 dengan ketentuan sebagai berikut:
1= Tidak penting, artinya kriteria seleksi tersebut tidak penting untuk mencapai
tujuan.
2= Kurang penting, artinya kriteria seleksi tersebut kurang penting untuk
mencapai tujuan.
3= Cukup penting, artinya kriteria seleksi tersebut cukup penting untuk mencapai
tujuan.
4= Penting, artinya kriteria seleksi tersebut penting dalam pencapaian tujuan.
5= Sangat penting, artinya kriteria seleksi tersebut sangat penting untuk
mencapai tujuan.
Kriteria seleksi penilaian memberikan gambaran dan penjelasan mengenai
alternatif yang disediakan telah mampu menjawab kebutuhan yang dibutuhkan
oleh pengguna. Berdasarkan pengembangan, literatur dan tanya jawab terdapat 4
kriteria seleksi yang digunakan sebagai acuan dalam penilaian alternatif. Berikut
ini dijelaskan beberapa kriteria seleksi penilaian alternatif:
1. Keamanan
Kriteria seleksi keamanan berdasarkan kebutuhan pengguna dalam
pemanfaatan JPO yaitu seberapa amankah JPO tersebut nantinya dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna dimana nantinya tidak mudah
terpeleset saat menggunakan JPO, tidak takut akan tindak kejahatan karena
jalur berjalan tertutup oleh papan baliho iklan, tidak mudah jatuh ke bawah saat
melintasi JPO, dan bangunan yang aman untuk dilintasi banyak orang.
2. Kenyamanan
Kriteria seleksi kenyamanan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
akan usulan rancangan JPO yaitu kenyamanan pengguna untuk dapat
menggunakan JPO dengan nyaman, semisal tidak cepat lelah saat menaiki
tangga, merasa nyaman karena terhindar dari panas dan hujan, merasa nyaman
karena tersedia penerangan sehingga tidak merasa takut saat melintas pada
waktu malam hari dan pengguna merasa nyaman saat melintasi JPO karena
commit
tidak takut untuk terpeleset ataupun to user
jatuh.
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Kemudahan
Kriteria seleksi JPO ini dimaksudkan untuk memberikan keterangan
mengenai kemudahan dalam penggunaan JPO, antara lain JPO memudahkan
orang dalam menyeberang, pembangunan JPO tidak menganggu keadaan
lingkungan disekitarnya dan kemudahan dalam memanfaatkan fasilitas JPO.
4. Desain
Kriteria seleksi penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah desain
yang ada sudah memenuhi atau sesuai dengan keinginan responden.
Kuesioner penilaian kriteria seleksi dan penentuan alternatif dijadikan satu
dalam satu kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memberikan penjelasan
kepada responden. Setelah penilaian krietria seleksi untuk selanjutnya adalah
penilaian alternatif. Penentuan alternatif terpilih berdasarkan pada bobot
karakteristik teknis pada HOQ dan berdasarkan pada kriteria yang dapat
divariasikan, kemudian alternatif-alternatif tersebut dinilai dengan menggunakan
skor nilai oleh responden. Skor nilai yang digunakan adalah 1-5 dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak bagus, artinya solusi tersebut tidak bagus untuk mencapai tujuan.
2 = Kurang bagus, artinya solusi tersebut kurang bagus untuk mencapai tujuan.
3 = Cukup bagus, artinya solusi tersebut cukup bagus untuk mencapai tujuan.
5 = Sangat bagus, artinya solusi tersebut sangat bagus untuk mencapai
tujuan
tertentu.
Hasil pembobotan kriteria seleksi berdasarkan kuesioner yang diisi oleh
responden selanjutnya digunakan sebagai pengali dalam penentuan alternatif yang
terpilih. Untuk memudahkan, berikut adalah tabel bobot untuk masing kriteria
seleksi:
Tabel 4.12 Hasil Perangkingan Reponden terhadap Kriteria Seleksi
Kriteria Seleksi R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 Total Bobot
Keamanan 2 3 5 5 5 3 2 3 2 3 4 2 5 44 0,26
Kenyamanan 4 5 4 4 4 5 3 4 3 4 2 5 4 51 0,30
Kemudahan 5 4 3 3 3 4 5 2 1 2 3 2 1 38 0,23
Desain 3 2 2 2 2 2 4 1 4 5 2 4 2 35 0,21
commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa yang mempunyai total
nilai tertinggi berdasarkan penilaian responden adalah alternatif ke-4. Alternatif
commit to user
ke-4 ini mempunyai spesifikasi jembatan dengan bahan lantai adalah baja h-beam,
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahan atap polycharbonate, desain anak tangga berbentuk “U”, tempat sampah
berjumlah 5 buah yang diletakkan pada tangga naik dan turun, bordes dan
sepanjang area berjalan, penerangan dipasang sepanjang jembatan setiap 2 meter,
warna JPO yang terpilih adalah biru tua dan desain JPO yang terpilih adalah
desain JPO II.
Untuk perancangan dimensi anak tangga yang ergonomis dan sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga dengan
SK.43/AJ.007/DRJD/1997, MIL-HDBK 759B and MIL-STD-1472F serta
berdasar suara responden, maka data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Kedalaman anak tangga (Lebar injakan anak tangga)
Kedalaman anak tangga diambil dari MIL-HDBK 759B and MIL-STD-
1472F dalam Karl (2003) dimana kedalaman minimum untuk anak tangga
adalah 24 cm dan kedalaman maksimum untuk anak tangga adalah 30 cm.
Diambil ukuran yang terbesar yaitu 30 cm.
2. Tinggi anak tangga
Berdasarkan standar yang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga dengan
SK.43/AJ.007/DRJD/1997 maka tinggi anak tangga maksimum adalah 15 cm.
3. Kemiringan anak tangga
Kemiringan anak tangga yang ergonomis ini didasarkan pada kriteria
Lehman yaitu konsumsi energi minimal yang terdapat pada tangga yang
memiliki sudut kemiringan 250 - 300. Akan tetapi, harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan perhitungan untuk tinggi anak tangga dan lebar injakan anak
tangga yang sesuai dengan anthropometri orang Indonesia. Setelah kedua
ukuran ditetapkan, baru ukuran kemiringan anak tangga yang sesuai untuk
orang Indonesia dihitung.
Tinggi anak tangga: 15 cm
Lebar injakan anak tangga: 30 cm
Jadi sudut kemiringan anak tangga yang ditetapkan adalah: 270
commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jadi jumlah anak tangga yang dirancang adalah sebanyak 33 buah, dengan
tinggi anak tangga yang pertama adalah 32,333 cm.
8. Penentuan luas area istirahat
Dengan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga
dengan SK.43/AJ.007/DRJD/1997, maka lebar tempat istirahat adalah 2 m dan
panjangnya adalah 1,3 m.
9. Penentuan tinggi pagar pembatas jembatan
Tinggi pagar pembatas jembatan dapat ditentukan dengan menggunakan
tinggi bahu manusia Indonesia, yakni dengan mengambil persentil 95 dimana
tinggi pagar pembatas jembatan = tinggi bahu (P95) = 142.9 cm. Tinggi bahu
(P95) yang dipakai adalah tinggi bahu laki-laki. Hal ini dikarenakan tinggi laki-
laki lebih tinggi daripada wanita dan bertujuan agar rancangan dapat digunakan
oleh semua populasi pengguna. Agar pagar pembatas yang dibuat dapat
memenuhi kebutuhan responden yang rapat, maka pembuatan pagar pembatas
dibuat dari pipa logam dengan bentuk 3 batang sandaran, untuk lalu lintas yang
mempunyai arus yang lebih tinggi dapat ditambahkan atau dilapisi kawat kasa
12 x 12 mm.
10. Penentuan tinggi atap jembatan
Tinggi atap jembatan dapat ditentukan dengan menggunakan 2 kali tinggi
tubuh posisi berdiri pada laki-laki Indonesia. Dengan mengambil persetil 95
dimana tinggi atap jembatan = 2 x tinggi tubuh posisi berdiri (P95) = 2 x 173.2
= 346.4 cm.
Pemilihan bahan untuk atap JPO berdasarkan penilaian responden yang
paling baik adalah polycharbonate, disamping bahannya yang mudah untuk
dibongkar pasang juga sifatnya yang tahan angin dan tahan lama, sehingga
sangat cocok untuk digunakan dalam pembuatan atap JPO.
11. Lebar jalur berjalan
Lebar jalur berjalan disesuaikan dengan asumsi banyaknya orang yang
berjalan dalam waktu bersamaan dan tidak sedang berjalan sendiri adalah 2
orang, untuk mengantisipasi adanya pejalan dari dua arah, maka diasumsikan
banyaknya orang yang melintas dalam waktu bersamaan adalah 4 orang.
commit to user
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
3
Keterangan:
1. Lampu penerangan
commit
2. Tempat sampah yang terletak to user
di bordes
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commitUsulan
Gambar 4.5 Visualisasi to userRancangan JPO 2D
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dari hasil penelitian dan output
yang didapatkan. Analisis yang akan dibahas adalah bab ini adalah analisis
house of quality, analisis GAP, analisis karakteristik teknis, ergonomi, pemilihan
alternatif dan analisis hasil usulan rancangan JPO. Analisis dan interpretasi hasil
dalam penelitian ini diuraikan pada sub bab berikut.
Pembuatan HOQ pada usulan rancangan JPO ini dilakukan sampai pada
tahap pembobotan karakteristik teknis saja. Hal ini dikarenakan kajian utama
dalam penelitian ini lebih ditekankan pada ergonomi. Metode quality function
deployment digunakan untuk mendapatkan suara konsumen atau pengguna dan
karakteristik teknis untuk menyikapi suara konsumen tersebut.
Dengan pengolahan data metode quality function deployment sampai
pada pembobotan karateristik teknis, informasi tentang kebutuhan responden dan
respon teknis yang akan dilakukan pengembang produk sudah dapat terpenuhi.
Dengan kata lain data yang akan diambil dari metode quality function deployment
dirasa sudah cukup. Maka dari itu pemakaian metode quality function deployment
dilakukan sampai pada tahap pembobotan karakteristik teknis saja. Setelah
diperoleh suara konsumen yang kemudian diteruskan dengan pembuatan
karakteristik teknis, dibuat diagam HOQ yang berisi tentang what and how. What
berisi suara-suara konsumen (VOC) yang kemudian dijawab atau dihubungkan
dengan How yang berisikan karakteristik teknis. Dilakukan pembobotan untuk
mengetahui hubungan antar what and how-nya. Selain itu, terdapat hubungan
antar karakteristik teknis yang menjelaskan hubungan sedang, kuat dan lemah.
Penelitian dengan cara ini, sebelumnya pernah dilakukan oleh Indah K
(2006) dan Hastanti (2011), dimana pada saat pembuatan HOQ hanya sampai
pada tahap karakteristik teknis, dikarenakan suara dan respon teknis dari
responden sudah dapat terpenuhi.
Tahap perancangan selanjutnya didasarkan pada kajian ergonomi dengan
commit to user
mengacu pada teori anthropometri pengguna agar diperoleh hasil konsep
V-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5.2 GAP
GAP
0.00 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2
3
-0.50
4
5
-1.00 6
7
8
-1.50 9
10
11
-2.00
12
-2.50
V-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5.4 Ergonomi
Dalam usulan rancangan JPO ini mengacu pada prinsip ergonomi. Untuk
mendapatkan sudut kemiringan tangga yang sesuai dengan pengeluaran energi
minimal orang naik tangga, maka digunakan kriteria Lehmann dimana energi
minimal didapatkan dengan tangga yang mempunyai kemiringan antara 250 – 300.
Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa sudut yang sesuai untuk usulan
rancangan JPO adalah sebesar 270.
Penggunaan data anthropometri dalam usulan rancangan JPO juga
diperlukan, antara lain untuk penetapan diameter pegangan menggunakan data
anthropometri lebar tangan, untuk penentuan tinggi pagar pembatas jembatan
dengan menggunakan tinggi bahu, penentuan lebar area berjalan dengan
menggunakan lebar bahu dan untuk penentuan tinggi atap JPO dengan
menggunakan tinggi tubuh posisi berdiri. Dengan pemakaian data anthropometri,
kebutuhan pengguna dapat terpenuhi dan diharapkan dapat memberikan
kenyamanan kepada pengguna.
Karena populasi jumlah pengguna dan non pengguna JPO banyak, maka
untuk menentukan dimensi anthropometrinya dengan menggunakan data
interpolasi orang Indonesia yang ada pada Nurmianto (2004).
commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
atribut, maka dengan adanya usulan rancangan JPO, keluhan dan keinginan
responden dapat terjawab.
Dihasilkan enam alternatif pemilihan usulan rancangan JPO yang
mempunyai bentuk tangga berbeda, hal ini dikarenakan penyesuaian penempatan
JPO dengan tempat yang akan dibangunnya. Apabila lahan untuk pembangunan
JPO cukup luas dapat menggunakan bentuk tangga “L”, akan tetapi untuk area
penempatan yang tidak begitu luas dapat menggunakan bentuk tangga JPO “U”.
Berdasarkan penilaian responden, alternatif keempat yang terpilih dan
dijadikan acuan dalam rancangan visualisasinya. Alternatif keempat memiliki
spesifikasi antara lain bahan lantai adalah baja h-beam, bahan atap berupa
polycarbonate, desain anak tangga berbentuk “U”, penempatan tempat sampah
yang berjumlah 5 buah pada tangga naik dan turun, bordes dan sepanjang area
berjalan, penerangan dipasang sepanjang jembatan setiap 2 meter, warna JPO
yang terpilih adalah biru tua dan desain JPO yang terpilih adalah desain JPO II.
Usulan rancangan ini mempunyai perbedaan dengan JPO yang ada saat ini,
dimana kebutuhan pengguna yang diperoleh berdasarkan keluhan dapat terpenuhi.
Hal ini dapat dilihat dengan besarnya sudut yang dihasilkan yang telah
disesuaikan dengan konsumsi energi minimal menurut kriteria Lehmann (dalam
Grandjean), area berjalan, tinggi pegangan, tinggi pagar pembatas yang telah
disesuaikan dengan anthropometri masyarakat Indonesia. Disamping itu, dengan
adanya penempatan papan baliho yang dinaikkan dari penempatan sebelumnya,
penambahan penerangan, atap dan tempat sampah pada usulan rancangan JPO
dapat menambah nilai estetika dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan
pengguna dalam memanfaatkan fasilitas penyeberangan JPO yang ada.
Kelemahan dari usulan rancangan ini adalah, tidak dilakukan perhitungan
untuk mengetahui besarnya gelagar, tumpuan, pilar, pondasi, sarana pembuangan
arus hujan dan besarnya volume arus kendaraan yang melintas.
commit to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
commit to user
VI-1