Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan;
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 Tentang Leger Jalan;
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 141/M/KPTS/2012 Tentang Pelimpahan Wewenang
Menteri Pekerjaan Umum kepada Para Kepala Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Untuk
Menandatangani Penetapan Leger Jalan Nasional;
d. Surat Direktur Jenderal Bina Marga dalam surat no PL 07-01-Db/142 pada tanggal 20 April 2011
Tentang Penggunaan Leger Jalan Untuk Mendukung Akuntabilitas Pencatatan Aset Jalan dan
Jembatan Pada Satuan Kerja Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga;
e. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 011 tahun 2008 tentang Pedoman Leger Jalan;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2006 Tentang Pengamanan dan Perkuatan
Hak Atas Tanah Kementerian Pekerjaan Umum.
g. Surat edaran Setdijen Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor JL.10.05-Bs/51 Tentang Mutu Beton
untuk Patok Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Patok Leger Jalan (L J)
1. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan mengatur bahwa setiap penyelenggara jalan
wajib mengadakan leger jalan yang terdiri atas pembuatan, penetapan, pemantauan, pemuktahiran,
penyimpanan dan pemeliharaan, penggantian, serta penyampaian informasi. Leger jalan adalah dokumen
yang memuat antara lain peta lokasi ruas jalan, data jalan dan jembatan, data utilitas dan reklame, dan data
ruang milik jalan. Leger Jalan digunakan untuk mengetahui kekayaan negara yang ada pada ruas jalan
meliputi tanah, jalan dan jembatan. Selain itu leger jalan digunakan sebagai salah satu informasi untuk
pemanfaatan, pemeliharaan dan rekonstruksi jalan.
Pembuatan leger jalan adalah pengumpulan data antara lain data jalan dan jembatan, data utilitas dan
reklame, dan data ruang milik jalan yang ada pada ruas jalan, kemudian memetakan data tersebut dalam
peta skala 1:1000, serta menyajikannya dalam kartu leger dan laporan lainnya sehingga menjadi informasi
yang berguna bagi satker dalam penyelenggaraan jalan. Satu dokumen leger jalan memuat informasi untuk
satu ruas jalan.
Mulai tahun 2011 Satker Preservasi dan Satker Pembangunan berubah menjadi Satker Pelaksanaan Jalan
Wilayah, yang mana setiap satker tidak hanya menangani proyek pembangunan tetapi juga pemeliharaan,
atau bukan hanya road project manager saja tetapi juga road asset manager. Satker pelaksanaan Jalan
Wilayah sekarang menjadi ujung tombak penyelenggaraan jalan di provinsi. Direktur Jenderal Bina Marga
melalui surat Nomor PL 07-01-Db/142 pada tanggal 20 April 2011, menginstruksikan Kepala Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional untuk membuat leger jalan dan berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum No. 141/M/KPTS/2012, tanggal 18 Juni 2012 penetapan leger dilakukan oleh Kepala Balai
Besar/Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional atas nama Menteri Pekerjaan Umum.
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan nasional melalui
ketersediaan dokumen leger yang mutakhir pada Satker Pelaksanaan Jalan Wilayah.
4. SUMBER PENDANAAN
Kegiatan ini didanai oleh DIPA TA. 2017 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi
Sumatera Utara.
6. LINGKUP PEKERJAAN
Secara umum lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
a. Persiapan dan koordinasi;
b. Pengumpulan data jalan dan identifikasi lapangan meliputi : data as-built drawing data
penanganan jalan terakhir, rumija jalan, jembatan, gorong-gorong, guard rail, rambu, lampu
penerangan, utilitas dan reklame, dan data lainnya sesuai petunjuk kepala Satker;
c. Pemetaan ruas jalan dalam skala 1:1000 meliputi pengikatan koordinat dengan Jaring Kontrol
Horizontal Nasional (JKHN) dan perapatan JKHN dengan memasang patok leger jalan setiap 5
km. Pemasangan patok rumija setiap maks 100m, pengukuran situasi obyek yang akan dipetakan
dan pengukuran cross section jalan setiap maks 100m, pengolahan data dan penggambaran peta;
d. Penyajian dalam ringkasan data dan kartu leger meliputi alinyemen horizontal, alinyemen
vertikal, penampang melintang, dan data numerik, dan foto dokumentasi;
e. Persetujuan dan penetapan leger jalan.
8. HASIL PEKERJAAN
Hasil pekerjaan yang harus diserahkan dalam bentuk hardcopy dan soft copy yang telah diberi label
(stiker) dengan identitas data berupa nama perusahaan, judul pekerjaan, nomor kontrak, tanggal, ruas
jalan.
Atau jika Pengukuran situasi menggunakan GPS Geodetik dengan metode stop and go. (Penggunaan GPS
Geodetik dual frequency akan lebih cepat, dan mengurangi kebutuhan SDM). Data yang diserahkan
adalah :
a. Data pengamatan satelit dalam format asli (bawaan vendor) dan RINEX dalam bentuk digital
untuk setiap obyek yang dipetakan.
b. Hitungan koordinat detail hasil post prosesing
c. Foto kegiatan
d. Sketsa lapangan
4. Peta
Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk peta situasi skala 1:1000 dalam format dwg (2004)
dalam (sistem koordinat nasional UTM) dan diikatkan ke Jaring Kontrol Horisontal Nasional
(Geodatabase) dan setiap elemen/objek harus dibuat dalam layer tersendiri dengan ketebalan
garis mengikuti ketentuan berikut ini, dan legenda mengikuti gambar dibawah.
f. Pada Kartu Leger harus dicantumkan juga data aset jalan (meliputi aset tanah, aset jalan, aset
jembatan) yang terdapat pada segmen tersebut. Aset dinyatakan dalam luas, nilai aset dan
tahun perolehan.
g. Setiap kartu leger harus mencantumkan nomor lembar dan jumlah lembar dalam leger.
h. Penjilidan buku leger jalan dengan urutan cover, riwayat pengadaan leger, daftar isi,
ringkasan data, kartu leger jalan, kartu leger jembatan, dan legenda.
i. Bentuk, ukuran dan susunan mengikuti contoh lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 78/PRT/M/2005 tentang leger jalan, dan Kepmen Menteri Pekerjaan Umum Nomor
141/KPTS/M/2012.
j. Kartu leger jalan dan jembatan diserahkan dalam bentuk hardcopy (ukuran A3) dan softcopy
(format pdf dan CAD). Gambar yang disajikan yang telah bergeoferensi dan telah diikatkan
ke Jaring Kontrol Horisontal Nasional (geodatabase)
k. Data lainnya berupa :
I. Daftar Patok Rumija Permanen dan Non Permanen
II. Daftar Patok Leger Jalan
III. Foto Dokumentasi
9. PERSYARATAN PERALATAN
Persyaratan peralatan yang dibutuhkan adalah :
1. Pengukuran Patok LJ yang diikatkan ke JKHN menggunakan receiver GPS Geodetik Single
Frequency atau Dual Frequency, sebanyak minimum 2 buah secara simultan.
2. Pengukuran topografi / situasi jalan dan jembatan di sepanjang ruang milik jalan (rumija)
menggunakan GPS Geodetic Single atau Dual Frequency dengan ketelitian 10mm + 1 ppm x
panjang base line, dan atau Total Station dengan ketelitian minimum 7 (tujuh detik).
3. Pengukuran posisi vertical menggunakan GPS geodetic Single atau dual frequency.
4. Untuk Peralatan dan Software lainnya seperti CAD, dan post processing jumlah unitnya
disesuaikan dengan jumlah tim dan kapasitas kerja.
5. Software yang digunakan berlisensi.