Bab III
III
METODOLOGI PELAKSAAAN
e. Data lainnya meliputi tanggal selesai diwujudkan, tanggal dibuka untuk lalu lintas,
tanggal ditarik kembali penggunaan jalan untuk lalu lintas, nilai jalan terdiri dari
biaya desain, biaya pembebasan lahan, biaya pembangunan dan biaya
pemeliharaan yang dapat dikapitilisasikan dan bangunan utilitas yang ada di ruang
milik jalan dan ruang pengawasan jalan.
Leger jalan yang umum digunakan pada saat ini masih bersifat paper-based dan
belum terkomputerisasi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang
sangat pesat, maka perlu dilakukan pemodelan leger jalan kedalam suatu software
leger jalan yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pemilihan software berbasis SIG dikarenakan data jalan merupakan suatu data yang
bersifat keruangan (spatial). Diharapkan dari pembuatan software ini, penyediaan
informasi terhadap suatu ruas jalan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien sehingga
pengambilan keputusan penanganan suatu ruas jalan dapat dilakukan dengan lebih
cepat dan tepat.
2) Persiapan Personil :
Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan pengalaman
dan pendidikan. Jumlah personil berdasarkan pembagian tugas survey
lapangan, dan proses vektorisasi dan pembuatan aplikasi
Kemampuan fisik personil terutama untuk personil pelaksana pekerjaan
lapangan dan survey, disamping memiliki kecakapan pengunaan alat GPS
juga orientasi medan wilayah satker PJN Wilayah D.I Yogyakarta agar
mempercepat proses mengambilan data.
Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab personil.
4) Persiapan Lainnya
Dalam tahap persiapan teknis yang dilakukan sebelum pelaksana berangkat ke
lokasi pengukuran.
Dalam tahap persiapan umum ini yang menjadi produknya adalah : Surat
Tugas dan surat-surat lainnya (antara lain : surat jalan dan formulir data
lapangan) bagi pelaksana di lapangan.
Peta Topografi/Rupa Bumi, Peta Jaringan Jalan skala 1:25.000, sumber dari
Bakosurtanal dan Satker PJN Wilayah I, dan Peta dari Google
3. Kantor Pelayanan Pajak Bumi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) untuk tanah jalan
dan Bangunan (KPPBB) yang Dilegerkan
setempat
4. PT.Telkom,PLN, PDAM dsb Utilitas publik (di atas dan di bawah tanah) yang
tersebar di sekitar ruang milik jalan (Rumija) dan
ruang pengawasan jalan (Ruwasja) pada ruas-
ruas jalan yang dilegerkan.
Jenis survey yang dilakukan dalam pembuatan Legar Jalan ini meliputi :
1. Penentuan Ruas dan Titik Simpul.
2. Penarikan Mitban ( meteran ).
3. Pengambilan foto dokumentasi
4. Pemasangan Titik ikat Leger jalan
5. Pengukuran lapangan dan pengamatan utilitas publik lainnya
Contoh : Diskripsi titik simpul Awal ruas adalah jln. Ahmad Yani, jl.Pattimura dan jl.
Gadjah Mada dan untuk akhir ruas diskripsi disesuaikan dengan kondisi
dilapangan.
Penarikan Mitban (meteran) adalah melaksanakan penarikan meter dari titik Simpul
(awal ruas sampai dengan titik simpul akhir ruas) serta ruas-ruas lainnya yang
berkesinambungan yang sudah ditentukan untuk dilaksanakan Pengukuran.
Pada waktu penarikan meter diharapkan memperhatikan leger jalan yang sudah ada
(akhir ruasnya) apabila dalam akhir ruas tersebut angka meternya pecahan agar
dibulatkan ke angka pecahan ratusan untuk mempermudah pengolahan data dan
potongan segmen / lembar gambar leger jalannya. Dengan catatan untuk leger dalam
kota standarnya 375 m dan untuk luar kota 750 m.
Contoh : Akhir ruas Jl. Patimura Km 45+075 jadi untuk awal ruas Jl. Ahmad Yani Awal
Km 45+075 dan Penarikan meter pertama adalah 90m dst, ini untuk Mempermudah
pelaksanaan pengukuran dan pengolahan data serta Pemotongan secmen gambar,
lembar pertama adalah km 45+075 s/d Km 45+300 dst. (lembar 1(satu)adalah 225 m)
Catatan : Didalam pengambilan foto dokumen pada awal / akhir ruas diharapkan Agar jelas
simpulnya ( Misal Simpang tiga )
Patok-patok BM (Bench Mark) dibuat sesuai menurut standart patok Leger Jalan (LJ),
dibuat dari beton dengan ukuran 20 x 20 x 85 cm, dan dipasang di awal ruas dan akhir
ruas dan interval maksimum 5 Km. (untuk ruas yang panjangnya lebih dari 5 Km).
Patok LJ dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas tanah setinggi
kurang lebih 40 cm (ditanam pada kedalaman 45 cm), dicat warna kuning, diberi
lambang Departemen Pekerjaan Umum, Nomor Ruas dan Nomor Patok LJ dengan warna
hitam.
Pemasangan patok diusahakan ditempat yang aman, atau mendekati Patok Km agar lebih
mudah untuk diketahui dan patok Km sebagai titik ikat yang permanen.
Bentuk, ukuran dan warna dari patok leger dapat dilihat pada Gambar berikut :
Survey Navigasi
Post-processing Real-Time
Gambar Metode dan sistem penentuan posisi dengan GPS [Langley, 1998].
Survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS (survei GPS) secara umum
dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap
beberapa buah titik yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode
penentuan posisi diferensial (differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier
phase) dari sinyal GPS.
Pada survei GPS, pengamatan GPS dengan selang waktu tertentu dilakukan baseline per
baseline dalam suatu jaringan dari titik-titik yang akan ditentukan posisinya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3. Patut dicatat di sini bahwa seandainya lebih dari dua
receiver GPS yang digunakan, maka pada satu sesi pengamatan (observing session)
dapat diamati lebih dari satu baseline sekaligus.
Vektor baseline
yang diamati
Pada survei GPS, proses penentuan koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan pada
dasarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu :
Pengolahan data dari setiap baseline dalam jaringan,
Perataan jaringan yang melibatkan semua baseline untuk menentukan koordinat dari titik-
titik dalam jaringan, dan
Transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS 84 ke datum yang diperlukan
oleh pengguna.
Secara skematik proses perhitungan koordinat titik-titik dalam jaringan GPS dapat
ditunjukkan seperti pada Gambar diatas. Dalam hal ini metode penentuan posisi
diferensial dengan data fase digunakan untuk menentukan vektor (dX,dY,dZ) dari setiap
baseline yang diamati. Penentuan vektor baseline ini umumnya dilakukan dengan metode
hitung perataan kuadrat terkecil (least squares adjustment).
Seluruh vektor baseline tersebut, bersama dengan koordinat dari titik-titik tetap (monitor
station) yang diketahui, selanjutnya diolah dalam suatu proses hitungan perataan
jaringan (network adjustment) untuk mendapatkan koordinat final dari titik-titik yang
diinginkan. Karena koordinat dari titik-titik yang diperoleh dengan survei GPS ini mengacu
ke datum WGS (World Geodetic System) 1984, maka seandainya koordinat titik-titik
tersebut ingin dinyatakan dalam datum lain, proses selanjutnya yang diperlukan adalah
transformasi datum dari WGS 1984 ke datum yang diinginkan.
Perataan Jaringan
Dalam survei dengan GPS, geometri pengamatan harus didesain dengan sebaik mungkin,
karena pengaruhnya tidak hanya ke ketelitian titik yang diperoleh tapi juga ke aspek-
aspek operasional yang berdampak finansial.
Dalam pemilihan lokasi untuk titik-titik dari suatu jaringan GPS perlu diingat bahwa tidak
seperti halnya survei terestris, survei GPS tidak memerlukan saling keterlihatan
(intervisibility) antara titik-titik pengamat. Yang diperlukan adalah bahwa pengamat dapat
‘melihat’ satelit (satellite visibility). Pada dasarnya lokasi titik GPS dipilh sesuai dengan
kebutuhan serta tujuan penggunaan dari titik GPS itu sendiri nantinya. Disamping itu,
secara umum lokasi untuk titik GPS, sebaiknya memenuhi persyaratan berikut ini :
a. Punya ruang pandang langit yang bebas ke segala arah di atas elevasi 15o,
b. Jauh dari obyek-obyek reflektif yang mudah memantulkan sinyal GPS, untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya multipath,
c. Jauh dari obyek-obyek yang dapat menimbulkan interferensi elektris terhadap
penerimaan sinyal GPS,
d. Kondisi dan struktur tanahnya stabil,
e. Mudah dicapai (lebih baik dengan kendaraan bermotor),
f. Sebaiknya ditempatkan di tanah milik negara,
g. Ditempatkan pada lokasi dimana monumen/pilar tidak mudah terganggu atau
rusak, baik akibat gangguan’ manusia, binatang, ataupun alam,
h. Penempatan titik pada suatu lokasi juga harus memperhatikan rencana
penggunaan lokasi yang bersangkutan di masa depan, dan
Titik-titik harus dapat diikatkan ke minimal satu titik yang telah diketahui koordinatnya,
untuk keperluan perhitungan, pendefinisian datum, serta penjagaan konsistensi dan
homogenitas dari datum dan ketelitian titik-titik dalam jaringan.
jembatan dan pilar harus bisa terbidik sekaligus (apabila jembatan lebih dari satu
bentang) dan pengamatan lainnya.
Catatan :
Form Pengukuran
Theodolit
Waterpass
Rambu Ukur
GPS
Meteran
1) Survey topografi dimulai dengan memasang patok leger jalan atau bench mark,
sebagai titik ikat dan referensi untuk pengukuran.
2) Survey pengukuran/penentuan lokasi titik ikat pada awal dan akhir ruas jalan
serta pada tiap interval sepanjang 5 Km yang ditandai dengan patok beton
sebagai kontrol leger jalan (Bench Mark) dengan ukuran dan bentuk serta cara
pemancangan sesuai ketentuan pada buku 3 Pedoman Leger Jalan No. 011-
3/BM/2008. Titik-titik ikat tersebut dikaitkan pada Jaringan Kontrol Horisontal
dalam datum WGS 1984 dan Jaringan Kontrol Vertikal Nasional. Untuk jarak
maksimal 2 km antar patok leger jalan, dilakukan pengukuran poligon.
Sedangkan untuk jarak lebih dari 2 km, dilakukan pengukuran GPS geodetic dual
frequency secara diferensial
3) Survei pengukuran alinyemen horizontal dan vertikal jalan
4) Survei pengukuran, pengumpulan data dan pengamatan bangunan pelengkap
jalan, terutama jembatan.
5) Survei pengukuran dan pengumpulan data konstruksi jalan dan jembatan
6) Survei pengukuran dan pengumpulan data perlengkapan jalan
Ukuran/dimensi dan posisi bangunan dan pelengkap didapat dengan cara
pengukuran situasi jalan. Sedangkan untuk mengetahui jenis dan kondisinya
ditentukan dengan cara visual.
Bangunan pelengkap dan pengaman yang diinventarisir dan dicatat adalah :
Gorong gorong
Bronjong
Guard Rail
Talud Patok Km
Patok Hm
Patok Leger (Bench March)
Rambu – rambu
Marka Jalan
Traffic light
Halte
7) Survei pengukuran dan pengumpulan data bangunan pengaman jalan
8) Survei pengukuran dan pengumpulan data utilitas publik
Data perlengkapan jalan dan utilitas publik didapat pada waktu melakukan
pengukuran situasi jalan dan dapat diambil dari instansi terkait.
Perlengkapan jalan dan utilitas publik yang diinventarisir dan dicatat meliputi :
7) Pembuatan Peta Digital Jaringan Jalan, terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
Pengumpulan data dan peta jaringan jalan
Konversi ke format digital
Transformasi ke system koordinat nasional (GPS)
Koneksi peta digital dengan database jalan nasional dalam format GIS
8) Survey Lapangan, terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
Pemasangan dan Pengamatan Titik GPS
Ferivikasi dan penambahan database jalan
f. Bentuk Laporan :
Buku dicetak dengan ukuran kertas A4.
Gambar/album PETA dicetak berwarna dalam ukuran A0.
Gambar / album PETA dicetak berwarna dalam ukuran A3 dan A1.
Sampul laporan dicetak di atas kertas glossy.