PENDAHULUAN
1
Kota lain sehingga tidak memiliki ciri khas atau identitas. Penerangan Jalan
Umum Smart System merupakan penerapan dari IoT atau Internet of
Things. IoT adalah sebuah konsep di mana internet dapat dihubungkan
dengan benda-benda sehingga benda tersebut dapat dikontrol atau
digunakan dengan perangkat nirkabel. Tujuan studi ini yaitu dihasilkannya
perencanaan penerangan jalan umum yang memberi identitas bagi jalan
Kota Pasangkayu yang nyaman, aman dan estetik.
2
tepat waktu, serta untuk daerah yang aktifitasnya minim pada malam hari,
petugas dapat menurunkan pencahayaan serta penggunaan daya.
Smart System ini juga dapat menghemat listrik serta biaya yang
digunakan karena lampu dapat dinyalakan dan dimatikan tepat waktu, serta
untuk daerah yang aktifitasnya minim pada malam hari, petugas dapat
menurunkan pencahayaan serta penggunaan daya.
1.2. Tujuan
3
1.3. Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
kontrak kerja supervise dan pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan
tahap akhir penyelesaian proyek yang terdiri dari kunjungan periodik,
penyesuaian dan pengembangan, observasi penampilan serta pembelajaran.
6
1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang melayani angkutan
pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan
rata-rata rendah.
7
2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi Damaja
dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian
hari, serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.
3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), merupakan ruang sepanjang
jalan di luar Damija yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang
diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan.
8
Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar
minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 – 6.00 meter.
Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat peletakannya
terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan (”U - turn”),
dan pada tempat diantara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu
pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang
diturunkan.
3. Pada daerah tikungan
Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak
pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di
tikungan. Tanaman rendah (perdu dan semak) yang berdaun padat dan
berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80-meter sangat
disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.
4. Pada daerah persimpangan
Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan
lanskap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka
agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini
pemilihan jenis tanaman dan peletakannya harus memperhatikan
bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun
persimpangan tidak sebidang.
Rambu petunjuk yang baik adalah yang lengkap dan mudah dilihat
sehingga dapat memberikan informasi yang benar, diletakkan di tempat
yang benar dan tentunya konsistensi bentuk yang komprehensif dengan
karakter dan kecepatan kendaraan yang diizinkan pada jalan (Simonds,
1983). Beberapa istilah dalam lanskap jalan dijelaskan oleh Dephub
(2006), yaitu:
a. Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas,
median dan bahu jalan.
9
b. Bahu jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan
dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti,
keperluan darurat dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi
bawah, pondasi atas dan permukaan.
c. Trotoar adalah bagian dari badan jalan yang khusus disediakan untuk
pejalan kaki.
d. Bundaran adalah persimpangan yang dilengkapi lajur lingkar dan
mempunyai desain spesifik, dilengkapi perlengkapan lalu lintas.
e. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang
menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau
kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
f. Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas
kendaraan.
g. Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa marka
jalan yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor
sedang berjalan, selain sepeda motor.
h. Rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang,
huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan diantaranya sebagai
peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan.
t =√ h2 +c 2
Sehingga:
10
h
cos α=
t
Dimana:
h = tinggi tiang
Menurut Abdul Kadir (1995) fluks cahaya adalah total cahaya yang
dipancarkan setiap detik oleh sebuah sumber cahaya.
Q
ϕ=
t
Dimana:
11
t = waktu (dt)
ϕ ϕ
I= , ω=4 π dengan K= , ϕ=K × P
ω P
K× P
Sehingga I =
ω
Dimana,
I = waktu (dt)
ϕ ϕ I .ω 1
E= dengan E= = =
A A ω . r2 r2
Dimana,
E = intensitas penerangan/ iluminasi (lux) (lm/m2)
ϕ = fluks cahaya (lm)
A = luas bidang (m2)
ω = sudut ruang (sr)
I = intensitas cahaya (cd)
r = jarak dari sumber cahaya ke titik P
12
Gambar 2 Intensitas penerangan horizontal pada titik P
(Sumber: Buku Instalasi Listrik Arus Kuat 2 Karya P. Van Harten 1981)
13
Tabel 1 Kualitas Pencahayaan Normal
(Sumber: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi oleh Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral 2014)
L
T = +1
S
Dimana,
14
T = jumlah titik lampu
L = panjang jalan (m)
S = jarak tiang ke tiang (m)
Sedangkan jarak antar titik dapat dilihat pada tabel 3. jarak antar tiang
lampu penerangan berdasar tipikal distribusi pencahayaan yang telah
ditetapkan BSN 2008.
15
berkala (annuity) dan biayanya akan terus naik setiap beberapa
periode, maka digunakan metode nilai masa depan (future value
annuity):
n
F=P(1+i)
Dimana,
F = Future/Nilai masa depan
N = Jumlah periode pemajemukan
I = Tingkat bunga efektif per periode
c) Biaya perawatan yaitu biaya yang diperuntukkan dalam rangka
menjaga / menjamin performance (kerja) fasilitas atau peralatan agar
16
BAB III
METODOLOGI
17
Gambar 4. Peta Lokasi Perencanaan
Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain peralatan untuk
mengumpulkan data (meteran, buku sketsa, kamera digital, GPS), alat-alat
gambar, komputer untuk mengolah data dan menulis. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah: buku-buku sebagai referensi dan tinjauan pustaka,
peta sebagai acuan.
18
commission, research, analysis, synthesis sementara tahap construction dan
operation tidak dilaksanakan seperti pada Gambar berikut.
Proses studi perencanaan jalur hijau jalan ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
2. Research (inventarisasi)
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan semua data dan informasi
pembentuk tapak, serta data lain yang mempengaruhi tapak yang dapat
membantu dalam proses perencanaan. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
pengamatan dan pengukuran secara fisik dari tapak maupun luar tapak.
19
Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku ataupun data yang pernah
diperoleh sebelumnya. Data yang dikumpulkan dapat terdiri dari berbagai
aspek, yaitu data fisik, biofisik, sosial, ekonomi, teknik, dan budaya (Tabel
1). Dari semua data yang diperoleh dapat diketahui keadaan awal tapak.
Data biofisik yang dicari termasuk di dalamnya adalah data mengenai
tanaman khas Pasangkayu. Data budaya juga digunakan untuk mencari
keterkaitan antara jenis tanaman khas dengan kebudayaan masyarakat
Pasangkayu yang masih dilakukan hingga saat ini. Selain itu, dilakukan
wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk menambah data yang
diperlukan. Pengambilan gambar tapak melalui pemotretan dilakukan
untuk mengetahui kondisi existing tapak seperti view dan penggunaan
lahan sekitar.
3. Analysis (analisis)
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh kemudian
dilakukan analisis terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan
terhadap keindahan dan kelestarian rencana pada tapak tersebut sehingga
20
dapat diketahui masalah, hambatan, potensi, serta berbagai tingkat
kerawanan dari tapak tersebut. Secara deskriptif, data dapat
dikelompokkan menjadi kelompok data yang menyajikan potensi tapak
dan kendala tapak. Dari berbagai kendala yang ditemui dicarikan alternatif
penanggulangan yang terbaik untuk menjaga keindahan, kelestarian dan
kenyamanan. Dalam tahap ini juga dilakukan pengkajian terhadap
peraturan pemerintah serta ketentuan standar yang berlaku. Analisis lain
dilakukan terhadap jenis tanaman khas dan tanaman existing di tapak.
Analisis ini terkait dengan mempelajari karakteristik tanaman yang dipilih.
Hal ini berguna untuk menentukan jenis tanaman yang tepat digunakan
sebagai tanaman jalur hijau jalan sehingga selain memberi identitas juga
tetap memperhatikan aspek kenyamanan dan keamanan pengguna jalan.
Masalah lain yang perlu dianalisis contohnya volume kendaraan yang
melintas, dinamika pejalan kaki dan pengguna jalan, lokasi atau tempat
yang sering terjadi penumpukan massa, dan tata guna lahan di sepanjang
jalan.
4. Synthesis (sintesis)
Sintesis merupakan tahap lanjut dari analisis yang memberikan
penjabaran tentang solusi atau pengembangan dari kendala dan potensi
yang terdapat pada tapak. Studi skematik dibuat untuk mempelajari
perencanaan jalur hijau yang akan diterapkan dan selanjutnya dituangkan
dalam ide konsep yang sesuai dengan kondisi jalan. Hasil studi skematik
yang dibuat kemudian dikembangkan menjadi suatu rencana jalur hijau
jalan. Hasil rencana jalur hijau menggambarkan tata letak elemen lanskap
yang meliputi tata hijau dan fasilitas pendukung fungsi jalur hijau jalan
21
yang direncanakan, serta ketentuan panjang penanaman tanaman jalur
hijau jalan yang disesuaikan dengan hierarki jalan tersebut.
22
COMISSION Survei
Persiapan Pengumpulan data primer dan
sekunder
Pemotretan
Batasan Perencanaan
Construction Pengawasan Konstruksi
Konstruksi Pembangunan
23
t =√ h2 +c 2
= √ 62 +1,52
= 6,18 meter
Sehingga :
h
cos α =
t
6
=
6,18
= 0.97
α = cos−1 0.97
= 14.06°
= 14°
Gambar 3. Penentuan sudut kemiringan pada lengan tiang lampu terhadap lebar
jalan
No Spesifikasi
Lebar Jalan Tinggi tiang PJU Daya (w) Derajat kemiringan
(m) (m) lengan tiang PJU (° )
1 5 6 30 14
2 5 6 50 14
3 5 6 60 14
4 5 6 100 14
5 5 6 120 14
24
yaitu 14ᵒ. Besar daya dari lampu tidak mempengaruhi derajat kemiringan
lengan.
∅ K× P
I= , ω = 4 π maka I =
ω ω
100× 30
=
4 ×3,14
3000
=
12,56
= 238,85 cd
a)Menghitung iluminasi pada titik ujung jalan
Jarak lampu ke ujung jalan (r):
r = √ h2 +w 22
= √ 62 + 42
= 7,21 meter
1
E= 2 cos θ
r
238,85 6
= ×
7,21 2
7,21
1433,1
=
374,92
= 3,82 lux
b) Menghitung luminasi (L)
1
L= 2
4 π r cos θ
238,85
=
542,1
= 0,441 cd/m.
25
N Spesifikasi Hasil Perhitungan
o Leb Ting Day Derajat Fluks Intensit Ilumin Lumin
ar gi a kemiring cahay as asi asi
jalan tiang (w) an lengan a cahaya (lux) (cd/m²)
(m) PJU tiang (lm) (cd)
(m) PJU (ᵒ)
1 5 6 30 14 3000 238,85 3,82 0,44
2 5 6 50 14 4000 398,1 6,37 0,73
3 5 6 60 14 6000 477,71 7,64 0,88
4 5 6 100 14 1000 796,17 12,64 1,46
0
5 5 6 120 14 1200 955,41 15,29 1,76
0
Jarak antar titik tiang lampu yang digunakan yaitu 47 meter dimana jarak
tersebut digunakan karena lampu LED 30 watt pencahayaanya setara
dengan lampu SON 70 watt pada SNI 2008. Maka, jumlah kebutuhan titik
tiang lampu yaitu 53 titik.
2450
T= +1
47
= 53,127 ≈ 53 titik.
26
3.9. Spesifikasi
1. Konektor NEMA
Konsep
Pengontrol LED lampu jalan NEMA dikembangkan dengan menggunakan
platform perangkat keras chip tunggal berkinerja tinggi yang dikombinasikan
dengan sirkuit komunikasi PLC. Ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
penghematan energi sistem lampu jalan. Pengontrol LED memiliki fungsi seperti
tegangan / arus /akuisisi konsumsi energi, kontrol peredupan (PWM)
dan kontrol terjadwal.
Spesifikasi:
Ukuran 84 x 84 x 106 (mm)
Standart IEC 61000-2/3/4/5/6(Penangkal petir,ESD,FTB,CI)
Kelas 2 meter akurasi sebagai IEC 62053-21 ANSI
C136.4 connection
Data penyimpanan 2KBMemory
27
Fitur:
1. Kontrol
On / Off Operasi On / Off dari lampu jalan jarak jauh
2. Penjadwalan
Penjadwalan Kontrol terjadwal seperti lampu jalan hidup dan mati,
peredupan dan sebagainya.
3. penyimpanan data
Mencatat riwayat operasi, status dan data yang relevan dari masing-masing
Peralatan.
4. Kontrol petir
Operasi peredupan lampu jalan.
5. laporan data
kurva analisis dan laporan konsumsi energi dan sebagainya.
7. Status
Pertanyaan status status lampu jalan, Konsumsi Energi, Tegangan dan
Arus.
8. Alarm
Alarm Tampilan Alarm untuk jalan kegagalan lampu dan tidak ada
respons
28
9. DCU untuk penerangan jalan
Gambar 7 DCU
Konsep
Penerangan jalan DCU dikembangkan dengan performa tinggi 32-bit RISC yang
tertanam platform perangkat keras,professional kelas real-time LINUX yang
tertanam sistem operasi,3G/4G,GPRS/CDMA/GSM/LTE230 dan teknologi
komunikasi mobile lainnya dan tegangan rendah PLCteknologi komunikasi.
Spesifikasi
Ukuran 290 x 180 x 95 (mm)
Standart IEC 61000-2/3/4/5/6(Penangkal petir,ESD,FTB,CI)
Kelas 2 meter akurasi sebagai IEC 62053-21
29
Komunikasi local 1 way maintenance RS-232, 1 way RS-485, 1
antarmuka way USB
1. Kontrol
On / Off Operasi On / Off dari lampu jalan jarak jauh
2. Penjadwalan
Penjadwalan Kontrol terjadwal seperti lampu jalan hidup dan mati,
peredupan dan sebagainya.
3. penyimpanan data
Mencatat riwayat operasi, status dan data yang relevan dari masing-masing
Peralatan.
4. Kontrol petir
Operasi peredupan lampu jalan.
5. laporan data
kurva analisis dan laporan konsumsi energi dan sebagainya.
7. Status
Pertanyaan status status lampu jalan, Konsumsi Energi, Tegangan dan
Arus.
8. Alarm
Alarm Tampilan Alarm untuk jalan kegagalan lampu dan tidak ada
respons
30
3.10. Gambar Rangkaian
31
BAB IV
PERENCANAAN JALUR HJAU
KOTA PASANGKAYU
4.1. Inventarisasi
32
Gambar 8. Peta Kawasan Perencanaan Jalur Hijau Kota Pasangkayu
33
Tabel 4. Luas Wilayah Kecamatan Pasangkayu dan Kawasan Perencanaan Berdasarkan
Desa/Kelurahan
Kawasan
No. Desa/Kelurahan Luas (km2) Perencanaan
Luas (km2)
1 Karya Bersama 27,77 -
2 Pasangkayu 54,70 11,74
3 Ako 13,41 3,17
4 Martajaya 20,60 -
5 Gunung Sari 48,31 -
6 Pakawa 146,12 -
Jumlah 310,12 14,91
Sumber : Kecamatan Pasangkayu Dalam Angka Tahun 2018
4.1.2. Topografi
Secara topografi, Wilayah Perkotaan Pasangkayu memiliki dua
karakter topografi, yakni: dari datar sampai bergelombang, sebagian besar
berada pada ketinggian 10-18 m diatas permukaan laut (dpl). Hamparan
wilayah dengan topografi datar berada di sepanjang wilayah paralel
dengan garis pantai linear utara - selatan. Sementara wilayah dengan
topografi sedikit berbukit berada di bagian timur perkotaan Pasangkayu.
34
Gambar 9. Peta Topografi Kawasan Kota Pasangkayu
35
Gambar 10. Peta Kemiringan Kawasan Kota Pasangkayu
36
Tabel 6. Kondisi Kemiringan Lereng Kota Pasangkayu
1 0 - 2% 1.109,00 74,38
2 2 - 15% 211,00 14,15
3 15 - 25% 131,00 8,79
4 25 - 40% 27,00 1,81
5 > 40% 13,00 0,87
Jumlah 1491,00 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Pasangkayu, 2014 – 2034
4.1.3. Hidrologi
Kondisi hidrologi Wilayah Kota Pasangkayu dominan dipengaruhi
oleh keberadaan air muka tanah dengan ketinggian 1 - 2 m, dan
keberadaan sungai besar maupun sungai kecil. Di Kecamatan Pasangkayu
terdapat beberapa sungai besar, yaitu Sungai Babia, Sungai Pedongga,
Sungai Sulung dan Sungai Pasangkayu. Untuk lebih jelasnya mengenai
luasan dan tipe aquifer yang terdapat di Wilayah Kota Pasangkayu dapat di
lihat pada tabel 22 berikut.
Luas Persentase
No. Air Tanah AQUIFER
(Ha) (%)
37
Gambar 11. Peta Hidrologi Kawasan Kota Pasangkayu
38
4.1.4. Iklim
Keadaan yang mempengaruhi iklim suatu wilayah adalah suhu,
kelembaban, arah angin dan kondisi cuaca pada saat tertentu. Di Indonesia
hanya dikenal dua iklim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Berdasarkan data iklim yang ada dalam skala wilayah Kabupaten
Pasangkayu, wilayah Kecamatan Pasangkayu dimana Wilayah Kota
Pasangkayu menjadi bagian dari iklim wilayah secara umum, dengan rata-
rata jumlah hari hujan sekitar 9,5 hari/bulan dengan rata-rata jumlah curah
hujan 231,5 mm/bulan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 5.
39
Gambar 12. Peta Curah Hujan Kawasan Kota Pasangkayu
40
Tabel 9. Kelas Tanah di Kawasan Kota Pasangkayu
Kelas Persentase
No Fisiografi Drainase Luas (Ha)
Tanah (%)
Sulfaquents,
1 Dataran Pantai Sulfihemists, Terhambat 1.309,00 87,79
Sulfaquepts
Dystrudepts,
Eutrudepts,
Perbukitan, Hapludalfs,
2 Baik 182,00 12,21
Pegunungan Hapludults,
Hapludoxs,
Eutrudoxs
Jumlah 1491,00 100,00
Sumber: - RTRW Kabupaten Pasangkayu, 2014 – 2034
41
Tabel 10. Pola Penggunaan Lahan di Kawasan Kota Pasangkayu
42
Gambar 13. Peta Pola Penggunaan Lahan di Kawasan Kota Pasangkayu
43
Gambar 14. Peta Jalan Kota Pasangkayu
44
4.1.7. Jaringan Jalan
Gambar 17 diatas menunjukkan sistem jaringan jalan di Kota
Pasangkayu merupakan bagian dari jalan nasional dan propinsi. Jalan
Soekarno merupakan jalan negara yang menghubungkan Kota Pasangkayu
dengan Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Donggala dan diklasifikasikan
sebagai jalan arteri primer. Jalan Moh. Hatta, Jalan Dr. Sam Ratulangi dan
Jalan Fatmawati merupakan jalan lingkar dalam Kota diklasifikasikan
sebagai jalan kolektor.
Tabel 11. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan
Perkantoran
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan
Jalan Arteri Kolektor Lokal
Jalur Lalu Kondisi Baik - Baik
1 Lintas Ukuran 10 m/jalur - 8 m/2 Jalur
Kendaraan Material yang digunakan Aspal - Aspal
Keberadaan Ada - Ada
Jalur Kondisi Baik - Baik
2
Pedestrian Ukuran 1,2 m - 1,2 m
Paving yang digunakan Cor Semen - Cor Semen
Kondisi Baik - Tidak ada
2 Median Ukuran 1m - Tidak ada
Keberadaan Tanaman ada - Tidak ada
45
Tabel 12. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan
Perdagangan
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan
Jalan Arteri Kolektor Lokal
Jalur Lalu Kondisi Baik - Baik
1 Lintas Ukuran 10 m/jalur - 7 m/jalur
Kendaraan Material yang digunakan Aspal - Aspal
Keberadaan Ada - Ada
Jalur Kondisi Baik - Baik
2
Pedestrian Ukuran 1,2 m - 1,2 m
Paving yang digunakan Cor Semen - Cor Semen
Kondisi Baik - Baik
2 Median Ukuran 1m - 1m
Keberadaan Tanaman ada - ada
Tabel 13. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan Wisata
Pantai
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan
Jalan Arteri Kolektor Lokal
Jalur Lalu Kondisi - - Baik
1 Lintas Ukuran - - 7 m/2 jalur
Kendaraan Material yang digunakan - - Aspal
Keberadaan - - Ada
Jalur Kondisi - - Baik
2
Pedestrian Ukuran - - 1,2 m
Paving yang digunakan - - Cor Semen
Kondisi - - Tidak ada
2 Median Ukuran - - Tidak ada
Keberadaan Tanaman - - Tidak ada
Tabel 14. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan Rumah
Jabatan Bupati dan Wakil Bupati
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan Jalan Kolekto
Lokal
Arteri r
Jalur Lalu Kondisi - - Baik
1 Lintas Ukuran - - 10 m/2 jalur
Kendaraan Material yang digunakan - - Aspal
Keberadaan - - Ada sebahagian
Jalur Kondisi - - Baik
2
Pedestrian Ukuran - - 1,2 m
Paving yang digunakan - - Cor Semen
2 Median Kondisi - - Tidak ada
Ukuran - - Tidak ada
46
Keberadaan Tanaman - - Tidak ada
Tabel 15. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan Olahraga
(Stadium Pasangkayu)
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan Jalan Kolekto
Lokal
Arteri r
Jalur Lalu Kondisi - - Rusak
1 Lintas Ukuran - - 8 m/2 jalur
Kendaraan Material yang digunakan - - Tanah
Keberadaan - - Tidak ada
Jalur Kondisi - - Tidak ada
2
Pedestrian Ukuran - - Tidak ada
Paving yang digunakan - - Tidak ada
Kondisi - - Tidak ada
2 Median Ukuran - - Tidak ada
Keberadaan Tanaman - - Tidak ada
Tabel 16. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan Sempadan
Sungai Pasangkayu
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan Jalan Kolekto
Lokal
Arteri r
Jalur Lalu Kondisi - - Rusak
1 Lintas Ukuran - - 6 m/2 jalur
Kendaraan Material yang digunakan - - Tanah
Keberadaan - - Tidak ada
Jalur Kondisi - - Tidak ada
2
Pedestrian Ukuran - - Tidak ada
Paving yang digunakan - - Tidak ada
Kondisi - - Tidak ada
2 Median Ukuran - - Tidak ada
Keberadaan Tanaman - - Tidak ada
Tabel 17. Matriks Elemen Jalan Berdasarkan Klasifikasi Jalan pada Kawasan
Pemukiman
Klasifikasi Jalan
No Elemen Jalan Jalan Kolekto
Lokal
Arteri r
Jalur Lalu Kondisi - - Baik
1 Lintas Ukuran - - 8-10 m/2 jalur
Kendaraan Material yang digunakan - - Aspal
47
Keberadaan - - Tidak ada
Jalur Kondisi - - Tidak ada
2
Pedestrian Ukuran - - Tidak ada
Paving yang digunakan - - Tidak ada
Kondisi - - Tidak ada
2 Median
Ukuran - - Tidak ada
Keberadaan Tanaman - - Tidak ada
4.1.8. Vegetasi
1. Vegetasi Jalan Pada Kawasan Perkantoran
Jenis tanaman tepi pada jalan arteri di kawasan Perkantoran terdiri
dari pohon trembesi, cemara udang, dan tanaman penutup tanah (rumput).
Jarak tanam pada tanaman tersebut tidak teratur, rata-rata antara 3 m
sampai 4 m. Kondisi tanaman pohon berada dalam kondisi baik, yaitu
memiliki daun hijau, batang utuh dan sistem perakaran tidak merusak jalan
seperti pada Gambar 8. Sedangkan kondisi tanaman penutup tanah berada
dalam kondisi kurang baik yakni terdapat rumput liar dan tersebar tidak
merata. Jenis tanaman pada median jalan terdiri dari cemara udang.
48
Gambar 15. Vegetasi Tanaman Jalan Kawasan Perkantoran Pemerintah
49
baik, yaitu memiliki daun hijau, batang utuh dan sistem perakaran tidak
merusak jalan. Sedangkan kondisi tanaman penutup tanah berada dalam
kondisi kurang baik yakni terdapat rumput liar dan tersebar tidak merata.
Gambar 18. Vegetasi Jenis Tanaman Jalan di Kawasan Wisata Pantai Vovasanggayu
50
Gambar 19. Vegetasi Tanaman Jalan di Kawasan Wisata Pasangkayu Beach
51
Gambar 20. Vegetasi Tanaman Jalan di Kawasan Rumah Jabatan Bupati dan Wakil
Bupati Pasangkayu
52
Gambar 21. Vegetasi Tanaman pada Kawasan Olahraga
53
4.2. Analisis
54
Hal ini dilakukan karena setiap jalan yang ada di suatu tempat
memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda. Selanjutnya hasil analisa
digunakan untuk mengidentifikasi kendala dan pengembangan tapak serta
kecocokan fungsi tanaman untuk kenyamanan pengguna. Dari hasil
identifikasi, setiap data jalan dibuat matriks elemen jalan.
4.2.1. Topografi
Menurut PU (1990a) tentang Buku Petunjuk Teknis Perencanaan
dan Penanganan Longsoran menyatakan bahwa pembagian sudut lereng
suatu daerah dapat dibuat dengan selang sudut kemiringan 0%-5%, 6%-
15%, 16%-30%, 31%-70%, dan lebih dari 70%. Gerakan tanah umumnya
terjadi pada sudut kemiringan 15%-70% karena tempat tersebut sering
ditempati batuan lempung dan bahan rombakan yang mudah longsor
sehingga wilayah Kota Pasangkayu pada tingkat kemiringan tanah 15%-
30% berada pada tingkat kemiringan rawan longsor dan di bagian selatan
Kota Pasangkayu pada tingkat kemiringan 0%-2% sudah sesuai untuk
pembuatan model jalur hijau jalan karena pada tingkat kemiringan tersebut
tidak berada pada sudut kemiringan rawan longsor.
4.2.2. Geologi
Wilayah Kota Pasangkayu digolongkan kedalam 2 jenis batuan,
yaitu (1) aluvium dan endapan pantai, dan (2) batuan sedimen Klastika
Miosen. Berdasarkan struktur tanah yang ada di kawasan perencanaan
yang digolongkan ke dalam kelas tanah Sulfaquents, Sulfihemists,
Sulfaquepts, Dystrudepts, Eutrudepts, Hapludalfs, Hapludults, Hapludoxs,
55
dan Eutrudoxs. Secara umum endapan tersebut tergolong subur dan baik
untuk penanaman.
4.2.3. Hidrologi
Berdasarkan data inventarisasi, terdapat genangan air dan banjir di
beberapa segmen jalan arteri, kolektor dan lokal. Menurut Bina Marga
(1990a) tentang Pedoman Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Sistem
Drainase Jalan menyatakan bahwa standar drainase pada jalan arteri,
kolektor dan lokal adalah 0,7 m dan lebar drainase pada jalan arteri, jalan
kolektor dan jalan lokal berkisar 0,7 m.
56
4.2.5. Jaringan Sirkulasi
Berdasarkan data inventarisasi, beberapa bagian jalan (arteri,
kolektor, lokal) mengalami kerusakan akibat muatan berlebih. Di beberapa
segmen jalan (arteri, kolektor, lokal) terdapat kendaraan umum yang
berhenti sembarangan serta adanya kendaraan yang ingin memutar arah.
Selain itu juga, para pejalan kaki juga menyeberang jalan sembarangan.
57
terdapat jalan yang tidak memiliki jalur pedestrian khususnya pada jalan
pemukiman.
4.2.6. Vegetasi
Menurut Lestari dan Kencana (2011) jika tanaman penutup tidak
tersebar merata, maka daerah yang tidak merata tersebut akan ditanami
tanaman liar sehingga dapat merusak fungsi tanaman. Berdasarkan data
inventarisasi, beberapa vegetasi pada jalan (arteri, kolektor, lokal) tidak
terawat dengan baik dan dikelilingi oleh lahan terbangun dan belum
terbangun. Beberapa tanaman penutup tanah, tidak tersebar merata pada
area tanamnya.
4.3. Sintesis
4.3.1. Topografi
Menurut Anonim (1990) tentang Buku Petunjuk Teknis
Perencanaan dan Penanganan Longsoran menyatakan bahwa wilayah Kota
Pasangkayu pada tingkat kemiringan tanah 15% sampai 30% diperlukan
rencana penanganan longsoran agar sesuai untuk pembuatan model jalur
58
hijau jalan karena berada pada sudut kemiringan longsor dan di bagian
selatan Kota Pasangkayu pada tingkat kemiringan 3% sampai 8% sudah
sesuai untuk pembuatan model jalur hijau jalan karena tidak berada pada
sudut kemiringan longsor.
4.3.2. Geologi
Batuan yang menutupi Kota Pasangkayu terdiri dari endapan
alluvium, endapan kipas alluvium vulkanik muda, dan satuan Tuf Banten.
Menurut Anonim (2007) menyatakan bahwa setiap tanaman mempunyai
adaptasi yang berbeda terhadap batuan induk tanah, sehingga tanaman
untuk jalur hijau di Kota Pasangkayu yang sesuai dengan endapan aluvium
tersebut adalah Berdasarkan analisis, wilayah Kota Pasangkayu berada
pada wilayah dataran rendah. Menurut Lestari dan Kencana (2011)
menyatakan bahwa tanaman yang sesuai untuk model jalur hijau di kota
tersebut adalah Krai Payung (Filicium decipiens), Mahoni (Swietenia
mahagoni), Flamboyan (Delonix regia), Kalpataru (Barringtonia
Asiatica), Ketapang Kencana (Terminalia mantaly), Angsana
(Ptherocarphus indicus), Oleander (Nerium oleander), Bogenvil
59
(Bougenvillea Sp), Teh-tehan (Acalypha microphylla), Palem Kipas
(Livistona saribus), Palem Raja (Roystonea regia), Palem Ekor Tupai
(Wodyetia bifurcate), Pucuk Merah (Syzygium paniculatum), Tabebuya
(Tabebuia), Tapak Doro (Catharanthus roseus), Oleander (Nerium
oleander), Nusa Indah (Mussaenda pubescens), dan Soka (Saraca asoca),
4.3.3. Hidrologi
Berdasarkan hasil analisis, genangan air di beberapa segmen jalan
arteri, kolektor dan lokal disebabkan tidak berfungsinya drainase pada
jalan sehingga diperlukan perbaikan pada sistem drainase agar dapat
berfungsi kembali. Menurut Lestari dan Kencana (2011) menyatakan
bahwa setiap tanaman membutuhkan kadar air yang berbeda, tergantung
pada waktu, ukuran tanaman dan keadaan lingkungan. Berdasarkan data
inventarisasi, terdapat genangan air dan banjir di beberapa segmen dari
jalan (arteri, kolektor, lokal) sehingga menurut Bina marga (1990b)
tentang Petunjuk Perencanaan Trotoar menyatakan bahwa diperlukan
pembuatan drainase yang baik agar air tersebut dapat mengalir keluar dari
segmen jalan.
60
regia), Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcate), Pucuk Merah (Syzygium
paniculatum), Tabebuya (Tabebuia), Tapak Doro (Catharanthus roseus),
Oleander (Nerium oleander), Nusa Indah (Mussaenda pubescens), dan
Soka (Saraca asoca),
61
dan Wakil Bupati dan perdagangan (dengan lebar 6-12 m) belum sesuai
dengan standar lebar jalan lokal yaitu sebesar 18.290 m dan diperlukan
pelebaran beberapa segmen jalan khususnya pada jalan pemukiman.
62
4.3.7. Vegetasi
Berdasarkan hasil analisis menyatakan bahwa pada jalan lokal dan
arteri kawasan pemukiman dan perdagangan terdapat vegetasi namun
belum keseluruhan jalan. Menurut MENPU (2008) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 perlu adanya RTH pada kota
baik dalam berbentuk ruang ataupun berbentuk jalur dengan penambahan
tanaman pada bagian ruang dan jalur tersebut.
Perdaganga
Industri Perumahan
n
Pola Berbaris Berbaris Berbaris
Arteri
Jarak Tanam 6M 8M 8M
Pola Berbaris Berbaris Berbaris
Kolektor
Jarak Tanam 6M 8M 8M
Pola Berbaris Berbaris Berbaris
Lokal
Jarak Tanam 6M 8M 8M
Tabel 20. Matriks Arahan Pemilihan Karakter Tanaman Ideal Berdasarkan Penggunaan
Lahan
Kelas
Industri Perdagangan Pemukiman
Jalan
Arteri Penyerap Polusi Tanaman Peneduh: Tanaman Peneduh:
Udara: Terdiri dari terdiri dari pohon, terdiri dari pohon,
pohon, perdu/ semak, perdu, semak, perdu, semak
memiliki ketahanan ditempatkan pada jalur ditempatkan pada
63
Kelas
Industri Perdagangan Pemukiman
Jalan
tinggi terhadap
pengaruh udara,
bermassa daun padat, jalur tanaman (lebar
tahan terhadap tanaman (lebar minimal 1.5 m),
pencemaran kendaraan minimal 1.5 m), percabangan 2 m di
bermotor dan industri, percabangan 2 m di atas tanah, bentuk
mampu menjerap dan atas tanah, bentuk percabangan
menyerap cemaran percabangan batang, batang, tidak
udara tidak merunduk, merunduk,
Pembatas Pandang: bermassa daun padat bermassa daun
terdiri dari Tanaman padat
tinggi, perdu/ semak,
Bermassa daun padat
Tanaman Peneduh:
Penyerap Polusi Udara
terdiri dari pohon,
Terdiri dari pohon,
perdu, semak
perdu/ semak,
ditempatkan pada
memiliki ketahanan Tanaman Peneduh
jalur tanaman (lebar
tinggi terhadap terdiri dari pohon,
minimal 1.5 m),
pengaruh udara, perdu, semak,
percabangan 2 m di
bermassa daun padat, ditempatkan pada jalur
atas tanah, bentuk
tahan terhadap tanaman (lebar
percabangan
Kolektor pencemaran kendaraan minimal 1.5 m),
batang, tidak
bermotor dan industri, percabangan 2 m di
merunduk,
mampu menjerap dan atas tanah, bentuk
bermassa daun
menyerap cemaran percabangan batang,
padat
udara tidak merunduk,
Pembatas Pandang
Pembatas Pandang bermassa daun padat
terdiri dari tanaman
terdiri dari Tanaman
tinggi, perdu/ semak
tinggi, perdu/semak,
Bermassa daun
Bermassa daun pada
padat
Lokal Penyerap Polusi Udara Tanaman Peneduh: Tanaman Peneduh:
Terdiri dari pohon, terdiri dari pohon, terdiri dari pohon,
perdu/ semak, perdu, semak, perdu, semak
memiliki ketahanan ditempatkan pada jalur ditempatkan pada
tinggi terhadap tanaman (lebar jalur tanaman (lebar
pengaruh udara, minimal 1.5 m), minimal 1.5 m),
bermassa daun padat, percabangan 2 m di percabangan 2 m di
tahan terhadap atas tanah, bentuk atas tanah, bentuk
pencemaran peneduh, percabangan batang, percabangan
ditempatkan pada jalur tidak merunduk, batang, tidak
tanaman (lebar bermassa daun padat merunduk,
minimal 1.5 m), bermassa daun
percabangan 2 m di padat
atas tanah, bentuk Pembatas Pandang
percabangan batang, terdiri dari tanaman
tidak merunduk, tinggi, perdu/ semak
bermassa daun padat Bermassa daun
64
Kelas
Industri Perdagangan Pemukiman
Jalan
kendaraan bermotor
dan industri, mampu
menjerap dan
menyerap cemaran
udara padat
Pembatas Pandang:
terdiri dari tanaman
tinggi, perdu/semak
Bermassa daun padat
4.1. Perencanaan
65
66
Gambar 23. Penggunaan Lahan Pada Segmen Jalan di Kota Pasangkayu
67
4.1.1. Kawasan Perkantoran Pemerintah
Kawasan perkantoran pemerintah merupakan kompleks
perkantoran Bupati, gabungan kantor dinas-dinas, perkantoran kodim,
masjid madaniah, bundaran SMART dan alun-alun SMART Pasangkayu.
Kawasan ini dilalui oleh Jalan Soekarno, Jalan Moh. Hatta, Jalan Abdul.
Muis, Jalan Masjid Madaniah, Jalan Andi Bandaco, Jalan Dewi Sartika
dan Jalan Ambo Djiwa.
1. Jalan Arteri
Perencanaan jalur hijau jalan arteri di kawasan perkantoran
Pemerintah mengacu pada fungsi tanaman sebagai peneduh, pembatas
pandangan, pengarah jalan dan estetika. Hal ini disebabkan karena
kawasan perkantoran pemerintah dan sekitarnya menjadi iconik Kota
Pasangkayu. Kawasan ini terintegrasi dengan beberapa bangunan yang
menunjang aktivitas pada kawasan perkantoran pemerintah seperti
kawasan masjid Madaniah, Bundaran Smart dan ART Pasangkayu (Alun-
alun Pasangkayu).
68
Tanaman estetika berfungsi untuk meningkatkan kualitas visual
jalan dan kawasan, memanipulasi bad view pada jalan, menambah kesan
menyenangkan bagi pengguna jalan dan mengurangi kemonotonan serta
kaku pada jalan. Kriteria tanaman terdiri dari jenis pohon, perdu atau
semak dengan beberapa keunggulan fisik tanaman berupa keindahan
bunga, struktur daun, warna daun atau bunga, keunikan tajuk, tekstur yang
menarik atau bentuk percabangan yang unik. Meskipun memiliki
keunggulan fisik, tanaman yang dipilih tidak diperkenankan terlalu
mencolok karena dapat mengganggu konsentrasi pengguna jalan. Jenis
pohon yang dipilih antara lain Pohon Kalpataru (Barringtonia Asiatica)
dan Flamboyan (Delonix regia). Jenis perdu yang digunakan adalah soka
(Ixora coccinea L.), bugenvil (Bougainvillea glabra chois), dan Nusa
Indah (Mussaenda erythrophylla).
Tanaman estetika ditanam pada bagian median jalan dan loop
bundaran Smart dengan mengkombinasikan jenis pohon dengan perdu atau
semak. Penanaman tanaman estetika menggunakan pola penanaman
berkelompok, berbaris atau kombinasi kedua untuk menghasilkan pola
yang menarik dengan tinggi tanaman hingga 1.5 m berdasarkan standar
tinggi objek yang dapat di tangkap pengemudi (Harris dan Dines, 1976).
Khusus pada median jalan, jarak tanam yang digunakan adalah 0.3 - 0.5 m
dari tepi jalan karena lebar median di jalan ini < 1 m. Jarak tanam tanaman
tersebut terdiri dari jarak tanam jarang sampai rapat dan
mempertimbangkan jarak pandang pengemudi dalam keadaan bergerak
untuk melihat suatu objek.
Pada beberapa titik di bundaran perlu di perhatikan clear zone
planting. Clear zone planting ditempatkan pada daerah penyatuan,
pemisahan jalan dan pada area bundaran jalan untuk membebaskan
pandangan pengguna jalan dari dua jalur yang berbeda. Pada bagian clear
zone planting tidak direncanakan penanaman tanaman yang dapat
mengganggu pandangan pengguna jalan. Atas dasar keselamatan, jenis
69
tanaman yang digunakan adalah jenis ground cover atau penutup tanah
yaitu rumput gajah mini, rumput paetan atau sejenisnya.
70
Ruang terbuka hijau pada bundaran SMART direncanakan agar seorang
pengemudi jika memasuki bundaran harus mampu melihat pulau pemisah
dan pulau tengah dan sirkulasi kendaraan di sekitar bundaran. Agar
mampu melihat pulau pemisah, pengemudi yang mendekat harus
mempunyai jarak pandang henti yang memenuhi. Jarak pandang henti
pada kecepatan 50 km/jam adalah 65 meter pada masing-masing kaki.
Pengemudi yang berada di sisi kiri salah satu kaki simpang harus mampu
melihat kendaraan lain pada kaki simpang sebelahnya yang akan melintas
ke arah kanan bundaran. Dengan perbedaan sekitar 5 detik untuk
kendaraan memasuki bundaran dengan kecepatan 50 km/jam memberikan
jarak sudut pandang sebesar 70 m ke kaki simpang berikutnya.
71
di daerah yang diarsir pada Gambar 30. Beberapa perdu yang tingginya
kurang dari 0,50 m yang dapat ditanam pada daerah datar di lokasi yang
diarsir tersebut. Walaupun beberapa pohon atau palem atau tanaman
menjalar terdapat di lokasi seperti itu maka harus dipangkas tidak melebihi
tinggi 5,0 meter agar memberikan jarak penglihatan yang jelas. Jika pulau
tengah atau pemisah adalah timbunan, harus diperhatikan apakah jarak
pandang pengemudi ketika memasuki bundaran tidak terhalangi.
: Hanya perdu/semak dengan tinggi kurang dari 0,5-meter yang dapat ditanam
: Hanya pada daerah bergaris tidak boleh menghalangi jarak pandang dan garis pandang
vertikal
2. Jalan Lokal
Perencanaan jalur hijau jalan lokal di kawasan perkantoran
mengacu pada fungsi tanaman sebagai peneduh, estetika dan pengarah
pandangan. Pola penanaman yang direncanakan adalah pola penanaman
pohon dan perdu. Jarak tanam pohon yang direncanakan adalah 6 m. Hal
ini dimungkinkan agar pola penanaman tersebut dapat meningkatkan
fungsi tanaman sebagai peneduh. Spesifikasi tanaman yang dipilih untuk
jalur hijau jalan lokal ini adalah angsana (Ptherocarphus indicus) sebagai
penyerap polutan, akasia daun besar (Accasia mangium) sebagai penyerap
72
polutan, oleander (Nerium oleander) sebagai pembatas pandang, bogenvil
(Bougenvillea sp) dan teh-tehan pangkas (Acalypha sp) sebagai
penghalang sinar lampu kendaraan di malam hari.
Lebar jalur lalu lintas kendaraan yang direncanakan adalah 6 m
untuk 2 arah serta 2 lajur untuk 2 arah. Hal ini dimungkinkan karena
terbatasnya DAMIJA jalan lokal. Material yang direncanakan pada jalur
hijau ini adalah cor semen ataupun campuran aspal semen. Desain
kecepatan kendaraan pada jalur hijau jalan ini menurut Harris dan Dinnes
(1998) adalah 30 km/jam.
1. Jalan Arteri
Perencanaan jalan arteri pada kawasan perdagangan mengacu pada
akses menuju area dagang. Hal ini dimaksudkan karena konsep area
perdagangan lebih dominan oleh pejalan kaki dan bukan kendaraan
sehingga akses menuju area dagang haruslah dibuat mudah. Pada area ini,
jalur pejalan kaki dengan area tanaman tepi menjadi satu. Hal ini
dimaksudkan agar pengguna jalan khususnya para pembeli memiliki akses
yang mudah tanpa harus memotong area tanaman tepi jika ada. Tanaman
pada jalan ini akan dibuat kotak tanam sebagai batas area tanam dengan
radius 0,5 m.
73
Gambar 28. Rencana Jalur Hijau Kawasan Perdagangan
74
Gambar 29. Ilustrasi Jalan Arteri di Kawasan Perdagangan
75
Gambar 30. Tipikal Penanaman Pohon di Jalan Arteri Kawasan Perdagangan
2. Jalan Lokal
Perencanaan jalur hijau jalan lokal di kawasan perdagangan mengacu pada
aksesibilitas pejalan kaki menuju kawasan perdagangan. Fungsi tanaman
yang direncanakan adalah fungsi peneduh. Pola penanaman yang
direncanakan adalah kombinasi pohon dengan jarak tanam 12 m.
Spesifikasi tanaman yang dipilih untuk jalur hijau ini menurut PU (1996)
tentang Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan adalah angsana
76
(Ptherocarphus indicus) sebagai penyerap polutan dan peneduh, oleander
(Nerium oleander) sebagai pembatas pandang dan penyerap kebisingan,
bogenvil (Bougenvillea sp) dan teh-tehan pangkas (Acalypha sp) sebagai
pembatas seperti pada Gambar 43.
77
Gambar 32. Tipikal Penanaman Pohon di Jalan Arteri Kawasan Perdagangan
78
Gambar 33. Rencana Jalur Hijau di Kawasan Rumah Dinas Bupati dan Wakil
Bupati
79
sesuai dengan Harris dan Dinnes (1998) adalah 30 km/jam. Material yang
digunakan untuk jalur hijau jalan ini adalah aspal.
Jalur pedestrian yang direncanakan menurut PU dan Harris dan
Dinnes (1998) adalah dengan lebar 1 m dengan material pedestrian berupa
cor semen. Sistem drainase yang direncanakan pada jalur hijau ini adalah
sistem drainase tertutup dengan lebar 1 m dan kedalaman 1-2 m.
80
Gambar 34. Rencana Jalur Hijau di Kawasan Pemukiman
81
Gambar 35. Rencana Jalur Hijau di Kawasan Wisata Pantai
82
Gambar 36. Rencana Jalur Hijau di Kawasan Olahraga
83
rumput, semak, ataupun pepohonan sepanjang tepi kiri dan/atau kanan
sungai. Sempadan sungai yang demikian itu sesungguhnya secara alami
akan terbentuk sendiri, sebagai zona transisi antara ekosistem daratan dan
ekosistem perairan (sungai). Sempadan sungai yang cukup lebar dengan
banyak kehidupan tetumbuhan (flora) dan binatang (fauna) di dalamnya
merupakan cerminan tata guna lahan yang sehat pada suatu wilayah.
84
Fungsi tanaman yang direncanakan adalah fungsi penyegar udara dan
pencegah erosi. Pola penanaman yang direncanakan adalah kombinasi
pohon dengan jarak tanam 1-2 m. Spesifikasi tanaman yang dipilih untuk
jalur hijau ini menurut PU (1996) tentang Tata Cara Perencanaan Teknik
Lansekap Jalan adalah Bambu kuning (Bambusa vuL.garis schrad)
sebagai penyejuk udara dan pencegah erosi sungai.
85