MODUL
SIB – 11 : METODA KERJA
PELAKSANAAN PEKERJAAN
JEMBATAN
2006
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) viii
DAFTAR MODUL ix
PANDUAN INSTRUKTUR x
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Waktu : 5 menit
Waktu : 15 menit
Waktu : 45 menit
Waktu : 45 menit
Waktu : 30 menit
Waktu : 20 menit
Waktu : 5 menit.
BAB I
PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMBANGUNAN JEMBATAN
1.1 PENDAHULUAN
Pengukuran horisontal didasarkan baik pada sistem kontrol garis ataupun sistem
koordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari kedua sistem di atas.
Dalam sistem ini penentuan pengukuran didasarkan pada sistem referensi garis, dalam
hal ini biasanya digunakan garis tengah Jembatan. Garis kontrol offset dapat pula
digunakan.
Titik-titik utama (key points) ditentukan dari pengikatan, titik-titik kontrol offset serta
pengukuran jarak langsung dan pengukuran sudut sepanjang garis referensi.
Garis-garis kontrol tidak perlu harus lurus, dapat berbentuk lingkaran atau lengkungan
spiral. Dalam hal ini, suatu perhitungan data-data koordinat kritis, pengikatan, landasan
serta lengkungan harus tercakup dan tertera pada gambar alinemen.
Dalam sistem ini, titik-titik utama harus ditentukan koordinatnya. Untuk menentukan
posisi koordinat-koordinat tersebut di lapangan, dilakukan pengukuran jarak dari titik
kontrol hasil survei yang dihitung berdasarkan pada ordinat arah Utara-Timur.
Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark. Bench Marks
mengendali bangunan dapat di tempatkan pada lokal atau pada gabungan datum.
Geometri vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan. Data-data ini memerinci
rangkaian. titik-titik tangen vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.
Pengukuran lengkung vertikal sering diabaikan jika lengkungan vertikal normal dan
dikurangi dengan ketinggian yang diukur pada interval-interval pendek sepanjang garis-
garis rencana.
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan
ditempatkan pada posisi yang tepat di dalam lokasi pekerjaan konstruksi. Jarak antar
titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi jembatan tetapi bebas dari
area kegiatan, hal ini dimaksud untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran
posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak
titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol
juga dapat terjadi pada dasar tanah seperti pada daerah pasang surut dan tanah, pada
timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri,
seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.
Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas
ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.
Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan
jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan
untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala
jembatan selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbang kan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus
diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf
Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang
digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal
1.5.1. UMUM
Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan pekerjaan yang paling kritis.
Beberapa unsur-unsur penting seperti jarak antara beton kopel tiang (pile cap) harus
selalu diperiksa ulang sesuai dengan ukuran bangunan atas, sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai, terutama bila bangunan atas tidak horizontal.
Hal terpenting yang harus diperhatikan, apabila posisi garis kontrol terletak di luar garis
tengah Jembatan. Perlu diperhatikan bahwa sudut kemiringan diputar dari garis yang
benar terutama bila kemiringan berada di antara 40° dan 50°. Lokasi tiang pancang
terletak pada satu bidang di sisi bawah dari beton kopel tiang atau kepala jembatan.
Oleh karena itu pada pematokan tiang pancang, maka posisi tiang pancang
dipermukaan atau kerangka tiang pancang harus diukur dan disesuaikan, untuk
mendapatkan perbedaan antara bagian bawah beton kopel atau kepala jembatan dan
permukaan asli atau kerangka tiang pancang.
Kontrol posisi tiang pancang sulit dilakukan setelah pemancangan, dalam menentukan
ketepatan posisinya dibutuhkan letak awal dari pergeseran tiang pancang, untuk
memastikan bahwa posisi pancang tetap pada posisi semula. Pergeseran tiang
pancang cenderung bergerak searah dengan kemiringan pada waktu pemancangan
dan seringkali bertambah sesuai kemiringannya. Penyesuaian untuk tiang miring dalam
kelompok tiang dapat dibenarkan, untuk mengurangi resiko tiang terlalu dekat pada
tepi beton kopel tiang yang akan mengakibatkan beton kopel tiang diperbesar.
Pemancangan tiang miring pertama kali dapat digunakan untuk memeriksa seberapa
besar pergeseran dari kemiringan rencana.
Posisi garis-garis referensi harus tetap terletak pada telapak pondasi. atau pada garis
poros beton kopel dan garis-garis poros kolom. Setelah pemancangan tiang dilakukan,
titik referensi yang telah ditentukan sebelumnya harus diperiksa kembali untuk
memastikan bahwa titik-titik tersebut tidak mengalami gangguan.
Acuan untuk pangkal atau ujung dari kolom harus ditentukan secara tepat dan akurat.
Bila pangkal kolom terletak pada posisi yang tepat dan akurat, maka ketegakan kolom
dapat dikontrol langsung dari pangkal.
1.5.4. KOLOM-KOLOM
Ketegakan dapat dikontrol dari pangkal kolom yang dibuat secara akurat, seperti
yang telah diterangkan di atas atau dengan unting-unting atau bila mungkin dapat
dilakukan dengan Theodolit dari 2 arah.
Posisi horizontal Crosshead dapat ditentukan dari titik-titik tetap di puncak kolom
menggunakan koordinat-koordinat atau dari posisi garis poros yang ditransfer dari
dasar dengan menggunakan Theodolit.
Acuan soffit ditentukan dengan menggunakan sipat-datar dan bak ukur, dengan
memperhitungkan penurunan dan lendutan dari perancah dan acuan.
Tiang penyangga (Pedestals) landasan kadang-kadang dicor monolit dengan balok
melintang, tetapi karena toleransi yang kecil untuk menempatkan pedestal, lebih baik
pengecorannya dilakukan setelah balok melintang. Bila lubang penyambung akan
ditempatkan pada balok melintang, lubang tersebut harus diperiksa secara teliti
dengan menggunakan pengukuran langsung dari pilar kepilar untuk menjamin
ketepatan balok.
Kecuali pada keadaan khusus, permukaan atas dari dasar landasan harus rata.
Pengurangan ketinggian dari dasar landasan untuk mendukung gelegar beton
pratekan mungkin perlu penyesuaian terhadap perbedaan talk terduga dari lengkung
gelegar (hog).
1.5.6. LANDASAN
Landasan ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi tanda garis
tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau gelegar didukung pada
landasan sementara. Penentuan landasan sementara dilakukan dengan cara yang
sama seperti landasan yang tetap.
Titik-titik untuk penentuan dan pematokan balok dipindahkan dari permukaan tanah ke
balok melintang (crosshead).
Untuk gelegar segmental yang post-tension pada perancah, profil awal harus diberi
keterangan pada Gambar guna menyediakan profil rencana setelah penegangan.
Bangunan-bangunan atas yang dicor setempat ditentukan dan dipatok dari posisi tetap
pada balok melintang pada kolom-kolom. Untuk kontrol ketinggian pada gelegar box
yang dicor setempat, grid dibuat pada acuan soffit yang disesuaikan sambil memasang
bak ukur pada titik-titik kisi. Harus diperhitungkan penurunan dan lendutan acuan dan
perancah.
Pengukuran horisontal lantai ditentukan dari garis tengah jembatan yang ditransfer
ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang (cross head),
dinding, pelat lantai dan sebagainya.
Profil vertikal lantai jembatan yang menggunakan balok pratekan dapat berbeda dari
profil rencana yang disebabkan karena faktor-faktor seperti umur segmen-segmen, waktu
pelaksanaan dan kondisi cuaca. Untuk mendapatkan profil lantai yang benar, mungkin
perlu menyesuaikan ketinggian lantai rencana untuk memperhitungkan perbedaan
lengkungan bawah dari nilai rencana, dengan menyesuaikan tinggi dasar dilandasan atau
merubah tebal pelat lantai. Setiap usulan penyesuaian harus disetujui Engineer.
Jika profil vertikal lantai tidak sesuai dengan profil rencana, mungkin perlu penyesuaian
terhadap ketebalan kerb dan parapet untuk memperbaiki penampilannya.
Penyesuaian terhadap rangkak jangka panjang dan lendutan akibat penyusutan harus
dibuat karena hal ini cukup berarti.
Pada waktu membuat kerb dan parapet sebaiknya memperpanjang dan meluruskan
acuan sejauh mungkin melewati sambungan pelaksanaan, sehingga garis dan ketinggian
yang ditentukan berdasarkan perhitungan dapat diperiksa secara visual.
Kerb dan parapet sebaiknya tidak ditentukan dan dipatok terlebih dahulu sampai acuan
dan perancah untuk soffit lantai telah dibongkar dan telah ada penurunan yang terjadi.
Garis-garis harus dievaluasi secara visual. Suatu pemeriksaan dapat menemukan
kesalahan penentuan atau pematokan. Suatu 'aturan tidak tertulis' menyatakan bahwa
jika garis atau lengkungan tampak salah, kemungkinannya memang demikian.
BAB II
PEKERJAAN PONDASI
2.1 UMUM
Kapasitas jembatan mendukung lalu-lintas berat dan menahan gangguan banjir dan
sebagainya sangat tergantung pada kekuatan pondasinya. Pada jembatan-jembatan
sederhana, kadang-kadang diizinkan adanya penurunan kecil, penurunan besar pada
pilar atau kepala jembatan akan menyebabkan tegangan yang berlebihan dan
kerusakan pada unsur-unsur jembatan. Kalau jembatan telah direncanakan sebagai
bangunan menerus, penurunan bangunan bawah akan mengakibatkan membaliknya
tegangan pada gelegar dan lantai jembatan. Penurunan yang berlebihan, akan
mengakibatkan kerusakan pada bangunan.
Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun
pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada
tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus
diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan
jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum,
perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit dilaksanakan.
Kesalahan yang harus dihindari termasuk:
pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang kurang;
pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan;
penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang
relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;
kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan dan
pemancangan yang salah;
karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif
atau keadaan tanah itu sendiri;
karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton;
ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan
tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;
terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang
terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);
kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan
rayap dan serangga air;
penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah;
Pondasi langsung, pada prinsipnya menyebarkan beban secara langsung pada dasar
galian yang kedalamannya relatif kecil, ini berbeda dengan pondasi tiang pancang yang
meneruskan beban pada tanah.
2.2.1 Umum
Dari data geoteknis yang ada, perencana menentukan suatu kapasitas daya dukung dari
tanah atau batuan: Kapasitas ini biasanya ditunjukan dalam Gambar. Berdasarkan nilai
tersebut, ukuran pondasi langsung dihitung. Pelaksana jembatan kemudian mempunyai
tanggung jawab untuk mencek bahwa dasar pondasi di mana akan dibangun pondasi
langsung tersebut memenuhi perkiraan perencana mengenai daya dukungnya.
Sebagai pedoman untuk pendataan di lapangan, cara-cara penentuan praktis dalam
memperkirakan daya dukung dari tanah pasir, lempung dan batuan diberikan pada Tabel
2.2.1, 2.2.2 dan 2.2.3.
Harus ditekankan bahwa penentuan nilai tidak digunakan untuk keperluan perencanaan
jembatan.
2.2.2 TANAH
Peralatan kecil, seperti alat pengukur gaya geser tanah (shear vane) saku atau
penetrometer saku dapat bermanfaat dalam menilai sifat tanah kohesif.
2.2.3 BATUAN
Nilai-nilai yang diberikan pada Tabel 2.2.3 adalah untuk batuan yang tidak utuh dan pada
umumnya tanpa cacat (defect). Nilai-nilai tersebut harus diberi pengurangan untuk
memperhitungkan siar lempung, daerah tapukan (zona highly weathered) dan
patahan (fracturing). Tekanan yang dipikul (Bearing pressure) sebesar yang
diberikan dalam Tabel harus dipakai bersamaan dengan "unconfined compressive
test" dan percobaan pembebanan titik (point load test).
Tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari longsoran bahan galian atau
oprit atau tercucinya bahan oleh air hujan ke dalam galian, terlebih setelah tulangan
dipasang. Jika acuan digunakan penuh sekeliling pondasi langsung, lapisan beton
"campuran" harus dilaksanakan secara tepat menurut bentuk, garis dan tinggi.
Setelah itu acuan samping dapat diletakan dengan rapat pada tepi lapisan beton
campuran. Praktek ini dapat mempercepat pelaksanaan dan mengurangi hilangnya
adukan pada dasar acuan pada waktu pengecoran.
2.3.1 UMUM
a. Pengangkutan
Pengangkutan tiang pancang pipa baja biasanya tidak menjadi masalah di Indonesia.
Tiang pancang pipa baja pada umumnya disediakan dalam ukuran panjang 6 meter,
karena dapat disambung di lokasi dengan mudah dengan cara pengelasan.
Tiang pancang beton tersedia dalam berbagai ukuran panjang. Ukuran panjang 15
meter memerlukan penggunaan semi-trailer untuk pengangkutan, karena tiang ini
harus ditopang pada titik seperempat atau seperlima panjang. Terdapat seri tiang yang
lain yang tersedia dalam ukuran panjang 8 meter sebagai segmen atas dan segmen
bawah. Segmen atas biasanya mempunyai pelat baja untuk penyambungan dengan
segmen bawah. Lihat juga Bab 6.3.3.d tentang detail penanganan dan penyimpanan
tiang beton.
c. Pematokan Tiang
Pada waktu pematokan pondasi tiang di darat, garis dasar (baseline) harus
ditempatkan di luar daerah yang dipakai oleh tiang. Baseline harus ditentukan dengan
suatu cara yang memungkinkan pemeriksaan tiang pada waktu pemancangan. Garis
tengah di dalam daerah tiang dapat diragukan pada waktu pemancangan telah dimulai,
oleh karena kemungkinan patok terganggu gerakan alat serta pengangkatan (heaving)
tanah.
Pemancangan tiang di atas air merupakan masalah yang berbeda. Jika pemancangan
dilakukan dari perancah yang telah dipancang terdahulu, garis tengah dapat ditetapkan
pada perancah.
Jika tiang dipancang dari ponton, penetapan posisi tiang menjadi lebih sulit. Hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan garis dasar (baseline) pada sebagian bangunan atau
pada tebing, dengan sudut siku-siku terhadap garis tengah jembatan. Posisi tiang
kemudian dapat ditentukan dengan menggunakan dua buah pita baja untuk garis dasar
dalam bentuk segitiga siku-siku. Salah satu pita digunakan untuk mengukur jarak
berantai, dan yang lainnya mengukur hypotenusa (sisi miring). Titik potong atau puncak
(apex) dari segitiga adalah posisi tiang yang akan dipancang.
Seringkali perlu menggunakan juru ukur, misalnya jika jarak rantai terlalu besar, jika
ada halangan atau tidak mungkin menetapkan suatu garis dasar untuk pengerjaan
selanjutnya. Dalam hal demikian, lokasi tiang ditentukan dengan menggunakan
theodolit dan peralatan EDM atau cara lain pengukuran berantai.
e. Kapasitas Tiang
Ada beberapa cara meramalkan kapasitas batas tiang antara lain adalah dengan
Percobaan Pembebanan seperti yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.f. dan dengan
menggunakan Rumus Dinamis, yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.g.
Akan tetapi dalam tiap kasus, perlu mengaitkan perkiraan kapasitas batas terhadap
beban rencana pada tiang. Nilai dari beban rencana maksimum pada setiap tiang
harus diberikan pada gambar rencana. Pengawas (Supervising Engineer) harus
memilih faktor keamanan yang sesuai untuk diterapkan pada kapasitas akhir dan
memeriksa apakah lebih besar dari pada beban rencana.
Pemilihan faktor keamanan bergantung pada jenis rumus dinamis yang dipakai, dan
fungsi bangunan. Bangunan sementara dapat dilaksanakan dengan faktor keamanan
yang lebih rendah dari pada bangunan tetap.
Faktor keamanan dari 3 hingga 6 diberikan untuk Rumus Denmark yang digunakan di
dalam Spesifikasi Teknik. Beberapa peraturan perencanaan mensyaratkan nilai-nilai
minimum 2,5 atau 3,0 untuk rumus dinamis dan 2,0 untuk pengujian beban dalam
jumlah yang cukup telah dilaksanakan.
f. Percobaan Pembebanan
Percobaan Pembebanan di lokasi dilakukan pada tiang untuk memastikan kapasitas
daya dukung. Percobaan pembebanan dapat juga dilakukan pada tiang uji pada waktu
tahap perencanaan untuk memeriksa kapasitas perkiraan.
Tanah kohesi dan non-kohesi sifat-sifatnya akan berubah oleh adanya pemancangan
tiang pancang. Pada tanah lempung adanya gangguan ini akan menyebabkan
terjadinya pembentukan kembali (remoulding) dan kehilangan kekuatan. Dengan
berjalannya waktu, sebagian besar kekuatan akan kembali dan oleh karena itu
pengujian beban harus dilakukan beberapa minggu setelah tiang dipancang. Pada
tanah pasir, suatu kondisi sementara akan terjadi di mana tahanan berlebih
(resistance) akan terjadi. Akan tetapi tahanan berlebih tersebut akan hilang beberapa
waktu setelah pemancangan, biasanya beberapa hari setelah pemancangan.
Tiang dapat diberi beban percobaan dengan salah satu cara di bawah ini:
Beban mati dalam bentuk pemberat (kentledge) yang langsung ditambahkan pada
tiang.
Pendongkrakan terhadap beban mati yang didukung di atas tiang.
Pendongkrakan terhadap balok mellntang yang dl angker pada dua tiang
disampingnya.
Pendongkrakan terhadap balok melintang yang di angker pada batu oleh kabel
prategang yang di-grout pada batuan di luar tiang.
Dua dari cara tersebut di atas ditunjukan dalam Gambar 3.1
Pengukuran gerakan tiang dilakukan dengan mengikat pada suatu titik refrensi tetap.
Dukungan untuk titik referensi agar ditempatkan di luar daerah tanah yang dapat
dipengaruhi oleh gerakan tiang. Jarak yang paling besar antara 5 kali diameter tiang
atau 2.5 meter dari tiang yang akan diuji, kadang-kadang dipakai sebagai jarak
minimum lokasi pendukung dari tiang. Dalam tiap hal, titik referensi harus diperiksa
dengan pengukuran sifat datar bebas selama berlangsungnya pengujian pembebanan.
Ada beberapa metoda percobaan pembebanan yang berbeda, saat ini digunakan.
ASTM D 1143 menjelaskan, percobaan yang paling umum yaitu percobaan
pembebanan 'slow maintained'. Dengan prosedur ini percobaan beban diberikan dalam
delapan kali penambahan yang sama besar, hingga mencapai dua kali beban rencana.
Data Waktu vs Penurunan diperoleh untuk tiap-tiap penambahan beban. Tiap
tambahan dipertahankan sampai tingkat penurunan kurang dari 2,5 mm per jam, atau
untuk 2 jam, yang mana terjadi lebih dahulu. Beban akhir (dua kali beban rencana)
dipertahankan sampai 24 jam. Pengurangan beban juga dilakukan dengan cara sedikit
demi sedikit.
Beban batas tiang diambil sebagai beban di mana kemiringan kurva Beban Penurunan
menjadi hampir vertikal, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2
g. Rumus Dinamis
Telah dikembangkan banyak rumus untuk meramalkan batas daya dukung tiang pada
waktu pemancangan di lokasi. Tidak ada satupun rumus yang dapat diandalkan terus
menerus, atau untuk suatu kisaran daya dukung tiang.
Kebanyakan rumus praktis tiang pancang merupakan penyederhanaan dari persamaan
umum dan mengandung sejumlah "konstanta" dan koefisien empiris.
Cara tradisional meramalkan daya dukung tiang dengan cara dinamis adalah dengan
memancang tiang, mencatat sejarah pemancangan dan mengadakan percobaan
pembebanan. Akhir-akhir ini cara menginstrumentasi tiang dan melakukan perhitungan
kompleks menggunakan komputer sewaktu pemancangan dilaksanakan, memberikan
suatu alternatif yang balk.
Setelah batas daya dukung tiang dihitung, suatu faktor keamanan yang sesuai dipilih
untuk menentukan perkiraan kapasitas kerja. Pilihan angka keamanan dapat
ditanyakan dan sedapat mungkin ditentukan oleh Perencana.
Rumus Denmark kadang disyaratkan untuk menghitung batas daya dukung tiang.
Rumus ini dikenal sebagai salah satu rumus yang diandalkan untuk meramalkan batas
daya dukung tiang.
Batas daya dukung dapat dihitung sebagai berikut:
a. Pemilihan Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada
dasarnya sama.
Pada umumnya, peralatan dasar terdiri atas:
(i) kerangka pemancangan tiang untuk menyangga (menopang) pemandu
(leader);
(ii) pemandu untuk menyangga tiang pancang dan memberi arah pada waktu
pemancangan;
(iii) penumbuk - dari jenis jatuh bebas, uap atau udara bertekanan atau tenaga
diesel;
(iv) Topi tiang (helmet) yang juga diarahkan, untuk memindahkan pukulan
penumbuk pada tiang;
(v) Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat
penumbuk.
Peralatan yang bergerak umumnya dipakai untuk pemancangan tiang di darat meskipun
kerangka tiang juga masih digunakan pada beberapa kondisi.
ii. Crane yang bergerak (Mobile) dengan Pemandu (Leader) yang menggantung
Sistem ini biasanya terdiri atas crane dengan roda rantai dan satu set pemandu tiang
pancang baja atau pengarah yang digantung pada tiang (boom). Dasar dari pemandu
(guides) diikat pada crane dengan lengan (stay) yang dapat disetel. Crane harus dapat
menempatkan penumbuk tiang dalam pemandu dan mengangkat serta menempatkan
tiang di bawah penumbuk. Ini biasanya memerlukan crane besar karena pemandu, tiang
dan penumbuk semuanya harus diangkat ke dalam posisinya.
Gambar 2.4 menunjukan gambar dari peralatan pemancang tiang yang bergerak (mobile
pile-driver) yang umum dipakai.
Tiang diletakkan di bawah penumbuk dengan pemandu terletak di tanah pada penopang
kayu. Unit ini dapat berdiri sendiri. Dalam beberapa hal, dan untuk keamanan
pelaksanaan, terutama dengan tiang yang panjang, mobil crane kedua digunakan untuk
membantu mengangkat tiang dalam posisinya di bawah penumbuk. Pemancang tiang
dengan roda rantai dapat juga dioperasikan dari ponton (tongkang), dengan rodanya
dibaut atau dirantai pada geladak.
Pada pengoperasian penumbuk diesel dengan pemandu miring yang menggantung
pemandu harus mempunyai cukup kekakuan untuk mencegah bengkok (disebabkan
berat penumbuk) pada waktu penumbuk mencapai titik tengah pemandu, jika tidak,
mekanisme tidak bekerja.
Perbandingan antara berat penumbuk jatuh bebas dengan berat tiang pancang yang
disarankan untuk tiang baja dan beton bertulang adalah sebagai berikut:
• Tiang pancang dengan berat sampai 7,5 ton perbandingan penumbuk dengan
tiang minimum dua pertiga.
• Tiang 7,5 hingga 12 ton perbandingan penumbuk dengan tiang minimum satu
perdua.
Untuk tiang pancang beton bertulang dengan berat hingga 7,5 ton, hasil perkalian jarak
jatuh bebas penumbuk dalam meter dan berat penumbuk dalam ton tidak boleh melebihi
5 ton meter. Untuk tiang baja dan beton yang lebih berat, tenaga maksimum dapat
ditentukan oleh Engineer.
Untuk tiang pancang kayu dan beton pratekan, berat penumbuk jatuh bebas harus
mendekati berat tiang pancang.
Suatu daftar ciri-ciri penumbuk yang berjenis biasa diberikan pada Tabel 2.4.
Gambar 2.6. - Cap Blok dan Topi Untuk Tiang Beton Pracetak
Dolly
Dolly atau follower adalah sambungan sementara pada tiang untuk memungkinkannya
dipancang di bawah air atau di bawah tanah. Dolly dipasang pada topi di puncak tiang
dan dibuat dari kayu keras (hardword) bulat atau dari baja. Sedapat mungkin
penggunaan dolly harus dihindari karena terjadinya kehilangan tenaga pada dolly dengan
sambungan tiang, dan sendi "bergerak" dapat menyebabkan kehilangan pengendalian
arah.
Beberapa pemandu tiang mempunyai tempat untuk memasang sambungan pendek di
bawah dasar pemandu untuk memungkinkan topi dan penumbuk bergerak ke bawah
melampaui batas normal geraknya. Hal ini dilakukan hanya bila dianggap bahwa tiang
dapat mencapai penurunan (set) yang ditentukan sebelum menembus tanah terlalu
dalam untuk dapat disambung.
Pipa dapat dipasang sentris ke dalam tiang beton pracetak untuk mengarahkan air
kepada empat (4) jet, satu pada tiap sisi pada ujung yang mengecil (tapered point). Pipa
diberi bengkokan 90° kira-kira satu meter di bawah kepala tiang untuk penyediaan air
bertekanan kepada jet.
Penyemprotan harus dihentikan kira-kira 0,5 m di atas kedudukan ujung akhir dan saat
tiang dipancang pada posisi akhir.
Tingkat aliran air yang cocok untuk penyemprotan sebesar 7.5 liter per detik per nozzle
pada tekanan 70 kPa diukur pada nozzle.
jatuh bebas internal yang bekerja pada beton penyumbat di dasar. Selain itu tiang
pancang yang dipancangkan dari atas dapat dipancang dengan ujung terbuka,
yang dapat mengurangi daya dukung ujung (end bearing resistance) pada waktu
pemancangan.
a. Umum
Beton dapat disesuaikan untuk penggunaan yang luas pada jenis-jenis tiang. Beton
dapat dipakai dalam bentuk pracetak pada tiang pancang atau dipakai pada tiang yang
dibor. Beton yang padat dan mampat dapat tahan terhadap pemancangan yang keras,
dan menahan serangan zat-zat agresif dalam tanah atau di air. Akan tetapi pada tiang
pracetak, beton cenderung mengalami kerusakan (yang mungkin tidak terlihat) pada
kondisi pemancangan yang keras. Beton yang lemah pada tiang yang dicor in-situ
kemungkinan akan hancur bila terdapat bahan-bahan agresif di dalam tanah atau air.
Suatu kerugian lain dari tiang beton adalah sulitnya untuk disambung dibandingkan
dengan pipa baja. Pada sebagian besar proyek-proyek, panjang tiang yang diperlukan
tidak diketahui sampai pemancangan sebenarnya berlangsung. Tiang yang perlu
diperpanjang biasanya tidak dapat diselesaikan sampai ada sambungan baru yang
dicor dan dirawat (sekurang-kurangnya 20 hari) dan tiang dapat dipancang kembali.
b. Pembuatan Tiang
Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat
dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan
pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus
ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu
dan sesudah pengecoran: Suatu landasan beton masif sering digunakan. Susunan ini
terlihat pada Gambar 3.7
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk
menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan.
Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton
di antara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan
menggunakan alat 'pemotong' untuk meniadakan bercak-bercak keropos (honey
comb).
Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera
mungkin dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung
dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan
pada kubus beton menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus
dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk
melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau
baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat
penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan
sangat berhati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau
awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan membesar akibat tegangan pada saat
pemancangan.
Tiang harus ditandai dengan jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang dan
tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa
pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar.
Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang
menggunakan terpal atau lembaran lain.
Sebelum pengangkatan, tiang pancang beton diberi tanda pada interval 250
mm. Tiang pendek, dengan panjang kurang dari 15 m, ditempatkan pada
posisinya dari titik ketiga teratas, dengan ujung bawah tiang (toe) menopang
pada tanah, dengan berhati-hati agar toe dari tiang tidak membentur atau
mengenai permukaan tanah yang tidak rata. Tiang yang panjang diangkat dari
kedua titik kelima, kecuali jika diberi petunjuk yang lain. Ujung toe tidak
mengenai tanah dan berangsur-angsur diturunkan sampai tiang hampir tegak.
Tali ujung dipakai untuk menghindari benturan dengan kerangka atau
pemandu (leader). Pengangkatan terakhir harus dilakukan dengan bantuan tali
baja pada tiang dekat kepala. Untuk tiang yang sangat panjang, suatu halter
dengan desain yang sesuai mungkin diperlukan. Dalam hal ini gambar-gambar
akan disediakan oleh Pimpro/Engineer.
Gambar 2.9, 2.10, 2.11, 2.12, 2.13 dan 2.14 memperlihatkan cara lain penyambungan
tiang pancang beton.
a. Umum
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat dan ringan untuk ditangani, mempunyai
kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan
tanah keras, dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga
mencapai . lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang
tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau
diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing
stratum).
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus
mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang
dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada
ujung tiang ( pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat
lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian
beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya
ditinggalkan di dalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).
b. Fabrikasi
Pipa baja biasanya disediakan dalam bentuk jadi. Pipa dibentuk tanpa lipatan, dilas
spiral atau dilas tangkup. Jika perlu panjang dapat disambung sebelum pemancangan
dan ukuran panjang tambahan dapat disambung dengan mudah sesuai kebutuhan.
Untuk membuat suatu tiang dengan ujung tertutup, pipa tiang sering dipotong dan dilas
sehingga membentuk ujung runcing, seperti terlihat pada Gambar 2.16.
c. Penyambungan
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi,
dan harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus diuji secara
visual dan dengan cara 'non destructive'.
Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang yang
dipancang, untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang
sukar dilas.
Tidak ada masalah pada penyambungan pipa baja, yang penting hanya pengelasan
dan waktu yang digunakan untuk mengelas sambungan bukan merupakan gangguan
yang berarti bagi pemancangan. Akan tetapi penting untuk menahan/memegang pipa
sambungan tiang pada alinemen yang benar ketika pengelasan berlangsung,dan untuk
mempertahankan celah (gap) yang tepat. Peralatan penahan ditempat (jigs and
fixtures) harus digunakan untuk mencapai hal ini. Potongan-potorigan batang
penulangan (kira-kira sepanjang 200 mm) yang dilas sebagai pegangan (lugs) di dalam
pipa akan menandai perpanjangan dan tiang yang telah dipancang. Sambungan yang
dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja)
biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.
Dua contoh tipikal sambungan tiang baja seperti terlihat pada Gambar 2.17.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang
yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak
harus dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.
Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini
dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian
luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan
berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang
setiap 90° di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau
2,5 meter menurut arah memanjang tiang.
a. Umum
Baik alat pancang bergerak (mobile) maupun tetap untuk pemancangan tiang lazim
digunakan di Indonesia. Jenis penumbuk yang paling sering digunakan adalah
penumbuk diesel. Penumbuk jatuh bebas jarang digunakan untuk memasang tiang
yang tetap pada proyek jembatan.
Tiang pancang kepala jembatan (abutment) sering dipancang sebelum dilakukan
penghamparan tanah/bahan pengisi untuk timbunan oprit. Hal ini merupakan praktek
yang buruk, dan dapat menimbulkan pengurangan kapasitas daya dukung tiang yang
berarti..
Bahan timbunan (embankment) sulit dipadatkan dengan benar di sekitar tiang dalam
kelompok (hal ini sangat sukar untuk dicapai, terutama pada daerah di bawah kepala
jembatan itu sendiri), bahan timbunan akan turun (settle) di sekeliling tiang.
Penurunan ini akan menyebabkan tarikan ke bawah (downdrag) pada tiang, sebagai
tambahan beban vertikal pada tiang akibat beban dari bangunan. Harus diusahakan
agar bahan timbunan dihampar secepat mungkin untuk menghindari masalah ini. Jika
bahan pengisi timbunan dalam jumlah besar akan ditempatkan pada kepala
jembatan, harus dipertimbangkan pembebanan pendahuluan dari timbunan dengan
bahan tambahan (setinggi 2 atau 3 meter). Bahan ini kemudian di tinggal ditempat
selama beberapa bulan untuk mempercepat penurunan timbunan, dan bahan
tambahan kemudian dipindahkan sebelum pemancangan tiang.
b. Penempatan (Pitching)
Catatan lain mengenai penanganan dan penempatan tiang terdapat pada Bab 2.3.1
dan 2.3.3.
c. Prosedur Pemancangan
Pada tahap awal pemancangan tiang pancang beton bertulang, pukulan penumbuk
(hammer) harus dikendalikan sehingga menghasilkan penetrasi per pukulan tidak lebih
dari 60 mm. Pukulan yang berat dalam tanah lunak dapat menyebabkan retak (tension
Cracking). Dengan bertambahnya ketahanan (resistance), pukulan harus diperbesar
dengan memelihara penetrasi kira-kira 50 mm per pukulan sampai pukulan maximum
yang diizinkan dicapai.
Pemancangan dilanjutkan sampai tiang mencapai penurunan (set) yang ditentukan dan
sampai ujung tiang mencapai kedalaman rencana atau seperti yang dilakukan pada
tiang percobaan, pemancangan dilanjutkan sampai tiang mencapai nominal refusal.
Menurut ketentuan Spesifikasi Teknik, ini berarti penetrasi tidak lebih dari 25 mm untuk
20 pukulan beruntun dengan tenaga pemancangan yang ditentukan. Untuk
mendapatkan dudukan kokoh pada batuan, refusal (penolakan) untuk tiang baja sering
diambil sebagai penetrasi netto 6mm atau kurang untuk 5 pukulan terakhir.
Jika tiang telah dipancang hingga 1 meter dari tanah dan tidak ada tanda-tanda
bahwa penurunan yang diharapkan tidak akan terjadi maka pemancangan harus
dihentikan dan sisa tiang dibiarkan di atas permukaan tanah untuk memungkinkan
penyambungan (splicing) dengan mudah. Jika tiang terlihat perlu ditinggikan ke atas,
maka pemancangan dapat dilanjutkan dengan memakai dolly atau follower.
Seringkali pemancangan dihentikan (misalnya untuk memasang sambungan). Jika
pemancangan dilanjutkan, penetrasi per pukulan mungkin jauh lebih kecil dari pada
saat pemancangan terhenti. Tekanan pori, yang melicinkan tiang sudah berkurang
sehingga pemancangan kembali menjadi sulit. Tidak ada alasan untuk memperbesar
pukulan melebihi dl atas maksimum yang diizinkan. Setelah jumlah pukulan yang
cukup, tiang biasanya akan bergerak kembali. Dengan penumbuk diesel, waktu yang
tertunda dalam mengatasi daya lawan adalah sangat kecil.
Setiap usaha harus dilakukan untuk menghindari terhentinya pemancangan.
Pengukuran penurunan ("set") harus dilakukan pada akhir pemancangan, dan bukan
setelah pemancangan istirahat untuk waktu yang panjang.
d. Pemancangan
Beberapa catatan pada pengoperasian pemancangan tiang terdapat di bawah ini:
Tiang pancang miring yang dipancang dari pemandu (leader) biasanya bergerak
ke arah kemirinyan yang lebih datar dari pada kemiringan pada saat
penempatan. Jika hal ini terjadi, lebih balk mengantisipasi arahnya dan
menyesuaikan arah penempatannya (pitch) sebelum dipancang. Tiang pancang
beton sama sekali tidak boleh ditarik untuk memperbaiki deviasi dari kemiringan
rencana. Tiang pancang harus dicabut dan dipancang kembali, jika perlu
dilakukan tindakan perbaikan.
Gambar-gambar menunjukkan lokasi rencana tiang miring (raker pile) di sisi
bawah beton kopel tiang (pile cap). Titik di mana tiang miring masuk ke tanah
tergantung pada perbedaan tinggi sisi bawah beton kopel tiang dan permukaan
tanah, dan kemiringan tiang (lihat Gambar 2.18).
Pada tanah kering biasanya dipersiapkan daerah kerja yang datar pada lokasi
pilar. Titik masuk tiap tiang kemudian dapat dipatok dengan mudah. Untuk
beton kopel tiang di dalam tanah, sebaiknya diusahakan penggalian hingga sisi
bawah beton kopel tiang, sebelum pemancangan dimulai. Akan tetapi, bila ini
tidak mungkin dan tanah tetap tidak rata, titik masuk (point of entry) dapat
dipatok setelah menentukan tinggi permukaan asli.
Pada waktu pemancangan tiang miring dari tongkang/ponton (barge), lokasi
dapat ditentukan dengan menggunakan theodolite untuk menentukan garis, dan
sebaiknya peralatan pengukuran jarak elektronis (electronic distance
measuring-EDM) untuk lokasinya. Jika peralatan EDM tidak tersedia, dapat
digunakan pita ukur atau pita baja dengan koreksi yang sesuai untuk suhu,
lendutan (sag) dan sebagainya, sehingga ketepatannya dapat dijamin.
Panjang yang diukur dari tiang yang miring dalam arah garis tengah
longitudinal, harus dihitung untuk ketinggian di mana dilakukan pengukuran.
Untuk tiang yang miring secara melintang terhadap garis tengah, posisi dari
theodolit pada base line harus dihitung untuk ketinggihan tiang yang ditentukan
sebelumnya. Bilamana memancang dari tongkang/ponton, tiang disetel dengan
beratnya didukung oleh tongkang. Bila ujung tiang (toe) diturunkan pada dasar
sungai, tongkang akan terangkat karena berpindahnya beban dari tongkang ke
tiang. Posisi tiang pada permukaan harus diperiksa sebelum pemancangan
dimulai.
Naik turunnya tongkang akibat pengaruh pasang surut dapat juga merubah
kemiringan tiang pada tahap-tahap awal pemancangan. Oleh karena itu sampai
tiang tertanam dengan baik, kemiringan harus diperiksa secara teratur dan
dikoreksi dengan cara menggeser tongkang/ ponton. Pada waktu yang sama,
posisi tiang harus diperiksa dengan pengukuran.
Tiang pancang pada tebing yang curam sering bergerak kearah sungai. Jika hal
ini terjadi, tiang harus ditempatkan agak miring untuk mengimbangi gerakan ini.
Perhatian khusus diberikan sebelum dan selama penumbukan pertama
sehingga ketepatan pemancangan dapat dijamin. Sumbu penumbukan harus
konsentris dengan sumbu tiang yang ditempatkan. Oleh karena itu kerangka
tiang harus dipelihara dalam kondisi yang baik, dan pengarah penumbuk harus
selurus mungkin pada keseluruhan panjangnya.
Bila tiang keluar dari arahnya pada tahap-tahap awal pemancangan, keadaan
ini dapat diperbaiki dengan sedikit memindahkan kerangka tiang. Dengan tiang
beton, prosedur ini sebaiknya tidak dilakukan setelah beberapa pukulan
pertama penumbuk, karena tiang dapat retak dengan mudah dalam posisi ini.
Koreksi mungkin dilakukan dengan menggunakan tali pemandu atau pengikat
dalam arah yang benar, tetapi bila tiang terlalu keluar garis/arah, prosedur yang
biasa dilakukan adalah mencabutnya, mengisi lubang dengan pasir atau bahan
serupa (dengan memadatlcan bahan lapis demi lapis) dan mencoba
memancangnya lagi dengan sudut yang benar. Biasanya ada kecenderungan
tiang akan mengikuti lubang lama.
Jika cara di atas kurang memuaskan, atau tiang tidak dapat dicabut (tidak
terdapat peralatan untuk pencabutan, atau tiang telah dipancang terlalu dalam
untuk dapat dicabut) yang praktis yang biasa adalah dengan memancang tiang
lain di samping tiang pertama dan memperpanjang pile cap.
Pada jenis tanah tertentu, terutama bila butiran berukuran kasar, tidak kedap air
(pervious) dan jenuh, tiang akan tampak terdorong ke atas dengan perlawanan
yang diperlukan. Akan tetapi setetah jangka waktu yang pendek (dibawah 24
jam), tiang akan kehilangan sampai 40 persen dari perlawanannya untuk
pemancangan. Hal ini disebabkan oleh pemadatan material di sekitar tiang pada
waktu pemancangan, tetapi bila pemancangan dihentikan material
berkesempatan menyerap air dan menyesuaikan diri kembali. Jika ini terjadi,
tiang harus dipancang kembali. Oleh karena itu praktek yang baik bila kondisi
demikian diperkirakan akan terjadi, adalah dengan cara menghentikan
pemancangan dan menunggu 12 hingga 18 jam sebelum dicoba kembali. Jika
Tiang Beton pratekan dan tiang beton bertulang khususnya sulit untuk
dipancang melalui pasir. Gerakan membilas dengan semprotan air dari pipa
yang tertanam dalam tiang atau yang dipaksa turun di samping tiang,
memudahkan masuknya tiang ke dalam tanah. Akan tetapi, penyemprotan tidak
efektif pada tanah lempung dan tanah kelempungan.
Penyemprotan hanya dapat digunakan bilamana dimungkinkan mendapat
volume besar air di permukaan, dan pada umumnya menimbulkan lokasi yang
kurang rapi.
Penyemprotan harus merata untuk mencegah ujung tiang keluar dari arah garis.
Lebih baik memakai pipa semprot pada setiap sisi, dari pada memakai pipa
tunggal. Pipa semprot harus berdiameter 37.5 mm hingga 50 mm, berakhir
pada ujung (nozzle) atau fishtail yang mempunyai potongan melintang lebih
kecil.
Jika penyemprotan pra-pengeboran di pakai, pastikan bahwa ujung tiang
mempunyai dudukan yang baik dengan perlawanan tanah yang memadai pada
ujungnya sebelum memakai tenaga pemancangan penuh.
Pemancangan dan penyemprotan tidak boleh dilakukan secara bersamaan.
Keamanan pekerjaan harus diperhatikan setiap saat pada waktu pemancangan.
Khususnya hal-hal berikut ini harus di perhatikan :
o Pakailah helm keamanan setiap saat pada saat pelaksanaan pemancangan.
Hal ini sangat penting untuk personil yang mencatat penetrasi dan
penurunan akhir.
o Pastikan dengan seksama sambungan yang dipilin dan baut dikerjakan
dengan benar, atau baji yang dipakai untuk memasang tiang pada trip atau
penumbuk. JANGAN MENGGUNAKAN PENJEPIT TALI. Ikatkan baut pin
sehingga tidak lepas.
o Pastikan bahwa tangga akses dan panggung dalam kondisi baik.
o Bila menggantung penumbuk pada pemandu, pastikan bahwa cukup
disokong oleh balok atau pengikat tali kawat baja atau cara lain yang
ditentukan oleh pabrik, meskipun tali katrol masih terpasang pada
penumbuk.
o Bila menempatkan tiang, harus diingat bahwa pengangkatannya berat dan
agak sulit, dan harus dijamin keselamatan pekerja setiap saat.
Bila sejumlah tiang harus dipancang dalam kelompok, pemancangan tiang
pertama akan mempengaruhi pemancangan tiang berikutnya. Hal ini khusus
berlaku bila tiang dipancang dalam pasir padat. Pada kondisi demikian, tiap
tiang yang dipancang akan tertanam lebih dangkal dari pada tiang
e. Tiang Percobaan
Tiang percobaan adalah tiang yang dipancang sebelum tiang tetap untuk mengetahui
bagaimana perilaku tiang tetap pada waktu pemancangan. Informasi dari tiang
percobaan dapat membantu perencana dalam melengkapi keterangan pemboran dan
penyondiran. Tiang percobaan yang dipancang pada awal kontrak dapat memberi
keterangan kepada engineer dan Kontraktor mengenai panjang tiang yang
direncanakan. Hal ini penting terutama pada waktu tiang beton akan dicetak di tempat.
Tiang percobaan dapat mamastikan panjang pencetakan landasan tiang-tiang dan
apakah diperlukan tambahan panjang untuk penyambungan.
Tiang percobaan seringkali merupakan tiang permanen yang pertama. Kontraktor akan
dibayar sesuai dengan harga satuan untuk pemancangan tiang, dan sebagai extra
untuk pemancangan tambahan yang melebihi permukaan rencana nominal, serta
sambungan dan sebagainya bila diperlukan.
Bila tiang uji tersembul ke atas di atas kedalaman perkiraan akan terjadi penghematan
biaya yang besar untuk pembuatan serta penempatan tiang-tiang sisa.
Bila tiang masuk melebihi kedalaman yang diperkirakan, banyak waktu yang dihemat
dengan meniadakan keperluan penyambungan tiap tiang, karena tiang dapat dicetak
dengan ukuran yang lebih panjang (sampai maksimum 15 meter).
Jelas bahwa penghematan tersebut akan tercapai hanya bila tiang uji ditafsirkan
dengan benar, dan tiang-tiang lainnya berperilaku sama seperti tiang uji.
Bila informasi pengeboran dan penyondiran konsisten pada lokasi itu, Tabel 3.5 dapat
dijadikan pedoman untuk interpretasi tiang percobaan. Harus diingat bahwa untuk tiang
yang dipancang dalam kelompok, tiang pertama akan masuk paling dalam sedangkan
sisanya akan mencuat keatas pada kedalaman lebih dangkal.
a. Umum
Tiang yang dibor adalah tiang yang tidak dipancang (non-displacement), yang
dipasang dengan cara membuang tanah melalui suatu proses pengeboran (lihat Bab
2.3.2.c.ii), kemudian membuat tiang dengan pengecoran beton, atau bahan bangunan
lain, di dalam lubang bor. Bentuk yang paling sederhana yaitu mengebor lubang tanpa
dilapis kemudian mengisinya dengan beton. Akan tetapi seringkali akan timbul masalah
(misalnya kondisi tanah sulit, adanya air dan sebagainya), dan lubang harus diperkuat
sebelum pengecoran, biasanya dengan pemasangan pipa baja.
Pemasangan tiang yang dibor membutuhkan peralatan khusus, dan kebanyakan
pekerjaan ini di sub-kontrakkan kepada kontraktor spesialis pengeboran pondasi.
Terdapat dua sumber permasalahan utama pada tiang yang dibor.
Persoalan pertama adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mudah
longsor. Persoalan ini dapat diatasi dengan memasang pelapis (liner) atau membor
dengan menggunakan cairan pemboran seperti bentonite. Cara pertama lebih umum
digunakan di Indonesia.
Yang kedua adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mengandung batuan
besar. Dalam hal ini penggeboran tidak akan dapat menembus batuan dan diperlukan
sejenis pahat batuan.
Pada tanah yang stabil, suatu lubang yang tidak dilapisi dapat dibor dengan tangan
atau bor mesin.
Jika diperlukan perkuatan, jalinan tulangan ringan dipasang dalam lubang kemudian
dicor dengan beton. Pada beberapa jenis tanah diperlukan casing untuk mendukung
sisi lubang bor.
Atas dasar pertimbangan ekonomi dan kebutuhan mendapatkan hambatan lekat (skin
friction) pada tiang (shaft), biasanya casing akan dicabut pada saat pengecoran atau
sesudahnya. Prosedur ini memerlukan perhatian dan pengerjaan yang sungguh-
sungguh untuk mencegah beton terangkat oleh casing yang dapat menimbulkan
rongga dalam shaft atau masuknya longsoran tanah.
Penulangan pada tiang yang dibor perlu untuk melawan gaya angkat tiang. Jarak
(spacing) antara batang tulangan harus cukup besar sehingga dapat dijamin bahwa
beton tidak terhambat di antara batang.
b. Pengeboran
Berbagai jenis ember (bucket) tersedia untuk dipakai dengan peralatan bor putar. Jenis
standar biasanya mempunyai bukaan berbentuk pisau sekop yang dilengkapi dengan
gigi yang keluar. Ember untuk batu-batuan mempunyai bukaan besar yang dirancang
untuk mengambil batuan yang dipecah oleh naik turunnya alat pemotong (chopping bit)
pada kelly. Seringkali alat bor diluncurkan dari crane, dan suatu alat berbentuk roket
dengan pemecah yang berat digunakan untuk memecah batuan dengan cara
menjatuhkannya pada batuan. Cara lain adalah dengan menggunakan bor khusus
dengan gigi pemotong batu. Cara terakhir ini lebih mahal dan memerlukan unit
penggerak lebih kuat untuk pengeboran.
Meskipun tiang yang dibor dapat dipasang dengan kemiringan, terdapat masalah bila
bor meleset keluar garis di luar ujung pipa. Hal ini akan membuat penarikan bor sulit
dilakukan. Tiang yang dibor biasanya dipasang secara vertikal.
c. Penggalian
Penggalian pada tiang yang dibor biasanya merupakan bagian integral dari proses
pengeboran pada saat mengebor tanah. Tanah dihilangkan dari mata bor spiral dengan
memutarkannya setelah alat ditarik dari tanah. Mata bor menerus akan mengangkut
tanah dari ujung bor ke permukaan tanah tanpa mengganggu proses pengeboran.
Penggalian batuan biasanya dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat-
alat yang dipasang khusus.
e. Rock Socket
Pada lapisan tanah keras, pengeboran dengan mata bor mungkin kurang dapat
dilakukan sehingga perlu digunakan pahat batu khusus untuk mendapatkan penetrasi
yang cukup. Suatu rock socket memberikan tahanan yang tinggi terhadap gaya lateral
dan mungkin diperlukan pada keadaan tertentu (lihat Gambar 2.19).
b. Kerikil
Kerikil aluvial atau kerikil berlapis lempung-pasir mungkin sukar ditembus dengan
tiang pancang, dan mungkin memerlukan pemboran pendahuluan dengan peralatan
khusus dan penggunaan pelindung (casing) sementara atau yang dapat ditinggal
pada lubang untuk mencapai kedalaman yang diperlukan. Bahan tersebut mungkin
juga memerlukan pemecahan khusus untuk pemancangan, misalnya perubahan tiang
pancang beton menjadi baja, atau penggunaan tiang dicor setempat (cast-in-situ)
c. Pasir
Pasir murni dapat merupakan bahan yang paling sukar ditembus dengan tiang
pancang. Metoda penyemprotan (jetting piles) tiang mungkin satu-satunya pemecahan
untuk mencapai kedalaman yang ditentukan.
yang diizinkan pada tiang. Penimbunan tanah pada kepala jembatan harus
diselesaikan jauh sebelum pemancangan tiang.
g. Terangkat (Heave)
Pemancangan tiang dalam kelompok dapat menyebabkan permukaan tanah terangkat,
selain itu akan menyebabkan uplift pada tiang akibat pemancangan dari tiang-tiang di
sampingnya.
Pemeriksaan ketinggian harus dilakukan pada tiap tiang setelah pemancangan dan
sekali lagi setelah pemancangan tiang-tiang yang berdekatan. Bila ada tiang yang
terangkat dengan ketinggian yang berarti, tiang itu harus dipancang kembali sesuai
dengan kedalaman aslinya.
Pondasi sumuran adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan
permanen dan terdiri atas satu atau lebih sumur vertikal. Pondasi ini terbuat dari baja,
beton bertulang, atau bagian-bagian beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap
menjadi satu.
2.4.2. UMUM
Beton biasanya digunakan karena beratnya dapat membantu menurunkan struktur ini
sampai pada kedalaman yang diperlukan.
Sebagian besar pondasi caisson di Indonesia berupa konstruksi beton yang dicor di
tempat dengan dinding yang relatif tebal menurut segmen-segmen dengan ukuran
tinggi 1,5 hingga 2,5 meter, diameter luar 2,5 meter dan diturunkan dengan menggali
sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton pada sumuran memberikan gaya
vertikal untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah dengan beton, dan dengan
demikian caisson dapat turun.
a. Pematokan
Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan
oleh sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan
kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran
itu berada di luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan
pekerjaan untuk memperbesar kepala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan
beban vertikal dari bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus
ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik
referensi tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen
baru akan mempunyai alinemen yang benar sepanjang sumbu vertikal. Hal ini
penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak
(keluar dari) vertikal. Secara ideal, kemiringan ini harus diperbaiki sebelum
penambahan segmen berikutnya.
b. Penggalian Pendahuluan
Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk
memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan diturunkan. Sisi-sisi galian ini
harus sedapat mungkin vertikal.
d. Penggalian
Bila sumuran akan diturunkan dan dipasang di daratan, pembuatan cincin sumuran
dilakukan di atas acuan kayu yang dapat dilepas jika penurunan akan dimulai. Struktur
dibuat di atas tanah sampai kayu penyangga (yang diatur secara radial/terpusat)
memperlihatkan tanda-tanda terangkat. Pengambilan kayu kemudian dilakukan dengan
urutan berselang-seling (staggered) untuk menghindari penurunan yang tidak merata,
dan dilakukan secara hati-hati karena gerakan yang tiba-tiba dari kayu dapat
membahayakan. Penggalian dilanjutkan dengan tangan sehingga sumuran turun
secara merata pada seluruh bidang luasnya.
Dalam hal sumuran diturunkan dalam air, sumuran harus dibuat sebagian, kemudian
diluncurkan dan ditempatkan pada posisi yang benar. Sumuran kecil dapat dibuat pada
e. Pengeluaran Air
Pengeluaran air harus dilakukan dengan menggunakan pompa dengan kondisi yang
baik. Penting diperhatikan bahwa pembuangan air harus cukup jauh dari sumuran
untuk mencegah erosi di luar sumuran. Talang, pipa, atau lebih baik selang yang lentur
digunakan untuk mengalirkan air ke luar. Kontraktor harus memiliki sekurangnya
sebuah pompa cadangan untuk menjaga terhadap terjadinya kerusakan.
BAB III
KONSTRUKSI BETON
3.1 UMUM
Bab ini meliputi aspek-aspek mengenai beton dari persiapan acuan dan pemasangan
penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada acuannya.
Plastisitas beton muda memungkinkan beton itu untuk dibentuk menjadi suatu bentuk
struktur yang diinginkan. Adanya ketidak tepatan atau kegagalan acuan akan terlihat
pada struktur beton yang dihasilkan. Oleh karena itu penting untuk merancang dan
membuat acuan yang akurat sehingga ukuran, bentuk, posisi dan penyelesaian struktur
yang dicor dapat dicapai.
3.2.1. UMUM
Acuan sendiri adalah bangunan sementara yang diperlukan untuk memikul, selain
beratnya sendiri, beban dan tekanan dari beton baru yang diletakkan dan beban-beban
konstruksi seperti: bahan-bahan, peralatan dan pekerja. Acuan harus dirancang dan
dibangun untuk memikul semua beban ini tanpa adanya kerusakan atau lendutan yang
berlebihan.
3.2.2 ACUAN
a. Perencanaan
Sekali beban telah diperhitungkan, acuan direncanakan dengan menggunakan metode
perencanaan kayu konvensional. Bila sifat-sifat kayu tidak diketahui, perkiraan dari
tegangan-tegangan yang diijinkan, modulus elastisitas, dan sebagainya harus dibuat.
Disayangkan bahwa akan terdapat kemungkinan ketidak tepatan yang tinggi kecuali
jika golongan kayu diketahui.
Perencanaan harus dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perencanaan Jembatan Bina
Marga yang baru atau NI - 5 (PKKI 1961 ) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
b. Bahan-bahan
Kualitas dari bahan acuan akan menentukan suatu tingkat kualitas dan penyelesaian
beton seperti bentuk, penyelesaian akhir permukaan dan sebagainya.
Acuan untuk permukaan yang terlihat (bagian depan kepala jembatan, beton pinggir
jalan, bagian luar tembok sayap dan sejenisnya) harus dilapis plywood:
Kayu yang dipakai sebagai penopang dan penjepit bermacam-macam kualitasnya dan
sering terlalu kecil ukurannya untuk mengatasi kelebihan lendutan.
Kontraktor tidak sering menggunakan suatu sistem penguat acuan (untuk menahan
gaya horizontal dalam acuan) tetapi mengandalkan pada penopang luar.
c. Konstruksi
Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan satu set gambar kerja kepada Konsultan Supervisi.
Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada Spesifikasi Teknik sehubungan
dengan:
Material
Desain
Persiapan acuan untuk pengecoran
Pembongkaran acuan
Penyelesaian beton yang tampak/expose
Pemeriksaan terhadap acuan
Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran
acuan dan sebagainya.
Gambar-gambar pelaksanaan harus terperinci (di mana dapat diterapkan) :
Nilai-nilai asumsi dari beban hidup
Kecepatan pengecoran beton dan urutannya
Suhu beton
Tinggi jatuh beton kedalam acuan
Berat dari peralatan bergerak yang beroperasi
Diagram lawan lendut
Material acuan
Ukuran, panjang, toleransi dan detail sambungan
Angker, penopang dan penguat
Penyesuaian lapangan dan acuan pada waktu pengecoran beton
Penahan air, keyway dan insert yang diperlukan untuk pemasangan
kemudian daripada bahan pelaksanaan.
Perancah kerja dan jembatan kerja
d. Pengaw asan
Pekerjaan pengawas termasuk empat kategori:
1 . Pengendalian - Pengawas harus memastikan bahwa semua acuan dibuat
sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan gambar pelaksanaan, dan ia harus
memeriksa bahwa semua ukuran masuk dalam batas-batas toleransi yang
diijinkan.
2. Perencanaan - Kontraktor harus merencanakan pekerjaan sehingga dapat
tercapai program yang efisien dari perakitan, pengecoran, pembongkaran dan
pemasangan kembali, dan Konsultan Supervisi harus memeriksa usul-usul
Kontraktor.
3. Keamanan - Pengawas harus memastikan bahwa Kontraktor mengambil
tindakan keamanan yang cukup untuk melindungi pekerja. Beberapa
kekurangan yang dapat menimbulkan kegagalan acuan adalah sebagai berikut:
Pembongkaran acuan atau penopang yang terlalu dini
Penguat yang kurang memadai
Kegagalan untuk mengontrol tingkat pengecoran beton pada acuan yang
dalam
Kegagalan untuk mengatur pengecoran beton pada acuan horizontal
secara benar, untuk mencegah pembebanan yang tidak seimbang
Kegagalan memeriksa footing perancah untuk mencegah penurunan
pada tanah yang tidak stabil.
Pembersihan
Segala debu, adukan, serpihan kayu, serbuk gergaji dan sebagainya harus dibuang
dari acuan sebelum pengecoran dimulai. Jika dasar acuan tidak dapat dijangkau, harus
disediakan lubang-lubang pembersih pada titik-titik yang sesuai sehingga dapat
dilakukan pembersihan tersebut. Suatu semprotan udara atau air seringkali dapat
dipakai secara efektif untuk menghilangkan kotoran. Semua lubang pembersih tersebut
harus ditutup dengan hati-hati setelah membersihkan acuan.
Acuan Baja
Minyak acuan yang dapat digunakan dengan baik pada kayu mungkin tidak selalu
cocok untuk acuan baja. Minyak acuan dengan dasar parafin, dan minyak berdasar
minyak bumi (petroleum) dicampur dengan minyak sintetis, silikon atau grafit, telah
berhasil digunakan dengan baik.
Pemberian Lapisan
Lapisan permukaan harus diberikan pada permukaan yang bersih dan halus dengan
cara-cara seperti dirol, disemprot, dilap dan sebagainya, tergantung pada jenis
pelapisnya. Penutupan harus secara penuh dan seragam untuk pelepasan dan
penampilan yang baik. Tidak diperbolehkan adanya lapisan berlebih untuk melunturi
beton. Minyak acuan yang sangat encer tidak boleh dipakai dalam cuaca panas pada
acuan vertikal yang kedap air seperti baja karena minyak cenderung mengalir,
mengakibatkan adhesi dipuncak dan minyak berlebih pada bagian bawah.
Bilamana mungkin, acuan harus dilapisi sebelum pemasangan. Jika hal ini tidak
mungkin, pemberian lapisan harus mendahului penempatan penulangan sehingga baja
bebas dari bahan pelapis. Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan juga harus
bebas dari minyak acuan.
f. Penyesuaian Acuan
Sebelum Pengecoran :
1 . Alat-alat harus dipasang pada acuan yang ditopang dan ditempat lain
seperlunya, untuk memudahkan deteksi dan pengukuran gerakan pada acuan
pada waktu pengecoran.
2. Baji yang dipakai untuk alinemen akhir sebelum pengecoran harus dipasang
tetap pada posisinya (misalnya dengan pemakuan) setelah pemeriksaan akhir.
Permukaan Halus
Kebanyakan bahan penutup dan pelapis tersedia dengan kelas yang cukup halus untuk
dapat membentuk permukaan beton yang bebas noda. Pilihan yang tepat akan minyak
acuan atau pelapis sangat penting untuk menghasilkan kehalusan yang diinginkan.
Jika permukaan harus bebas dari bekas-bekas penutup, sambungan antara papan
atau panel harus diisi atau ditutup. Hampir tidak mungkin untuk menghilangkan bekas-
bekas yang terjadi oleh penyambungan panel yang halus dari acuan. Jika acuan atau
pelapis dapat menutupi seluruh jarak antara sambungan kontrol, sambungan antara
unit-unit akan kurang terlihat.
Suatu metode umumn tetapi tidak memuaskan untuk acuan kerb bergantung pada
gelegar baja jembatan seperti terlihat pada Gambar 3.2
Metode ini tidak boleh digunakan seperti halnya kawat yang menghubungkan
permukaan beton ke 'shear connector' menjadikan sebagai jalan rembesan
kelembaban ke dalam beton dan akan terjadi karbonisasi beton dan membuat korosi
pada penulangan lantai kendaraan.
Perekatan di antara acuan baja sulit dilakukan. Mungkin perlu menggunakan pita
perekat dari karet.
Perlu digunakan larutan pelepas (release agent) yang mencegah karat.
Beberapa macam panel baja serbaguna tersedia di pasaran. Salah satu jenis adalah
panel acuan dinding dan pelat serba guna, terdiri dari kayu lapis disisipkan dalam
rangka baja dan yang dapat diganti. Sistem ini telah banyak digunakan pada konstruksi
dinding penahan tanah dan cocok digunakan untuk pembentukan daerah yang luas,
datar, tidak terganggu di mana sambungan diperbolehkan.
Sambungan antara panel acuan harus rapat air. Jika tidak, kemungkinan akan terjadi
kehilangan kelembaban yang mengakibatkan keropos (honey comb) pada permukaan
beton.
Detail sambungan harus memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
(a) Merekat pinggir kayu lapis (plywood) dengan perekat dan menekan rapat-rapat
sambungan satu sama lain.
(b) Penggunaan pita pengisi sambungan atau produk paten lainnya yang sesuai, yang
menekan secara keras pada rakitan acuan dan oleh karena itu menutupi setiap
ketidak teraturan kecil pada bidang batas.
(c) Bergeraknya konstruksi acuan tersebut akibat tekanan pengerasan beton tidak
boleh merenggangkan sambungan.
(d) Ujung panel yang menonjol harus diperkaku secara merata, sehingga salah satu
sisi sambungan tidak melendut lebih dari yang lainnya pada waktu pengecoran.
Pita (tape) pengisi harus bersifat tidak menyerap (non-absorbent) dengan busa sel
tertutup. Pita dapat mempunyai perekat pada satu sisi dengan penutup kertas atau
plastik. Pemasangan pita pengisi yang umum terdapat pada Gambar 3.4
3.2.4 PERANCAH
3.3. PENULANGAN
Penulangan pada konstruksi beton adalah berupa bahan baja yang harus
memenuhi ketentuan mengenai bahan.
3.3.1. BAHAN-BAHAN
Semua penulangan harus ditumpuk bebas dari tanah pada kayu atau rak dengan
cukup penopang untuk menghindari pembengkokan dan pemuntiran. Harus dicegah
adanya lumpur, minyak, cat dan lain-lain. Penumpukan harus diatur menurut ukuran
dan panjang dengan semua batang yang serupa diberi label dan dikelompokkan
bersama.
Karat permukaan yang ringan atau cacat ringan tidak merupakan masalah sehubungan
dengan pelekatan pada beton. Akan tetapi karat permukaan yang berat, seperti yang
diakibatkan oleh penumpukan pada tanah untuk jangka waktu lama, harus dihilangkan
sebelum dipakai. Batang dengan karat yang parah dan dalam tidak boleh dipakai.
Efektifnya beton bertulang tergantung pada pelekatan yang memadai antara beton dan
penulangan baja sehingga tegangan dapat dipindahkan dari beton ke baja. Pelekatan
yang baik dapat dicapai dengan memadatkan beton di sekitar batang penulangan yang
bersih. Beton kekuatan lebih tinggi biasanya mempunyai pelekatan baja lebih baik, dan
ulir pada bentuk batang baja tersebut (batang ini disebut batang ulir) meningkatkan
pelekatannya. Batang ulir dapat memiliki kira-kira dua kali kekuatan pelekatan dari
batang biasa, sehingga sebagian besar baja penulangan yang digunakan seharusnya
merupakan batang ulir.
Kawat tarik keras (hard drawn wire) yang dipakai anyaman adalah sangat halus, tetapi
pelekatan dengan jenis penulangan ini jarang kritis, karena jarak yang kecil di antara
kawat menyilang biasanya maksimum 200 mm.
Batang penulangan biasanya diteruskan melewati daerah tegangan tarik dalam
komponen struktur untuk menjamin bahwa batang mempunyai kontak yang cukup
dengan beton di luar daerah tegangan, sehingga kekuatan pelekatan yang memuaskan
dapat berkembang. Jika sulit untuk meneruskan panjang batang, bengkokan atau kait
digunakan untuk mengembangkan pelekatan dengan beton.
Pada pekerjaan beton bertulang, batang-batang tulangan biasanya harus digabungkan
atau disambung untuk menjamin kesinambungan pada seluruh bangunan. Hal ini
memungkinkan perubahan terhadap ukuran batang atau perubahan arah yang harus
dibuat dan juga memastikan pemindahan gaya tarik pada penulangan. Pada dinding
yang tinggi, batang biasanya disambung untuk menghindari adanya batang vertikal
berukuran panjang tanpa sokongan. Hal tersebut sukar ditangani pada waktu membuat
pondasi langsung dan bagian bawah dinding.
Pada umumnya, batang-batang harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari sambungan yang diadakan pada titik-titik tegangan maksimum.
Sambungan harus berselang-seling di mana mungkin.
Batang-batang yang disambung dengan lewatan harus overlap dengan jarak tertentu.
Spesifikasi Teknik biasanya menyatakan bahwa panjang lewatan harus sejumlah
tertentu diameter batang biasanya sekitar 40 kali diameter batang. Jika batang
dikaitkan, panjang lewatan dapat dikurangi.
Batang yang lewat harus diikat satu sama lain dengan menggunakan kawat pengikat
biasa berdiameter sekitar 1,6 mm.
Batang-batang dapat juga disambung dengan menggunakan penghubung mekanis
yang mempunyai suatu keuntungan yaitu mengurangi padatnya baja pada tempat
overlap. Peralatan tersebut relatif mahal dan jarang dipakai di Indonesia.
Tebal selimut beton yang memadai pada penulangan sangat penting bagi kekuatan
struktur jangka panjang pada jembatan. Karat baja tulangan sering terlihat pada dasar
pelat lantai yang berhubungan dengan jembatan baru.
Beton di luar penulangan melindungi baja dari pengkaratan atau bahan kimia. Tebal
selimut yang diperlukan tergantung pada sifat penampilan dan sifat dari unsur
struktural.
Bila tidak ada informasi lain, selimut untuk pondasi telapak harus minimum 50 mm,
balok minimum 40 mm dan pelat minimum 30 mm. Jika terdapat nilai yang lain pada
Gambar Rencana, nilai tersebut tentunya yang harus diikuti.
Cara yang paling sederhana serta murah untuk menjamin selimut yang cukup adalah
untuk menggunakan blok pengatur jarak dari beton. Ini dapat dibuat dengan sisa beton
dan kawat pengikat yang dapat diikatkan pada baja horizontal atau vertikal (lihat
Gambar 3.5)
Tanggung jawab atas cukupnya selimut. beton pada baja terletak pada Konsuttan
Supervisi. Spesifikasi Teknik cukup jelas dalam hal ini, dan pihak Konsultan Supervisi
harus memeriksa aspek konstruksi beton.
Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pengecoran beton sebelum diadakan suatu
pemeriksaan pra-pengecoran yang lengkap, sampai segala kelemahan dilihat dan
diperbaiki serta persetujuan Engineer diperoleh untuk berlangsungnya pengecoran.
Dudukan batang-tulangan (bar chair) dengan penutup (cap), ataupun tanpa penutup,
atau yang terbuat dari kawat hanya boleh dipakai pada beton yang telah dicor, dan
bukan terhadap permukaan yang terbuka terhadap cuaca atau air tanah. Sebaiknya
pemakaian dudukan tersebut dihindari, jika mungkin.
Beberapa dudukan batang plastik berbentuk silinder tertutup mencegah pemadatan
penuh beton di dalam dan di sekitar dudukan itu sendiri, harus dihindari.
Praktek merentangkan kawat pengikat dari tulangan atau penghubung geser (shear
connector) ke bagian luar acuan yang tersebar luas fetapi tidak diperbolehkan dalam
Spesifikasi Teknik. Kawat pengikat akan berkarat dan memungkinkan air masuk beton
dan mempercepat tulangan berkarat serta mengakibatkan pengikisan/ pengelupasan
dari beton.
Jika tulangan akan tertanam sebagian dalam beton, Kontraktor harus memastikan
bahwa terdapat cukup ruang di sekitar batang yang akan ditanam pada pengecoran
kemudian, agar beton dapat menutupi batang secara penuh. Hal ini penting pada
tulangan melintang dan seringkali merupakan masalah pada pengecoran dinding dan
kereb.
Bab ini meliputi beberapa aspek pengecoran beton secara lebih detail dan menyajikan
beberapa gagasan yang akan membantu sehingga mutu pekerjaan beton dapat
bertambah baik.
Cara-cara Pengecoran
a. Umum
Pada waktu beton dicor harus dijamin bahwa :
1 . Acuan dan penulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan
2. Beton tidak terpisah (segregasi)
Beberapa prosedur pengecoran yang salah tetapi sering dipakai, bersama dengan cara
yang benar dapat terlihat pada Gambar 3.7, 3.8 dan 3.9. Kesemuanya ini cenderung
mengakibatkan pemisahan pada material beton.
Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu
pelaksanaan pengecoran :
(i) Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika
perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan
dengan membuaf beton mengalir.
(ii) Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih
karena dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus
sekecil mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran
jatuh.
(iii) Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila
permukaannya miring.
(iv) Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan
menjauhinya.
(v) Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan
sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu
pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.
Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,
jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan.
Pada .pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai
ketebalan 300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.
(vi) Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,
seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi
sambungan.
(vii) Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika
tidak, permukaan semen akan tercuci oleh hujan.
(viii) Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat
sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan
permukaan miring.
Beton dapat dicor di bawah air dengan pemompaan atau menggunakan tremie (lihat
Gambar 8.10).
Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150-300 mm dengan hopper dipuncak dan
katup atau alat lain di dasarnya yang mencegah air sekitarnya bercampur dengan
beton pada pengecoran awal. Dasar pipa harus terletak pada pondasi pada waktu
pengecoran awal dilakukan dan pipa serta hopper harus sepenuhnya terisi oleh beton
sebelum katup dasar dibuka untuk pengecoran pertama beton. Ujung bawah tremie
harus selalu berada di bawah permukaan beton yang makin meninggi setiap saat.
Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam arah lateral
dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat untuk mengurangi
tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur dengan menyesuaikan kedalaman
di mana ujung cor diletakan di bawah permukaan beton yang sudah dicor.
Beton tremie harus dicor secara kontinue. Bila terhenti atau dasar tremie secara tidak
sengaja naik di atas permukaan beton, pengecoran harus dihentikan. Beton kurang
baik yang terdapat pada bagian atas pengecoran harus dibuang, setelah mengeras,
sebelum dilakukan pengecoran tambahan di atasnya. Hal ini memerlukan tenaga
penyelam di tempat yang tidak dapat dikeringkan. Untuk beton tremie dibutuhkan
campuran kaya semen (biasanya beton mutu K225) dengan slump kira-kira 180 mm.
Slump tinggi ini perlu untuk memudahkan aliran beton dalam tremie dan mengisi acuan
dengan penuh, terutama melalui penulangan yang ada. Penggetaran tidak boleh
dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan dalam beton atau bercampurnya
beton kurang baik di atas, yang masih berhubungan dengan air.
Lapisan atas beton yang dicor dengan pipa tremie di bawah air biasanya bermutu
rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton padat, setelah kering,
sebelum pengecoran diteruskan.
Di mana beton harus dicor pada pondasi yang tertutup air dangkal, pengecoran dimulai
pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka beton yang semakin maju.
Jika air mengalir melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi dan
diperlakukan sebagai pengecoran di bawah air. Cara yang berhasil untuk menyalurkan
aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada celah dan menyalurkan pipa melalui
sisi pondasi.
a. Umum
Hanya pekerja berpengalaman yang dapat menggunakan penggetar. Pengawasan
ketat dan instruksi yang jelas harus diberikan pada operator. Mungkin perlu memberi
pelatihan khusus bagi operator penggetar.
Hal-hal berikut harus ditekankan:
Pemilihan ukuran penggetar yang sesuai dengan pekerjaan. Terlalu kecil mungkin
kurang efektif; bila terlalu besar dapat mencegah penetrasi efektif pada tempat
dengan penulangan yang rapat.
"Jari-jari pengaruh" vibrator berdiameter 60 mm dalam kondisi kerja yang baik
hanya sekitar 300 mm. Jadi harus ditempatkan dengan jarak antara (spacing)
kurang dari 600 mm untuk menjamin pemadatan penuh.
Hindari kerusakan pada acuan kayu. Vibrator dapat dilengkapi dengan topi
(penutup) karet untuk mengurangi kerusakan pada acuan tetapi pencegahan paling
baik adalah mempekerjakan operator yang berpengalaman dalam penggunaan
vibrator.
Getaran akan melepaskan ikatan acuan dan alat pengikat lainnya. Kontra mur dan
pasak pengaman dipakai untuk mencegah hal demikian. Pada waktu pengecoran
beton satu atau dua pekerja harus memeriksa acuan secara menerus (kontinu)
untuk tanda-tanda bahaya, pergerakan, bocoran dsb. Mesin Vibrator kecil berbahan
bakar bensin harus dicegah terguling dengan mengikat atau cara lain.
c. Penggetaran
Meskipun pemadatan dengan tangan dapat menghasilkan hasil yang memuaskan
untuk tujuan-tujuan tertentu, pemakaian vibrator memungkinkan penggunaan
campuran yang lebih kering, dan menghasilkan kekuatan lebih tinggi dan pengurangan
penyusutan untuk proporsi campuran tertentu.
Penggetaran beton harus dilakukan secara sistematis. Beton harus dituang menurut
lapisan-lapisan tipis dan vibrator diperbolehkan menembus tiap lapis secara
menyeluruh. Kepala vibrator harus dimasukkan secara vertikal pada titik-titik yang
berjarak antara 500 mm, dan kemudian ditarik dengan perlahan untuk menutup lubang
yang terjadi oleh vibrator. Lama penggetaran pada titik manapun tidak boleh melewati
saat di mana adukan mulai mengumpul pada permukaan, biasanya 5 hingga 15 detik.
Sebagai aturan umum, vibrator tidak boleh mendekati acuan lebih dekat dari 100 mm,
untuk mendapatkan penampilan seragam. Bila mengenai acuan, suatu goresan dapat
terjadi dan acuan dapat rusak. Pada bagian-bagian tipis, pemadatan diperoieh dengan
memakai vibrator secara miring atau mendatar.
Vibrator Acuan
Vibrator acuan atau vibrator luar, dipasang dengan kencang pada bagian luar acuan
menggunakan klem, dan memberi oskilasi atau gerakan bergoyang pada acuan.
Bentuk vibrator ini sesuai untuk bagian yang kecil atau sempit dan bagian dengan
banyak penulangan di mana sulit untuk memasukkan vibrator dalam. Seringkali vibrator
ini dipakai bersamaan dengan vibrator poker untuk suatu derajat ketelitian pemadatan
dan penyelesaian permukaan yang baik dan padat.
Vibrator acuan lebih banyak memakai energi daripada vibrator dalam, karena energi
diserap oleh acuan.
Acuan harus sangat kaku sehingga dapat menahan oskilasi, dan sudut-sudut harus
sangat rapat untuk mencegah hilangnya adukan semen. Penggunaan vibrator acuan
biasanya dibatasi untuk acuan baja.
Beton harus dicor secara menerus (kontinue) menurut lapisan-lapisan tipis (dengan
ketebalan sekitar 500 mm) pada waktu acuan tetap digetarkan. Dengan cara ini,
lubang-lubang udara dapat dihilangkan pada saat beton bertambah tinggi. Untuk
menjamin bahwa beton mempunyai kontak yang cukup dengan acuan samping dekat
puncak ketinggian, disarankan untuk menggunakan vibrator dalam untuk 500 mm
paling atas bila ruangannya mengijinkan.
a. Umum
Efisiensi dari proses pemeriksaan akan dinilai dari kondisi dan toleransi permukaan
akhir yang seharusnya bebas dari retak permukaan dan tidak mempunyai perbedaan
tekstur serta warna yang tampak jelas.
Untuk mendapatkan suatu permukaan beton tanpa acuan yang memuaskan perlu
diperhatikan hal-hal tersebut :
campuran beton yang diproporsi dengan baik
cara-cara pengadukan, dan pengecoran yang memadai akan memperkecil
pemisahan bahan beton
pemadatan yang memadai
teknik-teknik penyelesaian yang terkendali
perawatan yang memadai
Campuran beton harus sedemikian sehingga terdapat butir halus (semen dan pasir)
dalam jumlah secukupnya untuk memungkinkan penyerapan adukan sampai
permukaan dengan penggetaran dan sedikit usaha dengan memakai peralatan. Terlalu
banyak butir halus akan membuat penyelesaian yang lebih mudah tetapi akan
menimbulkan crazing permukaan, selain lebih mahal daripada campuran yang
proposinya baik. Terlalu banyak air dalam campuran (slump tinggi) akan menimbulkan
keterlambatan penyelesaian, selain menghasilkan lapisan adukan permukaan yang
lemah, sehingga mengakibatkan permukaan berdebu dan crazed yang mudah aus
serta terkikis (abrasi).
b. Penyelesaian
Tanpa memandang jenis penyelesaian permukaan yang diperlukan, beberapa
persyaratan pokok adalah :
Penyelesaian awal harus diselesaikan segera setelah pengecoran dan
penggetaran.
Penyelesaian akhir, penghalusan dan perataan harus ditunda hingga permukaan
telah siap - pekerjaan akhir juga hanya seperlunya untuk menghasilkan permukaan
yang disyaratkan.
Pekerjaan penyelesaian tidak boleh dilakukan pada tempat di mana terdapat banyak
air permukaan bebas.
c. Penyelesaian Awal
Langsung setelah pengecoran dan penggetaran, suatu papan perata (tepi lurus)
dipakai untuk meratakan beton secara cepat, papan perata digerakkan ke depan
dengan gerakan menggergaji dan sedemikian rupa sehingga beton selalu terdorong ke
depan papan. Beton dialihkan dengan sekop ke depan atau menjauhi bagian depan
papan seperlunya.
Setelah dilakukan perataan awal, tempat itu harus langsung diperiksa ulang
kedatarannya dengan papan perata lurus atau mal. Titik-titik tinggi dan rendah segera
diperbaiki. Titik tinggi diperbaiki dengan cara memotong permukaannya dengan cetok
atau alat serupa dan titik rendah yang kecil diratakan dengan adukan yang diambil dari
beton baru. Meskipun demikian pengerjaan permukaan yang berlebihan harus
dihindari, setiap usaha harus dilakukan untuk menjamin bahwa penyelesaian awal
menghasilkan kedataran permukaan dalam batas tolerensi yang ditentukan. Pekerjaan
penyelesaian berikut dilakukan hanya untuk menghilangkan ketidak sempurnaan kecil,
dan bukan untuk memperbaiki kelurusan permukaan.
Pekerja penyelesaian beton memakai peralatan khusus yang bervariasi, beberapa di
antaranya dibuat pabrik, tetapi banyak di antaranya yang berupa peralatan "buatan
rumah" yang khusus. Peralatan tersebut berupa alat strike-off, pinggiran lurus dan
penghalus. Untuk menghindari robeknya permukaan pada waktu penyelesaian akhir,
sebuah roller berlubang atau permukaan pelat dapat digunakan pada penyelesaian
awal untuk menekan agregat besar ke bawah permukaan. Hal in[ harus dilakukan
sedikit saja dan tidak pada beton slump tinggi, karena dapat mengakibatkan lapisan
permukaan yang kaya adukan yang mungkin akan craze dan berdebu.
Seringkali terjadi bahwa penyelesaian awal saja sudah cukup.
d. Penyelesaian Akhir
Pekerjaan penyelesaian berupa pinggiran, penyambungan, pencetokan dan penyapuan
harus ditunda selama mungkin. Mengerjakan permukaan terlalu awal akan membuat
suatu permukaan yang lemah dan mengakibatkan rembesan air dan semen ke
permukaan. Akan tetapi mengerjakan permukaan yang terlambat akan memerlukan
usaha penyelesaian yang lebih besar dan dapat menyebabkan hancurnya permukaan
beton.
Meskipun waktu penundaan yang tepat sangat penting untuk menghasilkan
penyelesaian yang baik, seringkali sukar untuk menentukan waktu yang tepat karena
hal itu tergantung beberapa variabel. Beberapa di antaranya adalah suhu dan umur
beton, jenis semen, jenis campuran tambahan dan kuantitas air, semen dan campuran
tambahan yang digunakan. Waktu penundaan tersebut juga tergantung pada kondisi
cuaca, kedalaman pengecoran, jenis agregat, jenis subgrade dan sebagainya.
Pada umumnya, penyelesaian dimulai ketika kilap (sheen) telah hilang dari permukaan
(dalam hal beton air entrained, terdapat hanya sedikit rembesan air dan tidak tampak
adanya kilapan sehingga mungkin menyelesaikan jenis beton ini setelah waktu
penundaan yang singkat). Dalam keadaan normal, beton dapat mendukung berat
seseorang pada waktu kilap telah hilang dari permukaan. Tetapi hal ini akan
meninggalkan bekas-bekas sedalam kurang lebih 5 mm, sehingga pekerja harus
menggunakan penutup (bantalan) kaki dan lutut untuk mendistribusi beratnya. Jika
e. Penghalusan
Setelah waktu penundaan yang diperlukan, dilakukan penghalusan pada permukaan,
biasanya dengan penghalus kayu. Penghalusan adalah pekerjaan menghaluskan
ketidak rataan pada permukaan setelah screeding. Maksudnya adalah untuk :
menekan agregat besar ke bawah permukaan
menghilangkan cacad pada permukaan
memberikan permukaan lebih padat dan pada kasus tertentu, permukaan lebih
halus
mempersiapkan permukaan untuk pekerjaan penyelesaian lain yaitu pencetokan,
penyapuan atau jenis penyelesaian untuk memperbagus permukaan
menutupi retakan kecil pada permukaan, yang terjadi pada waktu permukaan
mengering.
Penghalus tangan biasanya terbuat dari kayu. Penghalus kayu menghasilkan suatu
tekstur kasar yang sering dapat untuk penyelesaian akhir. Untuk memperbaiki
ketahanan terhadap gelincir, karung goni atau sapu kawat dapat ditarik secara ringan
pada permukaan.
Penghalus tangan dipegang datar pada permukaan dan digeser secara setengah
lingkaran untuk mengisi lubang-lubang, menghilangkan gumpalan-gumpalan dan
menghaluskan tonjolan-tonjolan.
Seringkali perlu untuk menghaluskan permukaan untuk kedua kalinya setelah terjadi
pengerasan, untuk memberikan tekstur akhir yang diinginkan pada beton. Tekstur yang
lebih rata dapat juga diperoleh dengan melanjutkan penghalusan kayu dengan sebuah
penghalus spons.
f. Trowelling
Trowelling baja dipergunakan untuk memperoleh permukaan yang halus, padat dan
keras. Jenis permukaan ini tahan dan mudah dibersihkan tetapi menjadi licin pada
waktu basah.
Penghalus bermotor akan mengurangi keperluan tenaga kerja dan waktu penyelesaian.
Penghalus motor dilakukan dengan piringan baja bulat yang berputar atau trowel
bermotor yang dipasang penghalus baja.
Setelah suatu waktu penundaan penghalusan selesai, trowelling baja dapat mulai.
Untuk trowelling pertama (dengan tangan atau mesin), pisau dari trowel harus rata
pada permukaan - jika miring akan terjadi alur-alur. Trowel tangan dipakai dengan
gerakan setengah lingkaran, setiap sapuan menutupi setengah dari sapuan
sebelumnya. Trowelling pertama dapat menghasilkan suatu permukaan yang cukup
balk, tetapi trowelling tambahan dapat dipakai untuk menambah kehalusan dan
kekerasan. Seharusnya terdapat waktu menunggu/penundaan dl antara tiap trowelling
dengan sapuan terakhir (biasanya yang kedua atau ketiga) dibuat dengan sebuah
trowel ramping. Tekanan diberikan pada trowel untuk memadatkan pasta dan bentuk
permukaan yang padat dan keras. Sapuan terakhir harus membuat suatu bunyi
berdentang ketika blade mengenai permukaan yang mengeras.
Trowel bermotor pertama harus diikuti oleh trowelling tangan untuk menghilangkan
bagian yang tidak rata dan menghaluskan daerah pada sudut-sudut atau dekat
halangan.
Jika diperlukan, pinggiran dan sambungan harus diulangi setelah trowelling untuk
memelihara keseragaman dan kelurusan garis.
Meskipun terdapat beberapa macam peralatan tangan dan mesin yang dirancang untuk
memperbaiki kecepatan dan kualitas pekerjaan pekerja penyelesaian beton, namun
diperlukan suatu derajat kekuatan, ketrampilan dan pengalaman untuk memberikan
penyelesaian yang bermutu.
a. Umum
Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat dengan
memadai, sesuai dengan Spesifikasi Teknik.
Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu semen
berhidrasi, dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur yang diinginkan
dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.
Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih cepat dari pada yang dirawat,
dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas tinggi dapat menyebabkan berkaratnya
penulangan. Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton yang
lebih banyak.
Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap aus dan
stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama terdapat kondisi yang
memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen. Peningkatan itu berlangsung dengan
cepat pada umur awal tetapi berlanjut dengan lebih lambat untuk suatu masa yang tidak
dapat ditentukan.
Dua kondisi diperlukan:
adanya kelembaban
suhu yang memadai
Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses hidrasi.
Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga menyebabkan
tegangan tarik pada permukaan yang mengering. Jika tegangan tersebut terjadi
sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup, dapat terjadi retakan pada
permukaan.
b. Cara-cara Perawatan
Penggenangan
Pada permukaan datar seperti perkerasan dan pelat lantai, beton dapat dirawat dengan
penggenangan. Tanggul-tanggul tanah atau lempung disekeliling permukaan beton
dapat menahan genangan air di dalam daerah tertutup itu. Penggenangan merupakan
suatu cara yang efisien untuk mencegah hilangnya lembab dari beton, dan juga efektif
untuk memelihara suhu yang seragam pada beton.
Penyemprotan
Penyemprotan yang kontinu dengan air juga merupakan suatu cara perawatan yang
baik. Jika penyemprotan dilakukan pada interval-interval, harus dijaga agar beton tidak
menggenang di antara interval pemberian air. Suatu semprotan air yang halus, yang
diberikan secara kontinu melalui sistem kepala pipa (Nozzle), memberikan persediaan
air yang konstan. Hal ini akan mencegah kemungkinan " crazing " atau retakan yang
terjadi oleh pergantian siklus basah dan kering. Kerugian dari penyemprotan adalah
biayanya, perlunya sistem drainasi, dan kemungkinan kondisi kerja kurang nyaman.
Cara ini juga memerlukan persediaan air yang cukup dan pengawasan yang baik.
Penutup Basah
Penutup basah seperti karung atau bahan penahan lembab yang lain sering digunakan
untuk perawatan beton. Penutup demikian harus ditempatkan segera setelah beton
cukup keras, untuk menghindari rusaknya permukaan. Harus dijaga agar seluruh
permukaan tertutup, termasuk pinggiran pelat seperti perkerasan dan jalan setapak.
Penutup harus dijaga agar tetap lembab sehingga suatu lapisan tipis air tetap terdapat
pada permukaan beton selama masa perawatan.
Penutup basah dari tanah atau pasir sangat efektif untuk perawatan tetapi saat ini telah
jarang digunakan, oleh karena biayanya yang tinggi dan kemungkinan terjadinya
perubahan warna pada beton. Cara ini sering bermanfaat untuk digunakan pada
pekerjaan kecil. Tanah atau pasir yang lembab harus disebarkan di atas permukaan
beton dengan lapisan setebal kira-kira 50mm. Lapisan itu harus dijaga agar tetap
basah.
dapat dipakai untuk perawatan beton lebih lanjut setelah acuan dibongkar atau setelah
perawatan lembab pendahuluan/awal.
Campuran jernih atau bening mungkin mengandung bahan pewarna yang menghilang
setelah pemakaian. Warna tersebut menjamin penutupan dari permukaan beton yang
terbuka (expose). Pada hari yang panas, campuran dengan pigmen (zat pewarna) putih
paling efektif karena dapat memantulkan sinar matahari, sehingga mengurangi suhu
beton.
Campuran perawatan diberikan dengan peralatan tangan atau dengan alat semprot
bermotor. Permukaan beton yang akan dirawat harus lembab pada waktu penutup
diberikan. Biasanya hanya diberikan satu lapisan dengan tekstur yang halus dan rata,
tetapi mungkin perlu dua lapis untuk memastikan penutup yang menyeluruh. Bila
digunakan lapisan kedua, lapisan tersebut harus diberikan pada arah yang tegak lurus
dari yang pertama.
Campuran perawatan dapat dipergunakan untuk mencegah pelekatan antara beton
keras dan lunak (baru), akibatnya tidak boleh dipakai bila perlu suatu pelekatan.
Perawatan Uap
Perawatan uap biasanya hanya dipakai untuk beton pracetak. Cara ini digunakan untuk
mendapatkan kelembaban lebih untuk perawatan dan peningkatan suhu untuk
mempercepat terjadinya kekuatan.
Beton kekuatan tinggi, dengan perawatan uap hingga 30 MPa atau lebih untuk
pemindahan gaya prategang (transfer prestress) atau pembongkaran cetakan,
biasanya tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
Perawatan uap biasanya hanya dilakukan pada pabrik pracetak, karena membutuhkan
peralatan dan instrumentasi rumit untuk menjamin pengendalian ketat yang perlu untuk
mencegah kerusakan akibat suhu tinggi pada beton yang baru dicetak. Penguapan
tidak boleh dimulai sampai beton telah mencapai pengerasan (maturity) awal. Suhu
beton harus dinaikkan secara terkendali. Uap tidak boleh mengenai beton secara
langsung atau pada acuan, yang akan menyebabkan pemanasan setempat yang
berlebih.
Suhu di bawah penutup uap tidak boleh melampui 80°C, dan penutup tidak boleh
dilepas sampai suhu permukaan beton dalam batas 40°C dari suhu setempat.
Termometer pencatat, contoh pengujian yang cukup dan catatan lengkap diperlukan
untuk perawatan uap yang memuaskan.
1. Basahkan sedikit lapisan dasar dan acuan tetapi pastikan bahwa kelembaban
berlebih dihilangkan sebelum dimulainya pengecoran.
2. Pasang pelindung terhadap matahari untuk mengurangi suhu permukaan beton.
3. Lindungi beton dengan penutup basah sementara selama penundaan antara
pengecoran dan penyelesaian.
4. Kurangi waktu antara pengecoran dan awal perawatan dengan prosedur
pelaksanaan yang lebih baik. Penguapan pada periode ini dapat dikurangi, dengan
penyemprotan suatu lapisan tipis campuran khusus pada permukaan beton,
campuran tersebut berupa alkohol alifatik seperti cetyl alkohol dan tersedia dengan
merek pabrik.
5. Lindungi beton pada jam-jam pertama setelah pengecoran dan penyelesaian untuk
mengurangi penguapan. Hal ini penting untuk menghindari checking dan keretakan.
Pembasahan permukaan, dengan menggunakan fog spray nozzle adalah cara yang
efektif untuk mencegah penguapan dari beton. Ini harus digunakan sampai suatu
bahan perawatan yang sesuai, seperti campuran (compound) perawatan, karung
basah atau kertas perawatan dapat diterapkan.
6. Jika kondisi yang tak terhindarkan menyebabkan retakan plastis dengan cepat
sebelum pengerasan, penggetaran ulang dan penghalusan ulang dari permukaan
akan menutupi retakan, dengan syarat hal ini dilanjutkan dengan perawatan yang
memadai. Penggetaran ulang dan penghalusan ulang biasanya dilaksanakan pada
waktu pengerasan awal-atau sekitar 1.5 jam untuk suhu beton 27oC.
Bagian ini membahas beberapa hal yang berhubungan dengan pengendalian mutu
beton.
a. Umum
Besarnya kebanyakan pekerjaan konstruksi beton sedemikian rupa sehingga
penundaan hampir dapat dipastikan akan terjadi pada pengecoran. Jika penundaan
berlangsung dengan waktu cukup lama sehingga beton mengeras dan tidak dapat
dikerjakan, maka harus dibentuk suatu sambungan. Juga akan terdapat saat-saat di
mana untuk sebab-sebab struktural, dianggap perlu menghentikan kesinambungan
pengecoran dan membuat suatu sambungan.
Sambungan terdiri atas 2 jenis umum :
1. Sambungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan (relatif) beton
pada masing-masing sisi sambungan.
2. Sambungan yang memungkinkan gerakan relatif.
Sambungan jenis pertama bertujuan melekatkan beton baru pada beton keras dengan
suatu cara sehingga beton yang keras tampak monolit dan homogen di sekitar
sambungan. Ini disebut Sambungan Pelaksanaan. Dalam praktek, sangat sulit untuk
memperoleh lengkap pelekatan dengan akibat bahwa akan terdapat suatu bidang yang
lemah pada sambungan pelaksanaan. Bilamana mungkin, sambungan pelaksanaan
harus ditempatkan pada lokasi di mana sambungan penyusutan atau sambungan lain
diperlukan.
Sambungan yang memungkinkan gerakan (relatif) beton pada kedua sisi sambungan
dinamakan menurut jenis gerakan yang dimungkinkannya:
1. Sambungan Susut memungkinkan beton menyusut dan bidang
sambungan sementara menahan gerakan relatif pada arah lain.
2. Sambungan Muai memisahkan kedua muka beton yang berpasangan
secukupnya sehingga memungkinkan pemuaian ke arah bidang
sambungan. Jenis sambungan ini memungkinkan kontraksi tetapi
mencegah gerakan pada arah lain.
3. Sambungan Isolasi sepenuhnya memisahkan kedua muka yang
berpasangan dan memungkinkan kebebasan gerakan relatif.
Harus dipertimbangkan keperluan sambungan pada semua jenis bangunan beton.
Posisi sambungan serta jenis sambungan biasanya ditentukan oleh persyaratan
bangunan. Pada beberapa bangunan, perlunya membuat sambungan yang rapat air
merupakan suatu pertimbangan pokok. Untuk menjamin bahwa sambungan berperilaku
dengan cara yang diinginkan harus diperhatikan detail desain dan konstruksinya.
b. Sambungan Pelaksanaan
Sambungan pelaksanaan adalah sambungan dari beton ke beton yang dibuat
sedemikian rupa sehingga muka beton baru dan lama cukup melekat untuk mencegah
gerakan relatif sepanjang sambungan.
Meskipun terdapat gangguan yang tidak dijadwalkan selama pelaksanaan pengecoran
beton, yang memerlukan pembuatan sambungan pelaksanaan, beberapa gangguan
pada kesinambungan pengecoran beton sudah dapat diperkirakan pada tahap desain
atau sesaat sebelum dimulainya konstruksi, oleh karena itu memungkinkan
perencanaan posisi beberapa sambungan. Perencanaan yang baik bertujuan
menghentikan pengecoran pada lokasi yang sesuai untuk membentuk sambungan
pelaksanaan. Jika ini tidak dapat dilakukan, sambungan pelaksanaan harus
direncanakan penempatannya pada bangunan di mana kehadiran suatu bidang lemah
tidak banyak berpengaruh pada bangunan. Sambungan yang salah dapat
memperlemah bangunan atau memungkinkan masuknya air yang akan merubah
penampilan beton dengan noda yang kurang bagus, selain menimbulkan kelembaban
dan kemungkinan berkaratnya baja tulangan.
Letak Sambungan
Jika sambungan pelaksanaan akan dibuat pada komponen struktur, letaknya harus
disetujui oleh Engineer. Sambungan tersebut biasanya terletak di daerah tegangan
geser minimum. Daerah dengan momen lentur maksimum harus dihindari. Pada balok
dan pelat, geser minimum biasanya pada pertengahan sepertiga bentang dan juga
sambungan harus di tempatkan sedekat mungkin pada titik sepertiga bentang (dalam
hal ini seperenam bentang).
Sambungan pelaksanaan dibuat hanya menurut ketentuan pada gambar rencana.
Persetujuan dari Engineer harus selalu diperoleh sebelum mengganti lokasi
sambungan atau menambah sambungan tambahan.
Biasanya sambungan horizontal tidak diperbolehkan pada pelat, dan sambungan tidak
diperbolehkan di dekat tumpuan balok atau di atas balok, kolom atau dinding lain.
Tegangan geser pada lokasi-lokasi tersebut biasanya tinggi.
tidak akan lekat dengan menyeluruh, dan campuran yang terlalu basah
mungkin akan memisah (segregate) dan membentuk jumlah rembesan
air dan semen (laitance) yang berlebih.
2. Jika sambungan dibuat pada beton yang berumur lebih dari empat jam,
lapisan permukaan harus dialihkan seperti sebelumnya. Pada beton
berumur kurang dari tiga hari, hal ini relatif mudah dilakukan. Permukaan
harus disikat dengan sikat kawat, dibush hammer atau semprot pasir
dengan ringan untuk menampakkan permukaan agregat tanpa
menurunkan mutu. Sebelum pengecoran, permukaan harus dicuci bersih
dari material lepas atau rembesan air dan semen (laitance) lain yang
terjadi.
c. Sambungan Susut
Sambungan susut adalah sambungan beton pada beton, yang dibuat sedemikian rupa
sehingga beton bebas menyusut menjauhi bidang sambungan, sementara semua
gerakan relatif lewat sambungan harus dicegah.
d. Sambungan Pengendalian
Sambungan pengendallian atau sambungan susut palsu (dummy) adalah suatu
bidang pelemahan yang dibuat pada bangunan dengan cara pembuatan alur.
Sambungan ini berfungsi sebagai sambungan pelaksanaan karena mengkonsentrasi-
kan tegangan susut pada bagian yang diperlemah, dan karenanya membatasi
retakan penyusutan ke bawah alur.
Pengkaitan mekanis lewat retakan tak teratur membantu memindahkan beban
melewati sambungan dan mencegah gerakan relatif pada bidang sambungan.
Pembuatan Sambungan Kontrol
Sambungan kontrol dapat dibuat pada salah satu dari tiga perbedaan selama
pemasangan.
1. Sambungan control dapat dibuat sementara beton sedang dicor
dengan memasukkan strip yang telah dibentuk sehingga terjadi suatu
alur.
2. Setelah beton dicor dan sedang diselesaikan, sambungan dapat
dibuat dengan suatu alat pembuat alur yang sesuai. Sambungan
demikian akan mempunyai ujung bulat serta lewat pada pelat untuk
seperenam hingga seperempat dari ketebalan pelat.
3. Setelah beton cukup mengeras, sambungan control yang digergaji
dapat dibuat. Sambungan harus dibuat seawal mungkin sebelum
penyusutan akibat pengeringan.
e. Sambungan Muai
Sambungan muai membuat celah antara kedua permukaan beton yang berpasangan
sehingga memungkinkan pemuaian beton ke dalam celah. Celah biasanya diisi
dengan bahan pengisi yang dapat ditekan masuk seperti karet, plastik, gabus atau
mastic. Semua gerakan relatif pada bidang sambungan dicegah.
Sambungan muai mungkin merupakan jenis sambungan yang pembuatannya paling
mahal. Perencana harus mempertimbangkan dengan baik perlunya sambungan
pemuaian dan jarak antaranya.
Suatu peningkatan pada suhu beton biasanya akan menambah panjang beton, yaitu
peningkatan suhu sebesar 10°C akan menghasilkan pemuaian sekitar 1 mm.
f. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi membuat celah (kerenggangan) antara permukaan beton yang
berpasangan sehingga memungkinkan kebebasan gerakan pada masing-masing sisi
dari sambungan. Celah ini biasanya diisi dengan pengisi yang dapat dibentuk seperti
papan fiber, gabus, mastic, plastik atau karet.
Kebanyakan sambungan pemuaian pada jembatan juga merupakan sambungan
isolasi.
Beberapa tipe sambungan diperlihatkan pada Gambar 3.13.
Beton merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan tetapi relatif lemah terhadap
tarikan. Jadi beton dapat menahan beban berat yang menekannya tetapi hanya dapat
menahan beban yang relatif ringan yang cenderung menarik atau melenturkannya.
Pada beton pratekan diambil manfaat dari kemampuan beton untuk melawan gaya
tekan. Suatu gaya tekan luar diberikan pada beton supaya tetap berada dalam tekanan
(kompresi) selama umur normalnya, sehingga dapat mencegah terjadinya tegangan
tarik bilamana diberi beban yang cenderung menarik atau melenturkan beton.
3.5.1 UMUM
Singkatnya tegangan tekan awal diberikan pada beton untuk meniadakan atau
mengurangi tegangan tarik yang terjadi dari berat mati atau beban hidup.
Pada beton bertulang, baja menampung semua tegangan tarik ditambah tegangan
tekan berlebih yang tidak dapat dipikul oleh beton. Pada beton pratekan, baja dipakai
terutama untuk memberikan tegangan tekan pada beton.
Suatu bagian bangunan pratekan berada di bawah tekanan secara permanen (tetap) -
hal ini meniadakan retakan-retakan secara efektif. Jika bagian itu agak dibebani lebih
dan retakan akibat tegangan terbentuk, ini akan menutup pada waktu pembebanan
lebih dihilangkan, (dengan syarat baja tidak mengalami peregangan berlebih). Dengan
beton bertulang, baja tidak diperbolehkan bekerja pada keadaan tegangan tinggi,
karena perpanjangan baja akan menimbulkan retakan dengan pengaruh yang tidak
diinginkan terhadap ketahanan dan lendutan.
Komponen beton pratekan biasanya lebih kecil dari komponen beton bertulang. Ukuran
lebih kecil ini mengurangi kuantitas baja dan beton tetapi diimbangi dengan perlunya
penggunaan bahan kekuatan tinggi.
Terdapat dua sistem pemberian prategangan pada beton, yaitu menegangkan sebelum
beton dicor atau menegangkan setelah beton dicor. Masing-masing sistem disebut
sebagai pretension dan posttension. Dalam kedua hal tersebut penegangan dilakukan
sebelum pemberian beban mati dan hidup pada komponen.
Berbagai bentuk saluran untuk tendon prategang biasanya merupakan barang paten,
dan dapat dijelaskan pada Gambar Rencana, atau merupakan bagian dari sistem
penarikan. Saluran seringkali terbuat dari baja gauge yang sangat ringan untuk
flexibilitas dan pertimbangan ekonomi, dan mudah rusak pada waktu penanganan,
penyimpanan, perbaikan atau pada proses pengecoran.
Penempatan saluran yang tepat sangat penting. Saluran harus disetel dengan tepat
dan dipasang pada tulangan dengan interval dekat, biasanya dengan kawat pengikat
yang cukup kencang untuk mencegahnya bergerak, tetapi tidak terlalu kencang
sehingga merubah bentuk saluran. Saluran dapat mengapung pada beton basah,
sehingga harus diikat terhadap gerakan keatas, selain harus ditopang dari bawah.
Penulangan dapat menggunakan dudukan (saddle) atau batang penempat supaya
menjamin ketepatan. Saluran harus diperkaku, balk dengan menempatkan tendon
penegang dalam saluran atau dengan cara lain yang sesuai (seperti pipa PVC atau
baja), untuk memperkecil perubahan bentuk atau kerusakan pada saluran.
Ruas sambungan saluran harus ditutup dengan hati-hati untuk mencegah masuknya
adukan cair (slurry) beton yang digetarkan dapat masuk ke dalam saluran.
Pekerja yang mengoperasikan penggetar internal harus diberi petunjuk dan diawasi
dengan baik, karena saluran dapat rusak oleh benturan dari kepala penggetar.
Saluran logam biasa digalvanisasi. Lapisan dalam timah hitam kadang-kadang
diberikan di bagian dalam, jika perlu, untuk mengurangi kehilangan gesekan (friction)
pada daerah pelengkungan tendon yang besar.
Harus disediakan lubang-lubang pada interval teratur di semua saluran, terutama pada
semua titik tinggi dan rendah. Lubang biasanya berdiameter sekitar 20 mm dan harus
diberi sumbat supaya lubang dapat ditutup setelah grout yang bebas udara mulai
mengalir. Lubang harus diteruskan sepanjang jarak tertentu (sekitar 300 mm cukup)
lewat permukaan beton.
Lubang juga diperlukan pada kedua ujung tiap saluran untuk grouting. Tiap lubang
harus mempunyai katup sumbat yang dapat menahan 700 kPa untuk sedikitnya satu
menit tanpa air atau udara mengalir keluar.
Tendon untuk prategang dapat terdiri dari kawat tarik, lilitan (strand), atau batang baja
mutu tinggi. Gambar dan Spesifikasi Teknik dapat dibuat untuk menyesuaikan dengan
suatu sistem prategang yang khusus. Sistem alternatif diperbolehkan dengan
persetujuan Engineer, dengan syarat bahwa detail sistem alternatif diserahkan oleh
Kontraktor pada waktu penawaran.
Bahan dan peralatan sering disediakan oleh Sub Kontraktor yang dapat mengadakan
penegangan dan grouting pada bagian bangunan itu bila perlu. Keterangan pengujian
dan contoh kawat (wire), lilitan kawat baja (strand) atau batang (bar) diambil dan
diperiksa. Grafik beban-perpanjangan (extension) yang disediakan oleh pabrik atau
penguji berwenang, dipakai untuk tiap batch untuk membandingkan gaya
sebenarnya dan gaya teoritis pada lilitan kawat atau kawat dan perpanjangan pada
waktu penegangan. Adalah penting bahwa tendon dalam sistem multi-strand atau
sistem kawat baja terdiri dari strand atau kawat baja dari batch yang sama, atau
batch dengan Modulus Young yang sama.
Adalah penting bahwa tendon harus bersih dan aman terhadap kerusakan, puntiran
atau bengkokan. Goresan kecil yang disebabkan oleh penyimpanan atau
penanganan yang kurang baik dapat berakibat suatu konsentrasi tegangan yang
Angker harus dipasang tegak lurus (square) terhadap garis tendon. Templates
sangat bermanfaat bagi menentukan tempat dan memeriksa posisi serta alinemen
angker sebelum dan sesudah pengecoran.
3.5.4 PENEGANGAN
a. Umum
Penegangan tendon baja tarik mutu tinggi adalah operasi yang sangat penting yang
kadang-kadang rumit. Ini dapat juga membahayakan. Oleh karena itu penting bagi
pengawas dan operator untuk memiliki pengalaman dan mempunyai peralatan yang
dapat diandalkan dan yang dipelihara dengan baik. Langkah-langkah pengamanan
yang ketat harus diambil pada waktu operasi penegangan. Dongkrak (jack) harus
sesuai untuk sistem angker yang digunakan, dipasang secara sentris (centrally) di atas
garis penarikan (tensioning) dan ditempatkan tepat pada pengangkeran, serta
beroperasi dalam batas kapasitas yang ditentukan.
Sebelum penegangan, peralatan harus diperiksa apakah memiliki sertifikat kalibrasi
yang berlaku dari lab yang dapat diterima. Ujung kawat, kabel atau batang harus
dibersihkan dari bahan yang dapat mempengaruhi cengkraman (grip) pada alat
pengangkeran, di mana alat tersebut harus bersih.
Pada pekerjaan post tension, kabel harus bebas bergerak di dalam saluran, yang harus
sudah ditiup dengan udara bertekanan yang bebas minyak sebelum penempatan
kabel. Periksa bahwa kepala angker terpusat dengan tepat di atas pelat angker cast-in.
Penegangan kabel harus berlangsung segera setelah menempatkan kabel di dalam
saluran. Penundaan selama dua minggu atau lebih dapat menyebabkan perlunya kabel
dipindahkan untuk memeriksa kontaminasi atau debu.
Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknik memberikan beban prategang yang
disyaratkan, dan urutan yang harus diberikan. Penyimpangan (deviasi) yang diusulkan
harus dibicarakan dengan Engineer untuk menjamin bahwa bangunan tidak
memperoleh beban yang tidak dapat diterima. Dengan cara yang sama, instruksi atau
petunjuk yang diberikan pemilik sistem prategang yang dipakai harus diikuti oleh
operator.
Kekuatan beton komponen harus diperiksa sebelum prategang untuk komponen yang
dipost-tension atau sebelum pemindahan gaya prategang untuk komponen yang pre-
tension untuk menjamin bahwa beton telah memperoleh kekuatan yang diperlukan.
b. Prosedur Penegangan
i. Umum
Grafik beban perpanjangan dipakai untuk menghitung perpanjangan teoritis di
mana untuk strand pre-tension yang melendut ditegangkan pada posisi melendut,
dan tendon post-tension harus memasukkan kehilangan akibat gesekan (friction).
Kehilangan dapat ditegaskan oleh pengujian lapangan, bilamana mungkin.
Beban tendon biasanya diukur oleh dynamometer atau dongkrak penarik yang telah
dikalibrasi dan sistem pengukur tegangan, serta diperiksa dengan membandingkan
perpanjangan yang terjadi dengan nilai yang dihitung. Beban pratekan harus
diberikan sesuai dengan urutan yang ditentukan, dan sekali dimulai disarankan
agar pembebanan dilanjutkan tanpa penundaan sampai komponen sudah seratus
persen dibebani. Beban awal harus diberikan pada semua tendon untuk
menghilangkan kendor (slack) sebelum penarikan (tensioning). Perhitungan untuk
beban ini dapat dibuat dengan menggambarkan grafik nol koreksi (zero correction)
atau dengan mengestimasi dan membandingkan perpanjangan antara beban awal
dan beban akhir. Jika perpanjangan sebenarnya berbeda lebih 5% dari
perhitungan, periksa peralatan dan bahan sebelum melepaskan dan membebani
kembali. Ketika membebani kembali, harus diingat bahwa kinerja beban
perpanjangan bahan penegangan tidak akan sama dengan pembebanan pertama.
Jika kehilangan gesekan dianggap terlalu besar, tendon harus diminyaki dengan
hanya menggunakan minyak yang larut dalam air, atau pembebanan dapat
diberikan dari kedua ujung.
Semua penegangan harus dicatat pada lembar catatan penegangan yang sesuai
bersama-sama dengan semua informasi yang terkait dengan tendon, grout dsb.
ii. Penarikan
Kontraktor harus memberikan rincian mengenai tekanan gauge yang akan dipakai
pada waktu penarikan, perpanjangan (extension) yang dihitung untuk tendon dari
gulungan (coil) khusus, dan kehilangan yang diizinkan pada angker, pengangkat
(hold up), penahan (hold down) dan penghubung sambungan (splice connector).
Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa akan dipakai peralatan penarikan yang
benar untuk prategangan. Khususnya semua dongkrak penarik dan gauge harus
diperiksa, serta nomor serinya dicatat, karena jenis-jenis dongkrak dan gauge yang
serupa dapat berbeda kinerjanya.
Sebelum penarikan dimulai, semua dongkrak penarik harus dicoba dengan
pemompaan ram ke dalam dan ke luar beberapa kali. Tiap tendon diberi nomor dan
pola tendon yang diberi nomor disketsa pada catatan penarikan. Pada waktu
selesai, acuan ujung dan tulangan baja harus diperiksa untuk memastikan bahwa
tendon tidak merubah bentuknya (fouled).
(ix) Sertifikat lilitan kawat baja (strand) dari pemasok mungkin tidak
benar.
v. Kegagalan Tendon
Kegagalan tendon dapat terjadi karena penjepit atau baji aus, kegagalan tendon
setempat karena bahan yang kurang baik, korosi, kerusakan fisik seperti
pemuntiran (kinking), tegangan berlebih, atau pemanasan tendon. Sebagai langkah
pengamanan, tendon yang terbuka harus ditutup terpal atau ditahan dengan
penahan (toggle) untuk mencegah pencambukan tendon bila terjadi kegagalan.
Jika terjadi kegagalan harus diselidiki penyebabnya sebelum pekerjaan dilanjutkan.
Tendon kemungkinan lepas melalui baji dan bukannya putus. Jika hal ini terjadi,
tendon akan lepas keluar pada ujung lain dasar (bed) prategang menurut garis
lurus, sampai dihentikan oleh penghalang atau deflector. Dengan alasan ini,
penting untuk membiarkan daerah di belakang angker bebas dari benda apapun,
dan tidak mengijinkan siapapun berdiri di belakang angker pada waktu tendon
ditarik dan terbuka. Baji harus diperiksa untuk memastikan kebenaran ukurannya
untuk lilitan kawat (strand) yang digunakan, tidak retak, giginya tidak tumpul atau
aus, dan harus bersih serta bebas dari lemak dan debu. Jika penggeseran
(slipping) berlebihan terjadi, mesin, toleransi dan kekerasan baji dan kepala angker
harus diperiksa. Baji yang biasa dipakai pada post-tension tidak boleh dipakai pada
pre-tension karena giginya terlalu halus. Tugas utama Konsultan Supervisi adalah
memastikan bahwa semua tindakan pengamanan diperhatikan di pabrik pracetak,
dan khususnya semua tanda peringatan keamanan dipasang pada waktu penarikan
berlangsung. Bila Kontraktor tidak memenuhi syarat-syarat pengamanan, pekerjaan
harus dihentikan, sampai Spesifikasi Teknik tersebut dipenuhi.
d. Pembuatan Catatan
Keterangan seperti kekuatan beton, hog, bow, detail peralatan penegangan yang
dipakai, nomor gulungan (coil) yang dipakai pada fabrikasi kabel, beban dan
perpanjangan harus dicatat, sebaiknya dengan menggunakan formulir standar
Yang penting untuk diingat adalah bahwa tidak seorangpun boleh, berdiri di belakang
dongkrak penarik atau angker pada waktu operasi penegangan.
Semua orang yang tidak terlibat secara aktif dalam operasi penegangan dan
pengawasan pelaksanaannya harus menjauhkan din dari pekerjaan itu. Staf Supervisi
3.5.6 GROUTING
a. Umum
Grouting memberi perlindungan jangka panjang terhadap karat pada tendon
prategang, membantu menyebarkan beban superimpose pada keseluruhan unit, dan
melindungi unit itu terhadap kemungkinan kegagalan yang disebabkan oleh
dilepaskannya beban oleh satu atau lebih kawat dalam kabel yang ditegangkan. Oleh
karena itu grouting disarankan segera setelah penegangan suatu unit selesai, dan
tidak lebih dari dua hari setelah penyelesaian. Dalam keadaan khusus grouting dapat
ditunda, akan tetapi harus dipikirkan perlindungan tendon terhadap korosi pada waktu
ini.
c. Prosedur
Saluran (duct) dibilas pertama-tama dengan menggunakan aliran air yang banyak,
kemudian ditiup dengan udara bertekanan yang bebas minyak. Air yang tertinggal
dalam saluran (duct) akan dipaksa keluar melalui lubang (vent) oleh grout yang masuk.
Persediaan grout dihubungkan dengan lubang paling bawah. Lubang-lubang sisa
lainnya secara berturutan ditutup pada waktu grout, yang bebas dari udara dan air
yang mengalir keluar. Setelah saluran (duct) terisi penuh, pompa masih melanjutkan
tekanan, yaitu sekitar 700 kPa, pada sistem tertutup selama satu menit. Jika dianggap
perlu, konsistensi grout dapat diperiksa dengan hidrometer.
Adalah penting bahwa sistem itu, terutama pada sambungannya, bebas dari kebocoran
dan bahwa peralatan bersih serta terpelihara. Jika terdapat kebocoran yang tidak dapat
dihentikan pada waktu grouting, grout di dalam saluran (duct) harus dibilas keluar
dengan air dan kegiatan dimulai kembali setelah kebocoran diperbaiki. Jika ada
pemampatan (block-age) kemungkinan seluruh duct dapat diisi dengan memindahkan
kegiatan pengadukan dan pemompaan pada sisi lain dari unit, jika tidak pemampatan
harus dibuka dengan menggunakan air dan udara bertekanan. Di mana ada resiko
kebocoran menyilang (cross bleeding) dari grout ke dalam saluran (duct) yang
berdekatan, yang juga akan digrout, kadang-kadang lebih baik mengisi kedua saluran
(duct) secara bersamaan.
Pekerja yang bekerja dekat unit itu harus sadar akan kemungkinan terjadinya
semprotan tiba-tiba dari campuran udara-air-grout. Pada umumnya pekerja harus
menjauhi kabel sampai grout mengeras. Unit tidak boleh dipindahkan selama 7 hari
sampai grout menjadi kuat. Di mana unit digrout pada lokasi akhirnya pada jembatan,
unit itu tidak boleh dibebani lalu lintas atau beban berat untuk 7 hari setelah grouting.
Peralatan, prosedur dan sifat-sifat campuran grout harus diuji sebelum dan selama
pelaksanaan, dan contoh dapat diambil untuk pengujian kekuatan. Kekuatan grout
sebesar 30 MPa (300 kg/cm2) adalah kekuatan 28 hari yang lazim.
Bilamana grouting telah selesai, semua pipa ventilasi yang menonjol dipotong rata dan
dirapihkan.
besar dia tidak akan menerima dukungan dari apapun dalam daerah ini. Gelegar harus
tetap tegak dan tidak boleh berputar atau jatuh pada sisinya.
Sebaiknya tiap gelegar diberi penyangga samping yang bebas dalam hal penumpu
berpindah. Tiap unit harus terletak cukup jauh satu sama lainnya sehingga dapat
diperiksa secara teratur pada waktu penyimpanan. Penumpukan dari pada komponen
besar tidak disarankan, tetapi unit yang lebih kecil seperti papan lantai, atau tiang
pancang dapat ditumpuk, dalam hal ini penumpu harus tegak satu sama lain untuk
menghindari timbulnya beban lenturan.
Beberapa jenis unit lantai dicetak terbalik untuk kemudahan. Komponen tersebut perlu
ditumpu ditengah bentang pada posisi terbalik, tetapi ditumpu dekat ujungnya setelah
dibalik pada posisi normal. Perencana harus menyetujui terlebih dahulu desain dari
pada peralatan untuk membalikan, sebelum dipakai. Perputaran harus dilakukan
secara berangsur dan halus.
a. Umum
Beberapa hal yang berhubungan pada masing-masing pretensioning dan post-
tensioning perlu mendapat perhatian dalam bagian berikut ini. Hal tersebut
berhubungan dengan detail praktis yang harus diperhatikan tim pengawas, sehingga
dapat menjamin tercapainya standar tinggi dari pengerjaan dan kualitas bahan.
b. Pretensioning
i. Umum
Sebelum dimulainya pelaksanaan penarikan, perlu bagi kontraktor
untuk menyerahkan jadwal dari data penegangan untuk disetujui
oleh Engineer.
Jadwal harus meliputi :
o sketsa mendetail mengenai pola tendon memanjang untuk
panjang dasar (bed) dengan panjang per tendon diberikan
dengan jelas.
o gaya penarikan per tendon yang diberikan oleh dongkrak serta
memperhitungkan untuk gesekan sepanjang dasar (bed),
terutama pada kasus strand pola lendutan.
o perkiraan perpanjangan tiap tendon, termasuk perhitungan
untuk gelincir (slippage) pada alat pemegang pada salah satu
atau kedua ujung bed.
ii. Tendon
Tendon harus telah diambil contoh dan diuji sesuai dengan
spesifikasi teknik.
Harus diperhatikan bahwa gaya penarikan masih dalam batas
mutlak 85 persen dari kekuatan tank ultimate dari tendon.
Penyambungan tendon dalam batas panjang bagian beton tidak
diperbolehkan. Penyambungan dengan alat penyambung dapat
dilakukan di luar bagian beton. Jika penyambung digunakan di luar
bagian itu, harus diamati pada waktu penegangan adanya rotasi atau
spin (yang mengakibatkan relaksasi dari tendon dan hilangnya
perpanjangan). Jika rotasi atau spin terjadi, segera harus diambil
langkah untuk memodifikasi penyambung atau ijin untuk
penyambungan harus dibatalkan.
v. Pengecoran Beton
Acuan untuk saluran (duct) internal atau rongga harus diangker
terhadap gerakan atau pengapungan (flotation) pada waktu
pengecoran atau penggetaran beton. Acuan harus terbuat dari bahan
yang tidak akan berubah bentuk pada waktu penanganan atau
pengecoran beton.
Harus dijamin bahwa minyak acuan tidak diperbolehkan mengenai
tendon.
Sejumlah spesimen pengujian yang cukup harus dibentuk sehingga
dapat dilakukan pengujian awal spesimen untuk pelepasan dan
pembongkaran. Disarankan bahwa dibuat cetakan sekurang-
kurangnya 3 pasang kubus atau silinder untuk pelepasan per baris
komponen yang dicor.
Bagian bawah komponen pre-tension harus diperiksa oleh
Konsultan Supervisi segera setelah komponen diangkat dari dasar
(bed).
c. Post Tensioning
i. Tendon
Semua gulungan atau bundel tendon akan diambil contoh
(sampel), diuji dan disetujui sesuai dengan Spesifikasi
v. Grouting
Saluran harus di grout dengan tekanan dengan campuran
grout sesuai yang disetujui dalam batas 48 jam dari
Bagian ini membahas perbaikan pada beton yang rusak setelah acuan dibongkar.
3.6.1 UMUM
a. Umum
Empat cara perbaikan yang berbeda disebutkan dalam Spesifikasi Teknik dan dibahas
disini.
Cara yang manapun digunakan, penting untuk menyadari bahwa persiapan beton
untuk perbaikan sama pentingnya bila tidak lebih penting daripada proses perbaikan
aktual.
Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa petunjuk yang jelas dan rinci diberikan
kepada Kontraktor untuk menjamin bahwa perbaikan dilakukan dengan benar.
Jika pengawasan setelah pembongkaran acuan menunjukkan perlunya perbaikan,
perlu untuk melakukan pekerjaan itu sesegera mungkin dan lebih baik dalam waktu 24
jam. Sementara perbaikan berlangsung, pengawas harus menjamin bahwa perawatan
tidak diganggu pada lokasi lain pada unsur.
Beton yang akan diperbaiki harus ditandai dengan jelas dan serangkaian pemeriksaan
harus dilakukan untuk menentukan sejauh mana beton harus dialihkan dan diperbaiki.
Pembongkaran bahan yang kurang baik biasanya dilakukan dengan pahat tangan dan
harus diawasi dengan teliti untuk memastikan bahwa hal ini tidak mempengaruhi beton
yang berdekatan.
Hai-hal yang penting untuk pembuangan yang benar daripada beton sebelum mulai
pekerjaan perbaikan ditunjukkan pada Gambar 5.18.
Cara pack kering digunakan untuk lubang yang relatif dalam, yang mempunyai
kedalaman sama dengan atau lebih besar dari ukuran permukaan paling kecil, dan di
mana dapat diperoleh penahanan lateral.
Jika perlawanan lateral tidak dapat diperoleh, cara penggantian adukan mungkin lebih
sesuai. Untuk pengisian yang agak banyak dibelakang penulangan yang tampak
(expose), atau untuk mengisi lubang-lubang yang menembus dinding atau balok,
penggantian beton merupakan cara yang lebih baik.
Untuk mempersiapkan penambahan dry-pack, tidak hanya penting bahwa lubang tajam
dan segi empat pada ujung permukaan, tetapi bahwa sudut didalam lubang berbentuk
bulat. Permukaan dalam harus diperkasar untuk mendapatkan lekatan yang efektif.
Lubang harus dibentuk sehingga kedalaman minimum untuk dry packing adalah 25mm.
Operasi pengisian harus dimulai setelah permukaan dicuci bersih dan dikeringkan, dan
setelah pemeriksaan oleh pengawas. Permukaan mula-mula disikat dengan adukan
kaku atau grout (basah secukupnya sehingga menempel pada permukaan), dimana
campuran itu biasanya 1 semen berbanding 1 pasir halus dengan kekentalan krem
kental. Lapis pelekatan ini harus tidak terlalu basah maupun diberikan terlalu tebal
sehingga mempengaruhi bahan dry-pack, yang diberikan segera sebelum lapisan
pelekatan mengering. Kadang-kadang semen kering dibedaki pada permukaan setelah
pemberian lapisan pelekatan untuk menyerap kelembaban berlebih. Adanya semen
berlebih pada lubang kemudian dihilangkan dengan kuas sebelum dilakukan
penambalan (packing).
Dry-pack biasanya adalah campuran dari 1 bagian semen dan 2,5 pasir melewati
saringan 1 mm, proporsi tersebut divariasi supaya warna tambahan itu sesuai
dengan daerah sekitarnya. Kadang-kadang sejumlah kecil semen putih dipakai untuk
maksud ini.
Untuk penambalan lubang baut, campuran kurus dari 1 banding 3 atau 1 berbanding
3,5 cukup kuat dan dapat membaur lebih baik dengan warna beton sekitarnya. Air
campuran hanya secukupnya digunakan sehingga adukan akan melekat satu sama
lain ketika dibentuk menjadi bola dengan tekanan kecil dan tangan, dan tidak
mengeluarkan air tetapi tangan terasa lembab.
Penempatan material dilakukan dengan lapisan sekitar 10mm tebal dan penambahan
dilakukan dengan bentang kayu berukuran 25 mm diameter 200 hingga 250 mm
panjang dari palu. Jika terjadi keadaan menyerupai karet akibat samping ini,
penempatan lapisan lebih lanjut harus ditunda. Lubang-lubang harus diselesaikan
rata dengan permukaan bersebelahan dan tidak boleh ada air berlebih. Pengawas
harus memastikan bahwa alt besi tidak digunakan untuk pemadatan karena
cenderung merubah warna pengisi. Bila perbaikan telah selesai, dilanjutkan dengan
perawatan air.
c. Penggantian Beton
Cara penggantian beton sesuai untuk mengisi lubang melalui bagian- beton atau
bilamana lubang pada beton yang lebih luas dari 1,0 m2 dan melewati daerah
pemulanya.
Jika mengganti beton yang dicor dalam acuan, atau mengganti beton disisi
bangunan, pelaksanaan dan penempatan acuan untuk pekerjaan penggantian sangat
penting. Acuan depan untuk perbaikan dinding beton lebih dari 450 mm tingginya
harus ditangani secara bagian-bagian horizontal sehingga beton dapat ditempatkan
dengan ketebalan tidak lebih, dari 300 mm, dimana beberapa bagian acuan dipasang
sementara sedang berlangsung pengecoran. Detail acuan tipikal untuk penggantian
beton pada dinding tersebut terlihat pada Gambar 8.19. Acuan harus rapat adukan
pada semua sambungan dan lubang baut pengikat, terutama bilamana diberikan
tekanan pada waktu tahap akhir pengecoran beton.
Setelah setiap lapisan, harus ada jarak waktu 20 menit sebelum dipasang lapis
berikutnya, tetapi adukan yang awal tidak boleh dibiarkan mengering. Setelah
perbaikan itu selesai, adukan harus dipenuhi lebih dari level yang diperlukan kemudian
dirapihkan setelah bahan agak mengeras, tanpa merusak bagian yang terisi.
Perawatan yang memadai sangat penting.
Bentuk-bentuk yang paling sering digunakan dari teknik yang menggunakan peralatan
pneumatik ini adalah shotcrete dan gunite.
e. Epoxy Resin
Sebesar apapun ukuran perbaikan yang diperlukan, perbaikan epoxy harus dilakukan
dengan nasehat dari ahli. Istilah "epoxy" dimaksudkan plastik thermo setting yang
dapat dipakai untuk media pelekatan dan sesuai untuk digunakan pada lokasi dimana
perawatan jangka panjang tidak dapat dilakukan. Adukan epoxy terdiri atas pasir halus
dan epoxy resin dipakai untuk tambahan tipis yang akan segera dipakai kembali,
sehingga perawatan lernbab tidak dapat dilakukan pada lokasi tersebut. Epoxy resin
mempunyai masa pot yang singkat, jadi harus dipakai segera setelah diaduk.
Campuran epoxy mempunyai 3 hingga 5 kali koefisien muai thermal dari beton biasa,
hingga harus dipakai pada daerah dimana persediaan tersebut tidak akan
menimbulkan masalah.
Sebelum dimulainya perbaikan dengan campuran epoxy, pekerjaan harus dipersiapkan
seperti halnya untuk cara lain, suatu formulasi epoxy yang sesuai diaduk dengan
bahan tambahan yang cocok untuk perawatan dan segera diberikan pada permukaan
yang akan dilekat, dengan kuas sampai ketebalan 10 hingga 15 mm. Pengawas harus
memeriksa bahwa pemakaian ini dibuat dalam masa pot dari campuran dan dengan
teknik yang sesuai. Pengenceran atau kerusakan dengan pelarut untuk
memperpanjang masa pot dan epoxy tidak diperbolehkan.
Jika adukan akan digunakan, pengawas harus memastikan bahwa adukan disiapkan
memakai agregat yang bersih, kering, dan dimana perlu, yang digradasi (biasanya
pasir) dengan proporsi epoxy yang benar. Untuk tambahan (lapisan) tipis, adukan yang
terdiri atas 1 bagian epoxy dan 2 sampai 3 bagian pasir mungkin sesuai. Untuk
tambahan lebih dalam, agregat yang lebih besar serta campuran lebih encer dengan 1
bagian epoxy dan 5 sampai 6 bagian agregat yang digradasi dengan ukuran
maksimum hingga 10 mm, telah dipakai. Jika acuan dipakai untuk menahan lapisan
lebih total, acuan harus diberi lapisan penutup suatu bahan pelapis seperti silikon.
Beton yang dilekat epoxy, biasanya tidak memerlukan prosedur perawatan selain
perawatan air. Adukan epoxy biasanya tidak memerlukan perawatan, hanya diperlukan
suhu 20°C hingga 30°C untuk 1 sampai 3 hari.
Pada saat ini, teknik untuk mengisi retakan dengan epoxy dapat digolongkan sebagai
berikut:
• penetrasi dengan gravitasi
penggunaan gaya kapiler alam untuk retak sempit
penyuntikan positif dengan tekanan tinggi atau rendah
BAB IV
BANGUNAN BAJA
Fabrikasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan produksi berbagai komponen
suatu struktur bangunan baja yang dibuat dari baja pelat atau baja profil.
4.1.1 UMUM
4.1.2 GAMBAR-GAMBAR
a. Pengenalan Baja
Semua baja yang digunakan dalam fabrikasi sebuah jembatan harus sesuai dengan
Peraturan yang sesuai seperti yang tercantum dalam Spesifikasi Teknik.
Ini dapat dicek dengan mengacu kepada tingginya temperatur pemanasan baja yang
diberi tanda (segel) di atas baja, saat baja digilas (rolling). Tingginya temperatur
pemanasan ada hubungannya dengan sertifikat pengujian pabrik yang memberikan
perincian sifat-sifat phisik dan komposisi kimia dari baja tersebut.
Dalam hal tidak ada tanda pengenalan (identifikasi) maka diwajibkan terhadap
fabrikan untuk menyediakan contoh-contoh baja untuk diadakan pengujian pada
suatu laboratorium yang disetujui.
b. Pelurusan
Bengkokan atau distorsi baja harus dikoreksi dengan suatu cara yang akan
menghindari kerusakan pada baja. Jika bahan memerlukan pelurusan untuk
mempertahankan toleransi dan kesesuaian, baik sebelum atau sesudah
pemasangan, pada umumnya ini dilakukan dengan cara mekanis pada temperatur
sekitarnya (ambient temperature), walaupun sedikit lekukan-lekukan dan bengkokan-
bengkokan pada baja berkekuatan normal kemungkinan bisa dikoreksi dengan
pemanasan yang terbatas dalam pengawasan yang teliti.
Pemanasan dari baja berkekuatan tinggi untuk rnencapai kelurusan atau
menghilangkan penyimpangan tidak boleh dicoba tanpa penyelidikan pengaruhnya
pada baja tersebut.
Tekanan hidraulik, pemakaian kekuatan baik horizontal maupun vertikal dan
penggilasan-penggilasan biasanya digunakan untuk pelurusan.
c. Pemberian Tanda
Pemberian tanda gores pada pekerjaan baja, termasuk letak lubang-lubang, dapat
dilakukan dari gambar-gambar kerja atau menggunakan mal. Mal merupakan pola atau
petunjuk berskala penuh atau petunjuk, terbuat dari karton, plywood, lembaran baja,
lembaran kayu atau kayu keras (hard woood).
d. Pembengkokan
Pengepresan-pengepresan dan penggilasan-penggilasan yang digunakan pada proses
pelurusan dapat pula digunakan untuk bagian-bagian bangunan yang berbentuk tetap.
Pipa-pipa baja untuk casing biasanya dibuat dalam suatu gulungan pelat bundar dan
sambungannya dilas.
Lawan lendut dari suatu gelagar dapat diukur dengan gelagar pada sisinya atau dengan
gelagar ditumpu pada titik-titik tumpunya. Pengukuran dari lawan lendut harus
memperhitungkan terhadap pelendutan yang diakibatkan dari beratnya sendiri.
f. Pemotongan
Baja bisa dipotong dengan pengguntingan, penggergajian atau pemotongan dengan las.
Umumnya pengguntingan pelat tidak diperkenankan kecuali pada suatu arah yang
tegak lurus terhadap arah tegangan utama didalam pelat. Pemotongan pinggir harus
bersih dari buangan-buangan, potongan-potongan dan cacat yang lain yang mungkin
mempengaruhi tingkat pelayanan dari komponen itu.
Setiap tegangan yang ditimbulkan oleh tarikan harus dihilangkan, apabila ini diminta
Spesifikasi Teknik.
Pemotongan dengan las, dengan suatu campuran dari sebuah gas seperti asetilin dan
oksigen, umumnya digunakan untuk pemotongan bagian struktur (bangunan).
Pengelasan dapat dilakukan secara manual atau dengan penggunaan peralatan mesin
penggerak sendiri yang otomatis.
Pemotongan dengan las secara luas digunakan untuk pemotongan pingir dari pelat baja
untuk persiapan pengelasan.
g. Lubang Baut
Lubang baut dapat dibor secara ukuran penuh atau dilebarkan pada ukuran penuh
setelah pengeboran awal atau pemukulan awal-sampai suatu diameter kira-kira 5 mm
lebih kecil daripada diameter lubang akhir (final).
Untuk memperoleh lubang yang cocok pada komponen utama, komponen-komponen
yang akan disambung diikat bersama-sama dengan klem dan kemudian dibor sekaligus.
Untuk komponen yang kecil dapat dibor dengan menggunakan sebuah template (mal).
h. Perakitan
Perakitan. komponen-komponen biasanya dilakukan dengan pengelasan atau dengan
menggunakan baut. Di pabrik biasa digunakan dengan las.
Untuk mengurangi penyimpangan komponen, sebuah pola pengelasan yang seimbang
diperlukan pada pengencangan yang tetap. Persyaratan ini umumnya dijelaskan dalam
Spesifikasi Teknik.
Ada bermacam-macam metoda pelaksanaan gelagar yang dilas. Metoda ini tergantung
atas ukuran dari unit, kapasitas dari barak fabrikasi dan teknik pengelasan yang
diperlukan. Umumnya, komponen-komponen dilas melekat ketempatnya dan kemudian
gelagar diletakkan pada posisi untuk suatu proses pengelasan menerus pada sudut yang
dikehendaki untuk pengelasan. Penempatan ini mungkin pada perletakan tetap atau
pada konstruksi khusus (trunnions) dimana gelagar dapat diputar kebeberapa sudut.
4.2 PENGELASAN
Semua jenis baja yang tersebut dalam Spesifikasi Teknik dapat dilas.
4.2.1. UMUM
Prosedur pengelasan untuk tingkat kekuatan yang lebih tinggi mencakup penggunaan
temperatur panas pendahuluan yang tinggi dan batang las dengan hidrogen rendah,
khususnya jika ketebalan bagian-bagiannya meningkat. Persyaratan ini adalah untuk
menjamin kekuatan yang cukup dan kekerasan dalam daerah pengaruh panas (Heat
Affected Zone).
Panduan yang rinci mengenai pengelasan jembatan diberikan dalam bermacam-macam
buku petunjuk dan standar.
Petunjuk secara rinci untuk mengontrol perubahan bentuk diberikan dalam acuan
petunjuk dari AWI.
Perubahan bentuk yang berlebihan dapat dikurangi dengan pemasangan terlebih
dahulu (pre-setting) komponen-komponen, sehingga setelah berubah bentuk dapat
memperoleh bentuk yang benar, atau dengan menghalangi komponen-komponen
dengan penjepit dan penahan.
Baja las juga menyusut apabila dingin sehingga bisa mengakibatkan komponen-
komponen dilas memendek. Penyusutan dari pengelasan memanjang dalam balok
pelat dapat menyebabkan suatu pemendekan 1 mm untuk setiap 4 m balok.
Sambungan yang diharapkan mempunyai penyusutan terbesar harus dilas pertama
kali, dengan sedikit mungkin penahanan.
Seperti halnya pengujian terhadap operator yang mampu secara praktis umumnya
diperlukan pengujian terhadap prosedur nyata (aktual) untuk diikuti dalam pengelasan.
Prosedur untuk tipe-tipe yang umum dari pengelasan mungkin disetujui atas dasar
pengalaman terdahulu. Prosedur untuk tipe-tipe pengelasan yang kurang lazim diperiksa
dengan percobaan perakitan pabrik.
Prosedur tersebut meliputi:
nama operator
tipe dan merk peralatan
penyiapan pelat
tipe dan ukuran kawat (wire) elektroda
tipe flux
suhu pemanasan awal
kecepatan pengelasan
aliran las
voltage las
ukuran las dan jumlah pengelasan.
Sekali prosedur disetujui tidak boleh diganti-ganti.
4.2.6 ELEKTRODA-ELEKTRODA
Elektroda yang digunakan pada suatu pengelasan biasanya diperlukan guna memberikan
sifat dalam logam pengelasan yang tidak lebih kecil dari logam induk yang akan
disambung, kecuali kalau penggunaan suatu elektroda pada tingkat yang lebih rendah
tercantum dalam gambar-gambar rencana. Setiap paket elektroda akan mempunyai
tanda pembuatnya dan suatu panel cetak yang memperlihatkan klasifikasi dari elektroda.
Elektroda yang telah terpisah-pisah dari paketnya tidak akan digunakan, karena
elektroda seperti itu tidak akan dapat diidentifikasi. Elektroda yang lepas, kemungkinan
terjadi kerusakan flux dan dapat dicemari dengan air.
Seorang tukang las yang berpengalaman yang menyeleksi sebuah elektroda biasanya
akan panas jika hasilnya sesuai dengan Spesifikasi Teknik. Untuk mengelas struktur
bangunan baja dalam posisi ke bawah (down hand), elektroda serba guna (general
purpose electrode) akan digunakan. Bagaimanapun, dalam keadaan khusus sebuah
elektroda dengan sifat-sifat tertentu harus digunakan.
Sebagai contoh, pada pengelasan baja dengan takikan yang liat serta getas, elektroda
rendah hidrogen biasanya disyaratkan. Elektroda ini menghasilkan suatu pengelasan
logam dengan yang meningkatkan sifat getas.
4.3.1 UMUM
Informasi yang rinci mengenai pengujian tanpa pengrusakan dari pengelasan diberikan
dalam berbagai buku pedoman standar pengelasan.
4.4.1 UMUM
Perawatan permukaan dan ketebalan dari lapisan pelindung harus diawasi dan diukur
dengan pengontrol (gauges) ketebalan cat.
Suatu persiapan permukaan baja dengan tingkat yang cukup, tergantung lingkungan
dimana konstruksi itu akan diletakkan (expose), adalah perlu karena adhesi dari sistem
pengecatan tergantung pada persiapan permukaan.
Kecuali kotor, debu, minyak, gemuk dan pengotoran permukaan lainnya dibuang,
pengecatan yang dilakukan pada permukaan akan mempunyai adhesi yang rendah,
dengan akibat kerusakan dari sistem pengecatan dan terbukanya lapisan dibawahnya
(substrate) terhadap keadaan luar. Pengecatan harus selalu dilakukan sesegera
mungkin setelah persiapan permukaan dan tidak lebih lama daripada hari yang sama.
Pembersihan dengan abrasive blast adalah metoda yang biasa untuk perbaikan
permukaan untuk jembatan baja.
Lapisan dasar (Primer) memberikan suatu pelindungan yang harus sebagai berikut:
melekat pada permukaan baja
memperlambat korosi pada lapisan bawahnya dengan menghalangi proses korosi
mampu dengan bertindak sebagai suatu katoda penghalang yang dikorbankan
(cathodic sacrificial barrier), dan
memberikan suatu dasar dimana lapisan cat secara berurutan akan melekat.
Pelapis dasar yang biasanya digunakan pada jembatan baja baru adalah yang kaya seng
(zinc rich). Pelapis dasar kaya seng akan melindungi baja karena seng adalah elektro
positif terhadap besi. Jika akan terjadi hubungan listrik antara dua metal itu, seng
tersebut akan dikorbankan terkorosi lebih dulu daripada besi. Cat kaya seng karena itu
harus mengandung banyak butir halus metal seng yang terdiri dari bubuk seng asli,
tersebar dalam suatu binder minimal yang stabil. Mereka harus dilapiskan terhadap suatu
permukaan yang baru dibersihkan dengan blast, sesuai dengan Spesifikasi Teknik untuk
menjamin kontak listrik yang effektif.
Pelapis dasar kaya seng terdiri atas dua kelas sesuai dengan sifat dari bahan pengikat.
Yang paling awet adalah yang berasal dari pengikat anorganik. Grup kedua adalah yang
berasal dari bahan pengikat organik. Pengikat ini diperoleh dari sejumlah damar (resin),
tetapi variasi dua pak epoxy adalah yang biasanya digunakan untuk penambalan dan
pengecatan kembali.
Pelapisan bawah kadang-kadang disebut tali penutup atau lapisan penghalang dan
dipergunakan bila diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya pelapisan yang
tidak dapat saling melekat. Permukaan alkali membentuk dasar yang kurang baik untuk
dilapisi kembali dengan alkali baru yang segar, kecuali bila digunakan pelapis bawah
(undercoats). Pengecatan dengan zat pelarut pekat seperti vinil dan karet khlorinal tidak
dapat digunakan pada dasar yang berminyak atau alkali, kecuali lapisan penghalang
dipakai untuk melawan aksi pengembangan dari larutan yang pekat pada pengikat alkali
dari pelapis dasar (primers).
a. Oksida Besi
Sifat dari pekerjaan akhir atau lapis atas ditentukan oleh kombinasi dari bermacam zat
warna dan zat pembawanya. Yang paling bermanfaat dari zat warna adalah, oxida besi
mika yang disingkat MIO (Micaleous Icon Oxide).
Karena warnanya yang abu-abu tua, hampir berwarna arang, hanya warna abu-abu
atau warna lumpur yang tersedia. Zat warna oksida besi mempunyai bentuk pipih
seperti mika. Serpihan ini terletak dalam suatu cat film seperti sisik dan merupakan
suatu penghalang fisik terhadap masuknya air dan terhadap sinar ultra violet dari sinar
matahari yang terutama dapat menurunkan pengikat organis.
b. Vinil
Lapisan vinil mampu memberikan perlindungan apabila dipasang diatas pelapis dasar
kaya seng. Meskipun demikian penggunaan yang berhasil tergantung pada
penggunaan yang tepat, dan perlindungan kembali tersebut akan menimbulkan
masalah kalau kita tidak mengenal tipe yang pasti vinil yang dipakai, dan suatu
formulasi yang sesuai tidak tersedia untuk pengecatan ulang. Ada dua perbedaan
dasar dari campuran dasar pelapisan di pasar yang belum tentu sesuai satu sama lain
dan kedua-duanya dipasarkan sebagai vinil. Hanya pelaksanaan dengan
penyemprotan yang mungkin. .
c. Karet Khlorinal
Lapisan karet khlorinal tersedia keduanya pada 'high build' dan lapisan pengisi dan ini
harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan tiap pabrikannya. Cepat kering,
gampang dicat kembali dan tahan terhadap pengaruh air serta dilingkungan industri.
Bahan ini sesuai untuk dilaksanakan baik dengan sikat, semprot ataupun roller, tetapi
yang terbaik dengan cara penyemprotan.
d. Epoxy
Jenis dua pak epoxy adalah tepat untuk lapisan high build dan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap pengaruh air. Bahan ini memerlukan banyak perhatian dalam
pengecatan kembali untuk memperoleh adhesi yang cukup untuk pada penutup/atas
atau seluruh sistem pelapisan penutup/atas terhadap permukaan lapisan yang telah
ada.
e. Galvanisasi
Galvanisasi komponen yang lebih berat dan lebih panjang, seperti halnya pada gelagar
baja pada jembatan, mungkin menjadi pertimbangan ekonomi sebagai alternatif yang
menarik daripada bentuk-bentuk lain dari perawatan dan perlindungan baja.
Pertimbangan yang diperlukan jika galvanisasi digunakan :
hilangnya kecembungan (camber) gelagar
perubahan bentuk yang dihasilkan dari cara celup panas galvanisasi dan metoda
pengkoreksiannya
memerlukan penutup pada sambungan-sambungan yang harus dilakukan
pengelasan dilapangan
kemungkinan terjadinya perbedaan warna apabila sebuah gelagar dicelupkan dua
kali, dimana batas panjang dari kolam galvanisasi membatasi gelagar yang
tercelup separuh dari panjang gelagar pada setiap pencelupan
Bagian ini berkaitan dengan jembatan kecil hingga sedang. Jembatan ini dapat
dipasang dengan teknik yang sederhana dengan menggunakan alat yang tersedia.
Untuk jembatan yang besar, metoda pemasangannya biasanya sudah merupakan
bagian dari perencanaan, dan penggunaan peratatan dan teknik khusus dibutuhkan.
Gelegar dapat juga langsung diangkat pada posisinya dengan mobil keran sepanjang
sisi jembatan apabila kondisi tanahnya memungkinkan, dengan keran/derek yang tepat
posisi pada sekitar posisi penyangga, atau dengan flying fox. Kalau menggunakan
flying fox, gelagar pengangkat harus diletakkan diantara fox dan getagar utama untuk
memungkinkan perkiraan pengangkatan vertikal pada gelagar utama. Untuk
komponen-komponen yang lebih kecil gelagar pengangkat tidak diperlukan. Untuk
komponen yang lebih kecil gelagar pengangkat tidak diperlukan.
Peluncuran dari gelagar selain memerlukan perancah juga suatu balok peluncur
sementara untuk membawa rel guna keperluan kereta (troleys) atau peluncur/roller
dimana gelagar digerakkan. Dengan gelagar menerus diatas dua atau lebih bentang
memungkinkan (dengan pemasangan rol diatas pangkal jembatan dan pilar) untuk
meluncurkan gelagar-balok tanpa menggunakan perancah. Metoda peluncuran
haruslah benar-benar dirinci penuh dan harus disetujui dahulu oleh Engineer sebelum
diijinkan untuk digunakan.
Titik-titik pengangkatan biasanya ditentukan untuk gelagar baja dan baja tersebut
harus dilindungi ditempat, dimana tali pengikat (sling) ditempelkan sehingga dengan
demikian lapisan pelindung tidak rusak. Pengadaan pegangan untuk mengangkat
(lifting lug) akan mengurangi kerusakan pada permukaan yang dicat.
Bilamana gelagar telah difabrikasi sebagai bentang yang lengkap, ia dapat langsung
diturunkan kebawah pada baut penahan dan pelat landasan (bearing plate) yang telah
dipasang sementara dalam posisi yang telah ditentukan. Bilamana gelagar disambung
in-situ, perancah akan diperlukan guna menyokong sambungan atau mungkin bagian
gelagar yang lengkap, tergantung dari metoda yang ditentukan perencana.
Pondasi perancah harus dibuat kuat dan dilindungi dari kerusakan oleh sampah dan
penggerusan bila di dalam sungai, atau lalu lintas apabila di atas jalan.
Konstruksi perancah harus secara teratur diperiksa dari tanda-tanda penurunan, dan
semua kesalahan dikoreksi sebelum pemasangan baut atau pengelasan struktur utama
dimulai.
Komponen-komponen harus dipasang bersama-sama tanpa regangan berlebihan
(strain) atau perubahan bentuk/distortion yang tak semestinya, dan harus dikoreksi
ketepatan memanjang, vertikal dan melintang dan dengan garis tengah dari jembatan.
Penyediaan dongkrak, tali dan atau baji diperlukan untuk mengatur sambungan
bilamana perlu dalam 3 (tiga) bidang, untuk persiapan pengelasan, pembautan dan
pengencangan.
Selama pemindahan gelagar satu per satu pada posisinya dan sampai gelagar tersebut
telah dihubungkan oleh gelagar melintang dan penguatnya, mereka harus ditahan
dengan batang (strut) secara kencang dan atau dengan tali agar tidak terguling. Kayu
atau kerangka baja dirancang untuk mencegah gerakan memanjang dan penggulingan
dari gelagar dan menghubungkan pada bangunan bawah adalah sesuai untuk tujuan
ini. Kerangka harus didirikan dengan suatu cara sehingga mudah dibongkar dan harus
ditempatkan ditempat yang bisa menyangga sepenuhnya gelagar sebelum alat (tackle)
pengangkat diambil.
Gelagar panjang yang langsing perlu pengkakuan samping sementara sewaktu
diangkat dan diletakkan pada posisinya sampai penguat melintang dikencangkan.
Suatu sistem rangka horizontal dengan menggunakan batang gesper putar dan batang
penahan (strut) dapat dipasang pada masing-masing sisi dari gelagar untuk maksud
ini.
Perkuatan melintang mungkin dipadang pada bidang horizontal antara flens rangka
atau gelagar box (box girders) atau dalam bidang vertikal antara gelagar yang
berdekatan. Konstruksi dapat terdiri dari bentuk-bentuk struktural, gelagar pelat
fabrikasi atau sistem bentuk segitiga.
Konstruksi ini biasanya dirakit dengan pengelasan atau dengan baut berkekuatan
tinggi (high strenght bolts) atau segera pengencang khusus yang dilakukan setelah
pemasangan gelagar. Sampai saat itu gelagar harus dilindungi terhadap ketidak-
stabilan lateral (ke samping) dan dalam kasus gelagar panjang yang langsing, tekuk
(buckling) menyamping terhadap beban luar.
Gelagar box baja (steel box girders) memerlukan penguat dalam (internal bracing)
yang permanen untuk mendukung badan (web) yang ramping, dan penguat melintang
yang kuat guna menahan terhadap torsi selama pembebanan, pengangkutan dan
pemasangan. Dalam perencanaan diperbolehkan untuk membongkar penguat kedua
seperti tsb diatas setelah flens artas ditahan ke samping oleh lantai jembatan, tetapi
hal ini dipandang tidak ekonomis.
Kemudahan untuk pengencangan penguat melintang dapat diadakan dengan
menggantung suatu kurungan (cage) dari sebuah keran, sebuah truk yang diberi
platform, sebuah panggung tetap (fixed platform) pada perancah yang didukung dari
bangunan utama. Bilamana penguat melintang harus dilas, perlindungan terhadap
angin dan hujan harus disediakan pada perancah tersebut.
4.7.1 UMUM
Bagian-bagian baja dapat disambung pada tempatnya apakah dengan baut berkuatan
tinggi (high strength friction grip) atau dengan pengelasan di lapangan. Penggunaan
sistem pengelasan di lapangan memerlukan tersedianya operator las yang terlatih dan
pengawas lapangan yang sesuai kualifikasinya.
a. Umum
Baut berkekuatan tinggi dapat diklasififcasikan atas dua tipe, yaitu tipe "friction grip"
dengan tanpa geseran dan tipe "bearing" dimana suatu geseran awal diperkenankan.
Umumnya sambungan dengan baut dari kebanyakan elemen struktur jembatan modern
direncanakan berdasarkan sambungan pegangan gesek (friction grip). Baja yang
digunakan pada baut adalah campuran khusus (alloy) yang akan menahan tekanan
yang lebih tinggi daripada baja strukturaf dan akan memanjang (elangated} sebefum
kerusakan. Mur dibuat dari bahan yang cocok dan cincin penutup (washer} khusus
dibuat dari baja diperkeras untuk menahan kelecetan sewaktu baut dikencangkan.
Tegangan daripada baut akan timbul karena gesekan antara bagian-bagian
sambungan dan gesekan ini dapat memindahkan gaya melalui sambungan. Bilamana
tegangan di dalam baut dan koefisien gesekan antara pelat-pelat diketahui, maka gaya
yang dapat dipindahkan tanpa mengakibatkan gerakan bagian-bagian yang disambung
dapat dihitung. Semua sambungan baut friction grip dengan kekuatan tinggi bekerja
menurut prinsip umum ini, tidak tergantung pada jumlah dan susunan baut dalam
sambungan.
Semakin tinggi gaya pengekleman atau gaya tegang yang ditimbulkan oleh baut dan
semakin tinggi. gesekan antara komponen, semakin besar gaya yang dapat
dipindahkan antara bagian dari sambungan. Untuk menerapkan prinsip ini pada suatu
tingkatan praktis, perencana memperkirakan suatu batas lebih rendah dari tegangan
baut dan suatu nilai yang dapat diterima untuk koefisien gesekan diantara permukaan
yang bertemu.
Tegangan baut minimum yang harus dicapai untuk diameter baut yang berbeda
biasanya disebutkan dalam Spesifikasi Teknik pelaksanaan jembatan. Koefisien
gesekan diantara permukaan yang bersinggungan dari konstruksi baja dalam kondisi
tertentu dapat diketahui. Dengan pengencangan baut secara tepat dan mengikuti
spesifikasi teknik dengan selalu menjaga permukaan kontak yang bersih dari kotoran,
tidak ada karat, lemak, dan sebagainya, baut akan memindahkan gaya sesuai yang
diharapkan perencana.
Baut yang telah dikencangkan penuh tidak boleh digunakan kembali sebagai baut
friction grip dan harus segera dibuang.
Pada metoda ring penunjuk beban, baut dipasang dengan ring penunjuk berindikasi
beban di bawah kepala baut dengan arah menghadap kepala baut dan suatu ring yang
diperkeras ditempatkan dibawah mur. Baut dan mur harus benar-benar dilumasi untuk
menjamin bahwa ring penunjuk beban dapat betul-betul rapat ketika dikencangkan.
Apabila pelumasan ulang diperlukan, bagian itu harus dibersihkan dan suatu minyak
dengan bertekanan kuat, lemak atau lilin digunakan. Permukaan yang bersinggungan
harus dijaga tetap bersih dan bila ada minyak harus segera dibersihkan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
Lubang yang digunakan pada semua sambungan harus dipaskan benar, sebelum baut
dimasukkan (dengan menggunakan pasak atau drifts yang sesuai). Baut mula-mula
dikencangkan dengan tangan dengan menggunakan suatu kunci pas (spanner).
Pengencangan dengan tangan, adalah pengencangan yang dicapai oleh usaha penuh
dari seorang manusia dengan menggunakan sebuah kunci pas.
Pengencangan akhir tidak boleh dilakukan sebelum semua sambungan menuruti
persyaratan mengenai lawan lendut, sambungan-sambungan telah pas dilaksanakan.
Baut akhirnya dikencangkan dengan kunci khusus yang telah ditentukan.
Pengencangan dilakukan dengan memutar mur dan bukan kepala baut (kepala baut
mungkin perlu ditahan guna mencegah putaran). Tiap baut dikencangkan sampai celah
(gap) yang diukur pada alat ring penunjuk beban berada pada suatu kisaran (range)
yang ditetapkan sebelumnya (biasanya 0.15 mm sampai 0.25 mm). Celah (gap) ini
harus diperiksa dengan menggunakan pengukur celah (feeler gauge). Tegangan harus
diberikan secara merata dan hati-hati pada masing-rnasing baut dalam sambungan.
Pengencangan harus dimulai pada baut-baut sebelah dalam (pusat) dan bergerak
keluar.
BAB V
TEKNIK PEMASANGAN BANGUNAN ATAS BAJA
5.1 UMUM
Bab ini menjelaskan mengenai tipe bangunan atas baja yang digunakan di Indonesia.
Sebagai tambahan dijelaskan mengenai konfigurasi dan lebar bentang yang berbeda,
bermacam-macam komponen dan perbedaan-perbedaan versi yang lama dan yang
baru.
Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing
diterangkan keuntungan dan kerugiannya.
Penggunaan kelas A, B atau C untuk menunjukkan lebarnya struktur yang biasa untuk
semua tipe jembatan rangka.
Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan
yang lebarnya 7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;
Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan
kerb 0,5 meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;
Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan
kerb 0,5 meter pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.
Jembatan rangka Australia sistem (Transfield atau Transbakrie) terdiri dari komponen-
komponen baja standar yang dibuat dengan teliti yang dirakit dengan mempergunakan
baut untuk membentuk bentang jembatan dari bentang 35 meter sampai 60 meter pada
rancangan through-truss.
a. Umum
Bentang-bentang permanen yang disediakan dalam 3 (tiga) kelas - A, B dan C, dengan
perbedaan konfigurasi dalam lebar jalan dan kerb/pejalan kaki. Bentang dalam semua
kelas mempunyai lantai beton bertulang komposit. Gambar 10.1, 10.2 dan 10.3 secara
berurutan disimpulkan masing-masing potongan melintang kelas A, B dan C.
Jembatan ini dilengkapi dengan landasan, penahan lateral seismis, bantalan penahan,
sandaran, baja perkuatan sudut lantai, peralatan untuk digunakan dalam perakitan
komponen menjadi bentang jembatan dan Panduan Pemasangan.
Komponen-komponen telah diberi tanda dengan jelas untuk memungkinkan
pemasangan yang berurutan sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar Pemasangan.
Komponeri-komponen dengan tanda sama dapat saling ditukar. Tidak ada komponen-
komponen yang beratnya lebih dari 1,5 ton dan perakitan dapat dilakukan dengan
peralatan tangan (hand tools) yang disediakan bersama dengan bentang jembatan.
Kriteria Desain
Pembebanan : Peraturan Muatan untuk Jembatan, Jalan Raya No.12/1970
(diperbaiki 1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-Lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur
dibebani sebagian. Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau
Pembebanan T-titik (100 %)
Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah
kejut) atau T (100%)
Trotoar : Kelas A 500 kg /M2 satu meter lebar tiap sisi
Kelas B dan C - nol
Sandaran: 100 kg/m
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)
Arus: Bangunan atas dianggap bebas di atas muka banjir
Temperatur: ± 15°C
Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 NAASRA
Spesifikasi Standar untuk Jembatan Jalan Raya.1983 AASHTO
Kepala jembatan, pilar
Kepala jembatan dan pilar harus dirancang terhadap gaya-gaya yang timbul dari
bentang baja dan efek-efek lain, dan dibangun sesuai dengan ukuran landasan dan
dimensi-dimensi bentang. Gaya-gaya relevan serta detail-detail diberiKan pada
Panduan Pemasangan.
b. Komponen-Komponen
Ada 4 macam seri komponen-komponen yang berbeda digunakan untuk jembatan
rangka Australia. Salah satu yaitu seri H hanya digunakan untuk jembatan-jembatan
rangka baja khusus yang permanen (Permanent Special Truss Bridges), lihat Bab
5.2.2. Tiga macam yang lain yaitu komponen-komponen seri "L", "S" dan "M"
digunakan untuk konfigurasi-konfigurasi yang berbeda pada jembatan rangka
permanen. Ada beberapa bentang yang menggunakan komponen-komponen MM,
yang dipasok melalui Kontrak-kontrak dengan PT. Trans Bakrie.
Perbedaan-perbedaan yang utama dari seri-seri komponen L/M/S adalah dalam
sifat-sifat bagian dari anggota-anggota utamanya. Ukuran meningkat dari M ke S
ke L. Ada komponen-komponen yang berbeda untuk masing-masing seri yang
berbeda Dan secara umum komponennya tidak dapat saling dipertukarkan antara
seri-seri yang berbeda.
Kolom ke 3 Tabel 5.2, dan Tabel 5.3 menunjukkan komponen-komponen mana diberi
awalan (dengan simbol '*').
c. Metode Pemasangan
i. Umum
Bagian ini menjelaskan berbagai cara pemasangan untuk jembatan rangka
permanen. Metoda-metoda ini pada dasarnya dijelaskan dalam Manual
Pemasangan. Kebanyakan informasi berikut didasarkan dari "Buku Pegangan
Pengawas Jembatan" yang dipersiapkan untuk Direktorat Jenderal Bina Marga
pada Proyek Jembatan Baja Indonesia Australia.
Pemilihan dari metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan seksama.
ii. Perancah
Metoda ini mungkin paling biasa dan dapat digunakan untuk struktur bentang
tunggal ataupun lebih dari satu bentang (multi). Penyangga sementara
digunakan sewaktu bangunan atas sedang dirakit. Mereka ditempatkan pada
dasar sungai antara bangunan bawah seperti diperlihatkan dalam Gambar 10.4.
Perancah harus dibongkar setelah pemasangan selesai dan sebelum
pengecoran lantai beton. Ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut
sesuai yang direncanakan ketika lantai selesai di cor.
Tempat harus dibentuk dan dibuat rata sehingga paling sedikit setinggi kepala
jembatan dan tidak lebih tinggi daripada ketinggian akhir jalan raya.
v. Metoda Kombinasi
Ada beberapa alternatip (pilihan) kombinasi-kombinasi dari kemungkinan
metoda-metoda pemasangan ini, walaupun ini jarang dipakai.
Ada kemungkinan untuk memasang bagian-bagian dari bentang di atas
perancah dan kemudian dengan sistem kantilever sisa bagian dari bentang,
menggunakan beban pengimbang (counter weight) untuk menjaga
kestabilan. Juga dimungkinkan untuk meluncurkan sebagian dan memasang
sebagian dengan menggunakan konstruksi kantilever bagian demi bagian.
d. Variasi
Komponen-komponen standar yang tersedia pada bermacam-macam sistim
jembatan Australia dapat digunakan untuk bermacam-macam bentuk
jembatan dan kriteria perencanaan, seperti alternatif spesifikasi
pembebanan, lantai-lantai kayu atau bentang-bentang menerus.
Pilihan satu-satunya yang tersedia dalam jembatan Rangka Baja Permanen
adalah bahwa maksimum 3 buah pipa PVC diameter 150 mm dapat
dipasang pada kerb dari jembatan kelas A.
"Variasi" yang lain adalah jembatan seri MM (bentang 35, 40 dan 45 m) yang
dihasilkan oleh Trans Bakrie mempunyai lantai baja gelombang dan ditutup
dengan pelat beton bertulang setebal 100 mm sebagai pengganti lantai
beton bertulang setebal yang lebih umum yang bersifat komposit dengan
rangka baja 270 mm (kelas A), 250 mm (kelas B) atau 230 mm (kelas C -
nominal).
e. Persoalan-persoalan Umum
Persoalan-persoalan di bawah ini telah banyak mendapat perhatian dalam
pelaksanaan pekerjaan jembatan rangka baja:
Pengencangan Baut
Hal yang sangat penting adalah pengencangan semua baut diselesaikan sebelum
lantai beton dicor. Kesalahan pelaksanaan pekerjaan ini akan mengakibatkan
kehilangan camber (lawan lendut) dari struktur. Ijin pengecoran lantai tidak akan
diberikan sebelum sertifikat pengencangan baut diberikan.
Celah (renggang) seperti terlihat oleh cincin indikasi beban harus diantara 0,15
mm dan 0,25 mm. Kalau baut-baut dikencangkan sampai kerenggangan kurang
dari 0,15 mm ada kemungkinan bahwa baut akan rusak. Lihat Gambar 10.9, 10.10
untuk detailnya.
Penentuan as landasan
Jarak horisontal memanjang landasan dari as ke as dari kepala jembatan ke kepala
jembatan atau kepala jembatan ke pilar harus diperiksa terhadap salah satu gambar
rencana berikut :
TD01 Jembatan rangka seri S Kelas A
TD02 Jembatan rangka seri L Kelas A
TD03 Jembatam rangka seri M Kelas B
TD04 Jembatan rangka seri S Kelas B
TD05 Jembatan rangka seri L Kelas B
TD06 Jembatan rangka seri M Kelas C
TD07 Jembatan rangka seri S Kelas C
Telah dijumpai pada banyak kasus bahwa panjang nominal bentangan atau jarak-
jarak horisontal diperlihatkan pada gambar rencana penentuan gelagar melintang
yang telah dirinci dengan benar untuk jarak antara landasan.
Kaiau dimensi ini tidak benar akan berakibat fatal dalam suatu konfigurasi bentang
banyak karena jarak antara bangunan-bangunan atas akan menjadi terlalu besar
dan baja penghubung tidak akan pas pada celah diantara dua rangka jembatan.
Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) diatas pilar dan kepala jembatan
Permukaan pendukung plat kolom (bearing plinth) tidak boleh kurang dari yang
diperlihatkan pada gambar detail landasan dan penahan seismik Karena kalau
tidak, akan mendapatkan kesulitan pada waktu pemasangan dongkrak hidrolis di
bawah bentang.
Penulangan yang menonjol dari bagian bawah dinding harus tidak dibengkokkan
karena dapat menyebabkan bengkokan tajam yang mungkin menjadi titik lemah
yang potensial.
Perhatikan bahwa tinggi tembok belakang telah dirancang berdasarkan ketebalan
aspal beton 50 mm. Perubahan pada ketebalan lapisan aspal harus disesuaikan
dengan perubahan ketinggian tembok belakang abutment (kepala jembatan).
Semua alat-alat yang dipinjam selama jangka waktu proyek, harus disimpan pada
tempat yang telah disediakan.
Komponen-komponen sering disimpan diluar lokasi dan dibawa dengan jumlah
yang lebih kecil ke lapangan selama pemasangan. Persyaratan untuk
penyimpanan sementara yang berdekatan dengan letak jembatan di lapangan
adalah identik dengan tempat penyimpanan utama. Kontraktor tidak diijinkan untuk
menimbun komponen-komponen yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
komponen-komponen atau bungkus-bungkus pelindung.
a. Umum
Bentang-bentang jembatan rangka permanen Khusus tersedia dalam dua kelas A dan B
yang dibedakan karena konfigurasi lebar jalan raya dan kerb/pejalan kaki. Bentang-
bentang pada kedua kelas tersebut mempunyai lantai beton yang terdiri dari lembaran
baja propil dengan suatu permukaan lapis aus beton. Ditunjukkan dalam Gambar 7.13
dan 7.14 untuk potongan melintang Kelas A dan B berturut-turut.
Jembatan ini dilengkapi dengan landasan, peredam getaran lateral dan seismik, pagar
sandaran, lantai baja propil dan siku penguat lantai jembatan, alat dan peralatan yang
digunakan pada pemasangan komponen-komponen, dan Panduan Pemasangan.
Hanya bentang 80 m dan 100 m pada setiap kelas yang tersedia dewasa ini.
Bentang-bentang untuk jembatan rangka khusus permanen yang tersedia dapat
bervariasi dengan kelipatan 6,67 m.
Spesifikasi Desain
Syarat-syarat perencanaan jembatan 1976 NAASRA
Syarat-syarat standar untuk Pembangunan Jalan jembatan 1983 AASHTO
b. Komponen-komponen
Keempat macam bentuk Rangka Khusus dirakit dari Komponen-komponen yang diberi
nama sebagai komponen seri H. Komponen ini telah didesain khusus untuk gaya-gaya
yang cukup besar yang timbul dalam bentang-bentang panjang ini.
c. Metoda-metoda Pemasangan
i. Umum
Bagian ini mencakup berbagai metoda pemasangan untuk jembatan rangka
permanen khusus. Metoda-metoda ini diuraikan berdasarkan dari Buku Panduan
Pemasangan.
Harus diketahui bahwa tidak mungkin menggunakan pemasangan konstruksi
kantilever sebagian demi sebagian dari salah satu ujung saja pada jembatan rangka
tipe ini. Ini disebabkan karena bagian-bagian yang lebih berat yang digunakan pada
komponen-komponen seri H, dan akan berakibat kelebihan tegangan yang
disebabkan ujung jembatan rangka akan menerima beban mati jembatan rangka.
Pemilihan metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
ii. Perancah
Lihat Bab 10.2.1 c.ii tentang detail umum pemasangan jembatan rangka.
Diharapkan ini akan menjadi metoda pemasangan yang digunakan untuk semua
bentang tunggal dan kebanyakan struktur dua bentang. Perbedaan utama diantara
jembatan rangka permanen dan jembatan Rangka Permanen Khusus ketika
menggunakan perancah adalah beban pada rangka pendukung perancah (falsework
trestles) lebih tinggi. Beban mati tipikal berkisar 27 ton, untuk satu pendukung
perancah (untuk bentang A 100) dan Konsultan Supervisi harus -menjamin bahwa
perancah dirancang dan dibangun untuk menyangga beban-beban dengan ukuran
ini.
Jumlah baut pada jembatan seri H jauh lebih besar daripada jembatan
seri-L : 60A:7600; 100A:18800.
Landasan perlu ditentukan dengan sangat tepat, biasanya ± 1 mm.
Pendongkrakan dibawah bentang oprit harus dilakukan dengan dongkrak
yang diletakkan dibawah pelat pengkaku jika tidak dapat menyebabkan
kerusakan pada flens dari batang tepi.
a. Umum
Sistem jembatan rangka terdiri atas komponen baja standar yang dibuat dengan tepat
(presisi), yang dirakit dengan sistem baut untuk membentuk bentang jembatan desain
rangka through type (lantai dibawah) dari 30 sampai 60 meter.
Jembatan tersebut dilengkapi dengan landasan, penahan lateral seismik dan karet
penahan, sandaran, alat-alat dan peralatan yang akan dipergunakan dalam perakitan
komponen-komponen menjadi bentang jembatan, dan dengan Panduan Perakitan.
Bentang yang diuraikan dalam Panduan Perakitan adalah kelas S.P (Semi Permanen).
Bentang ini berjalur tunggal, bentang 30 m, 35 m, 40 m, 50 m, 55 m dan 60m. Ini di
disain pada semua kasus dengan lantai kayu tetapi dapat disediakan untuk lantai beton.
Perhatikan Gambar 10.20 dan 10.21 untuk detail dari potongan melintang.
Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk dapat dirakit dengan urutan seperti
ditunjukkan dalarn gambar. Komponen-komponen yang bertanda sama dapat ditukar-
tukar (interchangeable). Tidak ada komponen yang beratnya melebihi 0.55 ton dan
perakitan dapat dilakukan dengan peralatan tangan (hand tools) yang disediakan
bersamaan dengan material rangka baja.
Sistem ini sudah dirancang untuk dapat dilakukan bertahap dengan sistem kantilever
dari satu tebing, tanpa menggunakan perancah disungai. Metoda ini diuraikan pada
Panduan Pemasangan dan ini memerlukan penggunaan suatu bentang standar sebagai
bentang angker dan baja penghubung (linking steel).
Dua cara pemasangan/konstruksi kantilever yang lain yaitu peluncuran jalur tunggal
(single lane launch - SSL) dan multi span launch (MSL) tersedia dengan sistem
jembatan. Kedua-duanya perlu peralatan peluncuran khusus selain baja penghubung,
dan mengijinkan perakitan pada tebing dan peluncuran menyeberangi sungai. Dalam
hal ini, petunjuk-petunjuk diperlukan dari Konsultan Perencana.
Metoda-metoda lain untuk perakitan seperti perakitan dengan semi kantilever atau
perakitan diatas perancah dapat juga dilakukan. Prinsip-prinsip dasar metoda yang
dijelaskan dalam buku Manual Pemasangan akan dapat juga dilakukan dalam kasus-
kasus ini.
Konstruksi dari lantai kayu serta lantai seng gelombang dengan penutup beton
termasuk pemasangannya pada gelagar dijelaskan dan diperinci. Pemasangan
landasan dan penahan lateral serta peredam juga diuraikan dalam Panduan
Pemasangan.
Sistem jembatan ini direncanakan hanya perlu sedikit pemeliharaan. Untuk maksud ini
pekerjaan baja serta baut semuanya digalvanisasi dan landasan adalah elastomerik.
Namun prosedur pemeliharaan mendasar telah diuraikan di dalam Panduan
Pemasangan.
Pada Panduan Pemasangan terdapat Gambar, lokasi dan jumlah komponen serta
material dan komponen-komponennya, pembautan dan perakitan, dan cara
pemasangan kantilever.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-lintas: Satu jalur penuh pembebanan D-70 % (ditambah kejut) atau
pembebanan T-70 %.
Trotoar: Tidak ada
Sandaran: 100 kg/ m2
Angin: 100 kb/m2
Gempa: Daerah 1 seperti Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)
Sungai: Bangunan atas dianggap bebas diatas permukaan banjir
Suhu: ± 15 0C
Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 NAASRA
Spesifikasi Standar Jembatan Jalan Raya 1983 AASHTO
b. Komponen-komponen
Komponen jembatan rangka untuk semua bentang kelas SP berdasarkan atas
komponen-komponen Seri M (lihat Bab 7.2.1.b).
c. Cara-cara Perakitan
i. Umum
Bagian ini menjelaskan metoda pemasangan yang dimungkinkan untuk jembatan
rangka semi permanen. Metoda-metoda ini semua dasarnya diuraikan dalam
Panduan Pemasangan.
Pemilihan metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan seksama.
ii. Perancah
Petunjuk pada Bab 7.2.1 .c.ii untuk detail umum mengenai pemasangan perancah
jembatan rangka.
iv. Peluncuran
Petunjuk pada Bab 5.2.1.c.iv untuk detail umum mengenai pemasangan jembatan
rangka dengan cara peluncuran bentang tunggal.
v. Metoda Kombinasi
Ada beberapa kombinasi-kombinasi mengenai metoda pemasangan yang mungkin,
tetapi jarang digunakan.
Adalah mungkin untuk erection sebagian bentang di atas perancah dan kemudian
kantilever sebagian sisa bentangnya dan menggunakan beban pengimbang sesuai
keperluan untuK mempertahankan kestabilan. Ada juga kemungkinan untuk
meluncurkan sebagian bentang dan sebagian lain dibangun menggunakan
konstruksi kantilever sebagian demi sebagian.
d. Pilihan
Jembatan rangka semi permanen dapat dibangun dengan lantai kayu maupun lantai
beton bertulang.
i. Lantai Kayu
Lantai kayu terdiri dari papan kayu dipasang secara tranversal diantara balok-balok
memanjang dengan lajur jalan dan kerb Plan kayu.
Lantai kayu dipasang setelah bentang sudah selesai dan didudukkan pada bantalan
kayu sementara.
Kayu untuk lantai tidak disediakan bersamaan dengan rangka baja tetapi diadakan
oleh Kontraktor. Baut-baut untuk sambungan lantai kayu telah disediakan. Stringer
baja dan gelagar melintang yang disediakan telah dilobangi, untuk pemasangan
baut lantai kayu.
Papan-papan kayu harus dikeringkan dan harus dicampur dengan kreosot atau
pengawet kayu lainnya yang cocok.
e. Persoalan-persoalan Umum
Persoalan-persoalan umum seperti diuraikan pada Bab 7.2.1 e juga dapat digunakan
untuk seri-seri jembatan ini.
Jembatan gelagar Australia terdiri dari komponen-komponen baja standar yang dibuat
dengan tepat dirakit dengan pembautan bersama yang membentuk bentang jembatan
dari jembatan gelagar pelat baja komposit dari 20 sampai 30 meter.
5.3.1 UMUM
Gelagar disediakan dalam tiga kelas A, B dan C. untuk membedakan konfigurasi lebar
jalan/kerb/trotoar. Jembatan ini menggunakan lantai beton bertulang komposit. Lihat
Gambar 7.22, 7.23 dan 7.24 untuk potongan melintang Kelas A, B dan C.
Jembatan ini disediakan lengkap dengan landasan-landasan, penahan lateral seismik,
bantalan penahan, pagar dan besi siku penguat lantai dan alat dan peralatan yang
digunakan untuk pemasangan komponen-komponen menjadi bentang-bentang
jembatan, dan Panduan Pemasangan.
Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk dapat dirakit dengan urutan yang
ditunjukkan dalam Gambar rencana. Komponen-komponen dengan tanda yang sama
dapat saling ditukar. Tidak ada komponen yang beratnya melebihi 2,4 ton dan perakitan
dilakukan dengan peralatan tangan. Semua sambungan-sambungan di lapangan
dilakukan dengan sistem baut.
Sistem jembatan gelagar Australia ini direncanakan dengan biaya pemeliharaan rendah.
Untuk tujuan ini semus pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan landasan-
landasan adalah elastomerik. Namun demikian prosedur dasar pemeliharaan diuraikan
pada Panduan Pemasangan.
Panduan Pemasangan mencakup pula gambar, lokasi dan jumlah komponen-komponen
bersama dengan diskripsi bahan dan komponen-komponen, pembautan dan perakitan
dan metoda pemasangan.
Komponen-komponen standar yang tersedia disesuaikan untuk cakupan yang luas dan
bermacam bentuk jembatan dan kriteria perencanaan seperti untuk kelas A,B atau C
dan spesifikasi pembebanan alternatif.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-lintas: Kelas A dan kelas B - dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur
dibebani sebagian, Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau
Pembebanan T-titik (100%)
Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah kejut), atau
T (100 %)
Trotoar: Kelas A 500 kg/m2 1 (satu) meter lebar untuk tiap sisi.
Kelas B dan kelas C - nol
Pagar: 100 kg/m
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)
Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 - NAASRA
Spesifikasi Standar Jembatan Jalan Raya 1983 AASHTO
5.3.2 KOMPONEN-KOMPONEN
Sistem pemberian nomor yang digunakan untuk jembatan gelagar Australia sama
dengan yang digunakan untuk jembatan rangka. Tabel 10.3 memberikan daftar kode
dan artinya. Perlu diketahui bahwa tidak ada huruf penunjuk kelas jembatan.
SP Pipa Pembuang
Panduan pemasangan berisi suatu daftar dari tiap komponen yang diperlukan untuk
perakitan dan pemasangan bentang gelagar. Segmen-segmen gelagar (G) yang
digunakan untuk bentang 25, 30 dan 35 meter mempunyai akhiran berturut-turut 1,2
dan 3. Komponen-komponen lain tidak mudah untuk dibedakan dan harus dibuat
rujukan (referensi) terhadap daftar alat-alat.
Alat-alat pada kotak peralatan dan dongkrak 50 dan 100 ton dipinjamkan kepada
Kontraktor untuk pemasangan tiap-tiap jembatan.
a. Umum
Bagian ini mencakup metoda pemasangan untuk jembatan dengan gelagar permanen.
Metoda-metoda ini diuraikan dalam Panduan Pemasangan.
Peralatan Pemasangan yang Diperlukan
Berikut peralatan pemasangan yang diperlukan dengan pekerjaan baja utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 atau 100 ton (100 ton hanya
diperlukan untuk bentang-bentang A 25, A 30 dan B 30)
4. Kit peralatan (untuk merakit pekerjaan baja dan peralatan
penyambung/link set).
Sebagai tambahan pada peralatan-peralatan diatas Kontraktor perlu menyediakan dan
memasang item-item berikut:
a. Bahan-bahan untuk perancah
b. Paling sedikit 2 blok rantai (chain block) untuk menaikkan/ mengangkat
komponen-komponen pada tempatnya
c. Metoda untuk menarik komponen baja dari tebing keatas perancah
d. Pelat alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan dalam penurunan
bentang
e. Landasan kayu sementara
b. Perancah
Metoda ini adalah metoda yang paling sering digunakan. Ini mungkin dapat digunakan
untuk struktur bentang tunggal atau ganda. Penyangga-penyangga sementara
digunakan, sementara bangunan atas sedang dirakit. Penyangga ditempatkan pada
tempat-tempat untuk menyangga tiap segmen gelagar.
Setelah pemasangan selesai dan sebelum lantai beton dicor perancah harus sudah
dibongkar. Ini memungkinkan bangunan atas supaya melendut seperti yabg
direncanakan jika lantai dicor. Acuan untuk lantai beton tidak perlu didukung oleh
perancah.
Di banyak lokasi, jembatan yang sudah ada dapat digunakan sebagai dasar untuk
pendukung perancah sehingga dapat mengurangi biaya pemasangan.
Salah satu kelemahannya adalah bahwa perancah jembatan dibangun menyeberangi
sungai, sehingga menimbulkan gangguan terhadap lalu-lintas sungai. Sebagai
tambahan ada kemungkinan perancah mengalami penurunan Karena beban dari
gelagar jembatan bila tidak disokong dengan balk. Sebuah pilar perancah untuk
bentang jembatan gelagar 30 meter kelas A, harus mendukung beban mati 9 ton
bilamana tiang perancah jembatan dipasang dekat ujung akhir tiap segmen gelagar.
Pemasangan perancah menyeberangi sungai sebelum atau selama musim hujan harus
dipertimbangkan dengan balk karena aliran sungai dapat menghancurkan perancah dan
bagian-bagian bentang jembatan gelagar yang sebagian telah selesai.
Komponen-komponen sering ditarik sepanjang tanah pada perancah dan pengawas
harus menjamin bahwa operasi ini dilaksanakan dengan suatu cara sehingga tidak
menyebabkan kerusakan pada lapisan penutup (galvanized) dari elemen-elemen
gelegar.
Praktek pemasangan gelagar dan penyokong pada penyangga sementara diatas tingkat
perletakan (sebelum pelaksanaan kepala jembatan) bukan pertimbangan yang baik.
Adanya gelagar membuat sangat sulit untuk memasang dengan benar perletakan plinth
dari kepala jembatan dan aspek pengamanan untuk penyangga gelagar untuk
pertimbangan jangka waktu tertentu memerlukan pertimbangan yang benar.
c. Pengangkatan
Kontraktor-kontraktor yang mudah memperoleh alat kran dapat merakit segmen-segmen
gelagar menjadi suatu gelagar yang komplit dan dapat mengangkat gelagar langsung
pada posisinya. Berat gelagar kelas A dengan panjang 20, 25 dan 30 meter berturut-turut
adalah 3,3 ton, 5,3 ton dan 7,9 ton.
Gelagar hanya akan diangkat pada titik pengangkatan seperti diperlihatkan dalam
Panduan Pemasangan. Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa hanya peralatan
pengangkatan yang cocok (shackles, pengikat dan lain-lain) digunakan.
Gelagar yang dipasang pertama harus disangga dibawah flens/atas untuk menghindari
penggulingan sampai gelegar Kedua ditempatkan dan kerangka penguat (bracing frame)
dipasang. Gelegar berikutnya dinaikkan pada posisinya dan kerangka penguat dipasang.
d. Peluncuran
Kalau gelegar dipasang dengan metode peluncuran, dua gelagar dirakit pada satu tebing
dan diluncurkan diatas penyeberangan sebagai suatu pasangan terikat tanpa perlu
perancah dalam penyeberangan. Pasangan yang kedua dari gelagar dapat digunakan
sebagai suatu angker (pemberat) sewaktu peluncuran.
Metode pemasangan ini memerlukan penggunaan roller dan pelat penyambung yang
harus difabrikasi dan disediakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus mempersiapkan dan
menyerahkan gambar detail komponen-komponen dan metode yang diusulkan untuk
dipakai. .
Metode ini tidak biasa dipakai.
Persoalan berikut perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jembatan gelagar baja.
Sesuai Bab 5.2.1.e.
Pengencangan baut
Adalah benar-benar penting bahwa semua pengencangan baut diselesaikan sebelum
lantai-lantai beton dicor. Kesalahan mengerjakan hal ini akan mengakibatkan kehilangan
lawan lendut (camber) struktur. Ijin untuk pengecoran lantai tidak akan diberikan sampai
sertifikat pengencangan baut diberikan.
Kerenggangan yang terlihat Ring Penunjuk Beban harus diantara 0,15 mm dan 0,25 mm.
Apabila baut dikencangkan hingga Kerenggangan kurang dari 0,15 mm ada kemungkinan
bahwa baut akan rusak.
Sewaktu proses pengencangan baut berlangsung kepala tiap baut harus ditandai untuk
menunjukkan bahwa la telah dikencangkan dengan benar.
Baut yang telah dikencangkan tidak boleh digunakan kembali, dan baut, mur dan ring
penunjuk beban dibuang dan diganti dari cadangan. Praktek untuk menggunakan kembali
baut-baut yang telah dipakai harus dilarang.
Pengencangan dengan kunci Inggeris tidak boleh dilakukan untuk mengencangkan baut
tipe geser dalam seri jembatan ini karena tidak ada hubungan antara suatu puntiran dan
kerenggangan seperti ditunjukkan pada Ring Penunjuk Beban.
Penentuan as perletakan
Jarak datar memanjang perletakan as ke as dari kepala jembatan ke kepala jembatan
atau kepala jembatan ke pilar harus diperiksa terhadap Gambar rencana.
Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) pada pilar dan kepala jembatan
Ketinggian bearing plinth tidak boleh kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana
detail perletakan dan bantalan penahan seismik karena jika tidak, mungkin akan
mendapatkan kesulitan sewaktu penyetelan dongkrak hidraulik di bawah gelagar.
Komponen-komponen yang lebih kecil, seperti pelat-pelat buhul dan pelat penyambung
harus ditumpuk dengan rapi diatas permukaan tanah diatas suatu ganjal dan tidak
terlepas-lepas.
Pipa pegangan tangan (hand rail) harus ditumpuk diatas ganjal kayu dan diganjal dengan
suatu cara sehingga pipa tidak akan menjadi bengkok. Baut-baut, perletakan dan deck
seals harus ditumpuk dalam ruang berpenutup, dalam bangunan bila mungkin.
Bila baut-baut, mur, ring-ring dibiarkan di atas tanah akan mudah hilang. Perhatikan
bahwa semua baut-baut, mur dan ring-ring dipertahankan kering sampai saat
pemasangan baut-baut. Ini dilakukan untuk mencegah agar lilin pelumas tidak tercuci.
Semua peralatan yang disediakan sebagai pinjaman selama proyek harus disimpan
dalam suatu tempat yang aman pada tempat yang telah disediakan.
Komponen-komponen sering disimpan di luar lapangan dan dibawa dalam jumlah sedikit-
sedikit kelapangan selama pemasangan. Persyaratan-persyaratan untuk penyimpanan
sementara yang berdekatan dengan jembatan di lapangan juga harus sesuai dengan
yang digunakan untuk penyimpanan utama. Kontraktor tidak diperkenankan untuk
menumpuk dengan suatu cara sehingga menyebabkan kerusakan terhadap komponen-
komponen atau cat galvanisednya.
5.4.1 UMUM
Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan perakitan bertahap dengan kantilever
dari satu tebing tanpa memakai perancah di sungai. Metoda pemasangan dijelaskan
dalam Panduan Pemasangan. Diperlukan penggunaan bentang standar sebagai
bentang angker dan pekerjaan baja penghubung (linking steel) yang disediakan dengan
sistem ini.
Metode-metode lain mengenai perakitan dan pemasangan seperti pemasangan diatas
perancah dapat dilaksanakan. Prinsip-prinsip dasar yang dapat diterapkan pada semua
kasus ini diuraikan dalam Panduan Pemasangan.
Pembangunan lantai beton dan perakitan perletakan juga dijelaskan dalam Manual
Pemasangan.
Sistem jembatan ini direncanakan dengan karakteristik biaya pemeliharaan rendah.
Untuk maksud itu semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan perletakan
adalah elastomerik.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah beban sebagian,
Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau Pembebanan T-titik (100 %)
Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan untuk jembatan baja, Konsep 1978 dikeluarkan oleh Bina
Marga.
Peraturan Penjelasan struktural, dari American Welding Society, AWS-D-1.1-83.
Bangunan atas jembatan dianggap sebagai struktur bangunan yang ditumpu bebas dan
direncanakan dengan metode-metode elastis dan lawan lendut yang cukup dengan
maksud untuk mengimbangi 150 % lendutan total beban mati.
Sambungan-sambungan baut direncanakan sebagai sambungan-sambungan tipe gesek
(friction type) tetapi juga dapat diperiksa sebagai sambungan-sambungan tipe landasan
(bearing type). Semua baut-baut yang digunakan pada sambungan-sambungan ini
ditentukan kualitas, jenis 1, kekuatan baut sesuai dengan ASTM designation A 325.
5.4.2 KOMPONEN-KOMPONEN
Proses ini diulangi sampai 10 meter dari kepala jembatan di seberang. Batang-batang
bawah, balok melintang dan penguat atas landasan ditempatkan sementara pada kepala
jembatan di seberang dan hubungkan dengan rangka kantilever.
Panel terakhir dari jembatan rangka telah selesai (pada kepala jembatan di seberang).
Bentang di dongkrak keatas dan baja penghubung dan bentang angker dipindahkan.
Jembatan di dongkrak kebawah pada perletakan permanen dan lantai, beton dan pagar
dan seterusnya dipasangkan.
b. Perancah
Perancah sementara dipergunakan sementara bangunan atas sedang dirakit. la
ditempatkan didasar sungai diantara bangunan bawah seperti terlihat pada Gambar 5.27.
Setelah erection selesai dan sebelum pengecoran lantai beton, perancah harus sudah
dibongkar. Hal ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai yang
direncanakan ketika lantai dicor.
Keuntungan yang paling besar dari metoda ini ialah karena tidak diperlukan penambahan
bentang angker, linking steel atau beban pengimbang (kentledge) yang digunakan pada
metoda pemasangan kantilever sebagian demi sebagian.
Sebagai tambahan juga tidak diperlukannya peralatan angkat yang berat, karena
komponen yang terberat hanya 1.74 ton beratnya. Ini adalah metoda padat karya dengan
keperluan peralatan angkat yang minimum.
Dibeberapa lokasi jembatan jika jembatan lama masih ada, jembatan lama tersebut masih
dapat digunakan sebagai dasar dari perancah dan Karenanya biaya yang dikeluarkan
berkurang.
Salah satu hal yang tidak menguntungkan ialah bila suatu perancah jembatan perlu
dibangun menyeberangi sungai, akan menimbulkan gangguan terhadap perahu yang
berlayar disungai. Pada umumnya, tiang perancah dipasang dibawah tiap gelagar
melintang, berjarak antara kira-kira 5 meter.
Sebagai tambahan, ada kemungkinan terjadi penurunan perancah akibat beban dari
jembatan rangka, bila tidak didukung dengan baik. Sebuah pilar perancah untuk suatu
jembatan kelas A harus manahan sekitar 12 ton beban mati untuk jembatan rangka
baja. Metoda pemasangan yang dijelaskan dalam Panduan Pemasangan,
memperlihatkan 2 tiang per pilar dipancang dengan jarak 5m as ke as secara
memanjang dan 9.4 meter jarak melintang.
Urutan pemasangan diuraikan secara detail pada Panduan Pemasangan.
Komponen bagian bawah lantai jembatan rangka dirakit di atas perancah pada seluruh
bentang dan dihubungkan bersama. Jembatan dirakit melintang sampai kepala
jembatan.
Dua panel yang pertama terdiri dari batang diagonal dan vertikal dirakit, dan batang
atas dan batang tegak yang berhubungan ditambahkan, diikuti oleh penguat atas untuk
menyelesaikan 2 panel dari jembatan rangka.
Panel berikutnya dipasang dengan batang-batang diagonal dan tegak (vertikal) diikuti
oleh batang atas dan tegak dan kemudian batang penguat melintang. Panel-panel lain
yang lain dipasang dengan cara yang serupa. Proses ini dijelaskan dalam Gambar 5.28.
Rangka kemudian didongkrak keatas, jembatan diturunkan diatas perletakan dan lantai
dan pagar dan lain-lain diselesaikan.
Pemasangan perancah melintasi sebuah sungai sebelum dan selama musim hujan
harus dipertimbangkan hati: hati aliran sungai dapat menghancurkan perancah dan
jembatan rangka yang baru sebagian selesai.
Variasi dari metoda ini adalah pemasangan bangunan atas di atas perancah dan
digerakkan secara lateral pada kepala jembatan menggunakan rol.
a. Umum
Komponen ditandai dengan jelas untuk menurijukkan cara perakitan menurut urutan
yang ditunjukkan dalam gambar. Komponen dengan tanda yang sama dapat saling
ditukar. Berat komponen tidak ada yang melebihi 2,0 ton.
Sistem ini dirancang untuk memungkinkan perakitan bertahap dengan kantilever dari
satu tebing, tanpa memakai perancah di sungai. Cara pemasangan bentang rangka ini
dijelaskan dalam Panduan Pemasangan (Erection Manual). Cara ini menggunakan
bentang lain sebagai bentang angker dan baja penghubung (linking steel) yang
tersedia dalam sistem ini.
Cara perakitan dan pemasangan yang lain seperti kantilever sebagian atau
pemasangan di atas perancah, dapat juga dilakukan.
Pemasangan perletakan, penahan lateral dan peredam seismik juga dijelaskan di
dalam Panduan Pemasangan.
Sistem jembatan Austria direncanakan dengan ciri pemeliharaannya mudah (low
Maintenance), maka semua pekerjaan baja dan baut digalvanisasi.
Panduan Pemasangan mencakup gambar, lokasi dan jumlah Komponen bentang
bersama-sama dengan uraian bahan dan komponen-komponen, pernbautan dan
perakitan serta cara pemasangan kantilever.
Akan tetapi harus diperhatikan cara pengencangan baut yang ditentukan dengan
memakai kurki torsi, dan cara menguji kekencangan baut seperti dijelaskan dalam
Panduan.
Rangka Austria didongkrak pada perletakan permanen seperti rangka Belanda
sebelum pengecoran lantai beton.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-Lintas: Kelas A dan B
Kelas C - satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D-garis (100 °XO
tambah kejut) dan pembebanan T-titik (100 %) untuk lembaran baja
gelombang resp. stringers can gelegar meliritang.
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Koefisien gempa 0,2
Sungai: Bangunan atas bebas diatas permukaan banjir
Suhu: ± 15°C.
Desain Struktural
Analisa dan desain struktural berdasarkan cara elastis untuk tegangan yang diijinkan
untuk bahan yang cocok sesuai dengan standar DIN.
Potongan melintang
Potongan melintang dari jembatan rangka terlihat dalam Gambar 7.30. Lebar jalan,
ruang bebas horizontal dan ukuran-ukuran dasar dari lantai beton ditunjukkan dalam
Gambar 7.31 (Jembatan kelas C diberikan sebagai contoh).
b. Komponen-komponen
Komponen-komponen yang dipakai untuk Jembatan Austria diberi awalan huruf depan
sesuai dengan kelasnya (A, B atau C) dengan Kode Identifikasi serta nomor tanda,
misalnya CTC 11 = Kelas C Top Chord tanda 11.
Komponen seperti sandaran tangan yang tidak tergantung kelas jembatan tidak diberi
huruf depan (awalan) A, B atau C.
Kode untuk komponen utama yang dipakai untuk jembatan rangka Austria diberikan
dalam Tabel 5.4.
Pemasangan komponen juga diberi awalan dengan kelas jembatan yang dimaksud.
c. Cara Pemasangan
i. Umum
Bagian ini meliputi cara perakitan untuk jembatan rangka tetap. Cara-cara tersebut
diuraikan di dalam Panduan Pemasangan.
Pilihan cara pemasangan pada setiap tempat berbeda harus dipertimbangkan
dengan seksama.
Bentang angker yang dipakai biasanya mempunyai panjang yang sama dengan
bentang permukaan tetap. Bentang angker harus diberi ballast (pengimbang) yang
ditambahkan pada ujung bentang angker, seperti ditunjukkan pada Gambar
Pemasangan.
Untuk contoh, suatu bentang angker C60 membutuhkan ballast seberat 16 ton untuk
memungkinkan pengkantileveran dari bentang tetap C 60.
Bentang angker mula-mula dipasang di atas dudukan sementara di belakang kepala
jembatan, kemudian ditambahkan ballast.
Gelegar melintang dan batang penghubung (linking stringer) ditempatkan dan
dihubungkan dengan bentang angker.
Batang bawah dihubungkan dengan gelegar melintang pertama dan ditatian di tempat
oleh blok katrol tali (rope pully block) seberat 5 ton yang dipasang pada diagonal akhir
dan bentang angker.
Diagonal-diagonal ditambahkan dan Komponen baja penghubung (batang tepi,
diagonal dan penguat) dipasang.
Pemasangan berlangsung seperti tertera dalam Gambar Prosedur Pelaksanaan.
Bentang tetap didongkrak pada perletakan tetap, dan bentang angker dipindahkan.
Lantai beton kemudian dicor.
Perhatikan bahwa terdapat gelagar memanjang luar yang kecil untuk menopang
bagian luar lantai baja.
Bilamana digunakan keran, balok kayu harus dipasang di atas lembar baja trapezoidal
untuk memberi jalan masuk. Ukuran minimum selebar 500 mm dan tebal 50 mm
disarankan untuk tiap jalur roda..
a. Umum
Sistem jembatan terdiri dari komponen baja standar yang dibuat dengan teliti yang
dirakit dengan sistem baut sehingga membentuk bentang jembatan dari desain rangka
dengan lantai kendaraan dibawah mulai dari 15 hingga 35 meter. Jembatan ini
tersedia lengkap dengan perletakan, pagar, peralatan dan dongkrak yang akan dipakai
untuk perakitan komponen menjadi bentang jembatan.
Komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan dalam urutan yang
ditunjukan pada gambar. Komponen dengan tanda yang sama dapat saling
ditukarkan. Tidak ada komponen yang beratnya lebih dari 335 kg, dan perakitan dapat
dilaksanakan hanya dengan. peralatan tangan.
Bentang dirancang untuk mendukung lantai kayu dan dirancang untuk muatan
jembatan jalan raya BM 70.
Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan perakitan lengkap dengan cara
kantilever menggunakan bentang angker. Cara ini perlu penggunaan bentang standar
sebagai bentang jangkar dan baja penghubung yang telah disediakan. Pelaksanaan
dengan perancah dapat juga dilakukan.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-Lintas: Satu jalur dibebani penuh ditambah satu jalur dibebani sebagian 70%
Pembebanan D-garis (tambah kejut) dan 70% Pembebanan T-Titik
(untuk lantai kayu)
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Koefisien gempa 0,2
Suhu: ± 15°C.
Desain Struktural
Analisa dan desain struktural berdasarkan cara elastis untuk tegangan yang diijinkan
untuk bahan yang cocok sesuai dengan standar DIN.
Potongan Melintang
Potongan melintang dari jembatan rangka ditunjukkan pada Gambar 5.34. Lebar jalan
dan ruang bebas horizontal ditunjukKan. Ukuran-ukuran utama dari lantai kayu juga
dapat dilihat.
b. Komponen
Kode identifikasi yang terdapat dalam Bab 7.5.1 b juga dipakai untuk komponen rangka
semi permanen. Tidak terdapat awalan kelas; misal batang atas disebut TC.
Semua komponen baja struktural pada bentang rangka difabrikasi atau di rol dari ST 52
dan/atau ST 37 menurut standar DIN.
Baut untuk semua hubungan struktural merupakan baut berkekuatan tinggi, Grade 10.9
sesuai dengan standar DIN, dan dengan mur dan ring (washer) dari jenis ekivalen yang
keras.
Semua baut, mur dan pelat dan semua Komponen struktural dipasok tergalvanisasi
sesuai dengan standar DIN dan dengan berat lapis penutup rata-rata tidak kurang dari
610 gr/m2.
c. Cara-cara Pemasangan
Cara-cara dan catatan Bab E.5.1 c untuk jembatan rangka tetap Austria juga dapat
diterapkan pada jembatan semi permanen.
5.7.1 UMUM
Jembatan panel adalah jembatan sementara jalur tunggal yang dapat dipasang dalam
waktu singkat dengan menggunakan bangunan bawah yang ada atau bangunan bawah
sementara jika perlu. Jembatan tersebut berdasarkan panel rangka baja yang saling
dihubungkan memakai pen dan baut berkekuatan tinggi.
Panel-panel diatur sehingga membentuk rangka sisi dari berbagai kapasitas yang sesuai
bentang (panel dapat digunakan berpasangan dan berdampingan, ditumpuk secara
vertikal atau menggunakan bagian-bagian penguat tambahan untuk menambah bentang
dan kapasitas beban). Panel difabrikasi sehingga terdapat lawan lendut vertikal untuk
mengimbangi lendutan akibat beban mati. Lantai terdiri atas transom dan unit stringar
yang mendukung papan melintang kayu dan runway board. Kerb juga terbuat dari kayu.
Beberapa sistem menyediakan lantai baja alternatif.
Bentang biasanya berkisar antara 10 hingga 50 meter. Bentang banyak dimungkinkan
sebagai bentang menerus atau membentuk (broken back) bentang di atas dua tumpuan
dengan diambilnya pin batang panel atas, atau sistem pabrik (misalnya sistem Mabey
span junction post)
Bentang sepanjang 80 meter dimungkinkan pada beberapa sistem (yaitu Mabey DDR1 H
atau DDR2)
Sistem-sistem dirancang untuk perakitan cepat dengan bantuan alat angkat ringan pada
satu tebing dan secara bertahap diluncurkan pada posisinya dengan peluncuran
menyeberangi lembah. Hidung peluncur kantilever, yang dirakit dari komponen standar,
dipakai untuk tujuan ini.
Beberapa cara lain untuk perakitan dan pemasangan, misalnya pemasangan pada
perancah, juga layak dilakukan (feasible). Jika terdapat peralatan crane yang sesuai,
bangunan lengkap (tanpa lantai Kayu) dapat dirakit pada tebing dan diangkat pada
posisinya. Berat dari bentang 20 meter tanpa lantai adalah sekitar 25 ton.
Semua komponen jembatan panel yang baru tergalvanisasi, tetapi komponen jembatan
Bailey yang terdahulu diberi lapisan cat.
a. Umum
Tipe jembatan ini sesuai untuk penerapan sementara atau semi permanen, karena
perakitannya cepat dan persyaratan pondasinya minimal. Bentuk ini terdiri dari komponen
baja standar yang dirakit dalam aturan dan ukuran yang ditentukan, dan dihubungkan
oleh pin dan baut berkekuatan tinggi sehingga membentuk bentang jembatan rangka
dengan lantai kendaraan di bawah, yang berkisar antara 10 hingga 50 meter.
Komponen pendukung beban yang dasar adalah panel rangka. Panel diatur dalam
kombinasi khusus, dan diperkuat seperlunya sehingga terbentuk rangka sisi dari berbagai
kapasitas sesuai bentang. Panel-panel difabrikasi sedemikian sehingga lawan lendut
vertikal pada rangka sisi akan tercapai dengan sendirinya. Lawan lendut ini adalah untuk
mengimbangi lendutan dari berat sendiri bentang. Lantai terdiri atas transom dan unit-unit
stringer yang mendukung papan melintang kayu dan papan injak (running board).
Gambar 7.35 menunjukkan penampang melintang tipikal.
Semua komponen baja termasuk landasan dan pelat dasar dipasok bersamaan dengan
peralatan tangan dan komponen pemasangan khusus yang akan dipakai pada perakitan.
Kayu untuk lantai dipasok oleh Kontraktor.
Kornponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan sesuai
urutan yang ditunjukkan dalam Gambar-gambar pada Panduan Pemasangan. Komponen
dengan tanda yang sama dapat saling ditukar, dan tidak ada Komponen dengan berat
melebihi 440kg.
Sistem ini dirancang untuk perakitan cepat dengan bantuan peralatan angkat ringan pada
satu tebing dan diluncurkan secara bertahap pada posisinya dengan peluncuran
menyeberang lembah. Hidung peluncuran kantilever yang dirakit dari komponen standar
digunakan untuk tujuan ini.
Beberapa cara lain perakitan dan pemasangan, seperti pemasangan pada perancah,
layak untuk dilakukan.
Sistem ini dirancang mempunyai pemeliharaannya mudah. Semua pekerjaan baja dan
baut digalvanisasi, sedangkan pen dari baja anti karat. Prosedur-prosedur pemeliharaan
dasar diuraikan didalam Panduan Pemasangan.
Bentang Transpanel dapat menumpu langsung di tanah atau pada bangunan beton.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Spesifikasi Desain
NAASRA Bridge Design Spesification 1976
ASSHTO Standard Specification for Highway Bridges 1983.
b. Komponen-komponen
Tiap komponen dari sistem Transpanel diidentifikasi oleh awalan TP dan sebuah nomor.
Komponen yang dipakai hanya untuk perakitan mempunyai awalan TPE. Sistem
penomoran tidak spesifik untuk Komponen.
Komponen-komponen utama difabrikasi dari pelat baja dan bagian-bagian dirol dari baja
Grade 350. Pin panel terbuat dari baja anti karat berkekuatan tinggi hingga ASTM A 564
- 630.
c. Cara Pemasangan
Cara standar pemasangan untuk jembatan Transpanel adalah dengan meluncurkan
menyeberang lembah dengan bantuan hidung peluncur. Panjang dan konfigurasi dari
hidung peluncur tergantung pada bentang yang sedang dipasang. Rencana pemberian
tanda yang menunjukkan konfigurasi dari hidung peluncur termasuk di dalam Panduan
Pemasangan.
Jembatan Transpanel telah dirancang sesuai untuk Bailey Rocking dan Plain Rollers
standar yang akan digunakan untuk peluncuran. Rol-rol ini disusun dengan pola spesifik
pada tebing peluncuran dan penerimaan dari sungai.
Untuk batang 30 meter dan kurang, keseluruhan bentang dan hidung peluncur dirakit
sebelum diluncurkan. Untuk bentang lebih panjang, perakitan bentang dilakukan dalam
dua tahap.
Suatu sketsa dari susunan umum peluncuran terdapat pada Gambar 7.36.
d. Pilihan-pilihan
Kekuatan rangka-rangka sisi samping dapat diperbesar dengan menambahkan
penguatan pada batang-batang panel standar atau dengan menggunakan dua baris
panel pada masing sisi jembatan. Penguatan batang (chord) tersedia dalam dua ukuran.
Konfigurasi rangka yang mungkin dan panjang bentang yang sesuai ditunjukkan dalam
Tabel 5.6
Tabel 5.6 - Konfigurasi untuk Jembatan Transpanel
Konfigurasi
Bentang Konstruksi Penguatan Ukuran Penguatan
10 Tunggal Tanpa Penguatan -
20 Tunggal Dengan Penguatan Kecil
30 Ganda Dengan Penguatan Kecil
40 Ganda Dengan Penguatan Besar
50 Ganda Dengan Penguatan Besar
e. Masalah Umum
Hal-hal berikut harus dicatat :
Panjang hidung peluncuran bervariasi dengan panjang bentang.
Kemlnngan memanjang pada jembatan Transpanel tidak boleh melebihi 10 %.
Bila jembatan akan diluncurkan pada kemiringan, peluncuran harus selalu
menurut tanjakan.
Daerah pelaksanaan pada tebing peluncuran harus sekurangnya mempunyai
lebar 9 meter dan panjang yang cukup untuk bentang dan hidung peluncuran.
Daerah pelaksanaan pada tebing penerimaan harus cukup panjang untuk
hidung peluncuran dan winch penarikan keluar.
Lawan lendut dari jembatan Transpanel menurut busur lingkaran berjari-jari
1900 meter. Rol-rol perakitan harus pula dipasang menurut kurva dengan jari-
jari tersebut.
Pengaturan rol (peluncuran) dengan baik akan mencegah kerusakan terhadap
komponen yang disebabkan pembagian beban tidak merata, dan akan
meniadakan salah satu penyebab bentang keluar dari rol pada waktu
peluncuran.
a. Umum
Mabey dan Johnson membuat sejumlah yang pada dasarnya serupa sistem jembatan
panel. Sistem yang digunakan di Indonesia adalah seri Compact 200.
Bentuk jembatan ini sesuai untuk pemakaian sementara atau semi permanen karena
perakitan dapat dilakukan dengan cepat dan persyaratan pondasi yang minimal. Bentuk
ini terdiri dari komponen-komponen baja standar yang telah dirakit dengan susunan dan
urutan tertentu dan dihubungkan oleh pin dan baut berkekuatan tinggi sehingga
membentuk bentang jembatan rangka dengan lantai kendaraan di bawah yang berkisar
antara 10 hingga 50 meter.
Komponen pendukung beban yang utama adalah panel rangka, setinggi 2.13 meter
dengan panjang 3.05 meter. Panel-panel diatur menurut kombinasi khusus dalam arah
vertikal dan horizontal dan/atau diperkuat seperlunya sehingga membentuk rangka sisi
dari berbagai kapasitas sesuai dengan bentang. Lantai terdiri atas transom dan unit
stringer yang mendukung papan-papan kayu melintang dan papan injak. Gambar 5.37
menunjukkan potongan melintang tipikal dari sistem panel (tanpa lantai). Suatu lantai baja
alternatif tersedia tetapi tidak digunakan di Indonesia.
Semua komponen baja termasuk landasan dan pelat dasar tersedia dengan peralatan
tangan dan komponen pemasangan khusus yang akan dipakai dalam pemasangan. Kayu
untuk lantai disediakan oleh Kontraktor.
Komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan dalam urutan yang
ditunjukkan oleh Gambar dalarn Panduan Pemasangan. Komponen dengan tanda yang
sama dapat saling ditukarkan, dan tidak ada komponen yang beratnya lebih dari 450 kg.
Sistem ini didesain untuk perakitan cepat dengan bantuan peralatan pengangkatan ringan
pada satu tebing dan diluncurkan bertahap pada posisinya dengan meluncurkan
menyeberangi lembah. Hidung peluncuran kantilever yang dirakit dari komponen standar
digunakan untuk tujuan tersebut.
Cara-cara perakitan dan pemasangan lain, seperti pemasangan pada perancah, juga
dapat dilakukan.
Tidak seperti sistem Bailey, hanya satu transom per panel diperlukan dan penjepit
transom diganti oleh baut transom. Hanya terdapat satu diameter baut yang dipakai,
dan terdapat 4 ukuran panjang yang berbeda dari baut.
Penguatan batang yang standar dan berat tersedia untuk memperbesar kapasitas
beban dan bentang standar.
Bila digunakan lantai kayu, stringer dipasang pada transom dan lantai ditempatkan
pada lubang-lubang pada stringer luar dan ditahan oleh.sudut-sudut baja. Hal ini akan
membuat suatu jembatan yang tidak seramai konfigurasi standar Bailey.
Jembatan bentang banyak sesuai jika ada kemungkinan terjadi penurunan pilar, atau
di mana pilar pilar antara (intermediate) terdapat pada ketinggian berbeda. Jembatan
ini dibangun dengan menggunakan tiang pertemuan bentang khusus pada tiap
tumpuan antara dimana dirancang untuk terkunci pada waktu peluncuran jembatan
dan dilepaskan pada waktu jembatan telah didongkrak turun ke posisi akhirnya.
Jika pilar datar dan tidak ada kemungkinan penurunan, dapat dibangun jembatan
menerus. Dalam kasus ini, gelagar jembatan ditumpu pada pilar pada balok-balok
distribusi.
Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (revisi
1988) DitJen Bina Marga, Indonesia
b. Komponen-Komponen
Komponen kecil Mabey mempunyai awalan MC. Kode identifikasi adalah nomor, misalnya
MC 1 adalah panel standar 3 meter.
Sistem ini dirancang dengan ciri pemeliharaan ringan. Semua baut dan pekerjaan baja
digalvanisasi dan pin-pin dari baja anti karat. Prosedur pemeliharaan dasar dijelaskan
pada Panduan Pemasangan.
Banyak komponen standar Bailey dapat digunakan dengan seri Mabey Compact 200.
Bagaimanapun, beberapa komponen tidak dapat dan pengawas harus berkonsultasi
dengan perencana jika terdapat keraguan akan kemampuan dapat ditukarnya
(interchange ability) komponen-komponen tersebut.
c. Cara Pemasangan
Jembatan jenis Bailey dirancang untuk perakitan penuh pada rol-rol pada satu sisi
lembah yang akan dijembatani, Kemudian diluncurkan tanpa memerlukan adanya
tumpuan-tumpuan sementara di lembah.
Hal ini dapat dicapai dengan membangun sebuah hidung peluncuran pada bagian
depan jembatan yang dibangun dari jenis bagian-bagian sama.
Hidung dibuat dengan ukuran panjang sedemikian sehingga bila seluruh bangunan
diluncurkan kedepan, ujung hidung mendarat pada rol di tebing seberang sebelum
pusat gaya berat melewati rol peluncuran. Biasanya, panjang hidung peluncuran
setengah jumlah panel dari jembatan ditambah satu dan biasa dipasang dalam
konfigurasi tunggal-tunggal. Jembatan lebih panjang memerlukan potongan hidung
peluncuran dimana diikatkan pada bagian utama dari jembatan.
d. Pilihan-pilihan
Kekuatan dari rangka sisi dapat ditingkatkan dengan menambah penguatan pada
batang-batang panel standar atau dengan memakai dua atau tiga baris panel dan
setinggi maksimum 4 panel pada masing-masing sisi jembatan. Penguatan batang
tersedia dalam 2 ukuran. Konfigurasi rangka yang mungkin, ditunjukkan pada Tabel
5.7 untuk bentang sampai dengan 45 meter dan beban kendaraan sampai 40 ton.
Lantai dapat terbuat dari baja atau kayu.
Bentang banyak (multiple) dapat di atas dua tumpuan atau menerus.
e. Masalah-masalah Umum
Hal-hal berikut harus dicatat :
Panjang hidung peluncuran bervariasi dengan panjang bentang, dan posisi
penghubung peluncur yang rnemberikan kemiringan tambahan pada hidung
dapat ditempatkan hingga 4 panel dari ujung hidung. Detail-detail tersebut
diberikan di dalam Panduan Pemasangan.
Kerniringan memanjang tidak boleh melebihi 10%. Jika jembatan akan
diluncurkan pada kemiringan, peluncuran harus dilakukan menanjak. Pelat
landasan harus dipasang secara horizontal meskipun jembatan itu pada
kemiringan.
Daerah pelaksanaan pada tebing peluncuran harus paling sedikit mempunyai
lebar 9 meter dan cukup panjang untuk bentang dan hidung peluncuran.
Daerah pelaksanaan pada tebing penerima harus cukup panjang untuk hidung
peluncuran ditambah ruang untuk winch penarikan keluar.
BAB VI
LANDASAN DAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN
6.1 UMUM
6.2 LANDASAN
6.3 SAMBUNGAN
Persoalan utama dicatat dengan sambungan lantai bahwa beton di bawah baja siku
pelindung ditempatkan tidak benar (tepat). Bilamana tidak dilakukan dengan hati-hati,
udara dapat masuk di bawah siku sewaktu lantai beton dicor yang berdekatan dengan
siku pelindung. Untuk menghindari ini, sebaiknya direkomendasikan bahwa beton di
bawah siku pertama-tama ditempatkan dan kemudian discreed rnenjauhi siku penguat,
daripada discreed mendekatinya (lihat Gambar 11.1).
Meniadakan beton disekitar siku pelindung lantai pada saat pengecoran lantai utama
harus dilarang.
Di mana suatu bentuk pendahulu sambungan muai dimasukkan dalam suatu
sambungan, adalah penting bahwa suatu alat pemasangan yang layak digunakan
untuk menghilangkan penyebab kerusakan terhadap karet pengisi (rubber seal).
BAB VII
PERLINDUNGAN SALURAN AIR DAN TANGGUL
7.1 UMUM
7.2 BRONJONG
Suatu sistim bronjong dirancang untuk bertindak sebagai suatu struktur yang homogen
dan monolit yang dapat dirancang untuk menahan seluruh gaya-gaya yang terlibat,
tidak sebagai suatu sistim jalinan kawat terpisah yang ditempatkan sebelah
menyebelah.
Karenanya, sangatlah penting bahwa konstruksi bronjong dibangun tepat sesuai yang
direncanakan dan point-point berikut harus dicatat/diketahui :
Pastikan bahwa lipatan bronjong dalam posisi yang benar bila dibentuk, satu pada
ujung akhir tiap panel dan tiap sekat.
Bilamana melipat box/kotak diusahakan bahwa bagian atas dari keempat sisi-sisi
kotak adalah rata sebelum pemasangan kawat di sudut-sudut atas.
Gunakanlah ikatan rangkap pada jarak 100 mm untuk pengikatan kawat.
Pastikan tanah di bawah bronjong adalah serata mungkin sebelum dimulainya
penempatan batu.
Letakkan bronjong saling berhadapan dan saling membelakangi sepanjang suatu
baris sehingga pasangan dari penutup permukaan dapat diberi kawat kebawah
dalam satu gerakan (operasi)
Ikatkan ujung dari bronjong pertama memakai tongkat (tangkai) yang dimasukkan
kedalam tanah melalui kedua ujung-ujungnya.
Ketinggian dari penjangkaran harus paling sedikit setinggi bronjong.
Menjamin bahwa ujung yang bertawanan tetap dibentangkan sampai kotak telah
diisi. Ini dapat dilakukan menggunakan batang baja dan suatu tonggak ditempelkan
pada bronjong di baris bawah.
Tembok tiang turap sering dipergunakan untuk melindungi terhadap penggerusan pada
timbunan (embankment) suatu jembatan. Tembok-tembok harus dirancang untuk
didukung sendiri dan adalah penting bahwa tiang turap pancang dipancang dengan
interlock dihubungkan berpasangan (interlocks coupled). Bila ini tidak dilaksanakan,
dinding tidak akan berfungsi sebagai suatu kesatuan yang integral dan kemungkinan
akan gagal (karena turun kedepan pada bagian atas), sehingga perlu pemasangan
besi penguat atau walers.
Interlock harus benar-benar dilumasi sebelum pemasangan untuk menjamin bahwa
mereka dapat bergerak secara bebas sewaktu pemancangan dilaksanakan.
BAB VIII
JALAN PENDEKAT / OPRIT
8.1 UMUM
8.2 BAHAN-BAHAN
8.3 PEMADATAN
Pelapisan aspal pada lantai jembatan biasanya dengan suatu lapisan aspal.
Hal-hal berikut harus dicatat :
pelaksanaan tack-coat harus tidak dilaksanakan terlalu jauh didepan daerah
dimana aspal sedang dilakukan karena akan terbawa pergi oleh lalu-lintas
suatu papan pinggir memanjang (setinggi ketebalan aspal yang ditentukan) harus
ditempatlcan sepanjang garis tengah jalan, sewaktu sisi yang pertama sedang
dilapisi
perata kayu yang memakai pegangan harus digunakan untuk penyebaran aspal
supaya menjadi suatu permukaan yang rata
ketebalan dari lapisan aspal yang belum dipadatkan lama sekitar 10 persen lebih
besar daripada ketebalan setelah dipadatkan
penggilingan dan pemadatan harus dimulai sesegera mungkin setelah pemberian
lapis permulaan dan screeding.
semua peralatan penghampar harus selalu bersih.
RANGKUMAN
(v) Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat
penumbuk.
Pemasangan tiang yang dibor membutuhkan peralatan khusus, dan kebanyakan
pekerjaan ini di sub-kontrakkan kepada kontraktor spesialis pengeboran pondasi.
Terdapat dua sumber permasalahan utama pada tiang yang dibor.
Persoalan pertama adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mudah
longsor. Persoalan ini dapat diatasi dengan memasang pelapis (liner) atau membor
dengan menggunakan cairan pemboran seperti bentonite. Cara pertama lebih umum
digunakan di Indonesia.
Yang kedua adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mengandung batuan
besar. Dalam hal ini penggeboran tidak akan dapat menembus batuan dan diperlukan
sejenis pahat batuan.
Pondasi sumuran adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan
permanen dan terdiri atas satu atau lebih sumur vertikal. Pondasi ini terbuat dari baja,
beton bertulang, atau bagian-bagian beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap
menjadi satu.
Aspek-aspek mengenai beton adalah mulai dari persiapan acuan dan pemasangan
penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada acuannya.
Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan satu set gambar kerja kepada Konsultan Supervisi.
Material
Desain
Persiapan acuan untuk pengecoran
Pembongkaran acuan
Penyelesaian beton yang tampak/expose
Pemeriksaan terhadap acuan
Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran acuan
dan sebagainya.
Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering
berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan Supervisi harus memastikan
bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan
beban dari perancah ke dalam tanah.
Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak
melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang
besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara
pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-2
Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman
dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala
jembatan atau tiang pilar.
Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di dalam
AASHTO M 311 M (ASTM A 615).
Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:
ASSHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat lepas atau
tebal, atau bahan melekat lainnya.
Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan kebanyakan
proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua penulangan.
Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk diameter
berukuran 10 mm dapat diterima.
Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu
pelaksanaan pengecoran :
Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika
perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan dengan
membuaf beton mengalir.
Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih karena
dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus sekecil
mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran jatuh.
Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila
permukaannya miring.
Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan
menjauhinya.
Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan sebelum
penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu pekerjaan yang
menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.
Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,
jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan. Pada
.pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai ketebalan
300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.
Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,
seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi
sambungan.
Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika tidak,
permukaan semen akan tercuci oleh hujan.
Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat
sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan
permukaan miring.
Fabrikasi ini meliputi proses - proses pemotongan, pembentukan, pengeboran,
pelubangan, penyambungan dan operasi-operasi lainnya guna pembentukan pelat-pelat
baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi.
Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing
diterangkan keuntungan dan kerugiannya.
Penggunaan kelas A, B atau C untuk menunjukkan lebarnya struktur yang biasa untuk
semua tipe jembatan rangka.
Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan yang lebarnya
7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;
Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan kerb 0,5
meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;
Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan kerb 0,5 meter
pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.
Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi jalan
pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan pekerjaan kontrak
dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu.
Material yang digunakan untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak
lempung plastik tinggi atau batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.
DAFTAR PUSTAKA