Anda di halaman 1dari 243

PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE

PEKERJAANLAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN)


(INSPEKTUR

MODUL
SIB – 11 : METODA KERJA
PELAKSANAAN PEKERJAAN
JEMBATAN

2006

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan proyek jembatan, maka Modul Methode Kerja


Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan merupakan bagian yang sangat penting, agar
seluruh jajaran pelaksana mampu memahami dalam melaksanakan langkah-
langkah prosedur pelaksanaan konstruksi jembatan sesuai dengan kaidah dan
ketentuan yang berlaku.

Penyamaan persepsi atas standar prosedur dalam pelaksanaan proyek


diperlukan agar proyek dapat terlaksana sesuai dengan batasan waktu, biaya dan
mutu. Oleh karena itu dalam modul ini telah dijabarkan beberapa methode
pelakasanaan jembatan yang mengacu beberapa referensi dan ketentuan yang
tercantum dalam spesifikasi jembatan pada umumnya.

Modul Methode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan menyajikan dasar-dasar


methode pelaksanaan jembatan baik untuk proyek skala menengah maupun
skala besar, sehingga akan bermanfaat untuk semua segmen yang memerlukan,
agar pelaksanaan jembatan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.

Telah dicoba membatasi materi modul methode Pelaksanaan Jembatan agar


sesuai dan optimal dengan batasan waktu yang tersedia dalam pelatihan. Namun
untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dan jelas bagi peserta,
akhirnya ditetapkan cakupan materi modul sebagaimana terlampir.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -i-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ii-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan


Jembatan (Site Inspector of Bridges)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu membuat pelaporan yang mendukung
pelaksanaan aktivitas pengendalian, pengawasan, pemantauan, dan pengambilan
keputusan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Mengawasi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Membaca Data Geoteknik
3. Mengawasi penggunaan Bahan Jembatan
4. Membaca Gambar
5. Mengawasi penggunaan Alat-alat Berat
6. Mengawasi pelaksanaan Pengukuran dan Pematokan
7. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Tanah
8. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Beton
9. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan
Jembatan
10. Mengawasi pelaksanaan Pemeliharaan Jembatan Darurat dan Pengaturan
Lalu Lintas
11. Mengawasi pelaksanaan Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan
12. Membuat Laporan Pengawasan Pekerjaan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iii-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIB - 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan


Jembatan

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah modul ini dipelajari, peserta memahami proses pelaksanaan proyek


jembatan serta mampu melakukan langkah kegiatan berkaitan dengan
pelaksanaan jembatan mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan proyek.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :


1. Mengawasi pelaksanaan pematokan pada pelaksanaan pekerjaan
pembangunan jembatan.
2. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pondasi.
3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton.
4. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan bangunan baja.
5. Menjelaskan teknik pemasangan bangunan atas baja.
6. Mengawasi pelaksanaan pemasangan landasan dan sambungan-
sambungan.
7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan perlindungan saluran air dan tanggul.
8. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan jalan pendekat/oprit.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -iv-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR
LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) viii
DAFTAR MODUL ix
PANDUAN INSTRUKTUR x

BAB I PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN


PEKERJAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I-1
1.1 PENDAHULUAN I-1
1.2 PENGUKURAN HORIZONTAL I-1
1.2.1 Sistem Kontrol Garis I-1
1.2.2 Sistem Koordinat I-2
1.3 PENGUKURAN VERTIKAL I-2
1.4 TITIK-TITIK KONTROL SURVEI I-2
1.5 PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR I-3
1.5.1 Umum I-3
1.5.2 Tiang Pancang I-3
1.5.3 Telapak Pondasi dan Beton kopel Tiang
(Footings and Pile Caps) I-4
1.5.4 Kolom-kolom I-4
1.5.5 Balok Melintang Ujung (Crosshead) I-5
1.5.6 Landasan I-5
1.5.7 Balok dan Gelegar I-5
1.5.8 Lantai dan Parapet Jembatan (Tembok
Sedada) I-6

BAB II PEKERJAAN PONDASI II-1


2.1 UMUM II-1
2.2 PONDASI LANGSUNG (SPREAD FOOTING) II-2
2.2.1 Umum II-2
2.2.2 Tanah II-2
2.2.3 Batuan II-3
2.2.4 Pekerjaan Perapihan (Trimming) dan Persiapan II-3
2.3 PONDASI TIANG II-6
2.3.1 Umum II-7
2.3.2 Peralatan Pemancangan II-13
2.3.3 Tiang Pancang Beton II-22
2.3.4 Tiang Pancang Baja II-29
2.3.5 Tiang Yang Dipancang II-32
2.3.6 Tiang Yang Dibor dan Dicor Setempat II-40
2.3.7 Tanah Yang Sulit dan Halangan-Halangan II-43

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -v-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

2.4. PONDASI CAISSON II-44


2.4.1 Umum II-44
2.4.2 Beton Yang Dicor Setempat II-44

BAB III KONSTRUKSI BETON III-1


3.1 UMUM III-1
3.2 ACUAN DAN PERANCAH III-1
3.2.1 Umum III-1
3.2.2 Acuan III-1
3.2.3 Sambungan(Joint) III-12
3.2.4 Perancah III-13
3.3 PENULANGAN III-14
3.3.1 Bahan-bahan III-14
3.3.2 Pengiriman Baja III-14
3.3.3 Penumpukan di Lokasi III-14
3.3.4 Pembengkokan di Lokasi III-15
3.3.5 Pembersihan Sebelum Mengecor Dalam Acuan III-15
3.3.6 Pelekatan, Penjangkaran dan Penyambungan III-15
3.3.7 Selimut (Penutup) Penulangan III-16
3.3.8 Penempatan dan Pengikatan III-17
3.3.9 Pengelasan Titik Untuk Penulangan III-18
3.4 PENGECORAN BETON III-19
3.4.1 Pengecoran beton di bawah air III-23
3.4.2 Pemadatan Beton III-24
3.4.3 Penyelesaian Permukaan Beton III-26
3.4.4 Perawatan Beton III-30
3.4.5 Kualitas Beton III-35
3.4.6 Sambungan (Joint) III-36
3.5 BETON PRATEKAN III-43
3.5.1 Umum III-44
3.5.2 Saluran (ducting) Untuk Tendon Prategang III-44
3.5.3 Tendon dan Penjangkaran III-45
3.5.4 Penegangan III-47
3.5.5 Tindakan Pengamanan III-53
3.5.6 Grouting III-54
3.5.7 Penanganan dan Penyimpanan Gelegar dan
Unit Lantai Pra-tekan Pracetak III-56
3.5.8 Detail-detail Praktis III-57
3.6 GROUT YANG CACAT III-64
3.6.1 Umum III-64
3.6.2 Cara-cara Perbaikan III-64

BAB IV BANGUNAN BAJA IV-1


4.1 FABRIKASI PEKERJAAN BAJA IV-1
4.1.1 Umum IV-1
4.1.2 Gambar-Gambar IV-1
4.1.3 Prosedur Fabrikasi IV-1
4.2 PENGELASAN IV-4
4.2.1 Umum IV-4
4.2.2 Pemanasan Pendahuluan IV-4

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vi-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

4.2.3Perubahan Bentuk (Distorsi) IV-4


4.2.4Kualifikasi Operator Pengelasan IV-5
4.2.5Kualifikasi Prosedur Pengelasan IV-5
4.2.6Elektroda-Elektroda IV-6
4.2.7Pemeriksaan dan Perbaikan-perbaikan
Pengelasan IV-7
4.3 PEMERIKSAAN PADA PEKERJAAN BAJA
FABRIKASI IV-7
4.3.1 Umum IV-8
4.3.2 Pemeriksaan Pengelasan IV-8
4.3.3 Kerusakan-Kerusakan Dalam Pengelasan IV-8
4.4 PERAWATAN PERLINDUNGAN BAJA IV-9
4.4.1 Umum IV-9
4.4.2 Persiapan Permukaan IV-9
4.4.3 Pelapis Dasar (Primer) IV-9
4.4.4 Pelapis Bawah (Undercoats) IV-10
4.4.5 Penyelesaian Akhir (Lapisan penutup/atas) IV-10
4.5 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN PEKERJAAN
BAJA IV-12
4.6 PEMASANGAN STRUKTUR BAJA IV-12
4.6.1 Pemasangan Gelegar IV-13
4.6.2 Pemasangan Rangka (Truss Erection) IV-14
4.6.3 Perkuatan Melintang (Cross-bracing) IV-15
4.7 PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN IV-15
4.7.1 Umum IV-15
4.7.2 Baut Berkekuatan Tinggi (High Strengh
Bolts) IV-16
4.7.3 Pengelasan di Lapangan IV-18
4.7.4 Perubahan Cat Galvanized IV-19

BAB V TEKNIK PEMASANGAN BANGUNAN ATAS BAJA V-1


5.1 UMUM V-1
5.2 JEMBATAN RANGKA AUSTRALIA V-1
5.2.1 Jembatan Rangka Tetap (Permanen) V-1
5.2.2 Jembatan Rangka Permanen Khusus V-18
5.2.3 Rangka Semi Permanen V-27
5.3 JEMBATAN GELAGAR AUSTRALIA V-31
5.3.1 Umum V-32
5.3.2 Komponen-Komponen V-34
5.3.3 Metoda-Metoda Pemasangan V-35
5.3.4 Persoalan-Persoalan Umum V-37
5.4. JEMBATAN RANGKA BELANDA (HOLLANDIA
KLOOS) V-39
5.4.1 Umum V-39
5.4.2 Komponen-Komponen V-41
5.4.3 Cara Pemasangan V-42
5.4.4 Persoalan Umum V-51
5.5 JEMBATAN RANGKA AUSTRIA V-51
5.5.1 Rangka Permanen V-51
5.5.2 Rangka Semi Permanen V-59

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -vii-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

5.6 PERBANDINGAN JEMBATAN RANGKA PERMANEN


AUSTRALIA, BELANDA DAN AUSTRIA V-61
5.7. JEMBATAN SEMENTARA (TRANSPANEL DAN
MABEY PANEL) V-61
5.7.1 Umum V-61
5.7.2 Jembatan Transpanel Australia V-62
5.7.3 Jembatan Mabey dan Johnson V-67

BAB VI LANDASAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN VI-1


6.1 UMUM VI-1
6.2 LANDASAN VI-1
6.3 SAMBUNGAN VI-2

BAB VII PERLINDUNGAN SALURAN AIR DAN TANGGUNG VII-1


7.1 UMUM VII-1
7.2 BRONJONG VII-1
7.3 PENEMPATAN (PENAMBALAN) BATU VII-2
7.4 TIANG TURAP VII-3

BAB VIII JALAN PENDEKAT/OPRIT VIII-1


8.1 UMUM VIII-1
8.2 BAHAN-BAHAN VIII-2
8.3 PEMADATAN VIII-2
8.4 PELAPISAN ASPAL VIII-2

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -viii-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan


Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut
menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing
Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari
setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan
kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -ix-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

DAFTAR MODUL

Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan


Jabatan Kerja :
Site Inspector of Bridge (SIB)
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik

3 SIB – 03 Bahan Jembatan

4 SIB – 04 Membaca Gambar

5 SIB – 05 Alat Berat

6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIB – 08 Pekerjaan Beton

9 SIB – 09 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan

10 SIB – 10 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan


11 SIB – 11
Jembatan
12 SIB – 12 Teknik Pelaporan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -x-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

Seri / Judul SIB / 11 – METODE KERJA PELAKSANAAN


PEKERJAAN JEMBATAN

Deskripsi Modul ini membicarakan mengenai metode kerja


pelaksanaan jembatan dengan menyajikan dasar-dasar
metode pelaksanaan jembatan maupun penjabaran
beberapa metode pelaksanaan jem-batan.
Modul ini menguraikan komponen-komponen dari proses
pe-kerjaan pembangunan jembatan secara utuh sesuai
dengan urutannya, dengan cakupan pembahasan yang
cukup luas, mulai dari adminis-trasi proyek termasuk
dokumen proyek, penyusunan program dan jadwal
pelaksanaan serta penyiapan lokasi, pengendalian dan
pemeriksaan mutu bahan, penyim-panan bahan, dan lain
sebaga-inya sampai mengenai pengu-kuran, pekerjaan
pondasi , tiang, juga teknik pemasangan ba-ngunan
jembatan, serta konstruksi beton.

Tempat kegiatan Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitas yag


diperlukan

Waktu kegiatan 4 JP atau 180 menit

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xi-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah : Pembukaan

 Menjelaskan tujuan instruksional  Mengikuti penjelasan TIU OHP.


(TIU dan TIK) dan TIK dengan tekun dan
 Merangsang motivasi peserta de- aktif
ngan pertanyaan ataupun penga-  Mengajukan pertanyaan a-
lamannya dalam melakukan pe- pabila ada yang kurang jelas
kerjaan jembatan

Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Bab I, Pematokan pada


pelaksanaan pekrjaan pembangunan
jembatan

Memberi penjelasan, uraian atau ba-  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.


hasan mencakup beberapa hal : hasan instruk-tur
 Mengajukan pertanyaan a-
 Titik kotrol, ulasan singkat tentang
pabila ada yang kurang jelas
pentingnya titik–titik kontrol
 Mencatat hal-hal yang perlu
 Pengukuran horizontal
 Pengukuran vertikal
 Titik-titik kontrol survey
 Penentuan elemen struktur

Waktu : 15 menit

3. Ceramah : Bab II, Pekerjaan Pon-


dasi

Memberi penjelasan, bahasan atau  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.


uraian mengenai pekerjaan pondasi : hasan ataupun uraian ins-
truktur dengan tekun
 Beberapa kesalahan yang harus  Mengajukan pertanyaan a-
dihindari pabila ada yang kurang jelas
 Pondasi langsung : gambaran
umum pondasi langsung, maslah
tanah, batuan, trimming dsb,
termasuk tabel-tabel  Mencatat hal-hal yang perlu
 Pondasi tiang :  Mengikuti diskusi yang dila-
- Masalah umum : pengang- kukan instruktur
kutan, persiapan, pematokan,
penempatan tiang pancang,
dsb. termasuk rumus-rumus
- Peralatan pemancangan
- Tiang pancang beton
- Tiang pancang baja
- Tiang yang dipancang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xii-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

- Tiang yang dibor dan dicor


setempat
- Tanah yang sulit
 Pondasi Caison
- Ulasan singkat tentang pon-
dasi caison
- Beton yang dicor setempat

Waktu : 45 menit

4. Ceramah : Bab III, Pekerjaan


beton
 Mengikuti penjelasan, ba- OHP.
Memberi penjelasan, bahasan atau hasan ataupun uraian ins-
uraian mengenai konstruksi beton, truktur dengan tekun
mencakup dintaranya :  Mengajukan pertanyaan a-
 Acuan dan perancah pabila ada yang kurang jelas
 Penulangan, diantaranya bahan-  Mencatat hal-hal yang perlu
bahan, pembengkokan di lapang-  Mengikuti diskusi yang dila-
an, penutupo penulangan kukan instruktur
 Pengecoran beton, cara-cara
pengecoran, pemadatan beton,
penyelesaian permukaan, pera-
watan, kualitas beton
 Beton pratekan, diantaranya sa-
luran/ducting,penjangkaran, pe-
negangan, tindakan pengamanan

Waktu : 45 menit

5. Ceramah : Bab IV, Bangunan baja

Memberi penjelasan, uraian, bahas-


an, mengenai bangunan baja, men-  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.
cakup : hasan ataupun uraian ins-
 Fabrikasi pekerjaan baja truktur dengan tekun
 Pengelasan  Mengajukan pertanyaan a-
 Pemeriksaan pabila ada yang kurang jelas
 Perawatan perlindungan baja  Mencatat hal-hal yang perlu
 Pemasangan struktur baja  Mengikuti diskusi yang dila-
 Penyambungan di lapangan kukan instruktur

Waktu : 30 menit

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xiii-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

6. Ceramah : Bab V, Teknik pema-


sangan bangunan atas
baja  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.
hasan ataupun uraian ins-
Memberikan bahasan, uraian atau- truktur dengan tekun
pun penjelasan mengenai teknik pe-  Mengajukan pertanyaan a-
masangan bangunan atas baja, dian- pabila ada yang kurang jelas
taranya :
 Jembatan rangka Australia :
- Jembatan rangka tetap  Mencatat hal-hal yang perlu
- Jembatan rangka permanen  Mengikuti diskusi yang dila-
khusus kukan instruktur
- Rangka semi permanen
 Jembatan gelagar Australia
 Jembatan rangka Belanda
 Jembatan rangka Austria
 Perbandingan : jembatan rangka
permanen Australia, Belanda dan
Austria
 Jembatan sementara (transpanel
dan mabey panel)

Waktu : 20 menit

7. Ceramah : Bab VI, Landasan dan


sambungan-sambungan

Memberi penjelasan, uraian atau


bahasan mengenai Landasan dan  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.
Sambungan-sambungan, mencakup : hasan ataupun uraian ins-
 Landasan truktur dengan tekun
 Sambungan, antara lain bahan.  Mengajukan pertanyaan a-
Pemadatan, pelapisan aspal. pabila ada yang kurang jelas
 Mencatat hal-hal yang perlu
Waktu : 10 menit  Mengikuti diskusi yang dila-
kukan instruktur

8. Ceramah : Bab VII, Perlindungan


saluran air dan tanggul

Memberi penjelasan maupun uraian  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.


tentang perlindungan saluran air dan hasan ataupun uraian ins-
tanggual : truktur dengan tekun
 Bronjong  Mengajukan pertanyaan a-
 Penempatan/penambalkan batu pabila ada yang kurang jelas
 Tiang turap  Mencatat hal-hal yang perlu

Waktu : 5 menit.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xiv-


Modul SIB-11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Kata Pengantar

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

9. Ceramah : Bab VIII, Jalan


pendekat/oprit

Memberi penjelasan maupun uraian  Mengikuti penjelasan, ba- OHP.


tentang jalan pendekat/oprit : hasan ataupun uraian ins-
 Bahan-bahan truktur dengan tekun
 Pemadatan  Mengajukan pertanyaan a-
 Pelapisan aspal pabila ada yang kurang jelas
 Mencatat hal-hal yang perlu
Waktu : 5 menit.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) -xv-


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks
Pek Pembangunan Jembatan

BAB I
PEMATOKAN PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMBANGUNAN JEMBATAN

1.1 PENDAHULUAN

Seluruh elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan


pembangunan jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan
suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka
dibutuhkan :
 Sejumtah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat
yang tetap;
 Dalam perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.
Titik-titik kontrol sementara setempat dapat ditentukan di sekitar lokasi jembatan dengan
melakukan pengukuran baik vertikal maupun horizontal dan dari titik-titik kontrol tersebut
posisi akhir dari elemen struktur dapat ditetapkan..
Apabila terdapat ketidak-jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan
keraguan interpretasi, maka pengawas Lapangan harus menghubungi perencananya
untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung-jawab dalam penentuan dan
pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa
Kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta telah menyiapkan titik-titik kontrol
yang dipasang.

1.2 PENGUKURAN HORISONTAL

Pengukuran horisontal didasarkan baik pada sistem kontrol garis ataupun sistem
koordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari kedua sistem di atas.

1.2.1 SISTEM KONTROL GARIS

Dalam sistem ini penentuan pengukuran didasarkan pada sistem referensi garis, dalam
hal ini biasanya digunakan garis tengah Jembatan. Garis kontrol offset dapat pula
digunakan.
Titik-titik utama (key points) ditentukan dari pengikatan, titik-titik kontrol offset serta
pengukuran jarak langsung dan pengukuran sudut sepanjang garis referensi.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks
Pek Pembangunan Jembatan

Garis-garis kontrol tidak perlu harus lurus, dapat berbentuk lingkaran atau lengkungan
spiral. Dalam hal ini, suatu perhitungan data-data koordinat kritis, pengikatan, landasan
serta lengkungan harus tercakup dan tertera pada gambar alinemen.

1.2.2 SISTEM KOORDINAT

Dalam sistem ini, titik-titik utama harus ditentukan koordinatnya. Untuk menentukan
posisi koordinat-koordinat tersebut di lapangan, dilakukan pengukuran jarak dari titik
kontrol hasil survei yang dihitung berdasarkan pada ordinat arah Utara-Timur.

1.3 PENGUKURAN VERTIKAL

Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark. Bench Marks
mengendali bangunan dapat di tempatkan pada lokal atau pada gabungan datum.
Geometri vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan. Data-data ini memerinci
rangkaian. titik-titik tangen vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.
Pengukuran lengkung vertikal sering diabaikan jika lengkungan vertikal normal dan
dikurangi dengan ketinggian yang diukur pada interval-interval pendek sepanjang garis-
garis rencana.

1.4 TITIK-TITIK KONTROL SURVEI

Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan
ditempatkan pada posisi yang tepat di dalam lokasi pekerjaan konstruksi. Jarak antar
titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi jembatan tetapi bebas dari
area kegiatan, hal ini dimaksud untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran
posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak
titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol
juga dapat terjadi pada dasar tanah seperti pada daerah pasang surut dan tanah, pada
timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri,
seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks
Pek Pembangunan Jembatan

1.5 PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR

Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas
ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.
Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan
jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan
untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala
jembatan selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbang kan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus
diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf
Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang
digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal

1.5.1. UMUM

Bagi Kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya


sendiri, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan methoda
yang telah digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari
kesalahan dari ketidak-tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau
kesalahan dalam melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi
dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik
akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama.
Pemeriksaan ini tidak diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik
akhir saja atau dari 2 titik akhir pada sisi yang terpisah.
Prinsip dasar pekerjaan survei harus selalu digunakan, terutama untuk jarak yang
besar. Peralatan harus mengukur dengan akurat dan sudut diukur pada sisi muka
kanan dan muka kiri. Peralatan survei yang digunakan dianjurkan untuk diperiksa
secara teratur untuk mempertahankan ketelitian dan ketepatannya. Dalam pengukuran,
diusahakan agar jarak muka sama dengan jarak belakang jika memungkinkan.

1.5.2. TIANG PANCANG

Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan pekerjaan yang paling kritis.
Beberapa unsur-unsur penting seperti jarak antara beton kopel tiang (pile cap) harus

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-3


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks
Pek Pembangunan Jembatan

selalu diperiksa ulang sesuai dengan ukuran bangunan atas, sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai, terutama bila bangunan atas tidak horizontal.
Hal terpenting yang harus diperhatikan, apabila posisi garis kontrol terletak di luar garis
tengah Jembatan. Perlu diperhatikan bahwa sudut kemiringan diputar dari garis yang
benar terutama bila kemiringan berada di antara 40° dan 50°. Lokasi tiang pancang
terletak pada satu bidang di sisi bawah dari beton kopel tiang atau kepala jembatan.
Oleh karena itu pada pematokan tiang pancang, maka posisi tiang pancang
dipermukaan atau kerangka tiang pancang harus diukur dan disesuaikan, untuk
mendapatkan perbedaan antara bagian bawah beton kopel atau kepala jembatan dan
permukaan asli atau kerangka tiang pancang.
Kontrol posisi tiang pancang sulit dilakukan setelah pemancangan, dalam menentukan
ketepatan posisinya dibutuhkan letak awal dari pergeseran tiang pancang, untuk
memastikan bahwa posisi pancang tetap pada posisi semula. Pergeseran tiang
pancang cenderung bergerak searah dengan kemiringan pada waktu pemancangan
dan seringkali bertambah sesuai kemiringannya. Penyesuaian untuk tiang miring dalam
kelompok tiang dapat dibenarkan, untuk mengurangi resiko tiang terlalu dekat pada
tepi beton kopel tiang yang akan mengakibatkan beton kopel tiang diperbesar.
Pemancangan tiang miring pertama kali dapat digunakan untuk memeriksa seberapa
besar pergeseran dari kemiringan rencana.

1.5.3. TELAPAK PONDASI DAN BETON KOPEL TIANG (FOOTINGS


AND PILE CAPS)

Posisi garis-garis referensi harus tetap terletak pada telapak pondasi. atau pada garis
poros beton kopel dan garis-garis poros kolom. Setelah pemancangan tiang dilakukan,
titik referensi yang telah ditentukan sebelumnya harus diperiksa kembali untuk
memastikan bahwa titik-titik tersebut tidak mengalami gangguan.
Acuan untuk pangkal atau ujung dari kolom harus ditentukan secara tepat dan akurat.
Bila pangkal kolom terletak pada posisi yang tepat dan akurat, maka ketegakan kolom
dapat dikontrol langsung dari pangkal.

1.5.4. KOLOM-KOLOM

Ketegakan dapat dikontrol dari pangkal kolom yang dibuat secara akurat, seperti
yang telah diterangkan di atas atau dengan unting-unting atau bila mungkin dapat
dilakukan dengan Theodolit dari 2 arah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-4


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks
Pek Pembangunan Jembatan

'Spirit level' sebaiknya tidak digunakan untuk memeriksa ketegak-lurusan.Unting-


unting yang digantungkan sepanjang tinggi kolom adalah cara yang terbaik untuk
mendapatkan hasil kontrol dan bahkan dapat digunakan untuk konstruksi kolom yang
mengecil ujungnya.
Ketinggian kolom juga dapat dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara
pengukuran beda tinggi (levelling).

1.5.5. BALOK MELINTANG UJUNG (CROSSHEAD)

Posisi horizontal Crosshead dapat ditentukan dari titik-titik tetap di puncak kolom
menggunakan koordinat-koordinat atau dari posisi garis poros yang ditransfer dari
dasar dengan menggunakan Theodolit.
Acuan soffit ditentukan dengan menggunakan sipat-datar dan bak ukur, dengan
memperhitungkan penurunan dan lendutan dari perancah dan acuan.
Tiang penyangga (Pedestals) landasan kadang-kadang dicor monolit dengan balok
melintang, tetapi karena toleransi yang kecil untuk menempatkan pedestal, lebih baik
pengecorannya dilakukan setelah balok melintang. Bila lubang penyambung akan
ditempatkan pada balok melintang, lubang tersebut harus diperiksa secara teliti
dengan menggunakan pengukuran langsung dari pilar kepilar untuk menjamin
ketepatan balok.
Kecuali pada keadaan khusus, permukaan atas dari dasar landasan harus rata.
Pengurangan ketinggian dari dasar landasan untuk mendukung gelegar beton
pratekan mungkin perlu penyesuaian terhadap perbedaan talk terduga dari lengkung
gelegar (hog).

1.5.6. LANDASAN

Landasan ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi tanda garis
tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau gelegar didukung pada
landasan sementara. Penentuan landasan sementara dilakukan dengan cara yang
sama seperti landasan yang tetap.

1.5.7. BALOK DAN GELEGAR

Titik-titik untuk penentuan dan pematokan balok dipindahkan dari permukaan tanah ke
balok melintang (crosshead).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-5


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab I Pematokan Pada Pelaks
Pek Pembangunan Jembatan

Untuk gelegar segmental yang post-tension pada perancah, profil awal harus diberi
keterangan pada Gambar guna menyediakan profil rencana setelah penegangan.
Bangunan-bangunan atas yang dicor setempat ditentukan dan dipatok dari posisi tetap
pada balok melintang pada kolom-kolom. Untuk kontrol ketinggian pada gelegar box
yang dicor setempat, grid dibuat pada acuan soffit yang disesuaikan sambil memasang
bak ukur pada titik-titik kisi. Harus diperhitungkan penurunan dan lendutan acuan dan
perancah.

1.5.8. LANTAI DAN PARAPET JEMBATAN (TEMBOK SEDADA)

Pengukuran horisontal lantai ditentukan dari garis tengah jembatan yang ditransfer
ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang (cross head),
dinding, pelat lantai dan sebagainya.
Profil vertikal lantai jembatan yang menggunakan balok pratekan dapat berbeda dari
profil rencana yang disebabkan karena faktor-faktor seperti umur segmen-segmen, waktu
pelaksanaan dan kondisi cuaca. Untuk mendapatkan profil lantai yang benar, mungkin
perlu menyesuaikan ketinggian lantai rencana untuk memperhitungkan perbedaan
lengkungan bawah dari nilai rencana, dengan menyesuaikan tinggi dasar dilandasan atau
merubah tebal pelat lantai. Setiap usulan penyesuaian harus disetujui Engineer.
Jika profil vertikal lantai tidak sesuai dengan profil rencana, mungkin perlu penyesuaian
terhadap ketebalan kerb dan parapet untuk memperbaiki penampilannya.
Penyesuaian terhadap rangkak jangka panjang dan lendutan akibat penyusutan harus
dibuat karena hal ini cukup berarti.
Pada waktu membuat kerb dan parapet sebaiknya memperpanjang dan meluruskan
acuan sejauh mungkin melewati sambungan pelaksanaan, sehingga garis dan ketinggian
yang ditentukan berdasarkan perhitungan dapat diperiksa secara visual.
Kerb dan parapet sebaiknya tidak ditentukan dan dipatok terlebih dahulu sampai acuan
dan perancah untuk soffit lantai telah dibongkar dan telah ada penurunan yang terjadi.
Garis-garis harus dievaluasi secara visual. Suatu pemeriksaan dapat menemukan
kesalahan penentuan atau pematokan. Suatu 'aturan tidak tertulis' menyatakan bahwa
jika garis atau lengkungan tampak salah, kemungkinannya memang demikian.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-6


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

BAB II
PEKERJAAN PONDASI

2.1 UMUM

Kapasitas jembatan mendukung lalu-lintas berat dan menahan gangguan banjir dan
sebagainya sangat tergantung pada kekuatan pondasinya. Pada jembatan-jembatan
sederhana, kadang-kadang diizinkan adanya penurunan kecil, penurunan besar pada
pilar atau kepala jembatan akan menyebabkan tegangan yang berlebihan dan
kerusakan pada unsur-unsur jembatan. Kalau jembatan telah direncanakan sebagai
bangunan menerus, penurunan bangunan bawah akan mengakibatkan membaliknya
tegangan pada gelegar dan lantai jembatan. Penurunan yang berlebihan, akan
mengakibatkan kerusakan pada bangunan.
Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun
pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada
tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus
diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan
jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum,
perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit dilaksanakan.
Kesalahan yang harus dihindari termasuk:
 pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang kurang;
 pemancangan tiang secara berlebihan pada batuan;
 penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah yang
relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;
 kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan dan
pemancangan yang salah;
 karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif
atau keadaan tanah itu sendiri;
 karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut beton;
 ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air berkecepatan
tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;
 terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing yang
terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);
 kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan
rayap dan serangga air;
 penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah;

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

 penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangnya daya dukung


atau kurangnya pembuangan material lepas atau material tidak sesuai;
 keruntuhan dari tiang yang disebabkan tekanan negatif (down-drag) akibat
penurunan timbunan di belakang kepala jembatan;
 keruntuhan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau kerusakan
(failure) dari landasan jembatan, menyebabkan tegangan yang berlebihan (over
stress) dalam bangunan bawah.

2.2. PONDASI LANGSUNG (SPREAD FOOTING)

Pondasi langsung, pada prinsipnya menyebarkan beban secara langsung pada dasar
galian yang kedalamannya relatif kecil, ini berbeda dengan pondasi tiang pancang yang
meneruskan beban pada tanah.

2.2.1 Umum

Dari data geoteknis yang ada, perencana menentukan suatu kapasitas daya dukung dari
tanah atau batuan: Kapasitas ini biasanya ditunjukan dalam Gambar. Berdasarkan nilai
tersebut, ukuran pondasi langsung dihitung. Pelaksana jembatan kemudian mempunyai
tanggung jawab untuk mencek bahwa dasar pondasi di mana akan dibangun pondasi
langsung tersebut memenuhi perkiraan perencana mengenai daya dukungnya.
Sebagai pedoman untuk pendataan di lapangan, cara-cara penentuan praktis dalam
memperkirakan daya dukung dari tanah pasir, lempung dan batuan diberikan pada Tabel
2.2.1, 2.2.2 dan 2.2.3.
Harus ditekankan bahwa penentuan nilai tidak digunakan untuk keperluan perencanaan
jembatan.

2.2.2 TANAH

Mungkin diperlukan penyesuaian terhadap tekanan yang diizinkan (bearing pressure)


dengan memperhitungkan pengaruh air tanah, kemiringan pada tempat bersebelahan
(adjacent slope), beban miring atau eksentris dan lapisan tanah lunak di bawah.
Jika terdapat tanah dengan kekuatan lebih rendah (sangat lunak hingga keras dan
sangat lepas hingga padat sedang), penurunan mungkin merupakan kriteria yang
menentukan didalam perencanaan dan bukannya daya dukung.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Peralatan kecil, seperti alat pengukur gaya geser tanah (shear vane) saku atau
penetrometer saku dapat bermanfaat dalam menilai sifat tanah kohesif.

2.2.3 BATUAN

Nilai-nilai yang diberikan pada Tabel 2.2.3 adalah untuk batuan yang tidak utuh dan pada
umumnya tanpa cacat (defect). Nilai-nilai tersebut harus diberi pengurangan untuk
memperhitungkan siar lempung, daerah tapukan (zona highly weathered) dan
patahan (fracturing). Tekanan yang dipikul (Bearing pressure) sebesar yang
diberikan dalam Tabel harus dipakai bersamaan dengan "unconfined compressive
test" dan percobaan pembebanan titik (point load test).

2.2.4. PEKERJAAN PERAPIHAN (TRIMMING) DAN PERSIAPAN

Penggalian dilakukan sekurang-kurangnya 150 mm ke dalam lapisan padat (solid


strata). Setelah dasarnya diratakan dan pinggir galian dipotong sesuai ukuran pada
gambar, dasarnya disapu dan disemprot agar dapat diperiksa. Pada tahap ini, untuk
telapak (footing) dengan pembebanan besar harus diambil contoh (core) di bawah
dasarnya untuk diperiksa. Kedalaman yang disarankan adalah 1 ,5 kali ukuran
terkecil dari telapak (footing) itu. Ini dapat dilengkapi dengan lubang bor berdiameter
kecil untuk mengambil kerokan tanah. Bila mutu batuan diragukan, mungkin
diperlukan pengujian tekan (compression test) pada contoh core. Pada umumnya,
makin berat pembebanan pada footing makin diperlukan pengujian.
Siar lempung yang tampak pada batuan harus dibersihkan dan diganti dengan beton
masif. Jika bahan bermutu rendah harus dibuang dari satu bagian telapak, dasar dari
telapak harus dibentuk tangga (stepped) secara vertikal, bagian tangga diisi dengan
beton masif.
Suatu lapisan "campuran" dari beton masif, setebal 50 mm, diletakkan menutupi
dasar galian telapak untuk membentuk permukaan datar yang bersih dari mana
dimulai pelaksanaan. Untuk pengeringan galian harus diberi bak penampungan
(sump) di bawah permukaan telapak. Kalau bahan pondasi tidak dapat runtuh,
telapak dapat dicor langsung pada sisi-sisi galian. Dalam hal ini perlu diperhatikan
pelaksanaan galian untuk mencegah retak berlebihan.
Bila pondasi langsung harus dikunci (keyed) pada bahan pondasi untuk mencegah
longsor, maka harus dicor langsung pada sisi galian.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 3


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari longsoran bahan galian atau
oprit atau tercucinya bahan oleh air hujan ke dalam galian, terlebih setelah tulangan
dipasang. Jika acuan digunakan penuh sekeliling pondasi langsung, lapisan beton
"campuran" harus dilaksanakan secara tepat menurut bentuk, garis dan tinggi.
Setelah itu acuan samping dapat diletakan dengan rapat pada tepi lapisan beton
campuran. Praktek ini dapat mempercepat pelaksanaan dan mengurangi hilangnya
adukan pada dasar acuan pada waktu pengecoran.

Tabel 2.1 - Bahan Non-kohesif (Kerikil dan Pasir Bersih)


Bearing
Kepadatan Ketentuan Praktis untuk Identifikasi Lapangan Pressure
yang Diizinkan
(kPa)
Sangat Hampir tanpa perlawanan terhadap penyekopan 50
Lepas Mudah dipenetrasi dengan batang 12mm yang ditekan 50 hingga 100
dengan tangan.
Perlawanan kecil terhadap penyekopan.
Padat Mudah dipenetrasi dengan batang 12mm yang 100 hingga
sedang dipancang dengan penumbukan 2 kg. 200
Ada perlawanan terhadap penyekopan.
Padat Penetrasi sukar dengan batang 12mm hingga 300mm, 200 hingga
dipancang dengan penumbuk 2 kg. 350
Palu tangan diperlukan untuk penggalian.
Sangat Penetrasi hanya sampai 75mrn yang dipancang 350 hingga
padat dengan penurnbuk 2 kg. 600
Alat bermesin diperlukan untuk penggalian.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 4


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Tabel 2.2 - Bahan Kohesif (Lanau, Lempung, Lempung Berpasir)


Bearing
Konsistensi Ketentuan Praktis untuk Identifikasi Lapangan Pressure
yang Diixinkan
(kPa)
Sangat Mudah dibentuk dengan jari. Bekas sepatu jelas 25
lunak tampak pada permukaan.
Palu geologi dapat mudah ditekan masuk sampai
tangkainya.
Lunak Penetrasi mudah oleh ibu jari. Dibentuk dengan 25 hingga 50
menggunakan tekanan.
Bekas sepatu agak tampak pada permukaan.
Palu geologi dapat ditekan masuk sampai 30mm atau
40mm.
Tidak kaku Sukar dibentuk dengan jari, palu geologi dapat ditekan 50 hingga 100
masuk sampai 10 mm.
Penetrasi sedikit dengan sekop tangan.
Kaku Penetrasi dengan kuku ibu jari. Tidak dapat dibentuk 100 hingga
jari.Palu geologi ujung yang tajam membuat dapat 200
menandai tanah.
Palu tangan perlu untuk penggalian.
Sangat Menandai dengan kuku ibu jari sulit. Pukulan dengan 200 hingga
kaku palu geologi dapat sedikit menandai. 400
Alat bermesin perlu untuk penggalian.
Keras 400

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 5


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Tabel 2.3 - Batuan


Bearing
Descripsi Ketentuan Praktis untuk Identifikasi Lapangan Pressure
yang
Diizinkan
(kPa)
Sangat Bahan hancur dengan pukulan palu geologi yang 1500
lunak sedang.
Dapat dikelupas dengan pisau.
Lunak Terjadi lekukan 1 mm sampai 3 rnm dengan pukulan 1500 hingga
palu geolo-gi (ujung tajam yang sedang. Dapat 2500
dikupas dan digaruk dengan pisau)
Keras Contoh yang dipegang dengan tangan dapat dipecah 2500 hingga
dengan ujung palu dari palu geologi dengan satu 3500
pukulan sedang.
Tidak dapat dikerok atau dikupas dengan pisau.
Sangat Contoh yang dipegang dengan tangan dapat dipecah 3500 hingga
keras dengan ujung palu dari palu geologi dengan lebih dari 5000
satu pukulan.
Sangat Contoh yang dipegang dengan tangan memerlukan 5000
keras beberapa pukulan dengan palu geologi untuk
Sekali memecah bahan yang utuh.
Catatan: Banyak variable dapat mempengaruhi bearing pressure pada batuan
yang dibatukan. Karena itu, tabel ini harus dipergunakan dengan
bijaksana.

2.3 PONDASI TIANG

Pekerjaan tiang pancang memerlukan perlakuan yang khusus dimulai dari


pengangkutan, penyimpanan, pengangkatan, penempatan dan pemancangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 6


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

2.3.1 UMUM

a. Pengangkutan
Pengangkutan tiang pancang pipa baja biasanya tidak menjadi masalah di Indonesia.
Tiang pancang pipa baja pada umumnya disediakan dalam ukuran panjang 6 meter,
karena dapat disambung di lokasi dengan mudah dengan cara pengelasan.
Tiang pancang beton tersedia dalam berbagai ukuran panjang. Ukuran panjang 15
meter memerlukan penggunaan semi-trailer untuk pengangkutan, karena tiang ini
harus ditopang pada titik seperempat atau seperlima panjang. Terdapat seri tiang yang
lain yang tersedia dalam ukuran panjang 8 meter sebagai segmen atas dan segmen
bawah. Segmen atas biasanya mempunyai pelat baja untuk penyambungan dengan
segmen bawah. Lihat juga Bab 6.3.3.d tentang detail penanganan dan penyimpanan
tiang beton.

b. Persiapan pemasangan tiang


Lokasi di mana tiang akan dipancang harus dipersiapkan sedatar mungkin, khususnya
bila menggunakan crane ber-roda rantai yang dilengkapi dengan pemandu tiang.
Permukaan tanah harus cukup kuat agar dapat dibebani oleh crane atau alat lain yang
akan digunakan untuk penempatan dan pemancangan ataupun pemboran tiang.
Jika tiang akan dipasang di atas air, harus dipertimbangkan pembuatan dermaga
kerja berbentuk jari-jari untuk pemancangan tiang.
Bila pemancangan tiang akan dilakukan dari ponton, penting untuk menempatkan
posisi jangkar yang cocok, yaitu pada tebing sungai atau dengan jangkar yang
dibenamkan di dalam air, untuk mengendalikan posisi ponton secara tepat. Sebagai
tambahan, perlu suatu cara penempatan posisi pemandu (leaders) bebas dari posisi
ponton. Harus diperhitungkan pula pengaruh pasang surut, terutama pada
pemancangan tiang miring.

c. Pematokan Tiang
Pada waktu pematokan pondasi tiang di darat, garis dasar (baseline) harus
ditempatkan di luar daerah yang dipakai oleh tiang. Baseline harus ditentukan dengan
suatu cara yang memungkinkan pemeriksaan tiang pada waktu pemancangan. Garis
tengah di dalam daerah tiang dapat diragukan pada waktu pemancangan telah dimulai,
oleh karena kemungkinan patok terganggu gerakan alat serta pengangkatan (heaving)
tanah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 7


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pemancangan tiang di atas air merupakan masalah yang berbeda. Jika pemancangan
dilakukan dari perancah yang telah dipancang terdahulu, garis tengah dapat ditetapkan
pada perancah.
Jika tiang dipancang dari ponton, penetapan posisi tiang menjadi lebih sulit. Hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan garis dasar (baseline) pada sebagian bangunan atau
pada tebing, dengan sudut siku-siku terhadap garis tengah jembatan. Posisi tiang
kemudian dapat ditentukan dengan menggunakan dua buah pita baja untuk garis dasar
dalam bentuk segitiga siku-siku. Salah satu pita digunakan untuk mengukur jarak
berantai, dan yang lainnya mengukur hypotenusa (sisi miring). Titik potong atau puncak
(apex) dari segitiga adalah posisi tiang yang akan dipancang.
Seringkali perlu menggunakan juru ukur, misalnya jika jarak rantai terlalu besar, jika
ada halangan atau tidak mungkin menetapkan suatu garis dasar untuk pengerjaan
selanjutnya. Dalam hal demikian, lokasi tiang ditentukan dengan menggunakan
theodolit dan peralatan EDM atau cara lain pengukuran berantai.

d. Penanganan dan Penempatan Tiang Pancang


Setelah persiapan untuk pemancangan selesai, tiang diangkut ke posisi di mana akan
dipancang kemudian, ditempatkan dengan mobil crane atau ditarik ke posisi dengan
tackle yang sesuai. Pada waktu memindahkan tiang dengan cara menarik, tali harus
bebas dari ikatan, kerangka pemancang dan halangan lain. Tiang harus diperiksa
posisinya terhadap pemandu; harus diturunkan hingga menopang pada permukaan
tanah. Dalam hal tiang yang panjang mungkin perlu membuat lubang dalam tanah
untuk meletakan ujung (toe) dari tiang sehingga terdapat ruang cukup pada kepala
tiang untuk memasukan dan menjalankan penumbuk. Penumbuk selanjutnya harus
ditempatkan pada posisinya dalam pemandu untuk persiapan pemancangan. Harus
diperhatikan bahwa tiang tidak rusak dikenai oleh pemandu. Gandar atau peralatan lain
untuk memasang penumbuk dalam pemandu harus tetap.

e. Kapasitas Tiang
Ada beberapa cara meramalkan kapasitas batas tiang antara lain adalah dengan
Percobaan Pembebanan seperti yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.f. dan dengan
menggunakan Rumus Dinamis, yang diuraikan dalam Bab 2.3.1.g.
Akan tetapi dalam tiap kasus, perlu mengaitkan perkiraan kapasitas batas terhadap
beban rencana pada tiang. Nilai dari beban rencana maksimum pada setiap tiang
harus diberikan pada gambar rencana. Pengawas (Supervising Engineer) harus
memilih faktor keamanan yang sesuai untuk diterapkan pada kapasitas akhir dan
memeriksa apakah lebih besar dari pada beban rencana.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 8


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pemilihan faktor keamanan bergantung pada jenis rumus dinamis yang dipakai, dan
fungsi bangunan. Bangunan sementara dapat dilaksanakan dengan faktor keamanan
yang lebih rendah dari pada bangunan tetap.
Faktor keamanan dari 3 hingga 6 diberikan untuk Rumus Denmark yang digunakan di
dalam Spesifikasi Teknik. Beberapa peraturan perencanaan mensyaratkan nilai-nilai
minimum 2,5 atau 3,0 untuk rumus dinamis dan 2,0 untuk pengujian beban dalam
jumlah yang cukup telah dilaksanakan.

f. Percobaan Pembebanan
Percobaan Pembebanan di lokasi dilakukan pada tiang untuk memastikan kapasitas
daya dukung. Percobaan pembebanan dapat juga dilakukan pada tiang uji pada waktu
tahap perencanaan untuk memeriksa kapasitas perkiraan.
Tanah kohesi dan non-kohesi sifat-sifatnya akan berubah oleh adanya pemancangan
tiang pancang. Pada tanah lempung adanya gangguan ini akan menyebabkan
terjadinya pembentukan kembali (remoulding) dan kehilangan kekuatan. Dengan
berjalannya waktu, sebagian besar kekuatan akan kembali dan oleh karena itu
pengujian beban harus dilakukan beberapa minggu setelah tiang dipancang. Pada
tanah pasir, suatu kondisi sementara akan terjadi di mana tahanan berlebih
(resistance) akan terjadi. Akan tetapi tahanan berlebih tersebut akan hilang beberapa
waktu setelah pemancangan, biasanya beberapa hari setelah pemancangan.
Tiang dapat diberi beban percobaan dengan salah satu cara di bawah ini:
 Beban mati dalam bentuk pemberat (kentledge) yang langsung ditambahkan pada
tiang.
 Pendongkrakan terhadap beban mati yang didukung di atas tiang.
 Pendongkrakan terhadap balok mellntang yang dl angker pada dua tiang
disampingnya.
 Pendongkrakan terhadap balok melintang yang di angker pada batu oleh kabel
prategang yang di-grout pada batuan di luar tiang.
Dua dari cara tersebut di atas ditunjukan dalam Gambar 3.1

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 9


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.1 - Pengujian Beban pada Tiang

Pengukuran gerakan tiang dilakukan dengan mengikat pada suatu titik refrensi tetap.
Dukungan untuk titik referensi agar ditempatkan di luar daerah tanah yang dapat
dipengaruhi oleh gerakan tiang. Jarak yang paling besar antara 5 kali diameter tiang
atau 2.5 meter dari tiang yang akan diuji, kadang-kadang dipakai sebagai jarak
minimum lokasi pendukung dari tiang. Dalam tiap hal, titik referensi harus diperiksa
dengan pengukuran sifat datar bebas selama berlangsungnya pengujian pembebanan.
Ada beberapa metoda percobaan pembebanan yang berbeda, saat ini digunakan.
ASTM D 1143 menjelaskan, percobaan yang paling umum yaitu percobaan
pembebanan 'slow maintained'. Dengan prosedur ini percobaan beban diberikan dalam
delapan kali penambahan yang sama besar, hingga mencapai dua kali beban rencana.
Data Waktu vs Penurunan diperoleh untuk tiap-tiap penambahan beban. Tiap
tambahan dipertahankan sampai tingkat penurunan kurang dari 2,5 mm per jam, atau
untuk 2 jam, yang mana terjadi lebih dahulu. Beban akhir (dua kali beban rencana)
dipertahankan sampai 24 jam. Pengurangan beban juga dilakukan dengan cara sedikit
demi sedikit.
Beban batas tiang diambil sebagai beban di mana kemiringan kurva Beban Penurunan
menjadi hampir vertikal, seperti ditunjukan pada Gambar 2.2

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 10


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.2 - Tipikal Kurva Beban lawan Penurunan

g. Rumus Dinamis
Telah dikembangkan banyak rumus untuk meramalkan batas daya dukung tiang pada
waktu pemancangan di lokasi. Tidak ada satupun rumus yang dapat diandalkan terus
menerus, atau untuk suatu kisaran daya dukung tiang.
Kebanyakan rumus praktis tiang pancang merupakan penyederhanaan dari persamaan
umum dan mengandung sejumlah "konstanta" dan koefisien empiris.
Cara tradisional meramalkan daya dukung tiang dengan cara dinamis adalah dengan
memancang tiang, mencatat sejarah pemancangan dan mengadakan percobaan
pembebanan. Akhir-akhir ini cara menginstrumentasi tiang dan melakukan perhitungan
kompleks menggunakan komputer sewaktu pemancangan dilaksanakan, memberikan
suatu alternatif yang balk.
Setelah batas daya dukung tiang dihitung, suatu faktor keamanan yang sesuai dipilih
untuk menentukan perkiraan kapasitas kerja. Pilihan angka keamanan dapat
ditanyakan dan sedapat mungkin ditentukan oleh Perencana.
Rumus Denmark kadang disyaratkan untuk menghitung batas daya dukung tiang.
Rumus ini dikenal sebagai salah satu rumus yang diandalkan untuk meramalkan batas
daya dukung tiang.
Batas daya dukung dapat dihitung sebagai berikut:

dimana: Ru = batas daya dukung dalam kilo Newton


Wr = Berat penumbuk dalam Newton
(9,81 x massa penumbuk dalam Kilogram)
H = tinggi jatuh bebas penumbuk dalam m.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 11


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

e = efisiensi jatuh penumbuk


E = Modulus Elastisitas bahan tiang pancang (dalam Mega Pascal)
Ip = Panjang tiang dalam meter
A = Luas penampang melintang tiang dalam milimeter persegi
s = Penurunan akhir tiang dalam milimeter tiap pukulan dari rata-
rata 10 pukulan pancang beruntun, atau 5 pukulan uji kembali
penuh yang pertama
so = Penurunan sementara yang diperbolehkan dalam milimeter,
seperti dihitung dari rumus di atas.
Untuk penumbuk diesel atau uap, tenaga penumbuk (dalam Newton meter atau
Joule) dapat dipakai untuk hasil perkalian W rxH. Nilai Ip adalah panjang sebenarnya
tiang untuk panjang yang lebih besar dari pada dua puluh kali ukuran penampang
melintang tiang. Untuk tiang lebih pendek Ip adalah dua puluh kali nilai ukuran
penampang melintang tiang. A untuk tiang pipa baja adalah luas pipa baja.
Nilai koefisien e dan E, tergantung pada jenis peralatan yang dipakai tiang miring,
menurut syarat Teknik adalah:
e = 0,75 untuk penumbuk jatuh bebas.
e = 0,90 untuk penumbuk uap.
e = 0,95 untuk penumbuk diesel.
E = 21 .000 MPa (2.1 x 105 kg/cm2) untuk tiang beton
E = 210.000 MPa (2.1 x 106 /kg/cm2)untuk tiang baja
Rumus ini adalah untuk pemancangan vertikal. Bila tiang dipancang dengan
kemiringan harus diperhitungkan pengurangan gaya vertikal penumbuk dan
kehilangan akibat gesekan antara penumbuk dan pemandu (leads).
Suatu perkiraan yang rasional untuk koefisien gesekan adalah 0.10.
Harga netto dari W r adalah : W r x (Cos[arctan(1/R)]-0,1 x Sin[arctan(1/R))] untuk
tiang yang dipancang dengan kemiringan 1 dibanding R. Ini dijelaskan dalam
Gambar 2-3.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 12


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.3 - Pengurangan W, untuk kemiringan 1 berbanding R

Contoh, tiang dipancang dengan kemiringan 1 berbanding 10 (1 horizontal sampai 10


vertikal) nilai W r adalah 0,985 kali berat penumbuk sebenarnya..

2.3.2. PERALATAN PEMANCANGAN

a. Pemilihan Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada
dasarnya sama.
Pada umumnya, peralatan dasar terdiri atas:
(i) kerangka pemancangan tiang untuk menyangga (menopang) pemandu
(leader);
(ii) pemandu untuk menyangga tiang pancang dan memberi arah pada waktu
pemancangan;
(iii) penumbuk - dari jenis jatuh bebas, uap atau udara bertekanan atau tenaga
diesel;
(iv) Topi tiang (helmet) yang juga diarahkan, untuk memindahkan pukulan
penumbuk pada tiang;
(v) Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat
penumbuk.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 13


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Peralatan yang bergerak umumnya dipakai untuk pemancangan tiang di darat meskipun
kerangka tiang juga masih digunakan pada beberapa kondisi.

i. Kerangka Tiang Tetap (Stationary Pile Frame)


Kerangka tiang terdiri atas menara dengan satu set pemandu (leader) dan katrol.
Biasanya memerlukan biaya (modal) kecil tetapi pemasangan agak kaku, demikian pula
pemindahan dan pengoperasiannya sehingga tingkat kemajuannya lambat. Pemandu
harus cukup tinggi untuk memegang tiang, penumbuk dan ruang bebas untuk tinggi
jatuh.
Kerangka dapat terbuat dari kayu atau baja dan seringkali dibuat atas pesanan untuk
pekerjaan tertentu. Pemandu harus tetap untuk pemancangan vertikal atau dengan sudut
kemiringan atau dapat diatur untuk memungkinkan keduanya. Tali digunakan untuk
memasang dan menstabilkan menara di atas posisi tiang dan memegang pemandu
(leader) di tempat pada waktu pemancangan.

ii. Crane yang bergerak (Mobile) dengan Pemandu (Leader) yang menggantung
Sistem ini biasanya terdiri atas crane dengan roda rantai dan satu set pemandu tiang
pancang baja atau pengarah yang digantung pada tiang (boom). Dasar dari pemandu
(guides) diikat pada crane dengan lengan (stay) yang dapat disetel. Crane harus dapat
menempatkan penumbuk tiang dalam pemandu dan mengangkat serta menempatkan
tiang di bawah penumbuk. Ini biasanya memerlukan crane besar karena pemandu, tiang
dan penumbuk semuanya harus diangkat ke dalam posisinya.
Gambar 2.4 menunjukan gambar dari peralatan pemancang tiang yang bergerak (mobile
pile-driver) yang umum dipakai.
Tiang diletakkan di bawah penumbuk dengan pemandu terletak di tanah pada penopang
kayu. Unit ini dapat berdiri sendiri. Dalam beberapa hal, dan untuk keamanan
pelaksanaan, terutama dengan tiang yang panjang, mobil crane kedua digunakan untuk
membantu mengangkat tiang dalam posisinya di bawah penumbuk. Pemancang tiang
dengan roda rantai dapat juga dioperasikan dari ponton (tongkang), dengan rodanya
dibaut atau dirantai pada geladak.
Pada pengoperasian penumbuk diesel dengan pemandu miring yang menggantung
pemandu harus mempunyai cukup kekakuan untuk mencegah bengkok (disebabkan
berat penumbuk) pada waktu penumbuk mencapai titik tengah pemandu, jika tidak,
mekanisme tidak bekerja.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 14


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

iii. Penumbuk Tiang Pancang


Tanpa memandang jenis tiang pancang, harus digunakan penumbuk yang cukup besar
untuk mengatasi inersia dari tiang pancang untuk pemancangan yang efisien dan
ekonomis sebagian besar tenaga kinetis harus tersedia, untuk memancang tiang ke
dalam tanah setelah dikurangi kehilangan akibat pukulan (impact) dan sebab lain.
Penumbuk jatuh bebas dan diesel adalah jenis yang paling sering dipakai.

Gambar 2.4 - Keran dengan Pemandu Menggantung

Penumbuk Jatuh Bebas (Drop Hammers)


Penumbuk jatuh bebas memerlukan biaya modal yang rendah dan hampir tanpa
pemeliharaan. Masukan tenaga dihitung sebagai hasil perkalian berat penumbuk,
tinggi jatuh dan faktor efisiensi, yang tergantung pada cara pengoperasian
penumbuk. Operasi penarikan pelatuk yang kira-kira menyerupai suatu yang jatuh
bebas dari penumbuk lebih efesien dari pada jatuh bebas dari katrol.
Penumbuk terbuat dalam berbagai bentuk dan dibuat dari blok besar besi cor atau
baja atau bagian baja laminasi, yang memungkinkan penyesuaian berat penumbuk
dengan mengurangi atau menambah pelat.
Beberapa penumbuk dipandu oleh selot yang dicor pada sisi blok, yang lainnya dari
tonjolan di belakang yang masuk tepat di antara pengarah pemandu (leader guides).
Untuk yang disebut terakhir, dua "keeper" kayu horisontal dimasukan rapat kedalam
dua lubang yang dicor dalam tonjolan belakang. Kadang-kadang dipergunakan pelat
baja dan baut penahan.
Penumbuk jatuh bebas tersedia dalam bermacam ukuran dari 0,5 sampai 8 ton.
Pilihan akhir tergantung pada berat dan ukuran tiang yang akan dipancang.
Penumbuk digantung dengan tali yang dipasang di atas, diangkat pada ketinggian
yang ditentukan dan dijatuhkan pada kepala tiang.
Tiap penumbuk harus diberi tanda yang menunjukan beratnya.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 15


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Perbandingan antara berat penumbuk jatuh bebas dengan berat tiang pancang yang
disarankan untuk tiang baja dan beton bertulang adalah sebagai berikut:
• Tiang pancang dengan berat sampai 7,5 ton perbandingan penumbuk dengan
tiang minimum dua pertiga.
• Tiang 7,5 hingga 12 ton perbandingan penumbuk dengan tiang minimum satu
perdua.
Untuk tiang pancang beton bertulang dengan berat hingga 7,5 ton, hasil perkalian jarak
jatuh bebas penumbuk dalam meter dan berat penumbuk dalam ton tidak boleh melebihi
5 ton meter. Untuk tiang baja dan beton yang lebih berat, tenaga maksimum dapat
ditentukan oleh Engineer.
Untuk tiang pancang kayu dan beton pratekan, berat penumbuk jatuh bebas harus
mendekati berat tiang pancang.

Penumbuk Diesel (Diesel Hammers)


Penumbuk diesel mempunyai pengeluaran modal awal yang tinggi dan memerlukan
pemeliharaan, tetapi dengan tingkat pemancangan 45-60 pukulan per menit biasanya
lebih cepat dan lebih ekonomis untuk pekerjaan besar. Panjang stroke/pukulan
berbanding lurus dengan perlawanan tiang. Semakin sulit pemancangan semakin besar
tenaga yang dikeluarkan oleh penumbuk. Perllancangan pada tanah yang sangat lunak
dapat merupakan masalah karena kurang daya dukung ketahanan berarti penumbuk
tidak dapat mengaktifkan dirinya kembali. Dalam hal demikian penurnbuk diangkat dan
dijatuhkan dengan crane hingga menjumpai tanah yang cukup keras untuk
menggerakan/ mengaktifkan penumbuk.
Penumbuk diesel mempunyai silinder vertikal yang terbuka di atas di mana suatu ram
bergerak ke atas dan ke bawah. Di ujung bawah terdapat dudukan (anvil). Peralatan
penunjang termasuk tangki bahan bakar, pompa bahan baku, alat tripping dan (pada
beberapa jenis) radiator (water jacket) air untuk mendinginkan silinder. Cara bekerja
penumbuk diesel dijelaskan dalam sebagian besar buku pedoman dan digambarkan
pada Gambar 2.5. Beberapa penumbuk mempunyai kemampuan/merubah masukan
energi dengan menyemprotkan persediaan bahan bakar.
Ukuran penumbuk yang disarankan untuk penumbuk diesel ditentukan dengan memilih
penumbuk dengan berat ram sekurang-kurangnya sepertiga berat tiang yang dipancang.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 16


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.5 - Pengoperasian Penumbuk Diesel

Suatu daftar ciri-ciri penumbuk yang berjenis biasa diberikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 - Ciri-ciri dari Penumbuk Tiang


Massa dari Energi Pukulan Tingkat Pemukulan
Rarn Maksimum
(kg) (N-m) (Pukulan per menit)
Buatan Tipe
D12 1 250 31 000 40 - 60
D22 2 700 55 000 40 - 60
Delmag D30 3 000 33 000 - 75 000 39 - 60
(Jerman) D36 3 600 42 000 - 102 000 37 - 53
K13 1 300 37 000 40 - 60
K25 2 500 75 000 39 - 60
Kobe K35 3 500 105 000 39 - 60
(Jepang) K45 4 500 135 000 39 - 60
M14 1 350 36 000 42 - 60
Mitsubishi M23 2 295 60 000 42 ~ 60
(Jepang) M33 3 290 88 500 40 - 60
M43 4 290 1 1 6 000 40 - 60

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 17


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

iv. Topi dan Dollies


Topi
Topi adalah blok baja yang digunakan untuk melindungi kepala tiang pada waktu
memancang. Paking secukupnya diletakkan pada ujung atas topi sebagai bantalan
antara penumbuk dan tiang, dan mendistribusi tumbukan pada seluruh luas kepala
tiang. Ini biasanya disebut 'cap block' meskipun kadang-kadang disebut 'dolly' (lihat
di bawah untuk arti lain dari dolly).
Topi dibuat sesuai dengan jenis tiang yang dipancang dan terdiri atas pelat baja
horizontal setebal 50 mm dengan sisi kotak baja tebal 25 mm diteruskan 300 mm di
atas dan di bawah pelat pukulan (strike plate). Topi harus agak longgar pada tiang
untuk menghindari timbulnya tegangan pada tiang bila tiang berputar pada waktu
pemancangan. Rongga atas kotak/box diisi penuh dengan kayu keras, blok
Novasteen atau Micarta dengan serat ujung terbuka terhadap penumbuk.
Penempatan kayu tidak boleh demikian rupa sehingga penumbuk jatuh tegak lurus
pada serat ujung, yang menyebabkan potongan kayu dapat berpencaran seperti
peluru kecil.
Perlindungan untuk kepala tiang beton dapat diberikan oleh lapisan setebal 50
hingga 75 mm. Ini dapat berupa papan oregon atau pinus atau papan kayu lunak
yang serupa, gulungan tali manila, lapisan sabuk karet, karung goni, karung dari
serbuk gergaji atau lapisan caneite. Tergantung pada lama dan kekuatan tumbukan,
pakking mungkin memerlukan penggantian setelah pemancangan tiap tiang. Tiang
baja atau kayu tidak memerlukan paking pada kepala tiang.
Topi harus mempunyai pegangan pengangkat yang sesuai, guna kemudahan
pemasangan dan pemindahan.
Susunan cap block dan topi yang umum untuk tiang beton terlihat dalam Gambar 2.6.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 18


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.6. - Cap Blok dan Topi Untuk Tiang Beton Pracetak

Dolly

Dolly atau follower adalah sambungan sementara pada tiang untuk memungkinkannya
dipancang di bawah air atau di bawah tanah. Dolly dipasang pada topi di puncak tiang
dan dibuat dari kayu keras (hardword) bulat atau dari baja. Sedapat mungkin
penggunaan dolly harus dihindari karena terjadinya kehilangan tenaga pada dolly dengan
sambungan tiang, dan sendi "bergerak" dapat menyebabkan kehilangan pengendalian
arah.
Beberapa pemandu tiang mempunyai tempat untuk memasang sambungan pendek di
bawah dasar pemandu untuk memungkinkan topi dan penumbuk bergerak ke bawah
melampaui batas normal geraknya. Hal ini dilakukan hanya bila dianggap bahwa tiang
dapat mencapai penurunan (set) yang ditentukan sebelum menembus tanah terlalu
dalam untuk dapat disambung.

v. Peralatan Penyemprot Air


Peralatan penyemprot air dapat digunakan untuk membantu penetrasi tiang dalam tanah
pasir padat.
Pipa baja ditekan masuk di samping tiang, pada saat tiang dipancang, serta dihubungkan
dengan sumber air. Pipa biasanya berdiameter 30 hingga 50 mm dengan nozzle 10
hingga 15 mm pada ujung bawahnya.
Penyemprot (Jet) ditempatkan pada ujung tiang untuk menggemburkan tanah .di bawah
tiang sehingga memungkinkan tiang menembus tanah dengan berat sendiri atau dengan
pemancangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 19


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pipa dapat dipasang sentris ke dalam tiang beton pracetak untuk mengarahkan air
kepada empat (4) jet, satu pada tiap sisi pada ujung yang mengecil (tapered point). Pipa
diberi bengkokan 90° kira-kira satu meter di bawah kepala tiang untuk penyediaan air
bertekanan kepada jet.
Penyemprotan harus dihentikan kira-kira 0,5 m di atas kedudukan ujung akhir dan saat
tiang dipancang pada posisi akhir.
Tingkat aliran air yang cocok untuk penyemprotan sebesar 7.5 liter per detik per nozzle
pada tekanan 70 kPa diukur pada nozzle.

b. Pengeboran Awal (Pre-boring)


Pengeboran awal lubang dengan bor mekanis sekarang merupakan prosedur biasa
untuk membantu pondasi tiang pada kedalaman yang ditentukan dan untuk
mendapatkan ketepatan lebih besar dalam pemancangan. Kegiatan pengeboran
harus dilakukan dengan ketepatan letak, arah vertikal dan kemiringan dan untuk
kedalaman yang telah ditentukan. Diameter lubang tidak boleh lebih besar dari pada
ukuran diagonal tiang dikurangi 50 mm. Pengeboran melebihi kedalaman (over
depth) harus dihindari. Kedalaman akhir mungkin harus ditentukan dengan
percobaan. Tujuannya adalah mencapai kalendering yang ditentukan, bilamana
ujung tiang mencapai kedalaman yang direncanakan. Lazimnya pengeboran awal
berhenti satu meter di atas kedalaman ujung tiang rencana. Pada akhir
pemancangan, lubang-lubang di sekeliling tiang diisi pasir bersih, diisi menggunakan
sekop, sambil disemprot atau digenangi air.

c. Alat Untuk Tiang yang Dicor di tempat

i. Tiang yang Dipancang dan Dicor Ditempat


Peralatan untuk pemancangan dan peralatan yang digunakan untuk tiang yang
dicor setempat serupa dalam beberapa hal dengan jenis yang telah dijelaskan
tetapi seringkali dibuat modifikasi untuk menyesuaikan dengan persyaratan
khusus dari jenis yang digunakan untuk tiang yang berbeda pabrik.
Pipa pancang terbuat dari komponen berat, biasanya dirancang untuk dipancang
dari atas oleh penumbuk jatuh atau diesel, tetapi tiang Franki dipancang
menggunakan penumbuk jatuh internal. Pemandu (Leader) dari kerangka tiang
sering disesuaikan untuk memasukan pengarah (guide) untuk wadah
pengecoran.
Tiang selubung baja, yang dirancang untuk diisi beton, lebih efektif bila
dipancang dengan penumbuk yang beroperasi dari atas dari pada oleh penumbuk

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 20


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

jatuh bebas internal yang bekerja pada beton penyumbat di dasar. Selain itu tiang
pancang yang dipancangkan dari atas dapat dipancang dengan ujung terbuka,
yang dapat mengurangi daya dukung ujung (end bearing resistance) pada waktu
pemancangan.

ii. Tiang yang Dibor dan Dicor Setempat


Peralatan pengeboran biasanya dinaikan di atas crane atau truck tetapi kadang-
kadang dipergunakan juga peralatan yang dinaikan di atas tongkang/ponton
(barge) atau sled khusus. Kedalaman lubang dibatasi oleh panjang "kelly bar"
(batang yang menyangga alat penggali pada dasar lubang), sehingga biasanya
diambil nilai kedalaman maksimum 50 m.
Kedalaman dan diameter lubang yang dapat dibor tergantung pada sistem
pengeboran yang dipakai dan tenaga peralatan bornya. Penggali berputar (rotary)
dengan memakai mata bor dan ember bor (drilling bucket) adalah cara yang
paling cepat dan ekonomis bila keadaan tanahnya memungkinkan. Cara ini cocok
untuk memasang tiang yang dibor dalam tanah lempung dan dapat dipakai untuk
penggalian terbuka (open) atau dilapisi (lined), atau untuk penggunaan bentonite
pada batuan lunak dan pada bahan selain batuan.
Berbagai jenis bucket tersedia untuk pemakaian dengan bor berputar (rotary)
jenis standar mempunyai bukaan pisau sekop (scoop blade) dengan gigi yang
keluar (projecting). Bucket batuan mempunyai bukaan besar yang direncanakan
untuk mengambil batuan yang pecah akibat tumbukan alat pemotong (chopping
bit) pada kelly bar.
Dasar yang diperlebar dapat dipotong dengan memutar belling bucket di dalam
lubang berpinggiran lurus yang telah dibor sebelurnnya.
Peralatan pengeboran dengan putaran khusus diperlukan untuk pengeboran pada
batuan. Suatu pilihan lain adalah peralatan kabel (cable tool), yang menggunakan
pahat batu, ember penciduk (bailing) untuk membuang bahan-bahan cair (slurry)
dan penciduk bercengkeram (dam shell grabs) (alat menggali dan menciduk).
Terdapat beberapa jenis peralatan tersedia yang dapat disesuaikan dengan
penggunaannya, dan peralatan demikian mempunyai keuntungan yaitu dapat
beroperasi pada penggalian yang dalam.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 21


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

2.3.3. TIANG PANCANG BETON

a. Umum
Beton dapat disesuaikan untuk penggunaan yang luas pada jenis-jenis tiang. Beton
dapat dipakai dalam bentuk pracetak pada tiang pancang atau dipakai pada tiang yang
dibor. Beton yang padat dan mampat dapat tahan terhadap pemancangan yang keras,
dan menahan serangan zat-zat agresif dalam tanah atau di air. Akan tetapi pada tiang
pracetak, beton cenderung mengalami kerusakan (yang mungkin tidak terlihat) pada
kondisi pemancangan yang keras. Beton yang lemah pada tiang yang dicor in-situ
kemungkinan akan hancur bila terdapat bahan-bahan agresif di dalam tanah atau air.
Suatu kerugian lain dari tiang beton adalah sulitnya untuk disambung dibandingkan
dengan pipa baja. Pada sebagian besar proyek-proyek, panjang tiang yang diperlukan
tidak diketahui sampai pemancangan sebenarnya berlangsung. Tiang yang perlu
diperpanjang biasanya tidak dapat diselesaikan sampai ada sambungan baru yang
dicor dan dirawat (sekurang-kurangnya 20 hari) dan tiang dapat dipancang kembali.

b. Pembuatan Tiang
Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat
dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan
pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus
ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu
dan sesudah pengecoran: Suatu landasan beton masif sering digunakan. Susunan ini
terlihat pada Gambar 3.7
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk
menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan.
Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton
di antara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan
menggunakan alat 'pemotong' untuk meniadakan bercak-bercak keropos (honey
comb).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 22


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.7 - Susunan Pencetakan untuk Tiang Beton

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera
mungkin dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung
dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan
pada kubus beton menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus
dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk
melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau
baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat
penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan
sangat berhati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau
awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan membesar akibat tegangan pada saat
pemancangan.
Tiang harus ditandai dengan jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang dan
tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa
pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar.
Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang
menggunakan terpal atau lembaran lain.

c. Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak


Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek. Tiang
pancang beton pratekan biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan
pada saat dilepas (induced compressive stress at relase) sebesar antara 4 dan 11
MPa (40-110 kg/cm2).
Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter .hingga 20 meter, berdiameter
hingga 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat
baja pada ujung bagian yang akan disambung.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 23


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

d. Penanganan dan Penyimpanan


Tiang beton bertulang harus diangkat atau dipindahkan dari posisi datar (horizontal)
dengan cara mengangkat pada dua titik yang ditandai dengan jelas sejauh seperlima
panjangnya dari tiap ujung (atau posisi lain yang ditetapkan dalam Gambar). Tiang
harus ditangani secara hati-hati tanpa benturan gerakan tiba-tiba. Biasanya perlu
petunjuk khusus untuk penanganan dan penumpukan tiang yang sangat panjang
(lebih dari 15 meter).
Tiang tidak boleh ditumpuk lebih dari tiga lapis dan harus diperhatikan agar tidak terjadi
penurunan tanah lebih-lebih pada waktu musim hujan. Tiang harus dipisahkan satu
sama lain oleh penahan (bearers} yang diletakkan tegak lurus di atas tiang bawahnya.
Tiang harus ditopang di bawah titik angkat pada waktu diangkat, dan bila tiang akan
ditumpuk satu di atas yang lainnya untuk transport (atau penyimpanan), penting bahwa
pembungkus (packer) kayu ditempatkan secara vertikal satu di atas yang lainnya. Ini
akan meniadakan retak akibat tegangan pada tiang (tiang-tiang) bawah akibat lenturan,
seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.8.
Tiang dengan panjang berbeda tidak boleh ditumpuk bersama-sama. Tiang beton
bertulang harus dipindahkan atau ditumpuk dengan kedua sisi berlainan vertikal atau
horisontal. Crane mobil atau peralatan lain yang sesuai dipergunakan untuk
memindahkan tiang dari lokasi penumpukan tiang ke lokasi jembatan untuk
penempatan dan pemancangan, dengan cara menyangga pada dua titik selama
perjalanan seperti dijelaskan di atas.

Gambar 2.8 - Penumpukkan Tiang Beton

Sebelum pengangkatan, tiang pancang beton diberi tanda pada interval 250
mm. Tiang pendek, dengan panjang kurang dari 15 m, ditempatkan pada
posisinya dari titik ketiga teratas, dengan ujung bawah tiang (toe) menopang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 24


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

pada tanah, dengan berhati-hati agar toe dari tiang tidak membentur atau
mengenai permukaan tanah yang tidak rata. Tiang yang panjang diangkat dari
kedua titik kelima, kecuali jika diberi petunjuk yang lain. Ujung toe tidak
mengenai tanah dan berangsur-angsur diturunkan sampai tiang hampir tegak.
Tali ujung dipakai untuk menghindari benturan dengan kerangka atau
pemandu (leader). Pengangkatan terakhir harus dilakukan dengan bantuan tali
baja pada tiang dekat kepala. Untuk tiang yang sangat panjang, suatu halter
dengan desain yang sesuai mungkin diperlukan. Dalam hal ini gambar-gambar
akan disediakan oleh Pimpro/Engineer.

e. Penyambungan dan Perpanjangan


Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang
beton. Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling
mudah, karena sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui
selama pemancangan. Panjang sambungan normal untuk penulangan dan
pekerjaan beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus
dapat menahan tegangan tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan
dan harus mampu meneruskan (transmit) momen di dalam tiang melewati
sambungan. Meskipun sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan
(misalnya sambungan Herkules "jenis sekrup"), sambungan tersebut tidak lazim
dipakai di Indonesia. Cara yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah
pemakaian lengan baja di atas dan di bawah tempat sambungan. Beberapa tiang
mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam beton yang memungkinkan
penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada segmen atas
dan bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di lokasi.
Keuntungan dari pada lengan baja atau pelat yang dilas adalah bahwa tiang dapat
dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting untuk
diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cocok satu sama lain sedekat
mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy
akan menutupi/mengkompensasikan kekurangcocokan tersebut.
Lebih baik (bila menggunakan lengan baja), untuk memasukan dan merekat (epoxy)
batang dowel ke dalam lubang yang dibor pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal
ini akan memungkinkan terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat sambungan,
sesuai dengan anggapan perencana.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 25


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.9, 2.10, 2.11, 2.12, 2.13 dan 2.14 memperlihatkan cara lain penyambungan
tiang pancang beton.

Gambar 2.9 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan

Gambar 2.10 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 26


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.11 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Gambar 2.12 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 27


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.13 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Gambar 2.14 - Tipikal Sambungan Tiang Pancang Beton

Bilamana penyambungan harus dilakukan dengan cara membobok beton dan


menyambung tulangan bagian atas dengan bagian bawah, maka penting untuk
diperiksa dengan teliti yaitu daerah di dekat kepala tiang yang telah dipancang, apakah
ada kerusakan. Jika keretakan dan pecahan telah terjadi, beton di atas 0.5 meter dari

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 28


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

puncak tiang harus dibuang dan penulangan dipotong secukupnya. Pada


pemancangan yang sangat keras, bagian sepanjang 1 meter dari puncak mungkin
terpengaruh. Batang-batang tulangan pada masing-masing bagian harus dilas ujung
(butt welded), dan suatu batang tulangan yang berdiameter 12 atau 16 mm dilas fillet
pada batang tulangan atas dan bawah. Daerah di antara tiang-tiang kemudian dibentuk
(formed up) dan beton dicor. Kelemahan pada sistem penyambungan ini adalah tiang
bagian atas harus ditopang secara tepat dan kaku hingga sambungan cukup kuat, dan
tiang yang diperpanjang tidak dapat dipancang hingga sambungan memiliki kekuatan
tekan yang disyaratkan di dalam Spesifikasi Teknik.
Penggunaan batang pasak tunggal dan lubang (recess) untuk penyambungan tidak
disarankan. Sambungan tekan sederhana ini tidak dapat menahan kecenderungan
satu segmen tiang bergeser keluar garis jika menemui halangan, dan tidak dapat
meneruskan momen lewat sambungan.

Gambar 2.15 - Sambungan Tiang Pancang Beton

2.3.4 TIANG PANCANG BAJA

a. Umum
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat dan ringan untuk ditangani, mempunyai
kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan
tanah keras, dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga
mencapai . lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 29


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau
diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing
stratum).
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus
mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang
dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada
ujung tiang ( pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat
lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian
beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya
ditinggalkan di dalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).

b. Fabrikasi
Pipa baja biasanya disediakan dalam bentuk jadi. Pipa dibentuk tanpa lipatan, dilas
spiral atau dilas tangkup. Jika perlu panjang dapat disambung sebelum pemancangan
dan ukuran panjang tambahan dapat disambung dengan mudah sesuai kebutuhan.
Untuk membuat suatu tiang dengan ujung tertutup, pipa tiang sering dipotong dan dilas
sehingga membentuk ujung runcing, seperti terlihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 - Fabrikasi ujung tertutup pada tiang

c. Penyambungan
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi,
dan harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus diuji secara
visual dan dengan cara 'non destructive'.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 30


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang yang
dipancang, untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang
sukar dilas.
Tidak ada masalah pada penyambungan pipa baja, yang penting hanya pengelasan
dan waktu yang digunakan untuk mengelas sambungan bukan merupakan gangguan
yang berarti bagi pemancangan. Akan tetapi penting untuk menahan/memegang pipa
sambungan tiang pada alinemen yang benar ketika pengelasan berlangsung,dan untuk
mempertahankan celah (gap) yang tepat. Peralatan penahan ditempat (jigs and
fixtures) harus digunakan untuk mencapai hal ini. Potongan-potorigan batang
penulangan (kira-kira sepanjang 200 mm) yang dilas sebagai pegangan (lugs) di dalam
pipa akan menandai perpanjangan dan tiang yang telah dipancang. Sambungan yang
dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja)
biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.

Dua contoh tipikal sambungan tiang baja seperti terlihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 - Tipikal Sambungan Tiang Baja

d. Pengecoran Dalam Tiang


Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang
dipancang di dalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan
(reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang
penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk
mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 31


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang
yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak
harus dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.
Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini
dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian
luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan
berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang
setiap 90° di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau
2,5 meter menurut arah memanjang tiang.

2.3.5 TIANG YANG DIPANCANG

a. Umum
Baik alat pancang bergerak (mobile) maupun tetap untuk pemancangan tiang lazim
digunakan di Indonesia. Jenis penumbuk yang paling sering digunakan adalah
penumbuk diesel. Penumbuk jatuh bebas jarang digunakan untuk memasang tiang
yang tetap pada proyek jembatan.
Tiang pancang kepala jembatan (abutment) sering dipancang sebelum dilakukan
penghamparan tanah/bahan pengisi untuk timbunan oprit. Hal ini merupakan praktek
yang buruk, dan dapat menimbulkan pengurangan kapasitas daya dukung tiang yang
berarti..
Bahan timbunan (embankment) sulit dipadatkan dengan benar di sekitar tiang dalam
kelompok (hal ini sangat sukar untuk dicapai, terutama pada daerah di bawah kepala
jembatan itu sendiri), bahan timbunan akan turun (settle) di sekeliling tiang.
Penurunan ini akan menyebabkan tarikan ke bawah (downdrag) pada tiang, sebagai
tambahan beban vertikal pada tiang akibat beban dari bangunan. Harus diusahakan
agar bahan timbunan dihampar secepat mungkin untuk menghindari masalah ini. Jika
bahan pengisi timbunan dalam jumlah besar akan ditempatkan pada kepala
jembatan, harus dipertimbangkan pembebanan pendahuluan dari timbunan dengan
bahan tambahan (setinggi 2 atau 3 meter). Bahan ini kemudian di tinggal ditempat
selama beberapa bulan untuk mempercepat penurunan timbunan, dan bahan
tambahan kemudian dipindahkan sebelum pemancangan tiang.

b. Penempatan (Pitching)
Catatan lain mengenai penanganan dan penempatan tiang terdapat pada Bab 2.3.1
dan 2.3.3.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 32


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pengawas (Konsultan Supervisi) harus memeriksa pangaturan tiang secara bebas


tidak tergantung pada Kontraktor.
Sebaiknya suatu lubang dangkal digali pada lokasi tiap tiang untuk memudahkan
penentuan posisi dari ujung (tip) tiang pada waktu penempatan tiang.
Bilamana tiang dipancang dengan kemiringan yang curam, penumbuk akan cenderung
menggulingkan kerangka (frame) tiang pada waktu penempatan karena letaknya yang
tinggi pada pemandu (leader). Dalam hal demikian, stabilitas dari kerangka harus di
periksa dan, jika perlu, ditambahkan pemberat pada bagian depan kerangka (baja atau
beton), atau kerangka diikat dengan rantai pada bagian depan.
Jika dipakai suatu sistem pemandu gantung, yaitu di mana pemandu digantungkan dari
pengait (hook) pada crane, seperangkat tali penahan (guy wire) dan katrol tipe tirfor
harus dipakai untuk menempatkan ujung pemandu secara tepat. Tali penahan harus
dipasang dengan erat pada angker yang sesuai. Tali dapat dipakai untuk memperbaiki
secukupnya kemiringan tiang pada tahap-tahap awal pemancangan.
Tiang beton dengan panjang hingga 15 meter dapat ditempatkan dengan memakai tali
tunggal pada titik ketiga dari ujung.
Setelah tiang ditempatkan dan berada pada posisinya di bawah penumbuk, pengawas
harus memeriksa tiang itu untuk kemiringan atau ketegakannya. Ini dapat dilakukan
dengan memakai sifat datar (spirit level) panjang dan unting-unting.

c. Prosedur Pemancangan
Pada tahap awal pemancangan tiang pancang beton bertulang, pukulan penumbuk
(hammer) harus dikendalikan sehingga menghasilkan penetrasi per pukulan tidak lebih
dari 60 mm. Pukulan yang berat dalam tanah lunak dapat menyebabkan retak (tension
Cracking). Dengan bertambahnya ketahanan (resistance), pukulan harus diperbesar
dengan memelihara penetrasi kira-kira 50 mm per pukulan sampai pukulan maximum
yang diizinkan dicapai.
Pemancangan dilanjutkan sampai tiang mencapai penurunan (set) yang ditentukan dan
sampai ujung tiang mencapai kedalaman rencana atau seperti yang dilakukan pada
tiang percobaan, pemancangan dilanjutkan sampai tiang mencapai nominal refusal.
Menurut ketentuan Spesifikasi Teknik, ini berarti penetrasi tidak lebih dari 25 mm untuk
20 pukulan beruntun dengan tenaga pemancangan yang ditentukan. Untuk
mendapatkan dudukan kokoh pada batuan, refusal (penolakan) untuk tiang baja sering
diambil sebagai penetrasi netto 6mm atau kurang untuk 5 pukulan terakhir.
Jika tiang telah dipancang hingga 1 meter dari tanah dan tidak ada tanda-tanda
bahwa penurunan yang diharapkan tidak akan terjadi maka pemancangan harus
dihentikan dan sisa tiang dibiarkan di atas permukaan tanah untuk memungkinkan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 33


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

penyambungan (splicing) dengan mudah. Jika tiang terlihat perlu ditinggikan ke atas,
maka pemancangan dapat dilanjutkan dengan memakai dolly atau follower.
Seringkali pemancangan dihentikan (misalnya untuk memasang sambungan). Jika
pemancangan dilanjutkan, penetrasi per pukulan mungkin jauh lebih kecil dari pada
saat pemancangan terhenti. Tekanan pori, yang melicinkan tiang sudah berkurang
sehingga pemancangan kembali menjadi sulit. Tidak ada alasan untuk memperbesar
pukulan melebihi dl atas maksimum yang diizinkan. Setelah jumlah pukulan yang
cukup, tiang biasanya akan bergerak kembali. Dengan penumbuk diesel, waktu yang
tertunda dalam mengatasi daya lawan adalah sangat kecil.
Setiap usaha harus dilakukan untuk menghindari terhentinya pemancangan.
Pengukuran penurunan ("set") harus dilakukan pada akhir pemancangan, dan bukan
setelah pemancangan istirahat untuk waktu yang panjang.

d. Pemancangan
Beberapa catatan pada pengoperasian pemancangan tiang terdapat di bawah ini:
 Tiang pancang miring yang dipancang dari pemandu (leader) biasanya bergerak
ke arah kemirinyan yang lebih datar dari pada kemiringan pada saat
penempatan. Jika hal ini terjadi, lebih balk mengantisipasi arahnya dan
menyesuaikan arah penempatannya (pitch) sebelum dipancang. Tiang pancang
beton sama sekali tidak boleh ditarik untuk memperbaiki deviasi dari kemiringan
rencana. Tiang pancang harus dicabut dan dipancang kembali, jika perlu
dilakukan tindakan perbaikan.
 Gambar-gambar menunjukkan lokasi rencana tiang miring (raker pile) di sisi
bawah beton kopel tiang (pile cap). Titik di mana tiang miring masuk ke tanah
tergantung pada perbedaan tinggi sisi bawah beton kopel tiang dan permukaan
tanah, dan kemiringan tiang (lihat Gambar 2.18).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 34


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Gambar 2.18 - Penyesuaian Ketinggian Tiang untuk Tiang Miring

Pada tanah kering biasanya dipersiapkan daerah kerja yang datar pada lokasi
pilar. Titik masuk tiap tiang kemudian dapat dipatok dengan mudah. Untuk
beton kopel tiang di dalam tanah, sebaiknya diusahakan penggalian hingga sisi
bawah beton kopel tiang, sebelum pemancangan dimulai. Akan tetapi, bila ini
tidak mungkin dan tanah tetap tidak rata, titik masuk (point of entry) dapat
dipatok setelah menentukan tinggi permukaan asli.
Pada waktu pemancangan tiang miring dari tongkang/ponton (barge), lokasi
dapat ditentukan dengan menggunakan theodolite untuk menentukan garis, dan
sebaiknya peralatan pengukuran jarak elektronis (electronic distance
measuring-EDM) untuk lokasinya. Jika peralatan EDM tidak tersedia, dapat
digunakan pita ukur atau pita baja dengan koreksi yang sesuai untuk suhu,
lendutan (sag) dan sebagainya, sehingga ketepatannya dapat dijamin.
Panjang yang diukur dari tiang yang miring dalam arah garis tengah
longitudinal, harus dihitung untuk ketinggian di mana dilakukan pengukuran.
Untuk tiang yang miring secara melintang terhadap garis tengah, posisi dari
theodolit pada base line harus dihitung untuk ketinggihan tiang yang ditentukan
sebelumnya. Bilamana memancang dari tongkang/ponton, tiang disetel dengan
beratnya didukung oleh tongkang. Bila ujung tiang (toe) diturunkan pada dasar
sungai, tongkang akan terangkat karena berpindahnya beban dari tongkang ke
tiang. Posisi tiang pada permukaan harus diperiksa sebelum pemancangan
dimulai.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 35


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Naik turunnya tongkang akibat pengaruh pasang surut dapat juga merubah
kemiringan tiang pada tahap-tahap awal pemancangan. Oleh karena itu sampai
tiang tertanam dengan baik, kemiringan harus diperiksa secara teratur dan
dikoreksi dengan cara menggeser tongkang/ ponton. Pada waktu yang sama,
posisi tiang harus diperiksa dengan pengukuran.
 Tiang pancang pada tebing yang curam sering bergerak kearah sungai. Jika hal
ini terjadi, tiang harus ditempatkan agak miring untuk mengimbangi gerakan ini.
 Perhatian khusus diberikan sebelum dan selama penumbukan pertama
sehingga ketepatan pemancangan dapat dijamin. Sumbu penumbukan harus
konsentris dengan sumbu tiang yang ditempatkan. Oleh karena itu kerangka
tiang harus dipelihara dalam kondisi yang baik, dan pengarah penumbuk harus
selurus mungkin pada keseluruhan panjangnya.
 Bila tiang keluar dari arahnya pada tahap-tahap awal pemancangan, keadaan
ini dapat diperbaiki dengan sedikit memindahkan kerangka tiang. Dengan tiang
beton, prosedur ini sebaiknya tidak dilakukan setelah beberapa pukulan
pertama penumbuk, karena tiang dapat retak dengan mudah dalam posisi ini.
Koreksi mungkin dilakukan dengan menggunakan tali pemandu atau pengikat
dalam arah yang benar, tetapi bila tiang terlalu keluar garis/arah, prosedur yang
biasa dilakukan adalah mencabutnya, mengisi lubang dengan pasir atau bahan
serupa (dengan memadatlcan bahan lapis demi lapis) dan mencoba
memancangnya lagi dengan sudut yang benar. Biasanya ada kecenderungan
tiang akan mengikuti lubang lama.
 Jika cara di atas kurang memuaskan, atau tiang tidak dapat dicabut (tidak
terdapat peralatan untuk pencabutan, atau tiang telah dipancang terlalu dalam
untuk dapat dicabut) yang praktis yang biasa adalah dengan memancang tiang
lain di samping tiang pertama dan memperpanjang pile cap.
 Pada jenis tanah tertentu, terutama bila butiran berukuran kasar, tidak kedap air
(pervious) dan jenuh, tiang akan tampak terdorong ke atas dengan perlawanan
yang diperlukan. Akan tetapi setetah jangka waktu yang pendek (dibawah 24
jam), tiang akan kehilangan sampai 40 persen dari perlawanannya untuk
pemancangan. Hal ini disebabkan oleh pemadatan material di sekitar tiang pada
waktu pemancangan, tetapi bila pemancangan dihentikan material
berkesempatan menyerap air dan menyesuaikan diri kembali. Jika ini terjadi,
tiang harus dipancang kembali. Oleh karena itu praktek yang baik bila kondisi
demikian diperkirakan akan terjadi, adalah dengan cara menghentikan
pemancangan dan menunggu 12 hingga 18 jam sebelum dicoba kembali. Jika

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 36


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

tiang tidak bergerak dengan beberapa pukulan pertama penumbuk, dapat


dianggap bahwa situasi di atas tidak terjadi.
 Jika terdapat keraguan mengenai kemampuan tiang untuk mendukung beban,
pengawas harus menginstruksikan pengujian beban. Hal ini penting, terutama
bila belum pernah dilakukan uji tiang, baik pada waktu tahap perencanaan atau
sebelum dimulainya pemasangan tiang tetap (lihat Bab 2.1.5)
 Dalam situasi tertentu, tiang dapat terangkat kembali (rebound) untuk suatu
panjang yang perlu diperhatikan, sampai 300 mm atau lebih. Hal ini mungkin
disebabkan oleh pemancangan melalui aquifer. Pada situasi demikian, cara
pemancangan tiang harus dirubah. Satu atau dua pukulan pada tiang harus
diikuti oleh masa tunggu sampai tekanan pori tersebar pada saat mana dapat
dilakukan satu atau dua pukulan lagi. Proses ini harus dilanjutlcan sampai ujung
tiang telah menembus batas bawah dari aquifer.
 Bilamana memancang tiang beton, pukulan penumbuk pada tahap awal
pemancangan harus demikian sehingga penetrasi pada tiap pukulan tidak lebih
dari 50 mm. Pukulan keras pada tanah lunak akan menghasilkan retakan akibat
tegangan tarik. Hal ini kadang-kadang dapat ditandai dengan adanya kepulan
debu kira-kira sepertiga dari panjang tiang diukur dari puncak tiang.
 Pakailah packing yang sesuai dan memadai pada topi (helmet) dan periksa
packing sebelum memancang masing-masing tiang. Gantilah packing bila perlu.
 Jika terdapat tanda-tanda keretakan tiang, pemancangan harus dihentikan. Jika
ada keraguan mengenai besarnya keretakan, dapat diuji dengan menuang
seember air di atas retakan tersebut, sementara dilakukan pukulan terhadap
tiang. Bila air keluar dari retakan, diikuti oleh adukan cair (slurry), hal ini
menandakan bahwa retakan cukup serius sehingga pemancangan harus
dihentikan.
 Pengamatan terhadap tiang setelah ditempatkan, dapat dicapai dengan salah
satu oari dua cara. Cara yang lebih mudah adalah dengan membidik lewat dua
tali vertikal yang digantung di dekat tempat itu. Ini akan menunjukkan bahwa
tiang tetap vertikal tetapi tidak menjamin pengalihan (displacement) lateral.
Cara yang lebih tepat adalah dengan pembidikan melalui dua theodolit yang
dipasang saling tegak lurus. Ini akan memperingatkan bila tiang beralih dari
vertikal atau bergeser secara lateral.
 Pergeseran (drifting) dari tiang dapat diperbaiki dengan penyemprotan (jetting),
tetapi pada umumnya tidak dapat dikoreksi tanpa menimbulkan kerusakan pada
tiang.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 37


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

 Tiang Beton pratekan dan tiang beton bertulang khususnya sulit untuk
dipancang melalui pasir. Gerakan membilas dengan semprotan air dari pipa
yang tertanam dalam tiang atau yang dipaksa turun di samping tiang,
memudahkan masuknya tiang ke dalam tanah. Akan tetapi, penyemprotan tidak
efektif pada tanah lempung dan tanah kelempungan.
Penyemprotan hanya dapat digunakan bilamana dimungkinkan mendapat
volume besar air di permukaan, dan pada umumnya menimbulkan lokasi yang
kurang rapi.
Penyemprotan harus merata untuk mencegah ujung tiang keluar dari arah garis.
Lebih baik memakai pipa semprot pada setiap sisi, dari pada memakai pipa
tunggal. Pipa semprot harus berdiameter 37.5 mm hingga 50 mm, berakhir
pada ujung (nozzle) atau fishtail yang mempunyai potongan melintang lebih
kecil.
Jika penyemprotan pra-pengeboran di pakai, pastikan bahwa ujung tiang
mempunyai dudukan yang baik dengan perlawanan tanah yang memadai pada
ujungnya sebelum memakai tenaga pemancangan penuh.
Pemancangan dan penyemprotan tidak boleh dilakukan secara bersamaan.
 Keamanan pekerjaan harus diperhatikan setiap saat pada waktu pemancangan.
Khususnya hal-hal berikut ini harus di perhatikan :
o Pakailah helm keamanan setiap saat pada saat pelaksanaan pemancangan.
Hal ini sangat penting untuk personil yang mencatat penetrasi dan
penurunan akhir.
o Pastikan dengan seksama sambungan yang dipilin dan baut dikerjakan
dengan benar, atau baji yang dipakai untuk memasang tiang pada trip atau
penumbuk. JANGAN MENGGUNAKAN PENJEPIT TALI. Ikatkan baut pin
sehingga tidak lepas.
o Pastikan bahwa tangga akses dan panggung dalam kondisi baik.
o Bila menggantung penumbuk pada pemandu, pastikan bahwa cukup
disokong oleh balok atau pengikat tali kawat baja atau cara lain yang
ditentukan oleh pabrik, meskipun tali katrol masih terpasang pada
penumbuk.
o Bila menempatkan tiang, harus diingat bahwa pengangkatannya berat dan
agak sulit, dan harus dijamin keselamatan pekerja setiap saat.
 Bila sejumlah tiang harus dipancang dalam kelompok, pemancangan tiang
pertama akan mempengaruhi pemancangan tiang berikutnya. Hal ini khusus
berlaku bila tiang dipancang dalam pasir padat. Pada kondisi demikian, tiap
tiang yang dipancang akan tertanam lebih dangkal dari pada tiang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 38


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

sebelumnya. Pada umumnya pemancangan kelompok tiang dalam tanah pasir


harus dimulai dengan tiang yang paling dekat pada pusat kelompok,
kemudian berlanjut semakin keluar.

e. Tiang Percobaan
Tiang percobaan adalah tiang yang dipancang sebelum tiang tetap untuk mengetahui
bagaimana perilaku tiang tetap pada waktu pemancangan. Informasi dari tiang
percobaan dapat membantu perencana dalam melengkapi keterangan pemboran dan
penyondiran. Tiang percobaan yang dipancang pada awal kontrak dapat memberi
keterangan kepada engineer dan Kontraktor mengenai panjang tiang yang
direncanakan. Hal ini penting terutama pada waktu tiang beton akan dicetak di tempat.
Tiang percobaan dapat mamastikan panjang pencetakan landasan tiang-tiang dan
apakah diperlukan tambahan panjang untuk penyambungan.
Tiang percobaan seringkali merupakan tiang permanen yang pertama. Kontraktor akan
dibayar sesuai dengan harga satuan untuk pemancangan tiang, dan sebagai extra
untuk pemancangan tambahan yang melebihi permukaan rencana nominal, serta
sambungan dan sebagainya bila diperlukan.
Bila tiang uji tersembul ke atas di atas kedalaman perkiraan akan terjadi penghematan
biaya yang besar untuk pembuatan serta penempatan tiang-tiang sisa.
Bila tiang masuk melebihi kedalaman yang diperkirakan, banyak waktu yang dihemat
dengan meniadakan keperluan penyambungan tiap tiang, karena tiang dapat dicetak
dengan ukuran yang lebih panjang (sampai maksimum 15 meter).
Jelas bahwa penghematan tersebut akan tercapai hanya bila tiang uji ditafsirkan
dengan benar, dan tiang-tiang lainnya berperilaku sama seperti tiang uji.
Bila informasi pengeboran dan penyondiran konsisten pada lokasi itu, Tabel 3.5 dapat
dijadikan pedoman untuk interpretasi tiang percobaan. Harus diingat bahwa untuk tiang
yang dipancang dalam kelompok, tiang pertama akan masuk paling dalam sedangkan
sisanya akan mencuat keatas pada kedalaman lebih dangkal.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 39


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Tabel 2.5 - Interpretasi Tiang Uji


R.L. Ujung dari Jarak dari Ujung Tiang hingga Tindakan yang disarankan
Tiang Kontrak R.L.
Jauh Lebih dari 15 m Pertimbangkan kembali informasi
dibawah pengeboran dari jenis Pondasi.
Kontrak R.L.
5 sampai 15 m Periksa informasi pengeboran. Jika
kedalaman tambahan dapat dijelas-kan,
ambil ujung tiang percobaan sebagai
Kontrak baru.
1 sampai 5 m Ambil ujung tiang percobaan sebagai
Kontrak RL baru.
Mendekati Dibawah 1 m sampai diatas 1 m Tidak ada perubahan pada Kontrak R.L.
Kontrak R.L.
Diatas 1 sampai 3 m Ambil ujung tiang percobaan sebagai
Kontrak RL baru.
Jauh diatas Pemancangan minimal pada Ambil ujung tiang percobaan sebagai
Kontrak R.L. bahan – 5 m Kontrak RL baru.
Kurang dari 5 m pemancangan Periksa informasi pengeboran.
pada bahan Pertimbangkan kembali jenis pondasi.

2.3.6 TIANG YANG DIBOR DAN DICOR SETEMPAT

a. Umum
Tiang yang dibor adalah tiang yang tidak dipancang (non-displacement), yang
dipasang dengan cara membuang tanah melalui suatu proses pengeboran (lihat Bab
2.3.2.c.ii), kemudian membuat tiang dengan pengecoran beton, atau bahan bangunan
lain, di dalam lubang bor. Bentuk yang paling sederhana yaitu mengebor lubang tanpa
dilapis kemudian mengisinya dengan beton. Akan tetapi seringkali akan timbul masalah
(misalnya kondisi tanah sulit, adanya air dan sebagainya), dan lubang harus diperkuat
sebelum pengecoran, biasanya dengan pemasangan pipa baja.
Pemasangan tiang yang dibor membutuhkan peralatan khusus, dan kebanyakan
pekerjaan ini di sub-kontrakkan kepada kontraktor spesialis pengeboran pondasi.
Terdapat dua sumber permasalahan utama pada tiang yang dibor.
Persoalan pertama adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mudah
longsor. Persoalan ini dapat diatasi dengan memasang pelapis (liner) atau membor
dengan menggunakan cairan pemboran seperti bentonite. Cara pertama lebih umum
digunakan di Indonesia.
Yang kedua adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mengandung batuan
besar. Dalam hal ini penggeboran tidak akan dapat menembus batuan dan diperlukan
sejenis pahat batuan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 40


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

Pada tanah yang stabil, suatu lubang yang tidak dilapisi dapat dibor dengan tangan
atau bor mesin.
Jika diperlukan perkuatan, jalinan tulangan ringan dipasang dalam lubang kemudian
dicor dengan beton. Pada beberapa jenis tanah diperlukan casing untuk mendukung
sisi lubang bor.
Atas dasar pertimbangan ekonomi dan kebutuhan mendapatkan hambatan lekat (skin
friction) pada tiang (shaft), biasanya casing akan dicabut pada saat pengecoran atau
sesudahnya. Prosedur ini memerlukan perhatian dan pengerjaan yang sungguh-
sungguh untuk mencegah beton terangkat oleh casing yang dapat menimbulkan
rongga dalam shaft atau masuknya longsoran tanah.
Penulangan pada tiang yang dibor perlu untuk melawan gaya angkat tiang. Jarak
(spacing) antara batang tulangan harus cukup besar sehingga dapat dijamin bahwa
beton tidak terhambat di antara batang.

b. Pengeboran
Berbagai jenis ember (bucket) tersedia untuk dipakai dengan peralatan bor putar. Jenis
standar biasanya mempunyai bukaan berbentuk pisau sekop yang dilengkapi dengan
gigi yang keluar. Ember untuk batu-batuan mempunyai bukaan besar yang dirancang
untuk mengambil batuan yang dipecah oleh naik turunnya alat pemotong (chopping bit)
pada kelly. Seringkali alat bor diluncurkan dari crane, dan suatu alat berbentuk roket
dengan pemecah yang berat digunakan untuk memecah batuan dengan cara
menjatuhkannya pada batuan. Cara lain adalah dengan menggunakan bor khusus
dengan gigi pemotong batu. Cara terakhir ini lebih mahal dan memerlukan unit
penggerak lebih kuat untuk pengeboran.
Meskipun tiang yang dibor dapat dipasang dengan kemiringan, terdapat masalah bila
bor meleset keluar garis di luar ujung pipa. Hal ini akan membuat penarikan bor sulit
dilakukan. Tiang yang dibor biasanya dipasang secara vertikal.

c. Penggalian
Penggalian pada tiang yang dibor biasanya merupakan bagian integral dari proses
pengeboran pada saat mengebor tanah. Tanah dihilangkan dari mata bor spiral dengan
memutarkannya setelah alat ditarik dari tanah. Mata bor menerus akan mengangkut
tanah dari ujung bor ke permukaan tanah tanpa mengganggu proses pengeboran.
Penggalian batuan biasanya dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat-
alat yang dipasang khusus.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 41


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

d. Dasar yang Diperlebar


Beberapa sistem tiang yang dibor memungkinkan dasar tiang diperlebar setelah
pengeboran selesai. Dasar tiang yang diperlebar menambah kapasitas daya dukung
tiang pada fondasi, terutama pada lempung keras (stiff) dan batuan lemah.
Pelebaran dapat dilakukan dengan penggalian tangan atau dengan menggunakan alat
yang dipasang khusus pada mesin bor, yang dilewatkan melalui tabung dan
diameternya mengembang sewaktu menggali di bawah ujung (toe) dari tiang.
Selanjutnya alat dapat ditarik dan dicabut dari tiang. Dasar yang diperlebar di bawah
biasanya diisi beton masif (massa).

e. Rock Socket
Pada lapisan tanah keras, pengeboran dengan mata bor mungkin kurang dapat
dilakukan sehingga perlu digunakan pahat batu khusus untuk mendapatkan penetrasi
yang cukup. Suatu rock socket memberikan tahanan yang tinggi terhadap gaya lateral
dan mungkin diperlukan pada keadaan tertentu (lihat Gambar 2.19).

Gambar 2.19 - Rock Socket untuk Tiang yang Dibor

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 42


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

2.3.7 TANAH YANG SULIT DAN HALANGAN-HALANGAN

a. Tanah Seragam (Uniform) Yang Keras


Lapisan batuan lempung (claystone) dan beberapa shale yang dapat dibor dengan
mudah, mungkin sukar untuk dipancang. Dalam hal demikian pengeboran
pendahuluan (pre-boring), merupakan prasyarat pemancangan tiang.

b. Kerikil
Kerikil aluvial atau kerikil berlapis lempung-pasir mungkin sukar ditembus dengan
tiang pancang, dan mungkin memerlukan pemboran pendahuluan dengan peralatan
khusus dan penggunaan pelindung (casing) sementara atau yang dapat ditinggal
pada lubang untuk mencapai kedalaman yang diperlukan. Bahan tersebut mungkin
juga memerlukan pemecahan khusus untuk pemancangan, misalnya perubahan tiang
pancang beton menjadi baja, atau penggunaan tiang dicor setempat (cast-in-situ)

c. Pasir
Pasir murni dapat merupakan bahan yang paling sukar ditembus dengan tiang
pancang. Metoda penyemprotan (jetting piles) tiang mungkin satu-satunya pemecahan
untuk mencapai kedalaman yang ditentukan.

d. Kayu yang Tertanam


Adanya balok kayu yang tertanam di dalam tanah diketahui bila terjadi tiang naik
kembali pada waktu pemancangan. Kayu tersebut perlu dipindahkan atau dapat
dipecah dengan pahat (chisel) baja yang berat. Dalam kondisi tertentu, kayu dapat
dipecahkan dengan ledakan kecil. Pilihan terakhir adalah memindahkan tiang pondasi
untuk menghindari halangan tersebut.

e. Floater (Batuan yang Terpisah)


Floater adalah batuan keras terpisah yang bukan bagian dari strata itu. Jalan untuk
mengatasi halangan ini adalah sama dengan untuk kayu yang tertanam.

f. Gaya Geser Negatif (Down Drag)


Gaya geser negatif terjadi pada tiang setelah pemancangan bilamana tanah
disekitarnya turun relatif terhadap tiang. Biasanya penurunan dapat bertambah bila
timbunan pada embankment ditambah setelah pemancangan tiang melalui
embankment itu selesai. Gaya geser negatif dapat juga terjadi jika permukaan air
tanah turun. Gaya geser negatif cenderung mengurangi kapasitas beban maksimum

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 43


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

yang diizinkan pada tiang. Penimbunan tanah pada kepala jembatan harus
diselesaikan jauh sebelum pemancangan tiang.

g. Terangkat (Heave)
Pemancangan tiang dalam kelompok dapat menyebabkan permukaan tanah terangkat,
selain itu akan menyebabkan uplift pada tiang akibat pemancangan dari tiang-tiang di
sampingnya.
Pemeriksaan ketinggian harus dilakukan pada tiap tiang setelah pemancangan dan
sekali lagi setelah pemancangan tiang-tiang yang berdekatan. Bila ada tiang yang
terangkat dengan ketinggian yang berarti, tiang itu harus dipancang kembali sesuai
dengan kedalaman aslinya.

2.4. PONDASI CAISSON

Pondasi sumuran adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan
permanen dan terdiri atas satu atau lebih sumur vertikal. Pondasi ini terbuat dari baja,
beton bertulang, atau bagian-bagian beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap
menjadi satu.

2.4.2. UMUM

Beton biasanya digunakan karena beratnya dapat membantu menurunkan struktur ini
sampai pada kedalaman yang diperlukan.
Sebagian besar pondasi caisson di Indonesia berupa konstruksi beton yang dicor di
tempat dengan dinding yang relatif tebal menurut segmen-segmen dengan ukuran
tinggi 1,5 hingga 2,5 meter, diameter luar 2,5 meter dan diturunkan dengan menggali
sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton pada sumuran memberikan gaya
vertikal untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah dengan beton, dan dengan
demikian caisson dapat turun.

2.4.3 BETON YANG DICOR SETEMPAT

a. Pematokan
Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan
oleh sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 44


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran
itu berada di luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan
pekerjaan untuk memperbesar kepala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan
beban vertikal dari bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus
ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik
referensi tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen
baru akan mempunyai alinemen yang benar sepanjang sumbu vertikal. Hal ini
penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak
(keluar dari) vertikal. Secara ideal, kemiringan ini harus diperbaiki sebelum
penambahan segmen berikutnya.

b. Penggalian Pendahuluan
Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk
memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan diturunkan. Sisi-sisi galian ini
harus sedapat mungkin vertikal.

c. Pencetakan Segmen-segmen Beton


Cukup banyak bagian beton yang harus dicetak terlebih dahulu untuk memungkinkan
sumuran dapat mulai turun. Balok kayu harus ditempatkan secara radial (keluar dari
pusat) di bawah sisi miring (cutting edge) sumuran, dan segmen-segmen beton
ditambahkan sampai balok dekat pusat sumuran mulai terangkat.
Permukaan luar dari beton harus dibuat sehalus mungkin.

d. Penggalian
Bila sumuran akan diturunkan dan dipasang di daratan, pembuatan cincin sumuran
dilakukan di atas acuan kayu yang dapat dilepas jika penurunan akan dimulai. Struktur
dibuat di atas tanah sampai kayu penyangga (yang diatur secara radial/terpusat)
memperlihatkan tanda-tanda terangkat. Pengambilan kayu kemudian dilakukan dengan
urutan berselang-seling (staggered) untuk menghindari penurunan yang tidak merata,
dan dilakukan secara hati-hati karena gerakan yang tiba-tiba dari kayu dapat
membahayakan. Penggalian dilanjutkan dengan tangan sehingga sumuran turun
secara merata pada seluruh bidang luasnya.
Dalam hal sumuran diturunkan dalam air, sumuran harus dibuat sebagian, kemudian
diluncurkan dan ditempatkan pada posisi yang benar. Sumuran kecil dapat dibuat pada

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 45


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

perancah bangunan di lokasi, kemudian diturunkan ke air menggunakan suspension


tackle agar proses penurunan dapat dikendalikan.
Penggalian harus berlangsung secara seragam sekeliling sumuran. Kontraktor harus
memastikan bahwa telah cukup diadakan pengaturan untuk mengangkut tanah dari
dalam sumuran. Jalan naik (ramp) dan jalan setapak yang sesuai harus disediakan.
Lebih baik bila material dapat diangkut ke daerah pembuangan tanpa penanganan dua
kali.
Penggalian berlebihan di bawah ujung sumuran harus dihindari. Penggalian Material
hanya diperlukan secukupnya untuk memungkinkan sumuran turun.
Cara penggalian yang biasa dilakukan dengan menggunakan tenaga manual serta
sistem tali dan ember (buchket) untuk menggali bagian dalam sumuran. Pemompaan
air dari sumuran dilakukan dengan menggunakan pompa yang memadai yang
diletakkan di atas sumuran.
Ketegakan (verticality) dari sumuran harus selalu diperhatikan, terutama pada tahap
awal, oleh karena lebih mudah meluruskannya daripada bila sumuran telah semakin
dalam. Jika sumuran miring ke satu sisi, galian harus dilakukan pada sisi yang tinggi
sampai sumbu sudah lurus lagi, tetapi harus dijaga agar sumuran tidak terguling dari
sisi ke sisi lain karena koreksi yang berlebihan dari kemiringan-kemiringan kecil.
Alinemen sumbu yang benar pada tiap-tiap penambahan ketinggian diperoleh dengan
pematokan yang tepat.
Sumuran kadang-kadang dilaksanakan dengan mula-mula menggali lobang hingga
kedalaman yang diperlukan. Cincin Sumuran kemudian dibentuk pada kedua sisinya
dan digunakan untuk membuat lantai kerja dan beton cyclop. Satu masalah yang
berhubungan dengan cara ini adalah memastikan stabilitas tebing galian pada saat
pekerja sedang bekerja di dalam lobang galian.
Jika lubang digali dengan hati-hati untuk memperkecil kemungkinan longsor, tidak
perlu membentuk bagian luar sumuran, dan beton dapat dicor langsung pada galian.
Cara ini lebih dikehendaki daripada membentuk bagian luar sumuran dan pengisian
(backfilling) ruang antara sumuran dan tanah.
Dalam beberapa kasus telah dijumpai bahwa konstraktor menggali fondasi sumuran
pada batuan keras. Pada kondisi demikian harus dipertimbangkan jenis fondasi
telapak, yang dikunci pada batuan dengan kunci geser atau dengan menggunakan
batang dowel, akan lebih mudah daripada membuat sumuran pada batuan.
Pengawas harus memastikan bahwa dasar sumuran telah diperiksa kedatarannya pada
saat penggalian telah selesai, dan sebelum pengecoran beton dimulai oleh kontraktor.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 46


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab II Pekerjaan Pondasi

e. Pengeluaran Air
Pengeluaran air harus dilakukan dengan menggunakan pompa dengan kondisi yang
baik. Penting diperhatikan bahwa pembuangan air harus cukup jauh dari sumuran
untuk mencegah erosi di luar sumuran. Talang, pipa, atau lebih baik selang yang lentur
digunakan untuk mengalirkan air ke luar. Kontraktor harus memiliki sekurangnya
sebuah pompa cadangan untuk menjaga terhadap terjadinya kerusakan.

g. Menambah Segmen Beton


Segmen tambahan digunakan bila diperlukan, untuk memberikan beban vertikal
tambahan atau pada saat sumuran hampir mendekati perrnukaan tanah yang ada.
Penulangan harus dibuat menerus sepanjang ketinggian sumuran dan batang tulangan
dengan panjang secukupnya harus dibiarkan keluar segmen untuk memungkinkan
penyambungan batang berikutnya dengan baik.
Konstruksi sambungan antar segmen harus dibentuk sehingga tidak terjadi alinemen
yang salah antara bidang atas dan bawah. Hal ini memerlukan standar acuan yang
lebih tinggi dari pada yang biasa digunakan dalam pembuatan sumuran.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II - 47


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

BAB III
KONSTRUKSI BETON

3.1 UMUM

Bab ini meliputi aspek-aspek mengenai beton dari persiapan acuan dan pemasangan
penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada acuannya.

3.2. ACUAN DAN PERANCAH

Plastisitas beton muda memungkinkan beton itu untuk dibentuk menjadi suatu bentuk
struktur yang diinginkan. Adanya ketidak tepatan atau kegagalan acuan akan terlihat
pada struktur beton yang dihasilkan. Oleh karena itu penting untuk merancang dan
membuat acuan yang akurat sehingga ukuran, bentuk, posisi dan penyelesaian struktur
yang dicor dapat dicapai.

3.2.1. UMUM

Acuan sendiri adalah bangunan sementara yang diperlukan untuk memikul, selain
beratnya sendiri, beban dan tekanan dari beton baru yang diletakkan dan beban-beban
konstruksi seperti: bahan-bahan, peralatan dan pekerja. Acuan harus dirancang dan
dibangun untuk memikul semua beban ini tanpa adanya kerusakan atau lendutan yang
berlebihan.

3.2.2 ACUAN

a. Perencanaan
Sekali beban telah diperhitungkan, acuan direncanakan dengan menggunakan metode
perencanaan kayu konvensional. Bila sifat-sifat kayu tidak diketahui, perkiraan dari
tegangan-tegangan yang diijinkan, modulus elastisitas, dan sebagainya harus dibuat.
Disayangkan bahwa akan terdapat kemungkinan ketidak tepatan yang tinggi kecuali
jika golongan kayu diketahui.
Perencanaan harus dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perencanaan Jembatan Bina
Marga yang baru atau NI - 5 (PKKI 1961 ) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

b. Bahan-bahan
Kualitas dari bahan acuan akan menentukan suatu tingkat kualitas dan penyelesaian
beton seperti bentuk, penyelesaian akhir permukaan dan sebagainya.
Acuan untuk permukaan yang terlihat (bagian depan kepala jembatan, beton pinggir
jalan, bagian luar tembok sayap dan sejenisnya) harus dilapis plywood:
Kayu yang dipakai sebagai penopang dan penjepit bermacam-macam kualitasnya dan
sering terlalu kecil ukurannya untuk mengatasi kelebihan lendutan.
Kontraktor tidak sering menggunakan suatu sistem penguat acuan (untuk menahan
gaya horizontal dalam acuan) tetapi mengandalkan pada penopang luar.

c. Konstruksi
Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan satu set gambar kerja kepada Konsultan Supervisi.
Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada Spesifikasi Teknik sehubungan
dengan:
 Material
 Desain
 Persiapan acuan untuk pengecoran
 Pembongkaran acuan
 Penyelesaian beton yang tampak/expose
 Pemeriksaan terhadap acuan
 Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran
acuan dan sebagainya.
Gambar-gambar pelaksanaan harus terperinci (di mana dapat diterapkan) :
 Nilai-nilai asumsi dari beban hidup
 Kecepatan pengecoran beton dan urutannya
 Suhu beton
 Tinggi jatuh beton kedalam acuan
 Berat dari peralatan bergerak yang beroperasi
 Diagram lawan lendut
 Material acuan
 Ukuran, panjang, toleransi dan detail sambungan
 Angker, penopang dan penguat
 Penyesuaian lapangan dan acuan pada waktu pengecoran beton
 Penahan air, keyway dan insert yang diperlukan untuk pemasangan
kemudian daripada bahan pelaksanaan.
 Perancah kerja dan jembatan kerja

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

 Weephole atau lubang vibrator dimana perlu


 Screed dan grade strip dan pendukungnya
 Pelat pembongkar, dimana pembongkaran dapat merusak beton.
 Detail dari ikatan dan spreader, termasuk pembongkarannya
 Lubang pembersihan dan lubang sementara untuk pengecoran beton.
 Sambungan pelaksanaan, sambungan kontrol dan sambungan
pemuaian
 Strip alur untuk sudut-sudut yang tampak
 Penyediaan fondasi untuk acuan, misalnya pelat alas
 Lapisan acuan atau lapisan khusus
 Catatan mengenai saluran dan pipa yang tertanam
 Detail dari penopang
 Penyediaan khusus untuk keamanan dan perlindungan dari debu,
matahari, api dan sebagainya.

d. Pengaw asan
Pekerjaan pengawas termasuk empat kategori:
1 . Pengendalian - Pengawas harus memastikan bahwa semua acuan dibuat
sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan gambar pelaksanaan, dan ia harus
memeriksa bahwa semua ukuran masuk dalam batas-batas toleransi yang
diijinkan.
2. Perencanaan - Kontraktor harus merencanakan pekerjaan sehingga dapat
tercapai program yang efisien dari perakitan, pengecoran, pembongkaran dan
pemasangan kembali, dan Konsultan Supervisi harus memeriksa usul-usul
Kontraktor.
3. Keamanan - Pengawas harus memastikan bahwa Kontraktor mengambil
tindakan keamanan yang cukup untuk melindungi pekerja. Beberapa
kekurangan yang dapat menimbulkan kegagalan acuan adalah sebagai berikut:
 Pembongkaran acuan atau penopang yang terlalu dini
 Penguat yang kurang memadai
 Kegagalan untuk mengontrol tingkat pengecoran beton pada acuan yang
dalam
 Kegagalan untuk mengatur pengecoran beton pada acuan horizontal
secara benar, untuk mencegah pembebanan yang tidak seimbang
 Kegagalan memeriksa footing perancah untuk mencegah penurunan
pada tanah yang tidak stabil.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 3


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

 Kegagalan memeriksa acuan pada waktu pengecoran untuk mendeteksi


adanya lendutan abnormal atau tanda-tanda akan terjadinya kegagalan
mendatang.
 Kegagalan persiapan terhadap tekanan lateral pada acuan.
 Penopang tidak lurus/tegak
 Kurang persiapan terhadap gaya pengangkatan (uplift)
 Kawat/tali yang rusak pada pengikat atau penopang
 Kegagalan memeriksa apabila gambar-gambar ditafsirkan dengan benar
 Under design

4. Pengerjaan - Selain ketepatan ukuran secara umum dan keamanan, beberapa


hal mengenai pengerjaan yang perlu diperhatikan adalah:
 Ruas sambungan atau sambungan pada selubung, panel kayu lapis dan
penguat harus berselang-seling.
 Harus terdapat jumlah dan tempat yang benar dari batang pengikat atau
penjepit.
 Batang pengikat atau penjepit harus dikencangkan dengan benar karena
penggetar beton dapat mudah melepaskan sambungan yang diikat
 Penyambungan penopang dan penahan pada joint, stringer dan wales
harus cukup untuk melawan gaya angkat (uplift) atau puntiran pada
sambungan.
 Lapisan penutup acuan harus dipasang sebelum penempatan
penulangan dan tidak boleh digunakan dalam jumlah sedemikian rupa
sehingga mengenai batang tulangan.
 Bulkhead untuk ruas sambungan sebaiknya dibuat dengan membelah
bulkhead pada garis arah penulangan yang melaluinya sehingga tiap
bagian bulkhead dapat diletakkan dan diambil secara terpisah.
 Insert dengan pengecilan ujungnya yang membentuk keyway pada
sambungan susut harus dibiarkan tetap ditempat pada waktu acuan
dibongkar, dan diambil setelah beton telah dirawat secukupnya.
 Insert kayu untuk treatment arsitektur harus dibelah sebagian dengan
gergaji sehingga memungkinkan pemuaian/mengembang (swelling)
tanpa memberi tekanan pada beton.
 Pembebanan pada pelat baru harus dihindari pada hari pertama setelah
pengecoran.
 Acuan tidak boleh diperlakukan dengan kasar atau dibebani berlebih jika
hendak dipakai kembali.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 4


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

 Untuk mempermudah pengambilannya, pengecilan pada insert harus


sekurangnya 1 banding 10.

e. Persiapan Acuan Untuk Beton

Pembersihan
Segala debu, adukan, serpihan kayu, serbuk gergaji dan sebagainya harus dibuang
dari acuan sebelum pengecoran dimulai. Jika dasar acuan tidak dapat dijangkau, harus
disediakan lubang-lubang pembersih pada titik-titik yang sesuai sehingga dapat
dilakukan pembersihan tersebut. Suatu semprotan udara atau air seringkali dapat
dipakai secara efektif untuk menghilangkan kotoran. Semua lubang pembersih tersebut
harus ditutup dengan hati-hati setelah membersihkan acuan.

Pemakaian Bahan Pelepas (Minyak Acuan)


Sebagian besar bahan acuan memerlukan lapisan bahan pelepas pada permukaan
yang akan terkena beton. Berikut adalah persyaratan untuk bahan pelepas:
 Dapat bertindak sebagai campuran pemisah untuk memudahkan pelepasan
acuan dengan mudah tanpa lekatan beton pada permukaannya.
 Dapat bertindak sebagai penutup (sealer) sehingga mencegah acuan
menyerap air beton.
 Tidak akan melunturkan atau merubah bentuk permukaan beton.
 Tidak akan meninggalkan bahan pada permukaan yang akan mencegah
adhesi (lekatan) dari plester, cat atau bahan lain yang diberikan kemudian.
 Tidak akan mengurangi umur efektif dari acuan.
Terdapat beberapa bahan seperti pelapis plastik yang tidak memerlukan bahan
pelepas, dan bahan lain yang hanya memerlukan pembasahan untuk memudahkan
pelepasan. Akan tetapi untuk sebagian besar bahan akan lebih mudah bila memakai
bahan pelepas yang sesuai.

Jenis jenis Bahan Pelepas


Bahan pelepas (juga dikenal sebagai minyak acuan atau minyak cetakan) pada
umumnya berupa minyak murni (neat oil), krem cetakan (air yang diemulsi menjadi
wahana minyak), emulsi yang larut air (minyak yang diemulsi menjadi wahana air) atau
minyak murni (neat oil) dengan bahan tambahan (bahan surfacing atau wetting).
Minyak acuan yang terdapat di pasaran untuk acuan kayu harus mampu menembus
kayu secukupnya, dengan hanya meninggalkan bekas yang sedikit berminyak pada
permukaan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 5


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Kayu keras dapat mengandung tannin sehingga menyebabkan pengerasan tertunda


(retarded). Bila kondisi ini terlihat, dapat diperbaiki dengan memberikan bilasan semen
sebelum menggunakan lapisan minyak acuan.
Selain minyak acuan yang dijual bebas, minyak diesel atau minyak linseed yang diberi
minyak tanah dapat dipakai untuk acuan kayu lapis. Kayu lapis dapat diberi lapisan
shellac, pernis, produk dengan dasar resin, atau campuran plastik yang hampir
seluruhnya menghilangkan air dari kayu lapis, sehingga mencegah serat naik. Lapisan
demikian hanya memerlukan pemberian minyak yang sedikit.

Acuan Baja
Minyak acuan yang dapat digunakan dengan baik pada kayu mungkin tidak selalu
cocok untuk acuan baja. Minyak acuan dengan dasar parafin, dan minyak berdasar
minyak bumi (petroleum) dicampur dengan minyak sintetis, silikon atau grafit, telah
berhasil digunakan dengan baik.

Pemberian Lapisan
Lapisan permukaan harus diberikan pada permukaan yang bersih dan halus dengan
cara-cara seperti dirol, disemprot, dilap dan sebagainya, tergantung pada jenis
pelapisnya. Penutupan harus secara penuh dan seragam untuk pelepasan dan
penampilan yang baik. Tidak diperbolehkan adanya lapisan berlebih untuk melunturi
beton. Minyak acuan yang sangat encer tidak boleh dipakai dalam cuaca panas pada
acuan vertikal yang kedap air seperti baja karena minyak cenderung mengalir,
mengakibatkan adhesi dipuncak dan minyak berlebih pada bagian bawah.
Bilamana mungkin, acuan harus dilapisi sebelum pemasangan. Jika hal ini tidak
mungkin, pemberian lapisan harus mendahului penempatan penulangan sehingga baja
bebas dari bahan pelapis. Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan juga harus
bebas dari minyak acuan.

f. Penyesuaian Acuan
Sebelum Pengecoran :
1 . Alat-alat harus dipasang pada acuan yang ditopang dan ditempat lain
seperlunya, untuk memudahkan deteksi dan pengukuran gerakan pada acuan
pada waktu pengecoran.

2. Baji yang dipakai untuk alinemen akhir sebelum pengecoran harus dipasang
tetap pada posisinya (misalnya dengan pemakuan) setelah pemeriksaan akhir.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 6


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

3. Peralatan penyesuaian (baji atau dongkrak) harus disediakan untuk


memungkinkan alinemen kembali atau penyesuaian kembali pada perancah bila
terjadi penurunan atau pergeseran yang berlebih.
Biasanya akan sangat sulit/hampir tidak mungkin untuk meluruskan kembali pada
acuan yang mengandung beton.

Pada Waktu dan Setelah Pengecoran


Kerataan (level), lawan lendut dan ketegakan dari acuan harus selalu diperiksa serta
harus segera dibuat - penyesuaian-penyesuaian. Pada waktu pengecoran, penting
untuk menugaskan seorang tukang kayu untuk selalu memperhatikan acuannya,
mengencangkan baji, menyesuaikan penguat dan mencari titik-titik lemah. la harus
dapat bertindak cepat bila terjadi keadaan darurat.
Bila pada waktu pengecoran terjadi kelemahan dan perancah mengalami penurunan
berlebih atau perubahan bentuk sebelum kelemahan dapat dikoreksi, pekerjaan harus
dihentikan, bangunan yang terpengaruh harus dipindahkan bila rusak, dan kemudian
perancah harus diperkuat.

g. Penyelesaian luar Acuan


Biasanya akan ekonomis bila bahan struktur acuan disiapkan juga untuk penyelesaian
permukaan. Jika diperlukan ciri-ciri khusus seperti kehalusan, pola, tekstur, detail kecil
dan sebagainya yang diperlukan pada penyelesaian, harus memperhatikan dengan
benar pemilihan material acuan dan konstruksi acuan.
Permukaan kontak sangat penting pada penyelesaian luar acuan. Bahan pelapis atau
selubung yang dipakai menentukan ciri-ciri permukaan.

Permukaan Halus
Kebanyakan bahan penutup dan pelapis tersedia dengan kelas yang cukup halus untuk
dapat membentuk permukaan beton yang bebas noda. Pilihan yang tepat akan minyak
acuan atau pelapis sangat penting untuk menghasilkan kehalusan yang diinginkan.
Jika permukaan harus bebas dari bekas-bekas penutup, sambungan antara papan
atau panel harus diisi atau ditutup. Hampir tidak mungkin untuk menghilangkan bekas-
bekas yang terjadi oleh penyambungan panel yang halus dari acuan. Jika acuan atau
pelapis dapat menutupi seluruh jarak antara sambungan kontrol, sambungan antara
unit-unit akan kurang terlihat.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 7


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

h. Lantai Acuan Gelegar Baja


Suatu metode yang dapat diterima yang menggunakan sistem bentuk pengikatan
dimana komponen yang terdekat dengan permukaan beton dapat diambil dan lubang
yang terbentuk diisi dengan beton seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 - Sistim Bentuk Kerb Yang Dapat Diterima

Suatu metode umumn tetapi tidak memuaskan untuk acuan kerb bergantung pada
gelegar baja jembatan seperti terlihat pada Gambar 3.2
Metode ini tidak boleh digunakan seperti halnya kawat yang menghubungkan
permukaan beton ke 'shear connector' menjadikan sebagai jalan rembesan
kelembaban ke dalam beton dan akan terjadi karbonisasi beton dan membuat korosi
pada penulangan lantai kendaraan.

Gambar 3.2 – Sistim acuan kerb yang salah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 8


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

i. Bahan untuk Acuan


(a) Kayu lapis (plywood) tahan air untuk pemakaian luar (exterior) adalah bahan
acuan kayu yang terbaik. Biasanya permukaan bahan ini mempunyai plastik
sehingga menghasilkan permukaan yang halus dan mempunyai ketahanan.
Dengan cara penggunaan yang hati-hati bahan ini dapat dipakai kembali hingga
20 kali. Plywood harus diluruskan dengan alur pada papan luar tegak lurus
terhadap stud atau sambungan untuk kekuatan dan kekakuan yang maksimum.
(b) Papan kayu juga dipakai sebagai permukaan acuan tetapi tidak menghasilkan
permukaan yang baik pada beton setelah dilepas. Papan yang digunakan di
Indonesia sering mempunyai lebar tidak seragam dan sulit untuk ditutup (seal).
(c) Acuan kayu tepi. Acuan tepi yang non-struktural dapat digunakan pada acuan
kayu bangunan (struktural). Tipe demikian termasuk hard board kayu ( 6 mm )
dan lapis tahan air yang dipakukan pada papan penahan dengan paku kepala
datar. Ini merupakan alternatif yang praktis untuk (a) diatas bilamana papan
kayu dipakai untuk acuan pelat lantai.
(d) Papan Partikel Tahan air (200 mm). Bahan ini lebih murah daripada acuan lapis
tetapi jumlah pemakaian kembali sangat terbatas. Seharusnya tidak dipakai
untuk acuan permukaan yang tampak, dimana diperlukan penyelesaian
permukaan yang halus.
(e) Acuan Baja. Sering kali dibuat dengan sasaran tertentu (purpose built) di mana
diharapkan pemakaian kembali dalam frekwensi yang besar, sampai 200 kali
atau lebih, dan biayanya dapat seimbang. Bila penyelesaian permukaannya
diutamakan, baja tersebut harus disemprot (blast) dengan ringan dan dirawat
untuk mencegah berkaratnya baja.
Baja atau pelat untuk acuan masih mempunyai lendutan, yang semakin besar oleh
pemakaian yang berulang-ulang. Baja memantulkan dengan jelas faktor-faktor seperti
jarak antara stud, las tack, las pelat, angka/huruf yang dicat atau ditulis pada
permukaan, dan setelah pemakaian kembali juga pola serpihan sisik pabrik akan
tampak pada beton. Hal demikian lebih jelas terlihat bilamana cahaya menyinari
permukaan beton atau dipantulkan dari air.
Untuk mendapatkan hasil yang balk, detail praktis berikut harus diperhatikan:
 Lembaran dengan bentang bersih lebih dari 300 mm disarankan untuk tidak
digunakan pada pekerjaan yang dituntut berkualitas baik.
 Pengelasan harus sesedikit mungkin.
 Semua pengelasan harus dilakukan dengan batang las berkualitas sangat ringan.
 Pengelasan dilakukan dengan urutan yang memperkecil distorsi.
 Perlu diingat bahwa lembaran atau pelat baja tidak selalu datar sama sekali.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 9


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

 Perekatan di antara acuan baja sulit dilakukan. Mungkin perlu menggunakan pita
perekat dari karet.
 Perlu digunakan larutan pelepas (release agent) yang mencegah karat.
Beberapa macam panel baja serbaguna tersedia di pasaran. Salah satu jenis adalah
panel acuan dinding dan pelat serba guna, terdiri dari kayu lapis disisipkan dalam
rangka baja dan yang dapat diganti. Sistem ini telah banyak digunakan pada konstruksi
dinding penahan tanah dan cocok digunakan untuk pembentukan daerah yang luas,
datar, tidak terganggu di mana sambungan diperbolehkan.

j. Melepaskan dan Menggunakan Kembali Acuan


Acuan sebaiknya dibuat dalam bentuk panel-panel untuk memudahkan penanganannya.
Acuan harus diberi cukup baji dan pita untuk memudahkan pembongkaran sehingga
dapat dilakukan tanpa merusak beton. Bila mungkin, acuan harus tetap lurus pada saat
digunakan kembali.

k. Pengikat Acuan (ties)


Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan terhadap pengikat acuan adalah :
 Persyaratan kekuatan
 Perkiraan pemakaian kembali
 Kemudahan serta kecepatan memasang dan membongkar
 Pengaruh penyelesaian permukaan.
Pengikat acuan harus dilepas sama sekali, atau tidak boleh meninggalkan sisa bagian
logam dalam batas 40 mm dari permukaan, atau dalam batas selimut beton yang
disyaratkan, diambil yang lebih besar. Pengikat acuan yang lazim (tipikal) dapat dilihat
pada Gambar 3.3
Pada permukaan lebar seperti pada tembok penahan atau pilar, pengikat harus diberi
jarak antara yang teratur supaya tampak simetris.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 10


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.3 - Pengikat Acuan Tipikal

l. Larutan Pelepas (release agent)


Acuan harus dilumuri secara tipis, larutan pelepas sebelum atau sesudah acuan itu
dipasang, tetapi harus sebelum pemasangan tulangan. Minyak untuk acuan tidak boleh
mengenai tulangan atau permukaan beton pada konstruksi sambungan. Hanya minyak
dan pelumas yang telah disetujui kesesuaiannya dapat digunakan untuk acuan beton.
Sebagian besar minyak dan pelumas untuk pemakaian umum tidak dapat digunakan
karena mengandung zat yang dapat merusak beton.
Harus dihindari pemakaian minyak acuan yang terlalu banyak karena ini dapat
menyebabkan penumpukan minyak pada beberapa bagian acuan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 11


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

m. Pembongkaran dan Pembersihan


Acuan tidak boleh dibongkar sampai beton telah mencapai kekuatan yang disyaratkan,
yang ditentukan melalui pengujian, atau setelah melampaui jangka waktu tertentu.
Acuan harus selalu dibersihkan, diminyaki dan ditumpuk dengan hati-hati pada waktu
tidak dipakai. Dengan cara yang sama, peralatan acuan lainnya harus diperiksa
terhadap adanya kerusakan, harus diminyaki dan disimpan dalam drum-drum.

3.2.3 SAMBUNGAN (JOINT)

Sambungan antara panel acuan harus rapat air. Jika tidak, kemungkinan akan terjadi
kehilangan kelembaban yang mengakibatkan keropos (honey comb) pada permukaan
beton.
Detail sambungan harus memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
(a) Merekat pinggir kayu lapis (plywood) dengan perekat dan menekan rapat-rapat
sambungan satu sama lain.
(b) Penggunaan pita pengisi sambungan atau produk paten lainnya yang sesuai, yang
menekan secara keras pada rakitan acuan dan oleh karena itu menutupi setiap
ketidak teraturan kecil pada bidang batas.
(c) Bergeraknya konstruksi acuan tersebut akibat tekanan pengerasan beton tidak
boleh merenggangkan sambungan.
(d) Ujung panel yang menonjol harus diperkaku secara merata, sehingga salah satu
sisi sambungan tidak melendut lebih dari yang lainnya pada waktu pengecoran.
Pita (tape) pengisi harus bersifat tidak menyerap (non-absorbent) dengan busa sel
tertutup. Pita dapat mempunyai perekat pada satu sisi dengan penutup kertas atau
plastik. Pemasangan pita pengisi yang umum terdapat pada Gambar 3.4

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 12


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

CORRECT POSITIONING OF FILLER TAPES

Gambar 3.4 - Pemasangan tape pengisi yang umum

3.2.4 PERANCAH

Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering


berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan Supervisi harus memastikan
bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan
beban dari perancah ke dalam tanah.
Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak
melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang
besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara
pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat
dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala
jembatan atau tiang pilar.
Lendutan berlebih pada perancah adalah umum, dan Konsultan Supervisi harus
memastikan bahwa ukuran serta jarak antara dari komponen perancah telah
diperiksa dengan cukup. la harus memastikan bahwa Kontraktor memenuhi
Spesifikasi Teknik dalam hal ini. Tanggung jawab untuk desain dan pemasangan
perancah yang benar. berada dipihak Kontraktor, tetapi Konsultan Supervisi dapat
membantu dengan mengadakan pemeriksaan terhadap usulan-usulan Kontraktor.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 13


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

3.3. PENULANGAN

Penulangan pada konstruksi beton adalah berupa bahan baja yang harus
memenuhi ketentuan mengenai bahan.

3.3.1. BAHAN-BAHAN

Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di dalam


AASHTO M 311 M (ASTM A 615).
Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:
ASSHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat lepas
atau tebal, atau bahan melekat lainnya.
Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan kebanyakan
proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua penulangan.
Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk diameter
berukuran 10 mm dapat diterima.

3.3.2 PENGIRIMAN BAJA

Sebelum pengiriman diterima, harus diperiksa hal-hal berikut:


• Diameter, bentuk, kuantitas tiap jenis, dan jenis bahan yang benar.
• Kerusakan pada batang pada waktu penanganan dan pengangkutan.
• Kebersihan dan kondisi karat.

3.3.3. PENUMPUKAN DI LOKASI

Semua penulangan harus ditumpuk bebas dari tanah pada kayu atau rak dengan
cukup penopang untuk menghindari pembengkokan dan pemuntiran. Harus dicegah
adanya lumpur, minyak, cat dan lain-lain. Penumpukan harus diatur menurut ukuran
dan panjang dengan semua batang yang serupa diberi label dan dikelompokkan
bersama.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 14


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

3.3.4. PEMBENGKOKAN DI LOKASI

Pembengkokan harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan gerakan yang lambat


dan teratur. Pemanasan batang untuk memudahkan pembengkokan hanya boleh
dilakukan dengan persetujuan Engineer. Ukuran yang ditentukan harus dipenuhi,
dengan toleransi tertentu.

3.3.5. PEMBERSIHAN SEBELUM MENGECOR DALAM ACUAN

Karat permukaan yang ringan atau cacat ringan tidak merupakan masalah sehubungan
dengan pelekatan pada beton. Akan tetapi karat permukaan yang berat, seperti yang
diakibatkan oleh penumpukan pada tanah untuk jangka waktu lama, harus dihilangkan
sebelum dipakai. Batang dengan karat yang parah dan dalam tidak boleh dipakai.

3.3.6. PELEKATAN, PENJANGKARAN DAN PENYAMBUNGAN

Efektifnya beton bertulang tergantung pada pelekatan yang memadai antara beton dan
penulangan baja sehingga tegangan dapat dipindahkan dari beton ke baja. Pelekatan
yang baik dapat dicapai dengan memadatkan beton di sekitar batang penulangan yang
bersih. Beton kekuatan lebih tinggi biasanya mempunyai pelekatan baja lebih baik, dan
ulir pada bentuk batang baja tersebut (batang ini disebut batang ulir) meningkatkan
pelekatannya. Batang ulir dapat memiliki kira-kira dua kali kekuatan pelekatan dari
batang biasa, sehingga sebagian besar baja penulangan yang digunakan seharusnya
merupakan batang ulir.
Kawat tarik keras (hard drawn wire) yang dipakai anyaman adalah sangat halus, tetapi
pelekatan dengan jenis penulangan ini jarang kritis, karena jarak yang kecil di antara
kawat menyilang biasanya maksimum 200 mm.
Batang penulangan biasanya diteruskan melewati daerah tegangan tarik dalam
komponen struktur untuk menjamin bahwa batang mempunyai kontak yang cukup
dengan beton di luar daerah tegangan, sehingga kekuatan pelekatan yang memuaskan
dapat berkembang. Jika sulit untuk meneruskan panjang batang, bengkokan atau kait
digunakan untuk mengembangkan pelekatan dengan beton.
Pada pekerjaan beton bertulang, batang-batang tulangan biasanya harus digabungkan
atau disambung untuk menjamin kesinambungan pada seluruh bangunan. Hal ini
memungkinkan perubahan terhadap ukuran batang atau perubahan arah yang harus
dibuat dan juga memastikan pemindahan gaya tarik pada penulangan. Pada dinding

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 15


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

yang tinggi, batang biasanya disambung untuk menghindari adanya batang vertikal
berukuran panjang tanpa sokongan. Hal tersebut sukar ditangani pada waktu membuat
pondasi langsung dan bagian bawah dinding.
Pada umumnya, batang-batang harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
menghindari sambungan yang diadakan pada titik-titik tegangan maksimum.
Sambungan harus berselang-seling di mana mungkin.
Batang-batang yang disambung dengan lewatan harus overlap dengan jarak tertentu.
Spesifikasi Teknik biasanya menyatakan bahwa panjang lewatan harus sejumlah
tertentu diameter batang biasanya sekitar 40 kali diameter batang. Jika batang
dikaitkan, panjang lewatan dapat dikurangi.
Batang yang lewat harus diikat satu sama lain dengan menggunakan kawat pengikat
biasa berdiameter sekitar 1,6 mm.
Batang-batang dapat juga disambung dengan menggunakan penghubung mekanis
yang mempunyai suatu keuntungan yaitu mengurangi padatnya baja pada tempat
overlap. Peralatan tersebut relatif mahal dan jarang dipakai di Indonesia.

3.3.7. SELIMUT (PENUTUP) PENULANGAN

Tebal selimut beton yang memadai pada penulangan sangat penting bagi kekuatan
struktur jangka panjang pada jembatan. Karat baja tulangan sering terlihat pada dasar
pelat lantai yang berhubungan dengan jembatan baru.
Beton di luar penulangan melindungi baja dari pengkaratan atau bahan kimia. Tebal
selimut yang diperlukan tergantung pada sifat penampilan dan sifat dari unsur
struktural.
Bila tidak ada informasi lain, selimut untuk pondasi telapak harus minimum 50 mm,
balok minimum 40 mm dan pelat minimum 30 mm. Jika terdapat nilai yang lain pada
Gambar Rencana, nilai tersebut tentunya yang harus diikuti.
Cara yang paling sederhana serta murah untuk menjamin selimut yang cukup adalah
untuk menggunakan blok pengatur jarak dari beton. Ini dapat dibuat dengan sisa beton
dan kawat pengikat yang dapat diikatkan pada baja horizontal atau vertikal (lihat
Gambar 3.5)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 16


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.5 - Block Pengatur Jarak Beton

Tanggung jawab atas cukupnya selimut. beton pada baja terletak pada Konsuttan
Supervisi. Spesifikasi Teknik cukup jelas dalam hal ini, dan pihak Konsultan Supervisi
harus memeriksa aspek konstruksi beton.
Kontraktor tidak diperbolehkan melakukan pengecoran beton sebelum diadakan suatu
pemeriksaan pra-pengecoran yang lengkap, sampai segala kelemahan dilihat dan
diperbaiki serta persetujuan Engineer diperoleh untuk berlangsungnya pengecoran.

3.3.8. PENEMPATAN DAN PENGIKATAN

Penulangan harus ditempatkan dan diikat sehingga :


 Selimut beton minimum yang disyaratkan, dihasilkan pada semua
muka.
 Batang tulangan tidak akan tergeser oleh pekerja yang berjalan di atas
baja, atau oleh pengecoran beton dan kegiatan pemadatan.
 Batang tulangan tidak akan berpindah tempat oleh pengapungan dari
pembentuk rongga
 Jarak antara (spacing) dan posisi batang tulangan dapat dipenuhi.
Kawat pengikat harus berdiameter sekitar 1 ,6 mm. Biasanya tidak perlu mengikat tiap
titik pertemuan penulangan, tiap dua titik pertemuan biasanya sudah cukup.
Untuk mendapatkan selimut beton yang benar, pengatur jarak (spacer) yang berukuran
sesuai atau dudukan batang tulangan ("bar chair") harus diikat kencang di tempat
kawat. Dudukan dapat dibuat dari plastik (lihat Gambar 5.6) atau blok beton
berkekuatan tinggi dan padat, dipracetak dengan kawat ikatan untuk pengikatan yang
kencang. Cara pengikatan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu penggetaran,
pengatur jarak yang diletakan pada acuan vertikal tidak dapat berputar pada batang di
mana pengatur itu diikat. Jenis pengatur jarak bundar dalam keadaan tertentu dapat
mencegah terjadinya hal ini.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 17


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.6 - Dudukan Batang Plastik untuk Penulangan

Dudukan batang-tulangan (bar chair) dengan penutup (cap), ataupun tanpa penutup,
atau yang terbuat dari kawat hanya boleh dipakai pada beton yang telah dicor, dan
bukan terhadap permukaan yang terbuka terhadap cuaca atau air tanah. Sebaiknya
pemakaian dudukan tersebut dihindari, jika mungkin.
Beberapa dudukan batang plastik berbentuk silinder tertutup mencegah pemadatan
penuh beton di dalam dan di sekitar dudukan itu sendiri, harus dihindari.
Praktek merentangkan kawat pengikat dari tulangan atau penghubung geser (shear
connector) ke bagian luar acuan yang tersebar luas fetapi tidak diperbolehkan dalam
Spesifikasi Teknik. Kawat pengikat akan berkarat dan memungkinkan air masuk beton
dan mempercepat tulangan berkarat serta mengakibatkan pengikisan/ pengelupasan
dari beton.
Jika tulangan akan tertanam sebagian dalam beton, Kontraktor harus memastikan
bahwa terdapat cukup ruang di sekitar batang yang akan ditanam pada pengecoran
kemudian, agar beton dapat menutupi batang secara penuh. Hal ini penting pada
tulangan melintang dan seringkali merupakan masalah pada pengecoran dinding dan
kereb.

3.3.9. PENGELASAN TITIK UNTUK PENULANGAN

Penggunaan pengelasan titik untuk mengencangkan tulangan harus sesedikit mungkin,


atau lebih baik dihindari sama sekali. Cara ini harus mendapat persetujuan Engineer
terlebih dahulu.
Akan tetapi pengelasan titik seringkali dapat memudahkan pemasangan, misalnya
pada prefabrikasi jalinan (cage) tulangan yang besar. Dalam hal demikian-jika
pengelasan disetujui las harus digunakan pada daerah tegangan rendah dari batang
yang jauh dari pembengkokan, dan dilakukan oleh operator las yang berkualifikasi, dan
sesuai persyaratan ANSI/AWS D1.4 Peraturan Pengelasan Bangunan - Baja
Penulangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 18


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

3.4 PENGECORAN BETON

Bab ini meliputi beberapa aspek pengecoran beton secara lebih detail dan menyajikan
beberapa gagasan yang akan membantu sehingga mutu pekerjaan beton dapat
bertambah baik.

Cara-cara Pengecoran
a. Umum
Pada waktu beton dicor harus dijamin bahwa :
1 . Acuan dan penulangan tidak rusak atau berpindah tempat, dan
2. Beton tidak terpisah (segregasi)
Beberapa prosedur pengecoran yang salah tetapi sering dipakai, bersama dengan cara
yang benar dapat terlihat pada Gambar 3.7, 3.8 dan 3.9. Kesemuanya ini cenderung
mengakibatkan pemisahan pada material beton.
Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu
pelaksanaan pengecoran :
(i) Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika
perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan
dengan membuaf beton mengalir.
(ii) Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih
karena dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus
sekecil mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran
jatuh.
(iii) Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila
permukaannya miring.
(iv) Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan
menjauhinya.
(v) Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan
sebelum penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu
pekerjaan yang menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.
Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,
jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan.
Pada .pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai
ketebalan 300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.
(vi) Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,
seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi
sambungan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 19


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

(vii) Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika
tidak, permukaan semen akan tercuci oleh hujan.
(viii) Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat
sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan
permukaan miring.

Gambar 3.7 - Penanganan dan pengangkutan beton menghindari pemisahan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 20


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.8 - Penempatan Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 21


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.9 - Pengecoran pada Acuan yang Dalam dan Ramping

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 22


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

3.4.1. PENGECORAN BETON DI BAWAH AIR

Beton dapat dicor di bawah air dengan pemompaan atau menggunakan tremie (lihat
Gambar 8.10).
Tremie adalah pipa kedap air berdiameter 150-300 mm dengan hopper dipuncak dan
katup atau alat lain di dasarnya yang mencegah air sekitarnya bercampur dengan
beton pada pengecoran awal. Dasar pipa harus terletak pada pondasi pada waktu
pengecoran awal dilakukan dan pipa serta hopper harus sepenuhnya terisi oleh beton
sebelum katup dasar dibuka untuk pengecoran pertama beton. Ujung bawah tremie
harus selalu berada di bawah permukaan beton yang makin meninggi setiap saat.
Tremie harus mampu membuat gerakan terkendali pada ujung cor dalam arah lateral
dan vertikal serta harus dapat diturunkan dengan cepat tiap saat untuk mengurangi
tingkat pengecoran beton. Aliran beton dapat diatur dengan menyesuaikan kedalaman
di mana ujung cor diletakan di bawah permukaan beton yang sudah dicor.
Beton tremie harus dicor secara kontinue. Bila terhenti atau dasar tremie secara tidak
sengaja naik di atas permukaan beton, pengecoran harus dihentikan. Beton kurang
baik yang terdapat pada bagian atas pengecoran harus dibuang, setelah mengeras,
sebelum dilakukan pengecoran tambahan di atasnya. Hal ini memerlukan tenaga
penyelam di tempat yang tidak dapat dikeringkan. Untuk beton tremie dibutuhkan
campuran kaya semen (biasanya beton mutu K225) dengan slump kira-kira 180 mm.
Slump tinggi ini perlu untuk memudahkan aliran beton dalam tremie dan mengisi acuan
dengan penuh, terutama melalui penulangan yang ada. Penggetaran tidak boleh
dilakukan karena dapat mengakibatkan pemisahan dalam beton atau bercampurnya
beton kurang baik di atas, yang masih berhubungan dengan air.
Lapisan atas beton yang dicor dengan pipa tremie di bawah air biasanya bermutu
rendah dan harus dibuang dengan cara menghancurkan beton padat, setelah kering,
sebelum pengecoran diteruskan.
Di mana beton harus dicor pada pondasi yang tertutup air dangkal, pengecoran dimulai
pada salah satu sudut dan air dipindahkan oleh muka beton yang semakin maju.
Jika air mengalir melalui pondasi, air harus dialihkan atau pondasi dipenuhi dan
diperlakukan sebagai pengecoran di bawah air. Cara yang berhasil untuk menyalurkan
aliran melalui dasar adalah memasang pipa pada celah dan menyalurkan pipa melalui
sisi pondasi.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 23


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.10 - Pengecoran Dibawah Air

3.4.2 PEMADATAN BETON

a. Umum
Hanya pekerja berpengalaman yang dapat menggunakan penggetar. Pengawasan
ketat dan instruksi yang jelas harus diberikan pada operator. Mungkin perlu memberi
pelatihan khusus bagi operator penggetar.
Hal-hal berikut harus ditekankan:
 Pemilihan ukuran penggetar yang sesuai dengan pekerjaan. Terlalu kecil mungkin
kurang efektif; bila terlalu besar dapat mencegah penetrasi efektif pada tempat
dengan penulangan yang rapat.
 "Jari-jari pengaruh" vibrator berdiameter 60 mm dalam kondisi kerja yang baik
hanya sekitar 300 mm. Jadi harus ditempatkan dengan jarak antara (spacing)
kurang dari 600 mm untuk menjamin pemadatan penuh.
 Hindari kerusakan pada acuan kayu. Vibrator dapat dilengkapi dengan topi
(penutup) karet untuk mengurangi kerusakan pada acuan tetapi pencegahan paling
baik adalah mempekerjakan operator yang berpengalaman dalam penggunaan
vibrator.
 Getaran akan melepaskan ikatan acuan dan alat pengikat lainnya. Kontra mur dan
pasak pengaman dipakai untuk mencegah hal demikian. Pada waktu pengecoran
beton satu atau dua pekerja harus memeriksa acuan secara menerus (kontinu)
untuk tanda-tanda bahaya, pergerakan, bocoran dsb. Mesin Vibrator kecil berbahan
bakar bensin harus dicegah terguling dengan mengikat atau cara lain.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 24


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

 Kepala Penggetar harus dimasukan secara vertikal, dipegang selama 10 hingga 20


detik sampai gelembung udara hilang, kemudian diangkat keluar dengan perlahan.
 Pada waktu mengecor secara berlapis, penggetar harus menembus kira-kira 150
mm dalam lapisan sebelumnya untuk memastikan sambungan yang baik antara
lapisan yang berdekatan.
 Penggetar cadangan (vibrator standby), dalam kondisi dapat bekerja, harus siap
dipakai jika ada penggetar yang rusak.

b. Pemadatan dengan Tangan


Cara-cara pemadatan biasa terdiri atas pemadat batang, pengetokan dan penyekopan
dengan alat yang memadai. Cara pemadatan ini biasanya lebih rendah mutunya dari
pada pemadatan yang diperoleh dengan penggetar (vibrator).

c. Penggetaran
Meskipun pemadatan dengan tangan dapat menghasilkan hasil yang memuaskan
untuk tujuan-tujuan tertentu, pemakaian vibrator memungkinkan penggunaan
campuran yang lebih kering, dan menghasilkan kekuatan lebih tinggi dan pengurangan
penyusutan untuk proporsi campuran tertentu.

Vibrator Dalam (Immersion)


Jenis vibrator ini dapat digerakkan secara mekanis, listrik atau dengan tekanan udara
(pneumatic). Vibrator pneumatic mempunyai gerakan yang aman dan fleksibel, tetapi
bila motor udara kompresi relatif tidak efisien dan mahal pemeliharaannya, mungkin
tidak ekonomis kecuali bila kompresor sedang dipakai ditempat lain juga. Motor listrik
beroperasi dengan kecepatan konstan dan mudah dibawa, tetapi memerlukan
penyediaan listrik yang memadai dan dapat diandalkan.
Vibrator dalam (kadang-kadang disebut sebagai vibrator internal atau poker) mungkin
merupakan jenis vibrator yang paling efisien karena menggetar beton secara langsung.
Vibrator ini tersedia dengan diameter kepala berukuran antara 25 mm hingga 150 mm,
kepala berdiameter 25 mm paling sesuai untuk bagian-bagian dengan penulangan,
sedang kepala berukuran 60 - 70 mm merupakan jenis yang paling umum yang dapat
dipakai untuk segala keperluan.
Getaran ditimbulkan dari tangkai (shaft) eksentris yang berputar di dalam kepala
vibrator. Vibrator harus diperiksa secara teratur dengan peralatan khusus atau dengan
membandingkan keefektifannya pada beton di samping vibrator yang telah diketahui
memuaskan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 25


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Penggetaran beton harus dilakukan secara sistematis. Beton harus dituang menurut
lapisan-lapisan tipis dan vibrator diperbolehkan menembus tiap lapis secara
menyeluruh. Kepala vibrator harus dimasukkan secara vertikal pada titik-titik yang
berjarak antara 500 mm, dan kemudian ditarik dengan perlahan untuk menutup lubang
yang terjadi oleh vibrator. Lama penggetaran pada titik manapun tidak boleh melewati
saat di mana adukan mulai mengumpul pada permukaan, biasanya 5 hingga 15 detik.
Sebagai aturan umum, vibrator tidak boleh mendekati acuan lebih dekat dari 100 mm,
untuk mendapatkan penampilan seragam. Bila mengenai acuan, suatu goresan dapat
terjadi dan acuan dapat rusak. Pada bagian-bagian tipis, pemadatan diperoieh dengan
memakai vibrator secara miring atau mendatar.

Vibrator Acuan
Vibrator acuan atau vibrator luar, dipasang dengan kencang pada bagian luar acuan
menggunakan klem, dan memberi oskilasi atau gerakan bergoyang pada acuan.
Bentuk vibrator ini sesuai untuk bagian yang kecil atau sempit dan bagian dengan
banyak penulangan di mana sulit untuk memasukkan vibrator dalam. Seringkali vibrator
ini dipakai bersamaan dengan vibrator poker untuk suatu derajat ketelitian pemadatan
dan penyelesaian permukaan yang baik dan padat.

Vibrator acuan lebih banyak memakai energi daripada vibrator dalam, karena energi
diserap oleh acuan.
Acuan harus sangat kaku sehingga dapat menahan oskilasi, dan sudut-sudut harus
sangat rapat untuk mencegah hilangnya adukan semen. Penggunaan vibrator acuan
biasanya dibatasi untuk acuan baja.
Beton harus dicor secara menerus (kontinue) menurut lapisan-lapisan tipis (dengan
ketebalan sekitar 500 mm) pada waktu acuan tetap digetarkan. Dengan cara ini,
lubang-lubang udara dapat dihilangkan pada saat beton bertambah tinggi. Untuk
menjamin bahwa beton mempunyai kontak yang cukup dengan acuan samping dekat
puncak ketinggian, disarankan untuk menggunakan vibrator dalam untuk 500 mm
paling atas bila ruangannya mengijinkan.

3.4.3. PENYELESAIAN PERMUKAAN BETON

a. Umum
Efisiensi dari proses pemeriksaan akan dinilai dari kondisi dan toleransi permukaan
akhir yang seharusnya bebas dari retak permukaan dan tidak mempunyai perbedaan
tekstur serta warna yang tampak jelas.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 26


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Untuk mendapatkan suatu permukaan beton tanpa acuan yang memuaskan perlu
diperhatikan hal-hal tersebut :
 campuran beton yang diproporsi dengan baik
 cara-cara pengadukan, dan pengecoran yang memadai akan memperkecil
pemisahan bahan beton
 pemadatan yang memadai
 teknik-teknik penyelesaian yang terkendali
 perawatan yang memadai
Campuran beton harus sedemikian sehingga terdapat butir halus (semen dan pasir)
dalam jumlah secukupnya untuk memungkinkan penyerapan adukan sampai
permukaan dengan penggetaran dan sedikit usaha dengan memakai peralatan. Terlalu
banyak butir halus akan membuat penyelesaian yang lebih mudah tetapi akan
menimbulkan crazing permukaan, selain lebih mahal daripada campuran yang
proposinya baik. Terlalu banyak air dalam campuran (slump tinggi) akan menimbulkan
keterlambatan penyelesaian, selain menghasilkan lapisan adukan permukaan yang
lemah, sehingga mengakibatkan permukaan berdebu dan crazed yang mudah aus
serta terkikis (abrasi).

b. Penyelesaian
Tanpa memandang jenis penyelesaian permukaan yang diperlukan, beberapa
persyaratan pokok adalah :
 Penyelesaian awal harus diselesaikan segera setelah pengecoran dan
penggetaran.
 Penyelesaian akhir, penghalusan dan perataan harus ditunda hingga permukaan
telah siap - pekerjaan akhir juga hanya seperlunya untuk menghasilkan permukaan
yang disyaratkan.
Pekerjaan penyelesaian tidak boleh dilakukan pada tempat di mana terdapat banyak
air permukaan bebas.

c. Penyelesaian Awal
Langsung setelah pengecoran dan penggetaran, suatu papan perata (tepi lurus)
dipakai untuk meratakan beton secara cepat, papan perata digerakkan ke depan
dengan gerakan menggergaji dan sedemikian rupa sehingga beton selalu terdorong ke
depan papan. Beton dialihkan dengan sekop ke depan atau menjauhi bagian depan
papan seperlunya.
Setelah dilakukan perataan awal, tempat itu harus langsung diperiksa ulang
kedatarannya dengan papan perata lurus atau mal. Titik-titik tinggi dan rendah segera

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 27


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

diperbaiki. Titik tinggi diperbaiki dengan cara memotong permukaannya dengan cetok
atau alat serupa dan titik rendah yang kecil diratakan dengan adukan yang diambil dari
beton baru. Meskipun demikian pengerjaan permukaan yang berlebihan harus
dihindari, setiap usaha harus dilakukan untuk menjamin bahwa penyelesaian awal
menghasilkan kedataran permukaan dalam batas tolerensi yang ditentukan. Pekerjaan
penyelesaian berikut dilakukan hanya untuk menghilangkan ketidak sempurnaan kecil,
dan bukan untuk memperbaiki kelurusan permukaan.
Pekerja penyelesaian beton memakai peralatan khusus yang bervariasi, beberapa di
antaranya dibuat pabrik, tetapi banyak di antaranya yang berupa peralatan "buatan
rumah" yang khusus. Peralatan tersebut berupa alat strike-off, pinggiran lurus dan
penghalus. Untuk menghindari robeknya permukaan pada waktu penyelesaian akhir,
sebuah roller berlubang atau permukaan pelat dapat digunakan pada penyelesaian
awal untuk menekan agregat besar ke bawah permukaan. Hal in[ harus dilakukan
sedikit saja dan tidak pada beton slump tinggi, karena dapat mengakibatkan lapisan
permukaan yang kaya adukan yang mungkin akan craze dan berdebu.
Seringkali terjadi bahwa penyelesaian awal saja sudah cukup.

d. Penyelesaian Akhir
Pekerjaan penyelesaian berupa pinggiran, penyambungan, pencetokan dan penyapuan
harus ditunda selama mungkin. Mengerjakan permukaan terlalu awal akan membuat
suatu permukaan yang lemah dan mengakibatkan rembesan air dan semen ke
permukaan. Akan tetapi mengerjakan permukaan yang terlambat akan memerlukan
usaha penyelesaian yang lebih besar dan dapat menyebabkan hancurnya permukaan
beton.
Meskipun waktu penundaan yang tepat sangat penting untuk menghasilkan
penyelesaian yang baik, seringkali sukar untuk menentukan waktu yang tepat karena
hal itu tergantung beberapa variabel. Beberapa di antaranya adalah suhu dan umur
beton, jenis semen, jenis campuran tambahan dan kuantitas air, semen dan campuran
tambahan yang digunakan. Waktu penundaan tersebut juga tergantung pada kondisi
cuaca, kedalaman pengecoran, jenis agregat, jenis subgrade dan sebagainya.
Pada umumnya, penyelesaian dimulai ketika kilap (sheen) telah hilang dari permukaan
(dalam hal beton air entrained, terdapat hanya sedikit rembesan air dan tidak tampak
adanya kilapan sehingga mungkin menyelesaikan jenis beton ini setelah waktu
penundaan yang singkat). Dalam keadaan normal, beton dapat mendukung berat
seseorang pada waktu kilap telah hilang dari permukaan. Tetapi hal ini akan
meninggalkan bekas-bekas sedalam kurang lebih 5 mm, sehingga pekerja harus
menggunakan penutup (bantalan) kaki dan lutut untuk mendistribusi beratnya. Jika

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 28


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

digunakan peralatan bermesin, waktu penundaan dapat ditambah sehingga beton


dapat mendukung berat pekerja tanpa bekas yang berarti.
Catatan: 1. Penyelesaian TIDAK boleh diusahakan pada tempat di mana
terdapat air permukaan yang bebas.
2. Semen TIDAK boleh digunakan untuk mengeringkan kelembaban
permukaan karena ini akan menyebabkan retakan permukaan
dikemudian hari.
Kedua praktek ini akan mengakibatkan permukaan yang berdebu, crazed dan kasar
dengan ketahanan terhadap abrasi dan Keausan yang sangat rendah. Dalam keadaan
cuaca yang panas, kering dan banyak angin, penguapan dan pengerasan dapat terjadi
terlalu cepat sehingga sukar mendapat penyelesaian yang memuaskan. Hal ini
khususnya berlaku untuk campuran kekuatan tinggi atau beton yang relatif tua. Untuk
menghindari retakan dan kesulitan penyelesaian beton yang keras, harus diambil
langkah pencegahan (sesuai Bab 3.4.5d).

e. Penghalusan
Setelah waktu penundaan yang diperlukan, dilakukan penghalusan pada permukaan,
biasanya dengan penghalus kayu. Penghalusan adalah pekerjaan menghaluskan
ketidak rataan pada permukaan setelah screeding. Maksudnya adalah untuk :
 menekan agregat besar ke bawah permukaan
 menghilangkan cacad pada permukaan
 memberikan permukaan lebih padat dan pada kasus tertentu, permukaan lebih
halus
 mempersiapkan permukaan untuk pekerjaan penyelesaian lain yaitu pencetokan,
penyapuan atau jenis penyelesaian untuk memperbagus permukaan
 menutupi retakan kecil pada permukaan, yang terjadi pada waktu permukaan
mengering.
Penghalus tangan biasanya terbuat dari kayu. Penghalus kayu menghasilkan suatu
tekstur kasar yang sering dapat untuk penyelesaian akhir. Untuk memperbaiki
ketahanan terhadap gelincir, karung goni atau sapu kawat dapat ditarik secara ringan
pada permukaan.
Penghalus tangan dipegang datar pada permukaan dan digeser secara setengah
lingkaran untuk mengisi lubang-lubang, menghilangkan gumpalan-gumpalan dan
menghaluskan tonjolan-tonjolan.
Seringkali perlu untuk menghaluskan permukaan untuk kedua kalinya setelah terjadi
pengerasan, untuk memberikan tekstur akhir yang diinginkan pada beton. Tekstur yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 29


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

lebih rata dapat juga diperoleh dengan melanjutkan penghalusan kayu dengan sebuah
penghalus spons.

f. Trowelling
Trowelling baja dipergunakan untuk memperoleh permukaan yang halus, padat dan
keras. Jenis permukaan ini tahan dan mudah dibersihkan tetapi menjadi licin pada
waktu basah.
Penghalus bermotor akan mengurangi keperluan tenaga kerja dan waktu penyelesaian.
Penghalus motor dilakukan dengan piringan baja bulat yang berputar atau trowel
bermotor yang dipasang penghalus baja.
Setelah suatu waktu penundaan penghalusan selesai, trowelling baja dapat mulai.
Untuk trowelling pertama (dengan tangan atau mesin), pisau dari trowel harus rata
pada permukaan - jika miring akan terjadi alur-alur. Trowel tangan dipakai dengan
gerakan setengah lingkaran, setiap sapuan menutupi setengah dari sapuan
sebelumnya. Trowelling pertama dapat menghasilkan suatu permukaan yang cukup
balk, tetapi trowelling tambahan dapat dipakai untuk menambah kehalusan dan
kekerasan. Seharusnya terdapat waktu menunggu/penundaan dl antara tiap trowelling
dengan sapuan terakhir (biasanya yang kedua atau ketiga) dibuat dengan sebuah
trowel ramping. Tekanan diberikan pada trowel untuk memadatkan pasta dan bentuk
permukaan yang padat dan keras. Sapuan terakhir harus membuat suatu bunyi
berdentang ketika blade mengenai permukaan yang mengeras.
Trowel bermotor pertama harus diikuti oleh trowelling tangan untuk menghilangkan
bagian yang tidak rata dan menghaluskan daerah pada sudut-sudut atau dekat
halangan.
Jika diperlukan, pinggiran dan sambungan harus diulangi setelah trowelling untuk
memelihara keseragaman dan kelurusan garis.
Meskipun terdapat beberapa macam peralatan tangan dan mesin yang dirancang untuk
memperbaiki kecepatan dan kualitas pekerjaan pekerja penyelesaian beton, namun
diperlukan suatu derajat kekuatan, ketrampilan dan pengalaman untuk memberikan
penyelesaian yang bermutu.

3.4.4 PERAWATAN BETON

a. Umum
Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat dengan
memadai, sesuai dengan Spesifikasi Teknik.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 30


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu semen
berhidrasi, dan oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur yang diinginkan
dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.
Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih cepat dari pada yang dirawat,
dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas tinggi dapat menyebabkan berkaratnya
penulangan. Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton yang
lebih banyak.
Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap aus dan
stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama terdapat kondisi yang
memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen. Peningkatan itu berlangsung dengan
cepat pada umur awal tetapi berlanjut dengan lebih lambat untuk suatu masa yang tidak
dapat ditentukan.
Dua kondisi diperlukan:
 adanya kelembaban
 suhu yang memadai
Penguapan air beton yang baru dicor menyebabkan berhentinya proses hidrasi.
Kehilangan air juga dapat menyebabkan beton menyusut, sehingga menyebabkan
tegangan tarik pada permukaan yang mengering. Jika tegangan tersebut terjadi
sebelum beton memperoleh kekuatan yang cukup, dapat terjadi retakan pada
permukaan.

b. Cara-cara Perawatan
Penggenangan
Pada permukaan datar seperti perkerasan dan pelat lantai, beton dapat dirawat dengan
penggenangan. Tanggul-tanggul tanah atau lempung disekeliling permukaan beton
dapat menahan genangan air di dalam daerah tertutup itu. Penggenangan merupakan
suatu cara yang efisien untuk mencegah hilangnya lembab dari beton, dan juga efektif
untuk memelihara suhu yang seragam pada beton.

Penyemprotan
Penyemprotan yang kontinu dengan air juga merupakan suatu cara perawatan yang
baik. Jika penyemprotan dilakukan pada interval-interval, harus dijaga agar beton tidak
menggenang di antara interval pemberian air. Suatu semprotan air yang halus, yang
diberikan secara kontinu melalui sistem kepala pipa (Nozzle), memberikan persediaan
air yang konstan. Hal ini akan mencegah kemungkinan " crazing " atau retakan yang
terjadi oleh pergantian siklus basah dan kering. Kerugian dari penyemprotan adalah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 31


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

biayanya, perlunya sistem drainasi, dan kemungkinan kondisi kerja kurang nyaman.
Cara ini juga memerlukan persediaan air yang cukup dan pengawasan yang baik.

Penutup Basah
Penutup basah seperti karung atau bahan penahan lembab yang lain sering digunakan
untuk perawatan beton. Penutup demikian harus ditempatkan segera setelah beton
cukup keras, untuk menghindari rusaknya permukaan. Harus dijaga agar seluruh
permukaan tertutup, termasuk pinggiran pelat seperti perkerasan dan jalan setapak.
Penutup harus dijaga agar tetap lembab sehingga suatu lapisan tipis air tetap terdapat
pada permukaan beton selama masa perawatan.
Penutup basah dari tanah atau pasir sangat efektif untuk perawatan tetapi saat ini telah
jarang digunakan, oleh karena biayanya yang tinggi dan kemungkinan terjadinya
perubahan warna pada beton. Cara ini sering bermanfaat untuk digunakan pada
pekerjaan kecil. Tanah atau pasir yang lembab harus disebarkan di atas permukaan
beton dengan lapisan setebal kira-kira 50mm. Lapisan itu harus dijaga agar tetap
basah.

Penutup Yang Kedap Air


Kertas dan lembaran plastik yang tahan air merupakan cara efisien untuk merawat
permukaan datar dan beton struktural yang berbentuk sederhana.
Penutup itu menjamin hidrasi semen menerus yang sesuai dengan cara mencegah
kehilangan kelembaban dari beton. Penutup harus dinerikan segera setelah beton
cukup mengeras untuk mencegah kerusakan permukaan. Pinggir lembaran yang
berdekatan harus saling menutupi (overlap) paling sedikit sepanjang 100 mm dan
ditutup rapat.
Penutup juga memberikan perlindungan pada beton terhadap kerusakan, akibat
kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
Seringkali terjadi bahwa lembaran plastik dapat menimbulkan perubahan warna pada
semen yang mengeras. Jika ini tidak dapat diterima, lebih baik menggunakan suatu
cara perawatan yang lain.

Campuran (Compound) Perawatan


Campuran perawatan berupa membran cair dapat membatasi penguapan kelembaban
dari beton.
Bila dipakai dengan cara yang benar, bahan ini merupakan bahan perawatan yang
efektif. Bahan tersebut bukan hanya cocok untuk perawatan beton baru, tetapi juga

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 32


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

dapat dipakai untuk perawatan beton lebih lanjut setelah acuan dibongkar atau setelah
perawatan lembab pendahuluan/awal.
Campuran jernih atau bening mungkin mengandung bahan pewarna yang menghilang
setelah pemakaian. Warna tersebut menjamin penutupan dari permukaan beton yang
terbuka (expose). Pada hari yang panas, campuran dengan pigmen (zat pewarna) putih
paling efektif karena dapat memantulkan sinar matahari, sehingga mengurangi suhu
beton.
Campuran perawatan diberikan dengan peralatan tangan atau dengan alat semprot
bermotor. Permukaan beton yang akan dirawat harus lembab pada waktu penutup
diberikan. Biasanya hanya diberikan satu lapisan dengan tekstur yang halus dan rata,
tetapi mungkin perlu dua lapis untuk memastikan penutup yang menyeluruh. Bila
digunakan lapisan kedua, lapisan tersebut harus diberikan pada arah yang tegak lurus
dari yang pertama.
Campuran perawatan dapat dipergunakan untuk mencegah pelekatan antara beton
keras dan lunak (baru), akibatnya tidak boleh dipakai bila perlu suatu pelekatan.

Acuan yang ditinggal di tempat


Acuanmemberikan perlindungan yang memuaskan terhadap kehilangan kelembaban
dengan syarat bahwa permukaan beton yang terbuka/tampak dipelihara tetap basah.
Pemakaian pipa air adalah cara yang baik untuk menjaga hal tersebut. Pada kondisi
tersebut, acuan harus dibiarkan tetap pada beton untuk waktu yang selama mungkin.
Acuan kayu yang ditinggal di tempat harus dibiarkan tetap lembab dengan
penyemprotan, terutama pada waktu cuaca panas dan kering. Kecuali bila acuan kayu
tetap lembab, acuan tersebut harus segera dibongkar dan cara perawatan lain dapat
dimulai tanpa penundaan. Jika diperlukan penyelesaian halus di luar acuan, acuan
harus dibongkar sedini mungkin yang dapat dilakukan, dan cara perawatan (yang tidak
melunturkan) yang lain dapat dipakai.

Perawatan Uap
Perawatan uap biasanya hanya dipakai untuk beton pracetak. Cara ini digunakan untuk
mendapatkan kelembaban lebih untuk perawatan dan peningkatan suhu untuk
mempercepat terjadinya kekuatan.
Beton kekuatan tinggi, dengan perawatan uap hingga 30 MPa atau lebih untuk
pemindahan gaya prategang (transfer prestress) atau pembongkaran cetakan,
biasanya tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 33


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Perawatan uap biasanya hanya dilakukan pada pabrik pracetak, karena membutuhkan
peralatan dan instrumentasi rumit untuk menjamin pengendalian ketat yang perlu untuk
mencegah kerusakan akibat suhu tinggi pada beton yang baru dicetak. Penguapan
tidak boleh dimulai sampai beton telah mencapai pengerasan (maturity) awal. Suhu
beton harus dinaikkan secara terkendali. Uap tidak boleh mengenai beton secara
langsung atau pada acuan, yang akan menyebabkan pemanasan setempat yang
berlebih.
Suhu di bawah penutup uap tidak boleh melampui 80°C, dan penutup tidak boleh
dilepas sampai suhu permukaan beton dalam batas 40°C dari suhu setempat.
Termometer pencatat, contoh pengujian yang cukup dan catatan lengkap diperlukan
untuk perawatan uap yang memuaskan.

c. Lama Masa Perawatan


Waktu yang diperlukan untuk melindungi beton terhadap kehilangan kelembaban
tergantung pada jenis semen, proporsi campuran, kekuatan yang diperlukan, bentuk
dan ukuran dari massa beton, cuaca dan kondisi penampilan yang akan datang. Masa
ini dapat berlangsung selama sebulan atau lebih untuk campuran beton kurus yang
dipakai untuk bangunan seperti bendung; sebaliknya, mungkin berlangsung hanya
beberapa hari untuk campuran yang lebih kaya, terutama bila semen kekuatan awal
tinggi dipakai. Oleh karena semua sifat beton yang diinginkan dapat ditingkatkan
melalui perawatan, masa perawatan harus selama mungkin yang dapat dilaksanakan
dalam setiap kasus.
Oleh karena tingkat kecepatan hidrasi dipengaruhi oleh komposisi semen serta
kehalusan, masa perawatan harus diperpanjang untuk beton yang dibuat dengan
semen yang berkarakteristik penambahan kekuatan lambat.
Untuk kebanyakan kegunaan struktural, masa perawatan untuk beton yang dicor di
tempat adalah biasanya tiga hari hingga dua minggu, tergantung pada kondisi yang
ada, yaitu suhu, jenis semen, proporsi campuran. Masa persyaratan paling lazim
adalah 7 hari.

d. Pencegahan Retakan Penyusutan Plastis


Retakan yang kadang-kadang terjadi pada permukaan beton baru tidak lama setelah
pengecoran dan pada waktu masih plastis disebut "retakan penyusutan plastis".
Retakan tersebut terutama muncul pada permukaan datar dan dapat ditiadakan bila
diambil langkah yang tepat untuk mengurangi penyebabnya.
Langkah pencegahan berikut dapat memperkecil terjadinya retakan penyusutan plastis:

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 34


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

1. Basahkan sedikit lapisan dasar dan acuan tetapi pastikan bahwa kelembaban
berlebih dihilangkan sebelum dimulainya pengecoran.
2. Pasang pelindung terhadap matahari untuk mengurangi suhu permukaan beton.
3. Lindungi beton dengan penutup basah sementara selama penundaan antara
pengecoran dan penyelesaian.
4. Kurangi waktu antara pengecoran dan awal perawatan dengan prosedur
pelaksanaan yang lebih baik. Penguapan pada periode ini dapat dikurangi, dengan
penyemprotan suatu lapisan tipis campuran khusus pada permukaan beton,
campuran tersebut berupa alkohol alifatik seperti cetyl alkohol dan tersedia dengan
merek pabrik.
5. Lindungi beton pada jam-jam pertama setelah pengecoran dan penyelesaian untuk
mengurangi penguapan. Hal ini penting untuk menghindari checking dan keretakan.
Pembasahan permukaan, dengan menggunakan fog spray nozzle adalah cara yang
efektif untuk mencegah penguapan dari beton. Ini harus digunakan sampai suatu
bahan perawatan yang sesuai, seperti campuran (compound) perawatan, karung
basah atau kertas perawatan dapat diterapkan.
6. Jika kondisi yang tak terhindarkan menyebabkan retakan plastis dengan cepat
sebelum pengerasan, penggetaran ulang dan penghalusan ulang dari permukaan
akan menutupi retakan, dengan syarat hal ini dilanjutkan dengan perawatan yang
memadai. Penggetaran ulang dan penghalusan ulang biasanya dilaksanakan pada
waktu pengerasan awal-atau sekitar 1.5 jam untuk suhu beton 27oC.

3.4.5. KUALITAS BETON

Bagian ini membahas beberapa hal yang berhubungan dengan pengendalian mutu
beton.

Kubus dan Silinder


Harus diperhatikan bahwa spesifikasi teknik memperbolehkan penggunaan kubus
untuk pemeriksaan kekuatan tekan dari benda uji beton, sedangkan standar ASSHTO
T 23 berdasarkan silinder standar berukuran 150 mm x 300 mm. Jika kubus dipakai,
lebih baik menggunakan standar Inggris BS 1881 Part 116 : Method for determination
of compressive strength of concrete cubes.
Pemakaian silinder dianggap suatu ukuran yang lebih tepat untuk kekuatan beton
karena tinggi kubus (150 mm) berarti bahwa tahanan akhir atau eksentrisitas dapat
mempengaruhi pembebanan di mana beton akan hancur. Silinder mempunyai tinggi
300 mm dan daerah tengah dari benda uji beton relatif bebas dari pengaruh tersebut.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 35


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Perawatan Benda Uji


Adalah penting bahwa benda uji diambil dengan benar dan dirawat dengan suatu cara
yang mencerminkan keadaan beton di lapangan. Terdapat kecenderungan untuk
mengambil benda uji dan meninggalkannya di tempat teduh tanpa perawatan yang
sesuai.

Penggunaan Palu Rebound


Pemakaian suatu alat penumbuk seperti palu rebound Schmidt untuk pengujian rutin
tidak dibenarkan. Alat ini tidak dapat diandalkan seperti pengambilan benda uji dari
beton yang aktual dilanjutkan dengan perawatan dan pengujian pada waktu yang
sesuai. Prinsip dari palu rebound adalah memberikan acuan kekuatan beton serta
mengaitkan sifat itu pada kekuatan. Perlu untuk kalibrasi palu untuk tiap campuran
beton khusus, karena campuran dengan kekakuan berbeda (oleh karena itu dengan
hasil pengujian rebound berbeda) dapat mempunyai kekuatan sama, dan campuran
dengan kekuatan sama (dengan hasil pengujian rebound sama) mungkin berbeda
kekuatannya.
Oleh karena itu palu rebound sebaiknya hanya digunakan setelah dikalibrasi sesuai
dengan hasil pengujian kekuatan tekan pada beton yang diuji. Pengujian ini tidak
dipakai untuk membandingkan kekuatan beton dengan desain campuran berbeda-
beda.

3.4.6. SAMBUNGAN (JOINT)

a. Umum
Besarnya kebanyakan pekerjaan konstruksi beton sedemikian rupa sehingga
penundaan hampir dapat dipastikan akan terjadi pada pengecoran. Jika penundaan
berlangsung dengan waktu cukup lama sehingga beton mengeras dan tidak dapat
dikerjakan, maka harus dibentuk suatu sambungan. Juga akan terdapat saat-saat di
mana untuk sebab-sebab struktural, dianggap perlu menghentikan kesinambungan
pengecoran dan membuat suatu sambungan.
Sambungan terdiri atas 2 jenis umum :
1. Sambungan yang tidak memungkinkan adanya gerakan (relatif) beton
pada masing-masing sisi sambungan.
2. Sambungan yang memungkinkan gerakan relatif.
Sambungan jenis pertama bertujuan melekatkan beton baru pada beton keras dengan
suatu cara sehingga beton yang keras tampak monolit dan homogen di sekitar
sambungan. Ini disebut Sambungan Pelaksanaan. Dalam praktek, sangat sulit untuk

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 36


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

memperoleh lengkap pelekatan dengan akibat bahwa akan terdapat suatu bidang yang
lemah pada sambungan pelaksanaan. Bilamana mungkin, sambungan pelaksanaan
harus ditempatkan pada lokasi di mana sambungan penyusutan atau sambungan lain
diperlukan.
Sambungan yang memungkinkan gerakan (relatif) beton pada kedua sisi sambungan
dinamakan menurut jenis gerakan yang dimungkinkannya:
1. Sambungan Susut memungkinkan beton menyusut dan bidang
sambungan sementara menahan gerakan relatif pada arah lain.
2. Sambungan Muai memisahkan kedua muka beton yang berpasangan
secukupnya sehingga memungkinkan pemuaian ke arah bidang
sambungan. Jenis sambungan ini memungkinkan kontraksi tetapi
mencegah gerakan pada arah lain.
3. Sambungan Isolasi sepenuhnya memisahkan kedua muka yang
berpasangan dan memungkinkan kebebasan gerakan relatif.
Harus dipertimbangkan keperluan sambungan pada semua jenis bangunan beton.
Posisi sambungan serta jenis sambungan biasanya ditentukan oleh persyaratan
bangunan. Pada beberapa bangunan, perlunya membuat sambungan yang rapat air
merupakan suatu pertimbangan pokok. Untuk menjamin bahwa sambungan berperilaku
dengan cara yang diinginkan harus diperhatikan detail desain dan konstruksinya.

b. Sambungan Pelaksanaan
Sambungan pelaksanaan adalah sambungan dari beton ke beton yang dibuat
sedemikian rupa sehingga muka beton baru dan lama cukup melekat untuk mencegah
gerakan relatif sepanjang sambungan.
Meskipun terdapat gangguan yang tidak dijadwalkan selama pelaksanaan pengecoran
beton, yang memerlukan pembuatan sambungan pelaksanaan, beberapa gangguan
pada kesinambungan pengecoran beton sudah dapat diperkirakan pada tahap desain
atau sesaat sebelum dimulainya konstruksi, oleh karena itu memungkinkan
perencanaan posisi beberapa sambungan. Perencanaan yang baik bertujuan
menghentikan pengecoran pada lokasi yang sesuai untuk membentuk sambungan
pelaksanaan. Jika ini tidak dapat dilakukan, sambungan pelaksanaan harus
direncanakan penempatannya pada bangunan di mana kehadiran suatu bidang lemah
tidak banyak berpengaruh pada bangunan. Sambungan yang salah dapat
memperlemah bangunan atau memungkinkan masuknya air yang akan merubah
penampilan beton dengan noda yang kurang bagus, selain menimbulkan kelembaban
dan kemungkinan berkaratnya baja tulangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 37


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Letak Sambungan
Jika sambungan pelaksanaan akan dibuat pada komponen struktur, letaknya harus
disetujui oleh Engineer. Sambungan tersebut biasanya terletak di daerah tegangan
geser minimum. Daerah dengan momen lentur maksimum harus dihindari. Pada balok
dan pelat, geser minimum biasanya pada pertengahan sepertiga bentang dan juga
sambungan harus di tempatkan sedekat mungkin pada titik sepertiga bentang (dalam
hal ini seperenam bentang).
Sambungan pelaksanaan dibuat hanya menurut ketentuan pada gambar rencana.
Persetujuan dari Engineer harus selalu diperoleh sebelum mengganti lokasi
sambungan atau menambah sambungan tambahan.
Biasanya sambungan horizontal tidak diperbolehkan pada pelat, dan sambungan tidak
diperbolehkan di dekat tumpuan balok atau di atas balok, kolom atau dinding lain.
Tegangan geser pada lokasi-lokasi tersebut biasanya tinggi.

Gambar 3.11 - Sambungan Pelaksanaan Vertikal Pada Pelat

Pembuatan Sambungan Vertikal


Jika sambungan pelaksanaan harus dibuat pada balok atau pelat, penahan ujung atau
bulkhead (lihat Gambar 5.11) harus digunakan untuk menjamin bahwa sambungan
pelaksanaan vertikal terbentuk. Jika beton dibiarkan bebas, beton akan menempati
bentuk alaminya dan tidak mungkin dipadatkan secara menyeluruh. Ini akan
menghasilkan sambungan yang lemah dan berpori. Untuk membantu pemindahan
bebas lewat sambungan pelaksanaan vertikal, dowel atau keyway untuk membantu
pelekatan mekanis dapat diletakkan kira-kira pada pertengahan sambungan. Alat
demikian disarankan pada bagian-bagian yang lebih dalam dari 150 mm. Penulangan
tidak boleh dipotong pada sambungan pelaksanaan, dan papan penahan ujung harus
dibuat dalam segmen atau diberi lubang untuk lewatnya penulangan tanpa kehilangan
adukan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 38


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Cara-cara mempersiapkan permukaan sambungan lama untuk menerima beton baru


tergantung pada umur dan kondisi dari beton lama :
1. Jika acuan dialihkan dengan segera untuk memungkinkan sambungan
pelaksanaan dibuat dalam waktu empat jam dari pengecoran beton yang
sebelumnya pada sambungan, persiapan satu-satunya yang diperlukan
permukaan sambungan adalah sikat kawat untuk memperkasar
permukaan, dilanjutkan dengan pembuangan semua bahan yang lepas
sebelum beton baru dicor.
2. Jika umur permukaan sambungan lebih dari empat jam pada waktu
membuat sambungan pelaksanaan, penyemprotan pasir, penyemprotan
air bertekanan tinggi, pengkasaran atau serupa dengan itu harus
dilakukan sebagai ganti penyikatan dengan kawat untuk menampakkan
agregat kasar. Cara-cara keras seperti scabbling hanya dipakai
bilamana beton telah memperoleh cukup kekuatan untuk dapat menahan
lepasnya agregat kasar.Semua bahan lepas harus dicuci atau ditiup
keluar. Beton yang baru harus digetarkan dengan baik terhadap
sambungan.
Catatan: Penggunaan lapisan grout semen untuk memperbaiki lekatan
pada sambungan pelaksanaan vertikal atau horizontal tidak
disarankan. Kekuatan dari sambungan pelaksanaan terutama
tergantung pada persiapan permukaan lama. Suatu epoxy
basah hingga kering buatan pabrik dapat digunakan pada
muka beton yang lama.

Pembuatan Sambungan Horizontal


Selama pengecoran dan pemadatan beton, semen (laitance) dan lapisan beton berpori
langsung di bawahnya, kecenderungan terdapat pembentukan suatu lapisan tipis
rembesan air pada permukaan atas beton yang baru. Bahan permukaan yang lemah ini
harus dibuang sebelum dibuat suatu sambungan pelaksanaan. Jenis sambungan
pelaksanaan pada dinding terlihat pada Gambar 5.12.
Seperti halnya dengan sambungan vertikal, cara persiapan permukaan akan
tergantung pada umur dan kondisinya:
1. Jika umur sambungan tidak lebih dari empat jam pada saat membuat
sambungan, pengalihan permukaan lama pada kedalaman yang cukup
untuk menampakan beton yang kuat adalah satu-satunya persiapkan
yang diperlukan. Beton baru harus cukup plastis untuk mengalir secara
lambat ke dalam posisinya bila digetarkan. Campuran yang terlalu kering

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 39


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

tidak akan lekat dengan menyeluruh, dan campuran yang terlalu basah
mungkin akan memisah (segregate) dan membentuk jumlah rembesan
air dan semen (laitance) yang berlebih.
2. Jika sambungan dibuat pada beton yang berumur lebih dari empat jam,
lapisan permukaan harus dialihkan seperti sebelumnya. Pada beton
berumur kurang dari tiga hari, hal ini relatif mudah dilakukan. Permukaan
harus disikat dengan sikat kawat, dibush hammer atau semprot pasir
dengan ringan untuk menampakkan permukaan agregat tanpa
menurunkan mutu. Sebelum pengecoran, permukaan harus dicuci bersih
dari material lepas atau rembesan air dan semen (laitance) lain yang
terjadi.

Gambar 3.12 - Sambungan Pelaksanaan Pada Dinding

c. Sambungan Susut
Sambungan susut adalah sambungan beton pada beton, yang dibuat sedemikian rupa
sehingga beton bebas menyusut menjauhi bidang sambungan, sementara semua
gerakan relatif lewat sambungan harus dicegah.

Pembuatan Sambungan Susut yang Dibentuk


Sambungan susut yang dibuat dengan sengaja membentuk suatu bidang vertikal
perlemahan pada pelat atau dinding. Sambungan ini kadang-kadang dibentuk sebagai
sambungan yang terkunci untuk mengendalikan gerakan diferensial lewat bidang
sambungan, meskipun sering digunakan dowel, dengan satu ujung dilapisi sehingga
bebas bergeser untuk pengendalian geser tambahan. Lekatan antara beton baru dan
yang ada pada sambungan susut harus ditiadakan. Hal ini dapat dilakukan dengan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 40


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

cara mengecat permukaan sambungan menggunakan campuran perawatan, emulsi


aspal, minyak acuan atau bahan pemisah lekatan yang serupa.

d. Sambungan Pengendalian
Sambungan pengendallian atau sambungan susut palsu (dummy) adalah suatu
bidang pelemahan yang dibuat pada bangunan dengan cara pembuatan alur.
Sambungan ini berfungsi sebagai sambungan pelaksanaan karena mengkonsentrasi-
kan tegangan susut pada bagian yang diperlemah, dan karenanya membatasi
retakan penyusutan ke bawah alur.
Pengkaitan mekanis lewat retakan tak teratur membantu memindahkan beban
melewati sambungan dan mencegah gerakan relatif pada bidang sambungan.
Pembuatan Sambungan Kontrol
Sambungan kontrol dapat dibuat pada salah satu dari tiga perbedaan selama
pemasangan.
1. Sambungan control dapat dibuat sementara beton sedang dicor
dengan memasukkan strip yang telah dibentuk sehingga terjadi suatu
alur.
2. Setelah beton dicor dan sedang diselesaikan, sambungan dapat
dibuat dengan suatu alat pembuat alur yang sesuai. Sambungan
demikian akan mempunyai ujung bulat serta lewat pada pelat untuk
seperenam hingga seperempat dari ketebalan pelat.
3. Setelah beton cukup mengeras, sambungan control yang digergaji
dapat dibuat. Sambungan harus dibuat seawal mungkin sebelum
penyusutan akibat pengeringan.

e. Sambungan Muai
Sambungan muai membuat celah antara kedua permukaan beton yang berpasangan
sehingga memungkinkan pemuaian beton ke dalam celah. Celah biasanya diisi
dengan bahan pengisi yang dapat ditekan masuk seperti karet, plastik, gabus atau
mastic. Semua gerakan relatif pada bidang sambungan dicegah.
Sambungan muai mungkin merupakan jenis sambungan yang pembuatannya paling
mahal. Perencana harus mempertimbangkan dengan baik perlunya sambungan
pemuaian dan jarak antaranya.
Suatu peningkatan pada suhu beton biasanya akan menambah panjang beton, yaitu
peningkatan suhu sebesar 10°C akan menghasilkan pemuaian sekitar 1 mm.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 41


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pembuatan Sambungan Muai


Sambungan muai sederhana, hanya memungkinkan pemuaian dan penyusutan
beton. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada bidang sambungan harus dicegah.
Jadi harus dilakukan suatu cara untuk memindahkan beban melewati sambungan
muai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan membentuk sambungan terkunci, tetapi
kunci akan mempersulit masuknya bahan pengisi sambungan muai.
Beban biasanya dipindahkan melewati sambungan dengan bantuan batang dowel.
Setengah panjang masing-masing batang tertanam di dalam beton yang ditempatkan
mula-mula pada sambungan. Setengahnya lagi dilapis sehingga mencegah pelekatan
dengan beton baru pada sambungan. Beberapa cara yang digunakan adalah melumasi
atau melapisi dengan bitumen separuh dari masing-masing batang. Ujung dari separuh
batang yang dilapis kemudian diberi topi untuk membuat socket sehingga batang dapat
bergerak pada waktu pemuaian beton terjadi.

f. Sambungan Isolasi
Sambungan isolasi membuat celah (kerenggangan) antara permukaan beton yang
berpasangan sehingga memungkinkan kebebasan gerakan pada masing-masing sisi
dari sambungan. Celah ini biasanya diisi dengan pengisi yang dapat dibentuk seperti
papan fiber, gabus, mastic, plastik atau karet.
Kebanyakan sambungan pemuaian pada jembatan juga merupakan sambungan
isolasi.
Beberapa tipe sambungan diperlihatkan pada Gambar 3.13.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 42


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.13 - Tipe Sambungan Beton

3.5 BETON PRATEKAN

Beton merupakan bahan yang kuat terhadap tekanan tetapi relatif lemah terhadap
tarikan. Jadi beton dapat menahan beban berat yang menekannya tetapi hanya dapat
menahan beban yang relatif ringan yang cenderung menarik atau melenturkannya.
Pada beton pratekan diambil manfaat dari kemampuan beton untuk melawan gaya
tekan. Suatu gaya tekan luar diberikan pada beton supaya tetap berada dalam tekanan
(kompresi) selama umur normalnya, sehingga dapat mencegah terjadinya tegangan
tarik bilamana diberi beban yang cenderung menarik atau melenturkan beton.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 43


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

3.5.1 UMUM

Singkatnya tegangan tekan awal diberikan pada beton untuk meniadakan atau
mengurangi tegangan tarik yang terjadi dari berat mati atau beban hidup.
Pada beton bertulang, baja menampung semua tegangan tarik ditambah tegangan
tekan berlebih yang tidak dapat dipikul oleh beton. Pada beton pratekan, baja dipakai
terutama untuk memberikan tegangan tekan pada beton.
Suatu bagian bangunan pratekan berada di bawah tekanan secara permanen (tetap) -
hal ini meniadakan retakan-retakan secara efektif. Jika bagian itu agak dibebani lebih
dan retakan akibat tegangan terbentuk, ini akan menutup pada waktu pembebanan
lebih dihilangkan, (dengan syarat baja tidak mengalami peregangan berlebih). Dengan
beton bertulang, baja tidak diperbolehkan bekerja pada keadaan tegangan tinggi,
karena perpanjangan baja akan menimbulkan retakan dengan pengaruh yang tidak
diinginkan terhadap ketahanan dan lendutan.
Komponen beton pratekan biasanya lebih kecil dari komponen beton bertulang. Ukuran
lebih kecil ini mengurangi kuantitas baja dan beton tetapi diimbangi dengan perlunya
penggunaan bahan kekuatan tinggi.
Terdapat dua sistem pemberian prategangan pada beton, yaitu menegangkan sebelum
beton dicor atau menegangkan setelah beton dicor. Masing-masing sistem disebut
sebagai pretension dan posttension. Dalam kedua hal tersebut penegangan dilakukan
sebelum pemberian beban mati dan hidup pada komponen.

3.5.2 SALURAN (DUCTING) UNTUK TENDON PRATEGANG

Berbagai bentuk saluran untuk tendon prategang biasanya merupakan barang paten,
dan dapat dijelaskan pada Gambar Rencana, atau merupakan bagian dari sistem
penarikan. Saluran seringkali terbuat dari baja gauge yang sangat ringan untuk
flexibilitas dan pertimbangan ekonomi, dan mudah rusak pada waktu penanganan,
penyimpanan, perbaikan atau pada proses pengecoran.
Penempatan saluran yang tepat sangat penting. Saluran harus disetel dengan tepat
dan dipasang pada tulangan dengan interval dekat, biasanya dengan kawat pengikat
yang cukup kencang untuk mencegahnya bergerak, tetapi tidak terlalu kencang
sehingga merubah bentuk saluran. Saluran dapat mengapung pada beton basah,
sehingga harus diikat terhadap gerakan keatas, selain harus ditopang dari bawah.
Penulangan dapat menggunakan dudukan (saddle) atau batang penempat supaya
menjamin ketepatan. Saluran harus diperkaku, balk dengan menempatkan tendon

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 44


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

penegang dalam saluran atau dengan cara lain yang sesuai (seperti pipa PVC atau
baja), untuk memperkecil perubahan bentuk atau kerusakan pada saluran.
Ruas sambungan saluran harus ditutup dengan hati-hati untuk mencegah masuknya
adukan cair (slurry) beton yang digetarkan dapat masuk ke dalam saluran.
Pekerja yang mengoperasikan penggetar internal harus diberi petunjuk dan diawasi
dengan baik, karena saluran dapat rusak oleh benturan dari kepala penggetar.
Saluran logam biasa digalvanisasi. Lapisan dalam timah hitam kadang-kadang
diberikan di bagian dalam, jika perlu, untuk mengurangi kehilangan gesekan (friction)
pada daerah pelengkungan tendon yang besar.
Harus disediakan lubang-lubang pada interval teratur di semua saluran, terutama pada
semua titik tinggi dan rendah. Lubang biasanya berdiameter sekitar 20 mm dan harus
diberi sumbat supaya lubang dapat ditutup setelah grout yang bebas udara mulai
mengalir. Lubang harus diteruskan sepanjang jarak tertentu (sekitar 300 mm cukup)
lewat permukaan beton.
Lubang juga diperlukan pada kedua ujung tiap saluran untuk grouting. Tiap lubang
harus mempunyai katup sumbat yang dapat menahan 700 kPa untuk sedikitnya satu
menit tanpa air atau udara mengalir keluar.

3.5.3 TENDON DAN PENJANGKARAN

Tendon untuk prategang dapat terdiri dari kawat tarik, lilitan (strand), atau batang baja
mutu tinggi. Gambar dan Spesifikasi Teknik dapat dibuat untuk menyesuaikan dengan
suatu sistem prategang yang khusus. Sistem alternatif diperbolehkan dengan
persetujuan Engineer, dengan syarat bahwa detail sistem alternatif diserahkan oleh
Kontraktor pada waktu penawaran.
Bahan dan peralatan sering disediakan oleh Sub Kontraktor yang dapat mengadakan
penegangan dan grouting pada bagian bangunan itu bila perlu. Keterangan pengujian
dan contoh kawat (wire), lilitan kawat baja (strand) atau batang (bar) diambil dan
diperiksa. Grafik beban-perpanjangan (extension) yang disediakan oleh pabrik atau
penguji berwenang, dipakai untuk tiap batch untuk membandingkan gaya
sebenarnya dan gaya teoritis pada lilitan kawat atau kawat dan perpanjangan pada
waktu penegangan. Adalah penting bahwa tendon dalam sistem multi-strand atau
sistem kawat baja terdiri dari strand atau kawat baja dari batch yang sama, atau
batch dengan Modulus Young yang sama.
Adalah penting bahwa tendon harus bersih dan aman terhadap kerusakan, puntiran
atau bengkokan. Goresan kecil yang disebabkan oleh penyimpanan atau
penanganan yang kurang baik dapat berakibat suatu konsentrasi tegangan yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 45


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

akan menyebabkan terputusnya kawat pada waktu penegangan atau setelah


pemasangan selesai. Pengelasan dan pemotongan dengan api dekat tendon harus
dilarang, karena ini dapat pula menyebabkan tendon patah akibat percikan sesat
atau tetesan logam cair. Bahan penegangan tidak boleh diseret di tanah, diinjak,
digilas alat di lokasi atau disimpan di tempat yang dapat terkena lemak, cat atau
pelapis lain.
Angker harus diperiksa dengan teliti sebelum dipasang untuk kualitas, penyelesai-
an dan kerusakan.
Adalah penting tendon dipretension, Gambar Rencana menunjukan lokasi dan
detail dudukan (saddle) atau alat lain, jika perlu, supaya tendon tetap pada
posisinya sampai beton mengeras. Alat-alat ini harus disetel dengan tepat pada
posisi, dan harus cukup kuat menahan beban yang dihitung.
Tendon harus tetap bersih pada waktu pemasangan, dan kain lap yang dibasahi
pelarut dapat dipakai untuk menghilangkan minyak acuan atau tapisan lain. Jika
ada bagian tendon yang harus dilepas, dapat dipakai selubung (sheath) plastik
yang ujungnya tertutup plester, atau plester paten dapat dibungkus sekeliling
bagian yang dilepas ikatannya (debonded), biasanya dalam dua lapisan di mana
masing-masing lapis diputar pada arah berlawanan. Sebaiknya pengecoran beton
dilakukan sesegera mungkin setelah penegangan.
Masing-masing lilitan kawat tendon post tension tidak boleh melintir di dalam kabel
dan, untuk sistem kawat tunggal (mono-strand) pengatur jarak (spacer) (pada jarak
pusat 1 m) harus digunakan.
Bilamana tendon telah ditempatkan dalam saluran sebelum pengecoran, tendon
harus ditarik ke belakang dan ke muka kira-kira 300 mm masing arah setelah
pengecoran, untuk menjamin kebebasannya dan memutus lekatan (bond) pada
adukan cair (slurry) yang meresap/bocor kedalam saluran. Hal ini biasanya harus
dilakukan segera setelah beton mengeras awal, tetapi dapat dilakukan lebih dini
dalam hal sambungan in-situ antara segmen pracetak. Kalau diperkirakan telah
terjadi kebocoran dalam saluran pada waktu pengecoran, saluran harus dibilas
dengan air, kemudian ditiup keluar dengan udara bertekanan (kompressi) yang
bebas minyak.
Bila digunakan sistem angker mati (dead anchor) untuk tendon, tidak mungkin
memindahkan tendon setelah pengecoran. Bila sistem tersebut digunakan, penting
untuk mengecor beton sesegera mungkin setelah menempatkan tendon untuk
menghindari keadaan terbuka (expose) yang tidak perlu, yang dapat
mengakibatkan berkaratnya tendon dalam daerah di luar saluran.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 46


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Angker harus dipasang tegak lurus (square) terhadap garis tendon. Templates
sangat bermanfaat bagi menentukan tempat dan memeriksa posisi serta alinemen
angker sebelum dan sesudah pengecoran.

3.5.4 PENEGANGAN

a. Umum
Penegangan tendon baja tarik mutu tinggi adalah operasi yang sangat penting yang
kadang-kadang rumit. Ini dapat juga membahayakan. Oleh karena itu penting bagi
pengawas dan operator untuk memiliki pengalaman dan mempunyai peralatan yang
dapat diandalkan dan yang dipelihara dengan baik. Langkah-langkah pengamanan
yang ketat harus diambil pada waktu operasi penegangan. Dongkrak (jack) harus
sesuai untuk sistem angker yang digunakan, dipasang secara sentris (centrally) di atas
garis penarikan (tensioning) dan ditempatkan tepat pada pengangkeran, serta
beroperasi dalam batas kapasitas yang ditentukan.
Sebelum penegangan, peralatan harus diperiksa apakah memiliki sertifikat kalibrasi
yang berlaku dari lab yang dapat diterima. Ujung kawat, kabel atau batang harus
dibersihkan dari bahan yang dapat mempengaruhi cengkraman (grip) pada alat
pengangkeran, di mana alat tersebut harus bersih.
Pada pekerjaan post tension, kabel harus bebas bergerak di dalam saluran, yang harus
sudah ditiup dengan udara bertekanan yang bebas minyak sebelum penempatan
kabel. Periksa bahwa kepala angker terpusat dengan tepat di atas pelat angker cast-in.
Penegangan kabel harus berlangsung segera setelah menempatkan kabel di dalam
saluran. Penundaan selama dua minggu atau lebih dapat menyebabkan perlunya kabel
dipindahkan untuk memeriksa kontaminasi atau debu.
Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknik memberikan beban prategang yang
disyaratkan, dan urutan yang harus diberikan. Penyimpangan (deviasi) yang diusulkan
harus dibicarakan dengan Engineer untuk menjamin bahwa bangunan tidak
memperoleh beban yang tidak dapat diterima. Dengan cara yang sama, instruksi atau
petunjuk yang diberikan pemilik sistem prategang yang dipakai harus diikuti oleh
operator.
Kekuatan beton komponen harus diperiksa sebelum prategang untuk komponen yang
dipost-tension atau sebelum pemindahan gaya prategang untuk komponen yang pre-
tension untuk menjamin bahwa beton telah memperoleh kekuatan yang diperlukan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 47


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

b. Prosedur Penegangan
i. Umum
Grafik beban perpanjangan dipakai untuk menghitung perpanjangan teoritis di
mana untuk strand pre-tension yang melendut ditegangkan pada posisi melendut,
dan tendon post-tension harus memasukkan kehilangan akibat gesekan (friction).
Kehilangan dapat ditegaskan oleh pengujian lapangan, bilamana mungkin.
Beban tendon biasanya diukur oleh dynamometer atau dongkrak penarik yang telah
dikalibrasi dan sistem pengukur tegangan, serta diperiksa dengan membandingkan
perpanjangan yang terjadi dengan nilai yang dihitung. Beban pratekan harus
diberikan sesuai dengan urutan yang ditentukan, dan sekali dimulai disarankan
agar pembebanan dilanjutkan tanpa penundaan sampai komponen sudah seratus
persen dibebani. Beban awal harus diberikan pada semua tendon untuk
menghilangkan kendor (slack) sebelum penarikan (tensioning). Perhitungan untuk
beban ini dapat dibuat dengan menggambarkan grafik nol koreksi (zero correction)
atau dengan mengestimasi dan membandingkan perpanjangan antara beban awal
dan beban akhir. Jika perpanjangan sebenarnya berbeda lebih 5% dari
perhitungan, periksa peralatan dan bahan sebelum melepaskan dan membebani
kembali. Ketika membebani kembali, harus diingat bahwa kinerja beban
perpanjangan bahan penegangan tidak akan sama dengan pembebanan pertama.
Jika kehilangan gesekan dianggap terlalu besar, tendon harus diminyaki dengan
hanya menggunakan minyak yang larut dalam air, atau pembebanan dapat
diberikan dari kedua ujung.
Semua penegangan harus dicatat pada lembar catatan penegangan yang sesuai
bersama-sama dengan semua informasi yang terkait dengan tendon, grout dsb.

ii. Penarikan
Kontraktor harus memberikan rincian mengenai tekanan gauge yang akan dipakai
pada waktu penarikan, perpanjangan (extension) yang dihitung untuk tendon dari
gulungan (coil) khusus, dan kehilangan yang diizinkan pada angker, pengangkat
(hold up), penahan (hold down) dan penghubung sambungan (splice connector).
Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa akan dipakai peralatan penarikan yang
benar untuk prategangan. Khususnya semua dongkrak penarik dan gauge harus
diperiksa, serta nomor serinya dicatat, karena jenis-jenis dongkrak dan gauge yang
serupa dapat berbeda kinerjanya.
Sebelum penarikan dimulai, semua dongkrak penarik harus dicoba dengan
pemompaan ram ke dalam dan ke luar beberapa kali. Tiap tendon diberi nomor dan
pola tendon yang diberi nomor disketsa pada catatan penarikan. Pada waktu

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 48


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

tendon mula-mula ditarik melalui pengangkat (hold-up), penahan (hold-down) dan


headstock billets, tendon ini akan kendor (slack) dan melendut (sagging). Oleh
karena itu, perlu memberi gaya pada tendon untuk menarik kendor (slack) sebelum
kegiatan penarikan utama dimulai. Operasi ini disebut "Sag Pull Up" dan tekanan
yang dicatat pada gauge ketika ini dilakukan disebut "Sag Pull Up pressure" atau
"S.P.U" Nilai dari tekanan ini harus ditentukan dengan memperhatikan tendon pada
waktu penarikan berlangsung dan akan merubah pengaturan prategangan dan
panjang dasar prategang (prestressing bed). Akan tetapi biasanya tekanan gauge
sekitar 7 MPa sudah memadai.

iii. Prosedur Penarikan


Tendon pertama harus ditarik hingga tekanan sag-pull-up, seperti ditunjukan oleh
gauge tekanan, dan tendon ditandai "1" pada ujung penarikan, seperti terlihat pada
Gambar 3.14. Pada waktu yang sama penandaan dilakukan pada semua
sambungan (splices) dan pada ujung tendon, seperti terlihat pada Gambar 3.15 dan
3.16. Tanda-tanda ini dipakai untuk rujukan kemudian dalam perhitungan
perpanjangan yang diukur sebenarnya. Penting untuk membaca secara tepat
tekanan Sag-Pull-Up. Jika terjadi ketidak-tepatan dalam membaca tekanan ini akan
terjadi kesalahan pada perpanjangan yang diperlukan pada beban penuh.
Tendon kemudian harus ditarik sampai tekanan dongkrak yang ditentukan, dengan
memakai gauge tekanan, dan tendon yang ditandai "2" pada ujung penarikan,
seperti terlihat pada Gambar 5.14. Tekanan dongkrak kemudian dilepas untuk
memungkinkan tendon dijepit oleh baji pada headstock. Pengurangan pada
perpanjangan dari yang terdapat pada tekanan dongkrak penuh disebabkan karena
kehilangan di angker headstock setelah penguncian (lock-off). Kehilangan pada
angker ini harus dicatat dan dibandingkan dengan nilai perkiraan. Kehilangan pada
perpanjangan dari tendon di angker headstock pada saat tendon dijepit oleh baji
disebut kehilangan pada angker, dan merupakan kombinasi tergesernya (slip)
angker dan masuk angker kedalamnya (draw-in). Proses penarikan harus diulang
sampai semua tendon telah ditarik. Dua tendon pertama kemudian ditarik kembali
untuk menentukan tekanan pengangkat (lift-off) pada waktu konus terangkat pelat
billet. Mungkin perlu menggunakan jembatan detensioning untuk menentukan
tekanan lift-off ini. Tekanan lift-off dari tendon harus sedikitnya sama dengan
tekanan yang ditentukan, jika tekanan lift off kurang daripada yang ditentukan, ini
menandakan bahwa dasar (bed) prategang telah memendek, atau telah terjadi
angker tergeser (slip), dan harus dilaporkan pada Engineer. Setelah penarikan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 49


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

selesai, acuan ujung dan tulangan baja harus diperiksa untuk memastikan bahwa
tendon tidak merubah bentuknya (fouled).

iv. Extension (Perpanjangan)


Perpanjangan "sebenarnya" yang diukur dari tendon adalah perpanjangan yang
diukur antara tanda "'1" dan "2" dari Gambar 3.14. dikurangi yang berikut:
(i) Penguncian (Lock off) terukur pada angker pada headstock Gambar
3.14.
(ii) Pergeseran (Slippage) pada angker pada ujung mati (dead-end)
Gambar 3.15.
(iii) Pergeseran (Slippage) total pada baji pada penyambungan (splice)
Gambar 3.16.
(iv) Pemendekan dasar pengecoran.
(v) Gerakan setempat pada pelat dead end sandwich dan titik rujukan
yang dipakai untuk mengukur perpanjangan pada ujung penarikan.
Butir (iv) dan (v) sangat kecil dan sering diabaikan. Akan tetapi butir tersebut harus
selalu diperiksa untuk menentukan apa bila ada pengaruhnya terhadap
perpanjangan, khususnya sehubungan dengan dasar prategang yang dibuat dari
komponen baja. Perpanjangan sebenarnya yang diukur dan kehilangan angker
pada headstock akan dibandingkan dengan nilai-nilai perhitungan atau perkiraan,
dan tidak boleh berbeda dengan nilai tersebut lebih daripada yang diizinkan dalam
Spesifikasi Teknik. Suatu cara pemeriksaan untuk menentukan perpanjangan yang
sebenarnya adalah dengan menandai panjang tendon 4 m dan mengukur panjang
ini sebelum dan sesudah penarikan. Kemungkinan penyebab perbedaan antara
perpanjangan sebenarnya yang diukur, dengan perpanjangan yang dihitung adalah:
(i ) suatu tekanan sag-pull-up yang salah mungkin telah digunakan.
(ii) tekanan dongkrak akhir mungkin salah.
(iii) kalibrasi dari sistem dongkrak mungkin salah.
(iv) Pada tendon mungkin ada tulangan atau membentuk ujung yang
kotor.
(v) Telah dilakukan pengukuran yang salah.
(vi) Tergesernya (slip) dan masuk ke dalamnya penjangkaran (draw-in)
berbeda dari yang diperkirakan.
(vii) Gesekan akibat penahan (hold-down) dan pengangkat (hold-up)
mungkin berbeda dengan perkiraan.
(viii) Terjadi pergeseran (slippage) pada tendon yang tidak terduga.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 50


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

(ix) Sertifikat lilitan kawat baja (strand) dari pemasok mungkin tidak
benar.

Gambar 3.14 - Perpanjangan Yang Diukur

Gambar 3.15 - Pergeseran (Slippage) Pada Ujung Mati

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 51


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.16 - Pergeseran (Slippage) Pada Penyambungan

v. Kegagalan Tendon
Kegagalan tendon dapat terjadi karena penjepit atau baji aus, kegagalan tendon
setempat karena bahan yang kurang baik, korosi, kerusakan fisik seperti
pemuntiran (kinking), tegangan berlebih, atau pemanasan tendon. Sebagai langkah
pengamanan, tendon yang terbuka harus ditutup terpal atau ditahan dengan
penahan (toggle) untuk mencegah pencambukan tendon bila terjadi kegagalan.
Jika terjadi kegagalan harus diselidiki penyebabnya sebelum pekerjaan dilanjutkan.
Tendon kemungkinan lepas melalui baji dan bukannya putus. Jika hal ini terjadi,
tendon akan lepas keluar pada ujung lain dasar (bed) prategang menurut garis
lurus, sampai dihentikan oleh penghalang atau deflector. Dengan alasan ini,
penting untuk membiarkan daerah di belakang angker bebas dari benda apapun,
dan tidak mengijinkan siapapun berdiri di belakang angker pada waktu tendon
ditarik dan terbuka. Baji harus diperiksa untuk memastikan kebenaran ukurannya
untuk lilitan kawat (strand) yang digunakan, tidak retak, giginya tidak tumpul atau
aus, dan harus bersih serta bebas dari lemak dan debu. Jika penggeseran
(slipping) berlebihan terjadi, mesin, toleransi dan kekerasan baji dan kepala angker
harus diperiksa. Baji yang biasa dipakai pada post-tension tidak boleh dipakai pada
pre-tension karena giginya terlalu halus. Tugas utama Konsultan Supervisi adalah
memastikan bahwa semua tindakan pengamanan diperhatikan di pabrik pracetak,
dan khususnya semua tanda peringatan keamanan dipasang pada waktu penarikan
berlangsung. Bila Kontraktor tidak memenuhi syarat-syarat pengamanan, pekerjaan
harus dihentikan, sampai Spesifikasi Teknik tersebut dipenuhi.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 52


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

c. Pemindahan Gaya Prategang


Untuk pekerjaan pre-tension, pemindahan gaya prategang pada beton harus
berlangsung secara perlahan dan seragam dengan menggunakan dongkrak-
dongkrak untuk melepaskan gaya dalam semua tendon pada waktu yang sama.
Pemotongan mekanis lilitan kawat (strand) yang dibebani tidak diperbolehkan,
karena pengaruh kejut (impact) dari pelepasan tiba-tiba pada unit yang selesai. Jika
headstock dengan desain khusus untuk detensioning semua lilitan kawat (strand)
pada satu waktu tidak tersedia, pemindahan beban dilakukan dengan
pendongkrakan sebagian dari tendon tunggal menurut pola yang dianjurkan atau
dengan relaksasi panas. Pemindahan beban dengan pemanasan dapat diterima,
bila panas diberikan pada panjang tendon yang cukup dan untuk waktu yang
memadai sehingga relaksasi berangsur-angsur sebelum kegagalan akhir. Relaksasi
lilitan kawat harus berlangsung bersamaan pada kedua ujung dasar prategang
(stressing bed) untuk mencegah gerakan tiba-tiba unit itu. Beton harus dilindungi
terhadap radiasi panas dari api dan panas yang diantarkan melalui tendon, dengan
cara menjauhkan api (sekurangnya 300 m) dari unit. Jika lilitan kawat pretension
melendut, kawat-kawat tunggal dan alat penahan (hold down) harus dilepas dalam
urutan yang ditentukan sebelumnya oleh perencana, untuk mencegah pola
pembebanan yang kurang dapat diterima pada beton.
Setelah pemindahan tegangan, tendon harus dipotong rata pada ujung komponen
atau angker. Pemotongan dengan api tidak boleh digunakan untuk maksud ini
untuk mencegah kerusakan beton. Ujung terbuka tendon kemudian dilindungi
terhadap korosi dengan pemakaian campuran penutup seperti epoxy tir atau epoxy
resin.

d. Pembuatan Catatan
Keterangan seperti kekuatan beton, hog, bow, detail peralatan penegangan yang
dipakai, nomor gulungan (coil) yang dipakai pada fabrikasi kabel, beban dan
perpanjangan harus dicatat, sebaiknya dengan menggunakan formulir standar

3.5.5 TINDAKAN PENGAMANAN

Yang penting untuk diingat adalah bahwa tidak seorangpun boleh, berdiri di belakang
dongkrak penarik atau angker pada waktu operasi penegangan.
Semua orang yang tidak terlibat secara aktif dalam operasi penegangan dan
pengawasan pelaksanaannya harus menjauhkan din dari pekerjaan itu. Staf Supervisi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 53


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

harus mampu dan berpengalaman. Operator juga sebaiknya berpengalaman dalam


sistem penegangan yang dipakai.
Kondisi semua peralatan harus diperiksa dengan baik sebelum dimulai, terutama alat-
alat penjepit yang harus dipakai lebih dari sekali. Pastikan bahwa peralatan dalam
kondisi baik. Kebersihan sangat penting. Komponen yang menunjukkan keadaan
sering dipakai atau lelah harus diganti, dan kondisi selang tidak boleh dilupakan.
Gulungan kawat tank harus ditangani secara hati-hati karena dapat tiba-tiba lepas
kembali jika ujungnya tidak ditahan. Jika unit yang akan diberikan tegangan (stress)
atau grout berada pada ketinggian (di atas), lalu-lintas di bawah harus dialihkan atau
dilindungi terhadap pengaruh kawat atau kabel putus dan terhadap grout yang bocor.
Dongkrak penarik harus dijaga tidak meloncat ke belakang (recoil), sebaiknya dengan
rantai, di mana ada kemungkinan gagalnya bahan atau peralatan penegangan secara
mendadak. Penghalang yang berat harus dipasang di belakang dongkrak, dan ruang
antara dongkrak serta penghalang harus ditutup. Tanda-tanda harus dipasang,
memperingatkan pekerja dan masyarakat umum agar menjahui tempat itu. Gulungan
karung atau plastik berat, dan kayu dapat dipasang di atas kawat prategang yang tidak
ditempatkan dalam acuan atau tulangan. Sistem pendongkrakan tidak boleh
ditinggalkan di bawah tekanan. Jika penegangan tidak dapat diselesaikan dalam waktu
singkat, turunkan dongkrak dan mulai lagi bila persoalan sudah dipecahkan, dengan
membuat penyesuaian yang perlu pada beban dan perpanjangan.
Pengelasan atau pemotongan dengan api tidak boleh dilakukan di dekat bahan atau
peralatan penegangan, dan sebaiknya tidak memukul dengan palu atau menggoncang
peralatan jika pembebanan sudah dimulai.
Periksa posisi dongkrak dan alinemen dan penahan (fixing) pada kedua ujung unit
setelah beban awal diberikan. Operator yang berpengalaman harus mengawasi ujung
yang tidak mendongkrak pada waktu pembebanan.
Pada waktu grouting, operator harus menjaga kebersihan terhadap kebocoran saluran
karena pemampatan (blockage) sementara dapat diikuti oleh suatu explosive
clearance.

3.5.6 GROUTING

a. Umum
Grouting memberi perlindungan jangka panjang terhadap karat pada tendon
prategang, membantu menyebarkan beban superimpose pada keseluruhan unit, dan
melindungi unit itu terhadap kemungkinan kegagalan yang disebabkan oleh
dilepaskannya beban oleh satu atau lebih kawat dalam kabel yang ditegangkan. Oleh

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 54


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

karena itu grouting disarankan segera setelah penegangan suatu unit selesai, dan
tidak lebih dari dua hari setelah penyelesaian. Dalam keadaan khusus grouting dapat
ditunda, akan tetapi harus dipikirkan perlindungan tendon terhadap korosi pada waktu
ini.

b. Bahan dan Pengadukan


Grout adalah campuran semen dan air dan bahan tambahan yang disetujui. Desain
campuran harus mengandung air hanya secukupnya untuk memungkinkan campuran
mengalir bebas dan menembus rongga. Grout biasa dari semen dan air merembes dan
menyusut, dan bahan tambahan pemuai atau bahan tambahari jenis gel atau plasticiser
dapat disetujui untuk memperbaiki kelemahan ini. Pengaduk standar (tumble action)
kurang sesuai untuk mengaduk grout dan pengaduk putar (rotary) berkecepatan tinggi
lebih sesuai, di mana air selalu pertama-tama yang dimasukkan. Grout dikeluarkan dari
pengaduk melalui corong dan penyaring ke pompa yang sesuai yang bekerja secara
kontinyu dan mempunyai fasilitas resirkulasi yang akan tetap menjaga campuran
berjalan terus bila grout tertahan sementara. Pelaksanaan yang baik mensyaratkan
grout cukup diaduk hanya untuk satu saluran. Kelebihan sisa yang terjadi tidak boleh
dipakai kembali, dan jika terjadi penundaan, grout yang umurnya lebih dari 30 menit
tidak boleh dipakai.

c. Prosedur
Saluran (duct) dibilas pertama-tama dengan menggunakan aliran air yang banyak,
kemudian ditiup dengan udara bertekanan yang bebas minyak. Air yang tertinggal
dalam saluran (duct) akan dipaksa keluar melalui lubang (vent) oleh grout yang masuk.
Persediaan grout dihubungkan dengan lubang paling bawah. Lubang-lubang sisa
lainnya secara berturutan ditutup pada waktu grout, yang bebas dari udara dan air
yang mengalir keluar. Setelah saluran (duct) terisi penuh, pompa masih melanjutkan
tekanan, yaitu sekitar 700 kPa, pada sistem tertutup selama satu menit. Jika dianggap
perlu, konsistensi grout dapat diperiksa dengan hidrometer.
Adalah penting bahwa sistem itu, terutama pada sambungannya, bebas dari kebocoran
dan bahwa peralatan bersih serta terpelihara. Jika terdapat kebocoran yang tidak dapat
dihentikan pada waktu grouting, grout di dalam saluran (duct) harus dibilas keluar
dengan air dan kegiatan dimulai kembali setelah kebocoran diperbaiki. Jika ada
pemampatan (block-age) kemungkinan seluruh duct dapat diisi dengan memindahkan
kegiatan pengadukan dan pemompaan pada sisi lain dari unit, jika tidak pemampatan
harus dibuka dengan menggunakan air dan udara bertekanan. Di mana ada resiko
kebocoran menyilang (cross bleeding) dari grout ke dalam saluran (duct) yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 55


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

berdekatan, yang juga akan digrout, kadang-kadang lebih baik mengisi kedua saluran
(duct) secara bersamaan.
Pekerja yang bekerja dekat unit itu harus sadar akan kemungkinan terjadinya
semprotan tiba-tiba dari campuran udara-air-grout. Pada umumnya pekerja harus
menjauhi kabel sampai grout mengeras. Unit tidak boleh dipindahkan selama 7 hari
sampai grout menjadi kuat. Di mana unit digrout pada lokasi akhirnya pada jembatan,
unit itu tidak boleh dibebani lalu lintas atau beban berat untuk 7 hari setelah grouting.
Peralatan, prosedur dan sifat-sifat campuran grout harus diuji sebelum dan selama
pelaksanaan, dan contoh dapat diambil untuk pengujian kekuatan. Kekuatan grout
sebesar 30 MPa (300 kg/cm2) adalah kekuatan 28 hari yang lazim.
Bilamana grouting telah selesai, semua pipa ventilasi yang menonjol dipotong rata dan
dirapihkan.

3.5.7 PENANGANAN DAN PENYIMPANAN GELEGAR DAN UNIT LANTAI


PRA-TEKAN PRACETAK

Gelegar post tension dapat didesain dengan cukup penulangan untuk


memungkinkannya diangkat dari dasar pengecoran (castingbed) setelah dicor dan
sebelum post-tesioning. Desain lain memungkinkan penegangan sebagian (partial
stressing), sehingga unit dapat dipindahkan dari dasar pengecoran untuk diselesaikan
penegangannya dan kemudian digrouting. Desain yang lain mensyaratkan bahwa unit
harus ditegangkan penuh (fully stressed) sebelum dapat dipindahkan. Oleh karena itu
penting bahwa pengawas pabrik pracetak harus mengerti dengan jelas cara yang
diizinkan untuk menangani unit pratekan, bahwa bagian atas ditandai, dan bahwa unit
harus dipindahkan, dinaikkan (kendaraan), diangkut dan diturunkan hanya dengan
pengawasan penuh. Komponen pracetak harus diberi tanda untuk tempat mengangkat.
Tempat tanda tersebut ditentukan dalan Gambar Rencana: Komponen pratekan
diangkat dan didukung hanya pada tempat yang telah ditentukan tersebut.
Jika gelegar diangkut tanpa suatu spreader, suatu peraturan praktis adalah bahwa
sling harus bersudut 60° terhadap garis horizontal, meskipun hal ini dapat berbeda
dalam Gambar Rencana. Gelegar yang sangat panjang dan fleksibel mungkin perlu
penyangga samping untuk mencegah menekuk kesamping yang disebabkan beban
angkat axial dari sling.
Tempat penumpukan harus berada di tempat datar, kuat, rapi, dan kering (drained).
Kayu yang berat dan lebar penuh, sebaiknya kayu keras (hardwood), mendukung
gelegar dekat tiap posisi tumpuan, dan tanah antara tumpuan harus bebas untuk
menjamin bahwa bila tumpuan utama membolehkan gelegar untuk turun setelah hujan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 56


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

besar dia tidak akan menerima dukungan dari apapun dalam daerah ini. Gelegar harus
tetap tegak dan tidak boleh berputar atau jatuh pada sisinya.
Sebaiknya tiap gelegar diberi penyangga samping yang bebas dalam hal penumpu
berpindah. Tiap unit harus terletak cukup jauh satu sama lainnya sehingga dapat
diperiksa secara teratur pada waktu penyimpanan. Penumpukan dari pada komponen
besar tidak disarankan, tetapi unit yang lebih kecil seperti papan lantai, atau tiang
pancang dapat ditumpuk, dalam hal ini penumpu harus tegak satu sama lain untuk
menghindari timbulnya beban lenturan.
Beberapa jenis unit lantai dicetak terbalik untuk kemudahan. Komponen tersebut perlu
ditumpu ditengah bentang pada posisi terbalik, tetapi ditumpu dekat ujungnya setelah
dibalik pada posisi normal. Perencana harus menyetujui terlebih dahulu desain dari
pada peralatan untuk membalikan, sebelum dipakai. Perputaran harus dilakukan
secara berangsur dan halus.

3.5.8 DETAIL-DETAIL PRAKTIS

a. Umum
Beberapa hal yang berhubungan pada masing-masing pretensioning dan post-
tensioning perlu mendapat perhatian dalam bagian berikut ini. Hal tersebut
berhubungan dengan detail praktis yang harus diperhatikan tim pengawas, sehingga
dapat menjamin tercapainya standar tinggi dari pengerjaan dan kualitas bahan.

b. Pretensioning
i. Umum
 Sebelum dimulainya pelaksanaan penarikan, perlu bagi kontraktor
untuk menyerahkan jadwal dari data penegangan untuk disetujui
oleh Engineer.
Jadwal harus meliputi :
o sketsa mendetail mengenai pola tendon memanjang untuk
panjang dasar (bed) dengan panjang per tendon diberikan
dengan jelas.
o gaya penarikan per tendon yang diberikan oleh dongkrak serta
memperhitungkan untuk gesekan sepanjang dasar (bed),
terutama pada kasus strand pola lendutan.
o perkiraan perpanjangan tiap tendon, termasuk perhitungan
untuk gelincir (slippage) pada alat pemegang pada salah satu
atau kedua ujung bed.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 57


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

 Dasar penegangan (stressing bed) harus diperiksa untuk menjamin


bahwa alasnya datar dan rata.

ii. Tendon
 Tendon harus telah diambil contoh dan diuji sesuai dengan
spesifikasi teknik.
 Harus diperhatikan bahwa gaya penarikan masih dalam batas
mutlak 85 persen dari kekuatan tank ultimate dari tendon.
 Penyambungan tendon dalam batas panjang bagian beton tidak
diperbolehkan. Penyambungan dengan alat penyambung dapat
dilakukan di luar bagian beton. Jika penyambung digunakan di luar
bagian itu, harus diamati pada waktu penegangan adanya rotasi atau
spin (yang mengakibatkan relaksasi dari tendon dan hilangnya
perpanjangan). Jika rotasi atau spin terjadi, segera harus diambil
langkah untuk memodifikasi penyambung atau ijin untuk
penyambungan harus dibatalkan.

iii. Penarikan Tendon yang Melendut


Terdapat tiga cara umum untuk menarik tendon pola yang melendut, dan
harus dibuat penyesuaian khusus untuk perpanjangan dan gaya dongkrak
pada jadwal penegangan yang telah dipersiapkan oleh Kontraktor.
Cara-cara tersebut adalah :
 Penarikan dengan masing-masing tendon dipegang pada posisi
yang diperlukan dengan rol atau pin gesekan (friksi) rendah. Dalam
hal ini perpanjangan untuk masing tendon dihitung atas dasar
panjangnya yang tepat dengan memperhitungkan adanya gesekan
pada rol atau pin.
 Tempatkan tendon yang melendut pada posisi rendah, diberikan
tarikan pada bidang horizontal kemudian angkat pada pin atas
yang tetap. Perbedaan antara tegangan tarik awal dan akhir adalah
tegangan tarik yang disebabkan oleh gerakan tambahan dari
strand.
 Tempatkan tendon yang melendut pada posisi tinggi, diberi tarikan
pada bidang horizontal kemudian lendutan pada pin bawah yang
tetap. Perbedaan antara tegangan tarik awal dan akhir adalah
tegangan tarik yang disebabkan oleh gerakan tambahan dari
strand.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 58


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

iv. Pemindahan Prategang


 Strand harus dipanasi sedemikian rupa sehingga kegagalan dari
kawat pertama tiap strand akan terjadi setelah dipanasi selama
minimum 5 detik atau lebih lama. Urutan yang dipakai untuk
pemanasan strand harus sesuai dengan jadwal yang disetujui
sehingga tegangan hampir simetris disekitar sumbu dari bagian itu.
 Bilamana penahan (hold down) telah dipasang, Kontraktor harus
memberikan rincian cara yang diusulkannya untuk melepas gaya-
gaya penahan. Hal ini penting bila berat dari komponen beton
kurang daripada dua kali besar total gaya-gaya penahan (hold
down). Dalam hal ini pemberat atau penahan vertikal harus
ditambahkan langsung pada titik-titik penahan.

v. Pengecoran Beton
 Acuan untuk saluran (duct) internal atau rongga harus diangker
terhadap gerakan atau pengapungan (flotation) pada waktu
pengecoran atau penggetaran beton. Acuan harus terbuat dari bahan
yang tidak akan berubah bentuk pada waktu penanganan atau
pengecoran beton.
 Harus dijamin bahwa minyak acuan tidak diperbolehkan mengenai
tendon.
 Sejumlah spesimen pengujian yang cukup harus dibentuk sehingga
dapat dilakukan pengujian awal spesimen untuk pelepasan dan
pembongkaran. Disarankan bahwa dibuat cetakan sekurang-
kurangnya 3 pasang kubus atau silinder untuk pelepasan per baris
komponen yang dicor.
 Bagian bawah komponen pre-tension harus diperiksa oleh
Konsultan Supervisi segera setelah komponen diangkat dari dasar
(bed).

vi. Penerimaan Pekerjaan Pratekan


Penerimaan pekerjaan pra-tekan adalah tanggung jawab Engineer,
akan tetapi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan
dicatat oleh Tim Supervisi, sehingga dapat membantu penilaian
pekerjaan yang telah selesai. Hal-hal tersebut adalah:

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 59


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

• Hasil-hasil penegangan yang memuaskan, dimana gaya tendon


yang aktual sesuai dengan gaya tendon yang disyaratkan dalam
batas tertentu yang diusulkan Engineer.

o Gaya dongkrak maksimum tidak boleh melebihi 85% dari


kekuatan ultimate minimum yang disyaratkan daripada tendon.

o Gaya aktual untuk tendon tunggal diperbolehkan terdapat


dalam batas ± 5 persen dari gaya yang disyaratkan dengan
syarat bahwa gaya untuk bagian itu secara keseluruhan
terdapat di dalam ± 2 persen dari gaya keseluruhan yang
disyaratkan.
 Pemindahan prategangan yang memuaskan termasuk
pemeriksaan visual beton untuk retakan yang terjadi baik sebelum
maupun sesudah pemindahan. Semua retakan harus ditandai
dengan crayon dan lokasi serta besarnya harus dicatat dengan
sketsa bebas.
 Pemadatan yang memuaskan dari beton, yaitu bagian itu tidak
mempunyai pengeroposan, rongga atau retakan penyusutan.
Keropos adalah hasil dari pemadatan yang kurang memadai
apakah daerah yang keropos diperbolehkan untuk ditambal
tergantung pada lokasinya dan luas daerah yang keropos pada
bagian itu. Bagian-bagian dengan pengeroposan yang luas,
pengeroposan pada soffit dasar, diatas titik-titik landasan atau
cukup dalam sehingga menampakkan tendon, biasanya tidak
akan diterima.
 Bahwa semua ukuran dari bagian yang selesai akan masuk batas
toleransi yang diusulkan oleh Spesifikasi Teknik. Toleransi ukuran
untuk penampang melintang dan ukuran panjang harus dipenuhi
dengan tepat, tetapi ukuran yang berlebih pada "hog" (profil pada
bidang vertikal) atau "bow" (profil pada bidang horizontal) kadang-
kadang diperbolehkan oleh Engineer.

c. Post Tensioning
i. Tendon
 Semua gulungan atau bundel tendon akan diambil contoh
(sampel), diuji dan disetujui sesuai dengan Spesifikasi

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 60


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Teknik sebelum dimulainya pekerjaan, tanpa memandang


adanya sertifikat pabrik.
 Tendon harus selalu disimpan tertutup diatas tanah, serta
disimpan jauh dari tempat di mana peralatan las atau
pemotongan mungkin digunakan. Hal terakhir ini sangat
penting karena terdapat kasus-kasus kegagalan tendon yang
disebabkan percikan logam panas.
 Harus diperhatikan setiap saat pencegahan permukaan
tendon terhadap goresan dari benda-benda seperti pengikat
keran, penjepit keran, bekas traktor atau pahat baja. Harus
berhati-hati pula dalam pembungkusan dan pengangkatan
tendon untuk mencegah lilitan atau bengkokan.

ii. Operasi Pengecoran


Banyak kesulitan pada operasi post-tensioning ditimbulkan oleh
kesalahan pada waktu operasi pengecoran sebelum penarikan
tendon.
 Saluran (duct) dijaga agar tetap dalam batas toleransi ± 6 mm
pada waktu operasi pengecoran. Karena saluran mempunyai
kecenderungan "mengapung" pada waktu pengecoran beton
dan penggetaran yang berhubungan, penting bahwa saluran
ditahan terhadap gerakan keatas selain dari kebawah atau
gerakan "melendut". Satu sistem yang cocok diperlihatkan
pada Gambar 5.17.
 Bocornya adukan ke dalam saluran pada sambungan adalah
suatu masalah yang umum dijumpai dalam pekerjaan post-
tension. Hal ini sangat lazim terdapat pada bangunan
segmental dimana sambungan saluran bertepatan dengan
sambungan segmen.
 Penyambungan saluran tidak cukup dilakukan dengan
pembungkusan ofeh plester. Ujung saluran biasanya tidak
dipotong bersih dan tepat, dan plester cenderung terbelah
dibawah tekanan penggetaran beton pada waktu pengecoran.
Bentuk sambungan yang terbaik adalah pemakaian sebuah
potongan pendek dari saluran sebagai socket penghubung.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 61


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Gambar 3.17 - Sistim Penempatan Saluran

 Panjangkaran harus dipasang tepat siku-siku dalam semua


arah terhadap sumbu-sumbu tendon.
 Beton dibelakang penjangkaran harus dipadatkan seluruhnya.

iii. Penempatan Tendon


 Pada jenis konstruksi in-situ, atau pada pengecoran bagian
lengkap, tendon harus ditempatkan dalam saluran sebelum
pengecoran beton. Tendon dapat membantu menahan
saluran secara kaku pada posisinya pada waktu pengecoran
beton.
 Langsung setelah pengecoran beton, tendon harus
digerakkan ke depan dan ke belakang beberapa kali untuk
menjamin bebas dari masuknya adukan.
 Jika sistem angker ujung mati dan VSL digunakan, harus
berhati-hati untuk melindungi strand yang tampak (pada ujung
angker) dari karat sebelum pengecoran. Sebagai tambahan
perlu diperhatikan bahwa saluran harus cukup karena strand
tidak dapat dipindahkan ke belakang dan ke depan pada
saluran setelah pengecoran seperti yang dapat terjadi pada
balok post-tension yang nominal. Jadi tidak ada cara untuk
memeriksa telah terjadinya kebocoran yang dapat
menimbulkan masalah pada waktu grouting dilakukan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 62


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

iv. Operasi Penarikan


 Penjangkaran dan peralatan harus diperiksa sebelum
dimulainya penarikan. Periksa juga apakah bagian beton itu
bebas bergerak secara memanjang.
 Jika tendon telah dipasang di dalam saluran setelah bagian
itu dicor, saluran perlu dibilas dengan air bersih kemudian
ditiup dengan udara bertekanan untuk menghilangkan semua
benda asing.
 Jika tekanan pengukur kurang dari tekanan yang diharapkan,
hal itu berarti bahwa terdapat lebih sedikit gesekan daripada
yang diperkirakan. Jika tekanan lebih besar, berarti bahwa
terdapat lebih banyak gesekan. Bila tekanan pada pengukur
jauh lebih kecil, disarankan bahwa perhitungan perpanjangan
harus diperiksa sebelum penjangkaran.
 Perhatikan bahwa penarikan/pemberian tegangan tarik diukur
oleh perpanjangan, dan bahwa alat pengukur (gauge),
dynamometer dan sel beban hanya untuk tujuan pemeriksaan
saja.
 Bila perpanjangan yang disyaratkan belum dicapai ketika
pengukur tekanan menunjukkan bahwa beban tarik telah
mencapai 85 persen dari kekuatan tarik ultimate dari tendon,
tendon harus di-tension dan masalahnya harus diselidiki.
 Hasil-hasil penegangan yang memuaskan terjadi bilamana
gaya tendon aktual sesuai dengan gaya tendon yang
diperlukan, dalam batas yang diusulkan Engineer. Batas-
batas tersebut biasanya adalah:
o Gaya dongkrak maksimum tidak boleh melewati 85% dari
kekuatan minimum ultimate tendon yang ditentukan.
o Gaya aktual maksimum tunggal diperbolehkan dalam
batas ± 5 persen dari gaya yang ditentukan dengan syarat
bahwa gaya untuk bagian itu secara keseluruhan adalah
didalam batas ± 2 persen dari gaya total yang diperlukan.

v. Grouting
 Saluran harus di grout dengan tekanan dengan campuran
grout sesuai yang disetujui dalam batas 48 jam dari

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 63


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

selesainya operasi peregangan, kecuali bila ditentukan lain


atau disetujui oleh Engineer.
 Langsung sebelum grouting, saluran harus dibilas secara
menyeluruh dengan air bersih dan semua air sisa harus
dihilangkan menggunakan udara bertekanan.
 Grout harus diberikan dengan pemompaan terhadap lubang
vent terbuka. Grout diberikan secara kontinu dibawah tekanan
sedang pada satu ujung saluran sampai semua udara yang
sedang pada satu ujung saluran sampai semua udara yang
tertahan dipaksa keluar lubang vent pada ujung berlawanan
dari saluran. Hal ini diteruskan sampai suatu aliran grout yang
tetap, keluar, lubang vent terbuka kemudian ditutup
sementara tekanan dipelihara. Tekanan grout dinaikkan
bertahap sampai minimum 700 kPa dan dipegang tetap pada
tekanan ini kira-kira 1 menit. Lubang tempat masuk grout
kemudian ditutup.
 Pada balok panjang sering diberikan lubang vent pusat
dengan pipa plastik yang melewati badan balok untuk
memudahkan pengisian dengan grout.

3.6 GROUT YANG CACAT

Bagian ini membahas perbaikan pada beton yang rusak setelah acuan dibongkar.

3.6.1 UMUM

Spesifikasi Teknik biasanya menyediakan perbaikan kerusakan dan perbaikan lain


seperti mengisi lubang yang ditinggalkan oleh perlengkapan acuan dari sebagainya.

3.6.2 CARA-CARA PERBAIKAN

a. Umum
Empat cara perbaikan yang berbeda disebutkan dalam Spesifikasi Teknik dan dibahas
disini.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 64


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Cara yang manapun digunakan, penting untuk menyadari bahwa persiapan beton
untuk perbaikan sama pentingnya bila tidak lebih penting daripada proses perbaikan
aktual.
Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa petunjuk yang jelas dan rinci diberikan
kepada Kontraktor untuk menjamin bahwa perbaikan dilakukan dengan benar.
Jika pengawasan setelah pembongkaran acuan menunjukkan perlunya perbaikan,
perlu untuk melakukan pekerjaan itu sesegera mungkin dan lebih baik dalam waktu 24
jam. Sementara perbaikan berlangsung, pengawas harus menjamin bahwa perawatan
tidak diganggu pada lokasi lain pada unsur.
Beton yang akan diperbaiki harus ditandai dengan jelas dan serangkaian pemeriksaan
harus dilakukan untuk menentukan sejauh mana beton harus dialihkan dan diperbaiki.
Pembongkaran bahan yang kurang baik biasanya dilakukan dengan pahat tangan dan
harus diawasi dengan teliti untuk memastikan bahwa hal ini tidak mempengaruhi beton
yang berdekatan.
Hai-hal yang penting untuk pembuangan yang benar daripada beton sebelum mulai
pekerjaan perbaikan ditunjukkan pada Gambar 5.18.

Gambar 3.18 – Pembongkaran beton yang kurang baik sebelum dilakukan


perbaikan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 65


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

b. Perbaikan dengan Cara Campuran Kering (Dry-pack)

Cara pack kering digunakan untuk lubang yang relatif dalam, yang mempunyai
kedalaman sama dengan atau lebih besar dari ukuran permukaan paling kecil, dan di
mana dapat diperoleh penahanan lateral.
Jika perlawanan lateral tidak dapat diperoleh, cara penggantian adukan mungkin lebih
sesuai. Untuk pengisian yang agak banyak dibelakang penulangan yang tampak
(expose), atau untuk mengisi lubang-lubang yang menembus dinding atau balok,
penggantian beton merupakan cara yang lebih baik.
Untuk mempersiapkan penambahan dry-pack, tidak hanya penting bahwa lubang tajam
dan segi empat pada ujung permukaan, tetapi bahwa sudut didalam lubang berbentuk
bulat. Permukaan dalam harus diperkasar untuk mendapatkan lekatan yang efektif.
Lubang harus dibentuk sehingga kedalaman minimum untuk dry packing adalah 25mm.
Operasi pengisian harus dimulai setelah permukaan dicuci bersih dan dikeringkan, dan
setelah pemeriksaan oleh pengawas. Permukaan mula-mula disikat dengan adukan
kaku atau grout (basah secukupnya sehingga menempel pada permukaan), dimana
campuran itu biasanya 1 semen berbanding 1 pasir halus dengan kekentalan krem
kental. Lapis pelekatan ini harus tidak terlalu basah maupun diberikan terlalu tebal
sehingga mempengaruhi bahan dry-pack, yang diberikan segera sebelum lapisan
pelekatan mengering. Kadang-kadang semen kering dibedaki pada permukaan setelah
pemberian lapisan pelekatan untuk menyerap kelembaban berlebih. Adanya semen
berlebih pada lubang kemudian dihilangkan dengan kuas sebelum dilakukan
penambalan (packing).
Dry-pack biasanya adalah campuran dari 1 bagian semen dan 2,5 pasir melewati
saringan 1 mm, proporsi tersebut divariasi supaya warna tambahan itu sesuai
dengan daerah sekitarnya. Kadang-kadang sejumlah kecil semen putih dipakai untuk
maksud ini.
Untuk penambalan lubang baut, campuran kurus dari 1 banding 3 atau 1 berbanding
3,5 cukup kuat dan dapat membaur lebih baik dengan warna beton sekitarnya. Air
campuran hanya secukupnya digunakan sehingga adukan akan melekat satu sama
lain ketika dibentuk menjadi bola dengan tekanan kecil dan tangan, dan tidak
mengeluarkan air tetapi tangan terasa lembab.
Penempatan material dilakukan dengan lapisan sekitar 10mm tebal dan penambahan
dilakukan dengan bentang kayu berukuran 25 mm diameter 200 hingga 250 mm
panjang dari palu. Jika terjadi keadaan menyerupai karet akibat samping ini,
penempatan lapisan lebih lanjut harus ditunda. Lubang-lubang harus diselesaikan
rata dengan permukaan bersebelahan dan tidak boleh ada air berlebih. Pengawas

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 66


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

harus memastikan bahwa alt besi tidak digunakan untuk pemadatan karena
cenderung merubah warna pengisi. Bila perbaikan telah selesai, dilanjutkan dengan
perawatan air.

c. Penggantian Beton
Cara penggantian beton sesuai untuk mengisi lubang melalui bagian- beton atau
bilamana lubang pada beton yang lebih luas dari 1,0 m2 dan melewati daerah
pemulanya.
Jika mengganti beton yang dicor dalam acuan, atau mengganti beton disisi
bangunan, pelaksanaan dan penempatan acuan untuk pekerjaan penggantian sangat
penting. Acuan depan untuk perbaikan dinding beton lebih dari 450 mm tingginya
harus ditangani secara bagian-bagian horizontal sehingga beton dapat ditempatkan
dengan ketebalan tidak lebih, dari 300 mm, dimana beberapa bagian acuan dipasang
sementara sedang berlangsung pengecoran. Detail acuan tipikal untuk penggantian
beton pada dinding tersebut terlihat pada Gambar 8.19. Acuan harus rapat adukan
pada semua sambungan dan lubang baut pengikat, terutama bilamana diberikan
tekanan pada waktu tahap akhir pengecoran beton.

Gambar 3.19 – Detil Acuan untuk Penggantian Beton

Untuk mempersiapkan penambahan, kecuali ditentukan lain, pengawas harus menjamin


bahwa :

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 67


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

(a) Lubang-lubang harus mempunyai kedalaman minimum 100 mm pada


beton baru dan 150 mm pada beton lama, serta daerah minimum untuk
perbaikan adalah 0,05 m2 pada beton bertulang dan 0,1 m2 untuk beton
biasa.
(b) Batang penulangan ditinggal tertanam sebagian, dan ruang bebas
sekurangnya 25 mm tersedia sekeliling tiap batang yang tampak. Kawat
pengikat lepas harus dipindahkan, dan penulangan yang tampak
(expose) dibersihkan (lebih baik dengan penyemprotan pasir).
(c) Puncak pinggiran lubang pada muka bangunan harus dipotong, menurut
garis yang hampir mendatar. Jika perlu, puncak potongan itu dapat
diturunkan. Permukaan atas potongan harus terletak pada kemiringan 1
banding 3 dari belakang ke depan dinding darimana beton akan
dipasang (lihat Gambar 5.18)
(d) Lubang pada dinding harus tetap basah dengan diberi packing dengan
karung yang dibasahi terus hingga pembersihan akhir sebelum
pengisian.
(e) Sebelum pengisian, lubang harus dibersihkan sekali lagi sehingga
permukaan bebas dari debu chipping, grout kering dan bahan asing
lainnya. Hal ini sering dilakukan pada, pekerjaan besar dengan
penyemprotan pasir basah, dilanjutkan dengan semprotan udara air
dan terkahir dengan semprotan udara. Dihilangkannya kelembaban
permukaan bebas pada permukaan lekat atau bahan asing lainnya
penting sebelum penempatan bahan pengisi.
Acuan belakang biasanya ditempatkan dan dipasang segera setelah selesai
dihilangkannya beton yang cacad. Acuan depan tidak dipasang hingga setelah
pembersihan akhir, sesudahnya harus segera dipasang dilanjutkan dengan pemakaian
lapisan tipis grout atau adukan kira-kira setebal 3 mm untuk melapisi permukaan beton
pada lubang. Adukan tersebut harus mempunyai komposisi dan w/c ratio sama dengan
campuran beton yang dipakai untuk penggantian.
Setelah persiapan permukaan beton, pengisian langsung dimulai. Biasanya beton air
entrain dipakai untuk maksud tersebut, dan jika dikehendaki keseragaman warna
dengan beton yang bersebelahan, warna semen dipilih dengan beton yang
bersebelahan, warna dipilih dengan hati-hati atau dibuat suatu campuran dengan
semen putih. Untuk mengurangi penyusutan, beton harus sedingin mungkin pada
waktu diletakkan dan pada waktu menempatkan beton pada ketinggian pekerjaan tidak
boleh menerus. Untuk ketinggian terendah, dapat dipakai slump dari 60 mm, tetapi
untuk lift yang lebih tinggi beton dengan slump lebih rendah dipakai. Beton baru harus

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 68


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

digetarkan untuk menjamin pemadatan yang memuaskan dengan penggetar acuan


biasanya dipakai untuk tujuan ini. Pada waktu pengecoran dan pemadatan harus diberi
cukup relevan pada acuan untuk mendapatkan berituk yang diinginkan dari beton yang
diganti. Dalam beberapa kasus, campuran tambahan yang memuai telah digunakan
untuk menjamin bahwa beton mengisi ruangan secara memadai dan diberi tahanan
yang ditentukan mempunyai cukup kekuatan. Campuran tambahan harus digunakan
dengan hati-hati.
Acuan untuk perbaikan penggantian beton biasanya dibongkar sehari setelah
pengecoran, kecuali bila ini merusak beton baru. Tonjolan yang tertinggal harus
dihilangkan dengan merapihkan tanpa mempengaruhi bagian yang telah diperbaiki, jika
terdapat permukaan kasar akibat perapihan, dapat ditutup secara hati-hati supaya
cocok dengan permukaan yang berdekatan kemudian dilanjutkan dengan perawatan
yang cukup.

d. Penggantian Adukan (Mortar)


Perbaikan dengan cara penggantian adukan biasanya sesuai untuk lubang yang
dangkal, yang terlalu lebar untuk cara dry-pack dan terlalu dangkal untuk penggantian
beton, dan untuk semua lubang relatif dangkal (besar atau kecil) yang tidak melampui
penulangan di dekat permukaan. Daerah-daerah keropos dan cacad dangkal yang
tampak pada saat pembongkaran acuan dapat diperbaiki dengan cara ini sementara
beton masih basah.
Setelah daerah yang akan dikerjakan dipersiapkan dengan menghilangkan semua
beton yang cacad dan membersihkan, adukan harus langsung diberikan. Tidak
diperlukan pemberian semen, grout adukan atau adukan basah. Bila adukan akan
diberikan dengan tangan, pinggiran dari daerah yang dipahat harus diluruskan tanpa
adanya pinggiran yang tidak rata. Jika dipakai pistol pneumatic lubang yang agak
dangkal harus dibentuk keluar kira-kira dengan kemiringan 1 berbanding 1 (45 derajat)
untuk menghindari masuknya bahan kembali dan sudut-sudutnya harus dibulatkan. Bila
beton lama akan diperbaiki, beton harus dibuang dengan kedalaman sekurangnya 75
mm.
Biasanya penggantian adukan dilakukan dengan pistol pneumatik, dimana jenis alat ini
tergantung pada besar kecilnya pekerjaan. Peralatan berukuran kecil tersedia untuk
perbaikan kecil dari beton.
Kadar air serta campuran yang sesuai untuk adukan (mortar) tergantung pada jenis
peralatan yang dipakai, tetapi pasir halus yang melewati saringan 1 mm biasanya
dipakai. Jika perbaikan lebih dalam daripada 25 mm, adukan harus diberikan menurut
lapisan setebal 20 mm untuk menghindari pelengkungan dan hilangnya lekatan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 69


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Setelah setiap lapisan, harus ada jarak waktu 20 menit sebelum dipasang lapis
berikutnya, tetapi adukan yang awal tidak boleh dibiarkan mengering. Setelah
perbaikan itu selesai, adukan harus dipenuhi lebih dari level yang diperlukan kemudian
dirapihkan setelah bahan agak mengeras, tanpa merusak bagian yang terisi.
Perawatan yang memadai sangat penting.
Bentuk-bentuk yang paling sering digunakan dari teknik yang menggunakan peralatan
pneumatik ini adalah shotcrete dan gunite.

e. Epoxy Resin
Sebesar apapun ukuran perbaikan yang diperlukan, perbaikan epoxy harus dilakukan
dengan nasehat dari ahli. Istilah "epoxy" dimaksudkan plastik thermo setting yang
dapat dipakai untuk media pelekatan dan sesuai untuk digunakan pada lokasi dimana
perawatan jangka panjang tidak dapat dilakukan. Adukan epoxy terdiri atas pasir halus
dan epoxy resin dipakai untuk tambahan tipis yang akan segera dipakai kembali,
sehingga perawatan lernbab tidak dapat dilakukan pada lokasi tersebut. Epoxy resin
mempunyai masa pot yang singkat, jadi harus dipakai segera setelah diaduk.
Campuran epoxy mempunyai 3 hingga 5 kali koefisien muai thermal dari beton biasa,
hingga harus dipakai pada daerah dimana persediaan tersebut tidak akan
menimbulkan masalah.
Sebelum dimulainya perbaikan dengan campuran epoxy, pekerjaan harus dipersiapkan
seperti halnya untuk cara lain, suatu formulasi epoxy yang sesuai diaduk dengan
bahan tambahan yang cocok untuk perawatan dan segera diberikan pada permukaan
yang akan dilekat, dengan kuas sampai ketebalan 10 hingga 15 mm. Pengawas harus
memeriksa bahwa pemakaian ini dibuat dalam masa pot dari campuran dan dengan
teknik yang sesuai. Pengenceran atau kerusakan dengan pelarut untuk
memperpanjang masa pot dan epoxy tidak diperbolehkan.
Jika adukan akan digunakan, pengawas harus memastikan bahwa adukan disiapkan
memakai agregat yang bersih, kering, dan dimana perlu, yang digradasi (biasanya
pasir) dengan proporsi epoxy yang benar. Untuk tambahan (lapisan) tipis, adukan yang
terdiri atas 1 bagian epoxy dan 2 sampai 3 bagian pasir mungkin sesuai. Untuk
tambahan lebih dalam, agregat yang lebih besar serta campuran lebih encer dengan 1
bagian epoxy dan 5 sampai 6 bagian agregat yang digradasi dengan ukuran
maksimum hingga 10 mm, telah dipakai. Jika acuan dipakai untuk menahan lapisan
lebih total, acuan harus diberi lapisan penutup suatu bahan pelapis seperti silikon.
Beton yang dilekat epoxy, biasanya tidak memerlukan prosedur perawatan selain
perawatan air. Adukan epoxy biasanya tidak memerlukan perawatan, hanya diperlukan
suhu 20°C hingga 30°C untuk 1 sampai 3 hari.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 70


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab III Konstruksi Beton

Pada saat ini, teknik untuk mengisi retakan dengan epoxy dapat digolongkan sebagai
berikut:
• penetrasi dengan gravitasi
 penggunaan gaya kapiler alam untuk retak sempit
 penyuntikan positif dengan tekanan tinggi atau rendah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III - 71


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

BAB IV
BANGUNAN BAJA

4.1 FABRIKASI PEKERJAAN BAJA

Fabrikasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan produksi berbagai komponen
suatu struktur bangunan baja yang dibuat dari baja pelat atau baja profil.

4.1.1 UMUM

Fabrikasi ini meliputi proses - proses pemotongan, pembentukan, pengeboran,


pelubangan, penyambungan dan operasi-operasi lainnya guna pembentukan pelat-
pelat baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi.

4.1.2 GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar rencana memberikan suatu konsep rinci dari struktur (bangunan).


Untuk fabrikasi yang utama shop drawing (gambar kerja) diperlukan untuk
memberikan keterangan yang lengkap yang diperlukan untuk fabrikasi, termasuk
didalamnya ukuran-ukuran dan tempat-tempatnya, tipe dan ukuran dari seluruh
pengelasan-pengelasan dan pelubangan-pelubangannya. Gambar-gambar ini harus
akurat dan rinci (detail) yang teliti untuk menghindari persoalan-persoalan selama
fabrikasi dan pemasangan dan harus diperiksa sebelum dimulai fabrikasi. Shop
drawing dipersiapkan oleh Kontraktor dari gambar rencana dan akan mencerminkan
usulan metoda fabrikasinya.

4.1.3 PROSEDUR FABRIKASI

a. Pengenalan Baja
Semua baja yang digunakan dalam fabrikasi sebuah jembatan harus sesuai dengan
Peraturan yang sesuai seperti yang tercantum dalam Spesifikasi Teknik.
Ini dapat dicek dengan mengacu kepada tingginya temperatur pemanasan baja yang
diberi tanda (segel) di atas baja, saat baja digilas (rolling). Tingginya temperatur
pemanasan ada hubungannya dengan sertifikat pengujian pabrik yang memberikan
perincian sifat-sifat phisik dan komposisi kimia dari baja tersebut.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Dalam hal tidak ada tanda pengenalan (identifikasi) maka diwajibkan terhadap
fabrikan untuk menyediakan contoh-contoh baja untuk diadakan pengujian pada
suatu laboratorium yang disetujui.

b. Pelurusan
Bengkokan atau distorsi baja harus dikoreksi dengan suatu cara yang akan
menghindari kerusakan pada baja. Jika bahan memerlukan pelurusan untuk
mempertahankan toleransi dan kesesuaian, baik sebelum atau sesudah
pemasangan, pada umumnya ini dilakukan dengan cara mekanis pada temperatur
sekitarnya (ambient temperature), walaupun sedikit lekukan-lekukan dan bengkokan-
bengkokan pada baja berkekuatan normal kemungkinan bisa dikoreksi dengan
pemanasan yang terbatas dalam pengawasan yang teliti.
Pemanasan dari baja berkekuatan tinggi untuk rnencapai kelurusan atau
menghilangkan penyimpangan tidak boleh dicoba tanpa penyelidikan pengaruhnya
pada baja tersebut.
Tekanan hidraulik, pemakaian kekuatan baik horizontal maupun vertikal dan
penggilasan-penggilasan biasanya digunakan untuk pelurusan.

c. Pemberian Tanda
Pemberian tanda gores pada pekerjaan baja, termasuk letak lubang-lubang, dapat
dilakukan dari gambar-gambar kerja atau menggunakan mal. Mal merupakan pola atau
petunjuk berskala penuh atau petunjuk, terbuat dari karton, plywood, lembaran baja,
lembaran kayu atau kayu keras (hard woood).

d. Pembengkokan
Pengepresan-pengepresan dan penggilasan-penggilasan yang digunakan pada proses
pelurusan dapat pula digunakan untuk bagian-bagian bangunan yang berbentuk tetap.
Pipa-pipa baja untuk casing biasanya dibuat dalam suatu gulungan pelat bundar dan
sambungannya dilas.

e. Lawan Lendut (Cambering)


Lawan lendut dari anggota baja giling (gilas) dapat diperoleh dengan proses yang
digunakan untuk pelurusan dan pembengkokan.
Lawan lendut untuk gelagar pelat diperoleh dengan pemotongan dari pelat badan sampai
bentuk yang diharapkan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Lawan lendut dari suatu gelagar dapat diukur dengan gelagar pada sisinya atau dengan
gelagar ditumpu pada titik-titik tumpunya. Pengukuran dari lawan lendut harus
memperhitungkan terhadap pelendutan yang diakibatkan dari beratnya sendiri.

f. Pemotongan
Baja bisa dipotong dengan pengguntingan, penggergajian atau pemotongan dengan las.
Umumnya pengguntingan pelat tidak diperkenankan kecuali pada suatu arah yang
tegak lurus terhadap arah tegangan utama didalam pelat. Pemotongan pinggir harus
bersih dari buangan-buangan, potongan-potongan dan cacat yang lain yang mungkin
mempengaruhi tingkat pelayanan dari komponen itu.
Setiap tegangan yang ditimbulkan oleh tarikan harus dihilangkan, apabila ini diminta
Spesifikasi Teknik.
Pemotongan dengan las, dengan suatu campuran dari sebuah gas seperti asetilin dan
oksigen, umumnya digunakan untuk pemotongan bagian struktur (bangunan).
Pengelasan dapat dilakukan secara manual atau dengan penggunaan peralatan mesin
penggerak sendiri yang otomatis.
Pemotongan dengan las secara luas digunakan untuk pemotongan pingir dari pelat baja
untuk persiapan pengelasan.

g. Lubang Baut
Lubang baut dapat dibor secara ukuran penuh atau dilebarkan pada ukuran penuh
setelah pengeboran awal atau pemukulan awal-sampai suatu diameter kira-kira 5 mm
lebih kecil daripada diameter lubang akhir (final).
Untuk memperoleh lubang yang cocok pada komponen utama, komponen-komponen
yang akan disambung diikat bersama-sama dengan klem dan kemudian dibor sekaligus.
Untuk komponen yang kecil dapat dibor dengan menggunakan sebuah template (mal).

h. Perakitan
Perakitan. komponen-komponen biasanya dilakukan dengan pengelasan atau dengan
menggunakan baut. Di pabrik biasa digunakan dengan las.
Untuk mengurangi penyimpangan komponen, sebuah pola pengelasan yang seimbang
diperlukan pada pengencangan yang tetap. Persyaratan ini umumnya dijelaskan dalam
Spesifikasi Teknik.
Ada bermacam-macam metoda pelaksanaan gelagar yang dilas. Metoda ini tergantung
atas ukuran dari unit, kapasitas dari barak fabrikasi dan teknik pengelasan yang
diperlukan. Umumnya, komponen-komponen dilas melekat ketempatnya dan kemudian
gelagar diletakkan pada posisi untuk suatu proses pengelasan menerus pada sudut yang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 3


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

dikehendaki untuk pengelasan. Penempatan ini mungkin pada perletakan tetap atau
pada konstruksi khusus (trunnions) dimana gelagar dapat diputar kebeberapa sudut.

4.2 PENGELASAN

Semua jenis baja yang tersebut dalam Spesifikasi Teknik dapat dilas.

4.2.1. UMUM

Prosedur pengelasan untuk tingkat kekuatan yang lebih tinggi mencakup penggunaan
temperatur panas pendahuluan yang tinggi dan batang las dengan hidrogen rendah,
khususnya jika ketebalan bagian-bagiannya meningkat. Persyaratan ini adalah untuk
menjamin kekuatan yang cukup dan kekerasan dalam daerah pengaruh panas (Heat
Affected Zone).
Panduan yang rinci mengenai pengelasan jembatan diberikan dalam bermacam-macam
buku petunjuk dan standar.

4.2.2 PEMANASAN PENDAHULUAN

Pemanasan pendahuluan dari baja sebelum pengelasan mungkin diperlukan terutama


untuk pelat yang tebal. Umumnya suatu daerah kurang lebih 75 mm pada masing-masing
sisi dari sambungan diperlukan diberi panas pendahuluan.
Tujuan dari panas pendahuluan adalah untuk mengurangi kecepatan pendinginan
dari baja yang dilas karena panas dari pengelasan diteruskan melalui pelat.
Kecepatan pendinginan yang berlebih dapat menyebabkan kekerasan tambahan dan
kegetasan dalam baja yang dilas dan didalam daerah pengaruh pemanasan dari baja
induknya.
Peryaratan mengenai panas pendahuluan dan masukan energi pengelasan untuk
bermacam tipe pelat dan elektroda diberikan dalam Peraturan Pengelasan AWI
(American Welding Institute).

4.2.3 PERUBAHAN BENTUK (DISTORSI)

Sewaktu pengelasan, penempatan dari suatu las menghasilkan suatu siklus


pemanasan dan pendinginan yang menyebabkan penyusutan pada logam dasar dan
logam yang dilas dan tenaga penyusutan yang timbul akan berkecenderungan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 4


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

mengakibatkan suatu tingkat perubahan bentuk. Perubahan bentuk umumnya tampak


sebagai penyusutan memanjang dan penyusutan melintang.
Bila penyusutan tidak tampak rata pada ketebalan dari las, akan menghasilkan
perubahan sudut. Bila penyusutan terjadi pada suatu arah yang tidak sepanjang garis
sumbu netral batang, akan menghasilkan lengkungan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan bentuk selama pengelasan, adalah:
 panas yang diterima
 daya tahan
 tegangan sisa

Petunjuk secara rinci untuk mengontrol perubahan bentuk diberikan dalam acuan
petunjuk dari AWI.
Perubahan bentuk yang berlebihan dapat dikurangi dengan pemasangan terlebih
dahulu (pre-setting) komponen-komponen, sehingga setelah berubah bentuk dapat
memperoleh bentuk yang benar, atau dengan menghalangi komponen-komponen
dengan penjepit dan penahan.
Baja las juga menyusut apabila dingin sehingga bisa mengakibatkan komponen-
komponen dilas memendek. Penyusutan dari pengelasan memanjang dalam balok
pelat dapat menyebabkan suatu pemendekan 1 mm untuk setiap 4 m balok.
Sambungan yang diharapkan mempunyai penyusutan terbesar harus dilas pertama
kali, dengan sedikit mungkin penahanan.

4.2.4 KUALIFIKASI OPERATOR PENGELASAN

Pengelasan harus dilakukan oleh pelaksana yang mampu yang memperoleh


pendidikan latihan yang tepat dan mempunyai pengalaman praktek.
Umumnya, pemeriksaan visual dari teknik pengelasan dan hasil pengelasan akan
mengidentifikasi kualitas dari sipengelas. Dengan pengecualian terhadap kadang-
kadang undercut (semestinya terjadi pada pengelasan yang dilakukan oleh operator
ahli tidak boleh menampakan adanya cacat permukaan seperti kurangnya throat,
overlap dan sebagainya).
Tukang las yang terikat pada tata cara tidak konvensional memerlukan pengujian contoh-
contoh yang bilamana mungkin sesuai kondisi pekerjaan yang aktual (nyata).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 5


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

4.2.5 KUALIFIKASI PROSEDUR PENGELASAN

Seperti halnya pengujian terhadap operator yang mampu secara praktis umumnya
diperlukan pengujian terhadap prosedur nyata (aktual) untuk diikuti dalam pengelasan.
Prosedur untuk tipe-tipe yang umum dari pengelasan mungkin disetujui atas dasar
pengalaman terdahulu. Prosedur untuk tipe-tipe pengelasan yang kurang lazim diperiksa
dengan percobaan perakitan pabrik.
Prosedur tersebut meliputi:
 nama operator
 tipe dan merk peralatan
 penyiapan pelat
 tipe dan ukuran kawat (wire) elektroda
 tipe flux
 suhu pemanasan awal
 kecepatan pengelasan
 aliran las
 voltage las
 ukuran las dan jumlah pengelasan.
Sekali prosedur disetujui tidak boleh diganti-ganti.

4.2.6 ELEKTRODA-ELEKTRODA

Elektroda yang digunakan pada suatu pengelasan biasanya diperlukan guna memberikan
sifat dalam logam pengelasan yang tidak lebih kecil dari logam induk yang akan
disambung, kecuali kalau penggunaan suatu elektroda pada tingkat yang lebih rendah
tercantum dalam gambar-gambar rencana. Setiap paket elektroda akan mempunyai
tanda pembuatnya dan suatu panel cetak yang memperlihatkan klasifikasi dari elektroda.
Elektroda yang telah terpisah-pisah dari paketnya tidak akan digunakan, karena
elektroda seperti itu tidak akan dapat diidentifikasi. Elektroda yang lepas, kemungkinan
terjadi kerusakan flux dan dapat dicemari dengan air.
Seorang tukang las yang berpengalaman yang menyeleksi sebuah elektroda biasanya
akan panas jika hasilnya sesuai dengan Spesifikasi Teknik. Untuk mengelas struktur
bangunan baja dalam posisi ke bawah (down hand), elektroda serba guna (general
purpose electrode) akan digunakan. Bagaimanapun, dalam keadaan khusus sebuah
elektroda dengan sifat-sifat tertentu harus digunakan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 6


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Sebagai contoh, pada pengelasan baja dengan takikan yang liat serta getas, elektroda
rendah hidrogen biasanya disyaratkan. Elektroda ini menghasilkan suatu pengelasan
logam dengan yang meningkatkan sifat getas.

4.2.7 PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN-PERBAIKAN PENGELASAN

Kedudukan seorang pengawas pengelasan mempunyai tanggung-jawab yang besar. Ia


harus menjamin bahwa tukang-tukang las tersebut benar-benar mampu untuk
mengerjakan pekerjaan yang ditanganinya dan mengikuti semua prosedur yang
ditentukan. Tempat yang dilas harus diperiksa kebersihan dan alinemennya sebelum
pekerjaan dimulai. Pengelasan yang sudah selesai harus bersih dan diperiksa dari
kesalahan-kesalahan baik secara visual atau dengan metoda-metoda lain yang
ditentukan. Pengawas harus menjamin bahwa cara pembersihan tidak akan menutupi
atau mengaburkan keretakan-keretakan atau cacat-cacat lainnya. Tempat-tempat yang
diperbaiki harus ditandai dengan jelas, dengan maksud bahwa semua orang yang
terlibat, menjadi tahu dan tanda-tanda tersebut harus cukup permanen untuk dapat
dilihat setelah perbaikan-perbaikan telah dikerjakan. Pengelasan yang menunjukkan
keretakan-keretakan harus ditolak, tanpa menghiraukan panjang atau lokasi dari
keretakan.
Kekeliruan material pengelasan dapat diiris, digerenda atau dicungkil keluar.
Permukaan yang tampak, harus diperiksa sesudahnya untuk menjamin bahwa
kekeliruan semua bahan telah dibuang. Pembetulan bisa ditakukan dengan pengelasan
kembali bagian yang terpengaruh oleh kekeliruan tersebut. Pengelasan kembali ini,
kemudian juga dilakukan pengujian-pengujian yang sama seperti pada pengelasan
yang asli.
Suatu petunjuk untuk metoda perbaikan yang diperkenankan untuk kekeliruan
pengelasan dapat diperoleh pada "American Welding Institut 'Structural Welding
Code", D 1 .1-88, Clause 3.7.

4.3 PEMERIKSAAN PADA PEKERJAAN BAJA FABRIKASI

Pemeriksaan pada pekerjaan baja fabrikasi dan cara perlindungan (protective


treatment) biasanya dilaksanakan pada tempat produksi. Pengawas bertanggung-
jawab untuk memeriksa material, peralatan, dimensi, cara pelaksanaannya untuk
menjamin bahwa semuanya sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
Spesifikasi Teknik.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 7


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

4.3.1 UMUM

Pengawas pekerjaan baja biasanya mempunyai pengalaman praktis dalam pengelasan


konstruksi dan akan terbiasa dengan metoda fabrikasi dan peralatan. Mereka juga
harus mempunyai pengetahuan mengenai kerusakan yang dapat terjadi di dalam
fabrikasi dan metoda yang memuaskan untuk dipakai mengkoreksi kerusakan.

4.3.2 PEMERIKSAAN PENGELASAN

Pemeriksaan pengelasan menyangkut pertimbangan sebagai berikut:


 peralatan pengelasan, bahan dan proses dan batasan-batasannya
(limitations)
 persiapan sambungan
 prosedur pengelasan
 penyatuan (fusion) dan penembusan (penetrasi) yang tepat
 kerusakan pengelasan dan metoda pengkoreksian.
 pengujian yang tidak merusak (non destructive testing) dan interpretasi
dari hasil-hasilnya.

4.3.3 KERUSAKAN-KERUSAKAN DALAM PENGELASAN

Beberapa kerusakan dalam pengelasan dapat diketahui dengan pengamatan visual.


Termasuk disini undercut (pemotongan terlalu pendek), bentuk yang tidak benar dan
kerusakan permukaan. Seorang pemeriksa dapat memakai metoda lain untuk
membantunya mengetahui kerusakan-kerusakan pengelasan yang tidak nyata dari
pemeriksaan penglihatan visual.
Metoda tersebut adalah:
 Dye Penetrant Test - untuk mendeteksi retak permukaan.
 Magnetic Partide Test (pengujian partikel magnetis) untuk mendeteksi retak
permukaan atau pada kondisi tertentu, retak yang mungkin berada sedikit di
bawah permukaan.
 Radiographi sinar-X atau sinar-gamma untuk mendeteksi kerusakan di bawah
permukaan.
 Pemeriksaan Ultra Sonic untuk mendeteksi kerusakan di bawah permukaan. Ini
ada kerugiannya karena tidak ada rekaman yang permanen dapat dibuat, tetapi
sebaliknya daerah yang luas dapat dicakup.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 8


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Informasi yang rinci mengenai pengujian tanpa pengrusakan dari pengelasan diberikan
dalam berbagai buku pedoman standar pengelasan.

4.4 PERAWATAN PERLINDUNGAN BAJA

Perawatan perlindungan terhadap pekerjaan baja haruslah dilaksanakan sesuai


dengan Spesifikasi Teknik atau standar yang sesuai.

4.4.1 UMUM

Perawatan permukaan dan ketebalan dari lapisan pelindung harus diawasi dan diukur
dengan pengontrol (gauges) ketebalan cat.

4.4.2 PERSIAPAN PERMUKAAN

Suatu persiapan permukaan baja dengan tingkat yang cukup, tergantung lingkungan
dimana konstruksi itu akan diletakkan (expose), adalah perlu karena adhesi dari sistem
pengecatan tergantung pada persiapan permukaan.
Kecuali kotor, debu, minyak, gemuk dan pengotoran permukaan lainnya dibuang,
pengecatan yang dilakukan pada permukaan akan mempunyai adhesi yang rendah,
dengan akibat kerusakan dari sistem pengecatan dan terbukanya lapisan dibawahnya
(substrate) terhadap keadaan luar. Pengecatan harus selalu dilakukan sesegera
mungkin setelah persiapan permukaan dan tidak lebih lama daripada hari yang sama.
Pembersihan dengan abrasive blast adalah metoda yang biasa untuk perbaikan
permukaan untuk jembatan baja.

4.4.3 PELAPIS DASAR (PRIMERS)

Lapisan dasar (Primer) memberikan suatu pelindungan yang harus sebagai berikut:
 melekat pada permukaan baja
 memperlambat korosi pada lapisan bawahnya dengan menghalangi proses korosi
mampu dengan bertindak sebagai suatu katoda penghalang yang dikorbankan
(cathodic sacrificial barrier), dan
 memberikan suatu dasar dimana lapisan cat secara berurutan akan melekat.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 9


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Pelapis dasar yang biasanya digunakan pada jembatan baja baru adalah yang kaya seng
(zinc rich). Pelapis dasar kaya seng akan melindungi baja karena seng adalah elektro
positif terhadap besi. Jika akan terjadi hubungan listrik antara dua metal itu, seng
tersebut akan dikorbankan terkorosi lebih dulu daripada besi. Cat kaya seng karena itu
harus mengandung banyak butir halus metal seng yang terdiri dari bubuk seng asli,
tersebar dalam suatu binder minimal yang stabil. Mereka harus dilapiskan terhadap suatu
permukaan yang baru dibersihkan dengan blast, sesuai dengan Spesifikasi Teknik untuk
menjamin kontak listrik yang effektif.
Pelapis dasar kaya seng terdiri atas dua kelas sesuai dengan sifat dari bahan pengikat.
Yang paling awet adalah yang berasal dari pengikat anorganik. Grup kedua adalah yang
berasal dari bahan pengikat organik. Pengikat ini diperoleh dari sejumlah damar (resin),
tetapi variasi dua pak epoxy adalah yang biasanya digunakan untuk penambalan dan
pengecatan kembali.

4.4.4 PELAPIS BAWAH (UNDERCOATS)

Pelapisan bawah kadang-kadang disebut tali penutup atau lapisan penghalang dan
dipergunakan bila diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya pelapisan yang
tidak dapat saling melekat. Permukaan alkali membentuk dasar yang kurang baik untuk
dilapisi kembali dengan alkali baru yang segar, kecuali bila digunakan pelapis bawah
(undercoats). Pengecatan dengan zat pelarut pekat seperti vinil dan karet khlorinal tidak
dapat digunakan pada dasar yang berminyak atau alkali, kecuali lapisan penghalang
dipakai untuk melawan aksi pengembangan dari larutan yang pekat pada pengikat alkali
dari pelapis dasar (primers).

4.4.5 PENYELESAIAN AKHIR (LAPISAN PENUTUP/ATAS)

a. Oksida Besi
Sifat dari pekerjaan akhir atau lapis atas ditentukan oleh kombinasi dari bermacam zat
warna dan zat pembawanya. Yang paling bermanfaat dari zat warna adalah, oxida besi
mika yang disingkat MIO (Micaleous Icon Oxide).
Karena warnanya yang abu-abu tua, hampir berwarna arang, hanya warna abu-abu
atau warna lumpur yang tersedia. Zat warna oksida besi mempunyai bentuk pipih
seperti mika. Serpihan ini terletak dalam suatu cat film seperti sisik dan merupakan
suatu penghalang fisik terhadap masuknya air dan terhadap sinar ultra violet dari sinar
matahari yang terutama dapat menurunkan pengikat organis.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 10


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

b. Vinil
Lapisan vinil mampu memberikan perlindungan apabila dipasang diatas pelapis dasar
kaya seng. Meskipun demikian penggunaan yang berhasil tergantung pada
penggunaan yang tepat, dan perlindungan kembali tersebut akan menimbulkan
masalah kalau kita tidak mengenal tipe yang pasti vinil yang dipakai, dan suatu
formulasi yang sesuai tidak tersedia untuk pengecatan ulang. Ada dua perbedaan
dasar dari campuran dasar pelapisan di pasar yang belum tentu sesuai satu sama lain
dan kedua-duanya dipasarkan sebagai vinil. Hanya pelaksanaan dengan
penyemprotan yang mungkin. .

c. Karet Khlorinal
Lapisan karet khlorinal tersedia keduanya pada 'high build' dan lapisan pengisi dan ini
harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan tiap pabrikannya. Cepat kering,
gampang dicat kembali dan tahan terhadap pengaruh air serta dilingkungan industri.
Bahan ini sesuai untuk dilaksanakan baik dengan sikat, semprot ataupun roller, tetapi
yang terbaik dengan cara penyemprotan.

d. Epoxy
Jenis dua pak epoxy adalah tepat untuk lapisan high build dan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap pengaruh air. Bahan ini memerlukan banyak perhatian dalam
pengecatan kembali untuk memperoleh adhesi yang cukup untuk pada penutup/atas
atau seluruh sistem pelapisan penutup/atas terhadap permukaan lapisan yang telah
ada.

e. Galvanisasi
Galvanisasi komponen yang lebih berat dan lebih panjang, seperti halnya pada gelagar
baja pada jembatan, mungkin menjadi pertimbangan ekonomi sebagai alternatif yang
menarik daripada bentuk-bentuk lain dari perawatan dan perlindungan baja.
Pertimbangan yang diperlukan jika galvanisasi digunakan :
 hilangnya kecembungan (camber) gelagar
 perubahan bentuk yang dihasilkan dari cara celup panas galvanisasi dan metoda
pengkoreksiannya
 memerlukan penutup pada sambungan-sambungan yang harus dilakukan
pengelasan dilapangan
 kemungkinan terjadinya perbedaan warna apabila sebuah gelagar dicelupkan dua
kali, dimana batas panjang dari kolam galvanisasi membatasi gelagar yang
tercelup separuh dari panjang gelagar pada setiap pencelupan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 11


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

 membuat alir kembali dari mur dan baut setelah galvanisasi


 perbaikan kerusakan terhadap galvanisasi yang disebabkan karena operasi
pengangkatan dan pemasangan.

4.5. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN PEKERJAAN BAJA

Selama pengangkutan baja dari bengkel fabrikasi ke lapangan, sangat memerlukan


perhatian untuk menghindari kerusakan. Bagian-bagian fabrikasi mungkin menjadi
mudah rusak karena kurang hati-hati penanganan dan penyimpanannya. Pemuatan
dan penurunan dari kendaraan, pengangkatan dan berbagai aspek dalam
penggangkutan dan penggudangan harus diawasi ketat.
Untuk penggudangan sementara, komponen baja biasanya diletakkan di atas ganjal
yang kuat, kering dan mudah dijangkau. Komponen tersebut harus ditempatkan pada
tempat yang tidak terkena air, dan terlindung dari cipratan lumpur, jika tidak cat
pelindung akan menjadi rusak sehingga perlu pekerjaan extra untuk membersihkan
dan menyiapkan perawatan perlindungan cat di lapangan.
Fabrikator pekerjaan baja harus menyediakan suatu diagram yang menunjukkan
pemberian tanda yang benar dari semua koirrponen dan bagian (segmen-segmen
gelagar, bentang, komponen atau sisi hulu dan hilir, bagian atas dan bawah, dan
sebagainya), dimana pemberian tanda tersebut harus sesuai dengan pemberian tanda
pada komponen dalam kenyataan, dan dengan daftar pengiriman fabrikator. Setiap
bagian sebaiknya juga ditandai dengan beratnya, terutama bita menyangkut
komponen-komponen yang berat. Jika mungkin, pengiriman harus dibuat dengan
urutan perlunya masing-masing komponen oleh kontraktor yang melaksanakan
pemasangan pekerjaan baja.

4.6. PEMASANGAN STRUKTUR BAJA

Bagian ini berkaitan dengan jembatan kecil hingga sedang. Jembatan ini dapat
dipasang dengan teknik yang sederhana dengan menggunakan alat yang tersedia.
Untuk jembatan yang besar, metoda pemasangannya biasanya sudah merupakan
bagian dari perencanaan, dan penggunaan peratatan dan teknik khusus dibutuhkan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 12


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

4.6.1 PEMASANGAN GELEGAR

Gelegar dapat juga langsung diangkat pada posisinya dengan mobil keran sepanjang
sisi jembatan apabila kondisi tanahnya memungkinkan, dengan keran/derek yang tepat
posisi pada sekitar posisi penyangga, atau dengan flying fox. Kalau menggunakan
flying fox, gelagar pengangkat harus diletakkan diantara fox dan getagar utama untuk
memungkinkan perkiraan pengangkatan vertikal pada gelagar utama. Untuk
komponen-komponen yang lebih kecil gelagar pengangkat tidak diperlukan. Untuk
komponen yang lebih kecil gelagar pengangkat tidak diperlukan.
Peluncuran dari gelagar selain memerlukan perancah juga suatu balok peluncur
sementara untuk membawa rel guna keperluan kereta (troleys) atau peluncur/roller
dimana gelagar digerakkan. Dengan gelagar menerus diatas dua atau lebih bentang
memungkinkan (dengan pemasangan rol diatas pangkal jembatan dan pilar) untuk
meluncurkan gelagar-balok tanpa menggunakan perancah. Metoda peluncuran
haruslah benar-benar dirinci penuh dan harus disetujui dahulu oleh Engineer sebelum
diijinkan untuk digunakan.
Titik-titik pengangkatan biasanya ditentukan untuk gelagar baja dan baja tersebut
harus dilindungi ditempat, dimana tali pengikat (sling) ditempelkan sehingga dengan
demikian lapisan pelindung tidak rusak. Pengadaan pegangan untuk mengangkat
(lifting lug) akan mengurangi kerusakan pada permukaan yang dicat.
Bilamana gelagar telah difabrikasi sebagai bentang yang lengkap, ia dapat langsung
diturunkan kebawah pada baut penahan dan pelat landasan (bearing plate) yang telah
dipasang sementara dalam posisi yang telah ditentukan. Bilamana gelagar disambung
in-situ, perancah akan diperlukan guna menyokong sambungan atau mungkin bagian
gelagar yang lengkap, tergantung dari metoda yang ditentukan perencana.
Pondasi perancah harus dibuat kuat dan dilindungi dari kerusakan oleh sampah dan
penggerusan bila di dalam sungai, atau lalu lintas apabila di atas jalan.
Konstruksi perancah harus secara teratur diperiksa dari tanda-tanda penurunan, dan
semua kesalahan dikoreksi sebelum pemasangan baut atau pengelasan struktur utama
dimulai.
Komponen-komponen harus dipasang bersama-sama tanpa regangan berlebihan
(strain) atau perubahan bentuk/distortion yang tak semestinya, dan harus dikoreksi
ketepatan memanjang, vertikal dan melintang dan dengan garis tengah dari jembatan.
Penyediaan dongkrak, tali dan atau baji diperlukan untuk mengatur sambungan
bilamana perlu dalam 3 (tiga) bidang, untuk persiapan pengelasan, pembautan dan
pengencangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 13


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

Selama pemindahan gelagar satu per satu pada posisinya dan sampai gelagar tersebut
telah dihubungkan oleh gelagar melintang dan penguatnya, mereka harus ditahan
dengan batang (strut) secara kencang dan atau dengan tali agar tidak terguling. Kayu
atau kerangka baja dirancang untuk mencegah gerakan memanjang dan penggulingan
dari gelagar dan menghubungkan pada bangunan bawah adalah sesuai untuk tujuan
ini. Kerangka harus didirikan dengan suatu cara sehingga mudah dibongkar dan harus
ditempatkan ditempat yang bisa menyangga sepenuhnya gelagar sebelum alat (tackle)
pengangkat diambil.
Gelagar panjang yang langsing perlu pengkakuan samping sementara sewaktu
diangkat dan diletakkan pada posisinya sampai penguat melintang dikencangkan.
Suatu sistem rangka horizontal dengan menggunakan batang gesper putar dan batang
penahan (strut) dapat dipasang pada masing-masing sisi dari gelagar untuk maksud
ini.

4.6.2 PEMASANGAN RANGKA (TRUSS ERECTION)

Petunjuk pemasangan tersedia untuk masing-masing bentuk jembatan rangka yang


berbeda saat ini digunakan diseluruh Indonesia. Petunjuk ini menjelaskan secara rinci
metoda pemasangan dan aspek-aspek dari konstruksi sesuai dengan bentuk rangka
yang digunakan.
Pada umumnya, rangka dapat dibentuk dan diluncurkan pada posisi atau dibangun
sebagai suatu kantilever dari salah satu kepala jembatan. Bentang jembatan dari
Australia sepanjang 80 m dan 100 m dirancang untuk dipasang sebagai dua kali
setengah bentang. Pada setiap kemungkinan, bentang angker dan kentledge (beban
mati sebagai ballas) diperlukan untuk menjamin kestabilan.
Semua tipe jembatan rangka (selain jembatan rangka Australia yang berukuran 80 m
atau 100 m) dapat dipasang dari salah satu tebing pada peluncur (roller) pemasangan
yang ditumpu diatas perancah dan didongkrak kebawah ketempat landasan yang
permanen. Pilihan lain jembatan rangka dapat dipasang pada perancah dan
didongkrak turun pada landasan permanen diikuti penyelesaian perakitannya dan
pengecoran dari lantai beton ditempat (in-situ). Sangat penting untuk penggunaan
perancah pada sungai harus diperhitungkan dengan hati-hati karena kehilangan atau
kerusakan terhadap perancah dapat berarti suatu konsekwensi hilangnya sebagian dari
keseluruhan struktur (bangunan). Ini terutama penting selama pelaksanaan dalam
musim penghujan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 14


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

4.6.3 PERKUATAN MELINTANG (CROSS-BRACING)

Perkuatan melintang mungkin dipadang pada bidang horizontal antara flens rangka
atau gelagar box (box girders) atau dalam bidang vertikal antara gelagar yang
berdekatan. Konstruksi dapat terdiri dari bentuk-bentuk struktural, gelagar pelat
fabrikasi atau sistem bentuk segitiga.
Konstruksi ini biasanya dirakit dengan pengelasan atau dengan baut berkekuatan
tinggi (high strenght bolts) atau segera pengencang khusus yang dilakukan setelah
pemasangan gelagar. Sampai saat itu gelagar harus dilindungi terhadap ketidak-
stabilan lateral (ke samping) dan dalam kasus gelagar panjang yang langsing, tekuk
(buckling) menyamping terhadap beban luar.
Gelagar box baja (steel box girders) memerlukan penguat dalam (internal bracing)
yang permanen untuk mendukung badan (web) yang ramping, dan penguat melintang
yang kuat guna menahan terhadap torsi selama pembebanan, pengangkutan dan
pemasangan. Dalam perencanaan diperbolehkan untuk membongkar penguat kedua
seperti tsb diatas setelah flens artas ditahan ke samping oleh lantai jembatan, tetapi
hal ini dipandang tidak ekonomis.
Kemudahan untuk pengencangan penguat melintang dapat diadakan dengan
menggantung suatu kurungan (cage) dari sebuah keran, sebuah truk yang diberi
platform, sebuah panggung tetap (fixed platform) pada perancah yang didukung dari
bangunan utama. Bilamana penguat melintang harus dilas, perlindungan terhadap
angin dan hujan harus disediakan pada perancah tersebut.

4.7 PENYAMBUNGAN DI LAPANGAN

Karena alasan pengangkutan, pemasangan, dimensi ataupun berat, maka


penyambungan konstruksi baja tidak dilakukan di pabrik melainkan harus
dilakukan di lapangan. Seperti juga apabila dilakukan di pabrik, maka
penyambungan di lapangan harus memenuhi standar sebagaimana ditentukan
dalam spesifikasi teknis.

4.7.1 UMUM

Bagian-bagian baja dapat disambung pada tempatnya apakah dengan baut berkuatan
tinggi (high strength friction grip) atau dengan pengelasan di lapangan. Penggunaan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 15


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

sistem pengelasan di lapangan memerlukan tersedianya operator las yang terlatih dan
pengawas lapangan yang sesuai kualifikasinya.

4.7.2 BAUT BERKEKUATAN TINGGI (HIGH STRENGH BOLTS)

a. Umum
Baut berkekuatan tinggi dapat diklasififcasikan atas dua tipe, yaitu tipe "friction grip"
dengan tanpa geseran dan tipe "bearing" dimana suatu geseran awal diperkenankan.
Umumnya sambungan dengan baut dari kebanyakan elemen struktur jembatan modern
direncanakan berdasarkan sambungan pegangan gesek (friction grip). Baja yang
digunakan pada baut adalah campuran khusus (alloy) yang akan menahan tekanan
yang lebih tinggi daripada baja strukturaf dan akan memanjang (elangated} sebefum
kerusakan. Mur dibuat dari bahan yang cocok dan cincin penutup (washer} khusus
dibuat dari baja diperkeras untuk menahan kelecetan sewaktu baut dikencangkan.
Tegangan daripada baut akan timbul karena gesekan antara bagian-bagian
sambungan dan gesekan ini dapat memindahkan gaya melalui sambungan. Bilamana
tegangan di dalam baut dan koefisien gesekan antara pelat-pelat diketahui, maka gaya
yang dapat dipindahkan tanpa mengakibatkan gerakan bagian-bagian yang disambung
dapat dihitung. Semua sambungan baut friction grip dengan kekuatan tinggi bekerja
menurut prinsip umum ini, tidak tergantung pada jumlah dan susunan baut dalam
sambungan.
Semakin tinggi gaya pengekleman atau gaya tegang yang ditimbulkan oleh baut dan
semakin tinggi. gesekan antara komponen, semakin besar gaya yang dapat
dipindahkan antara bagian dari sambungan. Untuk menerapkan prinsip ini pada suatu
tingkatan praktis, perencana memperkirakan suatu batas lebih rendah dari tegangan
baut dan suatu nilai yang dapat diterima untuk koefisien gesekan diantara permukaan
yang bertemu.
Tegangan baut minimum yang harus dicapai untuk diameter baut yang berbeda
biasanya disebutkan dalam Spesifikasi Teknik pelaksanaan jembatan. Koefisien
gesekan diantara permukaan yang bersinggungan dari konstruksi baja dalam kondisi
tertentu dapat diketahui. Dengan pengencangan baut secara tepat dan mengikuti
spesifikasi teknik dengan selalu menjaga permukaan kontak yang bersih dari kotoran,
tidak ada karat, lemak, dan sebagainya, baut akan memindahkan gaya sesuai yang
diharapkan perencana.
Baut yang telah dikencangkan penuh tidak boleh digunakan kembali sebagai baut
friction grip dan harus segera dibuang.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 16


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

b. Baut-baut Berkekuatan Tinggi


Baut dengan kekuatan tinggi dikencangkan dengan salah satu dari tiga cara – “Ring
Penunjuk Beban” (Load Indicating Washer Method}, "Putar Sebagian" (Part-Turn
Method} atau "Cara Kontrol Torsi" (Torque Control Method}.
Hal yang sangat penting bahwa seluruh daerah permukaan-permukaan yang
bersinggungan pada semua sambungan harus diperkasar oleh sikat kawat yang kuat
(atau metoda yang sejenis) dan arah dari penyikatan harus melintang (across}
flens/atau badan (web} dari bagian yang disambung.

c. Pengencangan Baut dengan Metoda Ring Penunjuk Beban (Load


Indicating Washer Method)

Pada metoda ring penunjuk beban, baut dipasang dengan ring penunjuk berindikasi
beban di bawah kepala baut dengan arah menghadap kepala baut dan suatu ring yang
diperkeras ditempatkan dibawah mur. Baut dan mur harus benar-benar dilumasi untuk
menjamin bahwa ring penunjuk beban dapat betul-betul rapat ketika dikencangkan.
Apabila pelumasan ulang diperlukan, bagian itu harus dibersihkan dan suatu minyak
dengan bertekanan kuat, lemak atau lilin digunakan. Permukaan yang bersinggungan
harus dijaga tetap bersih dan bila ada minyak harus segera dibersihkan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
Lubang yang digunakan pada semua sambungan harus dipaskan benar, sebelum baut
dimasukkan (dengan menggunakan pasak atau drifts yang sesuai). Baut mula-mula
dikencangkan dengan tangan dengan menggunakan suatu kunci pas (spanner).
Pengencangan dengan tangan, adalah pengencangan yang dicapai oleh usaha penuh
dari seorang manusia dengan menggunakan sebuah kunci pas.
Pengencangan akhir tidak boleh dilakukan sebelum semua sambungan menuruti
persyaratan mengenai lawan lendut, sambungan-sambungan telah pas dilaksanakan.
Baut akhirnya dikencangkan dengan kunci khusus yang telah ditentukan.
Pengencangan dilakukan dengan memutar mur dan bukan kepala baut (kepala baut
mungkin perlu ditahan guna mencegah putaran). Tiap baut dikencangkan sampai celah
(gap) yang diukur pada alat ring penunjuk beban berada pada suatu kisaran (range)
yang ditetapkan sebelumnya (biasanya 0.15 mm sampai 0.25 mm). Celah (gap) ini
harus diperiksa dengan menggunakan pengukur celah (feeler gauge). Tegangan harus
diberikan secara merata dan hati-hati pada masing-rnasing baut dalam sambungan.
Pengencangan harus dimulai pada baut-baut sebelah dalam (pusat) dan bergerak
keluar.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 17


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

d. Pengencangan Baut dengan Metoda Putar Sebagian (Part Turn


Method)

Dalam metoda putar sebagian, bagian komponen mula-mula dibuat agar


bersinggungan dengan dekat, yang disebut kondisi rapat kencang (snug tight) dengan
tangan atau dengan pengaruh kunci Inggris (impact wrenches). Setelah semua baut
pada sambungan rapat kencang, tiap baut diberi suatu pengencangan akhir.
Pengencangan akhir untuk diameter dan panjang baut yang biasa adalah suatu
tambahan setengah putaran dari mur terhadap baut.

e. Pengencangan Baut dengan Metoda Kontrol Torsi (Torque Control)


Pengencangan baut dengan Metoda Kontrol Torsi tidak teliti dibandingkan dengan
metoda Ring Penunjuk Beban. Perubahan yang sangat kecil dalam koefisien gesekan
dari ulir (threads) yang dapat berpengaruh besar terhadap tegangan baut. Kerusakan
ulir atau baut-baut yang berbeda dapat menyebabkan hasil pengencangan (tensioning)
tidak akurat. Apabila panjang baut yang satah digunakan baut mencapai akhir dari ulir,
torsi akan dicapai oleh indikator, padahal baut masih belum kencang. Dalam hal baut
digalvanisasi, tegangan yang diperlukan mungkin tidak tercapai kesemuanya dan baut
akan rusak karena~puntiran yang dihasilkan oleh torsi yang diberikan. Baut biasanya
dikirim dengan mur yang dilumasi bila metoda ini digunakan.
Pengencangan dengan metoda Kontrol Torsi dapat mernberikan suatu hasil yang salah
untuk baut yang digalvanisasi.

4.7.3 PENGELASAN DI LAPANGAN

Prosedur pengelasan di lapangan dan umumnya sama dengan pengelasan di bengkel.


Namun demikian situasi pekerjaan menimbulkan kesulitan-kesulitan khusus. Biasanya,
digunakan pengelasan lengkung (arc) dengan tangan karena peralatan yang mudah
dibawa.
Prosedur harus dipilih dimana perubahan bentuk dan tegangan penyusutan sisa (residual
shrinkage stresses) dibuat sekecil mungkin. Ini memerlukan suatu urutan pengerjaan
dimana pemberian panas dibuat seimbang kira-kira ditengah-tengah kemungkinan
pergerakan. Pada beberapa kasus dua orang tukang las dapat bekerja pada sisi-sisi
yang berlawanan untuk mengerjakan satu sambungan. Elektroda rendah hidrogen
digunakan untuk sambungan dimana tambahan ductilitas diperlukan.
Kerapkali prosedur pengelasan dapat dibuat bervariasi (untuk meningkatkan kualitas
pengelasan dan mengurangi distorsi) setelah beberapa sambungan telah selesai

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 18


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab IV Bangunan Baja

diadakan dan diperiksa. Sambungan yang diperkirakan besar penyusutannya harus


dibuat pertama kali bilamana anggota yang disambung mempunyai sedikit tahanan
(restraint).
Steiger yang disediakan untuk pengelas harus mencapai standar yang tinggi karena
seorang pengelas cukup lama bekerja pada suatu sambungan. Sebagai konsekuensinya
perlu suatu steiger yang memadai dan aman guna memperoleh suatu standar hasil
pekerjaan yang tinggi.
Lemari pengering yang dapat dibawa (untuk menjamin bahwa elektroda tetap kering)
mungkin diperlukan dekat tempat bekerja, tergantung daripada tipe dari elektroda dan
jarak dari penyimpanan elektroda utama. Pelindungan terhadap cuaca dapat
meningkatkan kecepatan dan kualitas pekerjaan ditempat untuk waktu yang lama,
dengan melindungi pengelas dan pelaksanaan pengelasan dari hujan dan angin.
Perlengkapan klem yang terdiri dari potongan baja sudut yang berlobang, klem baut, baut
panjang, pasak dan baji sangat berguna untuk menarik ke dalam dan meluruskan
anggota-anggota sebelum diadakan pengelasan.

4.7.4 PERUBAHAN CAT GALVANISED

Bilamana perawatan perlindungan dari bagian-bagian baja (pengecatan atau galvanisasi)


telah rusak selama penanganan atau pemasangan, harus diadakan perbaikan sesuai
dengan persyaratan dalam Spesifikasi Teknik. Beberapa jembatan direncanakan untuk
diberi lapisan akhir pengecatan sesudah pemasangan, dimana baja hanya dilapisi suatu
lapis dasar (primer) sebelum pemasangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 19


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

BAB V
TEKNIK PEMASANGAN BANGUNAN ATAS BAJA

5.1 UMUM

Bab ini menjelaskan mengenai tipe bangunan atas baja yang digunakan di Indonesia.
Sebagai tambahan dijelaskan mengenai konfigurasi dan lebar bentang yang berbeda,
bermacam-macam komponen dan perbedaan-perbedaan versi yang lama dan yang
baru.
Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing
diterangkan keuntungan dan kerugiannya.
Penggunaan kelas A, B atau C untuk menunjukkan lebarnya struktur yang biasa untuk
semua tipe jembatan rangka.
 Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan
yang lebarnya 7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;
 Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan
kerb 0,5 meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;
 Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan
kerb 0,5 meter pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.

5.2 JEMBATAN RANGKA AUSTRALIA

Jembatan rangka Australia sistem (Transfield atau Transbakrie) terdiri dari komponen-
komponen baja standar yang dibuat dengan teliti yang dirakit dengan mempergunakan
baut untuk membentuk bentang jembatan dari bentang 35 meter sampai 60 meter pada
rancangan through-truss.

5.2.1 JEMBATAN RANGKA TETAP (PERMANEN)

a. Umum
Bentang-bentang permanen yang disediakan dalam 3 (tiga) kelas - A, B dan C, dengan
perbedaan konfigurasi dalam lebar jalan dan kerb/pejalan kaki. Bentang dalam semua
kelas mempunyai lantai beton bertulang komposit. Gambar 10.1, 10.2 dan 10.3 secara
berurutan disimpulkan masing-masing potongan melintang kelas A, B dan C.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Jembatan ini dilengkapi dengan landasan, penahan lateral seismis, bantalan penahan,
sandaran, baja perkuatan sudut lantai, peralatan untuk digunakan dalam perakitan
komponen menjadi bentang jembatan dan Panduan Pemasangan.
Komponen-komponen telah diberi tanda dengan jelas untuk memungkinkan
pemasangan yang berurutan sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar Pemasangan.
Komponeri-komponen dengan tanda sama dapat saling ditukar. Tidak ada komponen-
komponen yang beratnya lebih dari 1,5 ton dan perakitan dapat dilakukan dengan
peralatan tangan (hand tools) yang disediakan bersama dengan bentang jembatan.

Gambar 5. 1 - Jembatan Rangka Permanen Australia Kelas A

Gambar 5.2 - Jembatan Rangka Permanen Australia Kelas B

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.3 - Jembatan Rangka Permanen Australia Kelas C

Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan pemasangan ditempat secara


berurutan dengan pengerjaan kantilever dari satu tebing, atau dorongan dengan
metoda peluncuran bentang tunggal (SSL) tanpa menggunakan perancah di sungai.
Kedua metoda ini untuk pemasangan bentang jembatan rangka dijelaskan dalam
Panduan Pemasangan. Keduanya memerlukan sebuah bentang standar sebagai suatu
bentang angker dan baja penghubung yang disediakan pada sistem ini. Metoda ini
memerlukan peralatan peluncuran khusus selain baja penghubung (linking steel).
Metoda lain dari perakitan dan pemasangan seperti kantilever sebagian atau
pemasangan pada perancah dapat juga dilakukan. Prinsip-prinsip yang diberikan untuk
metoda yang dijelaskan dalam Panduan Pemasangan dapat diterapkan dalam kasus
tersebut.
Konstruksi lantai beton dan pemasangan landasan dan penahan lateral seismis dan
bantalan penahan juga dijelaskan dalam Panduan Pemasangan.
Sistem jembatan ini direncanakan mempunyai ciri pemeliharaan yang rendah. Untuk
maksud ini semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisir dan landasannya adalah
elastomer. Prosedur-prosedur dasar pemeliharaan yang dijelaskan dalam Manual
Pemasangan.

Kriteria Desain
Pembebanan : Peraturan Muatan untuk Jembatan, Jalan Raya No.12/1970
(diperbaiki 1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-3


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Lalu-Lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur
dibebani sebagian. Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau
Pembebanan T-titik (100 %)
Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah
kejut) atau T (100%)
Trotoar : Kelas A 500 kg /M2 satu meter lebar tiap sisi
Kelas B dan C - nol
Sandaran: 100 kg/m
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)
Arus: Bangunan atas dianggap bebas di atas muka banjir
Temperatur: ± 15°C

Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 NAASRA
Spesifikasi Standar untuk Jembatan Jalan Raya.1983 AASHTO
Kepala jembatan, pilar
Kepala jembatan dan pilar harus dirancang terhadap gaya-gaya yang timbul dari
bentang baja dan efek-efek lain, dan dibangun sesuai dengan ukuran landasan dan
dimensi-dimensi bentang. Gaya-gaya relevan serta detail-detail diberiKan pada
Panduan Pemasangan.

b. Komponen-Komponen
Ada 4 macam seri komponen-komponen yang berbeda digunakan untuk jembatan
rangka Australia. Salah satu yaitu seri H hanya digunakan untuk jembatan-jembatan
rangka baja khusus yang permanen (Permanent Special Truss Bridges), lihat Bab
5.2.2. Tiga macam yang lain yaitu komponen-komponen seri "L", "S" dan "M"
digunakan untuk konfigurasi-konfigurasi yang berbeda pada jembatan rangka
permanen. Ada beberapa bentang yang menggunakan komponen-komponen MM,
yang dipasok melalui Kontrak-kontrak dengan PT. Trans Bakrie.
Perbedaan-perbedaan yang utama dari seri-seri komponen L/M/S adalah dalam
sifat-sifat bagian dari anggota-anggota utamanya. Ukuran meningkat dari M ke S
ke L. Ada komponen-komponen yang berbeda untuk masing-masing seri yang
berbeda Dan secara umum komponennya tidak dapat saling dipertukarkan antara
seri-seri yang berbeda.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-4


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Tabel 5.1 menunjukkan bentangan-bentangan dimana tiap-tiap seri digunakan :

Tabel 7. 1 - Bentangan untuk Seri Jembatan Rangka


Seri Bentang
Seri - L A50, A55, A60, B60
A35, A40, A45
Seri - S B45, B50, B55
C55, C60
B35,1340
Seri - M C35,C40, C45, C50
A80, A100
Seri - H B80, B100

Dalam kebanyakan kasus, kode komponen diawali dengan M, L atau S untuk


mengidentifikasi seri-seri komponennya. Perhatikan bahwa hal ini tidak berlaku
pada komponen EP (pemasangan) yang dapat dibedakan oleh jumlah, sebagai
contoh penghubung batang bawah untuk seri rangka M ke M adalah EP 48,
sedangkan untuk komponen yang sama seri rangka M ke L adalah EP 57.
Sebagai tambahan, komponen-komponen yang identik untuk semua seri rangka
jembatan sebagai contoh FSB (form work support beam/balok pendukung acuan)
atau THDB (holding down bolt/baut penahan) tidak diberi awalan tambahan
dengan M, L, atau S.

Tabel 5.2 - Sistem Pemberian Nama Komponen-komponen Jembatan Rangka


Kode Uraian Awalan
C Batang tepi memanjang *
X Gelagar melintang *
D Diagonal *
B Penguat, Balok melintang (atas)
G Pelat buhul (Pelat Pertemuan) *
S Pelat Penyambung *
BA Pemasang landasan (kiri dan kanan)
RB Landasan karet ateu Bantalan
DA Siku Pelindung Lantai
FP Pelat untuk Pejalan Kaki
FSB Balok Penyangga Acuan
R Pagar (Railing)
THDB Baut Penahan
LS Penahan Lateral
TP Plat Pengisi
SP Plat Pengisi
EP Komponen untuk Pemasangan (termasuk pula
Komponen-komponen sementara)

Kolom ke 3 Tabel 5.2, dan Tabel 5.3 menunjukkan komponen-komponen mana diberi
awalan (dengan simbol '*').

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-5


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

c. Metode Pemasangan
i. Umum
Bagian ini menjelaskan berbagai cara pemasangan untuk jembatan rangka
permanen. Metoda-metoda ini pada dasarnya dijelaskan dalam Manual
Pemasangan. Kebanyakan informasi berikut didasarkan dari "Buku Pegangan
Pengawas Jembatan" yang dipersiapkan untuk Direktorat Jenderal Bina Marga
pada Proyek Jembatan Baja Indonesia Australia.
Pemilihan dari metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan seksama.

ii. Perancah
Metoda ini mungkin paling biasa dan dapat digunakan untuk struktur bentang
tunggal ataupun lebih dari satu bentang (multi). Penyangga sementara
digunakan sewaktu bangunan atas sedang dirakit. Mereka ditempatkan pada
dasar sungai antara bangunan bawah seperti diperlihatkan dalam Gambar 10.4.
Perancah harus dibongkar setelah pemasangan selesai dan sebelum
pengecoran lantai beton. Ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut
sesuai yang direncanakan ketika lantai selesai di cor.

Gambar 7.4 - Pemasangan di atas Perancah

Metoda ini mempunyai sejumlah keuntungan untuk kebanyakan tempat.


Keuntungan yang terbesar adalah bahwa tidak diperlukan pemakaian bentang
angker, alat-alat penghubung dan kentledge (counter weight) yang diperlukan
pada cara peluncuran ataupun cara kantilever bagian per bagian.

Sebagai tambahan, tidak diperlukan peralatan angkat yang berat karena


komponen yang terberat hanyalah 1,5 ton. la adalah suatu metoda padat karya
dengan peralatan angkat yang diperlukan minimum.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-6


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Dibeberapa tempat, jembatan yang ada dapat digunakan sebagai dasar-guna


menyokong perancah dan disini biaya yang dikeluarkan berkurang.
Salah satu kerugian ialah bahwa suatu jembatan perancah biasanya diperlukan
untuk dipasang melintang sungai, yang menimbulkan gangguan kepada kapal
yang melayari sungai. Umumnya, suatu pilar perancah atau rangka pendukung
dipasang pada tiap gelagar melintang dengan jarak kurang lebih 5 meter.
Sebagai tambahan, ada suatu kemungkinan satu perancah dapat turun akibat
beban dari rangka, jika tidak ditopang. Satu pilar perancah jembatan kelas A
harus mendukung kurang lebih 10 ton beban mati untuk rangka baja.
Pemasangan perancah menyeberangi sebuah sungai sebelum atau selama
musim penghujan harus dengan hati-hati dipertimbangkan sebab aliran sungai
dapat menghancurkan perancah dan sebagian rangka yang telah diselesaikan.

Kebutuhan peralatan pemasangan


Peralatan pemasangan berikut ini diperlukan dengan rangka baja utama :
1. Manual Pemasangan
2. Gambar-gambar rencana pemasangan
3. Dongkrak Hidrolik kapasitas 25, 100 dan 150 ton
4. Kotak Peralatan (guna merakit pekerjaan baja dan alat penghubung).
Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor harus menyediakan
dan memasang item-item sebagai berikut :
a. Material untuk menopang perancah
b. Paling sedikit 2 (dua) tackle untuk menaikkan komponen-komponen
pada posisinya
c. Peralatan untuk menarik komponen-komponen baja dari tebing keatas
perancah
d. Pelat Dongkrak dan kayu pengisi digunakan dalam penurunan bentang
e. Landasan kayu sementara

iii. Kantilever Sebagian Demi Sebagian


Pemasangan kantilever sebagian demi sebagian terdiri dari penyetelan
berurutan dari suatu bentang jembatan rangka dari satu kepala jembatan atau
pilar ke kepala jembatan dan pilar diseberang, dengan menambah dan
memasang sampai mencapai komponen-komponen mencapai peletakan di
seberang. Prosedur kantilever statis ini memerlukan suatu bentang angker dan
baja penghubung.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-7


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Perancah tidak diperlukan dan jalan untuk memasang komponen selanjutnya


dapat dilakukan dengan mempergunakan bagian-bagian rangka baja yang telah
terpasang.
Sistem pemasangan kantilever mempunyai banyak keuntungan karena
peralatan pemasangan yang sederhana dengan tidak ada bagian-bagian yang
bergerak, dan ruang yang diperlukan untuk perakitan di atas tebing hanya
diperlukan sesuai dengan panjangnya bentang angker. Sebaliknya, ini
memerlukan peralatan untuk menarik atau mengerek komponen-komponen
keluar menyeberangi sungai dan pengangkatan dan menyokongnya ditempat di
atas air. Ini adalah suatu metoda pemasangan yang hanya memerlukan suatu
jumlah peralatan mekanis yang kecil seperti kerekan tangan, batang pendorong,
blok-blok katrol dan takel-takel. Keran dapat pula digunakan untuk mempercepat
waktu pemasangan bila sebuah ponton tersedia. Metoda pemasangan umum
ditunjukkan pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 - Konstruksi Kantilever Dipasang Sebagian Demi Sebagian

Tempat yang dibutuhkan


Tempat yang bebas diperlukan dibelakang kepala jembatan untuk memasang
pekerjaan baja harus cukup besar untuk memuat bentang angker yang berkisar
dari 30,0 meter sampai 60,0 meter panjangnya dengan kelipatan 5,0 meter.
Lahan yang diperlukan dapat dibatasi pada panjang bentangan angker ditambah
tempat bekerja disekitarnya.
Sebagai patokan, tempat bekerja harus sekitar 3 meter lebih lebar daripada
bentangan angker yang digunakan dan 10 meter lebih panjang daripada panjang
bentangan angker.

Tempat harus dibentuk dan dibuat rata sehingga paling sedikit setinggi kepala
jembatan dan tidak lebih tinggi daripada ketinggian akhir jalan raya.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-8


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Penopang landasan sementara


Krib kayu yang memadai digunakan pada tiap-tiap landasan untuk bantalan ujung
angker dari bentang kantilever pada kepala jembatan atau pilar selama
pemasangan. Bantalan kayu dipasang langsung di atas posisi landasan akhir.

Bantalan bentang angker


Ujung akhir dari bentangan angker memerlukan penyangga pada dua landasan
yang dibelakang di atas krib kayu atau bantalan-bantalan beton sementara yang
direncanakan sesuai dengan kondisi tanah.

Penghubung dengan bentang angker


Bentang angker akan terdiri dari suatu bentang rangka standar yang
dihubungkan pada bentangan tetap untuk pemasangan melalui susunan
Universal-Frame Erection Link Set, lihat Gambar 7.6 dan 7.7. Tergantung dari
panjang bentang yang sedang dibangun dan panjang bentang angker, akan
perlu penambahan beban imbangan (counter weight) untuk mengimbangi aksi
pengaruh guling dari bentang kantilever. Detail dari berat counter weight
diberikan dalam gambar rencana pemasangan.

Gambar 5.6 - Bentang Angker untuk Pemasangan Kantilever

Gambar 5.7 - Bentang Angker dan Pasangan Penghubung

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-9


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Keperluan peralatan pemasangan


Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :
1. Petunjuk Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Bentang rangka angker
4. Peralatan penyambung pemasangan (linking steel) termasuk besi
penguat untuk batang tepi bila diperlukan
5. Peralatan penguat beban imbangan (kentledge brace kit)
6. Dongkrak Hidrolik yang kapasitas 25, 100 dan 150 ton
7. Kit peralatan (untuk menyetel semua pekerjaan baja dan alat.
penyambung).

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor perlu menyediakan


dan memasang item-item sebagai berikut :
a. Kerangka penyokong atau krib kayu sebagai bantalan sementara pada
pelat landasan bentang permanen (kentledge platform)
b. Panggung beban imbangan (kentledge) untuk ujung akhir bentangan
rangka angker.
c. Bahan-bahan yang sesuai untuk counter weight. Sebagai contoh
kantong-kantong pasir dalam karung, blok beton, komponen-komponen
baja, batuan dan sebagainya, tetapi apapun yang digunakan harus
diketahui beratnya.
d. Pelat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada penurunan
bentang.
e. Peralatan penarikan komponen-komponen baja dari pinggir
menyeberangi dengan alat pengangkat untuk memasang komponen-
komponen pada tempatnya.
f. Landasan kayu sementara.

Penarikan dan Pengangkatan


Komponen-komponen yang telah berada di tebing, sewaktu akan dipasang pada
lokasi sambungan yang ditentukan harus ditarik dan diangkat. Ini mungkin harus
dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada keadaan medan di lapangan.
Metoda-metoda yang telah digunakan termasuk :
 Akses dari jembatan berdekatan yang ada, dengan menggunakan
sebuah keran kecil.
 Rakit yang dibuat dari drum @ 200 liter.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 10


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Kabel-kabel flying fox yang digantung diantara batang penguat atas


bentangan.
 Menarik (menyeret) komponen-komponen sepanjang lantai pekerjaan
baja yang selesai sebagian, di atas bantalan kayu sementara. Rol-rol
harus digunakan untuk menghindari kerusakan dari komponen-
komponen.
Setelah dalam garis posisi akhir, komponen harus diangkat pada posisinya.
Bermacam metoda tersedia, termasuk sebuah tiang derik diikatkan pada akhir
dari sebagian jembatan yang telah terpasang:
Bagaimanapun, diharapkan bahwa 2 kerangka pengangkatan sederhana yang di
pabrikasi dari bagian-bagian baja ringan, dipasang pada akhir batang atas tiap
sisi dengan mempergunakan baut melalui lubang-lubang drainase dalam
sayapnya. Penggunaan dalam kombinasi dengan blok rantai atau kerekan
tangan, kerangka ini untuk dioperasikan dan dapat digerakkan sepanjang
bentang sewaktu perakitan dilaksanakan.

iv. Peluncuran Bentang Tunggal


Dengan metoda pemasangan ini, bentang rangka dirakit secara lengkap pada
tebing dan didorong keluar pada posisinya dengan menggunakan bentang
angker dan beban imbangan (counter weight). Tidak diperlukan perancah pada
penyeberangan karena bentang didesain untuk kantilever penuh. Konsep umum
dilihat pada Gambar 5.8 dan 5.9.
Metoda ini cocok untuk bentang tunggal atau bentang pertama dari jembatan
bentang banyak. Ini khusus cocok untuk tempat-tempat jembatan bentang
tunggal yang tidak dapat dipasang di atas perancah.
Tidak semua tempat jembatan sesuai untuk sistem ini karena diperlukan suatu
daerah pemasangan yang lebih panjang pada tebing dimana peluncuran
dilaksanakan, dibandingkan dengan metoda kantilever sebagian demi sebagian
dimana tidak diperlukan tempat pemasangan di atas tebing sungai selain
daripada yang telah ditentukan sebelumnya untuk pemasangan bentang angker.
Tempat tambahan pada oprit perlu untuk peluncuran panjang bentang tunggal
dikarenakan perlunya rel untuk peluncuran yang harus dibuat untuk menampung
bentang utama dan bentang angker.
Tempat yang diperlukan pada tebing sungai tergantung pada panjang bentang
utama dan bentang angker ditambah tempat untuk bekerja disekeliling bentang.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 11


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.8 - Konstruksi untuk Peluncuran Bentangan Tunggal

Tergantung dari panjangnya bentang yang sedang dibangun dan panjangnya


bentang angker, mungkin diperlukan untuk menambah beban pengimbang
(counter weight) untuk melawan guling dari bentang kantilever.

Keperluan peralatan pemasangan


Peralatan pemasangan yang berikut diperlukan dengan rangka baja utama :
1. Petunjuk pemasangan
2. Gambar rencana konstruksi
3. Bentang rangka angker (anchor truss span)
4. Kit penghubung pemasangan (linking steel)
5. Kit penguat kentledge (kentledge bracing kit)
6. Balok peluncuran dengan rol depan dan belakang
7. Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja) .

Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor perlu memasok dan memasang


item-item sebagai berikut :
a. Lintasan untuk roller yang diletakkan diatas balok beton atau baja pada
ujung akhir bentang untuk tempat peluncuran.
b. Bantalan dongkrak beton dibelakang kepala jembatan.
c. Kerekan-kerekan untuk penarikan dan penahan
d. Panggung beban pengimbang (kentledge) untuk ujung akhir bentangan
rangka angker.
e. Bahan-bahan yang cocok untuk beban pengimbang (counter weight).
Sebagai contoh pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-
komponen baja, batuan dan lain-lain. Tetapi apapun yang digunakan harus
diketahui beratnya.
f. Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan pada operasi
pekerjaan penurunan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 12


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

g. Peralatan penarik komponen-komponen baja dari tebing menyeberangi


sungai dan mengangkat pada posisinya.
h. Landasan kayu sementara.

Gambar 5.9 - Peluncuran Bentang Tunggal

v. Metoda Kombinasi
Ada beberapa alternatip (pilihan) kombinasi-kombinasi dari kemungkinan
metoda-metoda pemasangan ini, walaupun ini jarang dipakai.
Ada kemungkinan untuk memasang bagian-bagian dari bentang di atas
perancah dan kemudian dengan sistem kantilever sisa bagian dari bentang,
menggunakan beban pengimbang (counter weight) untuk menjaga
kestabilan. Juga dimungkinkan untuk meluncurkan sebagian dan memasang
sebagian dengan menggunakan konstruksi kantilever bagian demi bagian.

d. Variasi
Komponen-komponen standar yang tersedia pada bermacam-macam sistim
jembatan Australia dapat digunakan untuk bermacam-macam bentuk
jembatan dan kriteria perencanaan, seperti alternatif spesifikasi
pembebanan, lantai-lantai kayu atau bentang-bentang menerus.
Pilihan satu-satunya yang tersedia dalam jembatan Rangka Baja Permanen
adalah bahwa maksimum 3 buah pipa PVC diameter 150 mm dapat
dipasang pada kerb dari jembatan kelas A.
"Variasi" yang lain adalah jembatan seri MM (bentang 35, 40 dan 45 m) yang
dihasilkan oleh Trans Bakrie mempunyai lantai baja gelombang dan ditutup
dengan pelat beton bertulang setebal 100 mm sebagai pengganti lantai
beton bertulang setebal yang lebih umum yang bersifat komposit dengan
rangka baja 270 mm (kelas A), 250 mm (kelas B) atau 230 mm (kelas C -
nominal).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 13


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

e. Persoalan-persoalan Umum
Persoalan-persoalan di bawah ini telah banyak mendapat perhatian dalam
pelaksanaan pekerjaan jembatan rangka baja:

Pengencangan Baut
Hal yang sangat penting adalah pengencangan semua baut diselesaikan sebelum
lantai beton dicor. Kesalahan pelaksanaan pekerjaan ini akan mengakibatkan
kehilangan camber (lawan lendut) dari struktur. Ijin pengecoran lantai tidak akan
diberikan sebelum sertifikat pengencangan baut diberikan.
Celah (renggang) seperti terlihat oleh cincin indikasi beban harus diantara 0,15
mm dan 0,25 mm. Kalau baut-baut dikencangkan sampai kerenggangan kurang
dari 0,15 mm ada kemungkinan bahwa baut akan rusak. Lihat Gambar 10.9, 10.10
untuk detailnya.

Gambar 5.10 - Baut Setelah Pengencangan

Pengencangan harus dimulai ditengah-tengah sekumpulan baut dan bergerak


keluar seperti diperlihatkan pada Gambar 5.11.
Sewaktu pelaksanaan pengencangan Kepala tiap-tiap baut harus ditandai untuk
memperlihatkan bahwa ia telah dirancangkan dengan benar.
Setiap baut yang sudah dikencangkan harus tidak digunakan kembali dan baut,
mur dan cincin penunjuk beban harus dibuang dan diganti dari cadangan.
Penggunaan kembali baut-baut yang telah dipakai tidak diperbolehkan.
Pengencangan dengan torsimeter tidak digunakan untuk mengencangkan baut-
baut friction grip pada sistem jembatan ini, Karena tidak ada hubungan antara
besarnya angker puntiran dan jarak seperti terlihat oleh ring penunjuk beban (Load
Indicating washer).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 14


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5. 11 - Urut-Urutan Pengencangan Baut Tipikal

Penentuan as landasan
Jarak horisontal memanjang landasan dari as ke as dari kepala jembatan ke kepala
jembatan atau kepala jembatan ke pilar harus diperiksa terhadap salah satu gambar
rencana berikut :
TD01 Jembatan rangka seri S Kelas A
TD02 Jembatan rangka seri L Kelas A
TD03 Jembatam rangka seri M Kelas B
TD04 Jembatan rangka seri S Kelas B
TD05 Jembatan rangka seri L Kelas B
TD06 Jembatan rangka seri M Kelas C
TD07 Jembatan rangka seri S Kelas C

Telah dijumpai pada banyak kasus bahwa panjang nominal bentangan atau jarak-
jarak horisontal diperlihatkan pada gambar rencana penentuan gelagar melintang
yang telah dirinci dengan benar untuk jarak antara landasan.
Kaiau dimensi ini tidak benar akan berakibat fatal dalam suatu konfigurasi bentang
banyak karena jarak antara bangunan-bangunan atas akan menjadi terlalu besar
dan baja penghubung tidak akan pas pada celah diantara dua rangka jembatan.

Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) diatas pilar dan kepala jembatan
Permukaan pendukung plat kolom (bearing plinth) tidak boleh kurang dari yang
diperlihatkan pada gambar detail landasan dan penahan seismik Karena kalau
tidak, akan mendapatkan kesulitan pada waktu pemasangan dongkrak hidrolis di
bawah bentang.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 15


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Kualitas beton pada plat lantai jembatan


Jembatan rangka Australia telah dirancang menggunakan lantai beton bertulang
komposit. Pelat beton dihubungkan dengan rangka baja melalui pendukung
geser (shear stud) dilas pada gelagar-gelagar melintang. Sangatlah penting
bahwa mutu dari beton pada plat lantai harus paling tidak sama dengan yang
diperhitungkan oleh perencana.

Kualitas dari penahan lateral beton


Masalah yang harus diperhatikan bahwa penahan seismikdan penahan lateral
harus dilaksanakan seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, karena
konstruksi ini adalah vital terhadap struktur bila terjadi suatu gempa bumi. Beton
yang digunakan pada penahan ini harus kualitas balk.
Jarak antara karet dan beton harus dipenuhi dengan persyaratan dalam Gambar
seperti terlihat pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12 - Ruang Bebas pada Penahan Lateral dan Seismik

Penundaan pengecoran sebagian beton sampai selesainya pemasangan


rangka
Disarankan bahwa tembok belakang dari kepala jembatan atau pilar tidak
diselesaikan pada ketinggian yang penuh sampai lantai jembatan dicor dan rangka
dipasang di atas landasan yang permanen.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 16


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Penulangan yang menonjol dari bagian bawah dinding harus tidak dibengkokkan
karena dapat menyebabkan bengkokan tajam yang mungkin menjadi titik lemah
yang potensial.
Perhatikan bahwa tinggi tembok belakang telah dirancang berdasarkan ketebalan
aspal beton 50 mm. Perubahan pada ketebalan lapisan aspal harus disesuaikan
dengan perubahan ketinggian tembok belakang abutment (kepala jembatan).

Kerusakan pada komponen disebabkan penyimpanan dan penanganan yang


buruk
Hilang atau rusaknya komponen-komponen harus diganti dengan cadangan yang
biasanya memerlukan waktu lama. Pada beberapa kasus, pekerjaan di lapangan
akan terhenti. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan yang seksama pada semua
komponen sewaktu diterima di lapangan untuk menentukan apakah ada
komponen-komponen yang hilang atau rusak.
Komponen-komponen jembatan harus diperlakukan, diangkat dan disimpan
sedemikian sehingga menghindari kerusakan dan kelebihan tegangan atau
kerusakan pada treatment perlindungannya (cat galvanicanya).
Sebelumnya komponen-komponen baja tiba di lapangan, suatu tempat yang
berukuran sesuai (untuk menampung semua baja) harus dipersiapkan untuk
menerima semua komponen-komponen bila barang datang di lapangan. Tempat
tersebut kalau mungkin harus dekat dengan jembatan di lapangan untuk
menghilangkan penanganan rangkap (double handed).
Semua komponen ditumpuk diletakkan diatas ganjal kayu, diatas tanah yang rata
dan bebas dari tanah. Komponen bagian H disimpan dengan badan berdiri. Hal ini
dapat dilihat pada Petunjuk Pemasangan untuk cara-cara penumpukan
komponen. Komponen-komponen yang lebih kecil, seperti pelat buhul dan pelat-
pelat penyambung, harus ditumpuk dalam ikatan rapi di atas permukaan tanah
diatas ganjal kayu dan tidak lepas-lepas (berserakan) diatas tanah.
Pipa pegangan tangan harus (hand rail) harus ditumpuk diatas ganjal kayu dan
ditopang dengan suatu cara agar pipa tidak akan bengkok.
Baut-baut, landasan dan penutup lantai (deck seats) harus disimpan dalam ruang
yang berpenutup, pada bangunan yang kecil bila memungkinkan. Apabila baut,
mur dan cincin periutup dibiarkan lepas diatas tanah, barang tersebut akan
mmudah hilang. Agar dicatat semua baut, mur dan cincin penutup harus dijaga
tetap kering sampai pada saat pemasangan baut. Hal ini untuk menjaga agar
gemuk pelumas tidak tercuci habis.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 17


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Semua alat-alat yang dipinjam selama jangka waktu proyek, harus disimpan pada
tempat yang telah disediakan.
Komponen-komponen sering disimpan diluar lokasi dan dibawa dengan jumlah
yang lebih kecil ke lapangan selama pemasangan. Persyaratan untuk
penyimpanan sementara yang berdekatan dengan letak jembatan di lapangan
adalah identik dengan tempat penyimpanan utama. Kontraktor tidak diijinkan untuk
menimbun komponen-komponen yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
komponen-komponen atau bungkus-bungkus pelindung.

Penggunaan perancah dengan kantilever bagian demi bagian adalah metoda


yang lebih cocok.
Kontraktor sering memilih metoda perancah meskipun metode pemasangan
kantilever lebih baik, lebih mudah dan lebih cepat.
Penggunaan perancah diatas lembah sungai yang dalam atau menyeberangi
sungai yang banyak lalu lintas air tidak dapat dibenarkan.
Apabila metode kantilever digunakan, maka Kontraktor akan memerlukan
komponen-komponen yang cukup untuk bentang angker yang sesuai. Kalau tidak
tersedia bentang angker yang terpisah, bentang permanen dapat dijadikan
bentang angker sementara meskipun komponen ini diambil dari lokasi lain. Perlu
dicatat bahwa baut pada suatu bentangan angker tidak memakai cincin penunjuk
beban dan cukup hanya dikencangkan dengan tangan.
Apabila suatu unit kran kecil dapat diperoleh guna pemasangan kantilever, proses
dapat dapat dipercepat. Beberapa unit kereta peluncur tempel pengangkat telah
dipakai dan merupakan pemecahan yang bagus, karena kran-kran kecil sering
sukar diperoleh.

Pendongkrakan turun pada landasan permanen


Rangka Australia mempunyai suatu sistem landasan yang berbeda daripada
jembatan rangka Belanda, rangka baja Australia tidak boleh didongkrak turun
diatas landasan permanen sebelum lantai beton telah dicor. Tidak demikian
halnya untuk jembatan rangka Belanda.

5.2.2 JEMBATAN RANGKA PERMANEN KHUSUS

a. Umum
Bentang-bentang jembatan rangka permanen Khusus tersedia dalam dua kelas A dan B
yang dibedakan karena konfigurasi lebar jalan raya dan kerb/pejalan kaki. Bentang-

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 18


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

bentang pada kedua kelas tersebut mempunyai lantai beton yang terdiri dari lembaran
baja propil dengan suatu permukaan lapis aus beton. Ditunjukkan dalam Gambar 7.13
dan 7.14 untuk potongan melintang Kelas A dan B berturut-turut.

Gambar 5.13 - Jembatan Rangka Permanen (Tetap) Khusus Kelas A

Gambar 5.14 - Jembatan Rangka Permanen Khusus Kelas B

Jembatan ini dilengkapi dengan landasan, peredam getaran lateral dan seismik, pagar
sandaran, lantai baja propil dan siku penguat lantai jembatan, alat dan peralatan yang
digunakan pada pemasangan komponen-komponen, dan Panduan Pemasangan.
Hanya bentang 80 m dan 100 m pada setiap kelas yang tersedia dewasa ini.
Bentang-bentang untuk jembatan rangka khusus permanen yang tersedia dapat
bervariasi dengan kelipatan 6,67 m.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 19


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan sesuai


urutan yang terlihat pada Gambar Rencana. Komponen dengan tanda yang sama dapat
saling ditukar. Tidak ada komponen dengan berat lebih dari 3 ton dan perakitan
dilakukan dengan peralatan manual yang disediakan dengan bentang jembatan.
Sistem ini sudah dirancang untuk memungkinkan pemasangan bentang-bentang
dengan konstruksi kantilever setengah bentang ditempat. Ini termasuk metoda sebagian
demi sebagian konstruksi kantilever dari dua buah setengah bentang dari tebing sungai
yang berlawanan atau dari dua pilar yang berdekatan dalam suatu jembatan bentang
banyak, dan penyambungan ditengah dari kedua setengah bentang. Masing-masing
setengah bentang memerlukan bentang angker pada kelas yang sama yang dibangun
dari komponen-komponen seri L. Baja penghubung yang mampu menyambung
bentang-bentang jembatan rangka seri L, disediakan dalam sistem MI. Landasan
pemasangan yang dapat disesuaikan (adjustable erection bearing) untuk
memungkinkan alinemen dari setengah bentang untuk penyambungan juga disediakan.
Meskipun hanya metoda-metoda diatas yang diuraikan pada Buku Panduan
pemasangan, metoda-metoda lain tentang pemasangan seperti pemasangan pada
perancah dapat dikerjakan. Prinsip yang berlaku untuk metoda yang diuraikan pada
Buku Panduan Pemasangan dapat diterapkan pada kasus-kasus ini.
Konstruksi lantai dan perakitan landasan-landasan dan peredam lateral seismik dan
bantalan penahan juga diuraikan pada Buku Panduan Pemasangan.
Sistem jembatan direncanakan mempunyai jembatan berkarakteristik pemeliharaan
rendah. Untuk maksud ini semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan
landasannya elastomerik. Namun demikian prosedur pemeliharaan dasar diuraikan
pada Buku Panduan Pemasangan.
Panduan Pemasangan meliputi lokasi nama dan jumlah komponen untuk semua
bentang A 80 (A 100, B 80 dan B 100), bersama-sama dengan uraian komponen-
komponennya, pemasangan baut, perakitan dan metoda pemasangan setengah
kantilever.
Bilamana bentang jembatan rangka standar digunakan sebagai 'jalan pendekat' pada
bentang jembatan rangka khusus, petunjuk khusus akan diberikan termasuk cara
pemasangannya.
Kriteria Desain
Pembebanan : Peraturan muatan untuk Jembatan Jalan Raya No.12/1970
(diperbaiki 1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-Lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur
dibebani sebagian, Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau
Pembebanan T-titik (100 %)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 20


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah kejut)


atau T (100%)
Trotoar : Kelas A 500 kg/m2 satu meter lebar tiap sisi
Kelas B dan C - nol
Sandaran: 100 Kg/m
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)
Arus: Bangunan atas dianggap bebas di atas muka banjir
Temperatur: ± 15°C

Spesifikasi Desain
Syarat-syarat perencanaan jembatan 1976 NAASRA
Syarat-syarat standar untuk Pembangunan Jalan jembatan 1983 AASHTO

Kepala jembatan, pilar


Kepala jembatan dan pilar akan didesain terhadap gaya-gaya yang muncul dari
bentang-bentang baja dan pengaruh lain, dan dibangun sesuai dengan dimensi-dimensi
landasan dan bentang. Gaya-gaya yang relevan dan detail untuk berbagai bentang
diberikan dalam bentuk gambar dalam Panduan Pemasangan.

b. Komponen-komponen
Keempat macam bentuk Rangka Khusus dirakit dari Komponen-komponen yang diberi
nama sebagai komponen seri H. Komponen ini telah didesain khusus untuk gaya-gaya
yang cukup besar yang timbul dalam bentang-bentang panjang ini.

c. Metoda-metoda Pemasangan
i. Umum
Bagian ini mencakup berbagai metoda pemasangan untuk jembatan rangka
permanen khusus. Metoda-metoda ini diuraikan berdasarkan dari Buku Panduan
Pemasangan.
Harus diketahui bahwa tidak mungkin menggunakan pemasangan konstruksi
kantilever sebagian demi sebagian dari salah satu ujung saja pada jembatan rangka
tipe ini. Ini disebabkan karena bagian-bagian yang lebih berat yang digunakan pada
komponen-komponen seri H, dan akan berakibat kelebihan tegangan yang
disebabkan ujung jembatan rangka akan menerima beban mati jembatan rangka.
Pemilihan metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan hati-hati.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 21


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

ii. Perancah
Lihat Bab 10.2.1 c.ii tentang detail umum pemasangan jembatan rangka.
Diharapkan ini akan menjadi metoda pemasangan yang digunakan untuk semua
bentang tunggal dan kebanyakan struktur dua bentang. Perbedaan utama diantara
jembatan rangka permanen dan jembatan Rangka Permanen Khusus ketika
menggunakan perancah adalah beban pada rangka pendukung perancah (falsework
trestles) lebih tinggi. Beban mati tipikal berkisar 27 ton, untuk satu pendukung
perancah (untuk bentang A 100) dan Konsultan Supervisi harus -menjamin bahwa
perancah dirancang dan dibangun untuk menyangga beban-beban dengan ukuran
ini.

iii. Kantilever Sebagian Demi Sebagian


Bentang-bentang Jembatan Rangka permanen khusus serlng digunakan sebagai
bagian dari pembangunan jembatan bentang menerus menyeberangi sungai yang
lebar dan dipadati lalu-lintas, dimana penggunaan perancah untuk membangun
bentang utama tak mungkin.
Jembatan rangka khusus ini telah dirancang untuk dipasang dengan menggunakan
metoda kantilever sebagian demi sebagian seperti ditunjukKan pada Gambar 7.15.
Seperti diterangkan diatas, metoda pemasangannya berbeda dengan metode yang
digunakan untuk jembatan rangka permanen dengan bentang lebih pendek. Beban
mati dari komponen-komponen seri H yang lebih berat tidak memungkinkan
pelaksanaan kantilever hanya dari satu ujung. Karenanya rangka dipasang dengan
metoda kantilever setengah bentang, yaitu dengan memajukan pada saat yang
sama kedua akhir ujung bentang dan bertemu ditengah-tengah bentang. Masing-
masing setengah bentang dihubungkan kembali menjadi rangka seri L, apakah
sebagai bentang angker atau sebagai bagian dari bangunan permanen. Perlu
dicatat bahwa bentang seri M atau S tidak dapat digunakan sebagai bentang angker
untuk jembatan jenis ini karena komponen-komponen jembatan tidak cukup berat
untuk menerima tegangan yang terjadi selama pelaksanaan. konsep umum dapat
dilihat pada Gambar 10.16.
Sewaktu kedua bentang berternu ditengah-tengah, ujung akhir dari setengah
bentang didongkrak keatas (dan kesamping bila perlu) untuk memungkinkan
susunan batang tengah dan diagonal disetel untuk dipasang pada sambungan
ditengah bentang.
Bentang kemudian didongkrak turun diatas penyangga sementara, sampai lantai
beton sudah dicor kemudian bentang diletakkan pada landasan-landasan
permanen.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 22


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.15 - Konstruksi Kantilever Bagian Demi Bagian

Gambar 5.16 - Konstruksi Kantilever Setengah Bentang

iv. Metoda Kombinasi


Suatu kombinasi perancah dan metoda kantilever sebagian demi sebagian yang
dikerjakan dari kedua ujung dapat digunakan.

d. Persoalan-persoalan Umum dengan Pemasangan Rangka Khusus


Persoalan-persoalan umum seperti yang telah diuraikan pada Bab 10.2.1 .d juga dapat
berlaku pada rangka khusus.
Sebagai tambahan ada beberapa hal khusus pada bentang jembatan rangka khusus
karena bentang yang lebih panjang.
 Kebutuhan untuk menyediakan suatu sambungan muai tengah pada
sistem lantai yang berarti bahwa stringer pada sambungan muai dan
gelagar-gelagar melintang dalam (inner cross girder) umumnya tidak
dapat dibalik (reversible).
 Stringer untuk jembatan kelas A harus dipasang setelah sambungan
ditengah bentang jembatan rangka telah diselesaikan, jembatan
diletakkan pada keempat titik landasan dan penghubung bentang angker
dilepas. Stringer untuk jembatan kelas B dapat dipasang sewaktu
pemasangan berlangsung.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 23


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Pelat-pelat buhul dalam dan luar pada sambungan-sambungan batang


atas tidak dapat saling ditukar.
 Sebelum memasang landasan-landasan pemasangan khusus erection
bearing harus diperiksa untuk menjamin gerakan bebas dari landasan
diatas bantalan neoprene. Gambar 10.17 menunjuk perincian detail
landasan ini.
 Harus berhati-hati untuk melindungi bantalan neoprene dan permukaan
teflon dan baja anti karat dari kotoran dan goresan karena permukaan
tersebut sangat rapuh dan kerusakan pada permukaan itu
menyebabkan seluruh unit tidak dapat digunakan.
 Semua landasan harus dipasang sehingga demountable arm menunjuk
kearah as jalan.
 Semua landasan pemasangan harus dilengkapi dengan klim
pembawanya .(transport damps), dan harus dipasang pada waktu tidak
digunakan.
 Batas gerakan dari landasan pemasangan adalah ± 50 mm kesamping
dan + 75 mm Kearah memanjang. Kelebihan gerakan melampaui batas
ini akan memerlukan penyetelan kembali landasan.
 Bila bentang angker seri L yang berukuran 35 meter digunakan beban
pengimbang tambahan diperlukan seperti terdapat dalam Gambar
rencana.

Gambar 5.17 - Landasan Pemasangan - Jembatan Rangka Khusus

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 24


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Penurunan bentang mencapai ketinggian sampai 1,4 meter dan prosedur


penurunan bertahap diperlukan. Pendongkrakan harus berlangsung
perlahan-lahan dengan pengendalian yang balk pada setiap waktu.
 Sambungan pelaksanaan pengecoran lantai beton dibentuk melintang
pada lantai tepat diatas rusuk lantai baja sekitar 1 ,8 meter dari gelagar
melintang. Sambungan ini harus dipasang acuan dan penggunaan
sambungan pelaksanaan yang tidak memakai acuan tidak
diperkenankan.
 Perhatian khusus harus diberikan pada detail pengisian lantai pada pilar
Karena detail ini sangat berbeda dari yang bisa digunakan pada
jembatan-jembatan rangka permanen. Pengisi lantai dapat dilihat pada
Gambar 5.18.

Gambar 5.18 - Pengisi Lantai

 Jumlah baut pada jembatan seri H jauh lebih besar daripada jembatan
seri-L : 60A:7600; 100A:18800.
 Landasan perlu ditentukan dengan sangat tepat, biasanya ± 1 mm.
 Pendongkrakan dibawah bentang oprit harus dilakukan dengan dongkrak
yang diletakkan dibawah pelat pengkaku jika tidak dapat menyebabkan
kerusakan pada flens dari batang tepi.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 25


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Tidak satupun komponen pada panel penutup dari rangka harus


dirapatkan sampai semua komponen berada pada posisinya sebab akan
perlu penyesuaian kecil dengan dongkrak.
 Landasan pemasangan harus dikunci setelah bentang dipasang untuk
penutupan dengan menggunakan pengisi kayu dan pengunci dongkrak.
Penempatan komponen pada panel penutup (tengah bentang) mungkin
mengakibatkan jembatan bergerak pada landasan pemasangan karena
landasan teflon itu mempunyai gesekan yang sangat rendah.
 Jembatan seri-H tidak dirancang untuk permukaan aspal. Ini akan
menambah beban mati (dan juga mengurangi kapasitas beban hidup).
Tambahan lagi, sambungan akan memerlukan pemasangan berbeda.
 Offset lawan lendut yang terdapat di dalam Panduan hanyalah perkiraan,
karena adanya perbedaan pada lawan lendut (misalnya, Kontraktor
mungkin tidak mengencangkan semua baut secara penuh pada bentang,
sehingga lawan lendut berbeda dari yang diberikan). Nilai offset penutup
mungkin akan lebih tepat - lihat detail pada Gambar.
 Penutup pada sambungan lantai pertengahan bentang (lihat Gambar
5.19.) sangat penting dan tidak boleh ditiadakan. Penutup ini tidak
disediakan pada pekerjaan baja dari Australia. ,

Gambar 5.19 - Sambungan Lantai Pertengahan Bentang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 26


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Channel lantai adalah Komponen struktural dan tidak boleh ditiadakan


(lihat Gambar 5.19).
 Baut baja penghubung pada batang tepi atas (tipe 13120) terlalu panjang
dan memerlukan empat (4) baja tambahan untuk menjamin bahwa
beban terdapat pada batang baut dan bukan pada ulirnya.
 Pada jembatan Kelas A bentang 100 m, pada ujung lempeng gusset
(LG4Y) dan seri L mendekati rangka bentang harus tulangan dengan
tambahan lempeng gusset. Tambahan lempeng gusset disediakan untuk
maksud ini, dan tidak harus dipindahkan setelah pemasangan.

5.2.3 RANGKA SEMI PERMANEN

a. Umum
Sistem jembatan rangka terdiri atas komponen baja standar yang dibuat dengan tepat
(presisi), yang dirakit dengan sistem baut untuk membentuk bentang jembatan desain
rangka through type (lantai dibawah) dari 30 sampai 60 meter.
Jembatan tersebut dilengkapi dengan landasan, penahan lateral seismik dan karet
penahan, sandaran, alat-alat dan peralatan yang akan dipergunakan dalam perakitan
komponen-komponen menjadi bentang jembatan, dan dengan Panduan Perakitan.
Bentang yang diuraikan dalam Panduan Perakitan adalah kelas S.P (Semi Permanen).
Bentang ini berjalur tunggal, bentang 30 m, 35 m, 40 m, 50 m, 55 m dan 60m. Ini di
disain pada semua kasus dengan lantai kayu tetapi dapat disediakan untuk lantai beton.
Perhatikan Gambar 10.20 dan 10.21 untuk detail dari potongan melintang.
Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk dapat dirakit dengan urutan seperti
ditunjukkan dalarn gambar. Komponen-komponen yang bertanda sama dapat ditukar-
tukar (interchangeable). Tidak ada komponen yang beratnya melebihi 0.55 ton dan
perakitan dapat dilakukan dengan peralatan tangan (hand tools) yang disediakan
bersamaan dengan material rangka baja.
Sistem ini sudah dirancang untuk dapat dilakukan bertahap dengan sistem kantilever
dari satu tebing, tanpa menggunakan perancah disungai. Metoda ini diuraikan pada
Panduan Pemasangan dan ini memerlukan penggunaan suatu bentang standar sebagai
bentang angker dan baja penghubung (linking steel).
Dua cara pemasangan/konstruksi kantilever yang lain yaitu peluncuran jalur tunggal
(single lane launch - SSL) dan multi span launch (MSL) tersedia dengan sistem
jembatan. Kedua-duanya perlu peralatan peluncuran khusus selain baja penghubung,
dan mengijinkan perakitan pada tebing dan peluncuran menyeberangi sungai. Dalam
hal ini, petunjuk-petunjuk diperlukan dari Konsultan Perencana.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 27


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.20 – Jembatan Rangka Semi Permanen dengan Lantai Kayu

Gambar 5.21 - Jembatan Rangka Semi Permanen dengan Lantai Beton

Metoda-metoda lain untuk perakitan seperti perakitan dengan semi kantilever atau
perakitan diatas perancah dapat juga dilakukan. Prinsip-prinsip dasar metoda yang
dijelaskan dalam buku Manual Pemasangan akan dapat juga dilakukan dalam kasus-
kasus ini.
Konstruksi dari lantai kayu serta lantai seng gelombang dengan penutup beton
termasuk pemasangannya pada gelagar dijelaskan dan diperinci. Pemasangan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 28


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

landasan dan penahan lateral serta peredam juga diuraikan dalam Panduan
Pemasangan.
Sistem jembatan ini direncanakan hanya perlu sedikit pemeliharaan. Untuk maksud ini
pekerjaan baja serta baut semuanya digalvanisasi dan landasan adalah elastomerik.
Namun prosedur pemeliharaan mendasar telah diuraikan di dalam Panduan
Pemasangan.
Pada Panduan Pemasangan terdapat Gambar, lokasi dan jumlah komponen serta
material dan komponen-komponennya, pembautan dan perakitan, dan cara
pemasangan kantilever.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-lintas: Satu jalur penuh pembebanan D-70 % (ditambah kejut) atau
pembebanan T-70 %.
Trotoar: Tidak ada
Sandaran: 100 kg/ m2
Angin: 100 kb/m2
Gempa: Daerah 1 seperti Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)
Sungai: Bangunan atas dianggap bebas diatas permukaan banjir
Suhu: ± 15 0C

Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 NAASRA
Spesifikasi Standar Jembatan Jalan Raya 1983 AASHTO

Kepala-kepala jembatan, pilar-pilar


Kepala jembatan, pilar-pilar harus dirancang terhadap gaya-gaya yang timbul dari
bentang baja dan pengaruh gaya-gaya lainnya, dan dibangun dengan landasan yang
sesual dan dimensi-dimensi bentang. Gaya-gaya yang relevan dan rincian-rincian untuk
bermacam bentang dalam bentuk gambar rencana terdapat dalam Panduan
Pemasangan.

b. Komponen-komponen
Komponen jembatan rangka untuk semua bentang kelas SP berdasarkan atas
komponen-komponen Seri M (lihat Bab 7.2.1.b).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 29


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

c. Cara-cara Perakitan
i. Umum
Bagian ini menjelaskan metoda pemasangan yang dimungkinkan untuk jembatan
rangka semi permanen. Metoda-metoda ini semua dasarnya diuraikan dalam
Panduan Pemasangan.
Pemilihan metoda pemasangan harus dipertimbangkan dengan seksama.

ii. Perancah
Petunjuk pada Bab 7.2.1 .c.ii untuk detail umum mengenai pemasangan perancah
jembatan rangka.

iii. Kantilever Sebagian Demi Sebagian


Petunjuk pada Bab 7.2.1 c.iii untuk detail umum mengenai pemasangan kantilever
jembatan rangka dengan metoda sebagian demi sebagian.

iv. Peluncuran
Petunjuk pada Bab 5.2.1.c.iv untuk detail umum mengenai pemasangan jembatan
rangka dengan cara peluncuran bentang tunggal.

v. Metoda Kombinasi
Ada beberapa kombinasi-kombinasi mengenai metoda pemasangan yang mungkin,
tetapi jarang digunakan.
Adalah mungkin untuk erection sebagian bentang di atas perancah dan kemudian
kantilever sebagian sisa bentangnya dan menggunakan beban pengimbang sesuai
keperluan untuK mempertahankan kestabilan. Ada juga kemungkinan untuk
meluncurkan sebagian bentang dan sebagian lain dibangun menggunakan
konstruksi kantilever sebagian demi sebagian.

d. Pilihan
Jembatan rangka semi permanen dapat dibangun dengan lantai kayu maupun lantai
beton bertulang.

i. Lantai Kayu
Lantai kayu terdiri dari papan kayu dipasang secara tranversal diantara balok-balok
memanjang dengan lajur jalan dan kerb Plan kayu.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 30


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Lantai kayu dipasang setelah bentang sudah selesai dan didudukkan pada bantalan
kayu sementara.
Kayu untuk lantai tidak disediakan bersamaan dengan rangka baja tetapi diadakan
oleh Kontraktor. Baut-baut untuk sambungan lantai kayu telah disediakan. Stringer
baja dan gelagar melintang yang disediakan telah dilobangi, untuk pemasangan
baut lantai kayu.
Papan-papan kayu harus dikeringkan dan harus dicampur dengan kreosot atau
pengawet kayu lainnya yang cocok.

ii. Lantai Beton


Alternatif pemakaian lantai untuk jembatan rangka semi permanen dapat dilakukan
dengan menggunakan lantai seng gelombang dengan diletakkan secara transversal
diantara balok-balok memanjang, dengan pelat beton bertulang penutup untuk
menyebarkan beban-beban roda pada lantai.
Komponen-komponen untuk alternatif lantai seperti tersebut diatas (seng
gelombang, baut-baut pengikat lantai, pelat-pelat kerb, siku-siku pelindung lantai
dan pipa-pipa pembuang) disediakan untuk Kontraktor.
Gambar rencana yang menunjukkan secara rinci penulangan lantai beton juga
disediakan.
Sambungan pengecoran pada lantai beton harus dibuat cetakannya melintang pada
lantai tepat diatas rusuk lantai baja kira-kira 12 m dari gelagar melintang.
Sambungan harus dibentuk dan penggunaan konstruksi sambungan pengecoran
yang tidak dibentuk tidak diperbolehkan.
Pemasangan lantai baja dan pengecoran lantai beton dilakukan sewaktu bentang
didudukkan diatas bantalan kayu sementara sebelum landasan-landasan permanen
dipasang.

e. Persoalan-persoalan Umum
Persoalan-persoalan umum seperti diuraikan pada Bab 7.2.1 e juga dapat digunakan
untuk seri-seri jembatan ini.

5.3 JEMBATAN GELAGAR AUSTRALIA

Jembatan gelagar Australia terdiri dari komponen-komponen baja standar yang dibuat
dengan tepat dirakit dengan pembautan bersama yang membentuk bentang jembatan
dari jembatan gelagar pelat baja komposit dari 20 sampai 30 meter.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 31


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.3.1 UMUM

Gelagar disediakan dalam tiga kelas A, B dan C. untuk membedakan konfigurasi lebar
jalan/kerb/trotoar. Jembatan ini menggunakan lantai beton bertulang komposit. Lihat
Gambar 7.22, 7.23 dan 7.24 untuk potongan melintang Kelas A, B dan C.
Jembatan ini disediakan lengkap dengan landasan-landasan, penahan lateral seismik,
bantalan penahan, pagar dan besi siku penguat lantai dan alat dan peralatan yang
digunakan untuk pemasangan komponen-komponen menjadi bentang-bentang
jembatan, dan Panduan Pemasangan.
Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk dapat dirakit dengan urutan yang
ditunjukkan dalam Gambar rencana. Komponen-komponen dengan tanda yang sama
dapat saling ditukar. Tidak ada komponen yang beratnya melebihi 2,4 ton dan perakitan
dilakukan dengan peralatan tangan. Semua sambungan-sambungan di lapangan
dilakukan dengan sistem baut.

Gambar 5.22 – Jembatan Gelagar Permanen Kelas A

Gambar 5.23 – Jembatan Gelagar Permanen Kelas B

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 32


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.24 – Jembatan Gelagar Permanen Kelas C

Sistem jembatan gelagar Australia ini direncanakan dengan biaya pemeliharaan rendah.
Untuk tujuan ini semus pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan landasan-
landasan adalah elastomerik. Namun demikian prosedur dasar pemeliharaan diuraikan
pada Panduan Pemasangan.
Panduan Pemasangan mencakup pula gambar, lokasi dan jumlah komponen-komponen
bersama dengan diskripsi bahan dan komponen-komponen, pembautan dan perakitan
dan metoda pemasangan.
Komponen-komponen standar yang tersedia disesuaikan untuk cakupan yang luas dan
bermacam bentuk jembatan dan kriteria perencanaan seperti untuk kelas A,B atau C
dan spesifikasi pembebanan alternatif.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-lintas: Kelas A dan kelas B - dua jalur dibebani penuh ditambah satu jalur
dibebani sebagian, Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau
Pembebanan T-titik (100%)
Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D (tambah kejut), atau
T (100 %)
Trotoar: Kelas A 500 kg/m2 1 (satu) meter lebar untuk tiap sisi.
Kelas B dan kelas C - nol
Pagar: 100 kg/m
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C = 0,3)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 33


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Sungai: Bangunan atas dianggap bebas diatas muka banjir


Suhu: ± 15 0C

Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan Jembatan 1976 - NAASRA
Spesifikasi Standar Jembatan Jalan Raya 1983 AASHTO

5.3.2 KOMPONEN-KOMPONEN

Sistem pemberian nomor yang digunakan untuk jembatan gelagar Australia sama
dengan yang digunakan untuk jembatan rangka. Tabel 10.3 memberikan daftar kode
dan artinya. Perlu diketahui bahwa tidak ada huruf penunjuk kelas jembatan.

Tabel 5.3 - Sistem Pemberian Nama untuk Komponen-Komponen Jembatan


Gelagar
Kode Uraian
G Segmen-segmen Gelagar
F Kerangka Penguat
GS Pelat Penyambung
GR Pegangan Tangan
GRB Landasan
GHDB Baut Penahan
SB Penahan Lateral
GDA Siku Penguat Lantai ,
GFP Pelat Trotoar

SP Pipa Pembuang

Panduan pemasangan berisi suatu daftar dari tiap komponen yang diperlukan untuk
perakitan dan pemasangan bentang gelagar. Segmen-segmen gelagar (G) yang
digunakan untuk bentang 25, 30 dan 35 meter mempunyai akhiran berturut-turut 1,2
dan 3. Komponen-komponen lain tidak mudah untuk dibedakan dan harus dibuat
rujukan (referensi) terhadap daftar alat-alat.
Alat-alat pada kotak peralatan dan dongkrak 50 dan 100 ton dipinjamkan kepada
Kontraktor untuk pemasangan tiap-tiap jembatan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 34


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.3.3 METODA-METODA PEMASANGAN

a. Umum
Bagian ini mencakup metoda pemasangan untuk jembatan dengan gelagar permanen.
Metoda-metoda ini diuraikan dalam Panduan Pemasangan.
Peralatan Pemasangan yang Diperlukan
Berikut peralatan pemasangan yang diperlukan dengan pekerjaan baja utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 atau 100 ton (100 ton hanya
diperlukan untuk bentang-bentang A 25, A 30 dan B 30)
4. Kit peralatan (untuk merakit pekerjaan baja dan peralatan
penyambung/link set).
Sebagai tambahan pada peralatan-peralatan diatas Kontraktor perlu menyediakan dan
memasang item-item berikut:
a. Bahan-bahan untuk perancah
b. Paling sedikit 2 blok rantai (chain block) untuk menaikkan/ mengangkat
komponen-komponen pada tempatnya
c. Metoda untuk menarik komponen baja dari tebing keatas perancah
d. Pelat alat dongkrak dan ganjal untuk digunakan dalam penurunan
bentang
e. Landasan kayu sementara

b. Perancah
Metoda ini adalah metoda yang paling sering digunakan. Ini mungkin dapat digunakan
untuk struktur bentang tunggal atau ganda. Penyangga-penyangga sementara
digunakan, sementara bangunan atas sedang dirakit. Penyangga ditempatkan pada
tempat-tempat untuk menyangga tiap segmen gelagar.
Setelah pemasangan selesai dan sebelum lantai beton dicor perancah harus sudah
dibongkar. Ini memungkinkan bangunan atas supaya melendut seperti yabg
direncanakan jika lantai dicor. Acuan untuk lantai beton tidak perlu didukung oleh
perancah.
Di banyak lokasi, jembatan yang sudah ada dapat digunakan sebagai dasar untuk
pendukung perancah sehingga dapat mengurangi biaya pemasangan.
Salah satu kelemahannya adalah bahwa perancah jembatan dibangun menyeberangi
sungai, sehingga menimbulkan gangguan terhadap lalu-lintas sungai. Sebagai
tambahan ada kemungkinan perancah mengalami penurunan Karena beban dari
gelagar jembatan bila tidak disokong dengan balk. Sebuah pilar perancah untuk

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 35


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

bentang jembatan gelagar 30 meter kelas A, harus mendukung beban mati 9 ton
bilamana tiang perancah jembatan dipasang dekat ujung akhir tiap segmen gelagar.
Pemasangan perancah menyeberangi sungai sebelum atau selama musim hujan harus
dipertimbangkan dengan balk karena aliran sungai dapat menghancurkan perancah dan
bagian-bagian bentang jembatan gelagar yang sebagian telah selesai.
Komponen-komponen sering ditarik sepanjang tanah pada perancah dan pengawas
harus menjamin bahwa operasi ini dilaksanakan dengan suatu cara sehingga tidak
menyebabkan kerusakan pada lapisan penutup (galvanized) dari elemen-elemen
gelegar.
Praktek pemasangan gelagar dan penyokong pada penyangga sementara diatas tingkat
perletakan (sebelum pelaksanaan kepala jembatan) bukan pertimbangan yang baik.
Adanya gelagar membuat sangat sulit untuk memasang dengan benar perletakan plinth
dari kepala jembatan dan aspek pengamanan untuk penyangga gelagar untuk
pertimbangan jangka waktu tertentu memerlukan pertimbangan yang benar.

c. Pengangkatan
Kontraktor-kontraktor yang mudah memperoleh alat kran dapat merakit segmen-segmen
gelagar menjadi suatu gelagar yang komplit dan dapat mengangkat gelagar langsung
pada posisinya. Berat gelagar kelas A dengan panjang 20, 25 dan 30 meter berturut-turut
adalah 3,3 ton, 5,3 ton dan 7,9 ton.
Gelagar hanya akan diangkat pada titik pengangkatan seperti diperlihatkan dalam
Panduan Pemasangan. Konsultan Supervisi harus menjamin bahwa hanya peralatan
pengangkatan yang cocok (shackles, pengikat dan lain-lain) digunakan.
Gelagar yang dipasang pertama harus disangga dibawah flens/atas untuk menghindari
penggulingan sampai gelegar Kedua ditempatkan dan kerangka penguat (bracing frame)
dipasang. Gelegar berikutnya dinaikkan pada posisinya dan kerangka penguat dipasang.

d. Peluncuran
Kalau gelegar dipasang dengan metode peluncuran, dua gelagar dirakit pada satu tebing
dan diluncurkan diatas penyeberangan sebagai suatu pasangan terikat tanpa perlu
perancah dalam penyeberangan. Pasangan yang kedua dari gelagar dapat digunakan
sebagai suatu angker (pemberat) sewaktu peluncuran.
Metode pemasangan ini memerlukan penggunaan roller dan pelat penyambung yang
harus difabrikasi dan disediakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus mempersiapkan dan
menyerahkan gambar detail komponen-komponen dan metode yang diusulkan untuk
dipakai. .
Metode ini tidak biasa dipakai.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 36


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.3.4 PERSOALAN-PERSOALAN UMUM

Persoalan berikut perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jembatan gelagar baja.
Sesuai Bab 5.2.1.e.

Pengencangan baut
Adalah benar-benar penting bahwa semua pengencangan baut diselesaikan sebelum
lantai-lantai beton dicor. Kesalahan mengerjakan hal ini akan mengakibatkan kehilangan
lawan lendut (camber) struktur. Ijin untuk pengecoran lantai tidak akan diberikan sampai
sertifikat pengencangan baut diberikan.
Kerenggangan yang terlihat Ring Penunjuk Beban harus diantara 0,15 mm dan 0,25 mm.
Apabila baut dikencangkan hingga Kerenggangan kurang dari 0,15 mm ada kemungkinan
bahwa baut akan rusak.
Sewaktu proses pengencangan baut berlangsung kepala tiap baut harus ditandai untuk
menunjukkan bahwa la telah dikencangkan dengan benar.
Baut yang telah dikencangkan tidak boleh digunakan kembali, dan baut, mur dan ring
penunjuk beban dibuang dan diganti dari cadangan. Praktek untuk menggunakan kembali
baut-baut yang telah dipakai harus dilarang.
Pengencangan dengan kunci Inggeris tidak boleh dilakukan untuk mengencangkan baut
tipe geser dalam seri jembatan ini karena tidak ada hubungan antara suatu puntiran dan
kerenggangan seperti ditunjukkan pada Ring Penunjuk Beban.

Penentuan as perletakan
Jarak datar memanjang perletakan as ke as dari kepala jembatan ke kepala jembatan
atau kepala jembatan ke pilar harus diperiksa terhadap Gambar rencana.

Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) pada pilar dan kepala jembatan
Ketinggian bearing plinth tidak boleh kurang dari yang ditunjukkan dalam gambar rencana
detail perletakan dan bantalan penahan seismik karena jika tidak, mungkin akan
mendapatkan kesulitan sewaktu penyetelan dongkrak hidraulik di bawah gelagar.

Kualitas beton pada pelat lantai


Jembatan gelagar Australia telah dirancang menggunakan lantai beton bertulang
komposit. Pelat lantai dihubungkan dengan gelagar baja melalui paku-paku geser (shear
stud) yang dilas pada gelagar. Sangatlah penting bahwa kualitas beton di plat lantai harus
paling sedikit sama balk dengan asumsi yang dibuat oleh perencana.
Petunjuk secara rinci untuk pekerjaan ini diberikan pada Bab mengenai produksi beton
dan konstruksi.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 37


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Kualitas yang rendah dari beton penahan lateral


Adalah penting bahwa kedua penahan/peredam lateral dan seismik dibuat seperti
diterangkan pada Gambar rencana Karena landasan-landasan ini penting terhadap
struktur keseluruhan bila muncul suatu gempa. Beton yang digunakan harus kualitas
yang baik.
Jarak di antara permukaan karet dan beton harus menurut persyaratan Gambar.

Penundaan pengecoran beton sampai pemasangan gelagar diselesaikan


Dianjurkan bahwa dinding belakang dari kepala jembatan atau pilar tidak diselesaikan
pada ketinggian penuh sampai lantai jembatan telah dicor dan penyetelan gelagar diatas
landasan permanennya selesai.
Penulangan yang menonjol dari bagian bawah tembok tidak usah dibengkokkan
sedemikian sehingga menyebabkan kekusutan yang menjadi titik lemah yang potensial.
Perhatikan bahwa ketinggian dinding belakang telah dirancang berdasarkan ketebalan
lapisan beton aspal setebal 50 mm. Adanya variasi dari ketebalan lapisan ini harus
disesuaikan agar sebanding dengan perubahan ketinggian tembok kepala jembatan
(abutment).
Penyebab kerusakan komponen-komponen dari penyimpanan dan penanganan yang
kurang baik
Hilangnya atau rusaknya komponen-komponen biasanya harus diganti dengan komponen
cadangan yang memakan waktu lama. Dalam banyak kasus, pekerjaan di lapangan akan
terhenti. Karenanya pengawasan yang baik diperlukan terhadap semua komponen-
komponen ketika diterima di lapangan untuk menentukan apakah ada kehilangan atau
kerusakan komponen- komponen.
Komponen-komponen harus diperlakukan, diangkat dan disimpan sedemikian sehingga
menghindari kerusakan, dan kelebihan tegangan atau kerusakan pada perawatan
protektif.
Sebelum kornponen-komponen baja tiba di lapangan, suatu tempat yang cocok
ukurannya (untuk menampung semua baja) harus disiapkan untuk menerima semua
komponen-komponen pada waktu datang di lapangan. Tempat harus sedekat mungkin
dengan lokasi jembatan untuk menghindari penanganan rangkap dari bahan (double
handling) yang tidak tak perlu.
Semua komponen-komponen harus ditumpuk di lapangan, pada ganjal kayu, rata dan
bebas diatas tanah. Komponen H (H section) harus disimpan dengan badan vertikal.
Petunjuk mengenai detail penumpukan terdapat pada Panduan Pemasangan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 38


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Komponen-komponen yang lebih kecil, seperti pelat-pelat buhul dan pelat penyambung
harus ditumpuk dengan rapi diatas permukaan tanah diatas suatu ganjal dan tidak
terlepas-lepas.
Pipa pegangan tangan (hand rail) harus ditumpuk diatas ganjal kayu dan diganjal dengan
suatu cara sehingga pipa tidak akan menjadi bengkok. Baut-baut, perletakan dan deck
seals harus ditumpuk dalam ruang berpenutup, dalam bangunan bila mungkin.
Bila baut-baut, mur, ring-ring dibiarkan di atas tanah akan mudah hilang. Perhatikan
bahwa semua baut-baut, mur dan ring-ring dipertahankan kering sampai saat
pemasangan baut-baut. Ini dilakukan untuk mencegah agar lilin pelumas tidak tercuci.
Semua peralatan yang disediakan sebagai pinjaman selama proyek harus disimpan
dalam suatu tempat yang aman pada tempat yang telah disediakan.
Komponen-komponen sering disimpan di luar lapangan dan dibawa dalam jumlah sedikit-
sedikit kelapangan selama pemasangan. Persyaratan-persyaratan untuk penyimpanan
sementara yang berdekatan dengan jembatan di lapangan juga harus sesuai dengan
yang digunakan untuk penyimpanan utama. Kontraktor tidak diperkenankan untuk
menumpuk dengan suatu cara sehingga menyebabkan kerusakan terhadap komponen-
komponen atau cat galvanisednya.

5.4 JEMBATAN RANGKA BELANDA (HOLLANDIA KLOOS)

Sistem jembatan rangka Belanda (Hollandia Kloos) terdiri dari komponen-komponen


baja standar dibuat dengan tepat (presisi) yang dirakit dengan baut sehingga
membentuk bentang jembatan yang direncanakan sebagai rangka through type (lantai
dibawah) dari panjang 40 sampai 105 meter.
Bentang-bentang permanen disediakan dalam 3 kelas A, B can C yang dibedakan
dalam konfigurasi lebar jalan dan kerb/trotoar. Bentang pada semua kelas mempunyai
lantai beton bertulang komposit. Petunjuk pada Gambar 7.25 mengenai detail-detail
tipikal dari penampang melintang.

5.4.1 UMUM

Jembatan ini disediakan lengkap dengan perletakan, pagar-pagar (railing), siku


penguat lantai dan alat-alat dan peralatan yang dipergunakan dalam perakitan
komponen-komponen menjadi bentang jembatan.
Komponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan menurut
urutan yang ditunjukkan dalam Gambar rencana. Komponen-komponen yang sama
tandanya dapat dipertukarkan. Tidak ada Komponen yang beratnya melebihi 1,8 ton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 39


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

untuk jembatan dengan bentang sampai dengan panjang 60 meter. Perakitan


dilakukan dengan peralatan tangan (hand rails) yang tersedia bersamaan dengan
komponen jembatan lainnya.

Gambar 5.25 - Jembatan Rangka Belanda (Hollandia Kloss)

Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan perakitan bertahap dengan kantilever
dari satu tebing tanpa memakai perancah di sungai. Metoda pemasangan dijelaskan
dalam Panduan Pemasangan. Diperlukan penggunaan bentang standar sebagai
bentang angker dan pekerjaan baja penghubung (linking steel) yang disediakan dengan
sistem ini.
Metode-metode lain mengenai perakitan dan pemasangan seperti pemasangan diatas
perancah dapat dilaksanakan. Prinsip-prinsip dasar yang dapat diterapkan pada semua
kasus ini diuraikan dalam Panduan Pemasangan.
Pembangunan lantai beton dan perakitan perletakan juga dijelaskan dalam Manual
Pemasangan.
Sistem jembatan ini direncanakan dengan karakteristik biaya pemeliharaan rendah.
Untuk maksud itu semua pekerjaan baja dan baut-baut digalvanisasi dan perletakan
adalah elastomerik.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-lintas: Kelas A dan B dua jalur dibebani penuh ditambah beban sebagian,
Pembebanan D-garis (tambah kejut) atau Pembebanan T-titik (100 %)

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 40


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Kelas C satu jalur dibebani penuh, Pembebanan C (tambah kejut) atau


T (100 %)
Trotoar: Kelas A dan B. 500 kg/m2 satu meter lebar tiap sisi.
Kelas C nol.
Pagar: 100 kg/m
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Region 1 sesuai Spesifikasi 12/1988 (C= 0,3)
Sungai: Region atas dianggap bebas diatas muka banjir
Suhu: ± 15°C

Spesifikasi Desain
Spesifikasi Perencanaan untuk jembatan baja, Konsep 1978 dikeluarkan oleh Bina
Marga.
Peraturan Penjelasan struktural, dari American Welding Society, AWS-D-1.1-83.
Bangunan atas jembatan dianggap sebagai struktur bangunan yang ditumpu bebas dan
direncanakan dengan metode-metode elastis dan lawan lendut yang cukup dengan
maksud untuk mengimbangi 150 % lendutan total beban mati.
Sambungan-sambungan baut direncanakan sebagai sambungan-sambungan tipe gesek
(friction type) tetapi juga dapat diperiksa sebagai sambungan-sambungan tipe landasan
(bearing type). Semua baut-baut yang digunakan pada sambungan-sambungan ini
ditentukan kualitas, jenis 1, kekuatan baut sesuai dengan ASTM designation A 325.

5.4.2 KOMPONEN-KOMPONEN

Sistem pemberian tanada komponen-komponen pada jembatan Belanda berdasarkan


suatu sistem numerik.
Komponen-komponen tidak dapat diidentifikasi dari nomor-nomor bagian komponen
selain dari akhiran untuk menunjukkan kiri atau kanan. Sistem penomoran dibuat
demikian sehingga secara umum mengikuti urutan pemasangan, yakni pemasangan
dimulai dari 1 (satu), Balok Melintang dan dilanjutkan kurang lebih sesuai dengan
urutannya.
Sejumlah komponen-komponen yang diperlukan sebagai bagian dari sistem
penghubung (link set) dan ini ditandai sebagai seri "500", sebagai contoh 509 adalah
Batang Atas.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 41


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.4.3 CARA PEMASANGAN

a. Kantilever Sebagian Demi Sebagian


Metoda pemasangan diperlihatkan pada Gambar 5.26.
Bentang angker yang dipakai biasanya panjangnya 50 atau 60 meter. Bentang angker
mempunyai balas (pemberat) yang ditambahkan pada ujung akhir sehingga restoring
moment lebih besar daripada momen guling, paling sedikit 25 persen pada saat
jembatan rangka permanen pada posisi kantilever penuh.
Sebagai contoh, suatu bentang angker B 60 membutuhkan balas 24 ton untuk
memungkinkan pengkantileveran suatu bentang, permanen A 60. Untuk maksud ini di-
perhitungan dengan beban pemasangan 2 ton ditempatkan di ujung bentang kantilever
(sebagai contoh - 11 m dari ujung suatu bentang A 60).
Apabila gelagar memanjang ditiadakan dari bentang angker, jumlah balas harus
disesuaikan juga.
Bentang angker adalah yang pertama-tama dipasang pada landasan sementara
dibelakang kepala jembatan dan balas ditambahkan.
Diagonal penghubung dan batang atas ditambahkan pada bentang angker.
Panel segitiga bawah pertama kemudian dipasang. Ini termasuk penguat melintang
pada lantai dan gelagar-gelagar memanjang.
Panel segitiga atas kemudian dipasang, termasuk susunan pertama penguat atas (top
bracing).
Panel segitiga bawah kedua kemudian dipasang. Rangka batang sekarang berada 20
meter dari kepala jembatan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 42


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.26 – Jembatan Rangka Belanda – Pemasangan dengan Kantilever

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 43


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Proses ini diulangi sampai 10 meter dari kepala jembatan di seberang. Batang-batang
bawah, balok melintang dan penguat atas landasan ditempatkan sementara pada kepala
jembatan di seberang dan hubungkan dengan rangka kantilever.
Panel terakhir dari jembatan rangka telah selesai (pada kepala jembatan di seberang).
Bentang di dongkrak keatas dan baja penghubung dan bentang angker dipindahkan.
Jembatan di dongkrak kebawah pada perletakan permanen dan lantai, beton dan pagar
dan seterusnya dipasangkan.

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan


Berikut peralatan perakitan yang diperlukan dengan pekerjaan baja utama
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Jembatan rangka untuk angker (pemberat)
4. Alat penghubung perakitan (linking steel)
5. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 75 ton
6. Alat perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan alat
penghubung)
Sebagai tambahan pada perlengkapan tersebut diatas Kontraktor menyediakan dan
memasang item-item berikut :
a. Ganjal-ganjal atau dudukan kayu sebagai dudukan sementara pada
gelagar melintang pertama bentang permanen.
b. Bahan-bahan yang cocok untuk kentledge (beban pengimbang). Sebagai
contoh pasir yang dibungkus karung, blok beton, komponen-komponen
baja, batuan dan lain-lain, tetapi apapun yang digunakan harus diketahui
beratnya.
c. Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal yang digunakan pada pekerjaan
penurunan bentang.
d. Peralatan untuk menarik komponen-komponen baja dari tebing
menyeberangi sungai dan mengangkat serta mendukung dalam
posisinya.
e. Landasan Kayu sementara.

b. Perancah
Perancah sementara dipergunakan sementara bangunan atas sedang dirakit. la
ditempatkan didasar sungai diantara bangunan bawah seperti terlihat pada Gambar 5.27.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 44


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Setelah erection selesai dan sebelum pengecoran lantai beton, perancah harus sudah
dibongkar. Hal ini memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai yang
direncanakan ketika lantai dicor.
Keuntungan yang paling besar dari metoda ini ialah karena tidak diperlukan penambahan
bentang angker, linking steel atau beban pengimbang (kentledge) yang digunakan pada
metoda pemasangan kantilever sebagian demi sebagian.
Sebagai tambahan juga tidak diperlukannya peralatan angkat yang berat, karena
komponen yang terberat hanya 1.74 ton beratnya. Ini adalah metoda padat karya dengan
keperluan peralatan angkat yang minimum.
Dibeberapa lokasi jembatan jika jembatan lama masih ada, jembatan lama tersebut masih
dapat digunakan sebagai dasar dari perancah dan Karenanya biaya yang dikeluarkan
berkurang.
Salah satu hal yang tidak menguntungkan ialah bila suatu perancah jembatan perlu
dibangun menyeberangi sungai, akan menimbulkan gangguan terhadap perahu yang
berlayar disungai. Pada umumnya, tiang perancah dipasang dibawah tiap gelagar
melintang, berjarak antara kira-kira 5 meter.
Sebagai tambahan, ada kemungkinan terjadi penurunan perancah akibat beban dari
jembatan rangka, bila tidak didukung dengan baik. Sebuah pilar perancah untuk suatu
jembatan kelas A harus manahan sekitar 12 ton beban mati untuk jembatan rangka
baja. Metoda pemasangan yang dijelaskan dalam Panduan Pemasangan,
memperlihatkan 2 tiang per pilar dipancang dengan jarak 5m as ke as secara
memanjang dan 9.4 meter jarak melintang.
Urutan pemasangan diuraikan secara detail pada Panduan Pemasangan.
Komponen bagian bawah lantai jembatan rangka dirakit di atas perancah pada seluruh
bentang dan dihubungkan bersama. Jembatan dirakit melintang sampai kepala
jembatan.
Dua panel yang pertama terdiri dari batang diagonal dan vertikal dirakit, dan batang
atas dan batang tegak yang berhubungan ditambahkan, diikuti oleh penguat atas untuk
menyelesaikan 2 panel dari jembatan rangka.
Panel berikutnya dipasang dengan batang-batang diagonal dan tegak (vertikal) diikuti
oleh batang atas dan tegak dan kemudian batang penguat melintang. Panel-panel lain
yang lain dipasang dengan cara yang serupa. Proses ini dijelaskan dalam Gambar 5.28.

Rangka kemudian didongkrak keatas, jembatan diturunkan diatas perletakan dan lantai
dan pagar dan lain-lain diselesaikan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 45


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Pemasangan perancah melintasi sebuah sungai sebelum dan selama musim hujan
harus dipertimbangkan hati: hati aliran sungai dapat menghancurkan perancah dan
jembatan rangka yang baru sebagian selesai.

Gambar 5.27 - Pemasangan di atas perancah

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan


Berikut perlengkapan pemasangan yang diperlukan bersama dengan pekerjaan baja
utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 75 ton
4. Alat perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan linking
steel)

Sebagai tambahan pada perlengkapan tersebut di atas kontraktor harus menyediakan


dan memasang item-item berikut :
a. Bahan-bahan untuk perancah
b. Paling sedikit 2 blok rantai (chain block) untuk pengangkatan
komponen-komponen pada posisinya.
c. Peralatan penarikan Komponen-komponen baja dari tebing keatas
perancah.
d. Pelat untuk alat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada
pekerjaan penurunan bentang
e. Landasan kayu sementara

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 46


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.28 – Pemasangan pada Perancah – Rangka Belanda

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 47


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Variasi dari metoda ini adalah pemasangan bangunan atas di atas perancah dan
digerakkan secara lateral pada kepala jembatan menggunakan rol.

c. Pemasangan Semi Kantilever


Metoda ini adaah kombinasi dari dua metoda yang lain dan ditunjukkan dalam Garnbar
5.29
Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan
Berikut perlengkapan pemasangan yang diperlukan bersama dengan pekerjaan baja
utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Bentang rangka angker
4. Peralatan penyambung pemasangan (linking steel)
5. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 75 ton
6. Alat perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan linking
steel)

Sebagai tambahan terhadap peralatan di atas, Kontraktor perlu menyediakan dan


memasang item-item sebagai berikut :
a. Kerangka penyokong atau krib kayu sebagai bantalan sementara pada
bentang permanen gelagar melintang pertama
b. Penyangga pilar perancah sementara
c. Bahan-bahan yang sesuai untuk counter weight. Sebagai contoh
kantong-Kantong pasir dalam karung, blole beton, komponen-
komponen baja, batuan dan sebagainya, tetapi apapun yang digunakan
harus diketahui beratnya.
d. Pelat dongkrak dan ganjal kayu yang digunakan pada penurunan
bentang.
e. Peralatan penarikan komponen-komponen baja dari pinggir
menyeberangi dengan alat pengangkat untuk memasang komponen-
komponen pada tempatnya.
f. Landasan kayu sementara.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 49


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.29 – Pemasanagan dengan Metoda Semi Kantilever – Rangka Belanda

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 50


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.4.4 PERSOALAN UMUM


 Penggunaan pelat-pelat kopel pada batang tepi dari channel
memerlukan lebih banyak sambungan-sambungan baut daripada
model-model jembatan rangka yang lain. Untuk contoh sebuah
jembatan rangka Belanda kelas-B 50 meter memerlukan sekitar 8700
sambungan-sambungan baut dibandingkan dengan sebuah jembatan
rangka Australia yang hanya memerlukan sekitar 5800 baut dalam
kelas dan bentang yang sama.
 Penggunaan sebuah torsimeter untuk pengencangan baut dengan tipe
friction (terutama yang menggunakan baut dan mur yang digalvanisasi)
dapat diandalkan. Untuk pengecekan, suatu pemeriksaan harus
dilakukan dengan mempergunakan kunci torsi manual dan disesuaikan
dengan tengangan yang betul terjadi dalam baut yang telah ditentukan
seperti yang diberikan pada Panduan Pemasangan. Pemeriksaan ini
harus dilakukan pada permulaan pengencangan setiap harinya dan juga
jika ukuran baut berubah. Tegangan rata-rata untuk paling sedikit 3 baut
harus dihitung.
 Jembatan-jembatan rangka Belanda mempunyai suatu sistem perletakan
yang berbeda dengan jembatan rangka Australia dan perlu dicatat bahwa
jembatan diturunkan diatas perletakan permanen sebelum perakitan
lantai dan pemasangan lantai beton.

5.5. JEMBATAN RANGKA AUSTRIA

Sistem jembatan rangka Austria (Waagner-Biro) terdiri dari komponen-komponen baja


standar yang dibuat dengan presisi yang dirakit dengan sistem baut untuk membentuk
bentang jembatan dari desain rangka dengan lantai kendaraan dibawah (through type)
dari 35 hingga 60 meter.
Perbedaan antara bentang dari Kelas-A, Kelas B dan Kelas C terletak pada lebar jalan
dan konfigurasi kerb/trotoar. Bentang dari tiap kelas mempunyai lantai beton yang
didukung oleh lantai baja gelombang, yang disediakan sebagai bagian dari jembatan
ini.
Jembatan dipasok lengkap dengan perletakan, penahan dan peredam seismik lateral,
sandaran, dan peralatan yang akan dipakai untuk perakitan komponen menjadi
bentang jembatan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 51


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.5.1. RANGKA PERMANEN

a. Umum
Komponen ditandai dengan jelas untuk menurijukkan cara perakitan menurut urutan
yang ditunjukkan dalam gambar. Komponen dengan tanda yang sama dapat saling
ditukar. Berat komponen tidak ada yang melebihi 2,0 ton.
Sistem ini dirancang untuk memungkinkan perakitan bertahap dengan kantilever dari
satu tebing, tanpa memakai perancah di sungai. Cara pemasangan bentang rangka ini
dijelaskan dalam Panduan Pemasangan (Erection Manual). Cara ini menggunakan
bentang lain sebagai bentang angker dan baja penghubung (linking steel) yang
tersedia dalam sistem ini.
Cara perakitan dan pemasangan yang lain seperti kantilever sebagian atau
pemasangan di atas perancah, dapat juga dilakukan.
Pemasangan perletakan, penahan lateral dan peredam seismik juga dijelaskan di
dalam Panduan Pemasangan.
Sistem jembatan Austria direncanakan dengan ciri pemeliharaannya mudah (low
Maintenance), maka semua pekerjaan baja dan baut digalvanisasi.
Panduan Pemasangan mencakup gambar, lokasi dan jumlah Komponen bentang
bersama-sama dengan uraian bahan dan komponen-komponen, pernbautan dan
perakitan serta cara pemasangan kantilever.
Akan tetapi harus diperhatikan cara pengencangan baut yang ditentukan dengan
memakai kurki torsi, dan cara menguji kekencangan baut seperti dijelaskan dalam
Panduan.
Rangka Austria didongkrak pada perletakan permanen seperti rangka Belanda
sebelum pengecoran lantai beton.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-Lintas: Kelas A dan B
Kelas C - satu jalur dibebani penuh, Pembebanan D-garis (100 °XO
tambah kejut) dan pembebanan T-titik (100 %) untuk lembaran baja
gelombang resp. stringers can gelegar meliritang.
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Koefisien gempa 0,2
Sungai: Bangunan atas bebas diatas permukaan banjir
Suhu: ± 15°C.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 52


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Desain Struktural
Analisa dan desain struktural berdasarkan cara elastis untuk tegangan yang diijinkan
untuk bahan yang cocok sesuai dengan standar DIN.

Potongan melintang
Potongan melintang dari jembatan rangka terlihat dalam Gambar 7.30. Lebar jalan,
ruang bebas horizontal dan ukuran-ukuran dasar dari lantai beton ditunjukkan dalam
Gambar 7.31 (Jembatan kelas C diberikan sebagai contoh).

Gambar 5.30 - Jembatan Rangka Permanen Austria - Penampang Melintang


Tipikal

Gambar 5.31 - Jembatan Rangka Permanen Austria - Lantai Beton

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 53


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

b. Komponen-komponen
Komponen-komponen yang dipakai untuk Jembatan Austria diberi awalan huruf depan
sesuai dengan kelasnya (A, B atau C) dengan Kode Identifikasi serta nomor tanda,
misalnya CTC 11 = Kelas C Top Chord tanda 11.
Komponen seperti sandaran tangan yang tidak tergantung kelas jembatan tidak diberi
huruf depan (awalan) A, B atau C.
Kode untuk komponen utama yang dipakai untuk jembatan rangka Austria diberikan
dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.4 - Sistem Pemberian Nama Komponen Rangka Austria


Kode Uraian
TC Batang atas
BC Batang bawah
D Diagonal
CG Gelegar melintang
S Gelagar memanjang
GP Pelat Buhul
WB Ikatan angin
TS Lantai Baja Gelombang
RNTB Landasan jenis neopherene yangdiperkuat
HR Sandaran Tangan

Pemasangan komponen juga diberi awalan dengan kelas jembatan yang dimaksud.

c. Cara Pemasangan
i. Umum
Bagian ini meliputi cara perakitan untuk jembatan rangka tetap. Cara-cara tersebut
diuraikan di dalam Panduan Pemasangan.
Pilihan cara pemasangan pada setiap tempat berbeda harus dipertimbangkan
dengan seksama.

ii. Pemasangan Kantilever Sebagian demi Sebagian


Metoda pemasangan ditunjukkan dalam Gambar 5.32, 5.33.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 54


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.32 – Rangka Permanen Austria – Pemasangan dengan Metoda Kantilever

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 55


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Bentang angker yang dipakai biasanya mempunyai panjang yang sama dengan
bentang permukaan tetap. Bentang angker harus diberi ballast (pengimbang) yang
ditambahkan pada ujung bentang angker, seperti ditunjukkan pada Gambar
Pemasangan.
Untuk contoh, suatu bentang angker C60 membutuhkan ballast seberat 16 ton untuk
memungkinkan pengkantileveran dari bentang tetap C 60.
Bentang angker mula-mula dipasang di atas dudukan sementara di belakang kepala
jembatan, kemudian ditambahkan ballast.
Gelegar melintang dan batang penghubung (linking stringer) ditempatkan dan
dihubungkan dengan bentang angker.
Batang bawah dihubungkan dengan gelegar melintang pertama dan ditatian di tempat
oleh blok katrol tali (rope pully block) seberat 5 ton yang dipasang pada diagonal akhir
dan bentang angker.
Diagonal-diagonal ditambahkan dan Komponen baja penghubung (batang tepi,
diagonal dan penguat) dipasang.
Pemasangan berlangsung seperti tertera dalam Gambar Prosedur Pelaksanaan.
Bentang tetap didongkrak pada perletakan tetap, dan bentang angker dipindahkan.
Lantai beton kemudian dicor.
Perhatikan bahwa terdapat gelagar memanjang luar yang kecil untuk menopang
bagian luar lantai baja.
Bilamana digunakan keran, balok kayu harus dipasang di atas lembar baja trapezoidal
untuk memberi jalan masuk. Ukuran minimum selebar 500 mm dan tebal 50 mm
disarankan untuk tiap jalur roda..

Peralatan Perakitan Yang Diperlukan


Peralatan perakitan berikut disediakan bersamaan dengan pekerjaan baja utama:
1. Manual Pemasangan
2. Gambar Rencana Konstruksi
3. Bentang rangka angker
4. Perlengkapan pemasangan (baja penghubung)
5. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 ton
6. Kit perlengkapan (untuk perakitan semua pel(erjaan baja dan alat
penghubung)
Sebagai tambahan pada peralatan di atas, Kontraktor menyediakan dan memasang
butir-butir berikut:
a. Ganjal-ganjal atau dudukan kayu sebagai pendukung sementara pada
gelegar melintang pertama bentang permanen.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 56


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

b. Bahan yang sesuai untuk kentledge (berat pengimbang). Misalnya


pasir dalam karung, blok beton, komponen baja, batu dan sebagainya,
tetapi apapun yang dipakai bobot yang diberikan harus diketahui.
c. Dua blok katrol tali (rope pully block) dengan berat 5 ton.
d. Pelat alat dongkrak dan ganjal kayu yang akan digunakan pada
operasi penurunan bentang.
e. Peralatan untuk menarik komponen baja dari tebing menyeberangi
sungai, dan menarik serta mendukung ke dalam posisi.
f. Landasan kayu sementara.

iii. Perancah Bangunan


Perancah sementara dipergunakan pada waktu bangunan atas sedang dirakit.
Perancah tersebut ditempatkan pada dasar sungai di antara bangunan bawah,
seperti terlihat pada Gambar 7.32, 7.33. Setelah selesainya pemasangan dan
sebelum pengecoran lantai beton, perancah harus dibongkar. Hal ini
memungkinkan bangunan atas untuk melendut sesuai rencana ketika lantai di cor.

Gambar 5.33 - Jembatan Rangka Permanen Austria - Pemasangan dengan


Kantilever
Keuntungan terbesar dari metoda ini adalah tidak ada kebutuhan akan bentang
angker tambahan, linking steel atau kentledge (beban pengimbang) yang dipakai
pada cara kantilever sebagian demi sebagian.
Sebagai tambahan, tidak perlu adanya peralatan pengangkatan berat, Karena
komponen terberat hanya berbobot 1.5 ton. Cara ini merupakan cara padat karya
dengan keperluan peralatan angkat yang minimum.
Pada beberapa lokasi jembatan lama dapat dipakai sebagai dasar untuk perancah
dan karena itu biaya yang diperlukan oleh Kontraktor dapat berkurang.
Salah satu kerugian adalah bahwa suatu perancah jembatan harus dibangun
menyeberangi sungai, yang merupakan halangan bagi kendaraan pengangkutan
sungai. Pada umumnya suatu pilar perancah atau rangka pendukung dibuat di
bawah tiap gelegar melintang, berjarak antara kira-kira 5 meter.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 57


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Sebagai tambahan terdapat kemungkinan penurunan perancah di bawah beban


rangka bila tidak didukung dengan balk. Pilar perancah untuk jembatan kelas A
harus menyangga beban mati rangka baja kira-kira 12 ton. Cara pemasangan yang
diuraikan dalam Panduan Pemasangan menunjukkan dua tiang per pilar yang
dipancang dengan as ke as berjarak 5 meter memanjang. Jarak melintang
tergantung pada kelas jembatan yang sedang dilaksanakan.
Urutan pemasangan dijelaskan secara mendetail didalam Gambar Panduan
Pemasangan.
Pada dasarnya batang tepi bawah dipasang tebih dahulu pada perancah
sepanjang bentang dan saling dihubungkan. Batang-batang diagonal, batang tepi
atas dan penguat batang tepi atas dirakit sepanjang bentang.
Rangka kemudian didongkrak ke atas, perancah dibongkar, jembatan diturunkan
ke bawah pada landasan dan lantai, pagar dan sebagainya diselesaikan.
Pemasangan perancah pada lebar sungai sesaat sebelum atau selama musim
hujan harus dipertimbangkan dengan baik karena banjir besar dapat
menghancurkan perancah dan jembatan rangka yang baru sebagian selesai.

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan


Peralatan pemasangan berikut disediakan bersamaan dengan pekerjaan baja
utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar-gambar Pelaksanaan
3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 ton
4. Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja dan link kit)

Sebagai tambahan peralatan di atas, kontraktor menyediakan dan memasang item-


item berikut:
a. Material untuk perancah
b. Minimum 2 blok rantai (chain block) untuk mengangkut komponen
pada posisinya
c. Peralatan untuk mengangkut Komponen baja dari tebing pada
perancah
d. Pelat alat dongkrak dan ganjal kayu untuk digunakan pada penurunan
bentang.
e. Landasan Kayu sementara.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 58


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.5.2 RANGKA SEMI PERMANEN

a. Umum
Sistem jembatan terdiri dari komponen baja standar yang dibuat dengan teliti yang
dirakit dengan sistem baut sehingga membentuk bentang jembatan dari desain rangka
dengan lantai kendaraan dibawah mulai dari 15 hingga 35 meter. Jembatan ini
tersedia lengkap dengan perletakan, pagar, peralatan dan dongkrak yang akan dipakai
untuk perakitan komponen menjadi bentang jembatan.
Komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan dalam urutan yang
ditunjukan pada gambar. Komponen dengan tanda yang sama dapat saling
ditukarkan. Tidak ada komponen yang beratnya lebih dari 335 kg, dan perakitan dapat
dilaksanakan hanya dengan. peralatan tangan.
Bentang dirancang untuk mendukung lantai kayu dan dirancang untuk muatan
jembatan jalan raya BM 70.
Sistem ini telah dirancang untuk memungkinkan perakitan lengkap dengan cara
kantilever menggunakan bentang angker. Cara ini perlu penggunaan bentang standar
sebagai bentang jangkar dan baja penghubung yang telah disediakan. Pelaksanaan
dengan perancah dapat juga dilakukan.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.
Lalu-Lintas: Satu jalur dibebani penuh ditambah satu jalur dibebani sebagian 70%
Pembebanan D-garis (tambah kejut) dan 70% Pembebanan T-Titik
(untuk lantai kayu)
Angin: 100 kg/m2
Gempa: Koefisien gempa 0,2
Suhu: ± 15°C.

Desain Struktural
Analisa dan desain struktural berdasarkan cara elastis untuk tegangan yang diijinkan
untuk bahan yang cocok sesuai dengan standar DIN.

Potongan Melintang
Potongan melintang dari jembatan rangka ditunjukkan pada Gambar 5.34. Lebar jalan
dan ruang bebas horizontal ditunjukKan. Ukuran-ukuran utama dari lantai kayu juga
dapat dilihat.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 59


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

b. Komponen
Kode identifikasi yang terdapat dalam Bab 7.5.1 b juga dipakai untuk komponen rangka
semi permanen. Tidak terdapat awalan kelas; misal batang atas disebut TC.
Semua komponen baja struktural pada bentang rangka difabrikasi atau di rol dari ST 52
dan/atau ST 37 menurut standar DIN.
Baut untuk semua hubungan struktural merupakan baut berkekuatan tinggi, Grade 10.9
sesuai dengan standar DIN, dan dengan mur dan ring (washer) dari jenis ekivalen yang
keras.
Semua baut, mur dan pelat dan semua Komponen struktural dipasok tergalvanisasi
sesuai dengan standar DIN dan dengan berat lapis penutup rata-rata tidak kurang dari
610 gr/m2.

Gambar 5.34 - Rangka Semi Permanen Austria - Penampang Melintang

c. Cara-cara Pemasangan
Cara-cara dan catatan Bab E.5.1 c untuk jembatan rangka tetap Austria juga dapat
diterapkan pada jembatan semi permanen.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 60


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

5.6 PERBANDINGAN JEMBATAN RANGKA PERMANEN


AUSTRALIA, BELANDA DAN AUSTRIA

CIRI-CIRI AUSTRALIA BELANDA AUSTRIA

Bentang 35 sampai 60 40 sampai 60 35 sampai 60


dalam 5m, dalam 5m, dalam 5m
80, 100 100, 105
Lantai Beton Pelat komposit Pelat topping Pelat topping
(pelat topping 80,
100)
Lantai Baja Tidak (35 m - 60 Ya Ya
m)
Ya (80 dan 100m)
Baut – sistem Cincin Indikasi Torque Wrench Torque Wrench
pengencangan Beban
Sistem FW FW FW
Pemasangan PxP KANTILEVER PxP KANTILEVER PxP KANTILEVER
(80,100 M 1,2 Semi Kantilever Semi Kantilever
SPAN)
Semi Cantilever
SSL
MSL
Dongkrak Setelah lantai Sebelum lantai Sebelum lantai
dibawah dicor dicor dicor
Jumlah baut 5800 8700
pada bentang B
Berat bentang B 74 ton (C50 = 54 96 ton 69 ton (C50)
50 ton)
Berat Komponen 1.5 t 1.8 t 1.5 t
Maksimum (H seri 3.0 t)

Tabel 5-5 Tabel Perbandingan Jembatan Rangka Permanen


Australia, Belanda dan Austria

5.7 JEMBATAN SEMENTARA (TRANSPANEL DAN MABEY


PANEL)

5.7.1 UMUM

Jembatan panel adalah jembatan sementara jalur tunggal yang dapat dipasang dalam
waktu singkat dengan menggunakan bangunan bawah yang ada atau bangunan bawah
sementara jika perlu. Jembatan tersebut berdasarkan panel rangka baja yang saling
dihubungkan memakai pen dan baut berkekuatan tinggi.
Panel-panel diatur sehingga membentuk rangka sisi dari berbagai kapasitas yang sesuai
bentang (panel dapat digunakan berpasangan dan berdampingan, ditumpuk secara
vertikal atau menggunakan bagian-bagian penguat tambahan untuk menambah bentang

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 61


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

dan kapasitas beban). Panel difabrikasi sehingga terdapat lawan lendut vertikal untuk
mengimbangi lendutan akibat beban mati. Lantai terdiri atas transom dan unit stringar
yang mendukung papan melintang kayu dan runway board. Kerb juga terbuat dari kayu.
Beberapa sistem menyediakan lantai baja alternatif.
Bentang biasanya berkisar antara 10 hingga 50 meter. Bentang banyak dimungkinkan
sebagai bentang menerus atau membentuk (broken back) bentang di atas dua tumpuan
dengan diambilnya pin batang panel atas, atau sistem pabrik (misalnya sistem Mabey
span junction post)
Bentang sepanjang 80 meter dimungkinkan pada beberapa sistem (yaitu Mabey DDR1 H
atau DDR2)
Sistem-sistem dirancang untuk perakitan cepat dengan bantuan alat angkat ringan pada
satu tebing dan secara bertahap diluncurkan pada posisinya dengan peluncuran
menyeberangi lembah. Hidung peluncur kantilever, yang dirakit dari komponen standar,
dipakai untuk tujuan ini.
Beberapa cara lain untuk perakitan dan pemasangan, misalnya pemasangan pada
perancah, juga layak dilakukan (feasible). Jika terdapat peralatan crane yang sesuai,
bangunan lengkap (tanpa lantai Kayu) dapat dirakit pada tebing dan diangkat pada
posisinya. Berat dari bentang 20 meter tanpa lantai adalah sekitar 25 ton.
Semua komponen jembatan panel yang baru tergalvanisasi, tetapi komponen jembatan
Bailey yang terdahulu diberi lapisan cat.

5.7.2 JEMBATAN TRANSPANEL AUSTRALIA

a. Umum
Tipe jembatan ini sesuai untuk penerapan sementara atau semi permanen, karena
perakitannya cepat dan persyaratan pondasinya minimal. Bentuk ini terdiri dari komponen
baja standar yang dirakit dalam aturan dan ukuran yang ditentukan, dan dihubungkan
oleh pin dan baut berkekuatan tinggi sehingga membentuk bentang jembatan rangka
dengan lantai kendaraan di bawah, yang berkisar antara 10 hingga 50 meter.

Komponen pendukung beban yang dasar adalah panel rangka. Panel diatur dalam
kombinasi khusus, dan diperkuat seperlunya sehingga terbentuk rangka sisi dari berbagai
kapasitas sesuai bentang. Panel-panel difabrikasi sedemikian sehingga lawan lendut
vertikal pada rangka sisi akan tercapai dengan sendirinya. Lawan lendut ini adalah untuk
mengimbangi lendutan dari berat sendiri bentang. Lantai terdiri atas transom dan unit-unit
stringer yang mendukung papan melintang kayu dan papan injak (running board).
Gambar 7.35 menunjukkan penampang melintang tipikal.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 62


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.35 - Penampang Melintang Jembatan Transpanel

Semua komponen baja termasuk landasan dan pelat dasar dipasok bersamaan dengan
peralatan tangan dan komponen pemasangan khusus yang akan dipakai pada perakitan.
Kayu untuk lantai dipasok oleh Kontraktor.
Kornponen-komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan sesuai
urutan yang ditunjukkan dalam Gambar-gambar pada Panduan Pemasangan. Komponen
dengan tanda yang sama dapat saling ditukar, dan tidak ada Komponen dengan berat
melebihi 440kg.
Sistem ini dirancang untuk perakitan cepat dengan bantuan peralatan angkat ringan pada
satu tebing dan diluncurkan secara bertahap pada posisinya dengan peluncuran
menyeberang lembah. Hidung peluncuran kantilever yang dirakit dari komponen standar
digunakan untuk tujuan ini.

Beberapa cara lain perakitan dan pemasangan, seperti pemasangan pada perancah,
layak untuk dilakukan.
Sistem ini dirancang mempunyai pemeliharaannya mudah. Semua pekerjaan baja dan
baut digalvanisasi, sedangkan pen dari baja anti karat. Prosedur-prosedur pemeliharaan
dasar diuraikan didalam Panduan Pemasangan.
Bentang Transpanel dapat menumpu langsung di tanah atau pada bangunan beton.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (diperbaiki
1988) Direktorat Jenderal Bina Marga, Indonesia.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 63


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Lalu-Lintas: Pembebanan T-titik 70 % (satu Kendaraan)


Trotoar: Nol
Angin: 100 kg/m,
Gempa: Region 1 seperti Spesifikasi 12/1988 (C=0,3)
Sungai: Bangunan atas bebas diatas permukaan banjir
Suhu: ± 15°C.

Spesifikasi Desain
NAASRA Bridge Design Spesification 1976
ASSHTO Standard Specification for Highway Bridges 1983.

b. Komponen-komponen
Tiap komponen dari sistem Transpanel diidentifikasi oleh awalan TP dan sebuah nomor.
Komponen yang dipakai hanya untuk perakitan mempunyai awalan TPE. Sistem
penomoran tidak spesifik untuk Komponen.
Komponen-komponen utama difabrikasi dari pelat baja dan bagian-bagian dirol dari baja
Grade 350. Pin panel terbuat dari baja anti karat berkekuatan tinggi hingga ASTM A 564
- 630.

c. Cara Pemasangan
Cara standar pemasangan untuk jembatan Transpanel adalah dengan meluncurkan
menyeberang lembah dengan bantuan hidung peluncur. Panjang dan konfigurasi dari
hidung peluncur tergantung pada bentang yang sedang dipasang. Rencana pemberian
tanda yang menunjukkan konfigurasi dari hidung peluncur termasuk di dalam Panduan
Pemasangan.
Jembatan Transpanel telah dirancang sesuai untuk Bailey Rocking dan Plain Rollers
standar yang akan digunakan untuk peluncuran. Rol-rol ini disusun dengan pola spesifik
pada tebing peluncuran dan penerimaan dari sungai.
Untuk batang 30 meter dan kurang, keseluruhan bentang dan hidung peluncur dirakit
sebelum diluncurkan. Untuk bentang lebih panjang, perakitan bentang dilakukan dalam
dua tahap.
Suatu sketsa dari susunan umum peluncuran terdapat pada Gambar 7.36.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 64


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Gambar 5.36 - Peluncuran Jembatan Transpanel - Pengaturan Umum

Peralatan Pamasangan Yang Diperlukan


Peralatan pemasangan berikut diperlukan dengan pekerjaan baja utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar-gambar Pelaksanaan
3. Dongkrak Hidraulis dengan kapasitas 50 ton
4. Kit peralatan (untuk perakitan semua pekerjaan baja)
5. Semua komponen rol yang perlu.

Sebagai tambahan peralatan di atas, Kontraktor menyediakan dan memasang item-item


berikut:

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 65


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

a. Kayu untuk lantai


b. Peralatan untuk menarik jembatan keluar (winch untuk outhaul dan
backhaul, tali-tali penarikan)
c. Pelat dongkrak dan paking Kayu
d. Landasan Kayu sementara

d. Pilihan-pilihan
Kekuatan rangka-rangka sisi samping dapat diperbesar dengan menambahkan
penguatan pada batang-batang panel standar atau dengan menggunakan dua baris
panel pada masing sisi jembatan. Penguatan batang (chord) tersedia dalam dua ukuran.
Konfigurasi rangka yang mungkin dan panjang bentang yang sesuai ditunjukkan dalam
Tabel 5.6
Tabel 5.6 - Konfigurasi untuk Jembatan Transpanel
Konfigurasi
Bentang Konstruksi Penguatan Ukuran Penguatan
10 Tunggal Tanpa Penguatan -
20 Tunggal Dengan Penguatan Kecil
30 Ganda Dengan Penguatan Kecil
40 Ganda Dengan Penguatan Besar
50 Ganda Dengan Penguatan Besar

e. Masalah Umum
Hal-hal berikut harus dicatat :
 Panjang hidung peluncuran bervariasi dengan panjang bentang.
 Kemlnngan memanjang pada jembatan Transpanel tidak boleh melebihi 10 %.
Bila jembatan akan diluncurkan pada kemiringan, peluncuran harus selalu
menurut tanjakan.
 Daerah pelaksanaan pada tebing peluncuran harus sekurangnya mempunyai
lebar 9 meter dan panjang yang cukup untuk bentang dan hidung peluncuran.
Daerah pelaksanaan pada tebing penerimaan harus cukup panjang untuk
hidung peluncuran dan winch penarikan keluar.
 Lawan lendut dari jembatan Transpanel menurut busur lingkaran berjari-jari
1900 meter. Rol-rol perakitan harus pula dipasang menurut kurva dengan jari-
jari tersebut.
 Pengaturan rol (peluncuran) dengan baik akan mencegah kerusakan terhadap
komponen yang disebabkan pembagian beban tidak merata, dan akan
meniadakan salah satu penyebab bentang keluar dari rol pada waktu
peluncuran.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 66


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Semua baut-baut harus dikencangkan dengan erat. Pengencangan erat adalah


pengencangan yang diperoleh dari usaha penuh seseorang dengan
menggunakan podger spaner standar.
 Setiap rol harus diperiksa pada waktu peluncuran untuk memastikan bahwa
bentang tidak bergerak secara lateral. Penyesuaian terhadap alinemen
jembatan hanya dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera di dalam
Panduan Pemasangan.

5.7.3 JEMBATAN MABEY DAN JOHNSON

a. Umum
Mabey dan Johnson membuat sejumlah yang pada dasarnya serupa sistem jembatan
panel. Sistem yang digunakan di Indonesia adalah seri Compact 200.
Bentuk jembatan ini sesuai untuk pemakaian sementara atau semi permanen karena
perakitan dapat dilakukan dengan cepat dan persyaratan pondasi yang minimal. Bentuk
ini terdiri dari komponen-komponen baja standar yang telah dirakit dengan susunan dan
urutan tertentu dan dihubungkan oleh pin dan baut berkekuatan tinggi sehingga
membentuk bentang jembatan rangka dengan lantai kendaraan di bawah yang berkisar
antara 10 hingga 50 meter.
Komponen pendukung beban yang utama adalah panel rangka, setinggi 2.13 meter
dengan panjang 3.05 meter. Panel-panel diatur menurut kombinasi khusus dalam arah
vertikal dan horizontal dan/atau diperkuat seperlunya sehingga membentuk rangka sisi
dari berbagai kapasitas sesuai dengan bentang. Lantai terdiri atas transom dan unit
stringer yang mendukung papan-papan kayu melintang dan papan injak. Gambar 5.37
menunjukkan potongan melintang tipikal dari sistem panel (tanpa lantai). Suatu lantai baja
alternatif tersedia tetapi tidak digunakan di Indonesia.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 67


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Kerangka miring dihilangkan


agar lebih jelas, lihat detail terpisah A
Gambar 5.37 - Jembatan Mabey dan Johnson - Tipikal Potongan Melintang

Semua komponen baja termasuk landasan dan pelat dasar tersedia dengan peralatan
tangan dan komponen pemasangan khusus yang akan dipakai dalam pemasangan. Kayu
untuk lantai disediakan oleh Kontraktor.
Komponen ditandai dengan jelas untuk memungkinkan perakitan dalam urutan yang
ditunjukkan oleh Gambar dalarn Panduan Pemasangan. Komponen dengan tanda yang
sama dapat saling ditukarkan, dan tidak ada komponen yang beratnya lebih dari 450 kg.
Sistem ini didesain untuk perakitan cepat dengan bantuan peralatan pengangkatan ringan
pada satu tebing dan diluncurkan bertahap pada posisinya dengan meluncurkan
menyeberangi lembah. Hidung peluncuran kantilever yang dirakit dari komponen standar
digunakan untuk tujuan tersebut.
Cara-cara perakitan dan pemasangan lain, seperti pemasangan pada perancah, juga
dapat dilakukan.
Tidak seperti sistem Bailey, hanya satu transom per panel diperlukan dan penjepit
transom diganti oleh baut transom. Hanya terdapat satu diameter baut yang dipakai,
dan terdapat 4 ukuran panjang yang berbeda dari baut.
Penguatan batang yang standar dan berat tersedia untuk memperbesar kapasitas
beban dan bentang standar.
Bila digunakan lantai kayu, stringer dipasang pada transom dan lantai ditempatkan
pada lubang-lubang pada stringer luar dan ditahan oleh.sudut-sudut baja. Hal ini akan
membuat suatu jembatan yang tidak seramai konfigurasi standar Bailey.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 68


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Jembatan bentang banyak sesuai jika ada kemungkinan terjadi penurunan pilar, atau
di mana pilar pilar antara (intermediate) terdapat pada ketinggian berbeda. Jembatan
ini dibangun dengan menggunakan tiang pertemuan bentang khusus pada tiap
tumpuan antara dimana dirancang untuk terkunci pada waktu peluncuran jembatan
dan dilepaskan pada waktu jembatan telah didongkrak turun ke posisi akhirnya.
Jika pilar datar dan tidak ada kemungkinan penurunan, dapat dibangun jembatan
menerus. Dalam kasus ini, gelagar jembatan ditumpu pada pilar pada balok-balok
distribusi.

Kriteria Desain
Pembebanan: Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 (revisi
1988) DitJen Bina Marga, Indonesia

b. Komponen-Komponen
Komponen kecil Mabey mempunyai awalan MC. Kode identifikasi adalah nomor, misalnya
MC 1 adalah panel standar 3 meter.
Sistem ini dirancang dengan ciri pemeliharaan ringan. Semua baut dan pekerjaan baja
digalvanisasi dan pin-pin dari baja anti karat. Prosedur pemeliharaan dasar dijelaskan
pada Panduan Pemasangan.
Banyak komponen standar Bailey dapat digunakan dengan seri Mabey Compact 200.
Bagaimanapun, beberapa komponen tidak dapat dan pengawas harus berkonsultasi
dengan perencana jika terdapat keraguan akan kemampuan dapat ditukarnya
(interchange ability) komponen-komponen tersebut.

c. Cara Pemasangan
Jembatan jenis Bailey dirancang untuk perakitan penuh pada rol-rol pada satu sisi
lembah yang akan dijembatani, Kemudian diluncurkan tanpa memerlukan adanya
tumpuan-tumpuan sementara di lembah.
Hal ini dapat dicapai dengan membangun sebuah hidung peluncuran pada bagian
depan jembatan yang dibangun dari jenis bagian-bagian sama.
Hidung dibuat dengan ukuran panjang sedemikian sehingga bila seluruh bangunan
diluncurkan kedepan, ujung hidung mendarat pada rol di tebing seberang sebelum
pusat gaya berat melewati rol peluncuran. Biasanya, panjang hidung peluncuran
setengah jumlah panel dari jembatan ditambah satu dan biasa dipasang dalam
konfigurasi tunggal-tunggal. Jembatan lebih panjang memerlukan potongan hidung
peluncuran dimana diikatkan pada bagian utama dari jembatan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 69


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

Setelah jembatan sudah pada posisinya di seberang lembah, hidung peluncuran


dibongkar dan jembatan didongkrak ke atas dilepas dari rol-rol dan diturunkan pada
landasan tetap pada kepala jembatan.
Sebagai alternatif, jika terdapat peralatan crane yang cukup, jembatan dapat diangkat
sebagai unit lengkap atau dipasang ditempat diatas perancah.
Susunan peluncuran umum untuk peluncuran ditunjukkan pada Gambar 5.38.

Gambar 5.38 - Pemasangan Jembatan Bailey

Peralatan Pemasangan Yang Diperlukan


Peralatan pemasangan berikut diperlukan dengan pekerjaan baja utama :
1. Panduan Pemasangan
2. Gambar-gambar Konstruksi
3. Dongkrak hidraulis dengan kapasitas 50 ton
4. Kit perlengkapan (untuk perakitan semua pekerjaan baja)
5. Semua komponen rol yang perlu ,

Sebagai tambahan dari peralatan di atas, Kontraktor menyediakan dan memasang


item-item berikut:
a. Kayu lantai
b. Peralatan untuk menarik jembatan menyeberangi lembah (winch untuk
penarikan keluar dan kebelakang, tall-tall penarikan)
c. Pelat-pelat dongkrak dan pakking kayu
d. Landasan kayu sementara

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 70


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

d. Pilihan-pilihan
Kekuatan dari rangka sisi dapat ditingkatkan dengan menambah penguatan pada
batang-batang panel standar atau dengan memakai dua atau tiga baris panel dan
setinggi maksimum 4 panel pada masing-masing sisi jembatan. Penguatan batang
tersedia dalam 2 ukuran. Konfigurasi rangka yang mungkin, ditunjukkan pada Tabel
5.7 untuk bentang sampai dengan 45 meter dan beban kendaraan sampai 40 ton.
Lantai dapat terbuat dari baja atau kayu.
Bentang banyak (multiple) dapat di atas dua tumpuan atau menerus.

Tabel 5.7 - Konfigurasi untuk Jembatan Bailey

Bentang Pembebanan KendaraanTunggal dalam


Panel Meter 20 ton
30 40
3 9.1 SS SS SS
4 12.2 SS SS SS
5 15.2 SS SS SSR
6 18.3 SS SSR DS
7 21.3 SSR SSR DS
8 24.4 SSR SSR DSR1
9 27.4 SSR DSR1 DSR1
10 30.5 SSR DSR1 DSR1
11 33.5 SSRH DSR1 DSR2
12 36.6 DSR1 DSR1H DSR2
13 39.6 DSR1 DSR2 DSR2H
14 42.7 DSR2 DSR2 TSR2H
15 45.7 DD DDR 1 DDR 1

e. Masalah-masalah Umum
Hal-hal berikut harus dicatat :
 Panjang hidung peluncuran bervariasi dengan panjang bentang, dan posisi
penghubung peluncur yang rnemberikan kemiringan tambahan pada hidung
dapat ditempatkan hingga 4 panel dari ujung hidung. Detail-detail tersebut
diberikan di dalam Panduan Pemasangan.
 Kerniringan memanjang tidak boleh melebihi 10%. Jika jembatan akan
diluncurkan pada kemiringan, peluncuran harus dilakukan menanjak. Pelat
landasan harus dipasang secara horizontal meskipun jembatan itu pada
kemiringan.
 Daerah pelaksanaan pada tebing peluncuran harus paling sedikit mempunyai
lebar 9 meter dan cukup panjang untuk bentang dan hidung peluncuran.
Daerah pelaksanaan pada tebing penerima harus cukup panjang untuk hidung
peluncuran ditambah ruang untuk winch penarikan keluar.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 71


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab V Teknik Pemasangan
Bangunan Atas Baja

 Penempatan rol dengan baik akan mencegah kerusakan yang disebabkan


pembagian beban tidak merata, dan akan meniadakan satu penyebab bentang
keluar dari rol pada waktu peluncuran.
 Semua baut harus dikencangkan dengan erat. Pengencangan erat adalah
pengencangan yang diperoleh dari usaha seseorang memakai podger spanner
standar.
 Tidak semua lantai harus dipasang sebelum peluncuran. Periksa berapa banyak
yang diperlukan.
 Periksa jumlah ballast yang diperlukan untuk beban pengimbang.
 Setiap rol peluncur harus dlpenksa pada waktu peluncuran untuk memastikan
bahwa bentang tidak bergerak secara lateral. Penyesuaian terhadap alinemen
jembatan harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertera di dalam
Panduan Pemasangan.
 Jangan sekali-kali memperbolehkan masing-masing ujung jembatan didukung
oleh dongkrak pada saat bersamaan.
 Pakailah semacarn ganjal (catch pack) dongkrak dimana pack dekat dongkrak
yang gunanya untuk mengambil alih beban bila dongkrak rusak atau turun,
sehingga tidak dapat jatuh. Catch pack memerlukan penyesuaian tinggi secara
kontinyu selama proses pendongkrakan.
 Hindarilah kemiringan melintang pada waktu pendongkrakan dengan cara
mengerjakannya pada kedua rangka pada saat yang bersamaan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V - 72


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VI Landasan dan
Sambungan-sambungan

BAB VI
LANDASAN DAN SAMBUNGAN-SAMBUNGAN

6.1 UMUM

Semua jembatan rangka dan jembatan gelagar di Indonesia menggunakan landasan-


landasan elastomer diperkuat baja, yang terbuat dari bahan neoprene atau yang
sejenis.
Jembatan Australia (Australian Trans Panel) dan lain-lain menggunakan suatu
landasan rocker baja buatan pabrik.
Gelagar-gelagar beton yang lebih pendek selalu didesain memakai lapis-lapis
elastomeric yang rata atau dengan bantalan.
Suatu variasi dari sambungan muai digunakan pada jembatan-jembatan. Banyak
jembatan-jembatan mempunyai sambungan terbuka, dengan atau tanpa suatu pelat
penutup. Yang lain menggunakan suatu lajur karet yang dapat ditekan masuk dalam
sambungan. Serie-serie H dari jembatan-jembatan rangka Australia (bentang 80 - 100
meter) dirancang (didesain) mempunyai suatu sambungan pusat dalam lantai beton
yang diisi dengan suatu pembungkus polystyrene dan penutup (seal).

6.2 LANDASAN

Hal-hal berikut mengenai pemasangan dari landasan harus dicatat :


 Landasan elastomer dirancang untuk tidak mempunyai perpindahan horisontal atau
penggeseran karena beban mati. Suatu landasan yang di distorsi oleh geseran
ketika beban mati diturunkan harus tidak dimuati dan diulang kembali penyetelan
pusatnya. Bilamana beban geser tetap terjadi, landasan mungkin salah dan harus
diganti tempatnya
 Landasan elastomeric yang menonjol atau pecah karena beban mati harus diganti
 Landasan dengan bentuk pot (digunakan pada pemasangan landasan) harus
dibiarkan dirakit sampai akan digunakan sebab dapat terjadi kerusakan terhadap
P.T.F.E (Teflon) atau permukaan baja yang dilapisi anti karat (stainless).
 Harus berhati-hati dengan landasan elastomeric untuk menghindari kerusakan
dikarenakan oleh kejatuhan benda-benda tajam diatas landasan.
 Permukaan mortar diatas pangkal jembatan atau pilar harus mendatar
 Harus dijamin bahwa ada ruang bebas antara bantalan karet seismik dan
permukaan beton.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VI Landasan dan
Sambungan-sambungan

 Landasan yang layak (tepat) diperlukan untuk jembatan-jembatan Transpanel


supaya jembatan dapat berfungsi balk. Jembatan tidak boleh dibiarkan disokong
diatas penutup-penutup kayu atau yang sejenis.

6.3 SAMBUNGAN

Persoalan utama dicatat dengan sambungan lantai bahwa beton di bawah baja siku
pelindung ditempatkan tidak benar (tepat). Bilamana tidak dilakukan dengan hati-hati,
udara dapat masuk di bawah siku sewaktu lantai beton dicor yang berdekatan dengan
siku pelindung. Untuk menghindari ini, sebaiknya direkomendasikan bahwa beton di
bawah siku pertama-tama ditempatkan dan kemudian discreed rnenjauhi siku penguat,
daripada discreed mendekatinya (lihat Gambar 11.1).

Gambar 6.1 - Pemadatan Beton di bawah Siku Pengaman/Pelindung

Meniadakan beton disekitar siku pelindung lantai pada saat pengecoran lantai utama
harus dilarang.
Di mana suatu bentuk pendahulu sambungan muai dimasukkan dalam suatu
sambungan, adalah penting bahwa suatu alat pemasangan yang layak digunakan
untuk menghilangkan penyebab kerusakan terhadap karet pengisi (rubber seal).

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VI - 2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VII Perlindungan
Saluran Air dan Tanggul

BAB VII
PERLINDUNGAN SALURAN AIR DAN TANGGUL

7.1 UMUM

Adalah penting bahwa suatu struktur yang dimaksud memberikan perlindungan


terhadap penggerusan harus diletakkan di bawah batas penggerusan aliran rencana
sungai. Kedalaman ini harus dijelaskan dalam Gambar-gambar tetapi bila tidak, suatu
angka konservatif antara 800 - 1000 mm di bawah dasar sungai dapat dipakai.
Kemungkinan penggerusan disekitar ujung bangunan, harus juga dipertimbangkan dan
beberapa perlindungan (pasangan batu kosong, bahan penyaring) perlu dipasang.

7.2 BRONJONG

Suatu sistim bronjong dirancang untuk bertindak sebagai suatu struktur yang homogen
dan monolit yang dapat dirancang untuk menahan seluruh gaya-gaya yang terlibat,
tidak sebagai suatu sistim jalinan kawat terpisah yang ditempatkan sebelah
menyebelah.
Karenanya, sangatlah penting bahwa konstruksi bronjong dibangun tepat sesuai yang
direncanakan dan point-point berikut harus dicatat/diketahui :
 Pastikan bahwa lipatan bronjong dalam posisi yang benar bila dibentuk, satu pada
ujung akhir tiap panel dan tiap sekat.
 Bilamana melipat box/kotak diusahakan bahwa bagian atas dari keempat sisi-sisi
kotak adalah rata sebelum pemasangan kawat di sudut-sudut atas.
 Gunakanlah ikatan rangkap pada jarak 100 mm untuk pengikatan kawat.
 Pastikan tanah di bawah bronjong adalah serata mungkin sebelum dimulainya
penempatan batu.
 Letakkan bronjong saling berhadapan dan saling membelakangi sepanjang suatu
baris sehingga pasangan dari penutup permukaan dapat diberi kawat kebawah
dalam satu gerakan (operasi)
 Ikatkan ujung dari bronjong pertama memakai tongkat (tangkai) yang dimasukkan
kedalam tanah melalui kedua ujung-ujungnya.
 Ketinggian dari penjangkaran harus paling sedikit setinggi bronjong.
 Menjamin bahwa ujung yang bertawanan tetap dibentangkan sampai kotak telah
diisi. Ini dapat dilakukan menggunakan batang baja dan suatu tonggak ditempelkan
pada bronjong di baris bawah.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VII - 1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VII Perlindungan
Saluran Air dan Tanggul

 Periksa bahwa penjangkaran tidak menarik terpisah karena pemasangan kawat


dari kotak (box).
 Gunakan material pengisi tidak boleh lebih besar daripada 250 mm dan tidak boleh
lebih kecil daripada lubang pada mesh. Bila tidak cukup bahan pengisi dan ukuran
tersebut di atas yang tersedia, gunakan batu-batu yang lebih kecil dalam bronjong
dengan paling tidak 250 mm batuan lebih besar pada setiap permukaan luarnya.
 Pastikan bahwa batu dibungkus kuat dan rongga udara diperkecil.
 Bronjong setinggi 1 m memerlukan penguat melintang kawat pada 1/3 dan 2/3 dari
ketinggian kotak.
 Pengisi bronjong kira-kira 25 mm atau 50 mm lebih tinggi dari ketinggian puncak
kotak, untuk memungkinkan adanya penurunan.
 Hindari menarik penutup berlebih, pada saat pemasangan kawat penutup.
Rujukan harus dibuat terhadap buku pegangan pabrik untuk aspek-aspek konstruksi
tertentu sesuai dengan tipe bronjong.

7.3. PENEMPATAN (PENAMBALAN) BATU

Hal-hal berikut perlu dicatat :


 batu yang digunakan untuk penambalan harus sesuai dengan spesifikasi
o berat minimum
o dimensi-dimensi (ukuran-ukuran) minimum
o bentuk
o ketahanan
 gradasi batuan harus dilakukan untuk memperkecil rongga udara
 bila material tebing kemungkinan tercuci dibelakang pasangan batu kosong, suatu
lapisan dasar yang sesuai (cocok) harus digunakan, yakni kerikil bergradasi atau
suatu saringan fiber.
 ujung penempatan batu harus diperluas di bawah garis penggerusan yang mungkin
terjadi.
 tindakan pencegahan untuk melindungi terhadap penggerusan ujung harus
dilakukan.
 bilamana diperlukan penempatan batu yang diberi adukan, pipa-pipa drainase yang
cocok harus dipasang untuk melengkapi drainase dari tanah timbunan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VII - 2


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VII Perlindungan
Saluran Air dan Tanggul

7.4. TIANG TURAP

Tembok tiang turap sering dipergunakan untuk melindungi terhadap penggerusan pada
timbunan (embankment) suatu jembatan. Tembok-tembok harus dirancang untuk
didukung sendiri dan adalah penting bahwa tiang turap pancang dipancang dengan
interlock dihubungkan berpasangan (interlocks coupled). Bila ini tidak dilaksanakan,
dinding tidak akan berfungsi sebagai suatu kesatuan yang integral dan kemungkinan
akan gagal (karena turun kedepan pada bagian atas), sehingga perlu pemasangan
besi penguat atau walers.
Interlock harus benar-benar dilumasi sebelum pemasangan untuk menjamin bahwa
mereka dapat bergerak secara bebas sewaktu pemancangan dilaksanakan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VII - 3


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VIII Jalan Pendekat/Oprit

BAB VIII
JALAN PENDEKAT / OPRIT

8.1 UMUM

Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi jalan


pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan pekerjaan kontrak
dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu.
Material yang digunakan untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak
lempung plastik tinggi atau batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.
Banyak jembatan-jembatan dirancang mempunyai kepala-kepala jembatan dengan
suatu plat pendekat seperti terlihat pada Gambar 8.1. Pelat pendekat dirancang guna
mengurangi pengaruh-pengaruh penurunan penimbunan jalan tepat di belakang
kepala jembatan. Plat-plat pendekat umumnya dipasang kira-kira 0,5 meter di bawah
permukaan jalan yang selesai.
Material yang diletakkan di atas plat pendekat beton adalah material perkerasan,
biasanya 250 mm lapis pondasi bawah, 150 mm lapis pondasi atas dan beberapa
bentuk lapis permukaan yang umumriya selcitar 50 mm tebalnya.
Kualitas dan pemadatan dari material perkerasan penting dalam perjalanan lalu-lintas
pada saat mendekati jembatan. Rendahnya kualitas konstruksi perkerasan biasa
pada beberapa jembatan. Biasanya mengakibatkan bertambahnya pembebanan
impact pada struktur disebabkan penurunan dari perkerasan dan mungkin
menimbulkan persoalan lain sebagai akibat dari masuknya air dalam perkerasan
bilamana perkerasan pecah-pecah.

Gambar 8.1 - Pelat Pendekat di belakang Kepala Jembatan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VIII - 1


Modul SIB 11 : Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan Bab VIII Jalan Pendekat/Oprit

8.2 BAHAN-BAHAN

Syarat-syaratTeknik menetapkan pemasang an persyaratan-persyaratan bahan-


bahan untuk digunakan dalam penimbunan badan jalan dan perkerasan.
Pemeriksaan kualitas kontrol harus dilaksanakan terhadap semua bahan-bahan
perkerasan.

8.3 PEMADATAN

Perkerasan bahan-bahan harus padat dengan menggunakan peralatan pemadat yang


cocok. Ini dapat dilaksanakan mulai dari vibrator yang besar atau pemadat statis
sampai dengan plat pemadat yang kecil. Adalah sangat penting bahwa material harus
dipadatkan dengan sempurna bila penurunan dari lapis perkerasan dikarenakan
pemadatan karena lalu-lintas dan/atau masuknya air, akan dihindarkan. Pemadatan
yang sempurna tidak dapat dicapai bilamana material terlalu basah ataupun terlalu
kering. Air harus ditambah dan dicampur untuk memperoleh material dipadatlcan
pada kondisi yang ditentukan.

8.4 PELAPISAN ASPAL

Pelapisan aspal pada lantai jembatan biasanya dengan suatu lapisan aspal.
Hal-hal berikut harus dicatat :
 pelaksanaan tack-coat harus tidak dilaksanakan terlalu jauh didepan daerah
dimana aspal sedang dilakukan karena akan terbawa pergi oleh lalu-lintas
 suatu papan pinggir memanjang (setinggi ketebalan aspal yang ditentukan) harus
ditempatlcan sepanjang garis tengah jalan, sewaktu sisi yang pertama sedang
dilapisi
 perata kayu yang memakai pegangan harus digunakan untuk penyebaran aspal
supaya menjadi suatu permukaan yang rata
 ketebalan dari lapisan aspal yang belum dipadatkan lama sekitar 10 persen lebih
besar daripada ketebalan setelah dipadatkan
 penggilingan dan pemadatan harus dimulai sesegera mungkin setelah pemberian
lapis permulaan dan screeding.
 semua peralatan penghampar harus selalu bersih.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) VIII - 2


Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

RANGKUMAN

Seluruh elemen-elemen struktur suatu jembatan pada pelaksanaan pekerjaan


pembangunan jembatan harus berada pada posisi yang benar. Untuk memindahkan
suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka
dibutuhkan :
 Sejumtah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat
yang tetap;
 Dalam perencanaan jembatan harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama.
Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar, dan bangunan atas
ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan.
Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan. Letak dan
jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali di lapangan dan
untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala
jembatan selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kereb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen utama dengan mempertimbangkan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak etemen-elemen utama yang telah ditentukan harus
diperiksa.
Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah membangun
pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus pada
tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua langkah pencegahan harus
diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul kesalahan pada umur pelayanan
jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan dibuka untuk lalu-lintas umum,
perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit dilaksanakan.
Pekerjaan tiang pancang memerlukan perlakuan yang khusus dimulai dari
pengangkutan, penyimpanan, pengangkatan, penempatan dan pemancangan.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada
dasarnya sama.
Pada umumnya, peralatan dasar terdiri atas:
(i) kerangka pemancangan tiang untuk menyangga (menopang) pemandu (leader);
(ii) pemandu untuk menyangga tiang pancang dan memberi arah pada waktu
pemancangan;
(iii) penumbuk - dari jenis jatuh bebas, uap atau udara bertekanan atau tenaga
diesel;
(iv) Topi tiang (helmet) yang juga diarahkan, untuk memindahkan pukulan penumbuk
pada tiang;

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-1


Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

(v) Katrol atau crane untuk mengangkat tiang pada posisinya dan mengangkat
penumbuk.
Pemasangan tiang yang dibor membutuhkan peralatan khusus, dan kebanyakan
pekerjaan ini di sub-kontrakkan kepada kontraktor spesialis pengeboran pondasi.
Terdapat dua sumber permasalahan utama pada tiang yang dibor.
Persoalan pertama adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mudah
longsor. Persoalan ini dapat diatasi dengan memasang pelapis (liner) atau membor
dengan menggunakan cairan pemboran seperti bentonite. Cara pertama lebih umum
digunakan di Indonesia.
Yang kedua adalah pembuatan bored pile pada lokasi tanah yang mengandung batuan
besar. Dalam hal ini penggeboran tidak akan dapat menembus batuan dan diperlukan
sejenis pahat batuan.
Pondasi sumuran adalah suatu bangunan yang merupakan bagian dari pekerjaan
permanen dan terdiri atas satu atau lebih sumur vertikal. Pondasi ini terbuat dari baja,
beton bertulang, atau bagian-bagian beton pracetak yang ditegangkan secara bertahap
menjadi satu.
Aspek-aspek mengenai beton adalah mulai dari persiapan acuan dan pemasangan
penulangan pada posisinya sampai pengecoran dan perawatan beton pada acuannya.
Langkah pertama pada pembuatan acuan adalah: Kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan satu set gambar kerja kepada Konsultan Supervisi.

Kontraktor harus memperhatikan ketentuan pada Spesifikasi Teknik sehubungan dengan:

 Material
 Desain
 Persiapan acuan untuk pengecoran
 Pembongkaran acuan
 Penyelesaian beton yang tampak/expose
 Pemeriksaan terhadap acuan
 Persetujuan yang diperlukan sebelum pengecoran, pembongkaran acuan
dan sebagainya.
Persoalan-persoalan (kekurangan yang terdapat pada desain perancah) sering
berhubungan dengan persoalan pondasi. Konsultan Supervisi harus memastikan
bahwa Kontraktor telah merinci pada gambar rencana perancah cara pemindahan
beban dari perancah ke dalam tanah.
Perancah pada tanah lanau sungai harus dibangun sedemikian rupa sehingga tidak
melebihi daya dukung dari lanau. Hal ini memerlukan penggunaan pondasi mat yang
besar atau bahkan pondasi tiang. Kontraktor diminta harus memikirkan cara
pembuatan perancah pada tahap awal proyek, sehingga dapat mengambil manfaat
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-2
Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

dari adanya peralatan yang dibawa ke lokasi untuk keperluan pemasangan kepala
jembatan atau tiang pilar.
Penulangan untuk jembatan biasanya dipasok sesuai dengan persyaratan di dalam
AASHTO M 311 M (ASTM A 615).
Penulangan lain disediakan sesuai dengan persyaratan dari standar berikut:
ASSHTO M 225 (ASTM A 496) Deformed Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M 32 (ASTM A 82) Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement
AASHTO M 55 (ASTM A 185) Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
Baja tulangan yang digunakan harus bebas dari kerak lepas, adukan, karat lepas atau
tebal, atau bahan melekat lainnya.
Meskipun batang ulir lebih baik daripada batang polos untuk penulangan kebanyakan
proyek di Indonesia menggunakan batang polos untuk semua penulangan.
Penggunaan batang polos untuk ukuran sampai dengan dan termasuk diameter
berukuran 10 mm dapat diterima.
Berikut terdapat ringkasan dari beberapa hal yang penting untuk diingat pada waktu
pelaksanaan pengecoran :
 Beton harus dicor secara vertikal dan sedekat mungkin pada posisi akhirnya. Jika
perlu penghampar beton, hal ini harus dilakukan dengan sekop dan bukan dengan
membuaf beton mengalir.
 Beton tidak diperbolehkan dituang ke dalam acuan dari ketinggian berlebih karena
dapat menimbulkan kerusakan dan pemisahan. Ketinggian jatuh harus sekecil
mungkin dan bila melebihi 2 meter, mungkin perlu suatu talang/saluran jatuh.
 Pengecoran beton harus dimulai dari sudut acuan dan dari titik terendah bila
permukaannya miring.
 Setiap tuangan beton harus dicor mengarah ke deposit sebelumnya, bukan
menjauhinya.
 Beton harus dituang menurut lapisan horizontal dan tiap lapisan dipadatkan sebelum
penuangan lapisan berikutnya. Setiap lapis harus dicor dalam suatu pekerjaan yang
menerus dan sebelum pengerasan lapisan terdahulu.
 Ketebalan tiap lapisan tergantung pada ukuran dan bentuk dari bagian beton itu,
jarak antara penulangan, kekentalan (konsistensi) beton dan cara pemadatan. Pada
.pekerjaan beton bertulang, lapisan-lapisan pada umumnya mempunyai ketebalan
300 mm, dan untuk beton masif tebal 500 mm.
 Jika lapisan beton tidak dapat dicor sebelum pengerasan lapisan sebelumnya,
seperti pada pagi hari setelah semalam beristirahat, harus dibuat suatu konstruksi
sambungan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-3


Modul SIB-11 : Pekerjaan Beton Rangkuman

 Beton tidak boleh dicor pada saat hujan lebat tanpa pelindung di atasnya, jika tidak,
permukaan semen akan tercuci oleh hujan.
 Pada pengecoran dinding menerus di mana lapisan mendatar dapat membuat
sambungan mengeras, beton harus dicor dengan ketebalan penuh dengan
permukaan miring.
Fabrikasi ini meliputi proses - proses pemotongan, pembentukan, pengeboran,
pelubangan, penyambungan dan operasi-operasi lainnya guna pembentukan pelat-pelat
baja yang sederhana dan profil-profil menjadi komponen-komponen jadi.
Metoda pemasangan dari tiap-tiap tipe jembatan dijelaskan dan masing-masing
diterangkan keuntungan dan kerugiannya.
Penggunaan kelas A, B atau C untuk menunjukkan lebarnya struktur yang biasa untuk
semua tipe jembatan rangka.
 Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan yang lebarnya
7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;
 Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan kerb 0,5
meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;
 Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan kerb 0,5 meter
pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.
Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi jalan
pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan pekerjaan kontrak
dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu.
Material yang digunakan untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak
lempung plastik tinggi atau batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R-4


Modul SIB-11 : Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Brinker, Russel C., Surveying, Section 12 of Standard Handbook for Civil


Engineers by Frederick S. Merrit, McGraw-Hill Book Company, New York,
1976
2. Dayaratman, Pasala, Prestressed Concrete Structures, Oxford & IBH
Publishing Co., New Delhi, 1976.
3. Disque, Robert O. and Stockwell, Frank W., Jr, Structural-Steel Design
and Construction, Section 9 of Standard Handbook for Civil Engineers by
Frederick S. Merrit, McGraw-Hill Book Company, New York, 1976
4. Freedman, Sidney, Properties of Materials for Reinforced Concrete, Part
6 of Handbook of Concrete Engineering by Mark Fintel, Van Nostrand
Reinhold, 1974.
5. Kozak, John J. and Leppmnn, Joachim F., Bridge Engineering, Section 17
of Standard Handbook for Civil Engineers by Frederick S. Merrit, McGraw-
Hill Book Company, New York, 1976
6. Libby, James R.,, Prestressed Concrete, Part 9 of Handbook of Concrete
Engineering by Mark Fintel, Van Nostrand Reinhold, 1974.
7. Lin, T.Y., Design of Prestressed Concrete Structures, John Wiley &
Sons, Inc., New York, 1963.
8. Rice, Paul F. and Black, W.C., Preparation of Structural Drawings As
Related to Detailing for Reinforced Concrete, Part 23 of Handbook of
Concrete Engineering by Mark Fintel, Van Nostrand Reinhold, 1974.
9. Rhude, Maurice J., Wood Design and Construction, Section 11 of
Standard Handbook for Civil Engineers by Frederick S. Merrit, McGraw-Hill
Book Company, New York, 1976
10. Winter, George, and Nilson, Arthur H. , Design of Concrete Structures,
McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, 1972.
11. Zetlin, Lev, and Griff, Donald, Concrete Design and Construction,
Section 8 of Standard Handbook for Civil Engineers by Frederick S. Merrit,
McGraw-Hill Book Company, New York, 1976
12. ………………………….., Peraturan Beton Indonesia 1971.

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) DP-1

Anda mungkin juga menyukai