Anda di halaman 1dari 49

NO : 07/IK/02.05.

19 ASLI

METODE KERJA TEROWONGAN


Patok : T.189 – T.259

PAKET PEKERJAAN
PENYELESAIAN PEMBANGUNAN
BENDUNG PENGALIH RABABAKA DAN SALURAN INTERBASIN
UNTUK BENDUNGAN TANJU DAN BENDUNGAN MILA
(RABABAKA KOMPLEKS) PAKET II
DI KABUPATEN DOMPU
No. HK.02.03-AS/KONT-B.II/367/2018

PT. INDRA KARYA PT. CIRIAJASA ENGINEERING


(PERSERO) CONSULTANS
Metode Kerja Terowongan
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I

KATA PENGANTAR

Buku ini merupakan Penjelasan Metode Kerja Terowongan pada paket pekerjaan
“PENYELESAIAN PEMBANGUNAN BENDUNG PENGALIH RABABAKA DAN
SALURAN INTERBASIN UNTUK BENDUNGAN TANJU DAN BENDUNGAN MILA
(RABABAKA KOMPLEKS) PAKET II DI KABUPATEN DOMPU” yang disusun
dalam rangka memenuhi kewajiban PT. IKA – CEC KSO berdasarkan Kontrak
Nomor : HK.02.03-AS/KONT-PRC/301/2018 Tanggal 23 Mei 2018 kepada PPK
Perencanaan, SNVT Pembangunan Bendungan Nusa Tenggara I Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara I Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Buku ini menyajikan Metode Kerja Terowongan untuk memberikan penjelasan


dasar guna pedoman pelaksanaan pada Terowongan saluran Interbasin
Rababaka Kompleks sebagai bahan pertimbangan PPK Bendungan II untuk
menerbitkan Addendum Kontrak.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada para pihak atas kerjasama,
bantuan, dan kepercayaan yang diberikan, sehingga tersusunnya Laporan Metode
Kerja Terowongan ini.

Dompu, 22 April 2019

Iwan Wahyu Widodo, ST.


Team Leader

ii
Metode Kerja Terowongan
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN TEROWONGAN (TUNNELING) ............... 1

1. Sekilas tentang NATM Method ............................................................................ 1

1. Pengaruh tekanan akibat Stress Rearrangement ................................. 2

2. Shotcrete sebagai penyangga sementara ............................................ 4

2. PELAKSANAAN PEKERJAAN ..................................................................................... 5

1. Pekerjaan Persiapan ............................................................................. 5

2. Pekerjaan penggalian (Excavation)....................................................... 6

3. Pekerjaan Pembetonan ......................................................................... 7

3. CROSS SECTION PENAMPANG GALIAN TUNNEL DENGAN METODE


GALIAN FULL FACE ..................................................................................................... 8

1. TAHAPAN EXCAVATION : ................................................................................... 9

1. Fore Poling ............................................................................................. 9

2. Galian Setengah Atas ............................................................................ 9

3. Shotcrete Dasar ..................................................................................... 9

4. Pasang Steel rib ½ bagian atas jarak 50 cm....................................... 10

5. Pasang angkur 6 buah D 19 panjang 1,25 m 2 .................................... 10

6. Wire Mesh Layer 1 ............................................................................... 10

7. Shotcrete Layer I.................................................................................. 10

8. Mucking ................................................................................................ 10

2. METODE BEKISTING TUNNEL ......................................................................... 11

1. BEKISTING TUNNEL BAGIAN BAWAH ............................................. 11

2. STEEL BEKISTING 1 (SATU) LEMBAR ............................................. 12

iii
Metode Kerja Terowongan
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I

3. METODE PELAKSANAAN CONCRETING HEADRACETUNNEL.................... 15

4. PEMBONGKARAN BEKISTING (SLIDINGFORM) TUNNEL BAWAH .............. 15

5. PEMAsANGAN BEKISTING (SLIDINGFORM) TUNNEL ATAS ........................ 17

6. METODE PELAKSANAAN CONCRETING HEADRACETUNNEL .................... 20

1. TAHAPAN CONCRETING: ................................................................. 20

2. Pembesian sepanjang ± 45 m ............................................................. 20

3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-1 .............................. 20

4. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2 .............................. 20

5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1 .................................. 20

6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2 ................................. 20

7. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4 ........................... 20

7. PEMBONGKARAN BEKISTING TUNNEL KE ATAS ......................................... 20

GAMBAR DESAIN TEROWONGAN .................................................................................. 22

PERUBAHAN JALUR KONSTRUKSI TEROWONGAN ................................................... 31

KORELASI LOG BOR TANJU ........................................................................................... 33

BEBAN BATUAN YANG DIAMBIL DALAM MENDESAIN PENYANGGA BAJA ........... 35

BEBAN BATUAN PADA PENYANGGA BAJA ................................................................. 37

PEMILIHAN BENTUK TEROWONGAN ............................................................................. 43

iv
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

1. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN TEROWONGAN


(TUNNELING)

Pada dasarnya pembuatan tunnel/terowongan bergantung pada keadaan batuan,


karena pembuatan tunnel/terowongan biasanya tidak hanya terletak pada satu
lapis batuan saja melainkan bisa beberapa jenis lapis batuan. Sehingga pada
pembuatan tunnel/terowongan perlu diperhatikan kondisi batuan yang berlapis-
lapis dan kondisi ini yang menyebabkan perbedaan kekuatan pada tiap lapis
batuan. Batuan yang berlapis-lapis ini sesungguhnya telah diteliti dan
diklasifikasikan baik oleh Barton, Bieniawski maupun oleh peneliti lainya. Silahkan
pelajari lebih lanjut mengenai rock mass rating (RMR), Q-system ataupun RQD.

Adapun jenis batuan yang temasuk kedalam batuan keras misalnya; batuan
andesit, batuan sabak, marmer, dan granit. Jenis batuan ini termasuk batuan yang
memiliki kepadatan yang tinggi dan porositas yang rendah. Selain itu, batuan beku
dan batuan metamorf juga termasuk kelompok batuan yang keras karena sifat
batuannya yang kristalin, kompak dan keras.

Pembuatan tunnel dapat dilaksanakan dengan berbagai cara tergantung dari


kondisi setempatnya terutama jenis batuan dan lain-lain. Salah satu cara
pembuatan tunnel yang terbaru telah ditemukan di Austria dan dikenal dengan
nama N.A.T.M (New Austrian Tunneling Methode).

1. Sekilas tentang NATM Method

New Austrian Tunneling Methode adalah suatu system pembuatan tunnel


dengan menggunakan shotcrete (beton yang disemprotkan dengan tekanan
tinggi) dan rock bolt sebagai penyangga sementara tunnel sebelum diberi
lapisan concrete (lining Concrete). Sebelum ditemukannya metode NATM ini,
digunakan kayu dan rangka baja sebagai konstruksi penyangga sementara.
Kelemahan dari Konstruksi kayu ini menurut Prof. LV. Rabcewicz dalam
bukunya NATM adalah kayu khususnya dalam keadaan lembab akan sangat
1
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

mudah mengalami keruntuhan, meskipun baja mempunyai sifat fisik yang lebih
baik, efisiensi kerja busur baja sangat tergantung dari kualitas pengganjalan
(kontak baja dan batuan), sementara diketahui bahwa akibat merenggangnya
batuan pada waktu penggalian sering kali menyebabkan penurunan bagian atas
terowongan.

1. Pengaruh tekanan akibat Stress Rearrangement

Menurut Prof. LV. Rabcewicz, apabila sebuah rongga digali maka pola
distribusi tegangan akan berubah. Pada suatu saat, suatu tegangan yang baru
akan terjadi di sekitar rongga dan keseimbangan akan tercapai dengan atau
tanpa bantuan suatu lapisan (tergantung dari kekuatan geser batuan, terlampui
atau tidak). Stress Rearrangement ini umumnya terjadi dalam 3 tahap:

a. Wedge Shape Bodies

Wedge shape bodies pada kedua sisi bergeser Pada permukaan MOHR
kearah rongga. Arah pergerakan tegak lurus terhadap arah Main
Pressure (MP)

2
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Pada pertambahan bentang; selanjutnya atap dan lantai untuk


mengalami Konvergensi

b. Konvergensi

Pada tahap berikutnya gerakan bertambah. Batuan menekuk di bawah


pengaruh tekanan lateral dan dapat tersembul kearah rongga.

Pada pemakaian cara penerowongan konvensional efek tekanan akibat stress


rearrangement tidak diketahui dengan baik, sehingga sering kali terjadi
terowongan runtuh sebelum diberi lining concrete.

3
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. Shotcrete sebagai penyangga sementara

Suatu konstruksi penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah


lepasan (loosening) haruslah dapat memikul beban yang relative besar dalam
tempo yang relatif singkat, cukup kaku dan tidak runtuh.

Selama beberapa dekaade yang lampau, telah diperkenalkan rock bolting dan
shotcreating dalam pembuatan terowongan. Melihat hasil-hasil yang ada;
pengenalan metode penyangga dan perlindungan permukaan (support dan surface
protection) tersebut di atas dapat dianggap sebagai peristiwa penting, khususnya
pada batuan lunak dan tanah. Kelebihan metode ini dapat ditunjukan dengan
membandingkan mekanika batuan yang dilapis dengan shotcrete.

Penyangga sementara yang lain (kayu/baja) cenderung mengakibatkan loosening


dan voids yang timbul karean kerusakan bagian-bagian tertentu. Akan tetapi suatu
lapisan tipis shotcrete yang bekerja sama dengan sistem rock bolt yang dipasang
segera setelah penggalian, sepenuhnya mencegah “loosening” dan mengubah
batuan sekeliling menjadi seperti self supporting arch.

Menurut pengamatan, suatu lapisan shotcrete setebal 15 cm yang dipakai pada


terowongan berdiameter 10 meter dapat dengan aman menahan beban sampai 45
ton/m2, sedang apabila dipakai baja tipe WF-200 yang dipasang jarak 1 m, hanya
mampu menahan ± 65% dari kekuatan shotcrete tersebut.

Kelebihan lain dari shotcrete adalah interaksinya dengan batuan sekelilingnya.


Suatu lapisan shotcrete yang “ditembakkan” pada permukaan batuan yang baru
saja digali akan membentuk permukaan keras dengan demikian batuan yang
kurang keras ditransformasikan menjadi permukaan yang stabil dan keras.

Shotcrete menyerap tegangan-tegangan tangensial yang terjadi dan berharga


maksimum di permukaan terowongan stelah diproses penggalian. Dalam hal ini
tegangan tarik akibat lentur mengecil dan tegangan tekan diserap oleh batuan
sekeliling. Kemampuan shotcrete memperoleh kekuatannya dalam tempo yang
singkat sangat menguntungkan, terutama karena kekuatan tarik lenturnya akan
mencapai kira-kira 30% s/d 50% dari compressive strength setelah 1 s/d 2 hari.

4
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan pembuatan terowongan (tunnel)


meliputi pekerjaan:

1. Persiapan termasuk fasilitas sementara (temporary facilities)


2. Penggalian (Excavation)
3. Pembetonan (Concrete Lining)

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan di sini meliputi perencanaan dan pembuatan fasilitas-fasilitas


sementara (temporary facilities) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
terowongan. Fasilitas-fasilitas diperlukan antara lain adalah

a. Penyediaan Air (Water Supply)

Penyediaan air diperlukan untuk peralatan pada waktu melakukan penggalian


terowongan dan pada waktu pembetonan. Dari hasil perhitungan perencanaan
akan diperoleh jumlah kapasitas dan spesifikasi pompa air dan pemipaannya
yang diperlukan.

b. Penyediaan Udara (Air Supply)

Penyediaan Udara diperlukaan didalam terowongan untuk peralatan dan


pekerja. Dari hasil perhitungan perencanaan akan diperoleh jenis, kapasitas
dan spesifikasi Compressor dan pemipaan yang diperlukan.

c. Penyediaan Tenaga Listrik (Power Supply)

Penyediaan listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan listrik baik bagi peralatan
maupun untuk penerangan dengan memperhitungkan cadangan yang
diperlukan apabila listrik dari PLN mati. Dari hasil perhitungan perencanaan
akan diperoleh kapasistas dan spesifikasi Generator Cadangan dan instalasi
listrik yang diperlukan.

d. Pembuatan Saluran Pembuang (Drainage)

Untuk pembuangan air kerja maupun air tanah keluar dari dalam terowongan.
Dari hasil perhitungan perencanaan diperoleh pompa Submersible dan pipa
drainage atau parit pembuangan air yang diperlukan.

5
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

e. Pembuatan Ventilasi (Ventilation)


Yang dimaksud di sini adalah pemberian udara segar ke dalam terowongan,
sehingga pekerja tidak kekurangan oksigen/udara bersih, mengingat pekerjaan
yang dilakukan di dalam terowongan bisa menimbulkan gas yang kadang-
kadang berbahaya buat kesehatan pekerja. Dalam hal ini mengacu kepada
syarat-syarat yang dikeluarkan. Depnaker dan ketentuan dari ACGIH
(American Conference of Government Industrial Hygienist).

Dari hasil perhitungan perencanaan diperoleh kebutuhan dan kapasitas Blower


yang diperlukan dan pemipaannya

2. Pekerjaan penggalian (Excavation)

Pekerjaan Penggalian Terowongan meliputi pekerjaan:

1) Pekerjaan persiapan/surveying; meliputi pekerjaan marking dan


pengukuran, pemanasan alat-alat, pembagian tugas pekerja, dll.

2) Drilling

Adalah pembuatan lubang untuk diisi dinamit dan dilaksanakan menurut


pola yang sudah ditentukan

3) Charging

Adalah pengisian dinamit dalam lubang bor dengan alat stick kayu d = 30
mm.

4) Blasting

merupakan proses peledakan dinamit (ammonium nitrat gelatin) yang


telah terpasang sesuai pola drilling yang ada, menggunakan Blasting
Machine.

5) Ventilating

Adalah penghembusan udara segar dari blower setelah selesai blasting,


untuk membersihkan udara dari asap dan gas yang ditimbulkan oleh
peledakan

6) Mucking

6
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Adalah pekerjaan pembuangan material hasil blasting keluar tunnel,


menggunakan alat-alat angkut seperti wheel loader, dump truck atau
dengan lori maupun conveyor, tergantung kondisi setempat.

7) Stealling

Yaitu Pekerjaan membongkar batu-batu yang masih tersedia pada


permukaan galian setelah blasting, yang dapat membahayakan.
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat backhoe dan dump
truck.

8) Shotcreting

Dikerjakan setelah scalling sebagai konstruksi penyangga sementara


terowongan, menggunakan alat khusus yang di sebut juga Robot
Shotcrete atau Alivia Shotcrete Placer.

9) Rock Bolting

Pemasangan Rock Bolt sebagai konstruksi penyangga sementara di


samping shotcrete. Pemasangannya adalah dengan alat bor (Jumbo
Drilling Machine) sehingga lebih cepat dan efisien.

Pada Uraian selanjutnya proses penggalian ini disajikan dalam bentuk


rangkaian gambar-gambar ilustrasi

3. Pekerjaan Pembetonan

Setelah galian terowongan selesai digali dan telah diberi lapisan shotcrete maka
tahap berikutnya adalah pekerjaan pembetonan yang meliputi tahapan:
• Pembesian
• Pemasangan Bekisting
• Pengecoran Beton

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tunnel dibagi dalam keadaan dua bagian
yaitu bagian bawah dan bagian atas atau disebut juga dengan half face tunnel.
Pembetonan dimulai pada bagian bawah dan selanjutnya bagian atas.
Menggunakan alat-alat tackle untuk mengangkat, menyetel, dan membongkar
bekisting setelah dicor untuk bagian bawah, sedangkan untuk pembetonan bagian
atas menggunakan alat traveler. Uraian selengkapnya dan lebih rinci disajikan
dalam bentuk rangkaian ilustrasi seperti pada bagian berikut
7
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

3. CROSS SECTION PENAMPANG GALIAN TUNNEL DENGAN


METODE GALIAN FULL FACE

METODE PELAKSANAAN EXCAVATION HEADRACE TUNNEL

METODE PELAKSANAAN
EXCAVATION HEADRACE TUNNEL

8
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

1. TAHAPAN EXCAVATION :
1. Pasang fore poling (besi ulir D-25) dengan panjang 2.5 m (jika
ada)
2. Chipping face galian dengan jack hammer
3. Pasang steel rib
4. Pasang wiremesh layer 1
5. Shotcrete layer 1
6. Pasang wire mesh layer 2 + shotcrete layer 2, kembali ke No.1
dst.

1. Fore Poling

2. Galian Setengah Atas

3. Shotcrete Dasar

9
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

4. Pasang Steel rib ½ bagian atas jarak 50 cm

5. Pasang angkur 6 buah D 19 panjang 1,25 m2

6. Wire Mesh Layer 1

7. Shotcrete Layer I

8. Mucking

10
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. METODE BEKISTING TUNNEL

1. BEKISTING TUNNEL BAGIAN BAWAH

1. Bekisting plat baja 4 mm


2. Pipe support/skor penyangga vertical dan horizontal
3. Traves gantung
4. Takle 3,5 ton (alat bantu)
5. GIP/pipa black steel D 2” (alat bantu)

11
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. STEEL BEKISTING 1 (SATU) LEMBAR

1. Letakkan lembar bekisting nomor 1.


2. Letakkan lembar bekisting nomor 2 pada masing-
masing engsel dan kencangkan
3. Pasang lembar bekisting nomor 3 pada masing-masing
engsel dan kencangkan
4. Masing-masing lembar bekisting panjang 1,20 m’

12
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

1 (satu) LEMBAR BEKISTING


Letakkan bekisting (slidingform) tunnel bagian bawah di atas pembesian
dan dengan bantuan tackle angkat bekisting tersebut.

13
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. Stel elevasi bekisting


3. Pasang skor tegak dan horizontal
4. Pasang penutup bekisting bawah (stop cor)
5. Terowongan bagian bawah siap untuk dicor

Keterangan:
a. Kayu 6/12
b. Papan 3/10
c. Besi beton
d. Kawat ram
5-10 mm

14
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

3. METODE PELAKSANAAN CONCRETING


HEADRACETUNNEL

TAHAPAN CONCRETING:
1. Pembesian sepanjang ± 45 m
2. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke -1
3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2
4. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1
5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2
6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4

4. PEMBONGKARAN BEKISTING (SLIDINGFORM) TUNNEL


BAWAH
1. Lepaskan skor tegak dan skor horizontal

15
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. Buka baut tiap 6 segmen bekisting (1,20 m’ x 6) dan


bekisting (slidingform) sepanjang 7,20 m’ siap buka

3. Dengan bantuan traves angkat dan pindahkan bekisting


Tersebut untuk di stel kembali ke pengecoran berikutnya.
4. Sebelum digunakan kembali bekisting harus diolesi dengan
Oli (untuk perawatan)

BEKISTING (SLIDINGFORM) TUNNEL


BAGIAN ATAS
1. Bekisting plat baja 4 mm
2. Gerobak/Traveler
16
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

3. Skore vertical dilas dengan pengaku canal C (dilas


dengan gerobak)
4. skore pipa horizontal
5. Gelagar dan roda
6. Rel dari besi C, Plat baja dan balok/kayu glugu
7. Tackle 3,5 ton (alat bantu)
8. Dongkrak 30 ton (alat bantu)
9. Selling dan locomotive (alat bantu)

5. PEMASANGAN BEKISTING (SLIDINGFORM) TUNNEL


ATAS
1. Pasang rel dan traveler

17
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. Letakkan bekisting atas diatas traveler

3. Kencangkan penyangga-penyangga bekisting

4. Pasang penutup bekisting atas (stop cor)


5. Terowongan bagian atas siap dicor

18
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Keterangan:
a. Kayu 6/12
b. Papan 3/10
c. Besi Beton
d. Kawat ram 5-10 mm

19
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

6. METODE PELAKSANAAN CONCRETING


HEADRACETUNNEL

1. TAHAPAN CONCRETING:

2. Pembesian sepanjang ± 45 m

3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-1

4. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2

5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1

6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2

7. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4 dst.

7. PEMBONGKARAN BEKISTING TUNNEL KE ATAS


1. Kendorkan skor penyangga

20
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

2. Buka bekisting tunnel atas dan geser kereta dan relnya ke


lokasi selanjutnya untuk digunakan lagi.

3. Pengecoran tunnel selesai.

Sumber : Buku Referensi untuk Kontraktor bangunan gedung dan sipil


oleh PT. PP (persero). General Contractor.
Penerbit gramedia: 2003

21
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

GAMBAR DESAIN
TEROWONGAN

22
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

GAMBAR DESAIN TEROWONGAN

23
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

GAMBAR KONDISI GEOLOGI TEROWONGAN TANJU

24
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Penampang memanjang Geologi Terowongan Tanju

25
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Penampang memanjang Geologi Terowongan II.

26
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Typikal Penyokong Permanen Terowongan II (Tanju)

27
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Detail Penulangan Arah Melintang Terowongan II (Tanju)

28
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Detail Penulangan Arah Memanjang Terowongan II (Tanju)

29
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

TEROWONGAN 2 1 9 10

2
3

4 11
5

6
7

T.260
8
?=
Z

T.2
E = 303

61
8
N = = 652 123°56'01 148

3.0
BM BM 160 156 152
-B 906 153 .94 " -A 149 TP .895
021 .10 0 BO .65 BO .46 BO .49 BO .84 -01

T.188

T.192

T.201
T.189

T.190

T.191

T.193

T.194

T.195

T.196

T.197

T.198

T.199

T.200

T.232

T.241
R-0 8

T.202

T.203

T.204

T.205

T.206

T.207

T.208

T.209

T.210

T.211

T.212

T.213

T.214

T.215

T.216

T.217

T.218

T.231

T.233

T.234

T.235

T.236

T.237

T.238

T.239

T.240

T.242

T.243

T.244
R-0 6

T.251
R-0 2

T.219

T.220

T.221

T.222

T.223

T.224

T.225

T.226

T.227

T.228

T.229

T.230

T.245

T.246

T.247

T.248

T.249

T.250

T.252

T.253

T.254

T.255T.255

T.256

T.257

T.258

T.259

T.2
6.9 9 115 R-0 1
5 4 2

T.259
BO 3.9 1

T.257

62
60
T.187 R-0 04
906
652 023 3

10
132 0.6

11
.70 92
0

3.10°
0.0 157
.80
3.8

6
5

54
0

.01
+12
3

+125

5
164

Alt TROWONGAN 2
.10

+130

.2
7

77

82
170 164

15
+120
.39 .65
123.4
00
5 4
123.2
00
+119.4

09
00

122.2
124.5
159

57
50
+120 00
124.6
+119.8
90

120.4
00 123.9
00
00 .88
119.9
00

6
+120.0
123.5 124.4
00 00
119.8
00

+121.0
50
00
123.2 165
+122.0

.01
119.9 00
40

00
124.2

+123.0

.51
.44
123.0
00
119.9

000
127.5
90 00
122.8
121.5
00
90 124.0
00
126.9
00
3

+123.4
122.7 123.2
166
50
00 00
126.5

+123.7
00
124.2 123.8

00
00 90
126.2
.02

+123.9
124.4 123.9
00 50
00 171

50
124.5
00
123.9
125.1
4 172

+124.5
00
00
167 .90

50
.60

124.7
00
0

+125.0
123.9 124.75
906 .83 0

00
90 00

650 117 5 171


872 4.6 906 .90
.21 77

17
0
8 650 121
822 2.460
.18

45
3

.00

.2aa
RBK
an
wong
t Tero
Outle

Terowongan RBK.2aa

2-2-19
30-1-19 31-1-19 1-2-19 45.395
35.598 00.000 43.4411

5.16
DATUM :

NAMA PATOK
KONDISI SAAT INI / EXISTING

T.188 T.189 T.190 T.191 T.192 T.193 T.194 T.195 T.196 T.197 T.198 T.199 T.200 T.201 T.202 T.203 T.204 T.205 T.206 T.207 T.208 T.209 T.210 T.211 T.212 T.213 T.214 T.215 T.216 T.217 T.218 T.219 T.220 T.221 T.222 T.223 T.224 T.225 T.226 T.227 T.228 T.229 T.230 T.231 T.232 T.233 T.234 T.235 T.236 T.237 T.238 T.239 T.240 T.241 T.242 T.243 T.244 T.245 T.246 T.247 T.248 T.249 T.250 T.251 T.252 T.253 T.254 T.255 T.256 T.257 T.258 T.259 T.260 T.261 T.262

ELEVASI TANAH ASLI (m)

ELEVASI TANGGUL KIRI (m)

ELEVASI TANGGUL KANAN (m)

JARAK PATOK (m)


7.45

30.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 15.00 25.00 25.00 25.00
14421.05

14428.50

14458.50

14483.50

14508.50

14533.50

14558.50

14583.50

14608.50

14633.50

14658.50

14683.50

14708.50

14733.50

14758.50

14783.50

14808.50

14833.50

14858.50

14883.50

14908.50

14933.50

14958.50

14983.50

15008.50

15033.50

15058.50

15083.50

15108.50

15133.50

15158.50

15183.50

15208.50

15233.50

15258.50

15283.50

15308.50

15333.50

15358.50

15383.50

15408.50

15433.50

15458.50

15483.50

15508.50

15533.50

15558.50

15583.50

15608.50

15633.50

15658.50

15683.50

15708.50

15733.50

15758.50

15783.50

15808.50

15833.50

15858.50

15883.50

15908.50

15933.50

15958.50

15983.50

16008.50

16033.50

16058.50

16083.50

16108.50

16133.50

16158.50

16173.50

16198.50

16223.50

16248.50
JARAK KOMULATIF (m)

ELEVASI DASAR AS (m)


PERENCANAAN / DESIGN

ELEVASI MUKA AIR (m)

ELEVASI TANGGUL (m)

ELEVASI JALAN INSPEKSI (m)

LINING SALURAN

TYPE BANGUNAN
A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=2.75 m m=0.50 m
DIMENSI DAN DATA LAINNYA K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025

Pot. Memanjang Terowongan II 17


45
.00

176

178
.201
166

168
.551

.551
163

164

165
.707

.494 160
.274
160
159
.176
161

158
.976

159
.13
163

161
.006

.42
162

157

155
.143

.869

.351
160
158
.875

156
.241
.935

155
.73
159

157

155

154
.909

.966

.993

.944
157
.131

155

154

154
.359

.753

.206
153

154
.925

.097
153

154
.787

.079
153
.279

153
152

152
.967

152

.101
.38

151
151

150
.096

.881

.174
150
.326
150
.284

149
150
.755
.287

149
.46

149
.2
151
149

149
.131

.174
.105
149
151 .197
151
148
.044
.057
.108

10
0.0
0
179

180
.156

.633

.974
TEROWONGAN 2
176
177
.97
.653
170

171
.179

.619
166

167
.034

.365
.229
160
.529
161
.321
158

159
.827

.124
158

159
.736

.363
158
159
.711
.344
.381 156
.974

157
156
.919
153
.882
155
156
.726
.283
153
154155 .704
.629.106 154
.506
153
153
.931
.258

152
.816
152
150 .076
.177
151
149
.132
149.933
.901
148
148
.714
149
148.763
150
.385
.19
149
149.53
.745
150
149
.701
.985
148
1
149
.404

.024 2
3

4
5
9

11
10

179 173 .325 162 160 159 .352 155 .303 .154 149
?

T.260
.338 158 .665 .63 148
Z = 303 181 .623 .662 150 6
.168 .558 157 151 152 150 148.5 7

T.260
.942 .956 .918
E = °56 180 169 161 159
.975 156 .201
153
.734 150
.614 .981 84
BM N = = 652 123 '01" BM
182
183.554 181.563 175 .387 163 .019 160 .944 .722 155 154
.781 .397 .931 151 147.8 8

.692 .759 .624 149147.7


13 148
3.20°

-B 906 153 .940 -A .108 .493 170 .056 160 150


177.872 151

T.26
021 .109 .036 158 157 151 .947 149.0 .6789 .695
.786 .796
T.188

T.189

.442 .609
T.190

T.191

T.192

.457
T.193

T.194

T.195

8
T.196

178.993
T.197

T.198

T.199

T.200

6.96 183

1
T.201

181
T.202

172 46 148
T.203

T.204

T.205

165

3.0
T.206

T.207 161

T.208
160

T.209
181 160 160

T.210

T.211

T.212
159 158 147.7

T.213
157

T.214
171.162 156 156 155

T.215

T.216

T.217

T.218
154 152

T.219

T.220
183
184.823 181 153

T.221

T.222
182.852 153 152

T.223
0 .09 1495 149 TP- .895

T.224
T.187

T.225

T.226

T.227
165.222

T.228
.918

T.229
183 .508

T.230

T.231
.601 .545.656
BO .963 .696
.992 157.256 .371 .468
BO .343

T.232
.073 .762

T.233

T.234

T.235
.755 .132 .827 .925

T.236

T.237
.618 177 .924 BO .492

T.238
.78 .841

T.239

T.240

T.241

T.242
.724 177

T.243
906

T.244
.309 161 01

T.245
.22 .862 R-0 149.5 BO

T.246

T.247

T.248
177

T.249
R-0

T.250

T.251

T.252

T.253
155

T.254
155

T.255
153 R-02

T.256
.983

T.257

T.258

T.259
652 023 179.402 .813 115 147.7

T.2
184 .005 5 154 149.5 62 R-0

T.2
182 .504 175 161 4 .544
132 0.69 .347 160 155 .143 151

T.259
.952 .283 153 BO 3.90 154 1 58
.431 154 .622

62
.256 71 148

62
.700 2 .962 168 .816 159 157 .576 R-0 4 154 .488 .764 149.5 149 148.544
185 158 .768


.124 .013 152.5.119 147.6
.755 .013 3 156 31 .953 .515

33.3
183 179 175 164 .193 155 .934 155.00
92 25
.636 .06 .94 162 162 157 .982 153 .556
.659 169 .473 .172 154 .858 150.00 152.5
153 150.1 147.6

T.2
187 .465 .352 .99 43 2 54
174 170 .402 150

63
.496 179 174 171.995 167 154.8
156 153.3 154 148 147.8
3.20°
3.20°
175.868
.523 164 161 159 156 155
156 145.00 .22
.721 .627 .259 48
.865 65 .746 155 .694 45
189
184
.285
.753 168169.118 164 .252 .453 .954
158
155
.167
.352 156
157 .004 .153
153.6 156.812
150.7
93 152
171 .939 159 157 155 157 .949 140.00
+125

189.084 177
171
.671
.896 166.978 .262 .169 .097 .527 156
156.0 .805
.284 61 .575 .783 146.7
173.34 166
.711 163 161 155 .84 151.0

9
148 94
+130

.926 180 .047 .316 .501 163 .892 160 159 158 156 155 29 135.00
154.1 78
169 .888 155 .609 158

54
158.459 157 156 .901

.81
.784 164 .431
164 .918 159.341 .916 157.0 .052 52 .903 148.3
186 171.506
.109 167 .435.107 162 .796 .91 .617 .77
.304 158 159 130.00 157 154.2 153 151.0 11
.073 178 .747 166 157.0 .21 95 .588 45 .315 152
192 .392 .296
168.202

.2
.122 174 .521 161 160 160 28
.022
.273 173 91 158.3 148.7

76
182 .981 .732 .288 .607 .159 159 157 158 160
.131 158.8 160 4

82
161 .175 .14 .689 160 3 155.5
.772 179 .285 85 .484 09
+120
.285 169 164 163 162 .377 .068
158.8 150.2
175 .18 .204 158 160.3 41
158 155.7 150.9 22
177 180 .196 .759 162 161 .369 160 88 159.1 .044 154 15
.931 .738 175 170 164 163 163 161.6 130.00 1 152
163 .993 .288 .333 163 25 .91
+120
.844 168 .395 165 .654 .238 164.571 159 2
3
.059 74 .397 159.3
156.7
151.0 .08
.213 160.675 135.00 14

15
176 .997 .657 164 164 162 29162 24

Alt TROWONGAN 2 .118 168 .03 .805 163 .244 163.2


165 .609 157.0
164 .723 .111 159.6 140.00

24
.065 159 55 25
.491 165 .445
164.2 06 150.7
.202 .886 6
145.00 157.0 28

.85
166 166 7 36
160.1 56
.264 165 .011 94 156.1 150.6
.443 165.7 150.00
152
81

0
167 43 94
166 .07 160.9 156.1 153.2 .77
164 52
155.00
42 39
.024 155.779

155.796
167 .765

167.151

166.275

164.369
167

166.145
171

166.852

167.965
.835 172 168.2

169.584
161.2

170.681

171.926
.965

172.378
167 .900 .600 99 41
+125 169 906 .835 161.3
.368 650 117 169.5
171 88 02
872 4.67
170 .218 7 906 .900 160.9
.989 650 1212.46 170.0 66
171 822 76
.565 .183 0 170.4

3.20°
3.20°
57
+130

1745.0000
174.0000

Rencana pemindahan Face Terowong II


aa
RBK.2
an
wong
t Tero
Outle

Terowongan RBK.2aa

148.695

5.16
DATUM :
KONDISI SAAT INI / EXISTING

NAMA PATOK T.188 T.189 T.190 T.191 T.192 T.193 T.194 T.195 T.196 T.197 T.198 T.199 T.200 T.201 T.202 T.203 T.204 T.205 T.206 T.207 T.208 T.209 T.210 T.211 T.212 T.213 T.214 T.215 T.216 T.217 T.218 T.219 T.220 T.221 T.222 T.223 T.224 T.225 T.226 T.227 T.228 T.229 T.230 T.231 T.232 T.233 T.234 T.235 T.236 T.237 T.238 T.239 T.240 T.241 T.242 T.243 T.244 T.245 T.246 T.247 T.248 T.249 T.250 T.251 T.252 T.253 T.254 T.255 T.256 T.257 T.258 T.259 T.260 T.261 T.262

ELEVASI TANAH ASLI (m)

ELEVASI TANGGUL KIRI (m)

ELEVASI TANGGUL KANAN (m)

JARAK PATOK (m)


7.45

30.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 15.00 25.00 25.00 25.00
14421.05

14428.50

14458.50

14483.50

14508.50

14533.50

14558.50

14583.50

14608.50

14633.50

14658.50

14683.50

14708.50

14733.50

14758.50

14783.50

14808.50

14833.50

14858.50

14883.50

14908.50

14933.50

14958.50

14983.50

15008.50

15033.50

15058.50

15083.50

15108.50

15133.50

15158.50

15183.50

15208.50

15233.50

15258.50

15283.50

15308.50

15333.50

15358.50

15383.50

15408.50

15433.50

15458.50

15483.50

15508.50

15533.50

15558.50

15583.50

15608.50

15633.50

15658.50

15683.50

15708.50

15733.50

15758.50

15783.50

15808.50

15833.50

15858.50

15883.50

15908.50

15933.50

15958.50

15983.50

16008.50

16033.50

16058.50

16083.50

16108.50

16133.50

16158.50

16173.50

16198.50

16223.50

16248.50
JARAK KOMULATIF (m)

ELEVASI DASAR AS (m)


PERENCANAAN / DESIGN

ELEVASI MUKA AIR (m)

ELEVASI TANGGUL (m)

ELEVASI JALAN INSPEKSI (m)

LINING SALURAN

TYPE BANGUNAN

A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=2.75 m m=0.50 m
DIMENSI DAN DATA LAINNYA
K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025

Pot. Memanjang Terowongan II


GAMBAR POTONGAN MEMANJANG TEROWONGAN TANJU

30
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

PERUBAHAN JALUR
KONSTRUKSI TEROWONGAN

31
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

INSERT OUTLET
TEROWONGAN

Alternatif Jalur
Terowongan II baru
untuk menghindari
daerah tempat
berkumpulnya air
daerah tempat berkumpulnya
genangan air, dinding
terowongan tidak aman

Perubahan Jalur pada Terowongan II (Tanju).

32
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

KORELASI LOG BOR TANJU

33
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Korelasi Log Bor Tanju


Elevasi Bor 1 CR % RQD Bor 2 CR % RQD Bor 3 CR % RQD Bor 4 CR % RQD Bor 5 CR % RQD
25m dari 75m dari 125m dari 225m dari 325m dari
Outlet Outlet Outlet Outlet Outlet
161
160 Soil
159 Keterangan:
158
157 Soil
156 Soil
155
154 Soil
153 Soil Soil Tufa
152 Pasir tufa
151 Soil 90 0
150 Soil Pasir tufa 85 56 60 0 BatuLanau
149 80 56 88 86
148 Soil Pasir tufa 85 45 92 57
147 Soil Pasir tufa 85 49 Pasir tufa 92 83
146 Soil Pasir tufa 80 44 85 70 BatuPasir
145 Pasir tufa 90 81 85 62
144 Pasir tufa 95 23 75 15 95 74
143 50 0 85 75 95 72
142 60 0 Pasir tufa 75 32 Pasir tufa 98 98 Breksi
141 85 83 Batupasir 95 85 Tufa 90 73
140 90 54 80 70 95 73
139 Pasir tufa 40 12 Pasir tufa 95 58 Batupasir 95 90 80 55
138 85 70 95 36 Breksi 100 72 82 52
137 65 18 Pasir tufa 55 23 90 82 83 74
136 Pasir tufa 70 18 Batupasir 70 44 95 70 85 79
135 BatuLanau 100 81 Pasir tufa 90 0 75 65 95 66 90 58
134 90 37 BatuLanau 90 67 35 0 70 49 95 50
133 100 70 BatuLanau 90 42 Batupasir 35 19 85 59 Breksi 85 54
132 90 39 Batupasir 10 0 Breksi 70 84 95 59 80 58
131 95 72 Breksi 40 38 80 57 85 59 80 42
130 BatuLanau 100 55 55 27 80 66 90 61 45 34
129 Batupasir 90 51 50 32 80 24 95 75 85 36
128 100 70 Lostcore Breksi 90 80 95 69 85 42
127 Batupasir 95 53 60 0 70 30 85 51 90 53
126 Breksi 98 73 55 32 80 33 95 72 75 65
125 90 55 50 0 65 33 95 69 70 12
124 100 46 Breksi Lostcore Breksi 85 34 Breksi 95 75 Breksi 90 61
123 100 94
122 74 45
121 Breksi 65 31
120

BHO1 BHO2 BHO3 BHO4 BHO5


1. UCS 1. UCS 1. UCS 1. UCS 1. UCS
Tufa Pasir : 1 -5 Mpa Tufa Pasir : 1 -5 Mpa Tufa Pasir : 1 -5 Mpa Tufa Pasir : 1 -5 Mpa
Clay : 5 - 25 Mpa Clay : 5 - 25 Mpa Clay : 5 - 25 Mpa Clay : 5 - 25 Mpa Clay : 5 - 25 Mpa
Breksi, Andesit : 25-50 Mpa Breksi, Andesit : 25-50 Mpa Breksi, Andesit : 25-50 Mpa Breksi, Andesit : 25-50 Mpa Breksi, Andesit : 25-50 Mpa
rata-rata UCS 5-25Mpa rata-rata UCS 5-25Mpa rata-rata UCS 5-25Mpa rata-rata UCS 5-25Mpa rata-rata UCS 5-25Mpa
(RMR = 2) (RMR = 2) (RMR = 2) (RMR = 2) (RMR = 2)
2. RQD 2. RQD 2. RQD 2. RQD 2. RQD
21 : Breksi Andesit, Clay : 0% 21 : Tufa Pasir, Clay : 0% 21 : Clay : 0% 21 : Clay : 90% 21 : Tufa : 73%
22 : Breksi Andesit, Clay, Sisipan Breksi : 0% 22 : - : 0% 22 : Clay : 12% 22 : Clay : 62% 22 : Tufa : 55%
23 : Breksi : 0% 23 : Breksi : 0% 23 : Clay : 23% 23 : Clay : 45% 23 : Tufa : 52%
24 : Breksi : 0% 24 : Breksi : 24% 24 : Breksi : 22% 24 : Breksi : 29% 24 : Tufa : 74%
25 : Breksi Andesit : 32 % 25 : Breksi Andesit : 11 % 25 : Breksi Andesit : 47 % 25 : Breksi Andesit : 20 % 25 : Tufa : 79%
rata-rata RQD < 25% rata-rata RQD < 25% rata-rata RQD < 25% rata-rata RQD < 48% rata-rata RQD < 55%
[RMR = 3] [RMR = 3] [RMR = 3] [RMR = 8] [RMR = 8]
3. Spacing of Rating 3. Spacing of Rating 3. Spacing of Rating 3. Spacing of Rating 3. Spacing of Rating
< 60 mm < 60 mm 60 - 200 mm 60 - 200 mm 60 - 200 mm
[RMR = 5] [RMR = 5] [RMR = 8] [RMR = 8] [RMR = 8]
4. Condition of Discontinuty 4. Condition of Discontinuty 4. Condition of Discontinuty 4. Condition of Discontinuty 4. Condition of Discontinuty
Slickenside surface or separation 1-5mm Slickenside surface or separation 1-5mm Slickenside surface or separation 1-5mm Slickenside surface or separation 1-5mm Slickenside surface or separation 1-5mm
[RMR = 10] [RMR = 10] [RMR = 10] [RMR = 10] [RMR = 10]
5. Ground Water 5. Ground Water 5. Ground Water 5. Ground Water 5. Ground Water
dripping dripping dripping dripping dripping
[RMR = 4] [RMR = 4] [RMR = 4] [RMR = 4] [RMR = 10]

Korelasi Log Bor Tanju

34
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

BEBAN BATUAN YANG DIAMBIL DALAM MENDESAIN


PENYANGGA BAJA

35
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Beban batuan Hp dalam Feet dari batuan diatap dari penyangga terowongan dengan lebar B (H) dan tinggi Ht
(ft) pada kedalaman lebih dari pada 1,5 (B + Ht)

(Terzaghi)

Beban Batuan
No Keadaan Batuan Keterangan
Hp (ft)
1 Keras dan utuh 0 Lining ringan dibutuhkan tanpa bila terjadi
spalling aliran popping

2 Keras, bertingkat atau schiltore (0 - 0,5) . B Penyangga ringan


3 Menyatu secara besar, lipatan sedang (0 - 0.25) . B Beban mungkin lembab
4 Berblok-blok dan buruk. 0.25B --> 0 Tidak ada tekanan sisi/ dinding
Blocky & Seemy sedang 0.35 (B + Ht)
5 Sangat : 0.35-->1.10 x Tidak ada/ sedikit tekan sisi
Blocky & Seemy sedang (B + Ht)
Berblok-blok dan buruk.
6 Pecah menyeluruh : 1.10 x (B + Ht) Tekanan dinding (sisi) banyak sekali rembesan
kebawah kecil dari kebutuhan terowongan
Tetapi secara semua utuh
Maupun penyangga menerus untuk penyangga
paling bawah dari penyangga bulat

7 Batuan tertekan kedalaman sedang 1.10 - 2.10 (B+Ht) Tekanan dinding yang berat dibutuhan
topangan terbalik penyangga bulat disarankan

8 Batuan tertekan sangat dalam 1.10 - 4.50 (B+Ht) -


9 Batuan Bongkah Hingga 250 H Dibutuhkan penyangga bulat. Dalam hal
dengan khusus digunakan penyangga Yielding
mengabaikan harga
(B+Ht)

Catatan :
1. Atap dari terowongan dianggap / ditaksir terletak dibawah air
Bila hal tersebut terletak permanen diatas muka air, harga yang diberikan pada tipe no.4 dan 6 dapat dikurangi 50%
2. Beberapa dari terowongan batuan yang umum terdiri dari lapis dari serpih
Pada bagian yang tidak keras, serpih yang nyata tidak lebih bentuk dari batuan bertingkat lain.
Walaupun demikian bentuk serpih sering diterapkan pada pemadatan sedimen tanah liat, dengan sungguh- sungguh
yang belum dibentukkan sifat-sifat batuan.
Disebut serpih mungkin diterowongan
3. Bila bentuk / formasi batuan terdiri dari rangkaian lapisan horisontal dari batuan pasir atau batuan kapur dan serpih belum
matang. Penggalian terowongan biasanya yang meningkat secara teratur dari batuan pada kedua Melibatkan gerakan
menurun dan perbatasan antara serpih dan batuan sepertinya kapasitasnya sangat menurun dari batuan yang terletak
diatas atap kedua penyangga seperti formasi batuan tekanan atap mungkin seberat

36
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

BEBAN BATUAN PADA PENYANGGA BAJA

37
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

Beban batuan pada penyangga

Menurut Protodyakonon (IS 4860). 1971


Menurut cara praktis dari rusia, beban batuan tergantung dari derajat pembentukan batuan beban
batuan diambil seperti untuk luas batuan tertutup dengan parabola mulai dari titik persinmpangan dari
bidang perpecahan dengan panjang horisontal berakhir dipuncak potongan terowongan.
B
h = B/2.f
f = Faktor tegangan h
 = Sudut repoce

b
Catatan : Beban batuan untuk desain ditaksir / dianggap sama dengan pembagian beban yang merata diatas lebar terowongan.
Dianggap beban batuan pada lubang = 0

Kategori Derajat Tegangan Catatan batuan Berat jenis Tegangan pecah Faktor tegangan

(Tanah) (kg/m3) (kg/m2) (f)

I Paling tinggi Kokoh padat, quartisete 2800 2000 20


tertinggi Basalt dan batuan kokoh
3000
lainnya yang tegangan sangat
tinggi

II Sangat tinggi Granite kokoh, quartz 2600 1500 15


porphyer silida shake sands 2700
stone & limes
perperekonomian, dengan
tinggi

III Tinggi Granite kokoh, quartz 2500 1000 15


porphyer silida shake sands 2600
stone & limes

IV Agak kuat Batuan pasir manual sand 2400 600 6


stone normal

IV.a Agak kuat Serpih-serpih batuan pasir 2300 500 5

V Sedang Serpih-serpih lempung, 2400 - 2600 400 4


batuan pasir dan lempungan
konglomeratyang lebih kecil

V.a Sedang Bermacam-macam serpih 2400 - 2600 300 3


dan slates mark padat

VI Agak Lepas 2200 - 2600 200 - 150 2


Shale lepas dari limestone
yang sangat lepas, gypsum
frozen ground common mark
blocky sandstone
comented gravel dan
boulders hancy ground

VI.a Agak Lepas gravelly ground blocky 2200 - 2400 - 1.5


and
tissuried shale compressed
boulders and gravel hard
clay
Dense Clay, Chohesive
VII Lepas 2000 - 2200 - 1
ballast clayey ground

VII.a Lepas Loose loan, loose gravel 1800 - 2000 - 0.8

VIII Tanah Vegetation sail with peat 1600 - 1800 - 0.6

IX Granular sails Sand fine gravel up fiel 1400 - 1600 - 0.5


(Tanah Berbutir)

X Plastic sands Silty gravel, modified loeeses 0 - 0.3


and other,soil, air liqmit
condition

38
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

TABEL PENYANGGA MENERUS

BALOK / TIANG BAJA LEBAR TEROWONGAN SAMPAI LUAR RENCANA LINING BETON

Berat 14' 16' 18' 20' 22' 24' 26' 28' 30' 32' 34' 36' 38' 40' 42' 44'
Minimal Dalam
per
flens lebar & type 40'' 42'' 44'' 46'' 48'' 50'' 52'' 54'' 56'' 58'' 60'' 62'' 64'' 66'' 68'' 70''
(kg)
4" I 7.7 2750 2470
4"x4" H 13.0 4780 4310 3910 3570
5" I 10.0 4030 3620 3280 2990
5" x 5" Stanchion 16.0 6920 6220 5630 5130
5" x 5" H 18.9 7860 7060 6390 5820
6" I 12.5 5590 5030 4540 4130 3790
6" I 17.3 7100 6380 5770 5260 4830 4450
6" x 4" Light beam 12.0 5510 4940 4460 4060 3730
6" x 4" Light beam 16.0 7540 6760 6110 5510 5100 4710
6" x 6" Stanchion 15.5 7450 6670 6030 5490 5030 4650
6" x 6" H 20.0 9550 8560 7740 7050 6460 5960 5530 5140
6" x 6" H 25.0 11800 10570 2570 2710 7980 7360 6830 6850 5930
7" I 15.3 5990 5450 4990 4610
8" I 18.4 7640 6950 6370 5880
8" I 23.0 9100 8290 7600 7010 6500 6040 5640 5280 4960 4570
8" x 4" Light beam 15.0 6320 5750 5270 4860
8" x 8" H 34.3 14950 13610 12460 11500 10570 9920 9250 8670 8150 7680 7270 6880 6530 6210
1/4
8" x 5 " W F 17.0 7310 6630 6120 5650 5240
1/4
8" x 5 " W F 20.0 8730 7950 7250 6710 6230 5780 5400
1/2
8" x 8 " W F 24.0 10600 9650 8830 8150 7560 7020 6560 6150 5770 5640 5150 4880
1/2
8" x 8 " W F 28.0 12450 11260 10310 9520 8830 8200 7650 7170 6740 6360 6020 5700
8" x 8" W F 31.0 13820 12590 11530 10640 9860 9160 8560 8020 7530 7100 6720 6360 6040 5750
8" x 8" W F 35.0 15640 14250 13110 12040 11160 10370 9690 9070 8530 8040 7600 7200 6830 6500
8" x 8" W F 40.0 17870 16270 14890 13750 12740 11840 11050 10360 9740 9180 8680 8220 7800 74200
8" x 8" W F 48.0 19640 17990 16600 15390 14290 13360 12510 11760 11090 10390 9840 9340 8890
8" x 8" W F 58.0 21700 20030 18560 17240 16110 15110 14210 13400 12660 12000 11390 10830
8" x 8" W T 67.0 25100 23190 21500 19970 18650 17470 16420 15480 14650 13880 13160 12540
10" I 25.0 9610 8860 8210 7630 7130 6680 6280 5920 5600 5340 3040 4800
10" I 35.0 12520 11540 10740 9940 9290 8700 8170 7710 7290 6900 6550 6230
3/4
10" x 5 " W T 21.0 8220 7580 7020 6520 6090 5710 5370 5060 4790 4530 4310 4100
3/4
10" x 5 " W T 25.0 9870 9120 8450 7860 7340 6880 6470 6100 5790 5490 5210 4960
10" x 8" W T 33.0 13130 12080 11210 10430 9740 9130 8580 8090 7650 7250 6890 6560
10" x 8" W T 39.0 15630 14420 13360 12410 11590 10870 10210 9640 9120 8640 8210 7810
10" x 8" W T 45.0 18100 18290 15450 14370 13420 12580 11830 11160 10550 10000 9500 9040
0" x 10" W T 49.0 20200 16970 15770 14730 13820 12990 12250 11580 10980 10430 9930
10" x 10" W T 54.0 24950 18750 17410 16270 15260 14340 13530 12790 12130 11520 10960
10" x 10" W T 66.0 22900 21280 19870 18630 17520 16520 15620 14810 14070 13390
12" x 8" W T 45.0 14170 13280 12490 11790 11150 10570 10050 9560
12" x 10" W T 53.0 16870 15820 14880 14040 13280 12600 11960 11400
12" x 12" W T 65.0 20780 19500 18330 17290 16370 15530 14750 14050

39
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

TABEL PENERAPAN LAPANGAN SISTEM PENYANGGA MODERN (LAUFFER)

Kelas tanah & kelas Waktu Penyangga baja


Shot Crete (Beton Rock Balting (Pengikat
penyangga yang biasa bridging dan ditanam didalam lining
Semprot) batuan)
diterapkan jarak galian permanen

A Tetap 20 tahun Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan


4.0 m

B Lepas setiap waktu 6 bulan 2 - 3 cm hanya pada tidak ekonomis


Setiap jarak 1.5 - 2 m dan
(perlindungan bagian 4.0 m bagian lengkungan
menggunakan karbon tetapi
atas)
hanya pada bagian
lingkungan

C Sedikit flaxible 1 minggu Setiap jarak 1.0-1.5mbhanya tidak ekonomis


3 - 5 cm hanya pada
(Penyangga atap) 3.0 m diterapkan pada bagian
bagian lengkungan
lengkungan dan
menggunakan kawat berikut
shot crete tebal 2 cm

D Fiable / daya lepas 5 jam 5 - 7 cm Kadang-kadang dengan


Setiap jarak 0.7 - 1.0 m
(seperangkat penyangga 1.5 m disemprotkan pada cara yang sama seperti
terutama pada bagian
berat) kawat diutamakan pada E dibawah ini
lengkungan dengan kawat
dibagian
dan shot crete tebal 3 cm
lengkungan
E Amat flaxible 20 menit
7 - 15 cm Rangkaian batuan setiap lengkungan baja
(seperangkat penyangga 0.8 m
disemprotkan pada jarak dengan balok kayu
berat) 0.5 - 1.5 m berikut shotcrete
kawat berlubang
tebal 3 -5 cm

F Segera mendesak 2 menit 15 -20 cm, Tidak sesuai / cocok


Seperangkat penopang
tekanan tanah 0.4 m disemprotkan pada
baja dengan balok
(penyelidikan kedepan kawat, disangga
kayu keluar shotcrete
tanpa menggunakan dengan lengkungan
penyangga permukaan) baja

G Segera mendesak 10 detik tidak cocok Tidak sesuai / cocok


Seperangkat penopang
tekanan tanah berat 0.15 m
baja dengan balok
(penyelidikan kedepan
kayu dan segera
dan permukaan
dishotcrete
disangga)

40
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

TABEL
BEBERAPA TEROWONGAN TENAGA AIR BESAR DENGAN LINING BETON

TAHUN DIAMETER TEBAL LINING


NO NAMA TEROWONGAN LOKASI PANJANG KETERANGAN
KONSTRUKSI SELESAI BETON
(km) (m) (cm)

1 Ala Itali 1953 9.2 8.2 30 - 60


2 Glenn shira Skotlandia 1953 5.9 3 20.3
3 Quorich LP Skotlandia 1958 3.9 3.5 25
4 Long sloy Skotlandia 1950 3 4.7 12.7
5 Gavrison dam USA 1950 7.9 - 8.8 83 - 90
6 Oche dam USA 1962 7.25 75
7 Trinity dam USA 1962 7.5 75
8 Navagio dam USA 1962 5.7 52
9 Saslhatechwan dam Canada 1965 6 75
10 Oroville dam USA 1968 10.7 60
11 Beas dam Itali Under konstruksi 9 75
12 Ramgangga dam Itali Under konstruksi 0.54 9.3 75
Ketebalan minimum
13 Beas suttley lark Itali Under konstruksi 25.3 7.6 - 8.5 25
diukur diluar
(Un-Reinforced)
Penyangga baja / kira-kira
38
15 cm
(Reinforced)
Ketebalan minimum
14 Ismuna state II Itali Under konstruksi 12.1 7.0 - 7.5 20 - 40
diukur diluar
60 Penyangga baja 20 cm
(Reinforced)
20
25
(Reinforced)
2 x 25
(Reinforced with
salty layer)

41
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

TABEL HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN PENYANGGA DENGAN KELAS BATUAN.

LOCA GEOMECHANIC CLASSIFICATION (BERNAWSIC 1973) NO CLASSIFICATION : Q SYSTEM (BARTON 1974) FOR CLASSIFICATION : Q SYSTEM (BARTON 1974)
LITY
CLASS SUPPORT CLASS SUPPORT CLASS SUPPORT
I
H5 VERY GOOD ROCK OCCASIONAL SPOT BOLTING GOOD ROCK SPOT BOLTING ONLY RSR = 56 BOLT 25 MM DIA. AT 2 M
AMA = 83 Q = 33,0 (LENGTH NOT GIVEN)
II LOCALLY GROUTED BOLTS (20 MM DIA.)
H4 VERY GOOD ROCK SPACED 2 - 2,5 M, LENGTH 2,5 M PLUG GOOD ROCK SYSTEMATIC GROUTED BOLTS (20 MM DIA.) RSR = 50 BOLTS SPACED 1,4 M SHOTCRETE
AMA = 83 MESH SHOTCRETE 50 MM THICK IF PEG. Q = 12,5 SPACED 1 M - 2 M ; AND MESH 35 - 45 OR MEDIUM RIBS AT 2 M
III SYSTEMATIC GROUTED BOLT SPACED
H2 FAIR ROCK 1,5 - 2 M, LENGTH 3 M PULG MESH AND FAIR ROCK SYSTEMATIC GROUTED BOLTS SPACED RSR = 57 BOLTS SPACED 1,2 M AND 50 MM
AMA = 52 1,00 MM THCIK SHOTCRETE Q = 8,6 1,6 M ; LENGTH 2,8 ; AND MESH SHOTCRETE OR RIBS 5 - 20 AT 1,7 M
IV FOOR SYSTEMATIC GROUTED BOLT SPACED SHOTCRETE ONLY 25 - 75 MM THICK OR
H3 ROCK 1,5 - 2 M, LENGTH 3 M MESH PULG FOOR ROCK BOLTS AT 1 M, 20 - 30 MM SHOTCRETE AND RSR = 52 BOLTS SPACED 1 M AND 75 MM
AMA = 29 1,50 MM SHOTCRETE (RBS AT 1,5 M) Q = 1,5 MESH SHOTCRETE OR RIBS 5 - 20 AT 1,2 M
V FOOR SYSTEMATIC GROUTED BOLT SPACED EXIPETELY SHOTCRETE ONLY 75 - 100 MM THICK OR
ROCK AMA = 0,7 - 1M, LENGTH 3,5 M 150 - 200 MM POOR TENSIONED BOLTS AT 1 M PLUGS 50 -75 MM RSR = 52 N/A
H5
15 SHOTCRETE AND MESH PLUG MEDIUM ROCK SHOTCRETE AND MESH
STEEL RIBS AT 0,7 M CLOSED INVERT Q = 0,08

ROD CLASSIFICATION (DEER 1908) AUSTRIAN, RABCEWITZPACKER 1974 FRENCH CLASSIFICATION (LOUS 1974)

EXCELLENT I BOLTS 26 MM DIA, 1,5 M LONG SPACED 50 MM SHOTCRETE OR 3 M


H5 ROD > 90 ACCASIONAL BOLTS ONLY STABLE 1,5 M IN ROOF PLUG W IRE MESH A LONG BOLTS AT 3,1 M

GOOD BOLTS 2 M - 3 M LONG AT 0,9 - 1 M PLUG II BOLTS 2-3 M LONG SPACED 2-2,5 M, 100 MM SHOTCRETE W ITH MESH
H4 ROD : 75 - 80 MESH OR 50 - 100 MM SHOTCRETE OVER SHOTCRETE 80 - 100 MM W ITH MESH B AND 3 M BOLTS AT 2,8
OR LIGHT ; MEDIUM RBS AT 1,5 M BREAKING
FAIR TO GOOD BOLTS 2 M - 3 M LONG AT 0,6 - 1,2 M III PERFO BOLTS 25 MM DIA., 3-4 M LONG
ROD : 60 - 80 PLUG MESH OR 50 - 100 MM SHOTCRETE FACTURED SPACED 2 M PLUG 150 MM SHOTCRETE 150 MM SHOTCRETE W ITH MESH
H2 C
OR LIGHT ; MEDIUM RBS AT 1,5 M TO VERY PLUG W IRE MESH AND STEEL ARCHES AND 3 M BOLTS AT 2,5 M
FACTURED THIS SPACED 1,5 M
POOR BOLTS 2 M - 3 M LONG AT 0,6 - 1,2 M IV PERFO BOLTS 4 M LONG, SPACED 1 M 210 MM SHOTCRETE W ITH MESH
ROD : 25 - 60 W ITH MESH OR 150 MM SHOTCRETE STRESSED BY 2 M PLUG 200 MM SHOTCRETE PLUG AND 3 M BOLTS AT 2 M AND
H3 D
W ITH BOLTS AT 1,5 M OR MEDIUM TO ROCK MESH PLUG STEEL ARCHES THIS SPACED 1 M STEEL RIBS
HEAVY RIBS CONCRETE LINING 300 MM
150 MM SHOTCRETE ALL AROUND PLUG V VERY PERFO BOLTS 4 M LONG, SPACED 1 M 240 MM SHOTCRETE W ITH MESH
VERY POOR MEDIUM TO HEAVY CIRCULAR RIBS AT STRESSED PLUG 250 MM SHOTCRETE PLUG MESH AND 3 M BOLTS AT 1,7 M STEEL
H5 E
ROD <: 25 0,6 M CENTRES W ITH LAGGING ROCK AND STEEL ARCHES THIS SPACED 0,75 M RIBS AT 1,2 M
OLD SET INVERT CONCRETE LINING 500 M CLOSED INVERT

42
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

PEMILIHAN BENTUK TEROWONGAN

43
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

PEMILIHAN BENTUK TEROWONGAN

BENTUK TEROWONGAN KETERANGAN

- Baik untuk terowongan


bertekanan tinggi
- Tekanan hidrolis kedalam
BENTUK BULAT membuat kondisi lebih baik
- Sulit dalam pelaksanaan
(terutama ukuran kecil)
- Cocok untuk beban batuan yang
cenderung bergerak.

- Cocok untuk dasar yang lebar


- Penggalian terowongan mudah
BENTUK D dilakukan
- Biasanya dipakai untuk
terowongan berukuran kecil

- Pelaksanaan lebih mudah


dibandingkan bentuk bulat
TAPAL KUDA - Sering digunakan untuk aliran
STANDAR bebas

Faktor yang menentukan bentuk terowongan disamping pertimbangan geologi dan struktur yaitu
pertimbangan hidrolis, kebutuhan praktis dan mudah dilaksanakan.

Bentuk terowongan yang umum digunakan adalah bentuk tapal kuda dan bentuk bulat, untuk
terowongan berukuran kecil biasanya bentuk D

44
Metode Kerja Pekerjaan Terowongan

DAFTAR PUSTAKA

1. Sub Dit. Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi I, Direktorat Jenderal Pengairan


Departemen Pekerjaan Umum dibantu oleh DHV.
2. Consulting Engineering bekerja sama dengan PT. Indah Karya, Standar Perencanaan
Irigasi, CV. Galang Persada Bandung 1986.
3. Prahlad Das (Profesor Design Civil), Design of Tunnels For Water Resources
Development (WRDTC) 1975.
4. TDE-06: Kriteria Desain Terowongan, Departemen Pekerjaan Umum, Badan
Pembinaan Konstruksi Dan Sumber Daya Manusia, Pusat Pembinaan Kompetensi Dan
Pelatihan Konstruksi.
5. Buku Referensi untuk Kontraktor bangunan gedung dan sipil oleh PT. PP (persero).
General Contractor, Penerbit gramedia: 2003

45

Anda mungkin juga menyukai