19 ASLI
JUSTIFIKASI TEKNIK
(EXPLANATORY NOTE)
JUSTIFIKASI TEKNIK
PERUBAHAN JALUR KONSTRUKSI TEROWONGAN
Patok : T.189 – T.259
PAKET PEKERJAAN
PENYELESAIAN PEMBANGUNAN
BENDUNG PENGALIH RABABAKA DAN SALURAN INTERBASIN
UNTUK BENDUNGAN TANJU DAN BENDUNGAN MILA
(RABABAKA KOMPLEKS) PAKET II
DI KABUPATEN DOMPU
No. HK.02.03-AS/KONT-B.II/367/2018
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan Justifikasi Teknis Perubahan Jalur Konstruksi Terowongan pada
paket pekerjaan “PENYELESAIAN PEMBANGUNAN BENDUNG PENGALIH RABABAKA
DAN SALURAN INTERBASIN UNTUK BENDUNGAN TANJU DAN BENDUNGAN MILA
(RABABAKA KOMPLEKS) PAKET II DI KABUPATEN DOMPU” yang yang disusun dalam
rangka memenuhi kewajiban PT. IKA – CEC KSO berdasarkan Kontrak Nomor :
HK.02.03-AS/KONT-PRC/301/2018 Tanggal 23 MEI 2018 kepada PPK Perencanaan,
SNVT Pembangunan Bendungan Nusa Tenggara I Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara
I Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Buku ini menyajikan permasalahan dan konsep perubahan Jalur Terowongan sesuai
dengan kondisi geologi.
Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas kerjasama,
bantuan, dan kepercayaan yang diberikan, sehingga tersusunnya Justifikasi Teknis ini.
ii
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
DAFTAR ISI
iii
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
iv
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
DAFTAR TABEL
v
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
DAFTAR GAMBAR
vi
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-17. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan
Outlet ................................................................................................ 3-22
Gambar 3-18. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Baja (Steel Support) Sisi
Inlet dan Outlet .................................................................................. 3-22
Gambar 3-19. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet
dan Outlet ......................................................................................... 3-22
Gambar 3-20. Hasil Output Tegangan Maksimum Analisis Software SAP2000 V.17 .... 3-23
Gambar 3-21. Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet ......... 3-23
Gambar 3-22. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan
Outlet Kondisi Gempa ........................................................................ 3-24
Gambar 3-23. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Steel Support Sisi Inlet dan
Outlet Kondisi Gempa ........................................................................ 3-24
Gambar 3-24. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet
dan Outlet Kondisi Gempa.................................................................. 3-25
Gambar 3-25. Hasil Output Tegangan Maksimum Analisis Software SAP2000 V.17 Kondisi
Gempa.............................................................................................. 3-25
Gambar 3-26. Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet Kondisi
Gempa.............................................................................................. 3-25
Gambar 3-27. Grafik Besar Tegangan Horizontal Kondisi Gempa Pada Sisi Inlet dan
Outlet ............................................................................................... 3-26
vii
Justifikasi Teknis
Supervisi Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
1. BAB 1
PENDAHULUAN
Kabupaten Dompu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
berada di wilayah sungai Pulau Sumbawa dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar
1.083,73 mm/tahun. Wilayah Kabupaten ini sering dilanda banjir dimusim penghujan dan
kekurangan air dimusim kemarau. Berdasarkan kondisi ini, untuk memenuhi kebutuhan air di
Kabupaten Dompu khususnya pada wilayah Kecamatan Woja dan Manggelewa yaitu
dengan cara mengalirkan air yang berlebih dari Sungai Rababaka menuju Sungai Tanju.
Sungai Rababaka adalah salah satu sungai yang cukup potensial untuk pengembangan
pertanian beririgasi teknis di wilayah Kabupaten Dompu. Karena keterbatasan lahan
disepanjang aliran sungainya, maka potensi air yang relatif besar tersebut hanya
dimanfaatkan untuk mengairi DI. Rababaka eksisting seluas 1.689 ha, selebihnya tidak
termanfaatkan dan terbuang ke laut. Di sebelah kanan Sungai Rababaka terdapat Sungai
Tanju dan Sungai Mila yang memiliki aliran (inflow) kecil namun areal irigasi relatif luas (A>
2.250 ha). Apabila 3 aliran sungai ini dijadikan satu sistem interkoneksi, maka akan dapat
digunakan untuk mengairi lahan kering diketiga ruas sungai tersebut.
1-1
Justifikasi Teknis
Supervisi Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Justifikasi Teknis yang mana bertujuan untuk menyesuaikan antara rencana pelaksanaan
dengan keadaan pada saat pekerjaan dilaksanakan.
Pembuatan Justifikasi Teknis ini berdasarkan pengambilan data langsung dari kondisi
lapangan dan lahan yang akan di lalui yang ada saat ini dengan melakukan survey dan
rekayasa lapangan. Hasil rekayasa lapangan ini nantinya akan merupakan dasar
perhitungan untuk usulan perubahan pekerjaan tambah / kurang, pengalihan volume dan
penambahan item pekerjaan baru.
1.2.1 MAKSUD
1.2.2 TUJUAN
a. Kontrak pelaksanaan pekerjaan adalah unit price dan volume pekerjaan dalam
kontrak merupakan volume estimasi/perkiraan sementara yang tidak mengikat.
b. Pasal tentang perubahan berupa penambahan atau pengurangan item / volume
pekerjaan dalam syarat-syarat umum kontrak.
c. Hasil mutual check awal (MC-0) lapangan dan Pemeriksaan bersama yang telah
dilaksanakan oleh Kontraktor, Konsultan Supervisi dan Direksi (Pejabat Pembuat
Komitmen).
a. Kontrak pelaksanaan pekerjaan adalah unit price dan volume pekerjaan dalam
kontrak merupakan volume estimasi/perkiraan sementara yang tidak mengikat
b. Pasal tentang perubahan berupa penambahan atau pengurangan item / volume
pekerjaan dalam syarat-syarat umum kontrak
1-2
Justifikasi Teknis
Supervisi Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
c. Hasil mutual check awal (MC-0) lapangan dan Pemeriksaan bersama yang telah
dilaksanakan oleh Kontraktor, Konsultan Supervisi dan Direksi (Pejabat Pembuat
Komitmen)
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi
Kawasan Luar Hutan Lindung
1.5.1 KONTRAKTOR
1-3
Justifikasi Teknis
Supervisi Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Lokasi Kegiatan : Kec. Dompu, Kec. Woja dan Kec. Manggelewa – Kab.
Dompu – Prov. Nusa Tenggara Barat
No. Kontrak : HK.02.03-AS/KONT-B.II/367/2018
Jangka Waktu : 960 hari kalender (25 Mei 2018 s/d 8 Januari 2021)
Pelaksanaan *Kontrak
Jangka Waktu : 945 hari kalender (25 Mei 2018 s/d 24 Desember 2020)
Pelaksanaan *Addendum I
1.5.2 KONSULTAN
Konsultan Pengawas : KSO, PT. Indra Karya (Persero) – PT. Ciria Jasa
Engineering Consultant (PT. IKA – CEC)
Masa Pengawasan : 945 hari kalender (25 Mei 2018 s/d 24 Desember 2020)
*Addendum I
1-4
Justifikasi Teknis
Supervisi Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Sampai dengan saat ini progress fisik di lapangan per tanggal 15 Februari 2019 adalah
sebagai berikut :
Rencana : 11,630 %
Realisasi : 10,180 %
Deviasi : - 1,450 %
Waktu Pelaksanaan : 945 hari kalender
Waktu Terpakai : 235 hari kalender
Sisa Waktu : 710 hari kalender
1-5
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Saluran Beton
Saluran Beton
1-6
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
1-7
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
ZONA 1
LOKASI
TEROWONGAN I
SP.191 - T.0
ZONA 2
LOKASI
TEROWONGAN II
T.189 - T.259 ZONA 3
1-8
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila
(Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2. BAB 2
PERENCANAAN AWAL
Berdasarkan Peta Geologi Regional yang dibuat oleh A. Sudrajat (diterbitkan oleh P3G,
Bandung, 1998) maka Pulau Sumbawa tersusun atas batuan-batuan piroklasik dan batuan
sedimen yang terbentuk pada jaman Miosen hingga Kuarter, secara stratigrafi urutan
batuannya dapat dilihat pada Tabel 1.1 (Urutan Stratigrafi Pulau Sumbawa). Sedangkan peta
geologi regional Pulau Sumbawa dapat diilihat pada Gambar 1.2 (Peta Geologi Regional Pulau
Sumbawa)
Tabel 2-1 Urutan Stratigrafi Pulau Sumbawa
UMUR GEOLOGI FORMASI BATUAN
Resen – Holosen - Endapan Aluvial (Qa,Qal)
- Produk Vulkanik Muda (Qvsn,Qyt)
- Batugamping Koral (Ql,Qtc)
Pleistosen-Pliosen - Produk Vulkanik Tua (Qtv,Qv)
- Produk Vulkanik Lebih Tua (Qot)
Pliosen Awal-Miosen Akhir - Batulempung Tufaan (Tmpl)
Miosen Tengah - Batugamping Berlapis (Tml-1,Tmcl)
- Batuan Vulkanik(Tmv-1)
- Tufa Dasitik (Tmdt)
Miosen Awal - Batuan Vulkanik Tua(Tlmv, Tlmv-2)
- Batugamping (Tlml,Tml-2)
- Batuan Sedimen (Tms)
Miosen - Batuan Intrusi (T,a,b,d,u)
2-1
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila
(Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Batuan sedimen Vulkanik Kuarter adalah lava andesit, breksi, tufa, dan endapan alluvial yang
terdiri dari material lepas berukuran lanau, pasir dan gravel.
Berdasarkan Peta Geologi Regional (A. Sudrajat 1998), tersebut di atas menunjukkan bahwa
lokasi proyek Bendung Rababaka menempati daerah perbukitan yang bergelombang relatip
terjal, terdiri dari batuan produk vukanik tua (QTv, Qv) yang berumur Kuarter dan endapan
alluvial. Batuan vulkanik ini terdiri dari perselang selingan antara breksi, lava dan tufa dengan
komposisi andesit dan basalt.
Daerah Tanju dan Mila tersusun atas batuan terdiri dari batuan sedimen vulkanik klastik, batuan
vulkanik dan intrusi yang berumur Tersier; serta sedimen vulkanik, dan endapan alluvial yang
berumur Kuarter.
Peta geologi terowongan Tanju dapat dilihat pada Gambar 2.1, sedang penampang geologi
sepanjang terowongan Tanju dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan 2.3. Terowongan Tanju
didisain melewati morfologi punggungan yang memanjang dengan arah relatif timur laut-
baratdaya, dengan panjang punggungan sekitar 2.2 km dan memiliki elevasi puncak 320 m.
Mulai bagian inlet sampai bagian outlet terowongan berupa morfologi perbukitan cukup curam
sampai perbukitan landai, sudut lereng sekitar 25°- 60°, sedang saluran selanjutnya di bagian
hilir merupakan dataran landai.
Batuan penyusun punggungan yang dilewati Terowongan Tanju secara umum mulai dari
rencana inlet terdiri dari perselang selingan antara batupasir tufaan dengan batupasir, lensa
konglomerat, breksi andesit, dan andesit.
Batupasir tufaan berlapis, warna coklat muda kekuningan, ukuran butir pasir halus-pasir
sedang, tebal tiap lapisan 10-150cm, berselang seling dengan batupasir warna abu-abu, ukuran
pasir halus-pasir kasar, tebal tiap lapisan 20-200cm, sifat kompak, dan keras, banyak
didapatkan kekar (joint) berpasangan, dan retakan (fracture) yang saling bersinggungan.
Konglomerat, warna abu-abu, fragmen batuan beku, ukuran 3-8cm, matriks batupasir, ukuran
butir pasir sedang, tebal 0-85cm, sifat kompak, dan keras, dimensi lensis.
Breksi andesit, warna abu-abu, fragmen andesit, ukuran 5-45cm, matriks batupasir, ukuran
pasir sedang-pasir kasar, kompak, dan keras.
2-2
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila
(Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Batuan beku andesit, warna abu-abu terang sampai abu-abu gelap, didapatkan dalam struktur
kekar berlembar (sheeting joint), kekar tiang (columnar joint), dan masiv. Hubungan dengan
batuan sedimen berupa kontak tidak selaras (non convormity), dan juga kontak intrusi.
Ringkasan Hasil Pengujian Mekanika Batuan Terowong Tanju (Investigasi Desain Terdahulu)
sebagai berikut :
2-3
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2-4
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2-5
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2-6
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2-7
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2-8
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
2-9
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3. BAB 3
PENJELASAN PERUBAHAN JALUR
TEROWONGAN
Penggalian rencana inlet dan outlet2 serta saluran conduitnya sudah dikerjakan pada
periode1. Rencana lokasi inlet dan outletnya sudah ditentukan, yang mempunyai jalur
terowong2 sepanjang 1.850m, dikerjakan dengan metoda blasting dalam periode2.
Sebelum memulai kerja terowongan, perlu memeriksa kembali lokasi rencana inlet dan
outlet.
• Lokasi intlet2 berada di lereng bukit, secara hidrologi tempat ini kering, dan bukan
tempat akumulasi sedimen, merupakan tempat yang baik untuk terowongan.
• Litologi berupa batuan sedimen butir halus yaitu perselang selingan antara
batupasir tufaan dengan batupasir, breksi andesit, umumnya berwarna coklat
kekuningan, abu-abu sampai kehitaman, bersifat masif, kompak, keras.
• Struktur geologi yang teramati sebagai lipatan sayap antiklin, didapatkan kekar
(joint) yang berpasangan, didapatkan juga intrusi batuan beku.
Berdasarkan kereteria itu, ditinjau dari aspek morfologi, litologi, stratigrafi, dan sruktur
geologi, pemilihan lokasi inlet2 layak untuk diterowong.
Pada kesempatan itu telah dilakukan peninjauan lokasi outlet2 oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu Direksi PU, Konsultan Supervisi PT. Indra Karya dan Kontraktor
pelaksana PT. Nindya Karya. Untuk memastikan kondisi geologi di outlet2, telah
3-1
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-2
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
• Dalam klasifikasi RMR kelas V (Very poor rock) berarti proses blasting perlu
perkuatan forepoling, rock bolt, shootcrete, dengan kemajuan blasting sangat
lambat.
Hasil pemboran dan analisa massa batuan dengan metoda RMR telah menimbulkan
masalah yaitu:
a) Pertama bila tetap diterowong dengan metoda blasting, batuan harus ditreatment
lebih dulu, yaitu dengan memasang forepoling, rock bolt, dan shootcrete, serta
berpengaruh pada kemajuan kerja menjadi sangat lambat.
b) Kedua batuan tidak diterowong dengan blasting, akan tetapi digali sebagai saluran
terbuka (open cut) sepanjang ± 400m atau sampai mendapatkan batuan keras.
Pihak direksi dalam hal ini diwakili PPK berusaha mencari alternative dari permasalahan
geologi tersebut. Hingga akhirnya dihear Ir. Setyo Adiwijono senior geologist PT. Indra
Karya untuk meneliti kondisi geologi daerah outlet2, sebagai second opinion. Setelah
cheking lokasi dan memperoleh data geologi tambahan, kemudian dibuatlah catatan dan
alternative:
• Lokasi outlet2 berada di dalam lembah, yang mana lembah merupakan tempat
berkumpulnya air limpasan dari lereng sekitar, dan akumulasi sedimen, sehingga
pada atap terowongan (crown) dikhawatirkan akan menjadi jenuh air dan
3-3
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
menurunkan daya dukung, yang mengakibatkan atap terowong mudah runtuh, atau
tidak aman.
• Litologi berupa batuan sedimen butir halus dari batupasir tufaan berlapis, kurang
kompak, tidak keras, dengan struktur sedimen laminasi sejajar (parallel lamination)
dan perlapisan silang-siur (cross bedding), dengan sifat bidang perlapisan mudah
terkelupas (spalling).
• Struktur geologi yang teramati sebagai lipatan sayap antiklin, didapatkan hubungan
stratigrafi unconformity antara batupasir tufaan dengan alluvial, dan intrusi batuan
beku, didapatkan juga kekar (joint) yang saling memotong, dan jika diterowong akan
berpotensi runtuh sebagai blok yang lepas/ambles (popping).
• Sesuai desain awal, lokasi outlet2 yang sudah digali dan siap diterowong, akan
tetapi dengan pertimbangan kondisi geologi seperti tersebut di atas, lokasi outlet2
tidak layak untuk diterowong.
• Outlet dan jalur terowong harus menghindari lembah dan batupasir tufaan berlapis
dengan struktur sedimen laminasi sejajar (parallel lamination) dan perlapisan
silang-siur (cross bedding), maka diusulkan alternative untuk menggeser lokasi
outlet ke sebelah kanan atau ke arah bukit, sehingga outlet dan jalur terowongnya
bebas dari lembah dan batupasir tufaan tersebut (periksa gambar 3.2)
Gambar 3-2. Photo Outlet pada jalur terowongan dengan struktur sedimen laminasi
sejajar (parallel lamination) dan perlapisan silang-siur (cross bedding),
3-4
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
RATING
NO. PARAMETER KETERANGAN
BH01 BH02 BH03 BH04 BH05
1 UCS (Mpa) 2 2 2 2 2 Rata-rata dapat digolongkan ke Tipe V
2 RQD (%) 3 3 3 8 10 (Very Poor Rock)
3 Spacing of Rating 5 5 8 8 9
4 Condition of discontinuity 10 10 10 10 10
5 Ground Water Flowing 4 4 4 4 4
Rating Adjusment Tunnel (Unfavoural -10 -10 -10 -10 -10
14 14 17 22 25
3-5
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Setelah Hasil investigasi dan pengamatan awal pada terowongan II yang dapat
diidentifikasi dan saran oleh konsultan dan Ir. Setyo Adiwijono senior geologist PT. Indra
Karya antara lain,
1. Diidentifikasi dari alur kontur topografi pada bagian outlet terowongan II, terletak
pada daerah tempat berkumpulnya genangan air, atau daerah dengan kontur lebih
rendah dari sisi yang lain sehingga pada dinding langit terowongan dikhawatirkan
akan terjadi genangan dan rembesan air yang mengakibatkan dinding mudah
longsor, tanah runtuh (Collapsible Soil) atau tidak aman, untuk mengantisipasi hal
tersebut, diusulkan bergeser + 36,570 dari sudut outlet luar kekanan dan 30 dari
inlet 100 m kekanan untuk menghindari kondisi tersebut, dan untuk menghindari
batuan tufa berlapis dengan struktur perlapisan laminasi dan silang-siur, serta
dilakukan open cut pada batuan tersebut sepanjang 174 m, untuk lebih jelasnya
perubahan jalur terowongan II (Tanju) dapat dilihat pada gambar 3.2 Perubahan
Jalur pada Terowongan II pada halaman berikut ini,
2. Pada lokasi Terowongan II, jenis tanah dan batuan tersusun oleh batuan breksi,
batuan beku jadi sudah cukup keras, sehingga tidak diperlukan perubahan desain
dari hasil peledakan setiap 1x peledakan dapat diperoleh panjang 2m, dari
tinjauan istimasi waktu konsultan menyimpulkan jika waktu yang pernah
dijadwalkan selesai pekerjaan terowongan tidak dapat tercapai dengan waktu
yang ditentukan yaitu selama 2 tahun, karena semakin ke dalam lubang
terowongan manufer alat juga semakin terbatas dan memerlukan waktu oleh
karena itu diperlukan mahor (tempat parkir alat dan manuver dump truck) tiap
200m dan kontraktor segera menyiapkan metode kerjanya.
3. Kontraktor segera menyiapkan kebutuhan alat, bahan dan pekerja sesuai dengan
beban kerja dan waktu yang sudah bergeser dalam memulai pekerjaan
terowongan, untuk mengantisipasi keterlambatan dalam memulai pekerjaan
terowongan, alat yang perlu ditambah antara lain.
3-6
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Dari data kontrak desain pada Terowongan I (Mila) di zona II yang menuju bendungan
Mila, pada lokasi SP.191 - T.0 dengan panjang 662,5 m dan Terowongan II (Tanju) di
Zona III yang menuju bendungan Tanju, dengan data sebagai berikut,
1. Lebar dasar terowongan (b) : 3,00 m
2. Tinggi terowongan (h) : 3,00 m
3. Tinggi Jagaan (w) : 1,40 m
4. Tebal beton atas : 0,50 m
5. Tebal beton bawah : 0,50 m
6. Tebal beton dinding : 0,50 m
7. Tebal LC : 0,10 m
3-7
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Alternatif Jalur
Terowongan II baru
untuk menghindari
daerah tempat
daerah tempat berkumpulnya berkumpulnya air
genangan air, dinding
terowongan tidak aman
3-8
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-9
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-10
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
TEROWONGAN 2 1 9 10
2
3
4 11
5
6
7
T.260
8
?
Z =
T.2
E = 303
61
N = 652 123°56'01 148
3.0
BM = BM 160 156 152
-B 906 153 .94 " -A 149 TP .895
BO .65 BO .46 BO .49 BO .84 -01
T.188
021 .10 0
T.192
T.201
T.189
T.190
T.191
T.193
T.194
T.195
T.196
T.197
T.198
T.199
T.200
T.232
T.241
T.202
T.203
T.204
T.205
T.206
T.207
T.208
T.209
T.210
T.211
T.212
T.213
T.214
T.215
T.216
T.217
T.218
T.231
T.233
T.234
T.235
T.236
T.237
T.238
T.239
T.240
T.242
T.243
T.244
T.251
T.219
T.220
T.221
T.222
T.223
T.224
T.225
T.226
T.227
T.228
T.229
T.230
T.245
T.246
T.247
T.248
T.249
R-0 8
T.250
T.252
T.253
T.254
T.255T.255
T.256
T.257
T.258
T.259
R-0 6 R-0 2
T.2
6.9 9 115 R-0 1
5 4 2
T.259
BO 3.9 1
T.257
62
60 T.187 R-0 04
906
652 023 3
10
0.6 132
11
.70 92
0
3.10°
0.0 157
.80
3.8
6
5
54
0
.01
+125
3
+125
164
Alt TROWONGAN 2
.10
.2
+130
7
77
82
170 164
15
+120
.39 .65
123.400
5 4
123.200
+
119.400
09
122.250
124.500
159
57
+120 124.600
120.400 .88
+
123.900
119.890
6
119.900
124.400
+
123.500
120.000
119.850
+
121.000
123.200 165
+
.01
119.940
122.000
124.200
+ 123.000
.51
.44
123.000
119.990 127.500
122.890
121.500
124.000 126.900 3
+
122.700 123.200 123.450
126.500
166
+
123.700
124.200 123.890
126.200
.02
+
124.400 123.950
171
123.950
124.500
123.900
125.100
4 172
+
124.550
167 .90 .60
124.700
0
+
125.000
123.990 124.7500
906 .83 0
650 117 5 171
872 4.6 906 .90
.21 77
17 8 650 121 0
822 2.460
.18
45
3
.00
.2aa
RBK
gan
won
Tero
et
Outl
Terowongan RBK.2aa
2-2-19
30-1-19 31-1-19 1-2-19 45. 395
35. 598 00. 000 43.4411
5.16
DATUM :
KONDISI SAAT INI / EXISTING
NAMA PATOK T.188 T.189 T.190 T.191 T.192 T.193 T.194 T.195 T.196 T.197 T.198 T.199 T.200 T.201 T.202 T.203 T.204 T.205 T.206 T.207 T.208 T.209 T.210 T.211 T.212 T.213 T.214 T.215 T.216 T.217 T.218 T.219 T.220 T.221 T.222 T.223 T.224 T.225 T.226 T.227 T.228 T.229 T.230 T.231 T.232 T.233 T.234 T.235 T.236 T.237 T.238 T.239 T.240 T.241 T.242 T.243 T.244 T.245 T.246 T.247 T.248 T.249 T.250 T.251 T.252 T.253 T.254 T.255 T.256 T.257 T.258 T.259 T.260 T.261 T.262
30.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 15.00 25.00 25.00 25.00
14421.05
14428.50
14458.50
14483.50
14508.50
14533.50
14558.50
14583.50
14608.50
14633.50
14658.50
14683.50
14708.50
14733.50
14758.50
14783.50
14808.50
14833.50
14858.50
14883.50
14908.50
14933.50
14958.50
14983.50
15008.50
15033.50
15058.50
15083.50
15108.50
15133.50
15158.50
15183.50
15208.50
15233.50
15258.50
15283.50
15308.50
15333.50
15358.50
15383.50
15408.50
15433.50
15458.50
15483.50
15508.50
15533.50
15558.50
15583.50
15608.50
15633.50
15658.50
15683.50
15708.50
15733.50
15758.50
15783.50
15808.50
15833.50
15858.50
15883.50
15908.50
15933.50
15958.50
15983.50
16008.50
16033.50
16058.50
16083.50
16108.50
16133.50
16158.50
16173.50
16198.50
16223.50
16248.50
JARAK KOMULATIF (m)
LINING SALURAN
TYPE BANGUNAN
A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=2.75 m m=0.50 m
DIMENSI DAN DATA LAINNYA K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025
10
0.0
0
179
180
.15
.63
6
3
TEROWONGAN 2 176
177
.97
.65
170
171
.17
.61
9
9
166
167
.03
.36
4
5
.22
160 9
.52
161 9
.32
1
158
159
.82
.12
7
4
158
.73
159
.36
6
3
.38
158
.71
159 1
1
.34
156
.97
4
157
156
.91
9
153
.88
155 2
.72
156 6
.28
153
154155 .70
.62 .10 4
9 6
154
.50
6 153
153
.93
9
1
.25
8
152
.81
6
152
150 .07
.17 6
151
.13
149 2
149.93
.903
1
148
148
.71
149
148.764
.38
.19
150 5
3
149
149.53
.74
5
150
.70
149 1
.98
5
148
1
149
.40
.02
4
4
2
3
4
5
9
11
10
T.260
5 .33 158 2 .66 150 4 .63 148
Z = .62 .66
181 148. 6
.16 .55 157 5 151 152 7
T.260
8 3 8 2 .95 150 584 .91
E = 303 .94 8 169 161 6 .97 156 .20 .73 150
.61 .98 8
BM N = 652 123 °56
BM 182 2 180
181.56 .38 163 .01 160
159 5
.72 155 154 1531 4 .93 151 4 1 147. 8
T.2
3 2 6 158 157 9 151 4 .94 149. .6779 .69
021 .10 0 8 .03
T.188
.78 .79
T.189
T.190
.44
T.191
T.192
.60 8 5
8
T.193
T.194
61
T.195
.45
T.196
7 046
T.197
T.198
178.99
T.199
T.200
159 6
T.201
183 181
T.202
148
T.203
3.0
T.204
T.205
172 6 6
T.206
165
T.207
6.9 9 161
T.208
T.210
T.211
181 160160
T.212
147.
T.213
157 7
T.214
156 156 155
T.215
T.216
171
T.217
T.218
.093 154
T.219
T.220
T.221
T.222
181 153 153 152
T.223
184.82
183
T.224
T.187 .85 149
T.225
60 TP .895
T.226
T.227
.16
T.228
T.229
165.22 75149
T.230
T.231
183 182.13
.602 .91 .50 .54 .65
BO .96 .69 157.256 BO
.37 .46 .34
T.232
.99
T.233
T.234
.07 .76
T.235
.2235
T.236
T.237
.75 177 .82 BO .49
T.238
.92
T.239
.61 2
T.240
T.241
.862 .78 .84
T.242
8
T.243
906 177 -01
T.244
161 8
T.245
.72 .301 5 6 149. BO
T.246
T.247
3 6
T.248
R-0
T.249
177 2 1 8
R-0 155 3
T.250
T.251
T.252
T.253
154 3 2
T.254
T.255
2 7 155 54
T.256
153 R-022
T.257
T.258
184 8
T.259
.98
179.40 .81 115 147. R-0 1
T.2
652 023 4 182 9 2 .00 149. 562
T.2
.50 175 161 5 4 .54
3 160 3 155 .143 151 758
T.259
0.69 132 .95 .34 2 5 .28 153 BO 3.9 154 571 1
4 .43 154 .622 148
62
.25 4
62
.700 2 185 2 .96 7 168 .81 159 157 3 .57 R-0 04154 .48 149. .76 149 148.54
4°
2 6 1 6 .12 158 .01 .76 152. .11 4 147.
6 3 531 .95 .514
.93 8 156 8
33.3
.75 183 179 175 .01 164 4 .19 3 155 155.00
592 9 625
5
5 .63 .06 3 162 162 3 157 .98 153 4 .55 3
.65 169 .94 .17 2 154 .85 6 150.00 152. 150. 147.
6
T.2
187 9 .47 2 .35 .99 543 153 12
174 170.46 3 2 8 154. 154155 .40 150 654
63
.49 179 174 156 153. 148 147.
3.20°
3.20°
175.86 171.995 167 164 161 159 156 .22
6 184 .72 .52
.62 .255 .11 155 .35 848
156 .865
156 145.00
.74 365 155 2 150. .69 845
189 .28 1 .758
3
7
3 9 168
169 8 164 .252 .45
3
.95
4 159 158 157 .16 2 157 6.15
.003 153. 156.81 152 793 4
171 .93.89 155 157 .94 140.00 4
+125
189.084
5 171 9 166.978 .26 .16 .09 .52 7 156 .28 661
.572 .78 146.
177 173.67
.34 6 166 163 156. .80 49 151.3
19
.71 161 159 2 158 9 7 155 .84 5 148 794
+130
.92 180 .04 1 1 .50 163 .89 160 7 155 029 5 135.00
154. 078
.31
54
6 7 169
169 .43 2
164164 .88 159.34 158.45 156
157 155
156 .60
.909 158 .90
.78 6 1 .91 157. 152 148.
186 171.50
.106 .43 1.10 162 8 .919 .91
.61 .77
.30 1 158 .05 157 154. 153 3
.8
.07 4 178 167
166 8 .791 76 159 095 130.00
2 151. 311
192 .749 160 6 4 .21 157. .58 245 .31 152
.2
3 174 .12 168.20 5 7 .39 161 160 .29 028
.27 173 7 .522 2 091 8 5 148. .02
160 6
76
.28 .60 .15 157 158 158.
3 182 .98 2 .73 1 159 160 158. 74 2
82
1 179 .13 8 7 161 9 .17 .14 33 160 155.
.77 1 2 .28 5 .48 885 .68 509
+120
2 .28 169 164 163 162 .37 5 4 9 .06
158. 150.
175 .20 7 158 160. 8841 158 150. 222
177 180 5 .19 .75 .18 161 388 154 155.71 .04 915
.93 .73 175 170 6 9
164 163 163 4 162
.28
.36 160
163 163 161. 125
159. 130.00
.91 4 152
1 .84 168 .395 .65 164.57 .99 159 9 2
.33 .05 674 156. .08
+120 8 165 .23 .211 3 8 3 3 .39 159. 135.00 714 151.
4 160.67
15 176 .99 4 164 8 164 162 7 9 329162 024
.65 .245
Alt TROWONGAN 2
168 7 3 163 163.
164 .03 .80
.11 7 165 .60 159. 157.
.72 4 .11 255 140.00
24
8 .06 5 159 1 9 606 025
5 .49 165 3 .88 164. .44 150.
1 .20 6
236 5 145.00 157. 728
.85
166 7
166 2 6 160. 056
.26 165 .01 165. 194 150.00
156. 150.
4 .44 1 181 152
0
167 743 694
3 160. 156. .77 153.
166 .07 164 952 155.00 142
.02 155.7 239
167
155.796
.76
167.151
166.275
164.369
4 79 167
166.145
171
166.852
5
167.965
.83 172 168. 161.
169.584
170.681
171.926
167 .96
172.378
5 .90 .60 299 241
+125 169 906 .83 5 0 0 161.
.36 650 117 5 169.
302
8 872 4.6 171 588
170 .21 77 906 .90 160.
8 650 121 0 966
171 .989 822 2.460 076
170.
.56 .18 170.
5 3
3.20°
3.20°
457
+130
1745.0000
174.0000
T erowongan RBK.2aa
148.695
5.16
DATUM :
NAMA PATOK T .188 T .189 T .190 T .191 T .192 T .193 T .194 T .195 T .196 T .197 T .198 T .199 T .200 T .201 T .202 T .203 T .204 T .205 T .206 T .207 T .208 T .209 T .210 T .211 T .212 T .213 T .214 T .215 T .216 T .217 T .218 T .219 T .220 T .221 T .222 T .223 T .224 T .225 T .226 T .227 T .228 T .229 T .230 T .231 T .232 T .233 T .234 T .235 T .236 T .237 T .238 T .239 T .240 T .241 T .242 T .243 T .244 T .245 T .246 T .247 T .248 T .249 T .250 T .251 T .252 T .253 T .254 T .255 T .256 T .257 T .258 T .259 T .260 T .261 T .262
KONDISI SAAT INI / EXISTING
JARAK PATOK (m) 30.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 15.00 25.00 25.00 25.00
7.45
14421.05
14428.50
14458.50
14483.50
14508.50
14533.50
14558.50
14583.50
14608.50
14633.50
14658.50
14683.50
14708.50
14733.50
14758.50
14783.50
14808.50
14833.50
14858.50
14883.50
14908.50
14933.50
14958.50
14983.50
15008.50
15033.50
15058.50
15083.50
15108.50
15133.50
15158.50
15183.50
15208.50
15233.50
15258.50
15283.50
15308.50
15333.50
15358.50
15383.50
15408.50
15433.50
15458.50
15483.50
15508.50
15533.50
15558.50
15583.50
15608.50
15633.50
15658.50
15683.50
15708.50
15733.50
15758.50
15783.50
15808.50
15833.50
15858.50
15883.50
15908.50
15933.50
15958.50
15983.50
16008.50
16033.50
16058.50
16083.50
16108.50
16133.50
16158.50
16173.50
16198.50
16223.50
16248.50
JARAK KOMULATIF (m)
LINING SALURAN
TYPE BANGUNAN
A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=2.75 m m=0.50 m
DIMENSI DAN DATA LAINNYA
K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025
3-11
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-12
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-13
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Terowongan Mila dan Tanju di Rababaka Kompleks berfungsi sebagai saluran air (water
way) yang secara umum dibangun pada batuan gunung api yang dikategorikan lunak.
Proses peledakan (blasting) mengakibatkan batuan disekitar terowongan terganggu
sehingga diperlukan penyangga, sistem penyangga yang digunakan yaitu,
Penyangga dipasang untuk mencegah terjadinya rock loosing, karena sekali batuan
mengalami loosening, maka keruntuhan akan sangat sulit untuk dicegah lagi, oleh
karena itu perlu dipasang penyangga utama yang disesuaikan dengan stand up time dari
masing-masing jenis batuan sebelum secondary support berupa concrete lining.
Pemasangan sistem penyangga akan meningkatkan keamanan terowongan.
3-14
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-15
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-12. Grafik Hasil Analisis Kuat Massa Batuan Pada Inlet dan Outlet Terowongan
Kuat Masa batuan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan
faktor kemanan pada terowongan. Kuat massa batuan ini dianalisis menggunakan
persamaan Mohr-Coulomb, persamaan Agustawijaya serta persamaan Hoek dan Brown.
Parameter yang berperan dalam persamaan Mohr-Coulomb yaitu kuat tekan batuan (𝜎ci),
yaitu nilai seberapa besar kemampuan batuan menerima tekanan, nilai ini diperoleh dari
hasil pengujian kuat tekan batuan. Parameter keduanya yaitu confining stress (𝜎3)
merupakan tekanan samping yang besarnya dipengaruhi oleh kohesi (c), koefisien
tegangan lateral (k) dan tegangan vertikal (𝑝v). Koefisien tegangan lateral dipengaruhi
oleh sudut geser dalam batuan (∅), sedangkan tegangan vertikal dipengaruhi oleh berat
isi batuan (𝛾) dan kedalaman (h).
Berdasarkan Gambar 3-12 terlihat perbedaan hasil analisis kuat massa batuan dari
ketiga persamaan di atas, hal ini disebabkan oleh perbedaan material yang ditinjau.
Persamaan Mohr-Coulomb hanya meninjau keteguhan material batuan yang diuji di
laboratorium, persamaan Agustawijaya meninjau kuat massa batuan lunak di lapangan
dengan memodifikasi rumus Coulomb sedangkan persamaan Hoek dan Brown meninjau
kuat massa batuan keras dengan memasukkan parameter klasifikasi massa batuan
berdasarkan metode RMR system. Karena batuan di lapangan termasuk kategori batuan
lunak, sehingga lebih disarankan untuk menggunakan persamaan Agustawijaya
(Coulomb Modifikasi).
3-16
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-13. Grafik Besar Tegangan Vertikal Pada Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 3-14. Grafik Besar Tegangan Horizontal Pada Sisi Inlet dan Outlet
Besar tegangan yang berarah vertikal pada sebuah titik dibawah permukaan, merupakan
fungsi dari densitas batuan diatas titik tersebut dan kedalaman. Karena batuan dianggap
homogen (densitasnya dianggap konstan) maka tegangan vertikal bervariasi hanya
terhadap kedalaman, semakin besar kedalaman maka semakin besar tegangan yang
diterima oleh terowongan. Tegangan horizontal ditentukan oleh parameter koefisien
tegangan lateral (k) dan tegangan vertikal (𝑝v), dimana semakin besar tegangan vertikal
yang dihasilkan oleh terowongan maka semakin besar pula tegangan horizontal yang
terjadi pada terowongan. Pada Gambar 3-13 merupakan grafik tegangan vertikal pada
sisi inlet dan outlet terowongan terlihat perbedaan tegangan yang terjadi pada masing-
masing stationing hal ini disebabkan oleh kedalaman yang berbeda pada masing-masing
stationing sehingga tegangan yang dihasilkan berbeda-beda, semakin tinggi kedalaman
maka tegangan yang dihasilkan semakin besar. Pada Gambar 3-14 merupakan grafik
tegangan horizontal pada sisi inlet dan outlet, dengan nilai tegangan vertikal yang
berbeda-beda maka tegangan yang dihasilkan juga berbeda-beda semakin besar
tegangan vertikal semakin besar pula tegangan horizontal yang terjadi, namun pada
kondisi ini tegangan horizontal bernilai lebih kecil dari pada tegangan vertikal hal ini
dikarenakan tegangan horizontal dipengaruhi oleh koefisien tegangan lateral (k) sehingga
tegangan yang terjadi pada dinding (wall) atau tegangan horizontal lebih kecil dari pada
tegangan pada atap (crown) atau tegangan vertikal.
3-17
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-15. Grafik Tegangan dan Kekakuan Maksimum Sistem Penyangga pada
Terowongan
Gambar 3-16. Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga Keseluruhan Sisi Inlet dan Outlet
Tegangan maksimum shotcrete adalah tegangan yang terdiri atas beberapa parameter
yaitu kuat tekan concrete, radius atau jari-jari terowongan dan tebal shotcrete dari
terowongan. Perhitungan penyangga shotcrete pada atap dengan dengan jari-jari
terowongan 1,5 m dan ketebalan shotcrete 10 cm menghasilkan tegangan penyangga
yaitu sebesar 0,27 MPa. Tegangan penyangga shotcrete ini memberikan tambahan
tegangan pada keteguhan massa batuan sehingga menjadi 0,54 MPa maka faktor
kemanan (FS) yang diperoleh adalah 2,47. Dinding terowongan pada bentuk tapal kuda
biasanya adalah bagian terlemah pada terowongan. Pada bagian ini terjadi tegangan
kompresi, berbeda dengan atap yang terjadi penyebaran tegangan tarik di seluruh
permukaan lengkung atap terowongan. Pada bagian dinding rawan terjadi keruntuhan
geser, sehingga massa batuan sangat tergantung pada kuat geser massa batuannya.
Perhitungan penyangga shotcrete pada dinding memberikan keteguhan massa batuan
menjadi 0,58 MPa maka faktor aman yang diperoleh adalah 3,07. Setelah pemasangan
penyangga shotcrete kemudian dipasang penyangga rockbolt yang menghasilkan
tegangan penyangga yaitu sebesar 0,67 MPa, diperoleh kuat massa batuan sebesar 1,21
MPa pada atap dan 1,25 MPa pada dinding sehingga memperoleh faktor keamanan (FS)
5,50 pada atap dan 6,58 pada dinding. Faktor keamanan (FS) naik 55% setelah adanya
peyangga rockbolt.
3-18
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Pemasangan penyangga III yaitu steel support yang menghasilkan tegangan yaitu 0,17
MPa pada jarak spasi baja 1,0 m sehingga memberikan keteguhan massa batuan
menjadi 1,38 MPa pada atap dan 1,42 MPa pada dinding sehingga faktor keamanan (FS)
yang diperoleh adalah 6,27 pada atap dan 7,47 pada dinding. Faktor aman terowongan
naik 12% setelah pemasangan penyangga steel support. Pemasangan penyangga steel
support dengan spasi / jarak baja 1,2 dan 1,5 m memberikan keteguhan massa batuan
menjadi 1,35 MPa pada atap 1,39 MPa pada dinding dan 1,32 MPa pada atap 1,36 MPa
pada dinding. Pemasangan baja dengan spasi/jarak 1,2 dan 1,5 m hanya menurunkan
faktor keamanan (FS) sebesar 2 dan 4,5% terhadap penyangga baja dengan spasi 1,0 m
sehingga diperoleh faktor aman masing-masing adalah 6,14 pada atap 7,32 pada dinding
dan 6,00 pada atap 7,16 pada dinding. Sehingga yang dipergunakan yaitu baja dengan
spasi 1,0 m untuk meningkatkan faktor aman terowongan.
Penyangga V yaitu penyangga grouting, dimana grouting adalah suatu aspek penting
dalam pelaksanaan konstruksi bangunan air pada umumnya, terlebih pada pekerjaan
pembangunan terowongan. Tujuan utama dari consolidation graouting adalah untuk
meningkatkan karakteristik batuan dalam kaitannya dengan kemungkinan deformasi dan
kebocoran, dengan cara penyuntikan pasta semen atau mortar kedalam rekahan
(fissure atau joint), dari massa batuan disekeliling penampang galian terowongan.
Tegangan maksimum grouting ditentukan berdasarkan kuat tekan, dimana kuat tekan
ditentukan oleh volume campuran semen dan air yang digunakan. Selain parameter
kuat tekan, jarak grouting menurut permukaan juga mempengaruhi penggalian, dan jarak
antar grouting menurut permukaan juga mempengaruhi tegangan maksimum grouting.
Penyangga grouting memberikan tegangan penyangga sebesar 0,67 MPa sehingga
kuas massa batuan setelah pemasangan penyangga keseluruhan adalah 6,97 MPa pada
atap dan 7,01 MPa pada dinding terowongan. Faktor aman yang diperoleh setelah
pemasangan penyangga keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3-16 yaitu sebesar
31,68 pada atap dan 36,89 pada dinding terowongan. Sehingga faktor aman naik 10%.
Telah dijelaskan faktor aman lebih besar atau sama dengan 1,2-1,5 (SF ≥ 1,5), pada
terowongan sisi inlet diperoleh faktor aman adalah 31,68 pada atap dan 36,89 pada
dinding, faktor aman ≥ 1,5 sehingga terowongan dikategorikan aman.
3-19
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Psmax ijin
𝑆𝐹 atap =
Tegangan Vertikal
Ps max ijin
1,5 =
0,22
Psmax ijin = 0,33 Mpa
Psmax ijin
𝑆𝐹 dinding =
Tegangan Horisontal
Psmax ijin
1,5 =
0,19
Psmax ijin = 0,29 Mpa
3-20
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Hasil output analisis software SAP2000 V.17 berupa tegangan yang dihasilkan oleh
masing-masing penyangga. Gambar 3-17 merupakan grafik output hasil analisis pada
penyangga shotcrete, steel support dan concrete lining. Tegangan maksimum yang
dihasilkan sistem penyangga shotcrete yaitu sebesar 0,73 MPa pada inlet dan 0,63
pada outlet, tegangan penyangga shotcrete ini memberikan tambahan tegangan pada
keteguhan massa batuan sisi inlet menjadi 1,00 Mpa pada atap dan 1,04 MPa pada
dinding sehingga faktor aman yang diperoleh yaitu 4,55 pada atap dan 5,47 pada dinding
sedangkan pada sisi outlet menjadi 0,85 MPa pada atap dan 0,90 MPa pada dinding
sehingga faktor aman yang diperoleh adalah 4,09 pada atap dan 4,74 pada dinding.
Analisis terakhir yaitu penyangga concrete lining yang menghasilkan faktor aman
setelah penyangga shotcrete, steel dan concrete lining sisi inlet sebesar 9,95 pada
atap dan 11,74 pada dinding sedangkan sisi outlet sebesar 8,05 pada atap dan 9,32 pada
dinding. Faktor aman yang telah dihasilkan ≥ 1,5 sehingga terowongan dikategorikan
aman. Berikut ini hasil output analisis struktur dengan software SAP2000 V.17,
3-21
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-17. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan Outlet
Gambar 3-18. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Baja (Steel Support) Sisi Inlet
dan Outlet
Gambar 3-19. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet dan
Outlet
3-22
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-20. Hasil Output Tegangan Maksimum Analisis Software SAP2000 V.17
Gambar 3-21. Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet
Hasil output analisis software SAP2000 V.17 berupa tegangan yang dihasilkan oleh
masing-masing penyangga. Gambar 3.20 merupakan grafik output hasil analisis pada
penyangga shotcrete, steel support dan concrete lining. Tegangan maksimum yang
dihasilkan sistem penyangga shotcrete yaitu sebesar 0,73 MPa pada inlet dan 0,63
pada outlet, tegangan penyangga shotcrete ini memberikan tambahan tegangan pada
keteguhan massa batuan sisi inlet menjadi 1,00 MPa pada atap dan 1,04 MPa pada
dinding sehingga faktor aman yang diperoleh yaitu 4,55 pada atap dan 5,47 pada dinding
sedangkan pada sisi outlet menjadi 0,85 MPa pada atap dan 0,90 MPa pada dinding
sehingga faktor aman yang diperoleh adalah 4,09 pada atap dan 4,74 pada dinding.
3-23
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
MPa pada outlet 0,19 MPa dan 0,24 MPa pada dinding sehingga memperoleh faktor
aman pada penyangga shotcrete dan steel support sisi inlet yaitu 4,64 pada atap dan
5,58 pada dinding sedangkan sisi outlet yaitu 4,18 pada atap dan 4,84 pada dinding.
Faktor aman naik 1,9% setelah adanya peyangga steel support.
Analisis terakhir yaitu penyangga concrete lining yang menghasilkan faktor aman
setelah penyangga shotcrete, steel dan concrete lining sisi inlet sebesar 9,95 pada atap
dan 11,74 pada dinding sedangkan sisi outlet sebesar 8,05 pada atap dan 9,32 pada
dinding. Faktor aman yang telah dihasilkan ≥ 1,5 sehingga terowongan dikategorikan
aman.
Berikut adalah pemodelan struktur sistem penyangga shotcrete, steel support dan
concrete lining kondisi gempa.
Gambar 3-22. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Shotcrete Sisi Inlet dan Outlet
Kondisi Gempa
Gambar 3-23. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Steel Support Sisi Inlet dan
Outlet Kondisi Gempa
3-24
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-24. Output Tegangan Maksimum Sistem Penyangga Concrete Lining Sisi Inlet dan
Outlet Kondisi Gempa
Gambar 3-25. Hasil Output Tegangan Maksimum Analisis Software SAP2000 V.17 Kondisi
Gempa
Gambar 3-26. Grafik Faktor Aman Sistem Penyangga pada Sisi Inlet dan Outlet Kondisi
Gempa
3-25
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Gambar 3-21 merupakan grafik output hasil analisis pada penyangga shotcrete, steel
support dan concrete lining kondisi gempa. Analisis pada kondisi gempa dipengaruhi oleh
geser dasar seismik (V) dan berat seismik efektif (W). Semakin besar berat seismik efektif
(W) maka semakin besar geser dasar seismik (V), namun pada kondisi gempa membuat
bekurangnya tegangan sehingga massa batuan berkurang, maka diperoleh faktor aman
setelah penyangga shotcrete, steel support dan concrete lining sisi inlet yaitu 8,73 pada
atap dan 10,32 pada dinding sedangkan pada outlet 6,82 pada atap dan 8,16 pada
dinding. Faktor aman yang telah dihasilkan ≥ 1,5 sehingga terowongan dikategorikan
aman dalam keadaan gempa.
Berikut ini analisis perilaku tegangan pada Terowongan Analisis dengan SAP2000 V.17,
Gambar 3-27. Grafik Besar Tegangan Horizontal Kondisi Gempa Pada Sisi Inlet dan
Outlet
Tegangan horizontal kondisi gempa memiliki tegangan yang lebih besar daripada kondisi
normal. Tegangan horizontal kondisi gempa dipengaruhi oleh geser dasar seismik (V)
dan berat seismik efektif (W). Semakin besar berat seismik efektif (W) maka semakin
besar geser dasar seismik (V) dan semakin besar pula tegangan horizontal yang terjadi
pada terowongan.
1) Tegangan total yang dihasilkan oleh penyangga terowongan adalah 6,40 MPa
dengan kekakuan maksimum sebesar 4184,89 MPa/m, sehingga didapatkan
faktor aman inlet 31,68 pada atap dan 36,89 pada dinding sedangkan outlet
31,23 pada atap dan 36,42 pada dinding, dimana faktor aman terowongan ≥
1,5 sehingga terowongan dianalisa masih aman.
3-26
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Klasifikasi massa batuan adalah bagian dari metode-metode yang ada untuk
memperkirakan kestabilan terowongan. Metode-metode untuk menilai kestabilan
terowongan adalah :
1. Metode analitik, yaitu dengan menganalisis tegangan dan deformasi di sekitar
lubang bukaan.
2. Metode observasi/pengamatan, yaitu dengan menganalisis berdasarkan pada
data pemantauan pergerakan massa batuan.
3. Metode empiris, yaitu dengan menilai kestabilan terowongan dengan
menggunakan analisa statistik
Klasifikasi massa batuan merupakan metode empiris dan telah digunakan secara luas.
Metode empiris dapat digunakan pada saat data geoteknik yang mencukupi tidak
tersedia. Dengan klasifikasi massa batuan dapat dijadikan sebagai dasar perkiraan jenis
penyanggan yang dibutuhkan dengan mudah, murah dan cepat dalam pengambilan
keputusan di lapangan.
Klasifikasi Rock Mass Rating (Bieniawski,1973), adalah yang paling umum digunakan
disebabkan beberapa hal yaitu :
3-27
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Klasifikasi ini menggunakan enam parameter yang diperoleh dari pengukuran dilapangan
dan laboratorium meliputi:
Prinsip penentuan nilai RMR dapat dilihat secara skematik pada struktur perhitungan
RMR dibawah ini. Berdasarkan klasifikasi geo-mekanika ini, Bieniewski memberikan
petunjuk penggalian dan penyangga terowongan (tabel 3.3). petunjuk ini hanya berlaku
dibatuan dengan lebar 10m, berbentuk tapal kuda, tegangan vertikal lebih kecil dari 25
MPa, serta metode penggalian dengan pemboran dan peledakan.
Tabel 3-5 Petunjuk untuk penggalian dan penyangga terowongan batuan dengan
klasifikasi RMR
Penyanggaan
Kelas massabatuan Penggalian
Rock bolt (dia: Shotcrete Steel set
20 mm, fully
grouted)
Batuan sangat baik Full face dengan Umumnya tampa penyanggaan, adakalanya
(kelas I) kemajuan 3m pengukuran dilakukan untuk memakai spot bolting
RMR 81 – 100
Full face dengan Lokalisasi, bolt
Batuan baik (kelas kemajuan 1 – 1,5 m pada atap 50 mm di Tidak ada
II) penyangga 20 m sepanjang3 m atap
RMR 61 – 80 dari face adakalanya
dengan wire mesh
Top heading dan Bolt sistematis
Batuan sedang bench dengan panjang 4 m dan 50 – 100 mm
(kelas III) kemajuan 1,5 - 3 m. spasi 1,5 – 2 m di di atap dan tidak ada
RMR 41 – 60 Penyangga dimulai atap dan di 30 mm di
setelah peledakan dinding. Pada dinding
dan 10 m dari face. atap dengan wire
mesh.
Top heading dan Bolt sistematis
Batuan jelek (kelas bench dengan panjang 4 – 5 m 100 – 150 Rib ringan –
IV) kemajuan 1 - 1,5 m dengan spasi 1 – mm di atap sedang
RMR 21 – 40 di top heading. 1,5 di atap dan di dan 100 mm dengan
Lakukan dinding dengan di dinding spasi 1,5 m
penyanggaan setiap wire mesh
10 m dari face
Multiple drift dengan bolt sistematis
kamajuan 0,5 – 1,5 panjang 5 – 6 m Rib sedang
Batuan sangat jelek m di top heading. dengan spasi 1 – 150 – 200 – berat
(kelas V) Buat penyangga 1,5 m di atap dan mm di atap, dengan
RMR < 20 setiap penggalian. di dinding dengan 150 mm di spasi 0,75
Shootcrete segera wire mesh. Bolt dinding dan dengan stell
dipasang setelah juga dapat 50 mm di face lagging dan
penggalian dipasang di lantai forepoling
3-28
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
1. Terzaghi, 1946 telah digunakan di Amenika Serikat selama lebih dan 35 tahun
dan berhasil pada terowongan dengan penyanggaan besi baja.
2. Lauffer, 1958 “Stand Up Time” dan “Active Span”, menentukan tipe dan jumlah
penyangga dalam terowongan secara lebih relevan.
3. Deere, 1967 Jndeks ‘Rock Quality Designation” / RQD, merupakan metode
sederhana untuk deskripsi kualitas inti batuan dan lubang bor.
4. Wickman, dkk (1972, 1974) Konsep “Rock Structure Rating” / RSR, merupakan
sistem pertama yang memberikan gambaran rating klasifikasi untuk memberikan
bobot dan parameter klasifikasi.
5. Bieniawski, 1973 Klasifikasi Geomekanika (RMR System), dapat digunakan untuk
“Rock Slope” dan fondasi, “Ground Rippability” dan masalah pertambangan
serta menyediakan data kuantitatif untuk memilih penguatan terowongan yang
modern, seperti “rock bolt” dan “shortcrete”.
6. Barton, Lien dan Lunde (1974) Sistim Klasifikasi Massa Batuan Q-System,
dikembangkan khusus untuk terowongan dan ruang bawah tanah serta
memberikan data kuantitatif untuk memilih penguatan terowongan yang modern,
seperti “rock bolt” dan “shortcrete“.
Meskipun demikian metode empiris ini perlu dilanjutkan dengan kegiatan pemantauan
untuk mengetahui deformasi tegangan batuan di sekitar penggalian yang sebenarnya,
untuk menjaga kestabilan dalam penggalian serta untuk memeriksa balik hasil dari
metode empiris dan metode analisa yang telah didapat.
Klasifikasi ini dikembangkan oleh Bieniawski, tahun 1973. Klasifikasi ini menggunakan
enam parameter yang kesemuanya dapat diukur di lapangan dan diperoleh dari data
lubang bor.
Enam parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan RMR adalah :
1. Uniaxial Compressive Strength Of Rock Material
2. Rock Quality Designation (RQD)
3. Spacing Of Discontinuities
4. Condition Of Discontinuities
3-29
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Prinsip penentuan nilai RMR dapat dilihat secara skematik pada struktur perhitungan
RMR dibawah ini.
Diterapkannya klasifikasi ini karena :
1. Sederhana dan mudah dimengerti.
2. Berdasarkan pada parameter yang dapat diukur dan dapat ditentukan dengan
cepat dan murah di lapangan.
3. Sifat-sifat yang penting dari massa batuan tercakup.
3-30
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
RMR < 20, maka batuan tersebut termasuk “Kelas Massa Batuan V / Very Poor
Rock”.
3. Apabila telah diketahui kelas massa batuannya maka kita dapat menentukan
“Average Stand Up Time “ dengan span tertentu serta Cohesion of rock mass
(Kohesi - kPa) dan Friction Angle of Rock Mass (sudut geser dalamnya).
4. Untuk melakukan penyesuaian rating (Rating Adjusment), lihat tabel Effect Of
Discontinuity Strike And Dip Orientation In Tunelling. Apabila telah kita
ketahui strike and dip orientationnya, lalu dilakukan penyesuaian rating (Rating
Adjusment).
5. Penyesuaian rating (Rating Adjusment for Discontinuity Orientation), nilai
RMR awal – bobot Orientasi Rekahan = nilai RMR akhir.
6. Setelah diketahui nilai RMR akhir, dapat diketahui kelas massa batuannya (I, II,
II, IV dan V) serta pemerian batuan :
a. Kelas I = Very good rock
b. Kelas II = Good rock
c. Kelas III = Fair rock
d. Kelas IV = Poor rock
e. Kelas V = Very poor rock
7 Petunjuk untuk penggalian dan penyanggaan (berlaku untuk tunnel dengan lebar
10 meter, berbentuk tapal kuda, v = 25 Mpa dan metoda penggalian dengan
pemboran dan peledakan).
Modified Basic Rock Mass Rating (MBR) adalah klasifikasi massa batuan hasil
pengembangan dari klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR). MBR
dikembangkan oleh ahli geoteknik yaitu Cummings dan Kendorski, pada tahun 1983.
Penerapan MBR yang pertama kali adalah pada tambang tembaga di Amerika Serikat,
dengan sistem penambangan Block Caving.
Block Caving merupakan cara penambangan bawah tanah dengan efisiensi sumberdaya
yang tinggi untuk melakukan penambangan, dimana blok-blok besar bijih dibawah tanah
dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat gaya beratnya sendiri.
MBR merupakan hasil penyesuaian yang beragam yang keluarannya berhubungan
dengan metode penyanggaan pada kondisi terowongan yang bervariasi. Kelebihan dari
MBR ini adalah :
1. Merupakan sistem klasifikasi yang kuantitatif.
3-31
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Dengan diterapkannya klasifikasi massa batuan MBR untuk Block Caving, parameter
yang akan diketahui adalah :
1. Strength of intact rock material / kuat tekan batuan
Kuat tekan batuan dapat diperoleh dari uji laboratorium, yaitu dengan cara
“Uniaxial Compressive Strength” dan “Point Load Stength Index”
2. Discontinuity Density, yang terdiri dari :
a. Rock Quality Designation (RQD)
RQD adalah penilaian kualitas massa batuan ditinjau dari hasil pemboran inti.
Besarnya nilai RQD ditentukan berdasarkan pengamatan core (inti) dari hasil
pengeboran inti. Harga RQD ditetapkan dari persentase perbandingan
jumlah panjang core yang utuh lebih panjang dari 10 cm dengan panjang
lubang bor. Besarnya harga RQD menunjukkan deskripsi massa batuannya.
RQD = Core dengan panjang >10 cm x 100 %
Panjang Core total (cm)
Prosedur pengukuran dan perhitungan RQD
Volumetric Joint Count (Jv) adalah jumlah kekar per meter kubik pada
setiap set kekar yang ada di lapangan. Sebuah pendekatan yang diberikan
antara Jv dan RQD adalah sebagai berikut :
RQD = 115 - 3,3 Jv
RQD = 100 untuk Jv < 4,5
Jv bisa digunakan bila tidak dilakukan pemboran inti.
b. Jarak rekahan / Spacing discontinuities
3-32
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Spasi bidang diskontinyuitas adalah jarak yang diukur tegak lurus antara dua
bidang diskontinyuitas (kekar). Spasi diskontinyuitas yang berdekatan
berperan mengontrol ukuran blok dan bentuk blok dari intact rock. Spasi
diskontinyuitas yang rapat dan terdiri dari tiga atau lebih set yang saling
berpotongan akan membuat blok-blok kecil, sehingga mengurangi kekuatan
batuan dan cenderung memberikan kohesi yang rendah. Sedangkan spasi
yang lebar cenderung memberikan kondisi keterikatan yang kuat antar material
penyusunnya.
3. Kondisi bidang diskontinyuitas / Condition of discontinuities.
Kondisi bidang diskontinyuitas meliputi kekasaran dari bidang diskontinyuitas,
separasi atau regangan, adalah jarak antara dua buah bidang diskontinyuitas,
kadang-kadang diisi oleh material pengisi dan pelapukan pada bidang lemah.
4. Kondisi air tanah / Ground Water Conditions
Kondisi air tanah dapat ditentukan dengan mengukur tekanan air yang keluar dan
kekar dan debit air sepanjang terowongan. Secara umum pengukuran air tanah
dilakukan dengan memperhatikan keadaan atap dan dinding terowongan secara
visual, sehingga diperoleh keadaan air di terowongan adalah kering, lembab,
basah, menetes dan mengalir.
5. Kerusakan Pembongkaran / Blasting Damage
Kerusakan dari pembongkaran ini dilihat dari metode dari pembongkaran
terowongan yang digunakan, yang secara langsung akan mempengaruhi besarnya
kerusakan pada daerah sekitar penggalian. Pengukuran kerusakan akibat
pembongkaran dilakukan dengan memperhatikan keadaan atap, dinding
terowongan secara visual.
6. Induced Stress
Besarnya tegangan vertikal ( v) dan tegangan horizontal ( h) yang terjadi pada
terowongan akan mempengaruhi besarnya Induced Stress. Besarnya tegangan
vertikal dan tegangan horizontal ditentukan dengan pengujian geomekanik.
7. Fracture Orientation
Fracture Orientation adalah kedudukan relatif dan bidang diskontinyuitas
terhadap sumbu lintasan lubang bukaan bawah tanah, hal ini akan
mempengaruhi kestabilan dan terowongan. Fracture Orientation ditentukan oleh
jurus (strike) dan kemiringan (dip) rekahan. Orientasi yang tidak menguntungkan
adalah sumbu penggalian sejajar dengan dengan jurus dan joint, sehingga
mengakibatkan besarnya volume yang cenderung tidak stabil. Orientasi optimum
dapat dicapai pada posisi sumbu terowongan tegak lurus dengan jurus
3-33
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-34
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
1. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan
sesuai arahan dari direksi, tenaga ahli dan pengawas lapangan.
b. Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya segera
dikeluarkan dengan blower dari dalam terowongan sebelum pekerja masuk ke
terowongan.
c. Pemasangan Steel Support, Rock Bolt, Forepolling sesuai arahan dari direksi,
Tenaga Ahli dan pengawas lapangan.
d. Kontraktor pelaksana segera membuat Pembuatan ground profile (potongan
memanjang tanah/bukit), dan ground section (potongan melintang tanah/bukit),
sesuai dengan arahan dari direksi dan tenaga ahli.
e. Perkuatan lereng dengan shotcrete, harus sesuai dengan rencana yaitu 10 cm.
f. Perkuatan lereng dengan shotcrete yang dikombinasi dengan anchor bar &
drain holes.
g. Sebelum pekerjaan shotcrete dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan
pengeboran pada titik-titik yang telah ditentukan untuk rencana pemasangan
anchor bar atau drain holes.
h. Selama penggalian terowongan berlangsung sistem drainase harus mendapat
perhatian karena pekerjaan shotcreteing tidak dapat dilaksanakan pada bagian
yang terdapat sumber airnya. Demikian pula saat mucking air yang ada dalam
terowongan harus disalurkan keluar dengan baik agar tidak mengganggu
transportasi angkutan bahan galian keluar terowongan.
i. Kontrol survai juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan sangat teliti,
karena jika terdapat kesalahan sedikit saja akan menimbulkan arah
(alignment) terowongan bisa berubah. Kontrol survai ini untuk memantau
alignment (tunnel axist), slope dan diameter dari terowongan.
j. Pengecekan secara menyeluruh permukaan galian terowongan untuk
mengetahui apakah galian terowongan telah masuk desain line atau belum.
Dalam hal ini survai terhadap alignment, elevasi dan diameter hasil galian sudah
3-35
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
selesai atau belum. Jika ternyata ada permukaan galian yang belum sesuai
dengan desain perlu adanya galian susulan yang untuk ini dapat dilakukan
dengan alat ”giant breaker” atau alat lain yang sesuai.
k. Penyiapan dan pemasangan baja tulangan (reinfoced bar) Apabila terowongan
harus dilapisi dengan beton bertulang perlu disiapkan pabrikasi tulangan sesuai
dengan working drawing yang telah disetujui Engineer. Apabila pabrikasi baja
tulangan telah selesai dibuat, dapat dilanjutkan dengan pemasangan ditempat
yang akan dicor.
l. Penyiapan dan pemasangan bekisting (form work) untuk terowongan harus
sesuai arahan direksi dan tenaga ahli.
m. Penyiapan peralatan pembetonan berikut penerangan, Jika persiapan lapangan
telah cukup selanjutnya penyiapan concrete pump agitator truck (AT), vibrator
untuk pemadatan beton, peralatan untuk test beton, lampu penerangan dan
sarana kerja lainnya yang diperlukan harus sesuai dengan arahan direksi dan
tenaga ahli.
2. Kualitas Pekerjaan.
Kualitas beton yang digunakan harus sesuai spesifkasi teknis dan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang 1971 (PBI-1971)
dan SK.SNI.T-15.1991-03
3. Pelaksana segera menyampaikan Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’CM’
(Construction Method).
Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’CM’ (Construction Method) merupakan
urutan pelaksanaan pekerjaan terowongan yang logis secara teknik sehubungan
dengan tersedianya sumber daya dan alat yang dibutuhkan dalam kondisi medan
kerja pada terowongan, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif, efisien,
ekonomis dan aman.
A. Project Plan
Denah fasilitas proyek (jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain)
Lokasi pekerjaan
Jarak angkut
Komposisi alat (tingkat produktivitas alatnya)
Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan
pelaksanaan
3-36
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-37
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
3-38
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Tabel 3-6 Estimasi Perbandingan Biaya Konstruksi Terowongan Rencana Awal, Perkuatan Ekstra dan Pindah Jalur.
DEVIASI TERHADAP
NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH BIAYA
TEROWONGAN NORMAL
1 GALIAN TEROWONGAN NORMAL 136,758,696,817
2 GALIAN OPEN PIT 475 m 154,985,891,843 - 18,227,195,026
3 GALIAN OPEN PIT 175 m 145,245,410,195 - 8,486,713,378
3-39
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Terdapat deviasi Rp. 18.227.195,026,- untuk galian open pit 475m dan deviasi Rp.
8.486.713,378,- untuk galian open pit 175m, pada Pekerjaan Terowongan jika
dilaksanakan perpindahan jalur, tetapi untuk faktor keamanan dan kelayakan
terowongan, tentunya hal ini alternatif terbaik. Dan Konsultan mengusulkan untuk
perpindahan jalur terowongan agar pelaksanaan pekerjaan Terowongan dapat berjalan
lancar, cepat dan aman atau layak dilaksanakan.
3-40
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
4. BAB 4
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 KESIMPULAN
4-1
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
4.2 REKOMENDASI
4-2
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
LAMPIRAN - LAMPIRAN
4-3
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
GAMBAR DESAIN
TEROWONGAN
4
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
5
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
TEROWONGAN 2 1 9 10
2
3
4 11
5
6
7
T.260
8
?
Z =
T.2
E = 303
61
N = 652 123 °56
3.0
BM BM 148
= '01 160 156 152 149 TP .895
-B 906 153 .94 " -A BO .65 BO .46 BO .49 BO .84 -01
T.188
021 .10 0
T.192
T.201
T.189
T.190
T.191
T.193
T.194
T.195
T.196
T.197
T.198
T.199
T.200
T.232
T.241
T.202
T.203
T.204
T.205
T.206
T.207
T.208
T.209
T.210
T.211
T.212
T.213
T.214
T.215
T.216
T.217
T.218
T.231
T.233
T.234
T.235
T.236
T.237
T.238
T.239
T.240
T.242
T.243
T.244
T.251
T.219
T.220
T.221
T.222
T.223
T.224
T.225
T.226
T.227
T.228
T.229
T.230
T.245
T.246
T.247
T.248
T.249
T.250
T.252
T.253
T.254
T.255T.255
T.256
T.257
T.258
T.259
R-0 6 R-0 8 2 R-0
T.2
6.9 9 115 R-0 1
5 4 2
T.259
BO 3.9 1
T.257
62
60 T.187 04 R-0
906
652 023 3
10
0.6 132
11
.70 92
0
3.10°
0.0 .80
157
3.8
6
5
54
0
.01
+125
+125
3
164
Alt TROWONGAN 2
.10
.2
+130
7
77
82
170 164
15
+120
.39 .65
123.400
5 4
123.200
+
119.400
09
122.250
124.500
159
57
+120 124.600
120.400 .88
+
123.900
119.890
6
119.900
123.500 124.400
120.000
119.850
+
121.000
123.200 165
+
119.940
.01
122.000
124.200
+ 123.000
.51
119.990 127.500
.44
122.890
121.500
124.000 126.900 3
+
123.450
122.700 123.200
126.500
166
+
123.700
124.200 123.890
126.200
.02
+
124.400 123.950
123.950
124.500
125.100
4 171 172
123.900
+
124.550
167 .90 .60
124.700
+
0
125.000
123.990 124.7500
906 .83 0
650 117 5 171
872 4.6 906 .90
17
.21 77
8 650 121 0
822 2.460
.18
45
3
.00
.2aa
RBK
gan
won
Tero
et
Outl
Terowongan RBK.2aa
2-2-19
30-1-19 31-1-19 1-2-19 45.395
35.598 00.000 43.4411
5.16
DATUM :
NAMA PATOK
KONDISI SAAT INI / EXISTING
T.188 T.189 T.190 T.191 T.192 T.193 T.194 T.195 T.196 T.197 T.198 T.199 T.200 T.201 T.202 T.203 T.204 T.205 T.206 T.207 T.208 T.209 T.210 T.211 T.212 T.213 T.214 T.215 T.216 T.217 T.218 T.219 T.220 T.221 T.222 T.223 T.224 T.225 T.226 T.227 T.228 T.229 T.230 T.231 T.232 T.233 T.234 T.235 T.236 T.237 T.238 T.239 T.240 T.241 T.242 T.243 T.244 T.245 T.246 T.247 T.248 T.249 T.250 T.251 T.252 T.253 T.254 T.255 T.256 T.257 T.258 T.259 T.260 T.261 T.262
30.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 15.00 25.00 25.00 25.00
14421.05
14428.50
14458.50
14483.50
14508.50
14533.50
14558.50
14583.50
14608.50
14633.50
14658.50
14683.50
14708.50
14733.50
14758.50
14783.50
14808.50
14833.50
14858.50
14883.50
14908.50
14933.50
14958.50
14983.50
15008.50
15033.50
15058.50
15083.50
15108.50
15133.50
15158.50
15183.50
15208.50
15233.50
15258.50
15283.50
15308.50
15333.50
15358.50
15383.50
15408.50
15433.50
15458.50
15483.50
15508.50
15533.50
15558.50
15583.50
15608.50
15633.50
15658.50
15683.50
15708.50
15733.50
15758.50
15783.50
15808.50
15833.50
15858.50
15883.50
15908.50
15933.50
15958.50
15983.50
16008.50
16033.50
16058.50
16083.50
16108.50
16133.50
16158.50
16173.50
16198.50
16223.50
16248.50
JARAK KOMULATIF (m)
LINING SALURAN
TYPE BANGUNAN
A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=2.75 m m=0.50 m
DIMENSI DAN DATA LAINNYA K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025
10
0.00
179
180
.15
.63
6
3
TEROWONGAN 2 176
177
.97
.65
170
171
.17
.61
9
9
166
167
.03
.36
4
5
.22
160 9
.52
161 9
.32
1
158
159
.82
.12
7
4 .36
158
.73
159
3
6
.71
159 1
.34
.38
158
1 156
.97
4
157
156
.91
9
153
.88
155 2
.72
156 6
.28
153
154155 .70
.62 .10 4
9 6
154
.50
6 153
153
.93
9
1
.25
8
152
.81
6
152
150 .07
.17 6
151
.13
149 2
149.93
.903
1
148
148
.71
149
148.764
.38
.19
150 5
3
149
149.53
.74
5
150
.70
149 1
.98
5
148
1
149
.40
.02
4
4
2
3
4
5
9
11
10
T.260
5 .33 158 2 .66 3 150 4 .63 148
Z = 181 .62 .66 6
.16 .55 157 5 151 152 148. 7
150
T.260
8 3 8 2 .95 584 .91
E = 303 .94
180
8 169 161 6 .97 156 .20 .73 150
.61 .98 8
BM N = 652 123°56'01 BM 182 2 181.56 .38 163 .01 160
159 5 .72 155 154 1531 4 .93 151 4 1 147. 8
T.2
021 .10 0 8 3 177.872 2 6 .03 158 157 9 151 4 .94 149. .6779 .69
T.188
.78 .79
T.189
T.190
T.191
T.192
.44 .60 8
8
5
T.193
T.194
61
T.195
.45
T.196
7 046
T.197
T.198
T.199
T.200
181
T.202
3.0
148
T.203
172
T.204
T.205
171.166
T.206
165 6
T.207
161
T.208
160
T.209
6.9 9 158 2
T.210
T.212
147.
T.213
157 7
T.214
156 156 155
T.215
T.216
T.217
T.218
.093 154
T.219
T.220
183 181 153
T.221
T.222
152 153
T.223
184.82
T.224
T.187 149
T.225
182.85
T.226
T.227
60 TP- .895
T.228
T.229
183 165.22 75149
T.230
T.231
.60 .91 .50 BO
.54 .65 .96 .69 157.256 BO
.37 .46 .34
T.232
.992
T.233
T.234
.07 .76
T.235
.2235
T.236
T.237
.75 2
.131 177 BO .49 .82
T.238
T.239
.61 .92
T.240
T.241
.78 .84
T.242
.862
T.243
906 177 8
T.244
161 8
T.245
.72 5 6 149. BO
T.246
T.247
R-0 01
T.248
.30 3 6
T.249
177 1 8
T.250
155 3
T.251
2 R-0
T.252
T.253
154 3 2
T.254
155 5
T.255
T.256
2 153 R-02 2 7
T.257
T.258
8 4
T.259
.98
179.40 115 147.
T.2
652 023 184 4 182 9 .81 149. 562 R-0 1
T.2
.50 175 2 .00 161 5 4 .54
3 160 155 .143 BO 3.9 154 151
T.259
0.69 132 .95 .342 5 3 .28 153 571 758 1
4 .43 154 .622 148
62
.25 4
62
.700 2 185 2 .96 7 .81 159 157 3 .57 R-0 04154 .48 .76 149. 149 148.54
4°
2 6 168 1 .12 158 152. .11 .76 147.
6 .01 6 3 4 531 .95 .514
33.3
.75
5 183 179 175 164 .01
3 162 4 .19
3 3 155
153
155.00
592 9
156 8
.55 .93 8 625
3 5
.65 .63 .06 .94 169 162 157 .98 154 152. 4
.17 2 .85 147. 150. 153 150.00 6
T.2
187 9 6 .47 2 .35 .99 543
174 170.46 3 2 8 148 147.
654 150 12
.40 153. 154 154.
63
.49 179 174 156
3.20°
3.20°
175.86 171.995 167 164 161 159 .22 155 156
6 184 .72 .52
.62 .255 .11 155 .69 845 150. 155 2 365 156 .74 .15145.00 848
156 .865 .35
189 .28 1 .758
3
7
3 9 168
169 8 164 .252 .45
3
.95
4 159 158 157 .16 4 152 793 156.81 153. 6.003 157 2
171 .93.89 155 140.00 4 157 .94
+125
.08
189 4
5
177
171
9 6 166.978 .26 .16 .09 .52 7 146. .78 .572 661
156. .80
.28 9 156
173.67
.34 166 163 151.3 4
19
.71 161 158 9 155 5 .84
159 2 7 148 794
+130
.92 180 .04 1 163 .89 160 7 155 078 154. 135.00 029 5
54
6 7 .31 169 1 .50 164164
.43 2 .88 159.34 158.45 156
157 155
156 .60
.909 .90 158
186 .78 6 171.50
.106 1
.43 1.10 162 8 .91 .919 .91
.61 .77
.30 1 148.
3 153 157 154. 152 .05 157. 158
.8
.07 4 178 167
166 8 .791
76 311 151. 130.00
2 095 159
192 .749 4 152 157. .21
160 6 .31 .58 245
.2
3 174 .12 168.20 5 7 .39 161 160 028 .29
.27 173 7 .52 2 148. .02 5 8 091
76
3 182 .98 2 .7321 .28 .60 .15 159 157
74 2
158. 160 6 158. 160
158
82
.77 1 179 .13 2 8 7 161 9 .28 .17 155. 160 33
.68 .14
+ 120 1 162 .37 5 150. 509 .06 885 .48
2 .28 175 169 164 163 5 150. 158 158. 9 4
.20 7 158 222 155. 8841 160.
177 180 5 .75 .18 154
.93 .73 175 170 .196 9
164 163 163 4 162 161
.28
.36 152
915
.91 71 .04
4 130.00
159.
125 163 161.
388
163
160
1 .84 168 .39 164.57 .99 159 9 .08 156. .05 674 2
.33
+ 120 8 165 .65 .23 3 8 151. 159. .39 3 3
4 .99 5 .211 160.67 714 135.00
9
15 176 .65 4 164 8 164 024 329 162 7 162
Alt TROWONGAN 2
7 3 163 .245 163.
.11 168 7 164 .03 .80
5 .72 4
157. 140.00 159. .60 165 255 .11
24
8 .06 159 025 9 1
164. .445
.49 165 3 150. 606
5 1 .20 .88 728 6 157.
166 7 145.00 236
.85
166 2 6 160. 056
165 .26 .01 165. 194 156. 150.
1 150.00
.44 4 181 152 694
0
3 167 743
166 160. 156. .77 153.
.07 164 952 155.00
142 239
.02 155.77
167
155.796
.76
167.151
166.275
164.369
167
166.145
4 9 171
166.852
167.965
.83 5 172 168. 161.
169.584
170.681
171.926
167 .96
172.378
5 .90 .60 299 241
+ 125 169 906 .83 5 0 0 161.
.36 650 117 5 171 588
169.
302
8 872 4.6
170 .21 77 906 .90 160.
8 650 121 0 966
171 .989 822 2.460 076
170.
.56 .18 170.
5 3
3.20°
3.20°
457
+130
1745.0000
174.0000
Terowongan RBK.2aa
148.695
5.16
DATUM :
KONDISI SAAT INI / EXISTING
NAMA PATOK T.188 T.189 T.190 T.191 T.192 T.193 T.194 T.195 T.196 T.197 T.198 T.199 T.200 T.201 T.202 T.203 T.204 T.205 T.206 T.207 T.208 T.209 T.210 T.211 T.212 T.213 T.214 T.215 T.216 T.217 T.218 T.219 T.220 T.221 T.222 T.223 T.224 T.225 T.226 T.227 T.228 T.229 T.230 T.231 T.232 T.233 T.234 T.235 T.236 T.237 T.238 T.239 T.240 T.241 T.242 T.243 T.244 T.245 T.246 T.247 T.248 T.249 T.250 T.251 T.252 T.253 T.254 T.255 T.256 T.257 T.258 T.259 T.260 T.261 T.262
30.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 15.00 25.00 25.00 25.00
14421.05
14428.50
14458.50
14483.50
14508.50
14533.50
14558.50
14583.50
14608.50
14633.50
14658.50
14683.50
14708.50
14733.50
14758.50
14783.50
14808.50
14833.50
14858.50
14883.50
14908.50
14933.50
14958.50
14983.50
15008.50
15033.50
15058.50
15083.50
15108.50
15133.50
15158.50
15183.50
15208.50
15233.50
15258.50
15283.50
15308.50
15333.50
15358.50
15383.50
15408.50
15433.50
15458.50
15483.50
15508.50
15533.50
15558.50
15583.50
15608.50
15633.50
15658.50
15683.50
15708.50
15733.50
15758.50
15783.50
15808.50
15833.50
15858.50
15883.50
15908.50
15933.50
15958.50
15983.50
16008.50
16033.50
16058.50
16083.50
16108.50
16133.50
16158.50
16173.50
16198.50
16223.50
16248.50
JARAK KOMULATIF (m)
LINING SALURAN
TYPE BANGUNAN
A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=3.00 m m=0.50 m A=6.380 m2 Q=3.20 m3/dt b=2.75 m m=0.50 m
DIMENSI DAN DATA LAINNYA
K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025 K=60 V=0.54 m/dt h=1.40 m i=0.00025
6
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
PERUBAHAN JALUR
KONSTRUKSI TEROWONGAN
7
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
Alternatif Jalur
Terowongan II baru
untuk menghindari
daerah tempat
daerah tempat berkumpulnya berkumpulnya air
genangan air, dinding
terowongan tidak aman
8
Justifikasi Teknis
Penyelesaian Pembangunan Bendung Pengalih Rababaka Dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Tanju Dan Bendungan
Mila (Rababaka Kompleks) Paket II di Kabupaten Dompu
SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I
JOIN INSPECTION
INSPEKSI BERSAMA