Anda di halaman 1dari 164

i

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN


JEMBATAN

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


i

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA,
KATA Modul Pelaksanaan dan pengawasan jembatan dalam kurikulum Diklat
Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan ini dapat
PENGANTAR tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul diklat ini.
Besar harapan kami, Modul Pelaksanaan dan pengawasan jembatan
dalam kurikulum Diklat Teknis Jabatan Dasar II ini dapat membantu
meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga, baik di pusat maupun daerah, untuk dapat menerapkan serta
mengidentifikasi pekerjaan pengawasan dan pelaksanaan badan jalan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam menyempurnakan Modul
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan ini.

Bandung, Desember 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan


Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman,
dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


ii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan. Oleh karena itu,
sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai Anda mempunyai
gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup modul ini.
2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep
pentingnya.
3. Segeralah membuat Ringkasan Materi tentang hal-hal esensial yang
terkandung dalam modul ini
4. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang isi modul ini, tangkaplah
konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan
antara konsep yang satu dengan konsep lainnya.
5. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah sumber-sumber lain yang
relevan baik berupa kebijakan maupun subtansi bahan ajar dari media
cetak maupun dari media elektronik.
6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman Anda tentang isi
modul ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri,
kemudian lihat kunci jawabannya.
7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman
sejawat atau widyaiswara atau catat untuk bahan diskusi pada saat
tutorial.
8. Peserta membaca dengan seksama setiap Sub Kegiatan belajar dan
bandingkan dengan pengalaman Anda yang dialami di lapangan.

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


iii

DAFTAR ISI

BAB 1 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON


DAN BAJA 1
I. PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN 2
1.1 PENGERTIAN 2
1.2 RUANG LINGKUP 2
1.3 KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN 3
1.3.1 Pekerjaan Beton 4
1.3.2 BAJA TULANGAN 12
1.4 Latihan soal 14
1.5 Rangkuman 14
BAB 2 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
15
2.1 PONDASI TIANG PANCANG 17
2.2 TIANG PANCANG KAYU 17
2.2.1 TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN
PRACETAK 21
2.2.2 Tiang Pancang Baja 24
2.2.3 Pemancangan 27
2.2.4 Tiang Bor32
2.2.5 Toleransi Tiang Pancang dan Tiang Bor 36
2.2.6 Turap 37
2.3 PEKERJAAN PONDASI SUMURAN 37
2.4 Latihan soal 41
2.5 Rangkuman 41
BAB 3 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BANGUNAN
ATAS 42
3.1 PEKERJAAN JEMBATAN BETON BERTULANG 43
a. Acuan 44
b. Penulangan 45
c. Urutan Pengecoran 45
d. Pengecoran 46

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


iv

3.2 JEMBATAN BETON PRATEGANG 48


3.2.1 Pra-penegangan 50
3.2.2 Metode Penegangan Sebelum Pengecoran 50
3.3 BAJA STRUKTUR 52
3.4 KETENTUAN 57
3.5 PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB 59
3.6 BAGAN ALIR PENGAWASAN 56
3.7 RANGKUMAN 56
3.8 Latihan soal 57
3.9 Rangkuman 57
BAB 4 PENGENDALIAN MUTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
JEMBATAN 58
4.1 PENGERTIAN 59
4.2 PERANAN DAN TUGAS 59
4.3 PENGAMBILAN CONTOH 61
4.4 PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU 63
4.5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU 65
4.5.1 Pekerjaan Beton 65
4.5.2 Beton Prategang 10
4.5.3 Baja Tulangan 13
4.5.4 Baja Struktur 15
4.5.5 Tiang Pancang 18
4.5.6 Sumuran 19
4.6 DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU 19
LAMPIRAN D : 19
Direksi Teknis : Penyedia Jasa : 20
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 20
TANDA TANGAN CATATAN 20
DAFTAR SIMAK 20
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 22
TANDA TANGAN CATATAN 22
DAFTAR SIMAK 22
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 23
TANDA TANGAN CATATAN 23

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


v

DAFTAR SIMAK 23
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 24
TANDA TANGAN CATATAN 24
DAFTAR SIMAK 25
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 26
TANDA TANGAN CATATAN 26
DAFTAR SIMAK 26
Direksi Teknis : Penyedia Jasa : 28
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 28
TANDA TANGAN CATATAN 29
D. 3b. Pemasangan Baja Tulangan 30
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 30
TANDA TANGAN CATATAN 30
DAFTAR SIMAK 31
DAFTAR SIMAK 32
TANDA TANGAN CATATAN 33
DAFTAR SIMAK 33
TANDA TANGAN CATATAN 34
DAFTAR SIMAK 34
TANDA TANGAN CATATAN 36
DAFTAR SIMAK 36
TANDA TANGAN CATATAN 38
DAFTAR SIMAK 39
Direksi Teknis : Penyedia Jasa : 40
TANDA TANGAN CATATAN 40
DAFTAR SIMAK 41
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 42
TANDA TANGAN CATATAN 42
DAFTAR SIMAK 42
D. 12. Sandaran Railing 40
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 41
TANDA TANGAN CATATAN 41

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


vi

DAFTAR SIMAK 42
TANDA TANGAN CATATAN 43
D. 16. Pengelasan sambungan 44
3.8 Latihan soal 44
3.9 Rangkuman 44
IV. PENUTUP 48

Modul Pelaksanaan dan Pengawasan Jembatan


DAFTAR TABEL

Tabel IV.1. Format Instruksi Kerja 33


Tabel V.1. Kunci Jawaban 38

vii Modul K3
DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1. Perlengkapan Keselamatan Kerja 29


Gambar IV.1. Dokumen Sistem Mutu Untuk Kontak 1 31
Gambar IV.2. Dokumen Sistem Mutu Untuk Kontak 2 31

viii Modul K3
BAB 1 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN BETON DAN BAJA

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


1.1 PENGERTIAN
Untuk pengendalian pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan penjaminan pelaksanaan
pekerjaan tersebut sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditetapkan di dalam kontrak
jasa konstruksi, diperlukan pengawasan/supervisi yang juga berperan membantu Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) dalam melaksanakan administrasi teknis pekerjaan pada lokasi
kegiatan yang sedang berlangsung. Untuk itu dipersiapkan:

1. Instruksi Lapangan yaitu memo tempat Direksi Teknis mencatat instruksi /


pengarahan kepada Penyedia Jasa.
2. Lembar Monitoring Penerimaan Material adalah lembar pemeriksaan tempat
Inspector
mencatat hasil pengawasan penerimaan material di lokasi pekerjaan.
3. Lembar Pemeriksaan Pekerjaan adalah lembar pemeriksaan tempat Inspector
mencatat hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
4. Lembar Pemeriksaan Pengujian adalah lembar pemeriksaan tempat Lab.
Technician
mencatat hasil pengawasan pelaksanaan pengujian mutu pekerjaan.
5. Buku Komunikasi adalah buku tempat Direksi Teknis mencatat semua kegiatan,
rencana kegiatan dan kondisi lapangan. Berfungsi sebagai alat komunikasi antar
personil Direksi Teknis.

1.2 RUANG LINGKUP


Lingkup pekerjaan supervisi jembatan secara umum adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis pada jembatan yang ditangani agar
dipreroleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi teknik, sehingga terhindar
dari resiko kegagalan konstruksi .
2. Melaksanakan pengawasan teknis terhadap pekerjaan di lapangan secara profesional,
efektif dan efisien, pada setiap tahapan kegiatan dan memahami prosedur atau
metode pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengendalian mutu pekerjaan dilapangan dengan menerapkan prosedur kerja, uji
mutu bahan olahan dan hasil pekerjaan pada setiap tahapan kegiatan pekerjaan
sesuai persyaratan dalam dokumen kontrak.
4. Menyiapkan laporan progress pekerjaan dilapangan, dan sistem administrasi
pekerjaan serta membuat rekomendasi setiap permasalahan yang timbul dilapangan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 2


5. Membuat laporan teknis (bila diperlukan) pada setiap terjadinya perubahan kinerja
pekerjaan.
6. Monitoring secara berkala dan mengevaluasi performa/kinerja hasil pekerjaan
dilapangan.
7. Verifikasi progres fisik dan progres keuangan yang diajukan oleh penyedia jasa
konstruksi (kontraktor).

Pekerjaan yang dapat dimulai pelaksanaannya hanya pekerjaan yang Request-nya telah diterima
oleh Direksi Teknis. Dalam tahapan aktivitas konstruksi, Direksi Teknis akan melakukan aktivitas
pengawasan teknis terhadap pekerjaan Penyedia Jasa (Kontraktor), dari aktivitas pengendalian
mutu sejak proses pengolahan bahan hingga prosedur kerja sampai hasil pekerjaan dapat
terlaksana sesuai ketentuan.
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :
1. Pekerjaan selesai tepat waktu (Pengendalian Waktu).
2. Pekerjaan selesai tepat biaya (Pengendalian Biaya).
3. Pekerjaan selesai dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu)
4. Pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas (Pengaturan Lalu
Lintas).
5. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja.

1.3 KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN


Kegiatan pelaksanaan pekerjaan Jembatan terdiri dari antara lain :
 Pekerjaan Beton
 Pekerjaan Beton Prategang
 Pekerjaan Baja Tulangan
 Pekerjaan Baja Struktural
 Struktur Jembatan Baja
 Pekerjaan Tiang Pancang
 Pengawasan Pekerjaan Pondasi Caison
 Pekerjaan Adukan Semen
 Pekerjaan Pasangan Batu
 Pekerjaan Rip Rap dan Bronjong
 Pekerjaan Sambungan Ekspansi
 Pekerjaan Perletakan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 3


 Sandaran Jembatan Baja

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 4


Adapun penjelasan rinci atas beberapa/sebagian kegiatan pelaksanaan pekerjaan utama jembatan
dapat diuraikan sebagai berikut :

1.3.1 Pekerjaan Beton


1.3.1.1 Umum
1). Uraian
Pekerjaan utama dalam struktur jembatan adalah pekerjaan beton. Beton pratekan, baja tulangan
dan baja struktur. Beton merupakan salah satu pekerjaan struktur utama jembatan karena hampir
80 % atau seringkali lebih pekerjaan jembatan adalah pekerjaan beton.
Secara umum pelaksanaan beton akan mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang,
beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak dan beton untuk struktur baja komposit.
Pekerjaan ini meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup
beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.

1.3.1.2 Pelaksanaan
1) Pembetonan
a. Penyiapan Tempat Kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton yang baru.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam
pekerjaan tanah untuk galian dan timbunan, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang
stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan
aman.
Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau
di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam
dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 5


Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum
menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat
diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian
kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah
di bawah pondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman pondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi
atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan
dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran
sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan
seperlunya.

b. Acuan
(1) Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak
diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan
kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus
ditumpulkan.
Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan
beton dengan memberikan pelumas (oil form).

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 6


c. Pengecoran
Pelaksanaan Pengecoran
(1) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam ( final setting).
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal
serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk
memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
(2) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran
beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak
hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
(3) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa
menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
(4) Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan
awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium, atau
dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan ( setting time)
semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat
proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(5) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi
sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan selesai.
(6) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir
beton. Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
(7) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan
yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 7


melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 30 cm
menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
(8) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka
beton harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-Bottom-Bucket, dimana
pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan beton tremi maka campuran
beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa agar campuran tersebut mempunyai
slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran secara keseluruhan dari bagian
dasar sampai atas tiang pancang selesai dalam masa setting time beton. Untuk itu
harus dilakukan campuran percobaan dengan menggunakan bahan tambahan
(retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton, yang lamanya tergantung dari
lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian pipa tremi serta volume beton
yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap air dan mempunyai ukuran yang
cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan baik.
Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat
maka tremi harus ditarik sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.
Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
(9) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton yang baru.
(10) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
(11) Dalam waktu 24 jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton, tidak
boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di
atas permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 jam setelah pengecoran dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 8


(12) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat
Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan
beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
d. Pemadatan
(1) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan
yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok
untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam
acuan.
(2) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di
antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan
sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
(3) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
(4) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
(5) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam
acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut
akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara
perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45
cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau
permukaan beton sudah mengkilap.
(6) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 1.1. - Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
3
Kecepatan Pengecoran Beton (m Jumlah Alat
/ jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 9


3
Apabila kecepatan pengecoran 20 m /jam, maka harus digunakan alat penggetar yang
mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
(7) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat
awal (initial setting).
e. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
(3) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang
diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak boleh
ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan demikian.
Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan konstruksi
harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada
titik dengan gaya geser minimum.
Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman paling sedikit
4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas
2
maksimum 40 m .
Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan bilamana pekerjaan terpaksa
mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan
pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuatnya.
Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada
pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
f. Beton Siklop
Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa dengan batu- batu
pecah ukuran maksimum 25 cm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan
merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


0
Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah
tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu harus dilindungi
dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah maksimum 30 cm dan jarak
terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup
(caping).
2. Pengerjaan Akhir
a.Pembongkaran Acuan
(1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur
yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan
perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan yang diberi
hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang
terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak
lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
(1) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan
untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau
dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan mortar
dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran
acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang
tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan
harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh ( sound), membentuk permukaan
yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan
adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang.
Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian
semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


1
didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
c. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
(1) Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar
bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah
pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain
yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit
kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus
digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton.
Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan,
tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang
dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d. Perawatan Beton
(2) Perawatan Dengan Pembasahan
(1) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur
yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
(2) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum
terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam
waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan
penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.

(3) Bilamana acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Pasal 7.1.3.2).a), maka acuan
tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 12
(4) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.
(5) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi
sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28
hari.
e. Perawatan dengan Uap
(1) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi,
tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan
Direksi Pekerjaan.
(2) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana
beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
(i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan luar.
o
(ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38 C
selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
o
berangsur-angsur sehingga mencapai 65 C dengan kenaikan temperatur
o
maksimum 14 C / jam secara bertahap.
(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh
o
melebihi 5,5 C.
(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan
o
tidak boleh lebih dari 11 C per jam.
(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak
o
boleh lebih dari 11 C dibanding udara luar.
(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
(vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
(3) Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 13


(1) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya
agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.
f. Perawatan dengan Cara Lain
(1) Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air
meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya
dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka
harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
(2) Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran
kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini
aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung.
(3) Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding
penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan.

1.3.2 BAJA TULANGAN


1.3.2.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan coated dan tidak coated
sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

1.3.2.2 Pelaksanaan
1. Penyimpanan dan Penanganan
a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi
lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.

2.Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk
mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.
2. Pembengkokan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 14


a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang
yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak
terlalu berubah banyak.
b) Batang tulangan dengan diameter lebih besar dari 20 mm harus dibengkokkan dengan
mesin pembengkok.
3. Penempatan dan Pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi
atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebutuhan selimut
beton minimum yang disyaratkan dalam ketentuan di atas, atau seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar,
tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada
titik dengan tegangan tarik minimum.
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum harus 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar atau
secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi Pekerjaan
menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah
sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS D
2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.

g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 15
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja).
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul
perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.

1.4 Latihan soal


Berikut ini, sebagai alat ukur mengukur tingkat pemahaman pelatihan dalam pembelajaran materi
pemeliharaan jembatan, adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan cakupan pekerjaan beton.
2. Jelaskan tujuan pemberian air atau pelumas di sisi dalam acuan beton.
3. Bagaimana cara pengecoran beton agar tidak terjadi segregasi.
4. Jelaskan mengapa pada saat penegecoran beton harus dipadatkan dengan alat penggetar.

1.5 Rangkuman
Untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditetapkan
di dalam kontrak jasa konstruksi, diperlukan pengawasan/supervisi yang juga berperan membantu
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam melaksanakan administrasi teknis pekerjaan pada lokasi
kegiatan yang sedang berlangsung. Untuk pengawasan itu dipersiapkan : Instruksi Lapangan,
Lembar Monitoring Penerimaan Material,Lembar Pemeriksaan Pekerjaan, Lembar Pemeriksaan
Pengujian ,Buku Komunikasi.
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :Pekerjaan selesai tepat
waktu (Pengendalian Waktu),Pekerjaan selesai tepat biaya (Pengendalian Biaya),Pekerjaan selesai
dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu), Pelaksanaan pekerjaan tidak
mengganggu kelancaran arus lalu-lintas (Pengaturan Lalu Lintas),Pekerjaan dilaksanakan dengan
mengutamakan keselamatan kerja.
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan Jembatan terdiri dari antara lain :Pekerjaan Beton,Pekerjaan
Beton,rategang,Pekerjaan Baja Tulangan,Pekerjaan Baja Struktural,Struktur Jembatan
Baja,Pekerjaan Tiang Pancang,Pengawasan Pekerjaan Pondasi Caison,Pekerjaan Adukan
Semen,Pekerjaan Pasangan Batu,Pekerjaan Rip Rap dan Bronjong,Pekerjaan Sambungan
Ekspansi,Pekerjaan Perletakan,Sandaran Jembatan Baja.
Pelaksanaan pekerjaan beton meliputi : penyiapan material, penyiapan tempat kerja, acuan,
pengecoran, pemadatan, pengerjaan akhir ( pembongkaran acuan, finishing permukaan beton,
perawatan beton.
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 16
Pekerjaan baja tulangan meliputi : penyimpanan, pembengkokan, penempatan dan pengikatan.

BAB 2 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 17


Bangunan bawah jembatan terdiri dari kepala jembatan dan pondasi. Kepala jembatan yang digunakan
dapat berupa pasangan batu disebut dengan istilah gravitasi, dapat juga berupa kontruksi beton bertulang
disebut kantilever serta dapat berupa poer. Sedangkan pada pilar dapat berupa pile cap dan pilar
berkolom tungal atau majemuk yang dihubungkan oleh cross head (balok melintang ujung).
Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan tergantung dari hasil penyelidikan tanah untuk
memprediksi daya dukung tanah. Bila tanah keras tidak terlalu dalam (kurang dari 7 meter) dapat
digunakan pondasi langsung (pondasi telapak), namun perlu memperhatikan adanya scouring. Bila tanah
keras terletak pada kedalaman lebih dari 7 meter maka digunakan pondasi tidak langsung yaitu kaison
beton yang dicor di tempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan, serta tiang
bor, kesemuanya dipakai secara luas.

2.1 PONDASI TIANG PANCANG


Jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini :
 Tiang pancang Kayu, termasuk Cerucuk (Wood Pile)
 Tiang pancang Baja Struktur (Steel Pile)
 Tiang pancang Pipa Baja (Steel Pipe Pile)
 Tiang pancang Beton Bertulang Pracetak (Reinforcement Concrete Pile)
 Tiang pancang Beton Pratekan, Pracetak (Precast Prestressed Pile)

Pondasi tiang yang lain adalah pondasi tiang bor beton cor langsung di tempat (bored pile) dan tiang
turap.
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang kurang
baik beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi mendukung
konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama yaitu
berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari jenis tiang
yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus dicapai.

2.2 TIANG PANCANG KAYU


a. Umum
Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan,
dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa
batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang
tidak keras atau akibat serangan serangga.
Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan
sesuai dengan AASHTO M133 - 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana
instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan pengawetan dengan tangki terbuka secara panas
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 18
dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan
untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang yaitu
dengan cara pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak
lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat. Dan setelah pemancangan,
kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan
diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.

b. Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang
menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau
dengan metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai
bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di
bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang
pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang
diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke
dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling
sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.

c. Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama
pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus
benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengankuat pada
ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang
berlebihan selama pemancangan.

d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan
retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada
tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa
kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang
pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 19


e. Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih,
permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk
menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji,
sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil
kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan
kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan
di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

2.2.1 TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN PRACETAK


a. Umum
Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa
kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang
berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan,
selimut beton yang digunakan minimum 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut
atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton minimum 50 mm.

b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur beton . Tiang dapat
dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar dari bahan kayu atau
baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan
dicetak. Dasar pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya
tiang pada waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan beton yang masih masih sering digunakan
untuk keperluan pengecoran tersebut.

Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk menjamin
distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan untuk
mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton diantara penahan baja (bearer) atas dan
adukan beton harus dikerjakan menggunakan alat pemotong untuk meniadakan bercak-bercak keropos
(honey comb) Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera mungkin
(24 jam setelah pengecoran) dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung
dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan pada kubus beton
(4 benda uji) menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus dimiringkan secara hati-hati
dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan
landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk
pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan
dengan sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 20


yang terjadi pada tahap ini akan memperbesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan suatu nomor referensi, dengan
panjang dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa
pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar. Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara
menutupi tumpukan tiang menggunakan terpal atau lembaran lain. Tidak ada tiang pancang yang akan
dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya. Bilamana
tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam
Gambar, maka agar menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih besar dan/atau memakai
tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar.
Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek konstruksi termasuk proyek
pembangunan jembatan. Tiang pancang beton pratekan pracetak biasanya ditegangkan dengan pemberian
tegangan tekan pada saat dilepas (induced compressive stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa
(40-110 Kg/cm²). Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter hingga 20 meter, berdiameter
600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat baja pada ujung bagian
yang akan disambung.

c. Perpanjangan Tiang Pancang


Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang beton.
Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling mudah, karena sambungan
tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui selama pemancangan. Panjang sambungan
normal untuk penulangan dan pekerjaan beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus dapat menahan tegangan
tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan dan harus mampu meneruskan (transmit) momen
di dalam tiang melewati sambungan. Meskipun sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan
namun yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah pemakaian lengan baja di atas dan dibawah
tempat sambungan. Beberapa tiang mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam beton yang
memungkinkan penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada segmen atas dan
bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di lokasi. Keuntungan dari pada
lengan lengan baja atau pelat yang dilas adalah bahwa tiang dapat dipancang dalam waktu singkat setelah
penyambungan selesai. Penting untuk diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cocok satu
sama lain sedekat mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy
akan menutupi/mengkonpensasikan kekurang cocokan. Akan lebih baik bila menggunakan lengan baja,
untuk memasukan dan merekat dengan epoxy batang dowel ke dalam lubang yang dibor pada bagian
atas dan bawah dari tiang. Hal ini akan memungkinkan terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat
sambungan sesuai dengan asumsi perencana.
Cara lain yaitu, perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 21


tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang
tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.Perpanjangan tiang pancang beton
harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada
tiang pancang yang akan diper-panjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali
lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali
diameter.Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh
pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus
dibersihkan dari semua bahan lepas atau pecahan, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen
yang tipis. Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton K400. Semen yang digunakan
haruslah dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang panjang yang akan disambung.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan tiang pancang
akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang pancang yang akan

disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi pemancangan sedang berjalan,
kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang
diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar, maka
panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang.

d. Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama (co- axial),
jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan
berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu
tersebut dapat terbuat dari baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut
dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton pada bagian
tiang pancang ini masih dalam batas yang aman.

e. Pengupasan Kepala Tiang Pancang


Beton tiang pancang biasanya dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang
tertinggal akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm. Untuk tiang pancang beton
bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat
ke dalam pur (pile cap) dengan baik. Untuk tiang pancang beton pratekan, kawat pra- tegang yang
tertinggal setelah pengupasan harus dimasukkan ke dalam pur (pile cap) paling sedikit 600 mm.
Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang dicor ke dalam bagian atas tiang
pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan baja tulangan lunak yang dicor ke dalam
bagian atas dari tiang pancang pada saat pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah pecahnya atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap beton
yang retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan sebagaimana
mestinya dengan beton yang lama.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 22


2.2.2 Tiang Pancang Baja
a. Umum
Tiang pancang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai kemampuan
daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan tanah keras dan mampu dipancang
dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga mencapai lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya
dukung tahanan geser yang tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah
dipotong atau diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing
stratum) Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus mendukung beban
tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang dengan ujung terbuka mungkin mempunyai
pelat penguat yang ditambahkan pada ujung tiang (pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika
diperkirakan akan terdapat lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja dilas biasa, tetapi tiang pancang pipa
dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan
beton, mutu beton tersebut minimum harus fc’= 20 MPa atau K250 dengan kadar semen sesuai
ketentuan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian beton pada pipa baja
dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya ditinggalkan didalam tanah sebagai bagian dari
tiang yang permanen (tetap).

b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus dilakukan
oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan
penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara
sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang.
Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive.
Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang dipancang untuk
meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang sukar dilas.
Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja)
biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.

Contoh di jembatan Suramadu, karena panjang maksimum tiap pancang hanya 12 meter, sedangkan
peruntukan design minimum di Causeway kedalaman tiang pancang adalah 48 meter, maka sebelum
diadakan pemancangan terlebih dahulu diadakan penyambungan antar tiang pancang dengan cara
dilaksanakan pengelasan. Pengelasan yang dilaksanakan harus memenuhi standart pengelasan yaitu
dengan tebal pengelasan keliling adalah 10 mm lalu dilaksanakan ultrasonic test apakah sudah

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 23


memenuhi standart pengelasan dengan menggunakan las listrik,

c. Perlindungan Terhadap Korosi


Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang
mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah
disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan
dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang
yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
Selain perlindungan dengan pengecatan juga dapat digunakan perlindungan dengan “Katodic Protection”.

d. Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi
pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan
sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau
tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).

e. Sepatu Tiang Pancang


Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun
bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan
menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan
baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasar
tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu
yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
Contoh pada pelaksanaan jembatan Suramadu tiang pancang yang akan dipancang terlebih dahulu
dipasang sepatu pancang dengan dilas, pengelasan yang dilaksanakan harus memenuhi standart
pengelasan yaitu dengan tebal pengelasan keliling adalah 10 mm lalu dilaksanakan ultrasonic test
apakah sudah memenuhi standart pengelasan dengan menggunakan las listrik,

f. Pengecoran Dalam Tiang


Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang dipancang didalam
tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan (reinforcing cage) ditempatkan di dalam
pipa sebelum pengecoran. Batang-batang penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang
dan berfungsi untuk mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang yang dicor di
tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus dipadatkan dengan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 24


menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.
Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini dapat dicapai dengan
menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian luar jalinan penulangan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 25


Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam
tiang. Pengatur jarak harus dipasang setiap 90º di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak
antara setiap 2 atau 2,5 meter menurut arah memanjang tiang.

2.2.3 Pemancangan
1) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat
menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan, tanpa kerusakan.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus
dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi
tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar. Kepala tiang
pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi
dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang
pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya.
Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga
dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau
wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa
persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai ke
dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang
diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang
pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih
tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap
tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat
mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang pancang beton,
umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah
berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk tiang
pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang beserta topi pancangnya.

Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 26


tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan
daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang
digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali
untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang drop hammer, diesel, atau hidrolik yang dipakai memancang tiang pancang beton harus
mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kgm
untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi sampai 1,2
meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan bilamana
terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :
 Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditem-bus pada saat
awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.
 Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam
terjadi pada setiap penumbukan.
 Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan akibat
batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.

Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang
memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan
yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika
digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai perubahan
biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan,
sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur kurang dari 7
hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat
memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan
water jet atas biaya sendiri.

2) Penghantar Tiang Pancang (Leads)


Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan bergerak untuk
palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku agar dapat memegang tiang
pancang selama pemancangan. Kecuali jika tiang pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang,
sebaiknya mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang
tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang
pancang miring.

3) Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers)


Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat mungkin harus

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 27


dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

4) Tiang Pancang Yang Naik


Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang pancang
harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang dipancang. Tiang
pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus dipancang
kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada
tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan.

5) Pemancangan Dengan Pancar Air (Water Jet)


Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Direksi Pekerjaan dan de-ngan cara yang
sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas daya dukung tiang pancang yang telah selesai
dikerjakan, stabilitas tanah atau keamanan setiap struktur yang berdekatan.
Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot haruslah sekedar cukup untuk
melonggarkan bahan yang berdekatan dengan tiang pancang, bukan untuk membongkar bahan tersebut.
2 2
Tekanan air harus 5 kg/cm sampai 10 kg/cm tergantung pada kepadatan tanah. Perlengkapan harus
dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air yang tergenang pada permukaan tanah. Sebelum penetrasi
yang diperlukan tercapai, maka pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu
sampai penetrasi akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan
adukan semen setelah pemancangan selesai.

6) Tiang Pancang Yang Cacat


Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan yang berlebihan sehingga
dapat mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton, pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu,
atau deformasi baja. Manipulasi tiang pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi
yang sebagaimana mestinya, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan
diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Kontraktor. Bilamana pemancangan ulang
untuk mengembalikan ke posisi semula tidak memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat
mungkin dengan posisi semula, atau tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

7) Catatan Pemancangan (Calendering)


Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan dan
Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini :
jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam
pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, enerji pukulan palu, panjang perpanjangan,
panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 28


8) Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley).
Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

efWH W+
Pu = --------------------------- X n2Wp
-------------
S + (C1 + C2 + C3)/2 W+P

Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)


Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
Wp : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (m) C1
: Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang
tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m) N
: Faktor Keamanan

Tabel 1.2 - Nilai Efisiensi Palu (ef)

Jenis Palu Efisiensi


Drop hammer 0.75 – 1.00
Single acting hammer 0.75 – 0.85
Double acting hammer 0.85
Diesel hammer 0.85 – 1.00

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 29


Tabel 1.3 - Nilai Koefisien Restitusi (n)

Material N
Tiang pancang kayu 0.25
Bantalan kayu diatas tiang pancang baja 0.32
Bantalan kayu pada tiang pancang baja 0.4
Tiang pancang baja tanpa bantalan kayu/ tiang beton 0.5
dengan bantalan
Palu besi cor diatas tiang pancang beton tanpa topi 0.4

Tabel 1.4 - Nilai K1 – Nilai Perpendekan Elastik Kepala Tiang Pancang dan
Topi Tiang Pancang

K1
Tegangan pemancangan
Bahan pada kepala tiang
3,5 7,0 10,5 14,0
N/ N/ N/ N/
Tiang atau pipa baja
Langsung pada kepala tiang 0 0 0 0
Langsung pada kepala tiang 1 1 3 5
kayu
Tiang pancang beton pracetak
dengan topi setebal (75-100) 3 6 9 12,5
mm
Topi baja yang mengandung
paking kayu untuk tiang baja H
atau tiang baja pipa 1 2 3 4
Cap Block terdiri dari 5 mm
bahan fiber diantara dua pelat 0,5 1 1,5 2
baja 10 mm

9) Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang Dinamis


2.2.4 Tiang Bor
a). Umum
Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia masih terbatas
dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan
pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk
kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya
dengan bored pile yang suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak
digunakan di daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer untuk bahan di

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 30


lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta oleh
Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap
kelompok.

b). Methode Pemboran


Pemilihan Pembuatan Lubang Bor biasanya didasarkan atas dua hal yaitu Metode
Konstruksi/Pembuatan Lubang Bor dan Jenis Peralatan Pengeboran yang digunakan. Metode
pembuatan lubang bor yang digunakan biasanya ditentukan oleh kontraktor dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu kondisi lokasi proyek, terutama lokasi di air atau di darat
serta jenis tanah, metode transfer beban yang diinginkan ( skin friction, end bearing atau kombinasi)
dan nilai ekonomis. Ada 3 metode pelaksanaan pembuatan lubang bor yang umum digunakan yaitu :
1). Dry Method, 2). Casing Method, dan 3). Wet/Slurry Method
1) Dry Method
Metode ini digunakan jika muka air tanah rendah dan tanah cukup cohesive
2) Casing Method
Metode ini digunakan pada tanah yang ”selfrestraining” atau tanah yang rawan terhadap ”over
breaking”. Casing yang digunakan umumnya berupa pipa baja dengan diameter lebih besar dari
diameter lubang yang diinginkan. Casing tersebut dapat bersifat casing permanen atau casing
sementara. Akan tetapi karena keberadaan casing dapat mengurangi daya dukung friksi, akan lebih
baik jika casing bersifat sementara. Untuk mengatasi berkurangnya daya dukung akibat casing,
dapat digunakan sistim grouting disekitar sisi casing. Ada 3 jenis alat untuk memasukkan casing
• Pile driving
• Vibro Hammer
• Osilator

3) Wet/Slurry Method
Metode ini digunakan jika pengeboran dilaksanakan di lokasi dimana kondisi tanahnya rawan
terhadap “over break”, kondisi dibawah muka air, dan pada kedalaman yang tidak memungkinkan
menggunakan casing. Slurry dapat berupa air saja, atau campuran antara bentonite dan air bersih
yang disebut “minerally slurry” atau campuran antara polimer dengan air bersih yang disebut
“polymer slurry”. Penggunaan “polymer slurry” semakin umum karena compatible dengan
lingkungan dan dapat digunakan kembali lebih sering dibandingkan dengan bentonite.Pengaruh
penggunakan slurry terhadap daya dukung tiang ditentukan oleh jenis ” slurry” serta lamanya
”slurry” berada didalam lubang pondasi. Secara umum, ”mineral slurry” yang menempel pada
dinding lubang akan terbersihkan oleh beton pada saat pengecoran.Akan tetapi jika ”mineral slurry”
berada dalam lubang terlalu lama, maka akan terbentuk lapisan yang disebut “filter cake” yang tebal
sehingga susah untuk dihilangkan pada saat pengecoran beton. Slurry yang menempel di dinding
lubang akan mengurangi daya dukung friksi, sedangkan slurry yang bercampur dengan beton akan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 31


menyebabkan beton menjadi lemah. Untuk menghilangkan lapisan “filter cake” dapat dilakukan
dengan “circulating slurry”, sebagaimana telah umum digunakan oleh Caltrans (California
Department of Transportation).

d) Peralatan pengeboran :
Ada dua aktivitas utama dalam pengeboran yaitu bagaimana membuat lubang bor dan bagaimana
membuang material hasil pengeboran. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat berbagai jenis
peralatan untuk pengeboran. Pemilihan peralatan pengeboran umumnya didasarkan atas jenis tanah
atau batuan yang akan digali dan bukan ditentukan oleh kondisi air tanah. Masing masing
kontraktor dan ahli bor dapat memilih peralatan yang berbeda untuk lokasi yang sama dan masing-
masing akan memiliki metode berbeda dalam men-setting dan mengoperasikan peralatan tersebut.
Adapun jenis peralatan pengeboran tersebut adalah :
1. Drilling Auger dengan Open Helix atau Flight
2. Drilling Auger dengan Drilling Bucket
3. Air Lift Drilling / Reverse Circulation Drilling (RCD) System
4. Clamp Shell

e) Pelaksanaan pengeboran :
 Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana
 Sebelum pengecoran beton semua lubang harus utuh, dasar selubung atau casing harus
dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan
beton selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi.

 Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat
penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam
lubang bor harus dikeluarkan
 Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding
casing
 Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara
tremie
 Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup
sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya

f) Pengecoran Beton Tiang Bor


Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dimanapun beton digunakan harus
dicor ke dalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton harus dicor melalui sebuah corong
dengan panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 32


tulangan atau sisi-sisi lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi
tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir pemotongan
berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum
mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai
mengeras.

g) Pengecoran Beton di Bawah Air


Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak dan bahan
lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah dise-tujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa harus
diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai di atas elevasi
air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan beton sehingga
pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling
sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan beton yang dimasukkan pertama kali
dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.

h) Penanganan Kepala Tiang Bor Beton


Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan dipotong.
Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja
tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan
yang sempurna ke dalam pur atau struktur di atasnya.

i) Tiang Bor Beton Yang Cacat


Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga dapat dipasti-kan bahwa
tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat
dan di luar toleransi harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

j) Contoh Pelaksanaan Tiang Bor di jembatan Suramadu :


 Digunakan casing pada bagian atas yang berfungsi untuk melindungi proses pengeboran pada
awalnya dari pengaruh disekeliling tiang bor seperti tekanan tanah atau tekanan air.
 Bagian yang lebih bawah dari casing namun dalam pelaksanaannya juga harus mendapat
perhatian dari samping yang tergantung dari jenis tanah dan juga tekanan air didalam tanah
maupun di laut.
 Terdapat dua macam methode pengeboran yaitu
o Pertama dengan auger yaitu pengeboran dengan menggunakan mata bor yang sampai
kedalaman tertentu mata bor tersebut diangkat untuk mengeluarkan material hasil
pengeboran dengan memakai bucket, hal ini dilakukan dengan cara berulang-ulang sampai
mencapai kedalaman yang dinginkan, cara ini biasanya cocok iuntuk pondasi tiang bor
yang pendek/dangkal.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 33


o Kedua dengan cara sirkulasi, alatnya disebut Reserved Circular Drilling, dengan cara ini
mata bor terus menerus melakukan pengeboran, sementara itu material hasil pengeboran
dikeluarkan dengan pompa bersamaan dengan slury/bentonite. Kemudian material
tersebut disaring dan tanahnya dibuang sedangkan slury/bentonitenya dimasukkan kembali
kedalam lubang pengeboran dengan tujuan menjaga agar dinding tanah lubang
pengeboran tidak runtuh.

2.2.5 Toleransi Tiang Pancang dan Tiang Bor


a. Lokasi kepala tiang
Pergeseran lateral kepala tiang dari posisi yang ditentukan : < 75 mm dalam segala arah
b. Kemiringan tiang
Penyimpangan arah vertikal/ kemiringan yang dipersyaratkan : < 20 mm per meter (1 : 50)
c. Kelengkungan (BOW)
Kelengkungan tiang beton cor langsung ditempat : < 0,01 panjang tiang dalam segala arah;
Kelengkungan lateral tiang pancang baja : < 0,0007 panjang total tiang pancang
d. Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) : 0 sd +5% dari diameter nominal pada setiap
posisi

2.2.6 Turap
a). Umum
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus berlaku juga
untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan

b). Turap Kayu


Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar baik yang dipotong dari
bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu dengan kokoh. Ujung bagian
bawah tiang pancang harus diruncingkan agar dapat mendesak ke dalam sedemikian hingga tiang-tiang
yang berdekatan mempunyai ikatan yang rapat. Puncak tiang pancang harus dipotong pada suatu garis
lurus pada elevasi yang telah ditunjukkan dan harus diperkaku dengan balok yang ditumpang-tindihkan
dan disambung pada semua sambungan dan sudut-sudut. Balok-balok pengaku sebaik-nya dipasang untuh
antara sudut-sudut dan harus dibaut di dekat puncak tiang pancang.

c) Turap Beton
Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar.

d) Turap Baja
Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana
dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada sambungannya.
Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 34


2.3 PEKERJAAN PONDASI SUMURAN
a). Umum
Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan
jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm,
dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor di tempat
atau pracetak yang terdiri unit-unit beton pracetak. Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit
demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton pada sumuran memberikan gaya vertical untuk mengatasi
gesekan (friction) antara tanah dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.

Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh sumuran sangat
besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran
diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini
merupakan tambahan pekerjaan untuk memperbesar kapala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan
beban vertical dari bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.

Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus ditentukan dan dioffset
sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi tersebut tidak terganggu pada saat
pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru akan
mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical.
Hal ini penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak (keluar dari)
vertical. Secara ideal kemiringan ini harus diperbaiki sebelum penambahan segmen berikutnya. Setelah
pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk memberikan jalan awal melalui
mana sumuran akan diturunkan. Sisi galian ini harus sedapat mungkin vertical.

b). Pembuatan Pondasi Sumuran


1). Unit Beton Pracetak
Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana mestinya. Cetakan harus
memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari logam. Cetakan harus kedap air dan tidak boleh
dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Unit beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus
bebas dari segregasi, keropos, atau cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.

Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, atau sampai
pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70 persen dari kuat tekan beton
rancangan dalam 28 hari.
Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras paling sedikit 14

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 35


hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat
tekan rancangan dalam 28 hari.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 36


2) Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak
Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah. Bilamana beton
pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikut-nya harus dipasang di
atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk memperoleh kekakuan
dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam setelah penyambungan selesai
dikerjakan.

3) Dinding Sumuran Cor Di Tempat


Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat,
kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Beton harus dicor dan
dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit 7 hari
setelah pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai 70 persen
dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.

c) Penggalian dan Penurunan


Bilamana penggalian dan penurunan pondasi sumuran dilaksanakan, perhatian khusus harus
diberikan untuk hal-hal berikut ini :
1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-undang
keselamatan kerja, dan sebagainya.
2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan dengan tepat
dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan, pergeseran dan
gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.
3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan
menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser
(frictional resistance), dan sebagainya.
4. Cara mengurangi ketahanan geser :
Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding sumuran,
maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara dinding luar
sumuran dengan tanah di sekelilingnya.
5. Sumbat Dasar Sumuran
Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal
berikut ini :
i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremies atau
pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air dalam sumuran.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 337


7
ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran beton untuk
sumbat dasar sumuran.
6. Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di bawah pondasi
telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250, atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar.
7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gaya-
gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan
harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.
8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi
telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat
pemecah bertekanan (pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap
pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mempunyai panjang
paling sedikit 40 kali diameter tulangan.

2.4 Latihan soal


Berikut ini, sebagai alat ukur mengukur tingkat pemahaman pelatihan dalam pembelajaran materi
pemeliharaan jembatan, adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, jelaskan jenis-jenis pondasi jembatan.
2. Jelaskan jenis tiang pancang menurut materialnya.
3. Jelaskan bagaimana cara pengangkatan tiang pancang.

2.5 Rangkuman
Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan tergantung dari hasil penyelidikan tanah untuk
memprediksi daya dukung tanah. Bila tanah keras tidak terlalu dalam (kurang dari 7 meter) dapat
digunakan pondasi langsung (pondasi telapak), namun perlu memperhatikan adanya scouring. Bila
tanah keras terletak pada kedalaman lebih dari 7 meter maka digunakan pondasi tidak langsung yaitu
kaison beton yang dicor di tempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan,
serta tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.

Jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini : Tiang pancang Kayu, termasuk Cerucuk (Wood Pile),Tiang
pancang Baja Struktur (Steel Pile),Tiang pancang Pipa Baja (Steel Pipe Pile),Tiang pancang Beton

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 338


8
Bertulang Pracetak (Reinforcement Concrete Pile),Tiang pancang Beton Pratekan, Pracetak (Precast
Prestressed Pile).
Pondasi tiang yang lain adalah pondasi tiang bor beton cor langsung di tempat (bored pile) dan
tiang turap.

Pemancangan yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan
retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada
tiang pancang. untuk memudahkan pemancangan maka berat palu harus sama dengan beratnya tiang.
Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang
pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang
dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih,
permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk
menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang.

Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus
dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat.

tiang pancang baja harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah
disetujui, Selain perlindungan dengan pengecatan juga dapat digunakan perlindungan dengan “Katodic
Protection”.

Pelaksanaan pemancangan harus mencatat : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual,
tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, enerji
pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.

Pelaksanaan bor pile Ada 3 metode pelaksanaan pembuatan lubang bor yang umum digunakan
yaitu : 1). Dry Method, 2). Casing Method, dan 3). Wet/Slurry Method

Pondasi sumuran terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada
pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300
cm, 350 cm, dan 400 cm.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 339


9
BAB 3 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN BANGUNAN ATAS

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 440


0
3.1 PEKERJAAN JEMBATAN BETON BERTULANG
1. Unit Pracetak
Unit pracetak biasanya dibuat di luar lokasi dan dibuat dalam kuantitas yang cukup, sehingga
dapat dibenarkan penggunaan acuan yang tahan lama dan bermutu tinggi. Bagian – bagian
pracetak yang tipikal dari bangunan atas jembatan adalah papan – papan lantai, pelat lantai,
gelagar, pelat soffit lantai, unit kereb dan tiang (post).
Dalam pekerjaan pracetak, diharapkan adanya keseragaman mutu, bentuk, warna dan penampilan
umum, dan ciri – ciri tersebut dipengaruhi oleh kuantitas acuan, jenis minyak acuan dan bahan
pelapas acuan, perubahan dalam sifat atau proporsi bahan mentah yang dipakai, jumlah atau jenis
getaran, jenis perawatan, umur pada pembongkaran dan bahkan pada perubahan cuaca.
Unit – unit pracetak dapat mudah rusak pada waktu penanganan, penumpukan dan
pengangkutan. Jika tersedia alat – alat pengangkut dalam unit, alat tersebut harus dipakai. Bila
titik – titik penyangga pada waktu penumpukan tidak terlihat pada gambar rencana, harus
dimintakan nasehat perencana. Penyanggaan pada lebih dari dua titik dapat menyebabkan
kerusakan berat. Ketika menumpuk unit serupa, penyangga harus diletakkan satu di atas lainnya
dengan tepat. Bahan pembungkus (packing) harus dari bahan tetap (inert), atau kalau dari kayu
hard wood (keras) harus dibungkus plastik untuk menghindari kelunturan. Pelendutan (sagging)
atau pemuntiran dari unit yang tipis dan panjang mungkin terjadi jika kurang diperhatkan desain
system penyangga pada waktu penyimpanan. Gerakan relative penggetar awal (premovement)
dan trailer harus dipertimbangkan untuk mencegah keretakan torsi, pecah atau gesekan pada
waktu mengangkut unit.
Unit pracetak dipasang dengan menggunakan satu crane atau dua crane.

2. Cor in Situ
Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah. Perancah yang dibuat
harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir, apabila dilaksanakan pada saat
kemungkinan adanya banjir. Kestabilan dan kekuatan perancah sangat dominan. Setelah perancah
selesai dibuat dan diyakini stabil dan kuat, mulai dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton
bertulang.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 441


1
Acuan dibuat dengan dimensi sesuai dengan Gambar Rencana, mempunyai kelurusan yang baik
dan tidak bocor.
Setelah acuan selesai, mulai dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan
memperhatikan selimut tebal selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton
decking. Mutu beton decking harus lebih tinggi dari beton yang akan di cor.
Setelah semua baja tulangan selesai dipasang dan acuan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
ada, maka barulah dilakukan pengecoran beton dengan mengacu pada pelaksanaan pekerjaan
beton.
Perancah baru boleh dilepas setelah beton mempunyai kuat tekan minimal 85% dari beton
karakteristik. Untuk bentang pendek dapat dicor bersama-sama dengan lantai.

3. Pelat Lantai
a. Acuan
Acuan lantai dapat dilepas atau ditinggal di tempat. Yang ditinggalkan biasanya terbuat dari baja
galvanisasi, semen serat kompresi (compressed fibre-cement or concrete) atau beton.
Acuan baja galvanisasi yang akan ditinggal di tempat biasanya merupakan lantai baja trough yang
disangga balok memanjang dan gelagar melintang. Bagian bawah dari lantai beton dengan acuan
yang ditinggal tidak dapat diperiksa, oleh karena itu perlu perhatian khusus pada waktu
pengecoran dan penggetaran beton untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya beton berpori
pada bagian bawah.
Lantai kantilever dan trotoar adalah bagian yang paling kelihatan dari jembatan. Gelagar jembatan
melendut pada waktu pelat lantai sedang dicor, dan lendutan ini harus diperhitungkan pada waktu

memasang acuan pinggir, sehingga pinggir lantai merupakan garis menerus, lurus atau dengan
lawan lendut (camber) pada bentang tengah. Acuan lantai harus disangga dari gelagar dan bukan
dari tanah, pilar atau kepala jembatan.
Pada waktu lantai dicor, penting untuk melindungi gelagar luar dan landasan terhadap pengaruh
momen torsi yang disebabkan oleh perputaran lantai kantilever dan trotoar. Ini dilakukan dengan
mengikat bagian atas gelagar menjadi satu dengan batang penguat yang dilas dan perkuatan
(strutting) pada permukaan flens bawah.

b. Penulangan
Setelah acuan untuk pelat lantai telah selesai dan diperiksa kekuatannya, pengerjaannya,
kerapatan adukan, ketinggian dan kebersihan, penulangan dapat dipasang. Perlu untuk sering
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 442
2
memeriksa ukuran pada waktu pembengkokan di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi
jika tulangan dibengkokan di luar lokasi. Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah
supaya penulangan tidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak, lemak,
Lumpur, mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan dari batang sederhana
khususnya dan harus dilepas. Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang
relative tipis, kurangnya selimut dapat mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton,
sedangkan terlalu banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat
tidak tercapai.
Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa, dan ujung pengikat harus dijauhkan dari
permukaan beton.
Blok adukan dan dudukan (chair) plastik dipakai untuk memelihara selimut lebih disukai daripada
dudukan baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar yang
kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalam cuaca panas. Bila dudukan dipakai pada
posisi horizontal untuk memegang penulangan vertikal kadang – kadang berputar kecuali jika
dipasang dengan baik.
Penulangan harus ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi, atau rusak dengan
cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.

c. Urutan Pengecoran
Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
 melintang – dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secara seimbang / teratur.
 memanjang – pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan maksimum terjadi pada
awal, sehingga bila pengerasan awal terjadi beton tidak akan terpengaruh oleh lendutan
yang disebabkan pengecoran beton kemudian.

Bila pelat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik terendah
menuju titik tertinggi.

d. Pengecoran
Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai berikut:
1. periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan sebagainya
dibersihkan dari acuan.
2. menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.
3. Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar pekerjaan dapat

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 443


3
berlangsung tanpa melanggar Syarat – syarat Teknik.
4. memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan (penerangan) bila pengecoran tidak
dapat diselesaikan sebelum gelap.
5. memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop – end bila persediaan beton
terganggu
/ terlambat.
6. memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas untuk mengambil benda uji bahan atau
beton sesuai dengan Syarat – syarat Teknik.
7. menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam sehingga beton
tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh lebih dari 1,5 m.
8. memeriksa tersedianya alat cadangan (standby) yang cukup, termasuk pengetar, dalam
kondisi siap pakai.

Beton dapat dicampur di lokasi atau di tempat lain, dan dapat dicor dengan menggunakan kereta
dorong pada jembatan kerja dengan talang, monorail conveyor dari ember yang diangkat oleh
keran atau katrol (hoist), atau dipompa. Beton harus dicor dengan kedalaman penuh dalam acuan
sedekat mungkin dengan posisi akhir, sehingga tidak perlu dipindah – pindahkan dengan screed
atau penggetar.
Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukan dalam penggetaran untuk menjamin
bahwa beton dipadatkan segera setelah dicor. Melalui penggetar dalam (internal) dapat dihasilkan
lantai yang padat dan beton yang tahan serta padat disamping dengan menggunakan screed
penggetar dan penghalus tangan (hand floating) atau screed tangan dan penghalus mesin (power
float).

Bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat yang baik akan terjadi antara
beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini didapat dengan cara menyeret sapu kaku
secara melintang pada permukaan sebelum mengeras. Timing dari kegiatan ini penting untuk
mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan dimulai segera setelah pengerasan awal terjadi.
Perlu pertimbangan tambahan dalam hal flens balok T prategang pracetak merupakan bagian dari
pelat lantai. Setelah gelagar telah dipasang diperlukan suatu rangkaian pengisi memanjang (infill).
Harus diperhatikan tempat sambungan pelaksanaan antara tepi gelagar pracetak beton pengisi
yang dicor. Pinggiran pracetak harus diperkasar pada tempat (yard) pencetakan dan dibasahi
segera sebelum beton pengisi dicor. Meskipun dilakukan dengan hati – hati, penyusutan beton dan
kelenturan (flexibility) dari bagian prategang yang baru sering mengakibatkan keretakan pada

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 444


4
sambungan pelaksanaan, sehingga membrane kedap air sering dipasang pada lantai sebelum
pengaspalan.
Pelat lantai beton yang berdampingan dengan hidung sambungan pemuaian harus dicor
bersamaan dengan pengecoran lantai utama. Praktek (kebiasaan) meniadakan beton sebatas 300
mm dari sambungan harus tidak diijinkan oleh engineer karena beton yang ditambahkan setelah
beton yang utama, tidak dapat disambung dengan memuaskan pada beton lantai utama dan akan
timbul masalah dengan sambungan pemuaian pada umur awal bangunan. Hal yang sama berlaku
pada peniadaan beton di sekeliling tiang pagar beton pada waktu pengecoran lantai utama.
Praktek (kebiasaan) pemasangan lapisan adukan pada acuan lantai sebelum pengecoran tidak
boleh diijinkan . Hal ini mengakibatkan suatu lapisan adukan yang lemah di mana biasanya retak
dan terlepas pada tahap awal.

4. Pembentukan Rongga (Forming Void)


Rongga diadakan pada bangunan atas jembatan beton untuk penempatan kabel post-tensioning,
untuk fasilitas umum, untuk meringankan bangunan, untuk displace beton dekat sumbu netral di
mana terdapat sedikit beban, atau memudahkan pencapaian untuk pemeliharaan. Fasilitas umum
(services) dapat pula dimasukkan di dalam tabung pipa plastik atau logam yang di tempatkan
dalam bangunan atas, di bawah trotoar atau dipasang kemudian pada bagian luar jembatan.
Plastik busa polystyrene cocok untuk membentuk rongga, tujuan diadakannya rongga adalah
untuk meringankan bangunan dan busa itu dapat ditingal di tempat, jika diijinkan. Tetapi busa
dapat dilepas dengan mudah yaitu dengan kombinasi pemotongan yang dilanjutkan dengan
penggunaan pelarut pada pinggir – pinggir yang menempel pada beton. Pembentuk busa juga
cocok untuk bukaan akses yang pendek.
Rongga harus dapat mengering sendiri kecuali jika rongga ini tetap terisi penuh bahan yang dipakai
untuk pembentukan.
Tergantung pada ukuran, bentuk dan pemakaian, rongga dapat dibentuk dengan pembentuk
karton berlilin (wax) atau dengan cara – cara konvensional dengan menggunakan cetakan /
pembentuk yang dapat dilepas.

Pembentuk rongga sering terapung pada waktu pengecoran dan oleh karena itu harus ditempel
pada tulangan untuk mencegah pengapungan atau terlepas oleh getaran. Rongga lebih besar,
atau beberapa rongga kecil dapat menyebabkan pengambangan yang cukup banyak sehingga
mengubah bentuk (distoisi) jalinan tulangan, dan oleh sebab itu memerlukan alat penahan yang
bebas dari tulangan untuk mengimbangi keadaan itu.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 445


5
Harus diperhatikan sambungan sambungan pada pembentuk rongga itu, khususnya pada ujung,
untuk menjamin kerapatan adukan oleh karena perembesan dapat mengakibatkan hambatan
dalam rongga, sehingga akan sulit memasang kabel atau fasilitas pelayanan umum, atau
menyebabkan tonjolan (projection) tajam yang dapat merusak kabel dan fasilitas tersebut.
Pada waktu pengecoran harus berhati – hati agar pembentuk rongga tidak mengalami kerusakan,
khususnya dengan pemakaian penggetar. Saluran (ducts) fleksibel dapat deformasi (berubah
bentuk) menyebabkan tonjolan di dalam dengan akibat menyulitkan kabel listrik atau fasilitas lain.
Saluran rigid (kaku) dapat retak dan adukan dapat merembes masuk, sehingga menyebabkan
hambatan. Apapun cara pembentukan, harus cukup kaku sehingga tidak akan terjadi pengurangan
ukuran rongga.

3.2 JEMBATAN BETON PRATEGANG

1. Umum
a) Tempat Pencetakan
Lokasi setiap tempat pencetakan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Acuan

2. Unit Acuan
Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau perkakas cetak lainnya
yang akan membatasi regangan memanjang dalam elemen acuan harus dilepas sesegera mungkin
setelah pengecoran beton sede-mikian rupa sehingga pergerakan akibat penyusutan atau perubahan
temperatur beton dapat dikendalikan.
Bilamana diperlukan rongga dalam beton, maka pembentuk rongga beton harus terpasang kaku
dengan cara yang sedemikian hingga tidak terjadi pergeseran yang cukup besar dalam segala arah
selama pelaksanaan pengecoran.
Bilamana pembentuk rongga beton diikat pada kabel prategang, maka pencegahan harus dilakukan
untuk menjamin bahwa pola untaian tidak mengalami distorsi akibat gaya apung dari rongga
tersebut.

Semua pencegahan harus dilakukan untuk menghindari kerusakan pada acuan selama pengecoran.

c) Perlengkapan Pra-tegang
Perlengkapan penarik kabel harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum digunakan dan harus
dikalibrasi sebagai unit yang lengkap oleh suatu labora-torium yang disetujui setiap enam bulan (atau

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 446


6
lebih sering jika diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan) agar memberikan korelasi antara gaya yang
diberikan pada kabel dan bacaan yang ditunjukkan oleh alat ukur tekanan. Perlengkapan penarikan
kabel harus disediakan paling sedikit 2 alat pengukur tekanan dengan permukaan diameter tidak
kurang dari 150 mm, satu untuk membaca lendutan akibat penegangan dan yang satunya untuk
membaca pembebanan selama operasi penegangan akhir. Alat pengukur tekanan harus akurat sampai
ketelitian 1 % kapasitas penuh. Sertifikat kalibrasi harus disimpan di kantor kerja pada tempat
pengecoran dan disediakan untuk Direksi Pekerjaan atas permintannya.

d) Perakitan Kabel Pra-tegang


Kabel pra-tegang harus dirakit sesuai dengan petunjuk yang diikutsertakan dalam sertifikat persetujuan
pabrik.
Sebelum perakitan, maka permukaan baja pra-tegang harus diperiksa terhadap korosi. Karat lepas
harus dibuang dengan tangan, yaitu dengan lap kain guni atau wol baja halus dan setiap jenis minyak
harus dibersihkan dengan menggunakan deterjen. Suatu lapisan karat yang tipis tidak dianggap
merusak asalkan baja tersebut tidak nampak keropos setelah dibersihkan dari karat.
Baja yang sangat berkarat atau baja yang keropos harus ditolak dan dikeluarkan dari tempat kerja.
Benda asing yang melekat pada baja harus dihilangkan sete-lah pra-tegang atau sebelum
penempatan dalam selongsong. Bilamana baja pra-tegang untuk pekerjaan penegangan sebelum
pengecoran (pre-tension) dipasang sebelum pengecoran pada unit tersebut, atau bilamana tidak
disuntik dalam waktu 10 hari sejak pemasangan, maka baja tersebut harus mengikuti ketentuan di
atas untuk perlindungan terhadap korosi dan ditolak jika berkarat. Dalam hal ini, bahan penghambat
korosi harus digunakan dalam selongsong setelah pemasangan kabel.
Jangkar harus dirakit dengan kabel dengan cara sedemikian sehingga dapat mencegah setiap
pergeseran posisi, baik selama pemasangan maupun penge-coran.

e) Selimut Beton
Jika tidak ditentukan lain, maka selimut beton tidak boleh kurang dari 2 kali diameter kabel atau 3
cm, diambil yang lebih besar. Selimut beton tersebut harus ditambah 1,5 cm untuk beton yang
kontak langsung dengan permukaan tanah atau 3,0 cm untuk elemen beton yang dipasang dalam air
asin.

f) Pengecoran Beton
Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan paling tidak 24 jam sebelum permulaan operasi
pengecoran beton yang dijadwalkan agar Direksi Pekerjaan dapat memeriksa persiapan pekerjaan
tersebut.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 447


7
Beton tidak boleh dicor sampai Direksi Pekerjaan telah memeriksa dan me- nyetujui pemasangan
baja tulangan, selongsong, jangkar, dan baja pra-tegang. Selongsong yang retak atau robek harus
diganti.
Pengecoran harus sesuai dengan ketentuan, beton harus digetar dengan hati-hati untuk menghindari
pergeseran kabel, kawat, selongsong, atau baja tulangan. Untuk bagian yang lebih dalam dan tipis,
penggetar luar yang ditempelkan pada acuan dapat dilaksanakan untuk menam-bah getaran di
bagian dalam. Baik sebelum pengecoran maupun segera sesudah pengecoran beton, maka
Kontraktor harus dapat menunjukkan bahwa semua selongsong tidak rusak hingga dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.

g) Perawatan
Perawatan dengan uap air dapat digunakan sesuai dengan yang disyaratkan.

3.2.1 Pra-penegangan
a) Umum
Tidak ada penegangan yang boleh dilaksanakan tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Operasi
penegangan harus dilaksanakan di bawah pengawasan dari seorang ahli yang disediakan oleh pabrik
dari peralatan akan digunakan, oleh suatu tim sangat berpengalaman dalam menggunakan peralatan
tersebut dan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

b) Penegangan Kabel
i) Keselamatan Kerja
Selama proses penarikan kabel tidak diperbolehkan seorangpun berdiri di muka dongkrak.
Pengukuran atau kegiatan lainnya harus dilaksanakan dari samping dongkrak atau tempat lainnya
yang cukup aman. Sesaat sebelum penarikan kabel, tanda-tanda yang cukup jelas harus terpasang
pada kedua ujung unit tersebut untuk memperingatkan orang agar tidak mendekati tempat tersebut.
ii) Peralatan
Sebelum pekerjaan penegangan, peralatan harus diperiksa, dikalibrasi atau diuji, sebagaimana
dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan. Dynamometer dan alat ukur lainnya harus mempunyai
toleransi sampai 2 %. Alat pengukur tekanan harus disesuaikan dengan petunjuk pabrik pem-
buatnya. Alat pengukur tekanan ini juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan rusak bila
terjadi penurunan tegangan secara mendadak.
Untuk maksud pencatatan, jika dipandang perlu,dapat dipasang lebih dari satu alat pengukur

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 448


8
tekanan.

c) Data-data Yang Harus Dicatat


i) Umum
Baik untuk Penegangan Sebelum Pengecoran (Pre-Tension) maupun Penegangan Setelah
Pengecoran (Post-Tension), harus dilakukan penca-tatan data-data berikut ini :
 Nama dan nomor pekerjaan
 Nomor balok/gelagar
 Tanggal selesainya pengecoran
 Tanggal diberikannya gaya pra-tegang

ii) Kabel Untuk Penegangan Sebelum Pengecoran (Pre-Tension)


Data-data berikut ini harus dicatat :
 Pabrik pembuatnya, toleransi dan nomor dynamometer, alat peng-ukur, pompa dan
dongkrak.
 Besarnya gaya yang dicatat oleh dynamometer.
 Tekanan pompa atau dongkrak dan luas piston.
 Pemuluran terakhir segera setelah penjangkaran.

iii) Kabel Untuk Penegangan Setelah Pengecoran (Post-Tension)


Data-data berikut ini yang harus dicatat :
 Pabrik pembuatnya, toleransi, jenis dan nomor dynamometer, alat pengukur, pompa dan
dongkrak.
 Identifikasi kabel.
 Gaya awal pada saat penegangan awal.
 Gaya akhir dan pemuluran pada saat penegangan akhir.
 Gaya dan pemulura pada selang waktu tertentu jika dan bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan.
 Pemuluran setelah dongkrak dilepas.
Salinan catatan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah
setiap operasi penegangan.

3.2.2 Metode Penegangan Sebelum Pengecoran


1) Landasan Gaya Pra-tegang
Landasan untuk mendukung gaya pra-tegang selama operasi pra-tegang harus dirancang dan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 449


9
dibuat untuk menahan gaya-gaya yang timbul selama operasi pra-tegang. Landasan harus
dibuat sedemikian rupa sehingga bila terjadi slip pada jangkar tidak menyebabkan kerusakan
pada landasan.
Landasan harus cukup kuat sehingga tidak terjadi lendutan atau kerusakan akibat beban
terpusat atau beban mati dari unit-unit yang ditunjang.

2) Penempatan Kabel
Kabel harus ditempatkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar, dan harus dipasang
sedemikian hingga tidak bergeser selama pengecoran beton. Pada penempatan kabel, perhatian
khusus harus diberikan agar kabel tidak menyentuh acuan yang telah diminyaki. Bilamana terlihat
tanda-tanda minyak pada kabel, maka kabel harus segera dibersihkan dengan menggunakan
kain yang dibasahi minyak tanah atau bahan yang cocok lainnya.
Bilamana memungkinkan, penegangan kabel hendaknya dilaksanakan sebelum acuan diminyaki.
Jangkar harus diletakkan pada posisi yang dikehendaki dan tidak bergeser selama pengecoran
beton.

3) Besarnya Gaya Penegangan Yang Dikehendaki


Kecuali ditentukan lain dalam Gambar, gaya penegangan yang diperlukan adalah sisa gaya kabel
pada tengah-tengah setiap unit segera setelah semua kabel dijangkar pada abutment dari
landasan dan berada dalam posisi lendutan akhir. Perbedaan gaya penegangan adalah 5 persen
dari gaya yang diperlukan. Besar gaya penegangan yang diberikan harus dapat sudah termasuk
pengurangan gaya akibat slip pada perkakas jangkar, masuknya baji (wedge draw-in) dan
kehilangan akibat gesekan (friction losses).
Cara penarikan kabel termasuk pemasangan dan penempatan setiap garis lengkung kabel,
perhitungan yang menunjukkan gaya-gaya pada jangkar dan setiap titik lendutan, dan perkiraan
kehilangan gaya akibat gesekan, harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat
persetujuan sebelum dimulainya pembuatan elemen-elemen.

Kontraktor harus melaksanakan percobaan operasi penegangan untuk memperoleh besarnya


tahanan geser yang diberikan alat pelengkung (hold down) dan juga memas-tikan bahwa
masuknya baji yang disebutkan masih konsisten dengan jenis dongkrak dan teknik yang
diusulkan.

Kabel harus dilengkungkan bilamana ditunjukkan dalam Gambar, dengan perkakas yang cukup
kuat untuk memegang kabel dalam posisi yang sesuai, terutama selama penge-coran dan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 550


0
operasi penggetaran. Kecuali disebutkan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka alat pelengkung (hold
down) harus diletakkan memanjang dalam 200 mm dan vertikal dalam 5 mm dari lokasi yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Alat pelengkung (hold down) harus dirancang sedemikian hingga pelengkung (deflec-tors) yang
dalam keadaan kontak langsung dengan untaian (strand) berdiameter tidak kurang dari diameter
kabel atau 15 mm, mana yang lebih besar. Pelengkung (deflectors) harus dibuat dari bahan yang
tidak lebih keras dari baja mutu 36 sesuai dengan ketentuan dari AASHTO M183.
Kontraktor harus menyerahkan perhitungan yang menunjukkan bahwa alat pelengkung telah
dirancang dan dibuat untuk menahan beban terpusat yang diakibatkan dari gaya pra-tegang
yang diberikan.
Cara penarikan kabel harus dapat menjamin bahwa gaya yang diperlukan dihasilkan dari semua
kabel di tengah-tengah bentang setiap unit, terutama bilamana lebih dari satu kabel atau satu
unit ditarik dalam suatu operasi penarikan.
Beton tidak boleh dicor lebih dari 12 jam setelah peraikan kabel. Bilamana waktu ini dilampaui,
maka Kontraktor harus memeriksa apakah kebutuhan gaya tarik kabel masih dipertahankan.
Bilamana penegangan ulang diperlukan, maka perpanjangan kabel yang terjadi harus ditahan
dengan menggunakan pelat pengunci (shims) tanpa mengganggu baji yang telah tertanam.
Pengukuran pemuluran, hanya boleh dilaksanakan setelah Direksi Pekerjaan memeriksa
perhitungan dan menentukan bahwa sistem tersebut telah memenuhi ketentuan. Bacaan alat
pengukur tekanan dari dongkrak harus digunakan sebagai pembanding penguluran pemuluran.
Bilamana bacaan tekanan dongkrak dan pengukuran pemuluran berbeda lebih dari 3 %, Direksi
Pekerjaan harus diberitahu sebelum pengecoran dimulai, dan jika dipandang perlu, kabel harus
diuji ulang dan peralatan dikalibrasi ulang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

4) Prosedur Pra-tegang
Operasi penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman di
bidangnya.
Gaya pra-tegang harus diberikan dan dilepas secara bertahap dan merata.
Untuk menghilangkan kekenduran dan menaikkan kabel dari lantai landasan, maka gaya 100 kg
atau sebesar yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus diberikan pada kabel. Gaya awal harus
diberikan untuk menghitung pemuluran yang diperlukan.
Kabel harus ditandai untuk pengukuran pemuluran setelah tegangan awal diberikan. Bilamana
diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka kabel harus ditandai pada kedua ujungnya, ujung yang

ditarik dan ujung yang mati serta pada kopel (bila digunakan), sedemikian hingga slip dan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 551


1
masuknya kabel (draw-in) dapat diukur.
Bilamana terjadi slip pada salah satu kelompok kabel yang ditarik secara bersama-sama, maka
tegangan pada seluruh kabel harus dikendorkan, kabel-kabel diatur lagi dan kelompok kabel
tersebut ditarik kembali. Sebagai alternatif, jika kabel yang slip tidak lebih dari dua, penarikan
kelompok kabel dapat diteruskan sampai selesai dan kabel yang kendor ditarik kemudian.
Gaya pra-tegang harus dipindahkan dari dongkrak penarik ke abutment landasan pra-tegang
segera setelah gaya yang diperlukan (atau pemuluran) dalam kabel telah tercapai, dan tekanan
dongkrak harus dilepas sebelum setiap operasi berikutnya dimulai.
Bilamana untaian (strand) yang dilengkungkan disyaratkan, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan pengukuran pemuluran atau regangan pada

3.3 BAJA STRUKTUR

1.3.3.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini mencakup struktur baja dan bagian baja dari struktur baja komposit, yang
dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau
yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan struktur baja
baru, pelebaran dan perbaikan dari struktur. Pekerjaan akan mencakup penyediaan, fabrikasi,
pemasangan, galvanisasi dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. Logam struktur harus
meliputi baja struktur, paku keling, pengelasan, baja khusus dan campuran, elektroda logam
dan penempaan dan pengecoran baja. Pekerjaan ini harus juga terdiri atas setiap pelaksanaan
logam tambahan yang tidak disyaratkan lain, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan dengan
Gambar.
1.3.3.2 Pelaksanaan
1. Fabrikasi
a) Umum
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan dalam
ketentuan.
Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan, untuk
menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang berdampingan

yang tidak melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2 mm untuk jenis
sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 552


2
kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali
ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan ketebalan
yang timbul dari toleransi akibat proses roling maupun kombinasi toleransi akibat proses
roling dan kesalahan penjajaran yang diijinkan di atas, maka penyimpangan yang
melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian 1: 4.
b) Pemotongan
Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi yang
terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan pada
elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus dibulatkan
dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat penyambung,
batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan pemotongan cara geser
(shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan harus dibuang.
Setiap kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Sudut-sudut ini
umumnya dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm.
c) Lubang Untuk Baut
(1) Lubang untuk Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan Baut Hitam (tidak termasuk
toleransi rapat, baut silinder (turned barrel bolt) dan baut geser tegangan tinggi) :
Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter nominal paku keling
atau baut. Semua lubang harus dibor atau dibor kecil dahulu kemudian diperbesar
atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar.
Bilamana beberapa pelat atau komponen membentuk suatu elemen majemuk, pelat-
pelat tersebut harus digabung menjadi satu dengan menggunakan klem atau baut
penyetel dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi, atau
sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan dikerjakan berulang-ulang, pelat atau
komponen dapat dilubangi secara terpisah dengan menggunakan jig atau mal. Semua
bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang.

(2) Lubang Untuk Baut Pas dan Baut Silinder.


Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal baut batang (shank) atau
silinder (barrel), memenuhi toleransi + 0,15 mm dan – 0,0 mm.
Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder harus
digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang harus dibor sampai
seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan selanjutnya diperbesar setelah perakitan.

Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan maka bagian-bagian yang terpisah harus dibor
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 553
3
melalui jig baja dan diperbesar jika diperlukan. Semua bagian tepi lubang yang tajam
seperti duri akibat pelubangan harus dibuang.
(3) Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi.
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali disyaratkan lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk baut
sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal untuk baut yang
lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak minimum
dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus 1,7 kali
diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di rol atau dipotong dengan
las, harus 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus di bor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja dirakit
dan lubang diperbesar sampai diameter yang ditentukan. Bagian tepi lubang yang
tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang dengan alat pengupas (scraper).
Tepi lubang harus ditumpulkan sampai 0,5 mm. Setiap bekas tanda pada tepi
permukaan bidang kontak dari ring, baut dan mur harus dihilangkan. Pasak pengungkit
(drift) dapat dimasukkan ke dalam lubang untuk memudahkan pengaturan posisi dari
elemen- elemen baja, tetapi tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan selama
operasi tersebut dan perhatian khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebut
tidak rusak.
d) Pengaku
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban
terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik, di
lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari flens, dilas
sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada flens dimana
beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak
dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan
lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi.
e) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi)
Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan (proof load) harus
mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus digunakan
dimana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah satu bidang
yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang sedemikian hingga
seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh melebihi

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 554


4
6 mm di luar mur.

Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran. Suatu
"snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan tenaga
manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak kurang
dari 38 cm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus diketuk
dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali
ditentukan lain.
f) Baut Geser Tegangan Tinggi
(1) Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh melebihi
1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian-bagian yang akan
dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh diberi gasket (lem paking
mesin) atau setiap bahan yang dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk yang
berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali kerak pabrik
yang keras dan juga harus bebas dari bagian yang tajam seperti duri akibat
pemotongan atau pelubangan dan benda-benda asing lainnya, yang menghambat
elemen-elemen tersebut untuk dapat duduk sebagaimana mestinya.
2) Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan sekeliling
elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak pabrik, cat, gemuk, cat
dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya. Setiap bagian yang tajam seperti duri
akibat pemotongan atau pelubangan, atau kerusakan lain yang akan menghambat
elemen-elemen tersebut untuk duduk sebagaimana mestinya atau akan mempengaruhi
gaya geser di antara elemen-elemen tersebut harus dihilangkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran yang
cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang akan
dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
3) Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan pelat pada
elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak terjadi
pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung mempunyai bidang

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 555


5
kontrak yang rapat.

Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus dikalibrasi secara
teratur dan dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi sebelum pekerjaan pengencangan
baut dilaksanakan. Nilai torsi yang diberikan pemasok harus disesuaikan sebelum setiap
diameter dan mutu baut digunakan dalam pekerjaan.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun cara
pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau
sesuai dengan manual pengencangan baut yang diterbitkan oleh pemasok bahan
struktur baja yang akan dipasang, baik jenis struktur gelagar baja, gelagar baja
komposit atau rangka baja.
g) Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan
tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan
secara tertulis, untuk persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum memulai fabrikasi.
Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detail yang ditunjukkan dalam
Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dajulu oleh Direksi
Pekerjaan. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki sampai diterima
oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana perbaikan dengan pengelasan diperlukan, maka
perbaikan ini harus dilaksanakan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan
pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan.
Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan dengan
pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung “run-on” dan “run-off” pada
bagian ujung elemen.
h) Pengecatan
Pelaksanaan pengecatan sesuai dengan Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 (Pedoman
Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pengecatan).
i) Galvanisasi
Semua permukaan baja lainnya harus dicat atau digalvanis sesuai dengan desain
ketebalan cat atau galvanis yang telah ditentukan sesuai lokasi dimana struktur baja
tersebut akan dipasang dan/atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Untuk semua
komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar Baja Komposit termasuk balok,
pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 556


6
pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 atau ASTM A123M– 02.

j) Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk
identifikasi dan pemasok bahan struktur baja harus memberikan suatu diagram
pemasangan atau manual pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang
ditunjukkan di dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat elemen
struktur pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak mengalami
tegangan, deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.
Baut dengan panjang dan diamater yang sama, serta mur yang terlepas dari baut atau
ring harus dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan paket baut, ring
dan mur harus dikirim dalam kotak, krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan
tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar dan uraian dari bahan-bahan yang terdapat didalam
setiap kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman

3.4 JEMBATAN GELAGAR KOMPOSIT


Pemasangan jembatan komposit merupakan hal penting dan memerlukan tahapan-tahapan yang
harus dilakukan yaitu :

1. Pemasangan jembatan komposit terdiri atas dua tahap, yaitu


 Tahap pemasangan gelagar baja
 Pengecoran lantai yang merupakan bagian struktur dari jenis komposit

2. Pemasangan gelagar dapat dilaksanakan dengan cara perancah atau dengan cara
peluncuran.

3. Pemasangan Gelagar harus mengacu pada desain yang dilaksanakan, karena apabila
digunakan dengan cara peluncuran ( launching ), maka bisa terdapat anggapan dalam
perhitungan bahwa gelagar menahan semua beban mati beton yang berada di atas gelagar
sebelum beton mengeras.
Sedangkan pada pemasangan dengan cara perancah, perancah harus dihitung dapat
menahan beban gelagar baja dan beton sebagai beban mati sebelum mengeras.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 557


7
4. Buat camber sesuai yang disyaratkan , karena dengan tidak adanya camber akan
mengurangi kapasitas keamanan gelagar komposit

5. Gelagar komposit baru berfungsi sebagai komposit apabila beton yang berada di atas gelagar
tersebut mengeras dan bekerja sama dengan gelagar menjadi satu kesatuan dalam suatu
struktur.

6. Komposit terbentuk melalui Shear Connector yang dipasang pada gelagar melintang.

(Gambar IV.1. – Penampang Melintang Gelagar Komposit)

3.5 JEMBATAN RANGKA BAJA

3.5.1. Uraian
Pekerjaan ini jembatan rangka baja ini terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka
baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit, Bailey
atau sistem rancangan lainnya termasuk penanganan, pemeriksaan, identifikasi dan
penyimpanan semua bahan pokok lepas, pemasangan perletakan, pra-perakitan,
peluncuran dan penempatan posisi akhir struktur jembatan, pencocokan komponen lantai
jembatan (deck) dan operasi lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan
rangka baja sesuai dengan ketentuan.

(Gambar V.1. - Gambaran Umum Jembatan Rangka Baja)


Pengawasan Pekerjaan Jembatan 558
8
3.5.2. Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detil perakitan dan pemasangan, termasuk semua manual, denah penandaan dan daftar
komponen yang diperlukan, untuk setiap struktur jembatan rangka baja yang termasuk
dalam cakupan kerja dalam Kontrak di mana tidak terdapat detil yang dima-sukkan dalam
Dokumen Lelang, akan diterbitkan untuk Pelaksana setelah penin-jauan rancangan awal
selesai dikerjakan.

3.5.3. Perbaikan Terhadap Komponen Jembatan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Komponen struktur jembatan yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dirakit
dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap tidak memenuhi
ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Perbaikan dapat termasuk penggantian komponen yang rusak atau
hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang bengkok, perbaikan pelapisan per-
mukaan yang rusak atau hal-hal lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjan.

Pekerjaan perbaikan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebagai akibat adanya

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 559


9
komponen yang rusak atau hilang karena kelalaian Pelaksana, seluruhnya harus
dimasukkan sebagai beban Kontrator.

V.1.4. Pemeliharaan Komponen Jembatan Yang Memenuhi Ketentuan


Tanpa mengurangi kewajiban Pelaksana untuk melaksanakan perbaikan terhadap
komponen jembatan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan, pelaksana
juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua struktur jembatan
rangka baja yang telah selesai dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode
Pemeliharaan.

V.1.5. Jadwal Pekerjaan


Setelah penerbitan detil pelaksanaan untuk tiap jembatan rangka baja yang termasuk
dalam cakupan Kontrak, Pelaksana harus menjadwalkan program pekerjaannya sedini
mungkin dalam Periode Pelaksanaan. Urutan dan waktu yang sangat terinci dari operasi
pemasangan untuk setiap jembatan harus digabungkan dalam jadwal pelaksanaan
Pelaksana.

V.1.6. Pengendalian Lalu Lintas


Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan. Bilamana pemasangan struktur
jembatan rangka baja memerlukan pembongkaran atau penutupan seluruh jembatan lama,
maka program penutupan harus dikoordinasikan dengan Direksi Pekerjaan agar
pengalihan lalu lintas (detour) atau perlengkapan alternatif lainnya dapat disediakan untuk
memperkecil gangguan terhadap lalu lintas.

V.2. BAHAN
V.2.1. Umum
Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pemilik dan disimpan dalam satu depot penyimpanan
berbagai peralatan Pemilik atau lebih. Bahan untuk setiap struktur jembatan yang diberikan
dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya pada lokasi lain.
Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap stukrtur jembatan yang diberikan
dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang telah dibeli sebelumnya
oleh Pemilik. Sistem tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk komponen lantai
jembatan dan dapat dipasang dengan salah satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini :

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 660


0
a) Perakitan awal seluruh komponen utama struktur jembatan termasuk beban
pengimbang (counter-balance) yang cocok, pada penyangga sementara yang telah
disiapkan, dengan demikian struktur yang terpasang dapat secara bertahap
diluncurkan dari satu ujung jembatan ke ujung jembatan lainnya.
b) Perakitan bertahap komponen utama struktur jembatan dimulai dari struktur
rangka jangkar yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung jembatan.

V.2.2. Bahan Yang Disediakan oleh Pemilik


Bahan yang disediakan oleh Pemilik akan mencakup seluruh elemen, komponen,
perletakan, perkakas dan peralatan yang memungkinkan Pelaksana untuk merakit dan
memasang struktur jembatan rangka baja menurut prosedur yang disarankan oleh pabrik
pembuatnya.
Bahan-bahan yang disediakan untuk jembatan akan dipasang dengan prosedur antara lain
seperti berikut ini :

a) Pemasangan Dengan Cara Peluncuran


Seluruh panel rangka utama termasuk batang-batang penulangan jika diperlukan,
semua trasom, ikatan angin, pengaku vertikal, alat penggaru, patok dan perletakan
sendi bersama dengan semua perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung,
perangkat penyambung antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil untuk
merakit dan komponen peluncuran tambahan seperti rol perakitan, rol peluncur, rol
pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan bahan untuk perakitan kerangka
pengimbang dan ujung peluncuran (launching nose).

b) Pemasangan Dengan Perakitan Bertahap


Seluruh kerangka utama termasuk bagian elemen-elemen batang, diagonal, gelagar
melintang, pengaku (bracing), patok, balok (stringer), pelat buhul, pelat sambungan,
sandaran (railing), perletakan jenis neoprene, bersama dengan seluruh penyambung
yang diperlukan, perangkat penyambung antar struktur rangka, dongkrak hidrolik,
perkakas kecil untuk merakit dan bahan untuk perakitan struktur rangka jangkar.
Tergantung pada rancangan patent dari struktur jembatan rangka baja yang akan
dipasang, Pemilik juga dapat menyediakan bahan untuk pemasangan seluruh lantai
jembatan, termasuk semua unit lantai pra-fabrikasi, kerb, klem, baut dan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 661


1
perlengkapan lainnya, atau dapat menyediakan semua balok (stringer) baja yang
diperlukan, perletakan dan perlengkapan untuk pelaksanaan acuan lantai untuk
penempatan lantai kayu yang akan dilintasi kendaraan. Bilamana suatu lantai kayu
untuk lintasan kendaraan disediakan, maka papan dan kerb dari kayu akan dipasok
oleh Pelaksana.

V.2.3. Pemeriksaan, Pengumpulan, Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Jembatan


Seluruh bahan yang disediakan oleh Pemilik akan diperoleh Pelaksana pada satu depot
penyimpanan peralatan atau lebih yang telah ditentukan dan disebutkan dalam dokumen
lelang.
Pelaksana harus membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk serah terima yang
tepat pada waktunya, pengangkutan dan pengiriman yang aman ke lokasi pekerjaan atas
seluruh bahan yang disediakan oleh Pemilik. Pelaksana harus memeriksa dan mengawasi
kuantitas dan kondisi seluruh bahan yang akan disediakan oleh Pemilik terhadap daftar
pengapalan dari pabrik pembuatnya sebelum menerima bahan tersebut dan harus
melaporkan dan mendapatkan kepastian dari wakil Pemilik di depot penyimpanan bahan
atas setiap kerusakan atau kehilangan setiap bahan yang ditemukan. Pelaksana harus
menandatangani surat pengiriman begitu selesai pemeriksaan dan pencatatan, dan
selanjutnya harus bertanggung jawab atas kehilangan setiap bahan dalam
penanganannya.
Bahan yang disediakan oleh Pemilik yang hanya digunakan untuk sementara selama
operasi pemasangan, seperti bahan untuk struktur rangka jangkar (anchor frame), struktur
rangka pengimbang (counter-balance frame), perancah ujung peluncuran (launching nose
framework), rol perakitan, rol peluncuran, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan
perkakas perakitan lainnya, harus diinventarisasikan secara terpisah pada saat
diserahterimakan kepada Pelaksana. Pelaksana harus mengembalikan semua bahan
tersebut pada Pemilik dalam keadaan baik setelah operasi pemasangan selesai.

V.2.4. Penanganan dan Penyimpanan


Seluruh bahan harus disimpan sesuai dengan ketentuan seperti tersebut diatas dan
ketentuan tambahan sebagai berikut :

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 662


2
a) Seluruh bagian struktur baja dan bentuk lainnya harus ditempatkan di atas
penyangga kayu atau penahan gelincir di atas gudang atau tempat penyimpanan
yang mempunyai drainase yang memadai.
b) Bagian struktur berbentuk balok I atau profil kanal harus disimpan dengan
bagian badan (web) balok dalam posisi tegak untuk mencegah tergenangnya air dan
tertahannya kotoran pada bagian badan (web) balok tersebut.
c) Semua komponen sejenis harus disimpan di suatu tempat untuk kemudahan
pengenalan dan selama penyimpanan semua komponen harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga semua tanda pengapalan pada komponen tersebut dapat
ditemukan tanpa menggeser atau memindah komponen yang berse-belahan.
d) Seluruh baut dan perlengkapan kecil harus disimpan dalam penampung
atau kaleng di lokasi yang kering dan tidak terekspos cuaca.

V.2.5. Penggantian Komponen Yang Hilang Atau Rusak Berat


Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, komponen yang hilang atau rusak berat
seperti yang dicatat menurut point V.2.3 tersebut diatas belum diterima dari Pemilik, maka
harus disediakan oleh Pelaksana. Dalam hal ini, Pelaksana harus menjamin bahwa
semua komponen baru yang dipasok terdiri dari bahan yang setara atau lebih baik dari
spesifikasi pabrik aslinya, dan semua komponen fabrikasi dibuat, diselesaikan dan ditandai
dengan teliti sesuai dengan dimensi dan toleransi seperti ditunjukkan dalam gambar kerja
dari pabrik aslinya.
Penggantian komponen harus dilaksanakan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan diterima
oleh Direksi Pekerjaan. Sebagai tambahan, Direksi Pekerjaan dapat meminta sertifikat
bahan atau bukti pendukung lainnya atas sifat-sifat bahan yang dipasok bila dianggap
perlu.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 663


3
(Gambar V.2. - Penumpukan Bahan Jembatan)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 664


4
V.2.6. Perbaikan Komponen Yang Agak Rusak
Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, maka komponen yang dicatat menurut
point tersebut di atas dalam keadaan agak rusak saat diterima dari Pemilik harus diperbaiki
oleh Pelaksana. Perbaikan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan harus dibatasi pada
pelurusan pelat-pelat yang bengkok dan komponen minor lainnya, perbaikan retak yang
bukan karena kelelahan di bengkel dengan pengelasan dan pengembalian kondisi lapisan
permukaan yang rusak. Pekerjaan perbaikan tersebut harus dilaksanakan pada bengkel
yang disetujui sesuai dengan petunjuk dari Direksi Pekerjaan dengan ketentuan berikut
ini :

a) Pelurusan Bahan Yang Bengkok


Pelurusan pelat dan komponen minor dari bentuk-bentuk lainnya harus dilak-sanakan
menurut cara yang tidak akan menyebabkan keretakan atau kerusakan lainnya. Logam
tidak boleh dipanaskan kecuali kalau diijinkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana
dilakukan pemanasan maka temperatur tidak boleh lebih tinggi dari warna “merah
cherry tua” yang dihasilkan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 665


5
Bilamana pemanasan telah disetujui untuk pelurusan komponen yang meleng-kung
atau bengkok, logam harus didinginkan selambat mungkin setelah peker-jaan
pelurusan selesai. Setelah pendinginan selesai permukaan logam harus diperiksa
dengan teliti apakah terjadi keretakan akibat pelurusan tersebut. Bahan yang retak
tidak boleh digunakan dan seluruh bahan harus diganti sampai diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Perbaikan Hasil Pengelasan Yang Retak
Hasil pengelasan yang retak atau rusak pada komponen yang dilas di bengkel harus
dikupas, disiapkan dan dilas ulang dengan teliti menurut standar pengelasan yang
ditentukan pabrik pembuatnya sesuai dengan mutu atau mutu-mutu bahan yang akan
dilas. Prosedur pengelasan yang akan dipakai untuk pekerjaan perbaikan harus
dirancang sedemikian hingga dapat mem-perkecil setiap distorsi pada elemen
komponen yang sedang diperbaiki, agar toleransi fabrikasi yang ditentukan pabrik
pembuatnya dapat dipertahankan.
c) Perbaikan Lapisan Permukaan Yang Rusak
Sebagian besar komponen baja yang disediakan oleh Pemilik mempunyai
penyelesaian akhir pada permukaan dengan galvanisasi celup panas. Bilamana
permukaan bahan yang dipasok terdapat lapisan yang dalam keadaan rusak, maka
pengembalian kondisi pada tempat-tempat yang rusak harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan penyiapan permukaan dan pengecatan serta untuk perbaikan
permukaan yang digalvanisasi dengan proses celup panas.

V.2.7. Pemasokan Bahan Lantai Kayu


Jika disebutkan dalam gambar pabrik pembuat jembatan atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, Pelaksana harus melengkapi semua bahan kayu seperti papan lantai, papan
lintasan kendaraan dan kerb.
Kayu gergajian yang utuh untuk bahan lantai jembatan secara umum harus memenuhi
ketentuan bahan, penyimpanan dan kecakapan kerja untuk batang kayu (lumber) dan kayu
(timber). Semua kayu harus dipasok dalam keadaan sudah dipotong dan sudah dilubangi
menurut ukuran yang diberikan dalam gambar kerja dari pabrik pembuat jembatan.
Kecuali diperintah lain oleh Direksi maka baut, pasak, ring penutup dan perangkat keras
penghubung lainnya untuk memasang lantai kayu tidak boleh dipasok oleh Pelaksana.

V.3. PELAKSANAAN

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 666


6
V.3.1. Umum
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja, baik dengan peluncuran
maupun dengan prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap, harus dilaksanakan oleh
Pelaksana dengan teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku
petunjuk perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan ketentuan umum
yang disyaratkan di sini.

Atas permintaan Pelaksana, dukungan teknis tambahan oleh personil Pemilik yang
berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk memberi
pengarahan kepada insinyur dan teknisi pemasangan dari Pelaksana tentang prinsip-
prinsip perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja.
Struktur jembatan rangka baja yang disediakan oleh Pemilik dirancang untuk dirakit dan
dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung. Pengelasan di
lapangan yang tidak diijinkan kecuali secara jelas diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

V.3.2. Pekerjaan Sipil


Pekerjaan sipil untuk abutment dan pier yang mungkin terbuat dari kayu, pasangan batu
atau beton sesuai dengan Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan harus
dikerjakan sesuai dengan ketentuan. Semua pekerjaan sipil harus selesai di tempat dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum operasi perakitan dimulai.

V.3.3 Penentuan Titik Pengukuran dan Pekerjaan Sementara


Pelaksana harus menyiapkan dan menentukan titik pengukuran pada salah satu oprit
jembatan yang cocok untuk merakit suatu rangka jangkar untuk pengimbang dimana
pemasangan dengan cara perakitan bertahap akan dikerjakan, atau, bilamana pema-
sangan dengan cara peluncuran, struktur jembatan rangka baja yang telah lengkap
bersama dengan struktur rangka pengimbang dan ujung peluncur.
Semua penyangga dan kumpulan balok-balok kayu sementara dan/atau pondasi beton
yang disediakan oleh Pelaksana untuk pemasangan rol perakit, rol peluncuran, rol
pendaratan atau jangkar dan penyangga struktur rangka jangkar harus ditentukan titik
pengukurannya dengan akurat dan dipasang pada garis dan elevasi yang benar
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar pemasangan dari pabrik pembuatnya.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa seluruh rol dan penyangga
sementara terpasang pada elevasi yang benar agar sesuai dengan bidang peluncuran
yang telah dihitung sebelumnya dan/atau karakteristik lendutan untuk panjang ben-tang
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 667
7
jembatan yang akan dipasang.

V.3.4. Pemasangan Perletakan Jembatan


Perletakan jembatan dapat berupa jenis perletakan elastomerik atau perletakan sendi yang
terpasang pada plat perletakan dan balok kisi-kisi.
Tiap jenis perletakan harus dipasang pada elevasi dan posisi yang benar dan harus pada
perletakan yang rata dan benar di atas seluruh bidang kontak. Untuk perletakan jembatan
yang dipasang di atas adukan semen, tidak boleh terdapat beban apapun yang diletakkan
di atas perletakan setelah adukan semen terpasang dalam periode paling sedikit 96 jam,
perlengkapan yang memadai harus diberikan untuk menjaga agar adukan semen dapat
dipelihara kelembabannya selama periode ini. Adukan semen harus terdiri dari satu bagian
semen portland dan satu bagian pasir
berbutir halus.

(Gambar. V.3. - Pemasangan Perletakan)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 668


8
V.3.5. Perakitan Komponen Baja
Komponen baja harus dirakit dengan akurat sesuai dengan tanda yang ditunjukkan pada
gambar kerja pabrik pembuat jembatan dan sesuai dengan prosedur urutan pemasangan
yang benar yang dirinci dalam prosedur pemasangan. Selama perakitan bahan-bahan
harus ditangani dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian yang
melengkung, retak atau kerusakan lainnya. Pemaluan yang dapat melukai atau
menyebabkan distorsi terhadap elemen-elemen tidak diijinkan.
Sebelum perakitan semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari kotoran, minyak,
kerak yang lepas, bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan,
bintik-bintik, dan cacat lainnya yang akan menghambat pemasangan yang rapat atas
komponen-komponen yang dirakit.
Baut penghubung harus dipasang dengan panjang dan diameter yang benar sebagai-
mana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik pembuat jembatan. Ring harus
ditempatkan di bawah elemen-elemen (mur atau kepala baut) yang berputar dalam
pengencangan. Bilamana permukaan luar bagian yang dibaut mempunyai kelandaian 1 :
20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring serong yang halus harus dipakai
untuk mengatasi ketidaksejajarannya. Dalam segala hal, hanya boleh terdapat satu
permukaan tanpa kelandaian, elemen yang diputar harus berbatasan dengan permukaan
ini.

V.3.6. Prosedur Pemasangan


Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan prosedur pema-
sangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik pembuat jembatan. Kontrak-tor
harus melaksanakan operasi pemasangan dengan memperhatikan seluruh keten-tuan
keselamatan umum dan harus memastikan bahwa struktur jembatan stabil dalam setiap
tahap dalam proses pemasangan.
Untuk jembatan yang dipasang dengan prosedur peluncuran, Pelaksana harus meng-ambil
seluruh langkah pengamanan yang diperlukan untuk memastikan bahwa selama seluruh
tahap pemasangan struktur jembatan aman dari pergerakan bebas pada rol. Pergerakan
melintasi rol selama operasi peluncuran harus dikendalikan setiap saat.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 669


9
Seluruh bahan pengimbang (counter-weight) dan perancah sementara pekerjaan baja atau
kayu untuk rangka pendukung pengimbang harus dipasok oleh Pelaksana. Beban
pengimbang harus diletakkan dengan berat sedemikian rupa sehingga faktor keamanan
untuk stabilitas yang benar seperti yang diasumsikan dalam perhitungan pemasangan dari
pabrik pembuat jembatan dicapai pada tiap tahap perakitan dan pemasangan.
Operasi pemasangan dengan peluncuran atau perakitan bertahap harus dilaksanakan
sampai struktur jembatan rangka baja terletak di atas lokasi perletakan akhir. Pelaksana
kemudian harus memulai operasi pendongkrakan dengan menggunakan peralatan
dongkrak hidrolik dan kerangka dongkrak yang disediakan oleh Pemilik. Struktur jembatan
harus didongkrak sampai elevasi yang cukup untuk memungkinkan penyingkiran seluruh
balol-balok kayu sementara, rol penyangga dan penyambung antar struktur rangka (link
sets) sebelum diturunkan sampai kedudukan akhir jembatan.

Operasi pendongkrakan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan prosedur


pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan Pelaksana harus mengikuti urutan dengan
benar dari pemasangan dan penggabungan komponen-komponen khusus selama operasi
ini.

Beberapa methode pemasangan rangka baja dapat dilihat berikut ini :

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 770


0
(Gambar V.4. - Methode Perancah)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 771


1
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 772
2
(Gambar V.5. - Methode Semi Cantilever)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 773


3
(Gambar V.6. - Methode Semi Cantilever)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 774


4
(Gambar V.7. - Methode Peluncuran)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 775


5
V.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

V.4.1. Cara Pengukuran


a) Pemasangan Struktur Jembatan Rangka Baja
Pemasangan struktur jembatan rangka baja harus diukur untuk pembayaran dalam
jumlah total kilogram struktur baja yang selesai dikerjakan di tempat dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan. Berat masing-masing komponen harus diambil dari gambar kerja
dan daftar komponen dari pabrik pembuat jembatan.
Berat total struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai berat semua
komponen masing-masing baja yang digunakan dalam pema-sangan struktur akhir,
termasuk bagian-bagian baja fabrikasi, pelat, perletakan jembatan semi permanen,
baut, mur, ring dan pengencang lainnya, dan lantai pra-fabrikasi lainnya, bilamana
lantai ini termasuk dalam rancangan. Berat komponen baja yang digunakan selama
operasi pemasangan yang bukan berasal dari bagian struktur akhir, termasuk
komponen dan perlengkapan untuk struktur rangka pengimbang, rangka penjangkaran,
kerangka pendongkrak, ujung peluncur, rol perakit dan sejenisnya tidak boleh
dimasukkan dalam berat yang diukur untuk pembayaran.
Bilamana lantai kayu disebutkan dalam gambar pelaksanaan atau oleh Direksi
Pekerjaan, berat perlengkapan perangkat keras untuk lantai kayu tidak boleh
dimasukkan dalam pengukuran untuk pemasangan.

b) Pengangkutan dan Pengiriman Bahan


Pengangkutan dan pengiriman dari semua bahan yang disediakan oleh Pemilik harus
diukur dan dibayar dalam jumlah total kilogram. Pengukuran dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh kepada Pelaksana untuk pemeriksaan dan
pencatatan seluruh bahan pada satu depot penyimpanan yang disebutkan dalam
dokumen lelang atau lebih, untuk pengangkutan dan pengiriman bahan ke lokasi
pekerjaan, termasuk semua operasi pemuatan dan penanganan selama
pengangkutan, dan untuk pengembalian komponen yang hanya digunakan untuk
sementara dalam kondisi yang baik ke depot penyimpanan yang ditentukan oleh
Direksi Pekerjaan setelah pemasangan struktur jembatan rangka baja selesai.

c) Pemasokan Komponen Pengganti


Penggantian komponen yang hilang atau yang sangat rusak berat, jika ditentukan oleh
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 776
6
Direksi Pekerjaan, maka kompensasi untuk pemasokan setiap komponen pengganti
harus dibuat berdasarkan untuk Baja Struktur sesuai dengan ketentuan.

d) Perbaikan Komponen Yang Rusak


Perbaikan komponen yang rusak, bilamana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Maka
Pelaksana akan menerima kompensasi untuk setiap pekerjaan perbaikan komponen
yang rusak sesuai dengan ketentuan pengukuran dan pembayaran untuk
pengembalian kondisi komponen baja.

e) Lantai Kayu Jembatan


Lantai kayu jembatan, bilamana diperlukan dalam gambar pelaksanaan atau
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka kompensasi untuk penyediaan,
pemotongan, pengeboran, perawatan, penempatan, pemasangan dan penyelesaian
lantai kayu harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

Pengukuran Pekerjaan Pengembalian Kondisi Untuk Lantai Jembatan Kayu


Pekerjaan pengambalian kondisi untuk lantai jembatan kayu harus diukur untuk
pembayaran sebagai jumlah aktual dalam meter persegi dari denah luas permukaan
lantai jembatan kayu yang telah selesai dikerjakan sampai memenuhi ketentuan dan
diterima secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran untuk pembayaran lantai jembatan kayu berdasarkan meter persegi harus
dianggap sebagai kompensasi penuh kepada Pelaksana untuk seluruh operasi yang
dilakukan dalam membongkar dan membuang kayu yang usang, patah atau rusak dan
penyediaan, pembuatan, pengawetan, pemasangan dan penyelesaian semua
komponen baru yang terletak di atas perletakan, termasuk papan lantai kayu,
perletakan dan balok-balok penunjang struktur lainnya, pemasangan kerb kayu, papan
trotoar, sandaran dan semua pengencang struktural yang berkaitan dan sambungan
perangkat keras lainnya.

V.4.2. Dasar Pembayaran


Kuantitas untuk pengangkutan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja
sebagaimana yang ditentukan di atas harus dibayarkan menurut Harga Kontrak per satuan
pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi
penuh untuk pemeriksaan, pencatatan, pengangkutan, pengiriman, pembongkaran,

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 777


7
penanganan dan penyimpanan semua bahan yang dipasok oleh Pemilik, untuk
perlengkapan dan penentuan titik pengukuran pekerjaan sementara, pemasangan
perletakan jembatan semi permanen, perakitan dan pemasangan komponen baja untuk
struktur jembatan, pembongkaran kembali dan pengembalian ke tempat penyimpanan
Pemilik untuk pemasangan pekerjaan baja sementara, rol, dongkrak dan perkakas khusus
dan untuk penyediaan semua pekerja, peralatan, perkakas lain dan keperluan lainnya yang
diperlukan atau yang biasa untuk penyelesaian pekerjaan pemasangan yang sebagaimana
mestinya sesuai dengan ketentuan dalam Seksi dari Spesisfikasi ini.

(Tabel V.1 – Pengukuran dan Pembayaran Rangka Baja)


Nomor Mata Uraian Satuan
Pembayaran Pengukuran

7.5.(1) Pemasangan Jembatan Rangka Baja Kg

7.5.(2) Pengangkutan Bahan Jembatan Kg

3.6 JEMBATAN KHUSUS

VI.1. JEMBATAN CABLE STAYED (KABEL CANCANG)

VI.1.1. Umum
Suspension bridge atau jembatan suspensi terbagi dalam dua macam disain yang berbeda
yaitu “ suspension bridge (jembatan gantung)” yang berbentuk “M” dan “cable stayed
bridge” (jembatan kabel cancang) yang berbentuk “A”.
Jembatan cable stayed tidak memerlukan dua tower dan empat angker seperti jembatan
gantung, namun kabel tersebut ditarik dari struktur jalur jalan ke tower tunggal (pylon)
untuk diikat dan ditegangkan

(Gambar VI.1
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 778
8
- Jembatan cable stayed)

(Gambar VI.2 - Tower, Girder & Roadway)

VI.1.2. Cable Stayed


Cable stayed (contoh ini diambil dari OVM China dengan spesifikasi Nasional China)
merupakan struktur utama dari jembatan suspensi jenis cable stayed. Cable stayed terdiri
dari 3 (tiga) komponen utama yaitu : bagian angker (anchored section), bagian bebas
(freedom section) dan bagian antara (transition section).

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 779


9
(Gambar VI.3. - Diagram Struktur cable stayed)

Kabel prategang ditempatkan pada struktur Pylon (Tower) dan pada girder, untuk
selanjutnya dilakukan penegangan pada salah satu ujung yang hidup.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 880


0
(Gambar VI.4. – Cara Penempatan Kabel Prategang)

(Gambar
VI.5. – Cara
Stressing
Kabel
Prategang)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 881


1
(Gambar VI.6. – Cara Pemasangan Tower)

VI.1.3. Cara Pemasangan PC Girder


Tahapan pemasangan PC Girder dapat digambarkan sebagai berikut :
 Tempatkan crane mengapung dekat Tower, pasang bagian bawah Tower;
 Pasang sejumlah segmen Girder baja pada Tower secara balance cantilever;
 Tempatkan crane didekat Tower;
 Diarah darat, girder dipasang bertahap menuju arah tower;
 Girder lanjutan dipasang dari arah tower ke arah darat;
 Demikian juga pasang girder dari Tower ke arah Tower yang lain

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 882


2
 Girder dari Tower ke Tower akan bertemu ditengah-tengah dan diakhiri dengan girder
penutup

(Gambar VI.7 – Pemasangan PC Girder/Deckbridge/Roadway)

VI.2. JEMBATAN SUSPENSION (GANTUNG)

VI.2.1. Umum
Jembatan gantung merupakan suatu kabel yang melintas diatas sungai atau laut dengan
lantai jembatan (struktur jalur jalan) digantung pada kabel tersebut. Umumnya jembatan
kabel yang modern mempunyai dua tower yang tinggi sebagai tempat kabel

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 883


3
dikaitkan/ditumpangkan, artinya tower tersebut merupakan penyangga dari berat struktur
jalur jalan tersebut.

(Gambar VI.8 – Suspension Bridge)

VI.2.2. Material
a. Bangunan atas
Jembatan gantung terdiri dari Rangka Pengaku (Stiffening Truss) tipe Warren Truss
(vertikal dan diagonal) dan lantai beton bertulang.
Tower dibuat dari beton pratekan prategang atau konstruksi baja sesuai ketentuan
yang berlaku dan pemilihan bentuk serta tinggi selain berdasarkan kekuatan dan
stabilitas juga harus mempertimbangkan estetika.
Kabel mempunyai bentuk parabolic dengan ratio kedalaman dari kabel utama dan
camber harus ditentukan sesuai kebutuhan kekuatan, stabilitas serta estetika. Kabel
dan penggantung harus digalvanisir (fully galvanized) sesuai ketentuan.

b. Pekerjaan Baja Struktur


Pekerjaan baja menggunakan baja struktur low-alloy weathering steel, agar
ekonomis biayanya maka desain harus berdasarkan baja mutu tinggi (high tensile
steel ) dengan yield strength fy = 355 N/mm² (quality Fe 510 atau yang setara)
Rolled material sebelum digunakan harus lurus, apabila akan diluruskan harus
dengan methode tertentu adan tidak boleh merusak material baja tersebut. Apabila
material terlihat bergelombang, bengkok dan tertekuk harus ditolak. Qualitas baja
harus dijamin oleh sertifikat yang dikeluarkan pabrik baja pensuplai material baja
tersebut.
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 884
4
c. Pekerjaan Sambungan
Untuk sambungan digunakan high tensile friction grip bolts and nuts
d. Pengujian
i). Pemeriksaan saat pembuatan dipabrik meliputi hal-hal :
 Karakteristik bahan, kualitas baja, sertfikat dari pabrik baja
 Dimensi profil apakah sesuai gambar rencana
 Proses pembuatan, kualitas dan akurasinya apakah sesuai spesifikasi (antara
lain pemotongan, pengelasan, pelubangan dan lain-lain)
 Coating terhadap permukaan baja
 Pengepakan dan pengangkutan
ii). Pemeriksaan saat pemasangan (erection)
 Perakitan harus sesuai gambar rencana/gambar kerja
 Keperluan adanya Modifikasi lokasi
 Penyambungan komponen baja dilapangan (baut, paku kelin, pengelasan)
 Lendutan saat cantilever, ganjal sementara pada pilar dan pendongkrakan
untuk leveling akhir
 Pengecatan akhir
 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
iii). Pengujian akhir
Setelah selesai pekerjaan, dilakukan sertifikasi namun diperlukan pemeriksaan
akhir yang mencakup :
 Pengecekan alinyemen dan level final
 Tingkat pelayanan bearing, expansion joint dan drainase
 Lendutan saat bekerja beban mati
 Lendutan saat adanya beban lalu-lintas
 Oscillation saat adanya beban lalu-lintas
 Perbaikan-perbaikan atas kerusakan kecil saat pemasangan (lapis pelindung
permukaan baja yang rusak/galvanized)
 Pembongkaran seluruh pekerjaan/instalasi sementara

VI.2.3. Pemasangan Jembatan Gantung


Pemasangan jembatan gantung berikut ini diambil dari pemasangan ”The Akashi – Kaikyo
Suspention Bridge – Japan”.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 885


5
a). Pemasangan Tower

(Gambar VI.9 – Pemasangan Tower)

b). Pemasangan Kabel


Pemasangan kabel dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(Gambar
VI.10 –

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 886


6
Pemasangan Pilot Roper & Catwalk)

Bentangkan tali pengarah (Pilot Roper) diantara Tower sampai ke angker,


 Pasang juga tali pengangkut/penarik dan alat pengangkut (carrier)
 Pasang tali jalan kerja dan system lantainya (Catwalk) ;
 Pasang kabel kawat prategang
 Pasang pita kabel dan tali Penggantung
 Selanjutnya siap untuk pemasangan girder truss/stiffening frame

(Gambar VI.11 – Pemasangan Strand & Cable Band + Hanger Rope)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 887


7
c). Pemasangan Girder Methode Elemen

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 888


8
(Gambar
C.5.12 –

Pemasangan Girder Methode Elemen)

Anggap terdapat dua Tower A dan B, maka pada masing-masing lokasi Tower
pelaksanaan pemasangan Girder Truss (lebih ekonomis dibanding box girder dari
beton/presstressed) dengan methode elemen dapat dijelaskan berikut ini :

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 889


9
 Tempatkan sepasang crane diatas ponton (crane mengapung) untuk mengangkat
girder truss dari bawah ke posisinya disisi darat dan tower ;
 Pada sisi darat, sebagai tahap awal pasang 8 (delapan) panel girder (large block)
yang digantung pada tali penggantung (hanger rope) yang sudah disiapkan
 Pada saat yang bersamaan pada posisi Tower pasang 6 (enam) panel kearah darat
dan ke arah tengah
 Selanjutnya pada ujung masing-masing panel yang sudah terpasang tersebut
ditempatkan crane yang dapat bergerak (traveling crane) untuk melakukan
pemasangan secara bertahap segmen per segmen untuk kemudian bertemu dengan
semen yang bergerak dari arah lainnya.
 Untuk bentang dari angker ke tower maka segmen akan bertemu didekat tower dan
pada bentang tower ke tower akan bertemu ditengah-tengah bentang.

d). Pemasangan Girder Methode Blok


 Setelah Tower, kabel strand dan tali penggantung terpasang maka disiapkan untk
memasang girder truss;
 Pasang gantry pada tali pengarah dan siapkan ponton/kapal pengangkut girder dan
siapkan tower crane di posisi tower serta crane mengapung di arah darat;
 Girder mulai dipasang blok per blok menggunakan gantri dan ponton mulai dari
tengah-tengah bentang tower ke tower menuju ke tower masing-masing, serta girder
dipasang dari arah darat/angker dengan menggunakan crane terapung;
 Dilanjut dengan menggunakan gantri baik dari tower ke angker dan tower ke tengah
yang pada akhirnya bertemu disatu titik tertentu dan diselesaikan/disambung dengan
blok/segmen penutup (lihat gambar).

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 990


0
bar C.5.13

Pemasangan Girder Methode Blok)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 991


1
3.7 Latihan soal
Berikut ini, sebagai alat ukur mengukur tingkat pemahaman pelatihan dalam pembelajaran materi
pemeliharaan jembatan, adalah sebagai berikut:
1. jelaskan persyaratan acuan untuk pembuatan unit pracetak yang akan di gunakan
bangunan atas.
2. Jelaskan apa yang harus di perhatikan pada saat pengangkutan pracetak.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 992


2
3. Jelaskan urutan pengecoran bila bangunan atas (gelagar dan lantai di cor di tempat).

3.8 Rangkuman

Bangunan atas dapat di buat di pabrik dengan istilah (Unit pracetak), biasanya dibuat di luar lokasi
dan dibuat dalam kuantitas yang cukup, sehingga harus digunakan acuan yang tahan lama dan
bermutu tinggi. Bagian – bagian pracetak yang tipikal dari bangunan atas jembatan adalah papan
– papan lantai, pelat lantai, gelagar, pelat soffit lantai, unit kereb dan tiang (post).

Unit – unit pracetak dapat mudah rusak pada waktu penanganan, penumpukan dan
pengangkutan. Jika tersedia alat – alat pengangkut dalam unit, alat tersebut harus dipakai. Saat
pengangkutan dan penyimpanan harus diperhatikan lokasi titik penyangga, bahan pembungkus,
kemungkinan terjadi pelendutan atau pemuntiran dan gerakan relative (premovement).

Selain unit pracetak dapat pula bangunan atas dibuat dari beton bertulang yang dibuat dengan
menggunakan perancah. Perancah yang dibuat harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada
waktu banjir, apabila dilaksanakan pada saat kemungkinan adanya banjir. Kestabilan dan kekuatan
perancah sangat dominan. Setelah perancah selesai dibuat dan diyakini stabil dan kuat, mulai
dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton bertulang.

Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis, kurangnya selimut
dapat mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton, sedangkan terlalu banyak selimut
dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat tidak tercapai.

Pemasangan besi tulangan harus sering diperiksa ukuran besi tulangan pada waktu pembengkokan
di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan di luar lokasi.

Pada saat sebelum pengecoran perlu diperhatikan : kebersihan acuan, cuaca, penerangan bila
pengecoran malam hari, tersedia kayu untuk stop-end, tenaga dan fasilitas untuk quality control,
ketinggian jatuh material beton dan alat pemadat.

BAB 4 PENGENDALIAN MUTU


PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 993


3
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 994
4
4.1 PENGERTIAN

Keberhasilan proyek tergantung dari antara lain 3 (tiga) sasaran utama dalam manajemen proyek
yaitu tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu. Pengendalian mutu mempunyai pengertian
sebagai suatu upaya pengawasan dan tindakan turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan
jalan dan jembatan dalam rangka memenuhi persyaratan- persyaratan teknis yang telah
ditentukan dalam spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat dari suatu proyek
yaitu sebagai berikut :

 Semua unsur proyek yaitu Penyedia Jasa Pelaksana, Konsultan Pengawas dan Pemimpin
Kegiatan harus benar-benar menguasai materi Pengendalian Mutu dan harus memastikan
bahwa manajemen Penyedia Jasa Pelaksana telah cukup terlatih.
 Pelaksana Pembangunan Jembatan benar-benar menguasai buku Spesifikasi Teknis yang
mengatur jenis dan metode-metode pengujian yang disyaratkan dan frekuensi pengujian
minimum yang diperlukan. Juga menguraikan berapa nilai dari hasil pengujian yang sebanding
dengan bahan atau pembuatannya yang memenuhi atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengujian tambahan apabila diperlukan

4.2 TUGAS YANG HARUS DILAKSANAKAN


1. Lembar Pemeriksaan dan Lembar Monitoring tersedia dikantor Direksi Teknis dan
harus dibawa oleh personil yang bersangkutan, diisi pada saat melakukan
pengawasan dan disimpan sampai proses validasi dilakukan.
2. Instruksi Lapangan dibuat rangkap 2 (dua), asli diberikan kepada Penyedia Jasa dan
salinan disimpan sebagai arsip.
3. Buku Komunikasi harus berada di kantor Direksi Teknis dan diisi setiap hari oleh
setiap personil Direksi Teknis sesuai dengan kegiatan dan kondisi di lokasi pekerjaan
yang diawasinya.
4. Semua personil Direksi Teknis harus membaca Buku Komunikasi setiap pagi untuk
mengetahui tugas masing-masing.
5. Pengawas harus mengawasi dari waktu ke waktu pelaksanaan pekerjaan di lokasi
pekerjaan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 995


5
6. Lab. Technician harus mengawasi dari waktu ke waktu pelaksanaan pengujian mutu
pekerjaan di lokasi pekerjaan dan di laboratorium
7. Lab. Technician harus meminta copy lembar pengujian yang telah ditandatangani
bersama.
8. Chief Inspector secara berkala melakukan pengawasan kegiatan Inspector di lokasi
pekerjaan.
9. Quality Engineer secara berkala melakukan pengawasan kegiatan Lab . Technician di
lokasi pekerjaan dan di laboratorium.
10. Semua peralatan yang digunakan harus sesuai dengan yang diusulkan dan telah
disetujui dalam pemeriksaan Request pekerjaan bersangkutan

3.5 PROSEDUR DAN TANGGUNG JAWAB


PELAKU &
No PENANGG. KEGIATAN REKAMAN
JAWAB
1. Inspector 1. Memeriksa kesiapan kerja khususnya terkait dengan Instruksi
instruksi/catatan yang ada pada Data Pendukung Request Kerja
dan/atau Lembar Pemeriksaannya. 1. Lembar
 Apabila ada instruksi/catatan terkait dengan yang akan Monitoring
dikerjakan dan instruksi/catatan tersebut belum Penerimaa
dilaksanakan, buat dan berikan peringatan atau instruksi n Material
penghentian pekerjaan tergantung dari sifat yang
penyimpangan yang dilakukan. sesuai
 Apabila tidak ada instruksi/catatan atau instruksi/catatan 2. Instruksi
telah dilaksanakan, awasi pelaksanaan pekerjaan. Lapangan

2. Mengawasi pasokan bahan jika pekerjaan


membutuhkannya.
 Periksa tiket pengiriman bahan, sumber bahan harus 1. Lembar
sesuai dengan Data Pendukung Request. Jika tidak buat Pemeriksa
dan berikan instruksi penolakan. an
 Periksa mutu bahan secara visual diatas alat angkut, jika Pekerjaan
meragukan koordinasikan dengan Lab. Technician. Jika yang
memenuhi syarat, instruksikan untuk menuang bahan sesuai
pada tempat yang sudah ditentukan. 2. Buku
Komunika
3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan si
ketentuan pada Spesifikasi, untuk masing-masing Jenis
Pekerjaan. Pergunakan Instruksi Kerja yang sesuai.
 Apabila hasil pekerjaan sudah layak secara visual,
koordinasikan pengawasan pengujian mutu dengan Lab.
Technician.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 996


6
2. Lab. Segera setelah mendapat permintaan dari Inspector Lembar
Technician melakukan pengawasan pengujian mutu pekerjaan, sesuai Pemeriksaan
dengan ketentuan pada Spesifikasi. Pergunakan Instruksi Pengujian
Kerja yang sesuai. yang sesuai
Informasikan hasil pengujian mutu pekerjaan kepada
Inspector. Buku
Komunikasi
3. Chief 1. Chek dan evaluasi metode kerja yang diajukan oleh
Inspector penyedia jasa sesuai dengan ketentuan.
(Quantity 2. Chek persiapan kondisi lapangan dan peralatan yang akan
Engineer) digunakan serta material sesuai dengan kebutuhan
lapangan (dengan menggunakan daftar simak), pastikan
peralatan kerja layak digunakan.
3. Pengawasan selama proses pekerjaan dilaksanakan dan
pastikan tidak mengalami penyimpangan.
4. Evaluasi hasil pekerjaan dan pastikan hasil pekerjaan
sesuai ketentuan yang disyaratkan.
4. Quality 4. Check hasil uji mutu bahan olahan atau material lain
Engineer yang akan digunakan, informasikan kepada Chief
Inspector.
5. Pastikan mutu material bahan olahan sesuai ketentuan,
jika tidak buat catatan atau rekomendasi material hasil
pengujian.
6. Chek mutu hasil pekerjaan sesuai ketentuan spesifikasi
teknik.
7.
5. Site 1. Kontrol terhadap metode kerja yang diajukan Penyedia
Engineer Jasa dan kecukupan material serta kesiapan peralatan
(SE) yang diperlukan.
2. Evaluasi Performa/Kinerja hasil pekerjaan apakah sesuai
dengan ketentuan yang disyaratkan, jika tidak buat
catatan atau rekomendasi hasil pekerjaan.

1. Untuk mewujudkan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi sebagai
bagian dari dokumen kontrak, maka harus dilakukan pengendalian :
 Pengendalian mutu bahan baku
Bahan baku meliputi antara lain : tanah, pasir, batu kali, dan sebagainya.
Dilaksanakan untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang dipakai (oleh Kontraktor)
adalah cocok dan memuaskan. Ini jelas sangat penting bahwa bahan-bahan untuk
pengujian kualitas dilaksanakan dan dilaporkan dengan baik kepada Pemimpin
Kegiatan / Pengawas Teknik sebelum dan sesudah bahan-bahan itu dikerjakan.
 Pengendalian mutu bahan olahan

Bahan olahan antara lain : agregat sub base, agregat base, aspal, semen, campuran
aspal beton, campuran beton semen dan sebagainya.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 997


7
 Pengendalian mutu hasil pekerjaan (atau penerimaan)
Dilaksanakan untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan dari Kontraktor memenuhi
standar yang telah ditentukan. Hasil dari pekerjaan tersebut diperlukan oleh Pemimpin
Kegiatan / Pengawas Teknik untuk menentukan apakah pekerjaan itu diterima atau
tidak.

Catatan penting yang perlu mendapat perhatian bagi 3 unsur Kegiatan (Pemimpin Kegiatan –
Konsultan Pengawas – Kontraktor) adalah : Hindari penolakan (rejected) pekerjaan setelah
produk terpasang.

2. Pengendali Mutu harus memastikan semua pengujian yang diperlukan menurut spesifikasi atau
menurut keperluan Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik dilaksanakan secepat mungkin,
semua keputusan / hasil dicatat dengan sempurna, disimpan, dan secepatnya akan diserahkan
kepada Pengendali Mutu Lapangan supaya pekerjaan berkualitas jelek (tidak diterima) dapat
diketahui lebih dini. Untuk mencapai tujuan diatas, Pengendali Mutu harus melaksanakan
tugas berikut :
 Mengawasi terus-menerus Lab. Technician Kontraktor dalam melaksanakan pengujian
yang telah ditentukan, pengawasan pengambilan bahan contoh, ketelitian pengujian,
pelaporan.
 Memberi petunjuk kepada staff Kontraktor dimana contoh yang cocok harus diambil dan
menentukan bahwa frekuensi pengambilan contoh dan pengujian adalah mencukupi dan
memenuhi persyaratan frekuensi yang ditetapkan.
 Tentukan bahwa semua pengujian pada semua material dan pekerjaan lapangan telah
dicatat dengan sempurna oleh Lab. Technician Kontraktor kedalam Laporan Harian dan
disimpan secara tersendiri, simpanan terpisah yang terdiri dari semua laporan-laporan dan
hasil-hasil pengujian.
 Pastikan bahwa Lab. Technician Kontraktor melaporkan hasil-hasil dari semua pengujian
dengan menggunakan formulir laboratorium standar.
 Serahkan ringkasan Laporan Mingguan untuk semua hasil pengujian kepada Pengawas
Teknik Lapangan bersama dengan saran-saran mengenai diterima atau ditolaknya material

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 998


8
atau pekerjaan, berdasarkan pada hasil pengujian dan pengamatan prosedur yang
dilaksanakan oleh Lab. Technician Kontraktor.
 Laksanakan secara terpisah dari pekerjaan Lab. Technician Kontraktor, tiap pengambilan
contoh dan pengujian yang mungkin diperintahkan oleh Pemimpin Kegiatan untuk maksud
mendapatkan pemeriksaan yang terpisah dari hasil pengujian yang disediakan oleh
Kontraktor.

4. Sebagai Pengendali Mutu harus memberi petunjuk kepada staff Kontraktor dalam
pengambilan contoh dan harus juga bekerja-sama dengan Lab. Technician Kontraktor
melakukan pengujian. Kontraktor bertanggung-jawab, dibawah ketetapan-ketetapan
kontrak, untuk bekerja-sama dengan wakil yang diberi kuasa dari Pemimpin Kegiatan
dalam melaksanakan pengujian-pengujian yang ditentukan. Pengendali Mutu tidak harus
melakukan sendiri pekerjaan pengambilan bahan contoh atau pengujian, tetapi secara
seksama mengawasi Lab. Technician Kontraktor sewaktu mereka menjalankan pekerjaan.
Pengendali Mutu harus melaporkan secepat mungkin kepada Site Manager untuk kemudian
diteruskan kepada Construction Manager jika terdapat :

a. Ketidak-cukupan jumlah pengujian yang telah dilakukan.


b. Prosedur pengambilan contoh yang digunakan adalah salah.
c. Prosedur pengujian yang digunakan adalah salah.
d. Alat-alat di laboratorium Kontraktor dibawah standar yang sepantasnya atau tidak
mencukupi, atau tidak bekerja.
e. Pencatatan atau pelaporan untuk hasil-hasil pengujian adalah salah atau dipalsukan
dengan berbagai cara.

4.3 PENGAMBILAN CONTOH

1. Standar pengambilan contoh / sampling


Metode standar AASHTO yang relevan untuk pengambilan contoh material teknik utama
yang dipakai pada kegiatan pembangunan jembatan
Standar-standar tersebut harus dipelajari dengan baik oleh seluruh Petugas Pengendali
Mutu, karena pengambilan contoh yang benar adalah sama pentingnya dengan percobaan
yang tepat dalam mencapai hasil pengujian akhir.
2. Pengambilan contoh bahan dari truck
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 999
9
Agregat pada truck-truck harus diambil dari 3 atau lebih parit-parit yang digali memotong
muatan tersebut pada titik-titik yang nampak di permukaan akan mewakili material
tersebut. Dasar parit harus tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan agregat dan kira-
kira lebar 30 cm juga dasar parit harus tampak rata.
3. Pengambilan contoh bahan dari belt conveyor
Untuk memperoleh bahan contoh agregat dari belt conveyor, matikan conveyor dan pilih
sepanjang belt yang memberikan jumlah contoh bahan yang diinginkan. Kemudian harus
memisahkan contoh bahan dari material yang lainnya pada belt dengan mendorong keluar
material pada ujung contoh bahan.
4. Mengurangi ukuran contoh bahan agregat
Biasanya tata cara pengambilan contoh bahan memerlukan pengambilan agregat dengan
kuantitas yang lebih besar dari pada ukuran sebenarnya yang digunakan untuk pengujian.
Dalam hal ini ukuran contoh bahan tersebut harus dikurangi, disamping masih tetap
mewakili keseluruhan material. Hal ini dikerjakan dengan membagi-baginya. Pembagian
merupakan tata cara yang paling tepat jika menggunakan alat pembagi mekanis untuk
memperkecil contoh bahan.
5. Teknik pengambilan contoh bahan secara acak
Pengendali Mutu tidak boleh mengijinkan bahan-bahan contoh untuk selalu diambil tepat
pada jarak maximum yang diijinkan didalam spesifikasi. Tetapi setelah menentukan jarak
pengambilan contoh bahan yang tepat untuk suatu daerah yang disediakan, maka hal
yang paling penting adalah mengambil contoh bahan tepat pada jarak tersebut selama
pekerjaan. Apabila hal ini dilakukan, contoh-contoh bahan yang diperoleh tersebut akan
benar-benar merupakan suatu contoh bahan pekerjaan yang acak (yaitu akan benar-benar
mewakili) dan pada pengujian akan menghasilkan statistik yang berarti (harga rata-rata,
standar deviasi, dlsb).
6. Ukuran contoh bahan
Sebagai aturan umum, contoh-contoh bahan harus selalu sebesar seperti yang dapat
dilaksanakan karena hal ini memungkinkan mereka mendapatkan material yang mewakili
sumbernya. Juga jika masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan timbul selama atau
sesudah pengujian, sangat bermanfaat untuk mempunyai suatu bagian yang mewakili dari
bahan contoh asli yang siap untuk pengujian kembali.
7. Memberi label bahan contoh

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


100
0
Bahan contoh harus selalu diberi label yang jelas di lapangan dan label tersebut harus
memperlihatkan lebih kurang keterangan-keterangan sebagai berikut :
a. Lokasi dari pengambilan contoh bahan.
b. Daerah jalan dimana contoh bahan / material telah diambil dari atau dimaksudkan
untuk lapisan atau tingkatan konstruksi.
c. Tanggal pengambilan contoh bahan.
d. Keterangan singkat tentang tipe contoh bahan dan sifat visual.
e. Tiap contoh bahan harus juga diberi nomor, yang harus terlihat pada label.

4.4 PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

1. Pemeriksaan Pengendalian Mutu Acak


Adalah sangat penting bagi Pengendali Mutu untuk tidak mengawasi tugas tersebut pada
waktu yang bersamaan atau pada lokasi yang sama. Kadang-kadang pekerja-pekerja di
lokasi produksi bisa sangat hati-hati apabila mereka pikir pemeriksaan akan dilakukan
sebentar lagi dan kemudian relax setelah Petugas Pengendali Mutu pergi. Apabila ini
terjadi, maka pemeriksaan akan menjadi sia-sia.
2. Administrasi Teknik Pengendalian Mutu
Dalam menerapkan masalah pengendalian mutu mengacu kepada spesifikasi yang telah
disetujui oleh Pengguna Jasa, pedoman pengendalian mutu ini disiapkan dalam rangka
tertib administrasi dan tertib implementasi masalah mutu, dan yang mampu menjawab
masalah.
3. Komponen utama aspek pengendalian mutu
Guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas, aspek-
aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi.
4. Penyimpanan bahan / material
a. Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.
b. Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat
diperiksa oleh Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik / Petugas Pengendali Mutu.
c. Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


101
0
d. Bahan-bahan yang yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan
atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
e. Penumpukan berbagai ragam agregat untuk beton, harus dipisahkan dengan papan
pembatas guna mencegah pencampuran bahan-bahan.
5. Cara pengangkutan material / campuran
Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik dapat mengenakan pembatasan bobot
pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada disekitar
kegiatan.
6. Pengujian material yang akan digunakan
a. Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh Pengendali Mutu.
Staf anggota team Pengendali Mutu setiap saat akan membuat rencana untuk
menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja kontraktor.
b. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan, namun
dapat diperiksa ulang dan di-test kembali oleh Petugas Pengendali Mutu.
c. Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat
persertujuan dari Petugas Pengendali Mutu, jenis dan jumlah test seperti yang
disebutkan dalam spesifikasi.
7. Pengujian Rutin Laboratorium
 Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau
campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama pekerjaan
berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan.
 Jenis dan frekuensi / jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.
8. Test Lapangan
Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan pengujian / tes
lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan pengujian.

9. Administrasi dan Formulir-Formulir


Administrasi, tata-cara pengendalian mutu pekerjaan serta formulir-formulir yang akan
digunakan mengikuti yang sudah baku, dan atau yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
unsur proyek.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


102
0
4.5 KETENTUAN TEKNIS PENGENDALIAN MUTU

3.5.1 Umum
KetentuanTeknis pengendalian mutu merupakan bagian yang penting dalam penerapan QC.
Pada saat ini metoda pelaksanaan umumnya di bahas pada awal proyek, yaitu pada waktu
PCM (Pre Construction Meeting ). Pembahasan juga semestinya mencakup hal yang lebih
luas, yaitu rencana mutu Penyedia Jasa dan Konsultan. Metoda pelaksanaan yang tepat
akan menjamin hasil pekerjaan sesuai dengan persyaratan. Demikian juga pengendalian
mutu yang tidak hanya berorientasi pada produk akhir tetapi pada setiap tahapan proses
pekerjaan akan lebih menjamin tercapainya kualitas yang diinginkan dan menghilangkan
resiko kerugian di akhir produk.
Pengendalian mutu pekerjaan jembatan terdiri dari :

1. Pengendalian Mutu Pekerjaan Beton


2. Pengendalian Mutu Pekerjaan Beton Prestresed
3. Pengendalian Mutu Pekerjaan Baja Tulangan
4. Pengendalian Mutu Pekerjaan Baja Struktural
5. Pengendalian Mutu Pemasangan Struktur Jembatan Baja
6. Pengendalian Mutu Pekerjaan Tiang Pancang
7. Pengendalian Mutu Pekerjaan Pondasi Caison
8. Pengendalian Mutu Pekerjaan Adukan Semen
9. Pengendalian Mutu Pekerjaan Pasangan Batu
10. Pengendalian Mutu Pekerjaan Sambungan Ekspansi
11. Pengendalian Mutu Pekerjaan Perletakan
12. Pengendalian Mutu Pekerjaan Sandaran Jembatan Baja

Sebagian dari pengendalian mutu masing-masing pekerjaan tersebut diatas dapat diperinci
sebagai berikut :

4.5.1 Pekerjaan Beton

a). Penerimaan Bahan


Sebelum digunakan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dengan bukti-bukti tertulis

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


103
0
b). Pengawasan

Adanya personil dengan keahlian khusus untuk melakukan pengawasan


c). Perencanaan campuran
 Ketentuan sifat-sifat campuran
 Penyesuaian campuran
 Pelaksanaan campuran
 Pengujian campuran
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
d). Ketentuan Sifat-sifat Campuran
 Sesuai dengan proporsi takaran campuran pada job mix
 Campuran yang tidak memenuhi ketentuan “slump” yang diusulkan tidak boleh digunakan
kecuali untuk penggunaan terbatas
 Apabila pengujian beton campuran uji (trial mix) pada umur 7 hari < persyaratan maka
beton tidak boleh dijadikan job mix dan dicari penyebabnya
e). Penyesuaian Campuran
 Penyesuaian mudah dikerjakan (kelecakan atau workability)
 Kadar semen tidak berubah
 Rasio air/semen tidak dinaikkan
 Tidak ada pengadukan kembali
 Diizinkan menggunakan bahan tambahan seizin Direksi Pekerjaan
 Penyesuaian kekuatan
 Menambah kadar semen dan tidak lebih dari persyaratan
 Menggunakan bahan tambahan (additif)
 Penyesuaian untuk bahan-bahan baru
 Tidak diizinkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan
 Akan dilakukan kembali pengujian campuran dengan bahan yang baru tersebut f).
Pengujian di lapangan
 Pengujian untuk Kelecakan (Workability)
 Dengan menggunakan nilai slump untuk setiap pencampuran beton
g). Pengujian kuat tekan
 Setiap 10 m3 beton yang dipasok pada setiap hari harus ada 1 set (3 buah ) pengujian kuat
tekan untuk setiap jenis mutu beton pada 28 hari

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


104
0
 Pengujian merupakan uji tekan dengan sepasang benda uji silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm
 Mutu beton yang diterima apabila
 Rata-rata nilai hasil uji kuat tekan dari benda uji > ( fc’ + k.S.r) di mana S = nilai deviasi
dan tidak ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc’, k = 1,64 dan r = faktor
koreksi untuk jumlah benda uji < 30 buah
 Pengambilan benda uji yang mewakili
 Menggunakan statistik sesuai dengan standar deviasi
fc’= fcm – ( k.S).r
Nilai k adalah 1,64 untuk jumlah benda uji 30 buah
 Jumlah benda uji 1 set (3 buah) setiap 10 m3 pada setiap jenis struktur. Benda uji yang
diuji adalah 2 buah, apabila dari 2 buah benda uji tersebut terdapat perbedaan > 5%,
maka benda uji ke-3 diuji, dan untuk perhitungan S digunakan 2 buah benda uji dengan
nilai terdekat
 Syarat tidak boleh ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc’,
h). Faktor Pengali Untuk Jumlah Benda Uji 30
Jumlah benda uji yang harus diuji adalah 30 benda uji, apabila kurang dari 30 maka harus
dilakukan penyesuaian deviasi dengan faktor pengali sebagai berikut:

 f  f c.m 
2
ci

S 1

n
1
dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
n = Jumlah benda uji

Tabel 2.1. - Angka koreksi deviasi “r”


Jumlah Faktor Jumlah Faktor Jumlah Faktor
benda uji koreksi benda koreksi benda uji koreksi “r”
“r” uji “r”

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 1


105
0
10 1,36 17 1,14 24 1,05
11 1,31 18 1,12 25 1,04
12 1,27 19 1,11 26 1,03
13 1,24 20 1,09 27 1,02
14 1,21 21 1,08 28 1,02
15 1,18 22 1,07 29 1,01
16 1,16 23 1,06 > 30 1,00

Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka dilakukan
koreksi dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 - Penyesuaian kuat tekan


Kuat tekan karakteristik Nilai kekuatan lebih minimal
fc’ (MPa) (MPa)
< 21 7
21 ≤ fc’ ≤ 35 8,5
> 35 10

 Bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka diambil langkah-langkah untuk


meningkatkan kuat tekan beton
 Bila terjadi kuat tekan << maka harus dilakukan core drill pada daerah yang
diragukan sebanyak 3 buah
 Jika hasil dari 3 buah core drill rata-rata > 0,85 f c dan tidak ada satupun < 0,75 fc
maka secara struktural beton dianggap baik
 Pengujian tambahan dapat dilakukan apabila diperlukan, dengan alat impact echo,
UPV, core drill dll.

4.5.2 Beton Prategang

a) Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik tinggi,
bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel
sesuai dengan AASHTO M203 - 90. Untaian kawat tersebut harus mempunyai

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 10


2
kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm dan kekuatan batas minimum dari 19.000
2
kg/cm .
b) Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi dengan panjang
menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai dengan AASHTO M204 - 89.
c) Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemu-dian
2
diregangkan secara dingin minimum sebesar 9.100 kg/cm .
Setelah peregangan dingin, maka sifat fisiknya akan menjadi sebagai berikut :
2
 Kekuatan batas tarik minimum : 10.000 kg/cm .
 Kekuatan leleh minimum, diukur dengan per- panjangan
0,7% menurut metode pembebanan tidak boleh kurang
2
dari : 9.100 kg/cm .
2
 Modulus elastisitas minimum : 25.000.000 kg/cm
 Pemuluran (elongation) min. setelah runtuh (rupture)
dihitung rata-rata terhadap 20 batang
: 4 %.
 Toleransi diamater : + 0,76 mm.
- 0,25 mm

d) Pemasokan
Kawat baja kuatt tarik tinggi atau batang baja kuat tarik tinggi yang akan digunakan dalam
pekerjaan pra-tegang harus dipasok dalam gulungan berdiameter cukup besar agar dapat
mempertahankan sifat-sifat yang disyaratkan dan akan tetap lurus bila dibuka dari
gulungan tersebut. Bahan harus dalam kondisi baik, tidak tertekuk atau bengkok.
Bahan tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak, gemuk,
cat, lumpur atau bahan-bahan lainnya yang tidak dike-hendaki tetapi juga tidak licin karena
digosok.

e) Pemberian Tanda
Kabel harus disimpan dalam kelompok-kelompok menurut ukuran dan panjangnya, diikat
dan diberi label yang menunjukkan ukuran kabel dalm gulungan.
f) Penyimpanan

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 11


Bahan kabel, kawat, batang baja, jangkar, selongsong harus disimpan di bawah atap yang
kedap air, diletakkan terpisah dari permukan tanah dan harus dilindungi dari setiap
kemungkinan kerusakan.
g) Penjangkaran
Penjangkaran harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum baja pra-
tegang, dan harus memberikan penyebaran tegangan yang merata dalam beton pada
ujung kabel pra-tegang. Perlengkapan harus disediakan untuk perlindungan jangkar dari
korosi.
Perkakas penjangkaran untuk semua sistem pasca-penegangan (post-tension) akan
dipasang tepat tegak lurus terhadap semua arah sumbu kabel untuk pasca-penegangan.
Jangkar harus dilengkapi dengan selongsong atau penghubung yang cocok lainnya untuk
memungkinkan penyuntikan (grouting).
h) Selongsong
Selongsong yang disediakan untuk kabel pasca-penegangan harus dibentuk dengan
bantuan selongsong berusuk yang lentur atau selongsong logam bergelombang yang
digalvanisasi, dan harus cukup kaku untuk mempertahankan profil yang diinginkan antara
titik-titik penunjang selama pekerjaan penegangan. Ujung selongsong harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gerak bebas pada ujung jangkar.
Sambungan antara ruas-ruas selongsong harus benar-benar merupakan sambungan logam
dan segera harus ditutup sampai rapat dengan menggunakan pita perekat tahan air untuk
mencegah kebocoran adukan.
Selongsong harus bebas dari belahan, retakan, dan sebagainya. Sambungan harus dibuat
dengan hati-hati dengan cara sedemikian hingga saling mengikat rapat dengan adukan.
Selongsong yang rusak harus dikeluarkan dari tempat kerja. Lubang udara harus dise-
diakan pada puncak dan pada tempat lainnya dimana diperlukan sedemikian hingga
penyuntikan adukan semen dapat mengisi semua rongga sepanjang seluruh panjang
selongsong sampai penuh.

i) Pekerjaan Lain-lain
Air yang digunakan untuk pembilasan selongsong harus mengandung baik kapur sirih
(kalsium oksida) maupun kapur tohor (kalsium hidro-oksida) dengan takaran 12 gram

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 12


per liter. Udara bertekanan, yang digunakan untuk meniup selongsong, harus bebas dari
minyak.

Dalam pengendalian mutu data pengujian harus lengkap , serta data penerimaan bahan sesuai
dengan persyaratan yang dibuktikan secara tertulis serta ditandatangani oleh yang
menyerahkan dan yang menerima.
Pengawasan dalam pengendalian mutu ini sangat penting, sehingga diperlukan ahli dalam
bidang sistem penegangan kabel prategang, dan dilengkapi dengan benda uji, rakitan angkur,
penerimaan unit-unit sebelumnya dengan lengkap

4.5.3 Baja Tulangan


1. Bahan

1.1. Baja Tulangan


a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar dan
memenuhi Tabel berikut ini :
Tabel 2.3. - Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

Tegangan Leleh Karakteristik atau


Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang
memberikan regangan tetap 0,2
2
(kg/cm )
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800

b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.

1.2) Tumpuan untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu K250 seperti yang disyaratkan dalam ketentuan dari Spesifikasi ,

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 13


terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh
diijinkan sebagai tumpuan.
1.3) Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi AASHTO
M32 - 90.

2. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal tidak
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftar
dan diagram tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram,
untuk memenuhi rancangan dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang
disyaratkan dalam ACI 315;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja
Akhir (Final Shop Drawing);
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh
sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidak
boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau
yang sedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan
kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui
lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan
kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada
Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau
bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan
dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.

d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan


pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah
dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus
yang

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 14


cukup di tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki
kesalahan atau kelalaian.
e). Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama
dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

4.5.4 Baja Struktur

1. Penerimaan bahan
 Pengendalian mutu
 Penanganan dan penyimpanan
 Perbaikan terhadap komponen jembatan yang tidak memenuhi ketentuan
 Penggantian komponen yang hilang atau rusak berat
 Perbaikan komponen yang agak rusak
 Pelurusan bahan yang agak bengkok
 Perbaikan hasil pengelasan yang retak
 Perbaikan lapisan permukaan yang rusak
2. Pemeliharaan komponen jembatan yang telah diterima
Penyedia jasa wajib melaksanakan pemeliharaan dan perlindungan terhadap semua
komponen yang telah diterima di lapangan dan menjamin bahwa semua komponen baja
struktur aman dan terlindung, sehingga terjamin permasalahan perakitan.
3. Fokus pengendalian mutu pelaksanaan struktur baja
 Pekerjaan sipil
 Penentuan titik pengukuran dan pekerjaan sementara
 Pemasangan landasan
 Perakitan komponen baja
 Prosedur pemasangan
 Sambungan baut
 Cek kekuatan baut
 Cek dimensi baut
 Cek kuat tarik baut
 Ring (washer)

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 15


 Jenis washer, kekuatannya serta dimensi
 Ulir
 Panjang ulir dibandingkan dengan ukuran pelat yang akan disambung
 Kekencangan
 Sesuaikan dengan jenis, mutu serta dimensi baut
4. Kapasitas baja struktur
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau di las
harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 270-04. Baja yang digunakan sebagai bagian
struktur baja harus mempunyai sifat mekanis baja struktural seperti dalam tabel.

Tabel 2.4. - Sifat Mekanis Baja Struktural

Peregangan
Jenis Tegangan putus Tegangan leleh minimum,
minimum
baja minimum, fu (MPa) fy (MPa)
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18

BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit
yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.

5. Baut, Mur dan Ring


(1) Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade A, dan mempunyai
kepala baut dan mur berbentuk segienam (hexagonal).
Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi
Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang
dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164M - 90 dengan
2
tegangan leleh minimum 5700 kg/cm dan pemuluran (elongation) minimum 12 %.
Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 16


(2) Komposisi kimiawi dan sifat mekasninya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(3) Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya harus lebih
besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Ukuran
lainnya boleh berbeda;
Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh berbeda
dari ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung
pada
Tabel 2.5. - Gaya Tarik Baut Minimum

Diameter nominal baut (mm) Gaya tarik minimum (kN)


16 95
20 145
24 210
30 335
36 490

Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari AASHTO
M164M-90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.
6. Paku Penghubung Geser Yang di Las
Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169 - 02 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade 1015,
1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".
7. Bahan Untuk Keperluan Pengelasan
Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas
baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183-90, harus memenuhi ketentuan dari
ASTM A233.
8. Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang menyatakan
bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula standar dan memenuhi
semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik pembuatanya. Sertifikat harus
menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku, dan diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 17


Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau bagian-
bagian yang di rol, baut, bahan dan pembuatan landasan jembatan dan galvanisasi.

4.5.5 Tiang Pancang


1. Analisis Pekerjaan Tiang pancang Dinamis

Kasus I
 Ada kesepakatan dengan ahli teknik sistem analisis TPD untuk pengukuran gelombang
tegangandalam menentukan kedalaman TP dan kriteria pemancangan
 Jumlah pengujian 5% dari jumlah TP
 Pemancangan harus sesuai dengan kriteria (pengawasan produksi) sejumlah pengujian
20% jumlah TP untuk jaminan bahwa kapasitas mencukupi.
 Kontrol total sebanyak 25% dari jumlah TP, nilai faktor keamanan dapat direduksi dari 3
menjadi 2
Kasus II
 Perencana sudah konsultasi dengan analis TPD untuk menentukan jenis TP yang paling
efisien.
 Ahli teknik sistem ATPD melakukan studi untuk beberapa jenis TP untuk menentukan
pilihan yang akan digunakan
Kasus III
 Pelaksana melaksanakan pekerjaan sesuai spesifikasi, TP tidak sesuai desain
 Dilakukan pengujian sebelum pelaksanaan pemancangan dilanjutkan
Kasus IV
 Adanya kerusakan pada TP
 Ahli teknik melakukan pemeriksaan keutuhan dengan menggunakan pengujian dinamis

2. Jaminan mutu
 Penerimaan bahan
 Penyimpanan dan perlindungan bahan
 Tiang uji (test pile)
o Dilaksanakan untuk mengetahui kepastian kapasitas daya dukung TP pada suatu
kedalaman tertentu
o Jumlah tiang uji minimal 1 dan maksimal 4

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 18


o Lokasi tiang uji dapat di dalam lokasi atau di luar lokasi proyek
o Pengujian pembebanan (loading test)
o Pembebanan I dilaksanakan sesuai beban rencana dan dipantau
o Pembebanan II adalah sampai 2 x beban rencana dengan 3 x penambahan beban
interval waktu 2 jam, jika terdapat penurunan 0,15 mmdalam waktu 15 menit, maka
pembebanan dikurangi 50%
o Pembebanan tersebut ditahan selama 48 jam, kemudian beban ditiadakan
o Pembebanan dapat ditingkatkan lebih dari 2 x dengan setiap penambahan sebesar
100 kN sampai tiang runtuh yaitu terdapat penurunan total sebesar 25 mm atau
penurunan permanen 6,5 mm

4.5.6 Sumuran
Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan masalah unit beton pracetak yang telah
dibuat sebelumnya:
 Unit beton pracetak dicetak pada landasan pengecoran
 Tidak boleh diangkut sebelum berumur 14 hari atau mencapai 85% dari kuat tekan
 Tidak boleh diturunkan sebelum sambungan berumur 24 jam
 Penurunan sumuran disesuaikan dengan kondisi tanah
 Dinding sumuran diturunkan dengan gravitasi (akibat berat sendiri)
 Dasar sumuran diberi beton
 Sumuran diisi dengan mutu beton K-250 sampai 1 m di bawah poer bangunan
bawah
 Bagian atas sumuran tidak boleh lebih tinggi daripada dasar poer

 Baja tulangan dari sumuran harus dimasukkan dalam poer 40 x diameter

4.6 DAFTAR SIMAK PENGENDALIAN MUTU

Untuk mempermudah pelaksanaan pengendalian mutu, maka diperlukan suatu daftar simak
yang dapat dilihat pada LAMPIRAN D berikut ini.

LAMPIRAN D :

DAFTAR SIMAK
D. 1a. Persiapan Pengecoran Beton
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 19
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Hari / Tanggal :
Jasa :
Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Umum o Kelengkapan gambar Peleksanaan
dan Detail Kelengkapan gambar
Peleksanaan dan Detail Perancah Ya Tidak

o Pemeriksaan pada Kondisi Tempat


Penyimpanan Semen Ya Tidak
2. Penyiapan o Pemeriksaan pada Jalur Jalan kerja Ada Tidak
Tempat Kerja yang Stabil
o Pengendalian pada kondisi Lokasi /
Tempat Kerja Ada Tidak

o Pengendalian Terhadap
Pemasangan dan Pembongkaran Ya Tidak
Acuan

3. Sambungan o Pengendalian terhadap


Konstruksi Pemasangan Tulangan dan Ya Tidak
sambungan Konstruksi

o Pengendalian terhadap Pekerja dan


Bahan Tambahan. Ya Tidak

4. Konsolidasi o Pemeriksaan Terhadap Alat


penggetar Mekanis dan Jumlah Ada Tidak
Minimumnya

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 1b. Pelaksanaan Acuan Beton

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 20


Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. kekuatan o Perhitungan terhadap
semua beban (beban mati, Ya Tidak
beban saat ada kegiatan
pelaksanaan, beban
kesamping, beban lateral,
dan beban kondisi khusus)

o Keamanan terhadap pekerja Ya Tidak


2. kekakuan o Pengendalian terhadap
bentuk dan alinemen yg Ya Tidak
ditentukan

3. Penampilan o Pengendalian terhadap Ya


derajat kedatarannya, Tidak
alinemen yg tidak tepat dan
kekasaran permukaan

4. Pembongkaran o Dapat digunakan kembali Ya Tidak


tanpa kehilangan bentuk

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 1c. Pelaksanaan Pengecoran Beton
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Tempat Kerja o Pengendalian terhadap
Temperatur Bahan Ya Tidak

o Tingkat Penguapan Ya Tidak


2. Pengujian untuk o Pengendalian terhadap
Workability Pengujian Slump Ya Tidak

3. Pengujianan Kuat o Pengendalian terhadap


Tekan Frekuensi Pengujian Kuat Ada Tidak
Tekan dan Mutu Beton

4. Pengecoran o Schedule Pelaksanaan Ada Tidak


o Media Air untuk Acuan dan Ada Tidak
Permukaan Beton
o Pengendalian Terhadap Ya Tidak
Pelaksanaan Pengecoran
5. Konsolidasi o Pengendalian Pemadatan
Beton dengan Penggetar Ya Tidak
Mekanis
o Pengendalian Sudut Sekitar Ya Tidak
Tulangan
6. Kendali o Terhadap Bentuk dan Ada Tidak
Pelaksanaan Dimensi
o Terhadap Alinyemen Ada Tidak
Vertikal dan Horizontal
o Terhadap Kedudukan dan Ada Tidak
Elevasi
o Terhadap Penutup / selimut Ada Ada
Beton
TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 1d. Pekerjaan Akhir Beton
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pembongkaran Acuan o Pengendalian terhadap
Pembongkaran Acuan dan Ya Tidak
Perancah
2. Permukaan (Pengerjaan o Pengendalian terhadap
Akhir Biasa) Permukaan Beton setelah Ada Tidak
Pembongkaran
o Pengendalian terhadap
Pemotongan Perangkat Kawat
dan Tonjolan Mortar oleh Ada Tidak
sambungan
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Pengisiapan Ya Tidak
Lubang Besar akibat keropos
3. Pengerjaan Akhir o Pengendalian terhadap
Permukaan Terekspos Penggaruan pada Pelat dan
Perataan Permukaan bukan Ya Tidak
Horizon
4. Perawatan dengan o Pengendalian terhadap Beton
Pembasahan Ada Tidak
setelah mengeras
5. Perawatan dengan Uap o Pengendalian Terhadap
Perawatan Beton setelah Ada Tidak
mengeras
o Pengendalian terhadap
Temperatur ruang uap dan Ada Tidak
Pendinginan temperatur
o Pemeriksaan Terhadap Ada Ada
Penggunaan bahan aditif dan
Beton Perlindungan
TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 2a. Pekerjaan Pembuatan Beton Pratekan/Prategang
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan o Pengendalian Pelaksanaan Balok
dan Papan terhadap Toleransi Ya Tidak
o Pengendalian Pelaksanaan
Tiang Pancang terhadap Ya Tidak
Toleransi
o Pengendalian terhadap
Pemasangan Pipa Acuan,
Pembentukan Rongga dalam Ya Tidak
Beton dan Perakitan Kabel Pra-
tegang
o Pengendalian Terhadap
Penyuntikan Selongsong,
Pembentukan Selimut Beton
dan Operasi Penegangan Pra- Ya Tidak
tegang
o Pemeriksaan Baja Pra-tegang
Ya Tidak
terhadap Korosi
o Pencatatan Data :
1. Beton hasil Pratekan Ya Tidak
2. Kabel untuk Penegangan
2. Pelaksanaan Balok o Pengendalian Perakitan
Pratekan Segmental Selongsong dan Permukaan luar Ya Tidak
o Pengendalian Pelaksanaan
Ya Tidak
Sambungan Beton
TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 2b. Penegangan sebelum pengecoran Beton pratekan (pre-tension)
Direksi Teknis : Request No.
Penyedia Jasa :
: Hari / Tanggal
Lokasi Penghamparan : : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan Pengendalian Pembuatan
Landasan sesuai Gambar Ya Tidak

Pengendalian terhadap
Penempatan Kabel dan Alat
Pelengkung Ya Tidak
(Hold Down)

Pengendalian pada Gaya Awal Ya Tidak


dan Pra-tegang

Pemeriksaan Tanda pada Kopel


Pencatatan Tekanan Dongkrak Ya Tidak

Pengendalian pada Pelepasan


Kabel dan Masuknya Kabel
(Draw-In) Ya Tidak

Pengendalian Lubang Penutup


dan Pemotongan Kabel
Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 2c. Penegangan Sesudah Pengecoran Beton Pratekan (Post-Tension)
Direksi Teknis Request No. :
: Hari / Tanggal :
Penyedia
Jasa :
Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Penempatan Jangkar o Pengendalian Penempatan Jangkar
dan Tutup Jangkar dari Beton Ya Tidak
2. Penempatan Kabel Pengendalian terhadap Lubang
Jangkar dan Kabel agar bebas Ya Tidak
bergerak
3. Kekuatan Beton yang o Pengendalian terhadap Kekuatan
diperlukan beton dan Masa Perawatan Ya Tidak
4. Besar Gaya Pra- o Pengendalian terhadap Proses
Tegang yang Penegangan dan Perpanjangan Ya Tidak
diperlukan Kabel
5. Prosedur Penarikan o Pengendalian terhadap Proses
Kabel Penarikan Kabel dengan Dongkrak Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap kedua ujung
Kabel Ya Tidak
o Pencatatan dan Pembuatan Grafik Ya Tidak
6. Penarikan Kabel o Pengendalian terhadap Penegangan
dengan 2 Dongkrak dan Perpanjangan Ya Tidak
7. Penarikan Kabel o Periksa Tanda Kedua Ujung untuk
dengan 1 Dongkrak mengukur Pemuluran Kabel (Draw Ya Tidak
In)
8. Lubang Penyuntikan o Pemeriksaan Terhadap Lubang
(Grauting Hole) Penyuntikan pada Jangkar dan
Selongsong Ya Tidak
o Pemeriksaan Terhadap Diameter
Lubang Penyuntikan dan Lubang
Pembuangan Udara Ya Tidak
9. Penyuntikan dan o Pengendalian terhadap Penyuntikan
Penyelesaian Akhir Kabel dan Selongsong Ya Tidak
setelah Pra-Tegang
o Pemeriksaan terhadap Peralatan
Pencampur dan Permukaan Adaukan Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap Rasio Air


Semen dan Kekentalan Grouting Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN


Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 2d. Pengangkutan, Penyimpanan, Pemasangan Beton Pratekan

Direksi Teknis Request No.

: Penyedia Jasa : Hari / Tanggal


Lokasi Penghamparan : : Jalur : Ka / Ki
:Pelaksanaan

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Penangan, Pengendalian terhadap
Pengangkutan dan Pemberian Tanda unit Ya Tidak
Penyimpanan Beton Pracetak

Pengendalian terhadap
Pengangkutan,
Penyimpanan,
Pengangkatan dan Ya Tidak
Pengemasan pada Baja Pra-
tegang

2. Pemasangan Unit Beton Pengendalian pada


Tumpuan untuk Unit. Ya Tidak
Pratekan
Pengendalian pada
Pelaksanaan Unit yang Ya Tidak
ditanam pada adukan
Semen.
Pengendalian Pengaturan
Posisi Unit. Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 3a. Pembentukan Baja Tulangan

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan o Pemeriksaan kesesuaian
Baja Tulangan terhadap
Pembengkokan : Ya Tidak
1. Diameter Baja Tulangan
2. Baja Polos atau baja Ulir

o Pengawasan terhadap
Proses Pembentukan :
1. Pembengkokan Baja
Tulangan sesuai Diagram
Pembengkokan. Ya Tidak
2. Jumlah Baja Tulangan
sesuai dengan Diagram
Pembengkokan

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 3b. Pemasangan Baja Tulangan

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan o Pemeriksaan kesesuaian Baja
Tulangan dilokasi terhadap
Gambar Kerja, dalam Bentuk
dan Jumlah Baja Tulangan Ya Tidak

2. Tumpuan Tulangan harus


dari Batang Besi
Ringan atau bantalan Ya Tidak
Beton Pracetak

3. Kawat Pengikat
Tulangan harus dari Ya Tidak
Kawat baja Lunak

4. Pengawasan o Penempatan Tulangan sesuai


Pemasangan dan Gambar Kerja
Pengikatan o Tebal Selimut Beton yang
Memenuhi Syarat
o Kebersihan pada Tulangan
o Tulangan Bebas dari Ya Tidak
Pengelasan
o Pengikatan Batang
Tulangan

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 30


D. 4a. Pemasangan Baja Struktur

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki


Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Pemasangan o Pengendalian terhadap
Pemasangan Sesuai Ya Tidak
dengan Toleransi
2. Sambungan dengan o Pengendalian terhadap
Baut Standar Pemasangan Mur dan Ya Tidak
Baut
o Pemeriksaan pada
Kancing Pelindung dan Ya Tidak
Pemasangan Baut
3. Baut Geser Tegangan o Pemeriksaan terhadap
Tinggi Kelandaian Bidang Kontak Ya Tidak
dengan Kepala Baut dan
Mur.
o Pemeriksaan terhadap
Kalibrasi Alat Pengencang Ya Tidak
Baut
4. Perakitan Pekerjaan o Pengendalian terhadap
Baja Perakitan dan Ya Tidak
Pemasangan Rangka
Baja
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Penguncian Ya Tidak
dan Pengencangan Baut
o Pengendalian terhadap
Sambungan dan Ya Tidak
Penyambungan
TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 4b. Fabrikasi Baja Struktur

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki


Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Umum o Pengendalian terhadap
Pengerjaan Pembuatan Ya Tidak
sesuai dengan Toleransi
o Pengendalian terhadap
Penyimpanan Baja Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
Identitas Mutu Baja dan Ya Tidak
Sertifikat Bahan
2. Performance Kerja o Pemeriksaan terhadap Pelat
Paking pada Sambungan Ya Tidak
Baut
o Pemeriksaan terhadap
Proses Pemotongan Ya Tidak

3. Pelaksanaan o Pengendalian terhadap


Pelaksanaan sesuai Ya Tidak
Prosedur Pengelasan

o Pemeriksaan terhadap
Identifikasi Elemen Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Proses Pengangkutan Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 5. Pemasangan Jembatan Rangka Baja

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki


Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Bahan o Pemeriksaan terhadap
Kuantitas dan Kondisi Ya Tidak
seluruh Bahan

o Pengendalian terhadap
Penanganan dan Ya Tidak
Penyimpanan Bahan

2. Pelaksanaan o Pengendalian terhadap


Perakitan dan Ya Tidak
Pemasangan sesuai
Prosedur
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan dan
Pemasangan Perletakan Ya Tidak
Jembatan

o Pengendalian terhadap
Pemasangan sesuai
dengan Keselamatan Ya Tidak
Umum

o Pengendalian terhadap
Proses Pendongkrakan Ya Tidak
sesuai Prosedur

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 6. Pekerjaan Tiang Pancang

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki


Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Pelaksanaan o Pengendalian terhadap
Pemancangan sesuai Toleransi Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap Proses


Pengerjaan Tiang Pancang dan
Bahan Materialnya Ya Tidak

o Pengendalian terhadap Batas


Tinggi Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan dan Pemasangan
Perletakan Jembatan Ya Tidak

o Pengendalian terhadap Proses


Penumbukan Ya Tidak

o Buat Catatan Proses


Pemancangan (Calendering) Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 7. Pondasi Sumuran

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki


Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Pelaksanaan o Penggunaan Instruksi Kerja
Pengawasan Beton dan Instruksi
Kerja Pemeriksaan Baja Tulangan Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Pembukaan Cetakan Ya Tidak

o Pengendalian terhadap Proses


Penyambungan dan Penurunan Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Penyumbatan dan
Pengisian Dasar Sumuran Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Dinding Penahan
Rembesan Ya Tidak
( Cut-Off Wall Work )

o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Pembongkaran
bagian atas Dinding Sumuran Ya Tidak
terbuka

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 8. Pekerjaan Adukan Semen

Direksi Teknis Request No.

: Penyedia Jasa : Hari / Tanggal


Lokasi Penghamparan : : Jalur : Ka / Ki
:Pelaksanaan

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan Pemeriksaan terhadap
Proporsi Pencampuran Ya Tidak

Pengendalian terhadap
Rentang Waktu Proses Ya Tidak
Pencampuran

Pengendalian terhadap
Proses Toleransi Ya Tidak
Pemasangan

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 9. Pekerjaan Pasangan Batu

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki


Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Penerimaan o Pemeriksaan terhadap Tiket
Material Pengiriman Material Ya Tidak

2. Pelaksanaan o Pengendalian pada Sisi Muka Batu


dan Profil Akhir Hasil Pelaksanaan Ya Tidak
terhadap Toleransi

o Pengendalian terhadap
Pemasangan Batu, Muka Batu dan
Landasan dari Adukan Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Pembasahan Batu dan Landasan Ya Tidak

o Pengendalian terhadap Tebal dan


Banyaknya Adukan Ya Tidak

4. Pekerjaan o Pengendalian terhadap Sambungan


Penyelesaian dan Kerataan Lereng Ya Tidak

o Pengendalian terhadap Kebersihan


dan Perawatan Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 10. Sambungan Ekspansi (Expantion Joint)

Direksi Teknis Request No. :


: Hari / Tanggal :
Penyedia
Jasa :
Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki
Pelaksanaan
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan
1. Pelaksanaan o Pemeriksaan terhadap
Pengisian Joint Filter Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
Pengiriman dan Ya Tidak
Penyimpanan Bahan
Sambungan

2. Sambungan Pracetak o Pemeriksaan terhadap


dan Penutup Lembaran Bahan
Sambungan Pengisian Sambungan Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
Luas, Tepi dan Ukuran
Sambungan Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
Kekuatan dan Kerekatan
pasangan Tepi dari Beton Ya Tidak

3. Struktur Sambungan o Pemeriksaan terhadap


Ekspansi Kekuatan Sambungan Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
Ukuran dan Keakuratan Ya Tidak
pada Pemasangan

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 11. Pemasangan Perletakan (Bearing)
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Toleransi o Pengendalian terhadap Pelaksanaan
Pemasangan sesuai dengan
Toleransi Ya Tidak

2. Penyimpanan o Pemeriksaan terhadap Kerusakan


Bahan pada Pengiriman Perletakan
Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Penyimpanan Perletakan Ya Tidak

3. Pemasangan o Pengendalian terhadap Pemindahan Tidak


Beban Bangunan Atas Jembatan
pada Perletakan Ya
o Pemeriksaan terhadap Jenis
Elastomer dan Tanda pada Ya Tidak
Perletakan
o Pengendalian terhadap Landasan Ya
Perletakan Tidak

o Pengendalian terhadap Penyetelan


Perletakan dan Elastomer Ya Tidak

o Pengendalian terhadap Perletakan


Penunjang Lantai Beton Cor dan
Penyangga Unit Beton Pracetak /
Baja Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

DAFTAR SIMAK
D. 12. Sandaran Railing

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan o Pemasangan Sesuai
Instruksi Kerja
Pengawasan Baja Ya Tidak
Struktur (7.4)

o Pengendalian
terhadap sandaran
untuk memperoleh Ya Tidak
Sambungan,
Alinyemen dan
Camber yang tepat

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 40


DAFTAR SIMAK

D. 13. Pembongkaran Struktur

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1.Umum o Pengendalian terhadap
Pembongkaran,
Perbaikan dan
Pengaturan harus sesuai Ya Tidak
dengan Struktur
o Pemeriksaan Lokasi
Pembuangan Akhir dan
Penyimpanan sementara Ya Tidak
Bahan
2.Pelepasan Struktur o Pengendalian terhadap
Pelepasan Pengaman
Jembatan Baja dan Kayu Ya Tidak

o Pengendalian terhadap
Keamanan Kerja pada
Pelepasan dan Ya Tidak
Pembongkaran Struktur
3.Pembongkaran o Pengendalian terhadap
Struktur Pembongkaran
Bangunan pada Sungai Ya Tidak
dalam Batas Struktur
Baru
o Pengendalian terhadap
Peledakan / Operasi lain
pada Struktur lama Ya Tidak

4.Pembuangan Bahan o Pengendalian terhadap


Bongkaran Bahan Sisa agar tidak di
pertahankan Ya Tidak
TANDA TANGAN CATATAN
Nama Jelas :

Pengawasan Pekerjaan Jembatan 41


DAFTAR SIMAK

D. 14. Pemasangan jembatan sementara panel

Direksi Teknis : Request No.


Penyedia Jasa :
: Hari / Tanggal
Lokasi Penghamparan : : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Pelaksanaan Pelaksanaan dikerjakan
konstruksi dengan benar sesuai
pedoman Ya Tidak
Pemeriksaan ukuran dan
ketinggian
Ya Tidak
2. Kondisi lapangan Pemeriksaan metode
pemasangan, sesuai
kondisi lapangan Ya Tidak

Pemeriksaan bentang
sesuai kondisi lapangan
Ya Tidak

3. Pendongkrakan o Pengendalian terhadap


pelaksanaan yang aman
Ya Tidak

4. Pasca pemasangan o Pemeriksaan terhadap


kelengkapan komponen
Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
kekencangan baut
Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :
D. 15. Sambungan baut

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1.Fisik baut o Pemeriksaan terhadap
kualitas material
Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
ukuran/diameter dan
panjang Ya Tidak
o Pemeriksaan sertifikat

Ya Tidak
2.Pemasangan baut o Pemeriksaan prosedur
pemasangan
Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
metode pengencangan
Ya Tidak

3 Konci impact o Pemeriksaan terhadap


kondisi ukuran yang
benar Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
kapasitas
Ya Tidak

3.Torsimeter o Pemeriksaan terhadap


kalibrasi
Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :
D. 16. Pengelasan sambungan

Direksi Teknis : Request No. :


Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :

Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki

No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan


1. Prosedur o Pemeriksaan terhadap
pengelasan weld procedure
specification (WPS) Ya Tidak
2. Peralatan o Pemeriksaan terhadap
pengelasan kelengkapan dan
kecukupan Ya Tidak

3 Electroda o Pemeriksaan terhadap


penyimpanan yang
benar Ya Tidak

o Pemeriksaan terhadap
oven pengering
Ya Tidak

TANDA TANGAN CATATAN

Nama Jelas :

4.8 Latihan soal


Berikut ini, sebagai alat ukur mengukur tingkat pemahaman pelatihan dalam pembelajaran
materi pemeliharaan jembatan, adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan tiga sasaran utama dalam keberhasilan proyek pekerjaan jembatan.
2. Jelaskan pengertian pengendalian mutu.
3. Jelaskan bagaimana cara menggunakan buku komunikasi.
4. Bagaimana cara menggunakan pengendalian mutu hasil pekerjaan.
4.9 Rangkuman
 Semua unsur proyek yaitu Penyedia Jasa Pelaksana, Konsultan Pengawas dan Pemimpin
Kegiatan harus menguasai Pengendalian Mutu dan harus memastikan bahwa manajemen
Penyedia Jasa Pelaksana telah terlatih dan dapat melaksanakan.
 Pelaksana harus menguasai Spesifikasi Teknis yang mengatur jenis dan metode-metode
pengujian yang disyaratkan dan frekuensi pengujian minimum yang diperlukan;
 Pengendalian mutu meliputi : pengendalian mutu bahan, pengendalian mutu bahan olahan,
pengendalian mutu hasil pekerjaan;
 yang perlu mendapat perhatian bagi 3 unsur Kegiatan (Pemimpin Kegiatan – Konsultan
Pengawas – Kontraktor) adalah : Hindari penolakan (rejected) pekerjaan setelah produk
terpasang.
 Pengendali Mutu harus melaporkan secepat mungkin kepada Site Manager untuk kemudian
diteruskan kepada Construction Manager jika terdapat :
1. Ketidak-cukupan jumlah pengujian yang telah dilakukan.
2. Prosedur pengambilan contoh yang digunakan adalah salah.
3. Prosedur pengujian yang digunakan adalah salah.
4. Alat-alat di laboratorium Kontraktor dibawah standar yang sepantasnya atau tidak
mencukupi, atau tidak bekerja.
5. Pencatatan atau pelaporan untuk hasil-hasil pengujian adalah salah atau dipalsukan
dengan berbagai cara.
 Standar pengambilan contoh / sampling menggunakan metode standar AASHTO yang
relevan untuk pengambilan contoh material teknik utama yang dipakai pada kegiatan
pembangunan jembatan Standar-standar tersebut harus dipelajari dengan baik oleh
seluruh Petugas Pengendali Mutu, karena pengambilan contoh yang benar adalah sama
pentingnya dengan percobaan yang tepat dalam mencapai hasil pengujian akhir.
 Pelaksanaan pengendalian mutu meliputi : Pemeriksaan Pengendalian Mutu Acak,
Administrasi Teknik Pengendalian Mutu, Komponen utama aspek pengendalian mutu,
Penyimpanan bahan / material, Cara pengangkutan material / campuran, Pengujian
material yang akan digunakan, Pengujian Rutin Laboratorium, Test Lapangan, Administrasi
dan Formulir-Formulir;

 Ketentuan teknis pengendalian mutu merupakan bagian yang penting dalam penerapan
QC. Pada saat ini metoda pelaksanaan umumnya di bahas pada awal proyek, yaitu pada
waktu PCM (Pre Construction Meeting);
 Pengendalian mutu pekerjaan jembatan terdiri dari : Pekerjaan Beton, Pekerjaan Beton
Prestresed, Pekerjaan Baja Tulangan Pekerjaan Baja Struktural, Pemasangan Struktur
Jembatan Baja, Pekerjaan Tiang Pancang, Pekerjaan Pondasi Caison, Pekerjaan Adukan
Semen, Pekerjaan Pasangan Batu, Pekerjaan Sambungan Ekspansi, Pekerjaan Perletakan,
Pekerjaan Sandaran Jembatan Baja.

Untuk pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan penjaminan pelaksanaan


pekerjaan tersebut sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditetapkan di dalam
kontrak jasa konstruksi dan pengawasan/supervisi juga berperan membantu Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) didalam melaksanakan administrasi teknis pekerjaan pada
lokasi kegiatan yang sedang berlangsung;
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :
1. Pekerjaan selesai tepat waktu (Pengendalian Waktu).
2. Pekerjaan selesai tepat biaya (Pengendalian Biaya).
3. Pekerjaan selesai dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu)
4. Pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas
(Pengaturan Lalu Lintas).
5. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja.
V. PENUTUP
A. EVALUASI KEGIATAN BELAJAR
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan pelatihan, yaitu melalui
evaluasi hasil pembelajaran kepada; para peserta latihan oleh pengajar atau naras umber,
berupa jawaban soal-soal/kuisioner secara tertulis maupun lisan, seperti:

1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi berupa


orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi perorangan/kelompok dan/atau
membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan isi dari materi modul tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta dengan melakukan
penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi, kerapihan pakaian, kedisiplinan,
penguasaan materi, metoda pengajaran, ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab
pertanyaan, dan lain-lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan pelatihan, yaitu peserta dan
pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara Pelatihan terkait dengan
penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan,
makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta, dilakukan
oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan
materi.
B. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Hasil latihan diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang hasil kemajuan
siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan umpan balik. Hal ini penting
artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan. Umpan
balik merupakan salah satu kegiatan instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap
hasil belajar siswa.
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan
mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil baik dalam tes formatif dapat
meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk
memperdalam pengetauan yang telah dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang
dalam tes formatif harus mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan
instruksional yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus
dilakukan siswa merupakan salah satu bentuk pemberian tanda dan bantuan kepada siswa
untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.

C. KUNCI JAWABAN
Berikut adalah kunci jawaban untuk soal-soal yang ada dalam setiap akhir bab modul ini.
Bab I Pengawasan dan Pelaksanaan pekerjaan beton dan baja
1. Jelaskan cakupan pekerjaan beton.
Secara umum pelaksanaan beton akan mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton
bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak dan beton untuk struktur
baja komposit.
2. Jelaskan tujuan pemberian air atau pelumas di sisi dalam acuan beton.
Agar acuan mudah dibuka sewaktu beton sudah cukup umur.
3. Bagaimana cara pengecoran beton agar tidak terjadi segregasi.
Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi
akhir beton. Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
4. Jelaskan mengapa pada saat penegecoran beton harus dipadatkan dengan alat penggetar.
untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai digunakan Alat penggetar yang harus
disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok.
Bab II Pengawasan Dan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
1. Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, jelaskan jenis-jenis pondasi jembatan.

Bila tanah keras tidak terlalu dalam (kurang dari 7 meter) dapat digunakan pondasi langsung
(pondasi telapak), namun perlu memperhatikan adanya scouring. Bila tanah keras terletak
pada kedalaman lebih dari 7 meter maka digunakan pondasi tidak langsung yaitu kaison
beton yang dicor di tempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan
pratekan, serta tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
2. Jelaskan jenis tiang pancang menurut materialnya.
 Tiang pancang Kayu, termasuk Cerucuk (Wood Pile)
 Tiang pancang Baja Struktur (Steel Pile)
 Tiang pancang Pipa Baja (Steel Pipe Pile)
 Tiang pancang Beton Bertulang Pracetak (Reinforcement Concrete Pile)
 Tiang pancang Beton Pratekan, Pracetak (Precast Prestressed Pile)
Pondasi tiang yang lain adalah pondasi tiang bor beton cor langsung di tempat (bored pile) dan
tiang turap.
3. Jelaskan bagaimana cara pengangkatan tiang pancang.
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya.

Bab III Pengawasan Dan Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Atas

1. jelaskan persyaratan pembuatan unit pracetak untuk bangunan atas.


acuan yang digunakan harus memiliki material yang tahan lama dan bermutu tinggi, acuan
tidak boleh mudah berubah.
2. Jelaskan apa yang harus di perhatikan pada saat pengangkutan pracetak.
yang harus di perthatikan saat pengangkutan pracetak adalah letak titik penyangga, juga
pada saat penumpukan unit pracetak juga adanya kemungkinan terjadi Pelendutan (sagging)
atau pemuntiran dari unit yang tipis dan panjang mungkin terjadi jika kurang diperhatkan
desain system penyangga pada waktu penyimpanan. Gerakan relative penggetar awal
(premovement) dan trailer harus dipertimbangkan untuk mencegah keretakan torsi, pecah
atau gesekan.
3. Jelaskan urutan pengecoran bila bangunan atas (gelagar dan lantai di cor di tempat).

Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:


 melintang – dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secara seimbang /
teratur.
 memanjang – pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan maksimum terjadi
pada awal, sehingga bila pengerasan awal terjadi beton tidak akan terpengaruh
oleh lendutan yang disebabkan pengecoran beton kemudian.

Bila pelat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik
terendah menuju titik tertinggi.

Bab IV Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan


1. Jelaskan tiga sasaran utama dalam keberhasilan proyek pekerjaan jembatan.
Keberhasilan proyek tergantung dari antara lain 3 (tiga) sasaran utama dalam
manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu.

2. Jelaskan pengertian pengendalian mutu


Pengendalian mutu mempunyai pengertian sebagai suatu upaya pengawasan dan
tindakan turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan
dalam rangka memenuhi persyaratan- persyaratan teknis yang telah ditentukan
dalam spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak.
3. Jelaskan bagaimana menggunakan buku komunikasi.
Buku Komunikasi harus berada di kantor Direksi Teknis dan diisi setiap hari oleh
setiap personil Direksi Teknis sesuai dengan kegiatan dan kondisi di lokasi pekerjaan
yang diawasinya.
4. Bagaimana cara menggunakan pengendalian mutu hasil pekerjaan.

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan dari Kontraktor memenuhi


standar yang telah ditentukan. Hasil dari pekerjaan tersebut diperlukan oleh
Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik untuk menentukan apakah pekerjaan itu
diterima atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2010 Revisi 3;
2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan Manajemen
Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, May 2006;
4. Modul Pelaksanaan Konstruksi Jembatan, Jafung Teknik Jalan dan Jembatan Pusat
Pendidikan dan Latihan Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2006;
5. Prestressed Concrete Analysis and Design Fundamental, Antoine E Norman, Mc Graw Hill
Book Company, 1982;
6. Quotation Documents For Myanmar-laos Friendship Suspension Bridge Across Mekong
River, the Government Of The Union Of Myanmar Ministry Of Construction Public Works,
August 2004;
7. Bahan Publikasi Akashi Kaikyo The World Longest Suspention Bridge dan Tatara Cable
Stayed Bridge, Japan;
8. Bahan Publikasi Stay Cable OVM China ( Ir. Herry Vaza, M.Eng,Sc)
9. Standar Produksi Pabrik Komponen Jembatan Pracetak Pratekan, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departermen Pekerjaan Umum.
10. Permen PU No. 603/PRT/M/2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian
Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Saran bIdang PU.
GLOSARIUM
Istilah dan Definisi

Jembatan
Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan
yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya dan jalan kereta api.

Bangunan Pelengkap Jalan


Adalah struktur yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan menunjang berfungsinya
suatu ruas jalan, terdiri dari jembatan, struktur persilangan atas, struktur persilangan bawah,
tembok penahan, bangunan pengaman, terowongan dan struktur drainase.

Bangunan Atas
Adalah struktur jembatan dan struktur persilangan atas yang berfungsi memikul beban lalu lintas
dan gaya-gaya lainnya, serta melimpahkannya ke bangunan bawah melalui struktur perletakan pada
ujung-ujungnya.

Bangunan Bawah
Bangunan bawah adalah setiap struktur, yang secara umum merupakan komponen pemikul beban
dari bangunan atas yang dapat berupa abutment, pilar, dinding penahan tanah, fundasi atau bentuk
lain dengan fungsi sama.

Fundasi Tiang
Adalah bagian dari struktur jembatan dengan mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya melalui
struktur tiang fundasi.

Tiang
Adalah struktur fundasi dalam yang dapat berupa kayu, beton, baja dan komposit dengan bentuk
dapat berupa silinder, prisma dengan rasio panjang dan lebar  4 dan cara memasukkannya ke
dalam tanah dengan cara dipancang, ditekan, dibor lalu dicor beton atau ditekan sampil disemprot
air.

Tiang Pancang
Adalah tiang fundasi dengan bahan dapat berupa kayu, beton bertulang, beton pracetak prategang,
baja atau komposit, yang dimasukkan kedalam tanah dengan cara ditumbuk.
Tiang Bor
Adalah tiang fundasi dari beton yang pembuatannya dilakukan dengan cara di bor lalu dicor dengan
beton.

Pilar Jembatan
Adalah bangunan bawah jembatan yang terletak di tengah, berfungsi sebagai pemikul ujung-ujung
bentang tengah dan tepi bangunan atas, sering disebut sebagai pier.

Kepala Jembatan
Adalah bangunan bawah jembatan yang terletak di tepi, berfungsi sebagai pemikul ujung-ujung
bentang tepi bangunan atas, sering disebut sebagai abutment.

Lapisan Tanah Pendukung


Adalah lapisan tanah yang kuat dan mantap sebagai perletakan dasar fundasi langsung, sehingga
seluruh beban dan gaya-gaya yang diterima tidak akan mengakibatkan deformasi vertikal dan
lateral, guling, geser dan longsor.

Balok Fundasi
Adalah bagian bawah dari bangunan bawah, berupa struktur beton bertulang yang berfungsi untuk
melimpahkan semua beban dan gaya-gaya ke fundasi.

Oprit (Jalan pendekat)


Adalah badan jalan di belakang kepala jembatan

Anda mungkin juga menyukai