Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA,
KATA Modul Pelaksanaan dan pengawasan jembatan dalam kurikulum Diklat
Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan ini dapat
PENGANTAR tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan modul diklat ini.
Besar harapan kami, Modul Pelaksanaan dan pengawasan jembatan
dalam kurikulum Diklat Teknis Jabatan Dasar II ini dapat membantu
meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga, baik di pusat maupun daerah, untuk dapat menerapkan serta
mengidentifikasi pekerjaan pengawasan dan pelaksanaan badan jalan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam menyempurnakan Modul
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR SIMAK 23
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 24
TANDA TANGAN CATATAN 24
DAFTAR SIMAK 25
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 26
TANDA TANGAN CATATAN 26
DAFTAR SIMAK 26
Direksi Teknis : Penyedia Jasa : 28
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 28
TANDA TANGAN CATATAN 29
D. 3b. Pemasangan Baja Tulangan 30
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 30
TANDA TANGAN CATATAN 30
DAFTAR SIMAK 31
DAFTAR SIMAK 32
TANDA TANGAN CATATAN 33
DAFTAR SIMAK 33
TANDA TANGAN CATATAN 34
DAFTAR SIMAK 34
TANDA TANGAN CATATAN 36
DAFTAR SIMAK 36
TANDA TANGAN CATATAN 38
DAFTAR SIMAK 39
Direksi Teknis : Penyedia Jasa : 40
TANDA TANGAN CATATAN 40
DAFTAR SIMAK 41
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 42
TANDA TANGAN CATATAN 42
DAFTAR SIMAK 42
D. 12. Sandaran Railing 40
No. Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Keterangan 41
TANDA TANGAN CATATAN 41
DAFTAR SIMAK 42
TANDA TANGAN CATATAN 43
D. 16. Pengelasan sambungan 44
3.8 Latihan soal 44
3.9 Rangkuman 44
IV. PENUTUP 48
vii Modul K3
DAFTAR GAMBAR
viii Modul K3
BAB 1 PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN BETON DAN BAJA
Pekerjaan yang dapat dimulai pelaksanaannya hanya pekerjaan yang Request-nya telah diterima
oleh Direksi Teknis. Dalam tahapan aktivitas konstruksi, Direksi Teknis akan melakukan aktivitas
pengawasan teknis terhadap pekerjaan Penyedia Jasa (Kontraktor), dari aktivitas pengendalian
mutu sejak proses pengolahan bahan hingga prosedur kerja sampai hasil pekerjaan dapat
terlaksana sesuai ketentuan.
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :
1. Pekerjaan selesai tepat waktu (Pengendalian Waktu).
2. Pekerjaan selesai tepat biaya (Pengendalian Biaya).
3. Pekerjaan selesai dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu)
4. Pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas (Pengaturan Lalu
Lintas).
5. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja.
1.3.1.2 Pelaksanaan
1) Pembetonan
a. Penyiapan Tempat Kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton yang baru.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam
pekerjaan tanah untuk galian dan timbunan, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang
stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan
aman.
Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau
di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam
dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
b. Acuan
(1) Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak
diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan
kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus
ditumpulkan.
Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan
beton dengan memberikan pelumas (oil form).
(3) Bilamana acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Pasal 7.1.3.2).a), maka acuan
tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 12
(4) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.
(5) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi
sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28
hari.
e. Perawatan dengan Uap
(1) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi,
tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan
Direksi Pekerjaan.
(2) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana
beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
(i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan luar.
o
(ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38 C
selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
o
berangsur-angsur sehingga mencapai 65 C dengan kenaikan temperatur
o
maksimum 14 C / jam secara bertahap.
(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh
o
melebihi 5,5 C.
(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan
o
tidak boleh lebih dari 11 C per jam.
(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak
o
boleh lebih dari 11 C dibanding udara luar.
(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
(vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
(3) Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
1.3.2.2 Pelaksanaan
1. Penyimpanan dan Penanganan
a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan
ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi
lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
2.Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk
mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.
2. Pembengkokan
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 15
dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja).
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul
perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban
konstruksi lainnya.
1.5 Rangkuman
Untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditetapkan
di dalam kontrak jasa konstruksi, diperlukan pengawasan/supervisi yang juga berperan membantu
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam melaksanakan administrasi teknis pekerjaan pada lokasi
kegiatan yang sedang berlangsung. Untuk pengawasan itu dipersiapkan : Instruksi Lapangan,
Lembar Monitoring Penerimaan Material,Lembar Pemeriksaan Pekerjaan, Lembar Pemeriksaan
Pengujian ,Buku Komunikasi.
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :Pekerjaan selesai tepat
waktu (Pengendalian Waktu),Pekerjaan selesai tepat biaya (Pengendalian Biaya),Pekerjaan selesai
dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu), Pelaksanaan pekerjaan tidak
mengganggu kelancaran arus lalu-lintas (Pengaturan Lalu Lintas),Pekerjaan dilaksanakan dengan
mengutamakan keselamatan kerja.
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan Jembatan terdiri dari antara lain :Pekerjaan Beton,Pekerjaan
Beton,rategang,Pekerjaan Baja Tulangan,Pekerjaan Baja Struktural,Struktur Jembatan
Baja,Pekerjaan Tiang Pancang,Pengawasan Pekerjaan Pondasi Caison,Pekerjaan Adukan
Semen,Pekerjaan Pasangan Batu,Pekerjaan Rip Rap dan Bronjong,Pekerjaan Sambungan
Ekspansi,Pekerjaan Perletakan,Sandaran Jembatan Baja.
Pelaksanaan pekerjaan beton meliputi : penyiapan material, penyiapan tempat kerja, acuan,
pengecoran, pemadatan, pengerjaan akhir ( pembongkaran acuan, finishing permukaan beton,
perawatan beton.
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 16
Pekerjaan baja tulangan meliputi : penyimpanan, pembengkokan, penempatan dan pengikatan.
Pondasi tiang yang lain adalah pondasi tiang bor beton cor langsung di tempat (bored pile) dan tiang
turap.
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang kurang
baik beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi mendukung
konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama yaitu
berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari jenis tiang
yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus dicapai.
d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan
retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada
tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa
kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang
pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.
b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur beton . Tiang dapat
dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar dari bahan kayu atau
baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan
dicetak. Dasar pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya
tiang pada waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan beton yang masih masih sering digunakan
untuk keperluan pengecoran tersebut.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk menjamin
distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan untuk
mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton diantara penahan baja (bearer) atas dan
adukan beton harus dikerjakan menggunakan alat pemotong untuk meniadakan bercak-bercak keropos
(honey comb) Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera mungkin
(24 jam setelah pengecoran) dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung
dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan pada kubus beton
(4 benda uji) menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus dimiringkan secara hati-hati
dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan
landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk
pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan
dengan sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan
disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi pemancangan sedang berjalan,
kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang
diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar, maka
panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang.
b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus dilakukan
oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan
penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara
sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang.
Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive.
Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang dipancang untuk
meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang sukar dilas.
Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja)
biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.
Contoh di jembatan Suramadu, karena panjang maksimum tiap pancang hanya 12 meter, sedangkan
peruntukan design minimum di Causeway kedalaman tiang pancang adalah 48 meter, maka sebelum
diadakan pemancangan terlebih dahulu diadakan penyambungan antar tiang pancang dengan cara
dilaksanakan pengelasan. Pengelasan yang dilaksanakan harus memenuhi standart pengelasan yaitu
dengan tebal pengelasan keliling adalah 10 mm lalu dilaksanakan ultrasonic test apakah sudah
2.2.3 Pemancangan
1) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat
menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan, tanpa kerusakan.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus
dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi
tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar. Kepala tiang
pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi
dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang
pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya.
Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga
dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau
wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa
persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai ke
dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang
diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang
pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih
tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap
tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat
mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang pancang beton,
umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah
berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk tiang
pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang beserta topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan
Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang
memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan
yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika
digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai perubahan
biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan,
sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur kurang dari 7
hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat
memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan
water jet atas biaya sendiri.
efWH W+
Pu = --------------------------- X n2Wp
-------------
S + (C1 + C2 + C3)/2 W+P
Material N
Tiang pancang kayu 0.25
Bantalan kayu diatas tiang pancang baja 0.32
Bantalan kayu pada tiang pancang baja 0.4
Tiang pancang baja tanpa bantalan kayu/ tiang beton 0.5
dengan bantalan
Palu besi cor diatas tiang pancang beton tanpa topi 0.4
Tabel 1.4 - Nilai K1 – Nilai Perpendekan Elastik Kepala Tiang Pancang dan
Topi Tiang Pancang
K1
Tegangan pemancangan
Bahan pada kepala tiang
3,5 7,0 10,5 14,0
N/ N/ N/ N/
Tiang atau pipa baja
Langsung pada kepala tiang 0 0 0 0
Langsung pada kepala tiang 1 1 3 5
kayu
Tiang pancang beton pracetak
dengan topi setebal (75-100) 3 6 9 12,5
mm
Topi baja yang mengandung
paking kayu untuk tiang baja H
atau tiang baja pipa 1 2 3 4
Cap Block terdiri dari 5 mm
bahan fiber diantara dua pelat 0,5 1 1,5 2
baja 10 mm
3) Wet/Slurry Method
Metode ini digunakan jika pengeboran dilaksanakan di lokasi dimana kondisi tanahnya rawan
terhadap “over break”, kondisi dibawah muka air, dan pada kedalaman yang tidak memungkinkan
menggunakan casing. Slurry dapat berupa air saja, atau campuran antara bentonite dan air bersih
yang disebut “minerally slurry” atau campuran antara polimer dengan air bersih yang disebut
“polymer slurry”. Penggunaan “polymer slurry” semakin umum karena compatible dengan
lingkungan dan dapat digunakan kembali lebih sering dibandingkan dengan bentonite.Pengaruh
penggunakan slurry terhadap daya dukung tiang ditentukan oleh jenis ” slurry” serta lamanya
”slurry” berada didalam lubang pondasi. Secara umum, ”mineral slurry” yang menempel pada
dinding lubang akan terbersihkan oleh beton pada saat pengecoran.Akan tetapi jika ”mineral slurry”
berada dalam lubang terlalu lama, maka akan terbentuk lapisan yang disebut “filter cake” yang tebal
sehingga susah untuk dihilangkan pada saat pengecoran beton. Slurry yang menempel di dinding
lubang akan mengurangi daya dukung friksi, sedangkan slurry yang bercampur dengan beton akan
d) Peralatan pengeboran :
Ada dua aktivitas utama dalam pengeboran yaitu bagaimana membuat lubang bor dan bagaimana
membuang material hasil pengeboran. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat berbagai jenis
peralatan untuk pengeboran. Pemilihan peralatan pengeboran umumnya didasarkan atas jenis tanah
atau batuan yang akan digali dan bukan ditentukan oleh kondisi air tanah. Masing masing
kontraktor dan ahli bor dapat memilih peralatan yang berbeda untuk lokasi yang sama dan masing-
masing akan memiliki metode berbeda dalam men-setting dan mengoperasikan peralatan tersebut.
Adapun jenis peralatan pengeboran tersebut adalah :
1. Drilling Auger dengan Open Helix atau Flight
2. Drilling Auger dengan Drilling Bucket
3. Air Lift Drilling / Reverse Circulation Drilling (RCD) System
4. Clamp Shell
e) Pelaksanaan pengeboran :
Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana
Sebelum pengecoran beton semua lubang harus utuh, dasar selubung atau casing harus
dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan
beton selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi.
Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat
penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam
lubang bor harus dikeluarkan
Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding
casing
Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara
tremie
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup
sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya
2.2.6 Turap
a). Umum
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus berlaku juga
untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
c) Turap Beton
Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar.
d) Turap Baja
Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana
dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada sambungannya.
Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.
Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh sumuran sangat
besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran
diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini
merupakan tambahan pekerjaan untuk memperbesar kapala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan
beban vertical dari bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus ditentukan dan dioffset
sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi tersebut tidak terganggu pada saat
pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru akan
mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical.
Hal ini penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak (keluar dari)
vertical. Secara ideal kemiringan ini harus diperbaiki sebelum penambahan segmen berikutnya. Setelah
pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk memberikan jalan awal melalui
mana sumuran akan diturunkan. Sisi galian ini harus sedapat mungkin vertical.
Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, atau sampai
pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70 persen dari kuat tekan beton
rancangan dalam 28 hari.
Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras paling sedikit 14
2.5 Rangkuman
Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan tergantung dari hasil penyelidikan tanah untuk
memprediksi daya dukung tanah. Bila tanah keras tidak terlalu dalam (kurang dari 7 meter) dapat
digunakan pondasi langsung (pondasi telapak), namun perlu memperhatikan adanya scouring. Bila
tanah keras terletak pada kedalaman lebih dari 7 meter maka digunakan pondasi tidak langsung yaitu
kaison beton yang dicor di tempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan,
serta tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
Jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini : Tiang pancang Kayu, termasuk Cerucuk (Wood Pile),Tiang
pancang Baja Struktur (Steel Pile),Tiang pancang Pipa Baja (Steel Pipe Pile),Tiang pancang Beton
Pemancangan yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan
retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada
tiang pancang. untuk memudahkan pemancangan maka berat palu harus sama dengan beratnya tiang.
Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang
pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang
dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih,
permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk
menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang.
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus
dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat.
tiang pancang baja harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah
disetujui, Selain perlindungan dengan pengecatan juga dapat digunakan perlindungan dengan “Katodic
Protection”.
Pelaksanaan pemancangan harus mencatat : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual,
tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, enerji
pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.
Pelaksanaan bor pile Ada 3 metode pelaksanaan pembuatan lubang bor yang umum digunakan
yaitu : 1). Dry Method, 2). Casing Method, dan 3). Wet/Slurry Method
Pondasi sumuran terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada
pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300
cm, 350 cm, dan 400 cm.
2. Cor in Situ
Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah. Perancah yang dibuat
harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir, apabila dilaksanakan pada saat
kemungkinan adanya banjir. Kestabilan dan kekuatan perancah sangat dominan. Setelah perancah
selesai dibuat dan diyakini stabil dan kuat, mulai dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton
bertulang.
3. Pelat Lantai
a. Acuan
Acuan lantai dapat dilepas atau ditinggal di tempat. Yang ditinggalkan biasanya terbuat dari baja
galvanisasi, semen serat kompresi (compressed fibre-cement or concrete) atau beton.
Acuan baja galvanisasi yang akan ditinggal di tempat biasanya merupakan lantai baja trough yang
disangga balok memanjang dan gelagar melintang. Bagian bawah dari lantai beton dengan acuan
yang ditinggal tidak dapat diperiksa, oleh karena itu perlu perhatian khusus pada waktu
pengecoran dan penggetaran beton untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya beton berpori
pada bagian bawah.
Lantai kantilever dan trotoar adalah bagian yang paling kelihatan dari jembatan. Gelagar jembatan
melendut pada waktu pelat lantai sedang dicor, dan lendutan ini harus diperhitungkan pada waktu
memasang acuan pinggir, sehingga pinggir lantai merupakan garis menerus, lurus atau dengan
lawan lendut (camber) pada bentang tengah. Acuan lantai harus disangga dari gelagar dan bukan
dari tanah, pilar atau kepala jembatan.
Pada waktu lantai dicor, penting untuk melindungi gelagar luar dan landasan terhadap pengaruh
momen torsi yang disebabkan oleh perputaran lantai kantilever dan trotoar. Ini dilakukan dengan
mengikat bagian atas gelagar menjadi satu dengan batang penguat yang dilas dan perkuatan
(strutting) pada permukaan flens bawah.
b. Penulangan
Setelah acuan untuk pelat lantai telah selesai dan diperiksa kekuatannya, pengerjaannya,
kerapatan adukan, ketinggian dan kebersihan, penulangan dapat dipasang. Perlu untuk sering
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 442
2
memeriksa ukuran pada waktu pembengkokan di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi
jika tulangan dibengkokan di luar lokasi. Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah
supaya penulangan tidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak, lemak,
Lumpur, mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan dari batang sederhana
khususnya dan harus dilepas. Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang
relative tipis, kurangnya selimut dapat mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton,
sedangkan terlalu banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat
tidak tercapai.
Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa, dan ujung pengikat harus dijauhkan dari
permukaan beton.
Blok adukan dan dudukan (chair) plastik dipakai untuk memelihara selimut lebih disukai daripada
dudukan baja dengan pinggiran plastik. Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar yang
kurang, dan dapat hancur bila dibebani, apalagi dalam cuaca panas. Bila dudukan dipakai pada
posisi horizontal untuk memegang penulangan vertikal kadang – kadang berputar kecuali jika
dipasang dengan baik.
Penulangan harus ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi, atau rusak dengan
cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.
c. Urutan Pengecoran
Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
melintang – dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secara seimbang / teratur.
memanjang – pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan maksimum terjadi pada
awal, sehingga bila pengerasan awal terjadi beton tidak akan terpengaruh oleh lendutan
yang disebabkan pengecoran beton kemudian.
Bila pelat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik terendah
menuju titik tertinggi.
d. Pengecoran
Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai berikut:
1. periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan sebagainya
dibersihkan dari acuan.
2. menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.
3. Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar pekerjaan dapat
Beton dapat dicampur di lokasi atau di tempat lain, dan dapat dicor dengan menggunakan kereta
dorong pada jembatan kerja dengan talang, monorail conveyor dari ember yang diangkat oleh
keran atau katrol (hoist), atau dipompa. Beton harus dicor dengan kedalaman penuh dalam acuan
sedekat mungkin dengan posisi akhir, sehingga tidak perlu dipindah – pindahkan dengan screed
atau penggetar.
Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukan dalam penggetaran untuk menjamin
bahwa beton dipadatkan segera setelah dicor. Melalui penggetar dalam (internal) dapat dihasilkan
lantai yang padat dan beton yang tahan serta padat disamping dengan menggunakan screed
penggetar dan penghalus tangan (hand floating) atau screed tangan dan penghalus mesin (power
float).
Bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat yang baik akan terjadi antara
beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini didapat dengan cara menyeret sapu kaku
secara melintang pada permukaan sebelum mengeras. Timing dari kegiatan ini penting untuk
mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan dimulai segera setelah pengerasan awal terjadi.
Perlu pertimbangan tambahan dalam hal flens balok T prategang pracetak merupakan bagian dari
pelat lantai. Setelah gelagar telah dipasang diperlukan suatu rangkaian pengisi memanjang (infill).
Harus diperhatikan tempat sambungan pelaksanaan antara tepi gelagar pracetak beton pengisi
yang dicor. Pinggiran pracetak harus diperkasar pada tempat (yard) pencetakan dan dibasahi
segera sebelum beton pengisi dicor. Meskipun dilakukan dengan hati – hati, penyusutan beton dan
kelenturan (flexibility) dari bagian prategang yang baru sering mengakibatkan keretakan pada
Pembentuk rongga sering terapung pada waktu pengecoran dan oleh karena itu harus ditempel
pada tulangan untuk mencegah pengapungan atau terlepas oleh getaran. Rongga lebih besar,
atau beberapa rongga kecil dapat menyebabkan pengambangan yang cukup banyak sehingga
mengubah bentuk (distoisi) jalinan tulangan, dan oleh sebab itu memerlukan alat penahan yang
bebas dari tulangan untuk mengimbangi keadaan itu.
1. Umum
a) Tempat Pencetakan
Lokasi setiap tempat pencetakan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Acuan
2. Unit Acuan
Pipa acuan untuk membentuk lubang melintang dalam pekerjaan akhir atau perkakas cetak lainnya
yang akan membatasi regangan memanjang dalam elemen acuan harus dilepas sesegera mungkin
setelah pengecoran beton sede-mikian rupa sehingga pergerakan akibat penyusutan atau perubahan
temperatur beton dapat dikendalikan.
Bilamana diperlukan rongga dalam beton, maka pembentuk rongga beton harus terpasang kaku
dengan cara yang sedemikian hingga tidak terjadi pergeseran yang cukup besar dalam segala arah
selama pelaksanaan pengecoran.
Bilamana pembentuk rongga beton diikat pada kabel prategang, maka pencegahan harus dilakukan
untuk menjamin bahwa pola untaian tidak mengalami distorsi akibat gaya apung dari rongga
tersebut.
Semua pencegahan harus dilakukan untuk menghindari kerusakan pada acuan selama pengecoran.
c) Perlengkapan Pra-tegang
Perlengkapan penarik kabel harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum digunakan dan harus
dikalibrasi sebagai unit yang lengkap oleh suatu labora-torium yang disetujui setiap enam bulan (atau
e) Selimut Beton
Jika tidak ditentukan lain, maka selimut beton tidak boleh kurang dari 2 kali diameter kabel atau 3
cm, diambil yang lebih besar. Selimut beton tersebut harus ditambah 1,5 cm untuk beton yang
kontak langsung dengan permukaan tanah atau 3,0 cm untuk elemen beton yang dipasang dalam air
asin.
f) Pengecoran Beton
Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan paling tidak 24 jam sebelum permulaan operasi
pengecoran beton yang dijadwalkan agar Direksi Pekerjaan dapat memeriksa persiapan pekerjaan
tersebut.
g) Perawatan
Perawatan dengan uap air dapat digunakan sesuai dengan yang disyaratkan.
3.2.1 Pra-penegangan
a) Umum
Tidak ada penegangan yang boleh dilaksanakan tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Operasi
penegangan harus dilaksanakan di bawah pengawasan dari seorang ahli yang disediakan oleh pabrik
dari peralatan akan digunakan, oleh suatu tim sangat berpengalaman dalam menggunakan peralatan
tersebut dan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
b) Penegangan Kabel
i) Keselamatan Kerja
Selama proses penarikan kabel tidak diperbolehkan seorangpun berdiri di muka dongkrak.
Pengukuran atau kegiatan lainnya harus dilaksanakan dari samping dongkrak atau tempat lainnya
yang cukup aman. Sesaat sebelum penarikan kabel, tanda-tanda yang cukup jelas harus terpasang
pada kedua ujung unit tersebut untuk memperingatkan orang agar tidak mendekati tempat tersebut.
ii) Peralatan
Sebelum pekerjaan penegangan, peralatan harus diperiksa, dikalibrasi atau diuji, sebagaimana
dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan. Dynamometer dan alat ukur lainnya harus mempunyai
toleransi sampai 2 %. Alat pengukur tekanan harus disesuaikan dengan petunjuk pabrik pem-
buatnya. Alat pengukur tekanan ini juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan rusak bila
terjadi penurunan tegangan secara mendadak.
Untuk maksud pencatatan, jika dipandang perlu,dapat dipasang lebih dari satu alat pengukur
2) Penempatan Kabel
Kabel harus ditempatkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar, dan harus dipasang
sedemikian hingga tidak bergeser selama pengecoran beton. Pada penempatan kabel, perhatian
khusus harus diberikan agar kabel tidak menyentuh acuan yang telah diminyaki. Bilamana terlihat
tanda-tanda minyak pada kabel, maka kabel harus segera dibersihkan dengan menggunakan
kain yang dibasahi minyak tanah atau bahan yang cocok lainnya.
Bilamana memungkinkan, penegangan kabel hendaknya dilaksanakan sebelum acuan diminyaki.
Jangkar harus diletakkan pada posisi yang dikehendaki dan tidak bergeser selama pengecoran
beton.
Kabel harus dilengkungkan bilamana ditunjukkan dalam Gambar, dengan perkakas yang cukup
kuat untuk memegang kabel dalam posisi yang sesuai, terutama selama penge-coran dan
4) Prosedur Pra-tegang
Operasi penarikan kabel harus dikerjakan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman di
bidangnya.
Gaya pra-tegang harus diberikan dan dilepas secara bertahap dan merata.
Untuk menghilangkan kekenduran dan menaikkan kabel dari lantai landasan, maka gaya 100 kg
atau sebesar yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus diberikan pada kabel. Gaya awal harus
diberikan untuk menghitung pemuluran yang diperlukan.
Kabel harus ditandai untuk pengukuran pemuluran setelah tegangan awal diberikan. Bilamana
diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka kabel harus ditandai pada kedua ujungnya, ujung yang
ditarik dan ujung yang mati serta pada kopel (bila digunakan), sedemikian hingga slip dan
1.3.3.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini mencakup struktur baja dan bagian baja dari struktur baja komposit, yang
dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau
yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan struktur baja
baru, pelebaran dan perbaikan dari struktur. Pekerjaan akan mencakup penyediaan, fabrikasi,
pemasangan, galvanisasi dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. Logam struktur harus
meliputi baja struktur, paku keling, pengelasan, baja khusus dan campuran, elektroda logam
dan penempaan dan pengecoran baja. Pekerjaan ini harus juga terdiri atas setiap pelaksanaan
logam tambahan yang tidak disyaratkan lain, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan dengan
Gambar.
1.3.3.2 Pelaksanaan
1. Fabrikasi
a) Umum
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan dalam
ketentuan.
Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan, untuk
menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang berdampingan
yang tidak melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2 mm untuk jenis
sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat
Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan maka bagian-bagian yang terpisah harus dibor
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 553
3
melalui jig baja dan diperbesar jika diperlukan. Semua bagian tepi lubang yang tajam
seperti duri akibat pelubangan harus dibuang.
(3) Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi.
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali disyaratkan lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk baut
sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal untuk baut yang
lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak minimum
dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus 1,7 kali
diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di rol atau dipotong dengan
las, harus 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus di bor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja dirakit
dan lubang diperbesar sampai diameter yang ditentukan. Bagian tepi lubang yang
tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang dengan alat pengupas (scraper).
Tepi lubang harus ditumpulkan sampai 0,5 mm. Setiap bekas tanda pada tepi
permukaan bidang kontak dari ring, baut dan mur harus dihilangkan. Pasak pengungkit
(drift) dapat dimasukkan ke dalam lubang untuk memudahkan pengaturan posisi dari
elemen- elemen baja, tetapi tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan selama
operasi tersebut dan perhatian khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebut
tidak rusak.
d) Pengaku
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban
terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik, di
lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari flens, dilas
sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada flens dimana
beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak
dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan
lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi.
e) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi)
Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan (proof load) harus
mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus digunakan
dimana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah satu bidang
yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang sedemikian hingga
seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh melebihi
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran. Suatu
"snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.
Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan tenaga
manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak kurang
dari 38 cm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus diketuk
dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali
ditentukan lain.
f) Baut Geser Tegangan Tinggi
(1) Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh melebihi
1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian-bagian yang akan
dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh diberi gasket (lem paking
mesin) atau setiap bahan yang dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk yang
berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali kerak pabrik
yang keras dan juga harus bebas dari bagian yang tajam seperti duri akibat
pemotongan atau pelubangan dan benda-benda asing lainnya, yang menghambat
elemen-elemen tersebut untuk dapat duduk sebagaimana mestinya.
2) Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan sekeliling
elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak pabrik, cat, gemuk, cat
dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya. Setiap bagian yang tajam seperti duri
akibat pemotongan atau pelubangan, atau kerusakan lain yang akan menghambat
elemen-elemen tersebut untuk duduk sebagaimana mestinya atau akan mempengaruhi
gaya geser di antara elemen-elemen tersebut harus dihilangkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran yang
cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang akan
dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
3) Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan pelat pada
elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak terjadi
pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung mempunyai bidang
Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus dikalibrasi secara
teratur dan dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi sebelum pekerjaan pengencangan
baut dilaksanakan. Nilai torsi yang diberikan pemasok harus disesuaikan sebelum setiap
diameter dan mutu baut digunakan dalam pekerjaan.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun cara
pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau
sesuai dengan manual pengencangan baut yang diterbitkan oleh pemasok bahan
struktur baja yang akan dipasang, baik jenis struktur gelagar baja, gelagar baja
komposit atau rangka baja.
g) Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan
tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan
secara tertulis, untuk persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum memulai fabrikasi.
Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detail yang ditunjukkan dalam
Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dajulu oleh Direksi
Pekerjaan. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki sampai diterima
oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana perbaikan dengan pengelasan diperlukan, maka
perbaikan ini harus dilaksanakan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan
pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan.
Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan dengan
pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung “run-on” dan “run-off” pada
bagian ujung elemen.
h) Pengecatan
Pelaksanaan pengecatan sesuai dengan Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999 (Pedoman
Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pengecatan).
i) Galvanisasi
Semua permukaan baja lainnya harus dicat atau digalvanis sesuai dengan desain
ketebalan cat atau galvanis yang telah ditentukan sesuai lokasi dimana struktur baja
tersebut akan dipasang dan/atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Untuk semua
komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar Baja Komposit termasuk balok,
pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi dengan sistem
j) Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk
identifikasi dan pemasok bahan struktur baja harus memberikan suatu diagram
pemasangan atau manual pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang
ditunjukkan di dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat elemen
struktur pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak mengalami
tegangan, deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.
Baut dengan panjang dan diamater yang sama, serta mur yang terlepas dari baut atau
ring harus dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan paket baut, ring
dan mur harus dikirim dalam kotak, krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan
tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar dan uraian dari bahan-bahan yang terdapat didalam
setiap kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman
2. Pemasangan gelagar dapat dilaksanakan dengan cara perancah atau dengan cara
peluncuran.
3. Pemasangan Gelagar harus mengacu pada desain yang dilaksanakan, karena apabila
digunakan dengan cara peluncuran ( launching ), maka bisa terdapat anggapan dalam
perhitungan bahwa gelagar menahan semua beban mati beton yang berada di atas gelagar
sebelum beton mengeras.
Sedangkan pada pemasangan dengan cara perancah, perancah harus dihitung dapat
menahan beban gelagar baja dan beton sebagai beban mati sebelum mengeras.
5. Gelagar komposit baru berfungsi sebagai komposit apabila beton yang berada di atas gelagar
tersebut mengeras dan bekerja sama dengan gelagar menjadi satu kesatuan dalam suatu
struktur.
6. Komposit terbentuk melalui Shear Connector yang dipasang pada gelagar melintang.
3.5.1. Uraian
Pekerjaan ini jembatan rangka baja ini terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka
baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit, Bailey
atau sistem rancangan lainnya termasuk penanganan, pemeriksaan, identifikasi dan
penyimpanan semua bahan pokok lepas, pemasangan perletakan, pra-perakitan,
peluncuran dan penempatan posisi akhir struktur jembatan, pencocokan komponen lantai
jembatan (deck) dan operasi lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan
rangka baja sesuai dengan ketentuan.
Pekerjaan perbaikan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebagai akibat adanya
V.2. BAHAN
V.2.1. Umum
Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pemilik dan disimpan dalam satu depot penyimpanan
berbagai peralatan Pemilik atau lebih. Bahan untuk setiap struktur jembatan yang diberikan
dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya pada lokasi lain.
Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap stukrtur jembatan yang diberikan
dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang telah dibeli sebelumnya
oleh Pemilik. Sistem tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk komponen lantai
jembatan dan dapat dipasang dengan salah satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini :
V.3. PELAKSANAAN
Atas permintaan Pelaksana, dukungan teknis tambahan oleh personil Pemilik yang
berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk memberi
pengarahan kepada insinyur dan teknisi pemasangan dari Pelaksana tentang prinsip-
prinsip perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja.
Struktur jembatan rangka baja yang disediakan oleh Pemilik dirancang untuk dirakit dan
dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung. Pengelasan di
lapangan yang tidak diijinkan kecuali secara jelas diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
VI.1.1. Umum
Suspension bridge atau jembatan suspensi terbagi dalam dua macam disain yang berbeda
yaitu “ suspension bridge (jembatan gantung)” yang berbentuk “M” dan “cable stayed
bridge” (jembatan kabel cancang) yang berbentuk “A”.
Jembatan cable stayed tidak memerlukan dua tower dan empat angker seperti jembatan
gantung, namun kabel tersebut ditarik dari struktur jalur jalan ke tower tunggal (pylon)
untuk diikat dan ditegangkan
(Gambar VI.1
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 778
8
- Jembatan cable stayed)
Kabel prategang ditempatkan pada struktur Pylon (Tower) dan pada girder, untuk
selanjutnya dilakukan penegangan pada salah satu ujung yang hidup.
(Gambar
VI.5. – Cara
Stressing
Kabel
Prategang)
VI.2.1. Umum
Jembatan gantung merupakan suatu kabel yang melintas diatas sungai atau laut dengan
lantai jembatan (struktur jalur jalan) digantung pada kabel tersebut. Umumnya jembatan
kabel yang modern mempunyai dua tower yang tinggi sebagai tempat kabel
VI.2.2. Material
a. Bangunan atas
Jembatan gantung terdiri dari Rangka Pengaku (Stiffening Truss) tipe Warren Truss
(vertikal dan diagonal) dan lantai beton bertulang.
Tower dibuat dari beton pratekan prategang atau konstruksi baja sesuai ketentuan
yang berlaku dan pemilihan bentuk serta tinggi selain berdasarkan kekuatan dan
stabilitas juga harus mempertimbangkan estetika.
Kabel mempunyai bentuk parabolic dengan ratio kedalaman dari kabel utama dan
camber harus ditentukan sesuai kebutuhan kekuatan, stabilitas serta estetika. Kabel
dan penggantung harus digalvanisir (fully galvanized) sesuai ketentuan.
(Gambar
VI.10 –
Anggap terdapat dua Tower A dan B, maka pada masing-masing lokasi Tower
pelaksanaan pemasangan Girder Truss (lebih ekonomis dibanding box girder dari
beton/presstressed) dengan methode elemen dapat dijelaskan berikut ini :
3.8 Rangkuman
Bangunan atas dapat di buat di pabrik dengan istilah (Unit pracetak), biasanya dibuat di luar lokasi
dan dibuat dalam kuantitas yang cukup, sehingga harus digunakan acuan yang tahan lama dan
bermutu tinggi. Bagian – bagian pracetak yang tipikal dari bangunan atas jembatan adalah papan
– papan lantai, pelat lantai, gelagar, pelat soffit lantai, unit kereb dan tiang (post).
Unit – unit pracetak dapat mudah rusak pada waktu penanganan, penumpukan dan
pengangkutan. Jika tersedia alat – alat pengangkut dalam unit, alat tersebut harus dipakai. Saat
pengangkutan dan penyimpanan harus diperhatikan lokasi titik penyangga, bahan pembungkus,
kemungkinan terjadi pelendutan atau pemuntiran dan gerakan relative (premovement).
Selain unit pracetak dapat pula bangunan atas dibuat dari beton bertulang yang dibuat dengan
menggunakan perancah. Perancah yang dibuat harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada
waktu banjir, apabila dilaksanakan pada saat kemungkinan adanya banjir. Kestabilan dan kekuatan
perancah sangat dominan. Setelah perancah selesai dibuat dan diyakini stabil dan kuat, mulai
dibuat acuan atau bekisting untuk gelagar beton bertulang.
Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis, kurangnya selimut
dapat mengakibatkan berkaratnya batang dan terkikisnya beton, sedangkan terlalu banyak selimut
dapat mengakibatkan kekuatan rencana diperkirakan dari pelat tidak tercapai.
Pemasangan besi tulangan harus sering diperiksa ukuran besi tulangan pada waktu pembengkokan
di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan di luar lokasi.
Pada saat sebelum pengecoran perlu diperhatikan : kebersihan acuan, cuaca, penerangan bila
pengecoran malam hari, tersedia kayu untuk stop-end, tenaga dan fasilitas untuk quality control,
ketinggian jatuh material beton dan alat pemadat.
Keberhasilan proyek tergantung dari antara lain 3 (tiga) sasaran utama dalam manajemen proyek
yaitu tepat mutu, tepat biaya, dan tepat waktu. Pengendalian mutu mempunyai pengertian
sebagai suatu upaya pengawasan dan tindakan turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan
jalan dan jembatan dalam rangka memenuhi persyaratan- persyaratan teknis yang telah
ditentukan dalam spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat dari suatu proyek
yaitu sebagai berikut :
Semua unsur proyek yaitu Penyedia Jasa Pelaksana, Konsultan Pengawas dan Pemimpin
Kegiatan harus benar-benar menguasai materi Pengendalian Mutu dan harus memastikan
bahwa manajemen Penyedia Jasa Pelaksana telah cukup terlatih.
Pelaksana Pembangunan Jembatan benar-benar menguasai buku Spesifikasi Teknis yang
mengatur jenis dan metode-metode pengujian yang disyaratkan dan frekuensi pengujian
minimum yang diperlukan. Juga menguraikan berapa nilai dari hasil pengujian yang sebanding
dengan bahan atau pembuatannya yang memenuhi atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengujian tambahan apabila diperlukan
1. Untuk mewujudkan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi sebagai
bagian dari dokumen kontrak, maka harus dilakukan pengendalian :
Pengendalian mutu bahan baku
Bahan baku meliputi antara lain : tanah, pasir, batu kali, dan sebagainya.
Dilaksanakan untuk memastikan bahwa bahan-bahan yang dipakai (oleh Kontraktor)
adalah cocok dan memuaskan. Ini jelas sangat penting bahwa bahan-bahan untuk
pengujian kualitas dilaksanakan dan dilaporkan dengan baik kepada Pemimpin
Kegiatan / Pengawas Teknik sebelum dan sesudah bahan-bahan itu dikerjakan.
Pengendalian mutu bahan olahan
Bahan olahan antara lain : agregat sub base, agregat base, aspal, semen, campuran
aspal beton, campuran beton semen dan sebagainya.
Catatan penting yang perlu mendapat perhatian bagi 3 unsur Kegiatan (Pemimpin Kegiatan –
Konsultan Pengawas – Kontraktor) adalah : Hindari penolakan (rejected) pekerjaan setelah
produk terpasang.
2. Pengendali Mutu harus memastikan semua pengujian yang diperlukan menurut spesifikasi atau
menurut keperluan Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik dilaksanakan secepat mungkin,
semua keputusan / hasil dicatat dengan sempurna, disimpan, dan secepatnya akan diserahkan
kepada Pengendali Mutu Lapangan supaya pekerjaan berkualitas jelek (tidak diterima) dapat
diketahui lebih dini. Untuk mencapai tujuan diatas, Pengendali Mutu harus melaksanakan
tugas berikut :
Mengawasi terus-menerus Lab. Technician Kontraktor dalam melaksanakan pengujian
yang telah ditentukan, pengawasan pengambilan bahan contoh, ketelitian pengujian,
pelaporan.
Memberi petunjuk kepada staff Kontraktor dimana contoh yang cocok harus diambil dan
menentukan bahwa frekuensi pengambilan contoh dan pengujian adalah mencukupi dan
memenuhi persyaratan frekuensi yang ditetapkan.
Tentukan bahwa semua pengujian pada semua material dan pekerjaan lapangan telah
dicatat dengan sempurna oleh Lab. Technician Kontraktor kedalam Laporan Harian dan
disimpan secara tersendiri, simpanan terpisah yang terdiri dari semua laporan-laporan dan
hasil-hasil pengujian.
Pastikan bahwa Lab. Technician Kontraktor melaporkan hasil-hasil dari semua pengujian
dengan menggunakan formulir laboratorium standar.
Serahkan ringkasan Laporan Mingguan untuk semua hasil pengujian kepada Pengawas
Teknik Lapangan bersama dengan saran-saran mengenai diterima atau ditolaknya material
4. Sebagai Pengendali Mutu harus memberi petunjuk kepada staff Kontraktor dalam
pengambilan contoh dan harus juga bekerja-sama dengan Lab. Technician Kontraktor
melakukan pengujian. Kontraktor bertanggung-jawab, dibawah ketetapan-ketetapan
kontrak, untuk bekerja-sama dengan wakil yang diberi kuasa dari Pemimpin Kegiatan
dalam melaksanakan pengujian-pengujian yang ditentukan. Pengendali Mutu tidak harus
melakukan sendiri pekerjaan pengambilan bahan contoh atau pengujian, tetapi secara
seksama mengawasi Lab. Technician Kontraktor sewaktu mereka menjalankan pekerjaan.
Pengendali Mutu harus melaporkan secepat mungkin kepada Site Manager untuk kemudian
diteruskan kepada Construction Manager jika terdapat :
3.5.1 Umum
KetentuanTeknis pengendalian mutu merupakan bagian yang penting dalam penerapan QC.
Pada saat ini metoda pelaksanaan umumnya di bahas pada awal proyek, yaitu pada waktu
PCM (Pre Construction Meeting ). Pembahasan juga semestinya mencakup hal yang lebih
luas, yaitu rencana mutu Penyedia Jasa dan Konsultan. Metoda pelaksanaan yang tepat
akan menjamin hasil pekerjaan sesuai dengan persyaratan. Demikian juga pengendalian
mutu yang tidak hanya berorientasi pada produk akhir tetapi pada setiap tahapan proses
pekerjaan akan lebih menjamin tercapainya kualitas yang diinginkan dan menghilangkan
resiko kerugian di akhir produk.
Pengendalian mutu pekerjaan jembatan terdiri dari :
Sebagian dari pengendalian mutu masing-masing pekerjaan tersebut diatas dapat diperinci
sebagai berikut :
f f c.m
2
ci
S 1
n
1
dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
n = Jumlah benda uji
Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka dilakukan
koreksi dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel dibawah ini :
a) Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan kuat tarik tinggi,
bebas tegangan, relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel
sesuai dengan AASHTO M203 - 90. Untaian kawat tersebut harus mempunyai
d) Pemasokan
Kawat baja kuatt tarik tinggi atau batang baja kuat tarik tinggi yang akan digunakan dalam
pekerjaan pra-tegang harus dipasok dalam gulungan berdiameter cukup besar agar dapat
mempertahankan sifat-sifat yang disyaratkan dan akan tetap lurus bila dibuka dari
gulungan tersebut. Bahan harus dalam kondisi baik, tidak tertekuk atau bengkok.
Bahan tersebut harus bebas dari karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak, gemuk,
cat, lumpur atau bahan-bahan lainnya yang tidak dike-hendaki tetapi juga tidak licin karena
digosok.
e) Pemberian Tanda
Kabel harus disimpan dalam kelompok-kelompok menurut ukuran dan panjangnya, diikat
dan diberi label yang menunjukkan ukuran kabel dalm gulungan.
f) Penyimpanan
i) Pekerjaan Lain-lain
Air yang digunakan untuk pembilasan selongsong harus mengandung baik kapur sirih
(kalsium oksida) maupun kapur tohor (kalsium hidro-oksida) dengan takaran 12 gram
Dalam pengendalian mutu data pengujian harus lengkap , serta data penerimaan bahan sesuai
dengan persyaratan yang dibuktikan secara tertulis serta ditandatangani oleh yang
menyerahkan dan yang menerima.
Pengawasan dalam pengendalian mutu ini sangat penting, sehingga diperlukan ahli dalam
bidang sistem penegangan kabel prategang, dan dilengkapi dengan benda uji, rakitan angkur,
penerimaan unit-unit sebelumnya dengan lengkap
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.
2. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal tidak
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftar
dan diagram tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram,
untuk memenuhi rancangan dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang
disyaratkan dalam ACI 315;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja
Akhir (Final Shop Drawing);
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh
sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidak
boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau
yang sedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan
kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui
lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan
kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada
Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau
bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan
dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.
1. Penerimaan bahan
Pengendalian mutu
Penanganan dan penyimpanan
Perbaikan terhadap komponen jembatan yang tidak memenuhi ketentuan
Penggantian komponen yang hilang atau rusak berat
Perbaikan komponen yang agak rusak
Pelurusan bahan yang agak bengkok
Perbaikan hasil pengelasan yang retak
Perbaikan lapisan permukaan yang rusak
2. Pemeliharaan komponen jembatan yang telah diterima
Penyedia jasa wajib melaksanakan pemeliharaan dan perlindungan terhadap semua
komponen yang telah diterima di lapangan dan menjamin bahwa semua komponen baja
struktur aman dan terlindung, sehingga terjamin permasalahan perakitan.
3. Fokus pengendalian mutu pelaksanaan struktur baja
Pekerjaan sipil
Penentuan titik pengukuran dan pekerjaan sementara
Pemasangan landasan
Perakitan komponen baja
Prosedur pemasangan
Sambungan baut
Cek kekuatan baut
Cek dimensi baut
Cek kuat tarik baut
Ring (washer)
Peregangan
Jenis Tegangan putus Tegangan leleh minimum,
minimum
baja minimum, fu (MPa) fy (MPa)
(%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit
yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.
Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari AASHTO
M164M-90. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.
6. Paku Penghubung Geser Yang di Las
Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169 - 02 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade 1015,
1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".
7. Bahan Untuk Keperluan Pengelasan
Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas
baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183-90, harus memenuhi ketentuan dari
ASTM A233.
8. Sertifikat
Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang menyatakan
bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula standar dan memenuhi
semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik pembuatanya. Sertifikat harus
menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku, dan diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.
Kasus I
Ada kesepakatan dengan ahli teknik sistem analisis TPD untuk pengukuran gelombang
tegangandalam menentukan kedalaman TP dan kriteria pemancangan
Jumlah pengujian 5% dari jumlah TP
Pemancangan harus sesuai dengan kriteria (pengawasan produksi) sejumlah pengujian
20% jumlah TP untuk jaminan bahwa kapasitas mencukupi.
Kontrol total sebanyak 25% dari jumlah TP, nilai faktor keamanan dapat direduksi dari 3
menjadi 2
Kasus II
Perencana sudah konsultasi dengan analis TPD untuk menentukan jenis TP yang paling
efisien.
Ahli teknik sistem ATPD melakukan studi untuk beberapa jenis TP untuk menentukan
pilihan yang akan digunakan
Kasus III
Pelaksana melaksanakan pekerjaan sesuai spesifikasi, TP tidak sesuai desain
Dilakukan pengujian sebelum pelaksanaan pemancangan dilanjutkan
Kasus IV
Adanya kerusakan pada TP
Ahli teknik melakukan pemeriksaan keutuhan dengan menggunakan pengujian dinamis
2. Jaminan mutu
Penerimaan bahan
Penyimpanan dan perlindungan bahan
Tiang uji (test pile)
o Dilaksanakan untuk mengetahui kepastian kapasitas daya dukung TP pada suatu
kedalaman tertentu
o Jumlah tiang uji minimal 1 dan maksimal 4
4.5.6 Sumuran
Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan masalah unit beton pracetak yang telah
dibuat sebelumnya:
Unit beton pracetak dicetak pada landasan pengecoran
Tidak boleh diangkut sebelum berumur 14 hari atau mencapai 85% dari kuat tekan
Tidak boleh diturunkan sebelum sambungan berumur 24 jam
Penurunan sumuran disesuaikan dengan kondisi tanah
Dinding sumuran diturunkan dengan gravitasi (akibat berat sendiri)
Dasar sumuran diberi beton
Sumuran diisi dengan mutu beton K-250 sampai 1 m di bawah poer bangunan
bawah
Bagian atas sumuran tidak boleh lebih tinggi daripada dasar poer
Untuk mempermudah pelaksanaan pengendalian mutu, maka diperlukan suatu daftar simak
yang dapat dilihat pada LAMPIRAN D berikut ini.
LAMPIRAN D :
DAFTAR SIMAK
D. 1a. Persiapan Pengecoran Beton
Pengawasan Pekerjaan Jembatan 19
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Hari / Tanggal :
Jasa :
Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki
o Pengendalian Terhadap
Pemasangan dan Pembongkaran Ya Tidak
Acuan
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 1b. Pelaksanaan Acuan Beton
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 1c. Pelaksanaan Pengecoran Beton
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 1d. Pekerjaan Akhir Beton
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 2a. Pekerjaan Pembuatan Beton Pratekan/Prategang
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 2b. Penegangan sebelum pengecoran Beton pratekan (pre-tension)
Direksi Teknis : Request No.
Penyedia Jasa :
: Hari / Tanggal
Lokasi Penghamparan : : Jalur : Ka / Ki
Pengendalian terhadap
Penempatan Kabel dan Alat
Pelengkung Ya Tidak
(Hold Down)
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 2c. Penegangan Sesudah Pengecoran Beton Pratekan (Post-Tension)
Direksi Teknis Request No. :
: Hari / Tanggal :
Penyedia
Jasa :
Lokasi Penghamparan : Jalur : Ka / Ki
Pengendalian terhadap
Pengangkutan,
Penyimpanan,
Pengangkatan dan Ya Tidak
Pengemasan pada Baja Pra-
tegang
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 3a. Pembentukan Baja Tulangan
o Pengawasan terhadap
Proses Pembentukan :
1. Pembengkokan Baja
Tulangan sesuai Diagram
Pembengkokan. Ya Tidak
2. Jumlah Baja Tulangan
sesuai dengan Diagram
Pembengkokan
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 3b. Pemasangan Baja Tulangan
3. Kawat Pengikat
Tulangan harus dari Ya Tidak
Kawat baja Lunak
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 4b. Fabrikasi Baja Struktur
o Pemeriksaan terhadap
Identitas Mutu Baja dan Ya Tidak
Sertifikat Bahan
2. Performance Kerja o Pemeriksaan terhadap Pelat
Paking pada Sambungan Ya Tidak
Baut
o Pemeriksaan terhadap
Proses Pemotongan Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
Identifikasi Elemen Ya Tidak
o Pengendalian terhadap
Proses Pengangkutan Ya Tidak
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 5. Pemasangan Jembatan Rangka Baja
o Pengendalian terhadap
Penanganan dan Ya Tidak
Penyimpanan Bahan
o Pengendalian terhadap
Pemasangan sesuai
dengan Keselamatan Ya Tidak
Umum
o Pengendalian terhadap
Proses Pendongkrakan Ya Tidak
sesuai Prosedur
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 6. Pekerjaan Tiang Pancang
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan dan Pemasangan
Perletakan Jembatan Ya Tidak
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 7. Pondasi Sumuran
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Pembukaan Cetakan Ya Tidak
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Penyumbatan dan
Pengisian Dasar Sumuran Ya Tidak
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Dinding Penahan
Rembesan Ya Tidak
( Cut-Off Wall Work )
o Pengendalian terhadap
Pelaksanaan Pembongkaran
bagian atas Dinding Sumuran Ya Tidak
terbuka
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 8. Pekerjaan Adukan Semen
Pengendalian terhadap
Rentang Waktu Proses Ya Tidak
Pencampuran
Pengendalian terhadap
Proses Toleransi Ya Tidak
Pemasangan
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 9. Pekerjaan Pasangan Batu
o Pengendalian terhadap
Pemasangan Batu, Muka Batu dan
Landasan dari Adukan Ya Tidak
o Pengendalian terhadap
Pembasahan Batu dan Landasan Ya Tidak
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 10. Sambungan Ekspansi (Expantion Joint)
o Pemeriksaan terhadap
Pengiriman dan Ya Tidak
Penyimpanan Bahan
Sambungan
o Pemeriksaan terhadap
Luas, Tepi dan Ukuran
Sambungan Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
Kekuatan dan Kerekatan
pasangan Tepi dari Beton Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
Ukuran dan Keakuratan Ya Tidak
pada Pemasangan
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 11. Pemasangan Perletakan (Bearing)
Direksi Teknis : Request No. :
Penyedia Jasa : Hari / Tanggal :
o Pengendalian terhadap
Penyimpanan Perletakan Ya Tidak
Nama Jelas :
DAFTAR SIMAK
D. 12. Sandaran Railing
o Pengendalian
terhadap sandaran
untuk memperoleh Ya Tidak
Sambungan,
Alinyemen dan
Camber yang tepat
Nama Jelas :
o Pengendalian terhadap
Keamanan Kerja pada
Pelepasan dan Ya Tidak
Pembongkaran Struktur
3.Pembongkaran o Pengendalian terhadap
Struktur Pembongkaran
Bangunan pada Sungai Ya Tidak
dalam Batas Struktur
Baru
o Pengendalian terhadap
Peledakan / Operasi lain
pada Struktur lama Ya Tidak
Pemeriksaan bentang
sesuai kondisi lapangan
Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
kekencangan baut
Ya Tidak
Nama Jelas :
D. 15. Sambungan baut
Ya Tidak
2.Pemasangan baut o Pemeriksaan prosedur
pemasangan
Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
metode pengencangan
Ya Tidak
o Pemeriksaan terhadap
kapasitas
Ya Tidak
Nama Jelas :
D. 16. Pengelasan sambungan
o Pemeriksaan terhadap
oven pengering
Ya Tidak
Nama Jelas :
Ketentuan teknis pengendalian mutu merupakan bagian yang penting dalam penerapan
QC. Pada saat ini metoda pelaksanaan umumnya di bahas pada awal proyek, yaitu pada
waktu PCM (Pre Construction Meeting);
Pengendalian mutu pekerjaan jembatan terdiri dari : Pekerjaan Beton, Pekerjaan Beton
Prestresed, Pekerjaan Baja Tulangan Pekerjaan Baja Struktural, Pemasangan Struktur
Jembatan Baja, Pekerjaan Tiang Pancang, Pekerjaan Pondasi Caison, Pekerjaan Adukan
Semen, Pekerjaan Pasangan Batu, Pekerjaan Sambungan Ekspansi, Pekerjaan Perletakan,
Pekerjaan Sandaran Jembatan Baja.
C. KUNCI JAWABAN
Berikut adalah kunci jawaban untuk soal-soal yang ada dalam setiap akhir bab modul ini.
Bab I Pengawasan dan Pelaksanaan pekerjaan beton dan baja
1. Jelaskan cakupan pekerjaan beton.
Secara umum pelaksanaan beton akan mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton
bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak dan beton untuk struktur
baja komposit.
2. Jelaskan tujuan pemberian air atau pelumas di sisi dalam acuan beton.
Agar acuan mudah dibuka sewaktu beton sudah cukup umur.
3. Bagaimana cara pengecoran beton agar tidak terjadi segregasi.
Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi
akhir beton. Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
4. Jelaskan mengapa pada saat penegecoran beton harus dipadatkan dengan alat penggetar.
untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai digunakan Alat penggetar yang harus
disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok.
Bab II Pengawasan Dan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
1. Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, jelaskan jenis-jenis pondasi jembatan.
Bila tanah keras tidak terlalu dalam (kurang dari 7 meter) dapat digunakan pondasi langsung
(pondasi telapak), namun perlu memperhatikan adanya scouring. Bila tanah keras terletak
pada kedalaman lebih dari 7 meter maka digunakan pondasi tidak langsung yaitu kaison
beton yang dicor di tempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan
pratekan, serta tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
2. Jelaskan jenis tiang pancang menurut materialnya.
Tiang pancang Kayu, termasuk Cerucuk (Wood Pile)
Tiang pancang Baja Struktur (Steel Pile)
Tiang pancang Pipa Baja (Steel Pipe Pile)
Tiang pancang Beton Bertulang Pracetak (Reinforcement Concrete Pile)
Tiang pancang Beton Pratekan, Pracetak (Precast Prestressed Pile)
Pondasi tiang yang lain adalah pondasi tiang bor beton cor langsung di tempat (bored pile) dan
tiang turap.
3. Jelaskan bagaimana cara pengangkatan tiang pancang.
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya.
Bila pelat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik
terendah menuju titik tertinggi.
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2010 Revisi 3;
2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan Manajemen
Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, May 2006;
4. Modul Pelaksanaan Konstruksi Jembatan, Jafung Teknik Jalan dan Jembatan Pusat
Pendidikan dan Latihan Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2006;
5. Prestressed Concrete Analysis and Design Fundamental, Antoine E Norman, Mc Graw Hill
Book Company, 1982;
6. Quotation Documents For Myanmar-laos Friendship Suspension Bridge Across Mekong
River, the Government Of The Union Of Myanmar Ministry Of Construction Public Works,
August 2004;
7. Bahan Publikasi Akashi Kaikyo The World Longest Suspention Bridge dan Tatara Cable
Stayed Bridge, Japan;
8. Bahan Publikasi Stay Cable OVM China ( Ir. Herry Vaza, M.Eng,Sc)
9. Standar Produksi Pabrik Komponen Jembatan Pracetak Pratekan, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departermen Pekerjaan Umum.
10. Permen PU No. 603/PRT/M/2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendalian
Manajemen Penyelenggaraan Pembangunan Prasarana dan Saran bIdang PU.
GLOSARIUM
Istilah dan Definisi
Jembatan
Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan
yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, selat atau laut, jalan raya dan jalan kereta api.
Bangunan Atas
Adalah struktur jembatan dan struktur persilangan atas yang berfungsi memikul beban lalu lintas
dan gaya-gaya lainnya, serta melimpahkannya ke bangunan bawah melalui struktur perletakan pada
ujung-ujungnya.
Bangunan Bawah
Bangunan bawah adalah setiap struktur, yang secara umum merupakan komponen pemikul beban
dari bangunan atas yang dapat berupa abutment, pilar, dinding penahan tanah, fundasi atau bentuk
lain dengan fungsi sama.
Fundasi Tiang
Adalah bagian dari struktur jembatan dengan mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya melalui
struktur tiang fundasi.
Tiang
Adalah struktur fundasi dalam yang dapat berupa kayu, beton, baja dan komposit dengan bentuk
dapat berupa silinder, prisma dengan rasio panjang dan lebar 4 dan cara memasukkannya ke
dalam tanah dengan cara dipancang, ditekan, dibor lalu dicor beton atau ditekan sampil disemprot
air.
Tiang Pancang
Adalah tiang fundasi dengan bahan dapat berupa kayu, beton bertulang, beton pracetak prategang,
baja atau komposit, yang dimasukkan kedalam tanah dengan cara ditumbuk.
Tiang Bor
Adalah tiang fundasi dari beton yang pembuatannya dilakukan dengan cara di bor lalu dicor dengan
beton.
Pilar Jembatan
Adalah bangunan bawah jembatan yang terletak di tengah, berfungsi sebagai pemikul ujung-ujung
bentang tengah dan tepi bangunan atas, sering disebut sebagai pier.
Kepala Jembatan
Adalah bangunan bawah jembatan yang terletak di tepi, berfungsi sebagai pemikul ujung-ujung
bentang tepi bangunan atas, sering disebut sebagai abutment.
Balok Fundasi
Adalah bagian bawah dari bangunan bawah, berupa struktur beton bertulang yang berfungsi untuk
melimpahkan semua beban dan gaya-gaya ke fundasi.