Anda di halaman 1dari 57

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN

BADAN JALAN

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
KATA PENGANTAR rahmat-NYA, Modul Pelaksanaan Dan Pengawasan
Badan Jalan dalam kurikulum Diklat Teknis Jabatan Dasar
II Bidang Jalan dan Jembatan ini dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih
atas bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan modul diklat ini.

Besar harapan kami, Modul Pelaksanaan Dan


Pengawasan Badan Jalan dalam kurikulum Diklat Teknis
Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan ini dapat
membantu meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Marga, baik di pusat maupun
daerah, untuk dapat menerapkan serta mengidentifikasi
pekerjaan pelaksanaan dan pengawasan badan jalan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang


membangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi kami
dalam menyempurnakan Modul Diklat Teknis Jabatan
Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan ini.

Bandung, Desember 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL..............................................................v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................2
B. Deskripsi Singkat.................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran.........................................................................5
D. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok..................................................6
E. Estimasi waktu....................................................................................7
BAB II PEKERJAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN......................................8
A. Mobilisasi............................................................................................9
B. Base Camp...........................................................................................9
C. Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas..........................................9
D. Rekayasa Lapangan...........................................................................10
E. Jaminan Mutu...................................................................................12
F. Bahan dan Penyimpanan..................................................................13
G. Pekerjaan Pembersihan.....................................................................14
H. Latihan soal.......................................................................................16
I. Rangkuman.......................................................................................16
BAB III PEKERJAAN BADAN JALAN.........................................................17
A. Penyiapan Badan Jalan......................................................................18
B. Pekerjaan Galian...............................................................................20
C. Pekerjaan Timbunan.........................................................................23
D. Pengawasan Mutu.............................................................................27

ii
E. Tahapan Pekerjaan Tanah.................................................................28
F. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan dipengaruhi..................................29
G. Cara pengukuran dan pembayaran...................................................29
H. Latihan soal.......................................................................................30
I. Rangkuman.......................................................................................31
BAB IV PEKERJAAN SALURAN SAMPING/DRAINASE, PASANGAN BATU
DENGAN ADUKAN, GORONG-GORONG DAN SALURAN BETON.................32
A. Pengaruh Air Pada Konstruksi Jalan..................................................33
B. Saluran Samping/Drainase................................................................34
C. Pasangan batu dengan adukan.........................................................34
D. Gorong-Gorong dan Saluran Beton...................................................35
E. Latihan Soal.......................................................................................36
F. Rangkuman.......................................................................................36
BAB V PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE) DAN BAHU JALAN.......37
A. Penyiapan Tanah Dasar (subgrade Preparation)..............................38
B. Bahu Jalan.........................................................................................40
C. Latihan Soal.......................................................................................43
D. Rangkuman.......................................................................................43
BAB VI PENUTUP....................................................................................44
A. Evaluasi Kegiatan Belajar...................................................................45
B. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut.........................................................45
C. Kunci Jawaban...................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................47
GLOSARIUM..............................................................................................48

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Gradasi Agregat Kelas C...............................................42

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kondisi Volume Galian Lebih Kecil Daripada Volume Timbunan. 30
Gambar 2. Kondisi Volume Galian Lebih Besar Daripada Volume Timbunan 30

iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul ini terdiri dari 4 (empat) materi pokok, yakni:

Bab 2 : Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan

Bab 3 : Pekerjaan Badan Jalan

Bab 4 : Pekerjaan Saluran Samping/Drainase, Pasangan Batu dengan

Adukan, Gorong-Gorong dan Selokan Beton

Bab 5 : Penyiapan Tanah dasar (Subgrade) dan Bahu Jalan

Anda dapat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang


berurutan. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar menguasai bagian
demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing saling berkaitan. Dalam
setiap bab dalam modul ini terdapat soal latihan berupa essai yang harus
dikerjakan untuk mengetahui pemahaman anda dalam menguasai materi.
Jika anda belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat
mengulangi untuk mempelajari materi yang tersedia dalam modul ini.
Apabila anda masih mengalami kesulitan memahami materi yang ada dalam
modul ini, silahkan diskusikan dengan teman atau Widyaiswara anda.

v
BAB I PENDAHULUAN
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

A. LATAR BELAKANG
1. Fungsi Jalan
Jalan berfungsi melayani lalu lintas dan dilalui kendaraan setiap hari,
akan mengalami degradasi baik oleh kelelahan akibat repetisi
kendaraan, terjadi kerusakan pada bagian-bagian jalan seperti
perkerasan, badan jalan dan bahu jalan akibat tekanan gandar
kendaraan, atau bagian-bagian lain seperti selokan samping, gorong-
gorong, tebing kiri kanan jalan, hal tersebut semua perlu penanganan
yang baik agar jalan selalu tetap berfungsi.

Badan jalan memberikan kontribusi yang besar terhadap kerusakan


jalan. Badan jalan yang tidak dilaksanakan sesuai ketentuan akan
membawa dampak signifikan terhadap kerusakan perkerasan jalan
diatasnya. Pengertian badan jalan adalah keseluruhan struktur jalan
dibawah lapis pondasi termasuk tanah dasar (subgrade). Tanah dasar
adalah lapisan tanah setebal 30 cm dipermukaan badan jalan, berada
dibawah lapis pondasi bawah (subbase).

Fungsi dari badan jalan atau tanah dasar adalah mampu mendukung
beban lalu lintas diatasnya dan sebagai alas kerja untuk beroperasinya
peralatan beserta muatannya dalam melaksanakan perkerasan.
Elevasi subgrade diupayakan minimal 30 cm diatas muka air tanah
untuk menghindari kerusakan akibat muka air yang tinggi dan salah
satu upaya dalam menurunkan muka air tanah dengan pembuatan
subdrain.

Prinsip badan jalan adalah semakin kuat subgrade maka semakin tipis
perkerasan sehingga biaya akan lebih murah. Sebagaimana diketahui
kekuatan jalan tersebut 70% terletak pada daya dukung tanahnya
yakni pada badan jalannya dibandingkan perkerasannya. Sedangkan
biayanya berbanding terbalik, pekerjaan perkerasan jauh lebih mahal
dibanding pekerjaan badan jalan. Diupayakan lokasinya terletak pada
tanah berpasir dibanding dengan tanah lempung agar daya
dukungnya tinggi. Harus berada diatas permukaan air dan diupayakan
adaya bahu jalan yang berfungsi sebagai counterweigh dan apabila
terdapat lereng yang tinggi dibutuhkan analisa stabilitas lereng dalam
perhitungan perencanaannya.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 2


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

Dalam pembangunan jalan baru, penentuan trase jalan dalam


penyusunan feasibility study (FS) sangat menentukan sekali layak
tidaknya konstruksi jalan tersebut untuk dibangun. Trase yang terletak
pada terain dan lereng yang tinggi dan juga kondisi tanah yang tidak
baik/berawa yang menyulitkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dlapangan akan menyebabkan biaya pelaksanaan konstruksi yang
sangat mahal dan tidak ekonomis dan kemungkinan besar akan terjadi
pekerjaan berulang yang menyita waktu dan biaya.

Dan apabila terjadi kerusakan pada jalan terlebih kerusakan berat,


kelancaran lalu lintas menjadi terganggu, hal ini akan menimbulkan
kerugian dan ketidaknyamanan bagi si pengemudi.

Selain tidak nyaman mengendarai kendaraan, akan mengalami banyak


kerugian yaitu kehilangan waktu dan menambah beban biaya operasi
kendaraan. Akumulatif dari hal tersebut akan merugikan ekonomi
secara nasional.

2. Pelaksana Pekerjaan Konstruksi Jalan


Menurut UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dalam
pelaksanaan konstruksi terdapat tiga pihak yaitu :

a. Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) mempunyai tugas mengendalikan


proyek sesuai dokumen kontrak dan spesifikasi serta
melaksanakan pembayaran pekerjaan yang telah memenuhi
syarat kuantitas dan kualitas.
b. Kontraktor sebagai pelaksana (Penyedia Jasa/Pelaksana
Konstruksi) mempunyai tugas melaksanakan fisik sesuai dengan
ketentuan dalam dokumen kontrak dan spesifikasi serta
menyiapkan segala sumber daya, dan metoda pelaksanaan untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kondisi lapangan.
c. Konsultan sebagai pengawas pelaksanaan (Penyedia Jasa/
Pengawas Konstruksi). Tugas pengawas (engineer) adalah
mengawasi (supervise) pekerjaan serta menyetujui bahan dan
metode kerja, melalui kerjasama dan konsultasi dengan pengguna
jasa (employer) sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak.
Prinsip tanggung jawab Pengawas adalah antara lain:
1) Menerbitkan surat perintah mulai kerja di lapangan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 3


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

2) Menyetujui program kerja kontraktor serta sumber bahan.


3) Menyetujui penyerahan bagian pekerjaan kepada
subkontraktor.
4) Menjelaskan dan/atau menafsirkan bagian dokumen kontrak
yang multi tafsir atau yang kurang jelas.
5) Mengkaji ulang, memverifikasi, dan menjabarkan desain,
menyetujui gambar kerja, dan bila diperlukan, membuat
gambar yang lebih rinci dan memberi instruksi kepada
kontraktor.
6) Menyetujui posisi patok.
7) Menyetujui pengawas dari kontraktor, rencana kerja, lahan
yang digunakan, bahan dan sumber bahan, volume hasil
pekerjaan.
8) Memerintahkan pengujian khusus terhadap bahan atau
pekerjaan yang sudah selesai dan atau mengganti bahan dan
atau pekerjaan yang tidak memenuhi syarat.
9) Mengendalikan dan menilai kemajuan pekerjaan,
memerintahkan penangguhan pekerjaan dan menyetujui
perpanjangan waktu pelaksanaan.

Penyedia jasa memperoleh pekerjaan melalui pengadaan lelang atau


pemilihan / penunjukan langsung.

3. Program Mutu
a. Rencana Mutu, merupakan dokumen Sistem Manajemen Mutu
hirarki 3 Departemen Pekerjaan Umum yang dibuat oleh Unit
Pelaksana/Manajer kegiatan (Kepala Satker, Pejabat Pembuat
Komitmen) disemua lini jajaran Direktorat Jenderal Bina Marga
baik yang ada di pusat maupun daerah termasuk SKPD.
b. Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan disetujui oleh
direksi lapangan pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak
dan dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan.
c. Program mutu sekurang-kurangnya berisi:
1) Informasi mengenai pengadaan.
2) Organisasi proyek, pengguna jasa dan penyedia jasa.
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 4


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

5) Prosedur instruksi kerja.


6) Pelaksanaan kerja.
d. Prosedur pelaksanaan dari tiap-tiap jenis pekerjaan meliputi:
1) Standar pekerjaan.
2) Prosedur kerja.
3) Daftar inspeksi.
4) Persyaratan testing.
e. Prosedur instruksi kerja harus mencakup rincian minimal tentang:
1) Urutan kegiatan pelaksanaan.
2) Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan.
3) Pemantauan proses kegiatan.
4) Pemeliharaan yang diperlukan.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul pelatihan ini membekali peserta tentang proses pelaksanaan dan
pengawasan Badan Jalan yang berisi tentang tahapan pelaksanaan
pekerjaan persiapan , pelaksanaan dan pengawasan badan jalan,
pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan saluran samping/drainase,
pasangan batu dengan adukan, gorong-gorong dan saluran beton, serta
pelaksanaan dan pengawasan penyiapan tanah dasar (subgrade) dan bahu
jalan.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menerapkan
pelaksanaan dan pengawasan badan jalan .

2. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan yang diharapkan adalah peserta dapat menerapkan
proses pelaksanaan dan pengawasan badan jalan dan mampu
memahami tentang pengertian, fungsi, prinsip badan jalan dan
pekerjaan persiapan pelaksanaan dimana badan jalan memegang
peranan penting dan pengaruhnya sangat signifikan dalam daya
dukung konstruksi jalan. Disamping itu peserta mampu mengawasi
dan menerapkan pekerjaan badan jalan termasuk menjelaskan peran

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 5


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

penting dari saluran samping/drainase, pasangan batu dengan


adukan, fungsi/manfaat gorong-gorong, saluran beton maupun
pengawasan dan penerapan penyiapan tanah dasar (subgrade)
berikut kegunaan dari bahu jalan yang turut membantu mendukung
beban lalulintas.

D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dari indikator hasil belajar yang terdiri dari materi pokok Pelaksanaan dan
Pengawasan badan jalan dan dijabarkan dalam sub-sub materi pokok
sebagai berikut:

1. Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan, meliputi:


kegiatan mobilisasi, basecamp, pemeliharaan lalu lintas, rekayasa
lapangan, jaminan mutu, bahan dan penyimpanan, pekerjaan
pembersihan (pembersihan selama pelaksanaan dan pembersihan
akhir).
2. Pekerjaan Badan jalan, meliputi:
Penyiapan badan jalan (pekerjaan clearing/grubbing seperti
pembersihan damija, pembuangan akar pohon, semak dan humus
tanah, bahan, pelaksanaan penyiapan badan jalan toleransi dimensi),
pekerjaan galian ( jenis galian, analisa pekerjaan galian, langkah-langkah
penanganan galian, mata pembayaran dalam proses galian, peralatan
utama untuk pekerjaan galian), pekerjaan timbunan (jenis timbunan,
pemadatan timbunan, Langkah langkah penanganan timbunan,
peralatan utama pekerjaan timbunan), pengawasan mutu (mutu bahan,
toleransi dimensi, kepadatan timbunan tanah), tahapan pekerjaan
tanah, perhitungan kuantitas pekerjaan, cara pengukuran dan
pembayaran.
3. Pekerjaan Saluran Samping/Drainase, Pasangan Batu dengan adukan,
gorong-gorong dan selokan beton meliputi:
Pengaruh airpada konstruksi jalan, saluran samping/drainase, pasangan
batu dengan adukan, gorong-gorong, dan saluran terbuat dari beton.
4. Penyiapan Tanah dasar (Subgrade) dan Bahu Jalan meliputi:
Pengertian subgrade , hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pelaksanaan subgrade (rujukan, toleransi dimensi, material, pelaporan,
lain-lain), peralatan utama pekerjaan subgrade, pengertian bahu jalan

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 6


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

(tipe dan fungsi bahu jalan) , hal hal yang perlu mendapat perhatian dari
bahu jalan, peralatan utama untuk pelaksanaan bahu jalan.

E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk mata diklat Pelaksanaan Dan Pengawasan Badan Jalan pada peserta
diklat ini adalah 6 (enam) jam pelajaran.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 7


BAB II PEKERJAAN PERSIAPAN
PELAKSANAAN

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menerapkan tentang


proses dan tahapan pekerjaan persiapan pelaksanaan..
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

A. MOBILISASI
Yang disebut dengan Mobilisasi adalah mobilisasi personil yang akan bekerja
di proyek tersebut. Personil dimaksud ialah tenaga pimpinan dan Staf,
tenaga-tenaga terampil, alat-alat laboratorium, operator dan mekanik,
pekerja, alat-alat berat maupun ringan dan lain-lain dari tempat lain ke
lokasi pekerjaan.

B. BASE CAMP
Base camp adalah suatu bidang lahan letaknya dekat dengan proyek,
merupakan tempat sebagai pusat kegiatan proyek/pekerjaan. Di atasnya
didirikan bangunan-bangunan untuk:

1. Kantor Direksi.
2. Kantor Kontraktor dan Konsultan.
3. Kelengkapan alat komunikasi.
4. Gudang penyimpanan bahan dan barang.
5. Bangunan laboratorium beserta fasilitas pengujiannya.
6. Bedeng para pekerja.
7. Tempat pengolahan batu pecah (stone crusher).
8. Tempat pengolahan aspal (Asphalt Mixing Plant).
9. Tempat parkir truk-truk dan alat-alat berat dan lain-lain.

C. PEMELIHARAAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS


Selama pelaksanaan pekerjaan, semua jalan lama tetap terbuka untuk lalu
lintas dan dijaga dalam kondisi aman serta dapat digunakan untuk
permukiman disepanjang jalan. Untuk permukiman yang berdekatan dengan
Pekerjaan disediakan jalan masuk yang aman dan nyaman bagi pemakainya.

Lalu lintas dalam konteks ini adalah lalu lintas kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki. Dalam keadaan khusus,
penyedia jasa dapat mengalihkan lalu lintas ke jalan alih sementara.
Pengalihan ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Penyedia jasa harus dapat memberikan perlindungan pekerjaan terhadap


kerusakan akibat lalu lintas umum maupun proyek. Pengendalian lalu lintas
harus mendapat perhatian khusus pada saat kondisi cuaca yang buruk, pada

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 9


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

saat lalu lintas padat, dan selama periode pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan. Dalam pekerjaan jalan atau
jembatan sementara, penyedia jasa harus menyediakan, memelihara, dan
membongkar semua jalan, jembatan, jalan masuk dan sejenisnya yang
dibutuhkan. Jalan sementara itu harus dibangun sampai diterima oleh
Direksi Pekerjaan, meskipun demikian penyedia jasa tetap harus
bertanggungjawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi atau disebabkan
oleh jalan sementara ini.

Agar dapat melindungi Pekerjaan serta menjaga keselamatan umum dan


kelancaran arus lalu lintas, penyedia jasa harus memasang dan memelihara
rambu lalu lintas, penghalang, dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap
tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum.
Semua rambu lalu lintas harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan
atau terlihat dengan jelas pada malam hari. Penyedia jasa harus
menyediakan dan menempatkan petugas bendera disemua tempat kegiatan
pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan
lalu lintas satu arah. Tugas utama petugas bendera adalah mengarahkan dan
mengatur arus lalu lintas yang melalui dan di sekitar pekerjaan tersebut.

D. REKAYASA LAPANGAN
1. Meneliti Gambar-Gambar Asli
Sebelum pekerjaan survei dimulai penyedia jasa harus mempelajari
Gambar asli untuk dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan
harus memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan
yang terjadi, terutama yang berhubungan dengan lebar jalan lama,
lokasi setiap pelebaran perkerasan dan struktur drainase. Penyedia
jasa dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam
menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam Gambar
ini.

Kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan Harga dapat diubah oleh Direksi
Pekerjaan setelah revisi minor terhadap rancangan telah selesai,
dimana revisi minor ini harus berdasarkan data survei lapangan yang
dikumpulkan oleh Kontraktor sebagai bagian dari cakupan pekerjaan
dalam Kontrak.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 10


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

2. Survei Lapangan Oleh Penyedia Jasa


Selama periode mobilisasi pada saat dimulainya Kontrak, Kontraktor
harus melaksanakan survei lapangan yang lengkap terhadap kondisi
fisik dan struktur pada perkerasan jalan lama, bahu jalan lama dan
semua ciri-ciri tambahan lainnya seperti sistem drainase, jembatan
dan struktur minor lainnya, marka jalan, rambu lalu lintas, dan lain
sebagainya.

Setelah pekerjaan survei lapangan ini selesai, penyedia jasa harus


menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil
survei ini kepada Direksi Pekerjaan, tidak lebih dari tanggal yang
ditentukan dalam Pre Construction Meeting. Tanggal penyerahan ini
akan merupakan tonggak yang sangat penting bagi dimulainya
pekerjaan dalam Kontrak dengan lebih dini dan berhasil.

3. Survei Perkerasan Lama dan Geometrik Jalan


Inventarisasi geometrik jalan yang meliputi lebar perkerasan, kondisi
permukaan, jenis lapis permukaan, detail bahu jalan, radius tikungan,
lereng melintang (superelevasi di tikungan) dan kelandaian serta
survei kekasaran permukaan perkerasan dengan menggunakan alat
pengukur kekasaran secara otomatis (NAASRA Roughometer), atau
peralatan sejenis lainnya.

Survei kekuatan perkerasan berpenutup aspal dengan pengujian


lendutan menggunakan alat Bengkelman Beam dan survei perkerasan
tidak berpenutup dengan pengujian skala Dynamic Cone
Penetrometer (DCP) yang harus dikalibrasi terlebih dahulu menurut
jenis tanahnya atau metoda lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

4. Survei Revisi oleh Direksi Pekerjaan


Detail pelaksanaan yang lengkap pada setiap mata pekerjaan dalam
cakupan Kontrak akan diterbitkan secara bertahap untuk penyedia
jasa dan bilamana detail pelaksanaan ini telah disiapkan, dapat
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, sebagian atau seluruh hal-hal
berikut:

a. Revisi minor terhadap rancangan perkerasan dan/atau jembatan;

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 11


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

b. Detail peningkatan bahu jalan;


c. Detail setiap perbaikan alinemen yang diperlukan, jika ada;
d. Detail setiap pelebaran jalur lalu lintas (carriageway), jika ada;
e. Detail perbaikan selokan atau drainase;
f. Detail struktur drainase;
g. Detail pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kosong,
pekerjaan stabilitas timbunan atau galian;
h. Detail marka jalan;
i. Detail rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dan lain
sebagainya;
j. Detail pekerjaan pengembalian kondisi jembatan.

E. JAMINAN MUTU
1. Sewaktu Pengadaan
Dalam pengadaaan seluruh jenis bahan yang digunakan dalam
pekerjaan ini, Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memeriksa
dengan detail ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan
dan standar yang disebutkan, dan memeriksa bahwa bahan-bahan
yang digunakan dalam pekerjaan ini telah memenuhi atau melebihi
ketentuan yang disyaratkan.

2. Sewaktu Pelaksanaan
Direksi Pekerjaan berhak untuk menolak hasil pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan minimum yang disyaratkan. Direksi pekerjaan
juga berhak, dan tanpa merugikan pihak lain untuk menerima hasil
pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan dengan cara mengadakan
penyesuaian terhadap harga satuan atau nilai pekerjaan tersebut.

3. Tanggung Jawab Penyedia Jasa


Bilamana disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau diminta secara
tertulis oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia jasa tetap harus
bertanggung jawab untuk menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan
seluruh bukti yang menyatakan bahwa bahan atau pengerjaan atau

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 12


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

keduanya, memenuhi atau melebihi ketentuan yang terdapat dalam


peraturan dan standar yang ditetapkan.

4. Standar
Penggunaan standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan
organisasi-organisasi berikut:

SII = Standar Industri Indonesia


SNI = Standar Nasional Indonesia
AASHT = American Association of State Highway and
O Transportation Officials
ACI = American Concrete Institute
AISC = American Institute of Steel Construction
ANSI = American National Standard Institute
ASTM = American Society for Testing and Materials
AWS = American Welding Society Inc.
CRSI = Concrete Reinforcing Steel Institute
NEC = National Electrical Code
BS = British Standards

F. BAHAN DAN PENYIMPANAN


Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat dipergunakan dan pernah
diidentifikasikan serta diberikan dalam gambar hanya merupakan bahan
informasi bagi penyedia jasa. Penyedia jasa tetap bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi dan memeriksa ulang apakah bahan tersebut cocok untuk
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapatkan persetujuan


tertulis dari Direksi Pekerjaan sesuai dengan maksud penggunaannya. Bahan
tidak boleh dipergunakan untuk maksud lain selain dari peruntukan yang
telah disetujui. Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai
dengan mutu bahan yang telah diperiksa dan disetujui, maka bahan tersebut
harus ditolak dan harus segera disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48
jam, kecuali terdapat persetujuan lain dari Direksi Pekerjaan.

Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah,


bebas dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari
sekitarnya. Bahan yang langsung ditempatkan diatas tanah tidak boleh
digunakan untuk Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 13


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir
atau kerikil setebal 10 cm sedemikian hingga diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

Penumpukan Bahan (Stockpiles) :

1. Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya


segregasi dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak
terdapat kadar air yang berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan
bahan harus dibatasi sampai maksimum 5 meter.
2. Penumpukan berbagai jenis agregat yang akan dipergunakan untuk
campuran aspal, burtu atau burda, penetrasi macadam atau beton harus
dilakukan secara terpisah menurut masing-masing ukuran nominal
agregat. Dinding pemisah dari papan dapat digunakan untuk harus
mencegah tercampurnya agregat-agregat tersebut. Tumpukan agregat
untuk untuk lapis pondasi atas dan bawah harus dilindungi dari hujan
untuk mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang akan mengurangi
mutu bahan yang dihampar atau paling tidak mempengaruhi
penghamparan bahan.

G. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Penyedia jasa harus memelihara
pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah,
yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan,
semua sisa bahan bangunan dan bahan-bahan tak terpakai, sampah,
perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan, seluruh
permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan proyek ditinggal
dalam kondisi siap pakai dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

1. Pembersihan selama Pelaksanaan


Penyedia jasa harus membersihkan secara teratur untuk menjamin
bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat hunian
dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan
kotoran lainnya yang diakibatkan oleh operasi-operasi di tempat kerja
dan memelihara tempat kerja dalam kondisi rapi dan bersih setiap
saat.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 14


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

Penyedia jasa harus menjamin bahwa sistem drainase terpelihara dan


bebas dari kotoran dan bahan yang lepas dan berada dalam kondisi
operasional pada setiap saat dan bahwa rumput yang tumbuh pada
berm lama atau yang baru dikerjakan dan pada talud samping
dipangkas dan dipelihara sedemikian rupa sehingga ketinggiannya
maksimum 3 cm. Bilamana dianggap perlu, Kontraktor harus
menyemprot bahan dan sampah yang kering dengan air untuk
mencegah debu atau pasir yang beterbangan.

Penyedia jasa harus menjamin bahwa rambu jalan dan sejenisnya


dibersihkan secara teratur agar bebas dari kotoran dan bahan lainnya,
serta harus menyediakan drum di lapangan untuk menampung sisa
bahan bangunan, kotoran dan sampah sebelum dibuang serta harus
membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di tempat yang
telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat maupun Daerah dan
Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang berlaku. Penyedia jasa
tidak diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan bangunan di
lokasi proyek tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Penyedia jasa tidak diperkenankan membuang limbah berbahaya dan


tidak diperkenankan membuang sisa bahan bangunan ke dalam
sungai atau saluran air. Bilamana menemukan bahwa saluran drainase
samping atau bagian lain dari sistem drainase yang dipakai untuk
pembuangan setiap jenis bahan selain dari pengaliran air permukaan,
baik oleh pekerja Kontraktor maupun pihak lain, maka harus segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Pekerjaan, dan segera
mengambil tindakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut.

2. Pembersihan Akhir:
Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam
keadaan bersih dan siap untuk dipakai pemilik. Penyedia jasa juga
harus mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak
diperuntukkan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi semula.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 15


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

H. LATIHAN SOAL
1. Coba jelaskan jenis mobilisasi yang anda ketahui ?
2. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan rekayasa lapangan?

I. RANGKUMAN
Bab 2 Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan peserta akan dijelaskan
tentang proses kegiatan pelaksanaan mobilisasi personil dan
peralatan, penyiapan base camp, pemeliharaan dan pengaturan lalu
lintas, rekayasa lapangan (meneliti gambar asli, survai lapangan oleh
kontraktor, survai revisi oleh direksi pekerjaan), jaminan mutu, bahan
dan penyimpanan, dan pekerjaan pembersihan (pembersihan selama
pelaksanaan dan pembersihan akhir).

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 16


BAB III PEKERJAAN BADAN JALAN

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menerapkan tentang


proses pelaksanaan dan pengawasan badan jalan.
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

A. PENYIAPAN BADAN JALAN


Pekerjaan penyiapan badan jalan terdiri dari:

1. Pekerjaan galian dan timbunan pada jalan yang sudah ada hampir tidak
ada, kalaupun ada, volumenya relatif tidak terlalu besar. Pekerjaan
galian dan timbunan terjadi apabila ada pelebaran jalan. Bobot
pekerjaan ada pada pekerjaan perbaikan kerusakan-kerusakan,
peningkatan kekuatan perkerasan dan lapisan aspal permukaan.
2. Pekerjaan penyiapan badan jalan ini mencakup penyiapan, penggaruan
dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil
lama atau lapis perkerasan lama yang rusak berat untuk penghamparan
lapis pondasi di daerah jalur lalu lintas termasuk jalur tempat
pemberhentian dan persimpangan.

Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat


dengan menggunakan motor grader yang digunakan untuk perbaikan
bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan
baru.

Penyiapan badan jalan meliputi galian minor atau penggaruan serta


pekerjaan timbunan minor yang diiikuti dengan pembentukan,
pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir dan pemeliharaan
permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan
diatasnya.

Untuk pembangunan jalan baru, sebelum staking out, dilakukan dahulu


penyiapan badan jalan meliputi pekerjaan pembersihan Daerah Milik
Jalan (Damija) dengan melakukan clearing dan Grubbing yaitu
pemotongan pohon, semak dan akar pohon maupun tunggul pohon
serta pembuangan humus tanah.

a. Bahan.
Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan,
lapis pondasi agregat atau tanah asli di daerah galian yang
memenuhi syarat sesuai dengan klasifikasi tanah yang telah
ditetapkan. Material badan jalan harus bebas bahan organis, bukan
tanah lempung (plastis tinggi), untuk urugan biasa CBR Soak >6%,
untuk urugan pilihan CBR >10%. Pemadatan harus dilakukan dalam
keadaan jenuh dan urugan pilihan maksimum Plastis Indeks (PI) 6 %.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 18


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

b. Pelaksanaan Penyiapan Badan jalan


Tanah dasar harus dipadatkan sesuai ketentuan yang berlaku yang
relevan untuk timbunan badan jalan.

c. Toleransi Dimensi.
Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau
lebih rendah 1 cm dari yang disyaratkan atau disetujui.

Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki
kelandaian yang cukup, untu kmenjamin berlakunya aliran bebas
dari air permukaan.

3. Pekerjaan galian dan timbunan yang besar terjadi pada pembuatan jalan
baru yaitu untuk membuat dan membentuk badan jalan. Hal ini jelas
terlihat apabila alinemen jalan berada pada daerah perbukitan dan
pegunungan. Bobot pekerjaan galian dan timbunan jauh lebih besar dari
pekerjaan lainnya seperti perkerasan/aspal, saluran, gorong-gorong dan
lain-lain. Pada pembangunan jalan tol, bobot pekerjaan galian dan
timbunan bisa mencapai 60% - 70% dari harga total pekerjaan.

Hal tersebut karena ada ketentuan kecepatan rencana pada jalan tol
yaitu minimal 80 km/jam dan kelandaian maksimum 4 %.

a. Pemilihan alat berat dalam pelaksanaan proyek didasarkan pada:


1) Skala proyek, atau besar/kecilnya pekerjaan
2) Waktu yang tersedia atau waktu yang ditentukan
3) Jenis pekerjaan
4) Pertimbangan keseimbangan kapasitas dar kombinasi operasi
alat
5) Kondisi medan kerja
6) Kemudahan didapatnya alat yang dipilih tersebut dipasaran atau
dilapangan

b. Jenis-jenis pemadatan :
1) Pemadatan statis yakni pemadatan yang diakibatkan dengan
berat sendiri dan beban lalu lintas diatasnya.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 19


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

2) Pemadatan sekunder yakni pemadatan yang dilakukan dengan


effort (usaha) disebut muatan dinamis: sheep foot roller, vibro
roller, tyre roller, tandem rolller, three wheel roller.

c. Tujuan pemadatan :
1) Untuk mengurangi settlement/konsolidasi, meningkatkan daya
dukung tanah.
2) Mengurangi rongga yang bersifat rembesan air dan kapiler
tanah
3) Mengurangi pengembangan massa tanah (volume tanah)

d. Pelaksanaan Pemadatan :
1) Dalam melaksanakan pemadatan harus dilakukan pemadatan
percobaan
2) Mengetahui jumlah lintasan dan jenis pemadatan
3) Penentuan tebal perkerasan
4) Penentuan kadar air optimum sehingga diperoleh pemadatan
yang effisien.

e. Pemilihan jenis alat pemadat :


1) Tanah plastis digunakan sheep foot roller, tyre roller
2) Pasir atau kerikil berpasiran digunakan vibro roller dan tyre roller
3) Pasir/kerikil bercampur lempung digunkan tyre roller, wheel
roller.

B. PEKERJAAN GALIAN
Pekerjaan galian terdiri dari:

1. Pekerjaan galian ini mencakup pembuatan saluran air dan selokan,


untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan
atau struktur lainnya, pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus, pekerjaan stabilitas lereng dan pembuangan longsoran, galian
bahan konstruksi dan pembuanagn sisa bahan galian, pengupasan dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan
umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.

Pekerjaan galian dapat berupa :

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 20


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

a. Galian biasa
b. Galian batu
c. Galian Struktur
d. Galian Perkerasan Beraspal

Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai


galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation)
dan galian perkerasan beraspal.

Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m 3 atau


lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang tidak praktis digali tanpa
penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan.
Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru
(ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton
dan tenaga kuda netto maksimum sebesar 150 PK.

Galian struktur meliputi penimbunan kembali dengan bahan yang


disetujui, pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua
keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong,
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

Galian struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok


penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya.

Galian perkerasan beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan


pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold
Milling Machine (mesin pengupas perkerasan aspal tanpa pemanasan).

2. Disamping itu perlu diketahui jenis dan sifat-sifat fisik tanah yang akan
digali. Sifat-sifat tanah ini akan menentukan bentuk dan kemiringan
lereng tebing kiri kanan jalan. Pada galian yang dalam akan terdapat
tebing yang tinggi.

Untuk mencegah longsoran, tebing dibuat agak landai. Untuk bisa


ditentukan dengan tepat kemiringan lereng tersebut perlu dilakukan
penyelidikan laboratorium mekanika tanah, sehingga jelas diketahui
bidang gelincir dan besarnya gaya geser tanah.

3. Pada galian yang dalam, tebing dibuat bertangga masing-masing dengan


ketinggian 3 m atau 4 m. Ini tergantung jenis tanah. Jika tanah keras,

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 21


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

misalnya cadas, tinggi tangga bisa lebih daru 4 m dan kemiringan tebing
bisa lebih tegak.

4. Untuk mencegah erosi permukaan tebing perlu ditutup dengan gebalan


rumput. Ada kalanya disemprot dengan pasir semen (shot crete) atau
dilapis dengan pasangan batu kosong dan masih banyak cara lain yang
dilakukan.

5. Analisis Pekerjaan Galian Tanah


Untuk analisis pekerjaan galian ini dibutuhkan data volume galian yang
dibutuhkan serta jumlah deposit yang tersedia, jarak angkut dari galian
ke lokasi pekerjaan maupun lokasi pembuangan serta waktu tersedia
atau cycle time yang dibutuhkan untuk mengangkut material galian
tersebut.

6. Alat-alat yang dipakai


a. Pada galian yang kecil bisa dilakukan dengan alat-alat sederhana
seperti pacul, sekop dan lain-lain.

Namun pada galian dengan volume besar perlu alat-alat berat yaitu
Excavator untuk memotong perbukitan, menggali tanah dan
material yang dapat langsung dipindahkan ke Dump Truck, Bulldozer
untuk membongkar material dan menggusur tanah, Dump Truck
untuk membuang mateial hasil galian, Wheel Loader untuk
mengangkat matarial hasil galian dan hasil gusuran keatas Dump
Truck dll.

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan


dan dihitung berdasarkan volume galian dan waktu yang disediakan.
Atau sebaliknya alat ditentukan, kemudian berapa kemampuan
kapasitas alat tersebut untuk dapat mengerjakan suatau volume
tertentu.

7. Yang perlu diperhatikan adalah pembuangan dari bahan galian. Dalam


perencanaan diusahakan agar bahan galian dapat dipakai seluruhnya
untuk bahan timbunan. Jadi bahan galian tidak perlu dibuang ke tempat
lain.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 22


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

8. Langkah-langkah penanganan Galian.


a. Persiapan rencana kerja (peralatan, personil, bahan material)
b. Pengukuran shop drawing dan cross section (volume pekerjaan)
c. Staking out (pematokan)
d. Pengambilan contoh material timbunan (borrow material)
e. Penentuan lokasi pembuangan galian
f. Permintaan request and approval
g. Clearing (pembersihan damija)
h. Grubbing (pembuangan lapis permukaan/akar pohon/humus tanah)
i. Penggalian (galian tanah dan galian batu )

Pada daerah bukit, penggalian dimulai dari yang tinggi ke bagian yang
lebih rendah dan dibuat terasering.
a. Perhatikan penempatan drainase dan gorong-gorong/cross drain
b. Bila Galian batu dengan peledakan harus mendapat ijin
c. Pengecekan material permukaan badan jalan /subgrade
d. Pemebentukan badan jalan / grading
e. Test pemadatan (kadar air optimum)
f. Pemadatan
g. Pemeriksaan hasil pemadatan
h. Pengukuran hasil pemadatan

9. Mata Pembayaran dalam Proses Galian.

Untuk mata pembayaran pembersihan damija/clearing dibayarkan


dalam bentuk HA atau bila pohonnya besar dibayarkan dalam bentuk
jumlah pohon. Pekerjaan pembuangan lapis humus permukaan setebal
30 cm termasuk pembuangan akar pohon dibayarkan dalam bentuk m 2.
Untuk galian biasa, galian batu, galian saluran samping dibayarkan
dalam bentuk m3 sedang pembentukan subgrade dibayarkan dalam
bentuk m2.

C. PEKERJAAN TIMBUNAN
Sama seperti pada pekerjaan galian, pada pekerjaan timbunanpun jenis dan
sifat-sifat fisik tanah perlu diketahui. Jadi perlu penyelidikan laboratorium
geoteknik. Jenis dan sifat-sifat tanah tersebut akan menentukan
kemiringanlereng tebing timbunan. Jenis tanah lempung tidak dapat

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 23


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

digunakan untuk timbunan karena selain lembek, sulit memadatkannya.


Tebing timbunan yang tinggi dibuat bertangga dan mencegah erosi dilapisi
dengan gebalan rumput.

1. Timbunan dibagi tiga jenis yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan
timbunan pilihan diatas tanah rawa. Timbunan pilihan digunakan
sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya
dukung tanah dasar dan didaerah saluran air dimana bahan yang plastis
sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan
untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana pemanfaatan kekuatan
timbunan adalah merupakan faktor yang kritis.
Timbunan pilihan diatas rawa digunakan untuk melintasi daerah yang
rendah dan selalu tergenang air.

2. Bahan timbunan yang baik adalah tanah merah bercampur pasir. Kondisi
tanah seperti ini mudah dipadatkan pada kadar air optimum. Oleh
karena itu sebelum penimbunan dilakukan perlu diketahui besarannya
kadar air optimum. Rentang kadar air yang disyaratkan berada dalam
rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air
optimum. Kadar air optimum (W Opt) adalah kadar air pada kepadatan
tanah kering yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

3. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang


disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapis berikutnya dihampar.
Penimbunan dilakukan lapis demi lapis @ 30 cm. Lapisan tanah yang
lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai
SNI 03-1742- 1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 %
bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih
(oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari
elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-
1742-1989.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 24


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

4. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang


diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang
lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau
pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan
satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai
dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian
bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik
bahan timbunan yang dihampar.

5. Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan


dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi
atau peralatan berat lainnya yang serupa. Untuk timbunan batu harus
ditutup dengan satu lapisan atau setebal 20 cm dari bahan yang
bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5
cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut.

6. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang


timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah
peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus
dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-
pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh
digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi
lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam
lapisan teratas ini.

7. Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa
agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir
sama.

8. Bilamana bahan timbunan ditempatkan hanya pada satu abutment,


tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-
gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak
boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan
bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 25


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh


ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai
struktur bangunan atas telah terpasang.

9. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan


pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10
kg. Pemadatan dibawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian
khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin
bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

10. Pemadatan diatas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan
air dimana timbunan terendam, dengan perlatan yang disetujui.

11. Alat yang umum dipakai pada pekerjaan timbunan:


Pemadatan dilakukan dengan mesin pemadat penggentar atau Vibration
Roller. Pada timbunan dengan jenis tanah yang berkohesif tinggi dipakai
Sheep foot Roller. Peralatan yang dipakai pada pekerjaan Tanah dan
Badan Jalan adalah :

a. Bulldozer
b. Excavator
c. Dump Truck
d. Motor Grader
e. Water Tank
f. Whell Loader
g. Compactor (Vibrating Roller, Sheepfoot Roller)

Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan
dihitung berdasarkan volume timbunan dan waktu disediakan atau
sebaliknya alat ditentukan dahulu, kemudian berpaa kemmapuan
kapasitas alat tersebur untuk dpat mengerjakan suatu volume tertentu.

12. Langkah-langkah penanganan timbunan.


Selain prosesnya sama dengan langkah penanganan pekerjaan galian,
yang perlu diperhatikan adalah timbunan harus dilakukan lapis perlapis
untuk menjamin kepadatan tetap homogen dan menghindari
pemadatan sekunder. Menjaga pemadatan dalam keadaaan kadar air

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 26


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

optimum untuk setiap lapisnya disamping penempatan drainase berikut


kemiringannya perlu mendapat perhatian seksama dimana kemiringan
dan kapasitas saluran samping serta penempatan saluran melintang,
gorong-gorong/sub drain disesuaikan dengan kondisi lapangan

D. PENGAWASAN MUTU.
Pengawasan mutu terdiri dari:

1. Pengawasan mutu bahan


a. Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal bahan
paling sedikit 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan,
yang dipilih mewakili entang mutu bahan yang meungkin terdapa
pada sumber bahan.
b. Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap
sumber bahan paling sedikit harus dilakukan satu pengujian nilai
aktif.
c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapisan timbunan
yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992. Pengujian harus
dilakukan sampai kedalalam penuh pada lokasi berselang-seling
setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali
disekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling
sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis
penimbunan kembali yang telah slelsai dikerjakan.
d. Untuk pelaksanaan timbunan, paling sedikit satu rangkaian
pengujian bahan yang lengkap harus dilakukakan untuk setiap 1.000
m3 bahan timbunan yang dihampar.

2. Toleransi Dimensi
a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus +/- 2 cm dari
yang ditentukan atau disetujui.
b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari
10 cm dari garis profil yang ditentukan.
d. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat
>20 cm atau dalam lapisan tebal padat <10cm

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 27


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

3. Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan Tanah


a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah
yang mengandung lebih dari 10% bahan tertahan pada ayakan 3/4”,
kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi
terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elelvasi tanah
dasar dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

4. Pengendalian Mutu
Metode yang digunakan untuk menghitung kepadatan lapangan:
a. Metode Sand Cone
b. Metode Rubber Ballon
c. Non Destructive Nuclear Test

E. TAHAPAN PEKERJAAN TANAH


Tahapan pekerjaan tanah terdiri dari:

1. Clearing dan Grubbing


a. pemotongan pohon dan semak
b. pembuangan akar, tunggul pohon

2. Top Soil Removal


a. Pembuangan humus tanah
b. Pembuangan sisa struktur bangunan (demolition)

3. Galian
a. Galian biasa
b. Galian batu

4. Timbunan
a. Timbunan biasa
b. Timbunan pilihan

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 28


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

5. Pembuatan saluran dan gorong


a. Saluran diperkeras
b. Box culvert
c. Tembok penahan

6. Pembentukan tanah dasar / sub grade.

F. PERHITUNGAN KUANTITAS PEKERJAAN DIPENGARUHI


Perhitungan kuantitas pekerjaan badan jalan dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:

1. Jenis material dan item pekerjaan.


a. tanah biasa, dan tanah bercampur batu lepas
b. batu cadas : boulder > 1 m 3, tidak dapat didorong > 180 HP,
menggunakan bahan peledak.
2. Faktor Susut Kembang (shrinkage / Swell)
3. Faktor Kepadatan
4. Kemiringan Lereng (Cut and Fill )
5. Penggunaan bahu jalan (counter weight)
6. Sesuai kebutuhan konstruksi : lebih dari gambar kerja tidak boleh
dibayar.

G. CARA PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN.


Berikut adalah penjelasan cara pengukuran dan pembayaran sesuai dengan
kondisi volume galian dan volume timbunan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 29


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

1. Volume Galian < dari pada Timbunan

Gambar 1. Kondisi Volume Galian < Volume Timbunan

Cara pengukuran:
a. Volume Galian I tidak ada pembayaran
b. Volume Timbunan II diukur dan dibayarkan timbunan biasa dari
galian
c. Volume Timbunan III diambil dari borrow material dan dibayar
timbunan biasa dari sumber galian.

2. Volume Galian > dari timbunan

Gambar 2. Kondisi Volume Galian > Volume Timbunan

Cara Pengukuran:
a. Volume Galian I dibayar dengan galian biasa
b. Volume Galian II tidak diukur untuk pembayaran
c. Volume Timbunan III dibayar dengan volume timbunan biasa dari
galian.

H. LATIHAN SOAL
1. Coba saudara jelaskan pengertian, fungsi dan prinsip dari badan jalan!

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 30


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

2. Coba jelaskan tujuan dari pemadatan !


3. Coba saudara jelaskan jenis jenis galian yang saudara ketahui!
4. Coba saudara jelaskan kriteria galian batu!
5. Coba saudara jelaskan langkah langkah penanganan pekerjaan
timbunan!

I. RANGKUMAN
Pada Bab 3 Pekerjaan Badan Jalan peserta dijelaskan tentang
penyiapan badan jalan (pekerjaan clearing/grubbing seperti
pembersihan damija, pembuangan akar pohon, semak dan humus
tanah, bahan, pelaksanaan penyiapan badan jalan, toleransi dimensi),
pekerjaan galian ( jenis galian, analisa pekerjaan galian, langkah langkah
penanganan galian, mata pembayaran dalam proses galian, peralatan
utama untuk pekerjaan galian), pekerjaan timbunan (jenis timbunan,
pemadatan timbunan, langkah langkah penanganan timbunan,
peralatan utama pekerjaan timbunan), pengawasan mutu (mutu bahan,
toleransi dimensi, kepadatan timbunan tanah), tahapan pekerjaan
tanah, perhitungan kuantitas pekerjaan, cara pengukuran dan
pembayaraan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 31


BAB IV PEKERJAAN SALURAN
SAMPING/DRAINASE, PASANGAN BATU
DENGAN ADUKAN, GORONG-GORONG
DAN SALURAN BETON

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menerapkan proses


tentang pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan saluran samping/drainase,
pasangan batu dengan adukan, gorong-gorong dan saluran beton.
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

A. PENGARUH AIR PADA KONSTRUKSI JALAN


1. Pengaruh Air Terhadap Kekuatan Konstruksi Jalan
Air sangat berpengaruh terhadap kekuatan konstruksi jalan. Tubuh
jalan umumnya terdiri dari tanah. Tanah kuat pada kadar air tertentu.
Kadar air tersebut disebut kadar air optimum. Apabila kadar air tanah
lebih besar dari kadar air optimum, tanah menjadi lembek, bentuknya
menjadi berubah (amblas), karena tekanan dari beban lalu lintas
diatasnya.

Perubahan bentuk tanah dasar membuat lapis diatasnya bergeak. Ini


akan merusak lapis pondasi dan lapis aus. Perkerasan akan tetap stabil
apabila tanah dasar tidak bergerak. Tanah dasar kokoh dan tidak
bergerak apabila tidak kemasukan air, yaitu kadar airnya tidak
berubah. Oleh karena itu tanah dasar perlu dilindungi dari masuknya
air hujan. Itu sebabnya permukaan jalan dilapisi bahan yang kuat dan
kedap air, yaitu aspal dan beton.

2. Bentuk Penampang Melintang


Permukaan jalan tidak dibuat datar, tetapi cembung atau miring, agar
air hujan yang turun segera mengalir ke samping dan masuk ke
saluran samping jalan. Saluran samping menampung air dari
permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya. Air dalam selokan harus
segera dialirkan dan dibuang ke sungai agar tidak masuk merembes ke
badan jalan.

Kemiringan melintang pada jalan aspal/beton 2 % - 3 %, pada kerikil 4


% - 6 %, pada tanah 4 % - 6 %.

3. Pengaruh Air Terhadap Tanah Dasar


Apabila ada sebagian tanah dasar turun, maka terjadi lekukan pada
permukaan jalan disertai retakan pada lapis aspal. Disaat hujan, air
tergenang dibagian lekukan tersebut dan akan merembes ke pondasi
dan seterusnya ke tanah dasar dan merusak tanah dasar. Oleh karena
selalu dilalui kendaraan, maka kerusakan yang tadinya kecil cepat
berkembang menjadi kerusakan besar. Oleh karena itu lapis aspal

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 33


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

yang retak apalagi terkelupas harus segera diperbaiki dengan leburan


aspal.

B. SALURAN SAMPING/DRAINASE
Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan saluran
samping/drainase:

1. Bentuk penampung saluran samping bisa berupa trapesium, persegi


ataupun segitiga. Kebanyakan dari saluran ini dibentuk dari hasil galian.
Pemilikan bentuk saluran tergantung pada kondisi medan. Pada medan
yang datar umumnya dipilih bentuk trapesium. Dasar dan dinding
saluran cukup dari tanah asli bekas dari galian. Pada daerah
pegunungan, bentuknya trapesium dan kalau sering terjadi erosi, dasar
maupun dinding saluran dilapisi pasangan batu. Atau bentuk persegi
yang terbuat dari pasangan batu atau beton.

2. Bentuk profil dimensi dan kelandaian saluran dibuat sesuai gambar dan
spesifikasi yang terdapat dalam kontrak.

3. Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh
berbeda lebih dari 1 cm dari yang ditentukan dalam gambar. Alinemen
dan profil melintang saluran yang telah selesai dikerjakan tidak boleh
bergeser lebih dari 5 cm. Semua bahan galian harus dibuang atau
diratakan ditempat yang ditentukan.

C. PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN


Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan pasangan batu
dengan adukan:

1. Pekerjaan ini terdiri dari pemasanganan lapis pelindung pada tepi atau
dasar selokan dan saluran air, dan pembuatan lantai olak, kantung
lumpur dan bangunan saluran air kecil sejenis lainnya dengan pasangan
batu dengan adukan semen yang dibangun di atas suatu dasar yang
telah dipersiapkan untuk menjamin aliran air yang bebas dan tanpa
genangan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 34


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

2. Pekerjaan ini juga meliputi pembangunan lubang sulingan air, termasuk


penyediaan dan pemasanagan cuan lubang pembuangaan air
(weephole) atau pipa.

3. Pada umumnya pekerjaan pemasangan pasangan batu dengan adukan


tidak akan digunakan untuk bangunan-bangunan yang menahan beban
seperti gorong-gorong pelat beton, tembok penahan tanah sepanjang
jalur lalu intas, tembok kepala gorong-gorong pelat beton dan
sebagainya.

D. GORONG-GORONG DAN SALURAN BETON


Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan gorong-gorong
dan saluran beton:

1. Pekerjaan ini terdiri dari perbaikan, perpanjangan, penggantian atau


pembangunan baru gorong gorong pipa, box culvert, dan saluran beton
termasuk kepala gorong gorong, bangunan lubang pemasukan dan
lubang pengeluaran dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan
perlindungan terhadap erosi untuk menjamin aliran air yang bebas dan
tanpa genangan, semua sesuai dengan gambar dan spesifikasi dan pada
lokasi yang ditunjuk direksi teknis.

2. Pekerjaan ini juga harus termasuk pemasangan saluran berdinding lapis


beton, dengan pelat penutup dimana diperlukan, di lokasi yang disetujui
dan dimana air rembesan dari saluran air yang dindingnya tidak dilapisi
dapat mengakibatkan ketidakstabilan lereng timbunan.

3. Gorong-gorong berfungsi mengalirkan air di bawah jalan yang berasal


dari sungai kecil yang debitnya kecil atau menyeberangkan air dari
saluran samping untuk dibuang ke lembah atau ke sungai. Air yang
mengalir pada saluran samping tidak boleh terlalu panjang, sehingga
pada jarak-jarak tertentu harus dibuang melalui gorong-gorong tersebut.

4. Bentuk gorong-gorong ada berupa pipa dan ada juga empat persegi.
Gorong-gorong dengan bentuk empat persegi (box culvert)
digunakan untuk mengalirkan air yang debitnya cukup besar atau pada
persilangan jalan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 35


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

5. Bahan dari gorong-gorong adalah beton atau pipa baja gelombang


(Armco). Ukuran diameter gorong-gorong pipa beton berkisar antara
Ø80 cm - Ø150 cm. Ukuran diameter gorong-gorong Armco berkisar
antara Ø100 cm - Ø250 Cm.

6. Pemasangan dan penempatan gorong-gorong harus sesuai dengan


gambar dan spesifikasi. Tebal timbunan tanah diatas puncak pipa
minimal 60 cm. Bahan timbunan adalah tanah atau kerikil halus yang
bebas dari gumpalan lempung dan bahan organis.

E. LATIHAN SOAL
1. Coba jelaskan fungsi dan manfaat drainase yang anda ketahui ?
2. Coba uraikan secara singkat cara pemasangan dan penempatan
gorong-gorong yang baik ?

F. RANGKUMAN
Dalam Bab 4 Pekerjaan saluran samping/drainase, pasangan batu
dengan adukan, gorong gorong dan saluran beton peserta akan
dijelaskan tentang pengaruh air pada konstruksi jalan, proses
pembuatan saluran samping, pasangan batu dengan adukan, gorong-
gorong dan saluran beton.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 36


BAB V PENYIAPAN TANAH DASAR
(SUBGRADE) DAN BAHU JALAN

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menerapkan proses


tentang pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan penyiapan tanah dasar
(subgrade) dan bahu jalan.
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

A. PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION)


Tanah dasar adalah permukaan badan jalan yang telah disiapkan untuk
menerima peletakan lapis pondasi diatasnya.

Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar bisa meliputi pekerjaan-pekerjaan,


penggaruan atau pengurugan yang disusul dengan pembentukan, perataan,
pemadatan dan pengujian serta pemeliharaan permukaan yang telah selesai
disiapkan sampai material lapis pondasi diletakkan diatasnya.

1. Hal-hal Yang Perlu Mendapat Perhatian


a. Toleransi Dimensi
Ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak boleh lebih dari
satu sentimeter lebih tinggi atau lebih rendah dari yang
ditentukan di dalam gambar rencana.

b. Ketinggian Akhir
Untuk mencapai ketinggian akhir yang dikehendaki pekerjaan
timbunan tanah biasa sebaiknya dihentikan pada ketinggian 15 cm
dibawah ketinggian rencana. Kemudian pekerjaan timbunan
dilanjutkan dengan menggunakan material pilihan sekaligus diikuti
dengan pekerjaan perataan, pengukuran ketinggian dan
pemadatan sampai ketinggian rencana tercapai.

Apabila material padas atau lapisan keras atau material yang


sukar dibongkar dijumpai pada garis ketinggian tanah dasar pada
pekerjaan galian, material tersebut harus digali 15 cm lebih
dalam. Tidak diperbolehkan adanya tonjolan-tonjolan padas dari
permukaan tersebut, dan seluruh pecahan padas yang memiliki
diameter lebih besar dari 15 sentimeter harus dibuang.

Profil galian dan ketinggian akhir yang dikehendaki harus dicapai


dengan mengurug kembali dengan material pilihan sekaligus
diikuti dengan pekerjaan perataan, pengukuran ketinggian dab
pemadatan sampai ketinggian rencana dicapai.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 38


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

Catatan:

Uraian pekerjaan tersebut juga berlaku untuk tanah dasar dari pipa
selokan berpasangan, tanah dasar dari galian pipa atau pondasi struktur,
dan tanah dasar dari pekerjaan pelebaran perkerasan. Demikian pula
halnya apabila yang dijumpai adalah jenis tanah yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai tanah dasar (misalnya nilai CBR terlalu rendah).
c. Tenggang Waktu
Disarankan agar tenggang waktu antara penyiapan tanah dasar
dan peletakan lapis pondasi diatasnya tidak terlalu lama, untuk
menghindarkan timbulnya kerusakan pada tanah dasar karena
lalu lintas, yang akan memerlukan biaya besar untuk
memperbaikinya.

d. Jadwal Kerja
1) Gorong-gorong, tembok kepala dan pekerjaan-pekerjaan
struktur minor lainnya dibawah elevasi tanah dasar harus
sudah selesai seluruhnya sebelum pekerjaan penyiapan tanah
dasar dimulai. Demikian pula seluruh pekerjaan drainase
harus dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin drainase
yang efektif, dengan demikian membantu mencegah
kerusakan tanah dasar dari gerusan air permukaan.
2) Guna menghindarkan timbulnya pembiayaan yang besar
akibat kerusakan tanah dasar dari pengaruh lalu lintas, perlu
diperhatikan bahwa volume penyelesaian penyiapan tanah
dasar harus dibatasi, disesuaikan dengan kemampuan
peralatan Kontraktor untuk memeliharanya.

e. Pemadatan
Pemadatan tanah dasar dilaksanakan dengan cara yang sama
dengan pemadatan pada pekerjaan urugan. Demikian pula
persyaratan kepadatan tanah dasar sama dengan persyaratan
pemadatan pada pekerjaan urugan, antara lain :
1) Pemadatan dilaksanakan hanya bila kadar dari material
berada dalam rentang kurang dari 3 % dari kadar air optimum,
yaitu kadar air pada kepadatan kering maksimum yang

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 39


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

diperoleh bila material di padatkan sesuai dengan AASHTO


T99.
2) Segera setalah pekerjaan diselesaikan pemadatan dapat
dimulai dengan menggunakan peralatan pemadat yang sesuai,
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga mencapai
kepadatan paling sedikit 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditetapkan sesuai AASHTO T99.
3) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit kearah sumbu jalan, kecuali pada bagian yang
bersuperelevasi penggilasan dimulai dari bagian yang rendah
bergerak ke arah yang tinggi.
4) Pengujian kepadatan dilakukan pada lokasi yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak berselang lebih dari 200
meter.

f. Pelaporan
Kontraktor segera melaporkan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan, menyusul selesainya suatu bagian dari pekerjaan dan
sebelum persetujuan dapat diberikan untuk pemasangan dari
pondasi diatasnya, maka :
1) Hasil dari pengujian kepadatan, sebagaimana dipersyaratkan
pada butir e. 1) sudah dipenuhi.
2) Hasil dari pengujian pengukuran permukaan dan data survey
yang membuktikan dipersyaratkan pada butir e. 2) dan e. 3),
telah terpenuhi.

2. Peralatan Utama
Peralatan Utama yang diperlukan untuk pekerjaan penyiapan tanah
dasar adalah: Dump Truck, Motor Grader, Vibrating Compactor,
Watertank Truck dan Alat Ukur.

B. BAHU JALAN
Bahu jalan adalah bagian perkerasan jalan yang terletak di kedua sisi luar
jalur lalu lintas. Salah satu fungsi bahu jalan adalah sebagai penahan
perkerasan jalan pada jalur lalu lintas terhadap gerakan mendatar, untuk itu

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 40


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

bahu jalan harus memiliki ciri kokoh dan tidak mudah mengalami perubahan
bentuk.

1. Type-type bahu jalan


a. Bahu jalan tanah
b. Bahu jalan batuan
c. Bahu jalan berumput
d. Bahu jalan beraspal
e. Bahu jalan khusus

2. Fungsi dari bahu jalan


Jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalulintas berfungsi
sebagai:

a. Ruangan untuk berhenti sementara kendaraan yang mogok atau


yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi
mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat.
b. Ruangan untuk menghindari diri dari pada saat-saat darurat
sehingga mencegah terjadinya kecelakaan.
c. Memberikan kelegaan pada pengemudi dan jarak pandang
dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang
bersangkutan.
d. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan
(counterweight) dari arah samping.
e. Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan
atau pemeliharaan jalan (untuk penempatan alat-alat, dan
penimbunan bahan material)
f. Ruangan untul lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans,
yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya
kecelakaan.
g. Lebar bahu jalan dengan demikian dapatbervariasi antara 0.5 m –
2,5 m

3. Hal-hal Yang Perlu Mendapat Perhatian


Uraian ini dibatasi pada pekerjaan bahu jalan tanpa penutup.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 41


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

a. Rujukan
Secara umum, semua ketentuan yang diatur dalam pekerjaan-
pekerjaan penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi agregat juga
berlaku untuk pekerjaan bahu jalan.

b. Toleransi Dimensi
Bahu jalan tanpa penutup, permukan padat akhir tidak boleh
bervariasi 1.5 cm di bawah atau di atas ketinggian rencana, pada
setiap titik.

Permukaan akhir dari bahu jalan, termasuk setiap pekerjaan


permukaan yang akan dipasang diatasnya, tidak boleh terlalu
tinggi, juga tidak boleh terlalu rendah, dari 1.0 cm terhadap tepi
jalur lalu lintas yang berbatasan.

Kemiringan melintang tidak boleh bervariasi lebih dari 1.0 % dari


nilai rentangan.

c. Material
Untuk bahu jalan tanpa penutup umumnya digunakan Agregat
Kelas B atau Kelas C. Persyaratan untuk material Agregat Kelas B
sama dengan persyaratan pada pekerjaan lapis pondasi agregat
(sifat, gradasi, agregat kasar), sedangkan untuk Agregat Kelas C
diharuskan memenuhi persyaratan berikut:
Tabel 1. Persyaratan Gradasi Agregat Kelas C

Ukuran Ayakan (ASTM mm) % berat lolos


19 100
4.75 51 – 74
.425 18 – 36
.075 10 – 22

Agregat Kelas C dapat terdiri dari kerikil pecah, padas pecah atau
kerikil alam bulat yang memenuhi persyaratan gradasi seperti
tabel dibawah

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 42


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

d. Pelaporan
Ketentuan mengenai pelaporan yang ditetapkan untuk pekerjaan
Lapis Pondasi Agregat juga berlaku sepenuhnya untuk pekerjaan
bahu jalan.

e. Lain-lain
1) Penghamparan material bahu jalan pada umumnya
dilaksanakan dalam dua tahap:
a) Sampai dengan ketinggian Lapis Pondasi bawah,
dilaksanakan bersamaan dengan penghamparan material
lapis pondasi bawah, termasuk pemadatannya.
b) Sisanya, yang merupakan penyelesaian akhir,
dilaksanakan setelah pekerjaan lapis permukaan pada
jalur lalu lintas selesai dikerjakan. Untuk menjamin
kemiringan melintang yang sempurna serta mencegah
terjadinya cacat karena goresan motor grader pada tepi
aspal, khusus untuk pekerjaan ini diperlukan operator
yang berpengalaman.
c) Perhatian khusus perlu diberikan pada keselamatan
pengguna jalan, dengan memberikan tanda-tanda yang
cukup apabila masih terdapat selisih tinggi antara
permukaan jalur lalu lintas dan bahu jalan yang sedang
dalam penyelesaian.

4. Peralatan Utama
Peralatan utama yang diperlukan untuk pekerjaan bahu jalan
adalah: Dump Truck, Motor Grader, Compactor, Watertank, Truck
dan Alat Ukur.

C. LATIHAN SOAL
1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan Optimum
Moisture Content (OMC) pada pemadatan?
2. Coba saudara jelaskan fungsi dan kegunaan dari bahu jalan!

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 43


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

D. RANGKUMAN
Pada bab 5 pekerjaan penyiapan tanah dasar (subgrade) dan bahu jalan
peserta akan dijelaskan tentang pengertian penyiapan tanah
dasar/subgrade, hal hal yang perlu mendapat perhatian (rujukan, toleransi
dimensi, material, pelaporan dan lain2), peralatan utama penyiapan
subgrade, pengertian bahu jalan (type dan fungsi bahu jalan), hal-hal yang
perlu mendapat perhatian, peralatan utama untuk pelaksanaan bahu jalan .

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 44


BAB VI PENUTUP
Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

A. EVALUASI KEGIATAN BELAJAR


Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan
kediklatan, yaitu evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok
tersebut kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau
Narasumber, berupa soal/kuisioner tertulis:

1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan


evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun
diskusi perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang
terkait dengan isi dari materi modul tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara dilakukan oleh para peserta
dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian
materi, kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda
pengajaran, ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab
pertanyaan, dan lain-lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Diklat, yaitu peserta dan
pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara Diklat
terkait dengan penyiapan perlengkapan diklat, sarana dan prasarana
untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada
peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun
pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.

B. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Dalam proses pengawasan dan pelaksanaan badan jalan, setiap langkah
pekerjaan hendaknya dilengkapi dengan Standar Operation Prosedur (SOP)
sehingga setiap tahapan pelaksanaan dapat dikontrol dengan baik sesuai
ketentuan dan persyaratan teknis yang berlaku.

C. KUNCI JAWABAN
Berikut adalah kunci jawaban untuk soal-soal yang ada dalam setiap akhir
bab modul ini.

BAB II PEKERJAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN


Soal 1 : Lihat subbab tentang mobilisasi
Soal 2 : Lihat subbab tentang rekayasa lapangan

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 46


Diklat Teknis Jabatan Dasar II Bidang Jalan dan Jembatan

BAB III PEKERJAAN BADAN JALAN


Soal 1 : Lihat subbab tentang status pengertian, fungsi dan prinsip
badan jalan.
Soal 2 : Lihat subbab tentang tujuan pemadatan.
Soal 3 : Lihat bab pekerjaan galian.
Soal 4 : Lihat subbab galian batu.
Soal 5 : Lihat bab pekerjaan timbunan.

BAB IV PEKERJAAN SALURAN SAMPING/DRAINASE, PASANGAN BATU


DENGAN ADUKAN, GORONG-GORONG DAN SALURAN BETON
Soal 1 : Lihat subbab tentang saluran samping/drainase
Soal 2 : Lihat subbag tentang gorong-gorong

BAB V PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE) DAN BAHU JALAN


Soal 1 : Lihat subbab tentang pemadatan
Soal 2 : Lihat subbab tentang bahu jalan.

Pengawasan dan Pelaksanaan Badan Jalan 47


DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Permen PU Nomor: 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu


(SMM), Departemen Pekerjaan Umum.

Permen PU Nomor 06/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pengawasan


Penyelenggaraan dan Pelaksanaan Pemeriksaan Konstruksi di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

Manual Konstruksi dan bangunan Nomor 021/bm/2009 tentang


Pengawasan Teknis Pekerjaan Fisik.

Spesifikasi Teknik Revisi III Tahun 2010

48
GLOSARIUM
Badan Jalan :
adalah bagian jalan yang terdiri dari tubuh
jalan, bahu jalan dan median

Tubuh Jalan : adalah bagian jalan yang mendukung bahu


dan perkerasan jalan, timbunan ataupun
galian dan penyiapan tanah dasar (subgrade
prepreration)

Bahu Jalan : adalah bagian permukaan jalan berfungsi


untuk menopang perkerasan jalan dan
tempat pemberhentian sementara
kendaraan.

Median : adalah lajur pemisah antara dua jalur lalu


lintas yang berlawanan arah. Median dibuat
pada jalan yang sudah tinggi dan padat lalu
lintasnya. Berfungsi sebagai pemisah, ruang
untuk penempatan perlengkapan jalan serta
menghindari sorotan lampu kendaraan dari
arah yang berlawanan.

Perkerasan Jalan : adalah bagian jalan yang terdiri dari :


-Lapis Pondasi Bawah : berfungsi untuk meneruskan beban ke
permukaan tanah dasar dan mencegah tanah
tanah naik dan masuk ke pondasi atas.

-Lapis Pondasi Atas : terdiri dari satu atau beberapa lapis,


berfungsi memikul beban roda kendaraan
dan meneruskannya ke pondasi bawah.

-Lapis Aus : berfungsi menerima beban langsung dari


roda kendaraan dan melindungi lapis pondasi
serta mencegah air masuk ke pondasi.

49
Saluran Samping : berfungsi menampung air dari permukaan
jalan atau dari tebing jalan kemudian
dialirkan dan dibuang ke sungai atau lembah.
Berfungsi untuk mencegah air masuk ke
badan jalan, yang bisa mengubah kandungan
air tanah dan merusak badan jalan.

Gorong-Gorong : adalah bangunan yang mengalirkan air


dibawah badan jalan yang berasal dari
sungai-sungai kecil atau dari saluran samping.

Tebing Kiri Kanan : Jalan yang terletak pada daerah datar, tebing
Jalan boleh dikatakan tidak ada, kecuali apabila
badan jalan terdiri dari timbunan yang tinggi.
Tetapi apabila jalan berada pada daerah
perbukitan, terlebih lagi apabila di
pegunungan, maka disisi badan jalan akan
terdapat tebing. Pada timbunan yang dalam,
tebing terdapat pada kedua sisi badan jalan.
Pada galian, tebing terdapat diluar badan
jalan. Jalan berada pada lereng tebing, tebing
pada satu sisi berada di badan jalan, yang sisi
lain berada di luar badan jalan.

Perlengkapan Jalan : adalah bagian jalan yang terdiri dari rambu –


rambu jalan, patok km/hm, papan penunjuk
arah, pagar pengaman, marka jalan dan
lampu penerangan.

50

Anda mungkin juga menyukai