PELATIHAN
AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
(BRIDGE DESIGN ENGINEER)
2007
KATA PENGANTAR
Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya
dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari
standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan menyusun Standar Latih
Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi.
i
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi
dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis
kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan
dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/
keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing
elemen kompetensinya.
Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas,
sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan setiap jabatan kerja.
Disisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan adanya perbaikan disana sini dan kepada semua pihak kiranya kami
mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.
ii
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
PRA KATA
Modul ini berisi bahasan mengenai koordinasi pengumpulan dan penggunaan data teknis
jembatan. Data dimaksud mencakup data-data lalu lintas, hidrologi, karakteristik sungai,
perlintasan dengan prasarana transportasi lainnya, topografi, geologi teknik, penyelidikan
tanah, dan kondisi lingkungan sekitar. Yang melakukan pengumpulan data-data tersebut
adalah para tenaga ahli dan atau tenaga terampil terkait, sedangkan bridge design engineer
bertugas melakukan koordinasi pengumpulan dan penggunaan data-data dimaksud. Agar
bridge design engineer mempunyai arah yang lebih fokus di dalam melakukan koordinasi
pengumpulan dan penggunaan data-data untuk keperluan perencanaan jembatan
dimaksud, dalam modul ini dijelaskan prinsip-prinsip dasar aspek teknis data-data tersebut.
Selain aspek koordinasi yang disinggung di dalam Bab 1, aspek teknis diuraikan dalam Bab
2, 3, 4, 5, dan 6.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi,
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini.
Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan yang berkaitan; mudah-
mudahan modul ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Penyusun
iii
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
DAFTAR ISI
iv
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
v
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
SPESIFIKASI PELATIHAN
A. Tujuan Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan berdasarkan standar
perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku.
Tujuan Pembelajaran
Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta :
Mampu melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data lalu lintas,
hidrologi dan karakteristik sungai serta perlintasan lainnya, topografi, geologi teknik,
penyelidikan tanah dan kondisi lingkungan setempat.
Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan
data lalu lintas.
vii
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
viii
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
PANDUAN PEMBELAJARAN
ix
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
C. Proses Pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran. Mengikuti penjelasan
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengalaman apabila kurang jelas. OHT – 1
melakukan koordinasi pengumpulan
dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
Modul ini merepresentasikan unit Mengikuti penjelasan
kompetensi. instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Ringkasan Modul Mencatat hal-hal penting.
OHT – 2
Koordinasi Mengajukan pertanyaan
Batasan/Rentang Variabel bila perlu.
Panduan Penilaian
Panduan Pembelajaran
Waktu : 35 menit.
3. Penjelasan Bab 2 : Koordinasi untuk
pengumpulan dan penggunaan data lalu
lintas
Umum Mengikuti penjelasan
Analisa data lalu lintas hasil survai instruktur dengan tekun
OHT – 3
Prediksi lalu lintas harian rata-rata dan aktif.
tahunan (LHRT) Mencatat hal-hal penting.
Koordinasi pencacahan jumlah Mengajukan pertanyaan
kendaraan berat bila perlu.
Waktu : 75 menit.
4. Penjelasan Bab 3 : Koordinasi untuk
pengumpulandan penggunaan data
hidrologi dan karakteristik sungai dan
OHT – 4
perlintasan lainnya.
Umum Mengikuti penjelasan
Analisa karakteristik sungai instruktur dengan tekun
x
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
xi
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
xii
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Modul BDE-02 : Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
merepresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli
Perencanaan Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer).
Adapun Unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
Perencanaan Teknis Jembatan adalah :
1-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1.1 Data lalu lintas hasil survai dianalisis sesuai dengan prosedur teknis
yang berlaku.
1.2 LHRT (Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan) diprediksi sesuai
dengan prosedur teknis yang berlaku.
1.3 Koordinasi pencacahan jumlah kendaraan berat dilakukan sesuai
dengan persyaratan teknis yang ditentukan.
1-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan
elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah
dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).
1.3. Koordinasi
Substansi inti dari modul BDE-02 ini terdiri dari 5 Bab yang seluruhnya diberi judul
”Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data” sebagai berikut :
1-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
lalu lintas,
hidrologi dan karakteristik sungai dan perlintasan dengan prasarana transportasi
lainnya,
topografi
geologi teknik dan penyelidikan tanah
kondisi lingkungan sekitar
Seorang bridge design engineer tidak disiapkan untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi sendiri data-data tersebut di atas karena untuk dapat melakukan
pengumpulan dan evaluasi atas data-data dimaksud diperlukan bidang keahlian dan
keterampilan tersendiri. Akan tetapi seorang bridge design engineer harus mampu
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain dalam kegiatan pengumpulan data
dan penggunaan data tersebut, sehingga dengan demikian apabila terjadi kesalahan
pengambilan data pada kurun waktu tersebut dapat segera dicarikan
pemecahannya.
Secara keseluruhan, sistematika penyusunan modul ini adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data lalu lintas
3. Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai
dan perlintasan dengan prasarana transportasi lainnya
4. Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data topografi
5. Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data geologi teknik dan data
penyelidikan tanah
6. Koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data kondisi lingkungan sekitar
Agar pengertian tentang koordinasi ini tidak berulang di setiap Bab yang tentu akan
mengganggu tulisan tentang substansi inti, maka di dalam Bab 1 Pendahuluan ini
diberikan uraian pengertian tentang koordinasi dan penggunaannya dalam konteks
hubungan koordinasi antara bridge design engineer dengan tenaga ahli maupun
tenaga terampil di lingkungan kerjanya.
1-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
b. Koordinasi ekstern
Koordinasi ekstern termasuk koordinasi fungsional, bisa bersifat
horizontal dan diagonal
Koordinasi ekstern yang bersifat horizontal
Pada koordinasi jenis ini antara yang mengkoordinasikan dan yang
dikoordinasikan mempunyai kedudukan yang setingkat, akan tetapi
satu sama lain tidak berada pada satu unit organisasi yang sama.
1-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
TEAM LEADER
Senior Bridge
Engineer
Teknisi Teknisi
Juru Gambar Juru Ukur
Laboratorium Hidrologi
1-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
YANG YANG
JENIS KOORDINASI
MENGKOORDINASIKAN DIKOORDINASIKAN
Team Leader Bridge Design Engineer Koordinasi intern - vertikal
Senior Bridge Engineer Bridge Design Engineer Koordinasi intern - diagonal
Bridge Design Engineer Geotechnical Engineer Koordinasi intern - horizontal
Surveying Engineer of
Bridge Design Engineer Koordinasi intern - horizontal
Bridge
Bridge Design Engineer Traffic Engineer Koordinasi intern - horizontal
Bridge Design Engineer Hydrology Engineer Koordinasi intern - horizontal
Bridge Design Engineer Teknisi Laboratorium Koordinasi intern - diagonal
Bridge Design Engineer Juru Gambar Koordinasi intern - diagonal
Bridge Design Engineer Juru Ukur Koordinasi intern - diagonal
Bridge Design Engineer Petugas Survai Lalu Lintas Koordinasi intern - diagonal
Bridge Design Engineer Teknisi Hidrologi Koordinasi intern - diagonal
1-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori
2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja/ perilaku.
3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji
Kompetensi (MUK).
b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang
akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan
lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :
1-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
KOMPETENSI ASESOR
Kompete
n Memiliki
Kompetensi
Assessment
Memiliki
Kompetensi
bidang
Substansi
1-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
BAB 2
KOORDINASI UNTUK PENGUMPULAN
DAN PENGGUNAAN DATA LALU LINTAS
2.1. Umum
Bab ini menjelaskan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data lalu lintas
yang prinsip atau tata cara koordinasinya telah dijelaskan dalam Bab 1
Pendahuluan, Sub Bab 1.3 Koordinasi. Fokus tulisan ini dengan demikian dibatasi
pada substansi inti yang harus difahami oleh Bridge Design Engineer agar dapat
melakukan koordinasi dengan para pihak terkait berdasarkan batasan-batasan
teknis dalam rangka pengumpulan dan penggunaan data lalu lintas.
Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data lalu lintas yang ditulis dalam modul
ini menjelaskan:
Analisis data lalu lintas hasil survai
Prediksi LHRT (Lalu Lintas harian Rata-rata Tahunan)
Koordinasi pencacahan sumbu kendaraan berat
2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
tentang survai lalu lintas ini, yang dimaksud dengan survai lalu lintas dalam
tulisan ini adalah Survai Perhitungan Lalu Lintas Rutin.
Survai Perhitungan Lalu Lintas Rutin disingkat SPL (Routine Traffic Count,
RTC) adalah survai untuk mendapatkan data tentang jumlah dan jenis
kendaraan yang lewat pada suatu ruas jalan dengan sistem dan cara
tertentu.
Perhitungan lalu lintas rutin dapat dilaksanakan secara manual (dengan
tenaga manusia) dan secara otomatis dengan menggunakan alat
perhitungan lalu lintas otomatis. Jumlah kendaraan per kilometer yang lewat
mencerminkan tingkat kepadatan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, yang
merupakan faktor penting dalam penyusunan dan program penanganan
jaringan jalan.
Panduan ini memberikan penjelasan mengenai sistem survai perhitungan
lalu lintas rutin secara manual dan merupakan pengembangan terhadap
sistem yang telah ada, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan
teknologi. Panduan survai ini tidak berlaku bagi perhitungan suatu
simpangan.
2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Contoh:
a. Di ruas jalan 002 ada beberapa pos kelas A penulisan nomor
posnya : A.002; A.302; A.402 sampai dengan A.902;
b. Di ruas jalan 157 ada beberapa pos kelas B, penulisan nomor
posnya : B.157; B.357; B.457 sampai dengan B.957.
c. Di ruas jalan 057 ada beberapa pos kelas C, penulisan nomor
posnya : C.057; C.357; C.457 sampai dengan C.957.
40 jam
2-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
6.00 22.00
Mengambil referensi dari buku panduan yang digunakan untuk survai IRMS,
untuk perhitungan lalu lintas, kendaraan dibagi dalam 8 kelompok mencakup
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.
2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Versi Lainnya
Selain penggolongan lalu-lintas seperti tersebut di atas, terdapat paling tidak
3 versi lagi, yaitu berdasar Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997(Tabel
1.2.), berdasar Pedoman Teknis No. Pd.T-19-2004-B Survai pencacahan lalu
lintas dengan cara manual (Tabel 1.3.), dan berdasar PT. Jasa Marga
(Persero) lihat Tabel 1.4.
Tabel 1.3 :
Penggolongan Kendaraan Berdasar Pedoman Teknis
No. Pd.T-19-2004-B
2-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Golongan
No.
kendaraan
1 Golongan 1
2 Golongan 1 au
3 Golongan 2 a
4 Golongan 2 a au
5 Golongan 2 b
Dari ketiga versi penggolongan diatas terlihat bahwa jika kita akan
melakukan kajian vehicle damage factor (VDF) dimana ada perbedaan
standar sistem penggolongan tersebut, seringkali tidak begitu mudah untuk
analisis lalu-lintas, akan dapat dilihat dalam traffic design yang terkait erat
ada hubungan antara Golongan kendaraan - LHR - Pertumbuhan lalu-lintas -
VDF, jika survai lalu-lintas tidak sesuai yang kita inginkan, akan menyulitkan
kita yang seharusnya tidak perlu terjadi. Sering terjadi dalam survai lalu-lintas
untuk golongan kendaraan yang lain ada tetapi untuk golongan yang lain lagi
tidak di-survai, apalagi jika terjadi secara matriks kekeliruan pada survai
pencacahan lalu-lintas dan survai beban gandar maka akan memperbesar
kesulitan dalam analisis lalu-lintas, ujung-ujungnya hasil kajian lalu-lintas
semakin tidak akurat.
Seringkali, dalam survai pencacahan lalu-lintas dan survai beban gandar,
team survai berjalan sendiri tanpa mengikuti kebutuhan sesuai golongan
kendaraan yang ditentukan oleh Pengguna Jasa / Pemberi Tugas. Untuk itu
kondisi ini perlu mendapat perhatian dan dihindari.
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan dari parameter lalu-lintas harian
rata-rata dan pertumbuhan lalu-lintas tahunan, untuk memudahkan dalam
analisis, disajikan dalam suatu tabel (lihat Tabel 1.5.), dalam tabel ini
digabungkan sekalian data / parameter vehicle damage factor (VDF).
2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Gol
No. Jenis kendaraan LHRT g (%) VDF
2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Persiapan
Survai perhitungan lalu lintas rutin dilakukan pada pos-pos dan waktu
yang telah ditentukan, walaupun pada pos tersebut telah dipasang alat
perhitungan lalu lintas otomatis.
Pada dasarnya setiap ruas Jalan Nasional dan Jalan Propinsi harus
diwakili oleh adanya pos perhitungan lalu lintas yang dapat memberikan
gambaran mengenai karakteristik dan kepadatan lalu lintas pada ruas
jalan tersebut. Kelas dan lokasi pos perhitungan yang telah ditentukan
dapat ditinjau kembali berdasarkan perkembangan karakteristik dan
kepadatan lalu lintas.
Kelas dan lokasi pos-pos perhitungan lalu lintas ditentukan oleh
Penyelenggara Jalan Nasional. Perubahan dapat dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan lokasi pos hasilnya dilaporkan ke
Penyelenggara Jalan Nasional.
Apabila terjadi perubahan kondisi pos sehingga tidak memenuhi
persyaratan, maka lokasi pos dapat dipindahkan dengan memperhatikan
syarat-syarat pemilihan lokasi.
Prosedur Pelaksanaan
1) Perhitungan dan pencatatan lalu lintas dilakukan dengan
menggunakan formulir perhitungan lalu lintas (Lampiran F1) dan
formulir himpunan (Lampiran F2). Kendaraan dicatat menurut
kelompok yang telah ditentukan.
2) Semua kendaraan yang lewat harus dihitung, kecuali kendaraan-
kendaraan khusus misalnya : mesin gilas, grader, kendaraan konvoi
militer, tank-tank baja, pemadam kebakaran dan lain-lain.
3) Perhitungan lalu lintas dilakukan dengan menggunakan formulir
tersendiri untuk setiap arah lalu lintas yang berbeda. Jumlah lembar
formulir yang digunakan tergantung pada jumlah kendaraan yang
dihitung serta kelompoknya.
2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pelaporan
Laporan yang harus disampaikan oleh petugas penghitung lalu lintas
adalah :
1) Berkas formulir survai perhitungan lalu lintas yang telah dilakukan
(menggunakan formulir - Lampiran F1).
2) Berkas formulir himpunan perhitungan lalu lintas selama 24 jam
(menggunakan formulir Lampiran F2). Laporan dibundel dengan baik
sehingga tidak mudah lepas, dikelompokkan berdasarkan kelas pos.
2-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pukul
Sepeda motor, sekuter Sedan, Opelet, pick-up-opelet, Pick-up, micro Bus Bus Truk Truk Truk Truk Kendaraan
sepeda kumbang dan jeep dan suburban, combi dan truk dan kecil besar 2 sumbu 3 sumbu Gandengan semi trailer tidak
roda 3 station w agon mini bus mobil hantaran bermotor
2-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Lampiran F.2
Departemen Pekerjaan Umum Formulir SPL 2-2
Direktorat Jenderal Bina Marga Le mbar ke …. dari ….
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
2 Sumbu
3 Sumbu
Hantaran
Besar
Kecil
Tiga
Truk
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
dan
Pukul
06 - 07
07 - 08
08 - 09
09 - 10
10 - 11
11 - 12
12 - 13
13 - 14
14 - 15
15 - 16
16 - 17
17 - 18
18 - 19
19 - 20
20 - 21
21 - 22
22 - 23
23 - 24
24 - 01
01 - 02
02 - 03
03 - 04
04 - 05
05 - 06
Jumlah
Catatan
Pengawas :
( _______________)
B udhi/S um m -fo rm -ind.xls
2-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Berikut ini diberikan contoh bagaimana menganalisis data hasil survai lalu lintas
menjadi LHRT untuk keperluan perencanaan teknis sebuah jembatan, misalnya
jembatan tersebut terletak pada ruas jalan Yogyakarta - Bantul. Dari bank data yang
ada di IIRMS dapat diambil contoh hasil survai lalu lintas pada ruas jalan Yogyakarta
- Bantul sebagai berikut :
2-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Truk 2 Sumbu
Truk 2 Sumbu
dan Mini bus
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
3 Sumbu
Hantaran
4 Roda
6 Roda
Besar
Kecil
Tiga
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
dan
Waktu
6 : 7 447 33 42 10 17 1 2 2 1 0 0 168
7 : 8 427 49 28 32 22 0 9 6 0 0 0 135
8 : 9 463 70 36 39 17 0 11 7 0 0 0 129
9 : 10 483 94 46 62 19 0 13 9 0 1 0 138
10 : 11 421 116 53 54 21 0 6 4 0 0 0 122
11 : 12 618 123 63 47 19 0 16 11 1 0 0 147
12 : 13 786 151 69 30 21 0 12 8 0 0 0 181
13 : 14 912 144 55 35 23 1 13 8 0 2 1 268
14 : 15 847 123 44 42 19 0 10 6 0 0 0 488
15 : 16 976 106 52 31 20 0 8 6 1 0 0 658
16 : 17 1112 146 55 26 25 0 10 6 0 0 0 549
17 : 18 1180 152 33 14 21 0 11 7 0 0 0 353
18 : 19 763 136 47 18 18 0 10 6 0 0 0 279
19 : 20 613 106 21 11 12 0 7 5 0 0 0 133
20 : 21 380 99 23 14 0 0 3 2 0 0 0 96
21 : 22 473 84 14 9 0 0 4 2 0 0 0 83
22 : 23 251 65 16 3 2 4 2 3 0 0 0 57
23 : 24 108 25 2 7 0 7 5 2 0 0 0 17
24 : 1 51 18 4 2 0 9 6 2 0 0 0 10
1 : 2 23 11 6 4 0 12 8 2 0 0 0 14
2 : 3 10 8 9 2 0 7 5 4 0 0 0 8
3 : 4 22 7 4 6 0 13 9 4 0 0 0 27
4 : 5 82 9 2 4 0 10 7 5 0 0 0 43
5 : 6 112 15 8 13 1 11 7 7 0 0 0 43
Sub Jumlah 1 11560 1890 732 515 277 75 194 124 3 3 1 4146
Catatan
Arah Kendaraan: Pengawas :
Normal: Kendaraan bergerak dari Km kecil ke Km besar
Opposite: Kendaraan bergerak dari Km besar ke Km kecil
( _______________)
2-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Truk 2 Sumbu
Truk 2 Sumbu
dan Mini bus
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
3 Sumbu
Hantaran
4 Roda
6 Roda
Besar
Kecil
Tiga
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
dan
Waktu
6 : 7 454 45 40 17 23 2 4 2 2 0 0 160
7 : 8 437 42 37 26 20 0 7 5 0 0 0 147
8 : 9 458 63 30 32 19 0 9 6 0 0 0 136
9 : 10 453 87 41 56 17 0 12 8 0 1 0 132
10 : 11 427 110 57 64 24 0 7 5 0 0 0 130
11 : 12 610 127 54 54 21 0 13 9 1 0 0 153
12 : 13 779 145 72 37 18 0 10 7 0 0 0 173
13 : 14 922 147 64 30 19 1 11 7 0 2 2 274
14 : 15 856 132 55 33 16 0 10 7 0 0 0 482
15 : 16 967 101 48 24 17 0 10 6 3 0 0 664
16 : 17 1102 153 47 22 22 0 8 5 0 0 0 542
17 : 18 1172 144 43 17 18 0 8 6 0 0 0 350
18 : 19 774 142 27 20 14 0 7 5 0 0 0 287
19 : 20 820 112 26 14 13 0 6 4 0 0 0 141
20 : 21 392 89 20 17 0 0 4 3 0 0 0 87
21 : 22 467 94 17 7 0 0 3 2 0 0 0 77
23 : 24
24 : 1
1 : 2
2 : 3
3 : 4
4 : 5
5 : 6
( _______________)
2-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Truk 2 Sumbu
Truk 2 Sumbu
dan Mini bus
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
3 Sumbu
Hantaran
4 Roda
6 Roda
Besar
Kecil
Tiga
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
dan
Waktu
( _______________)
2-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Truk 2 Sumbu
Truk 2 Sumbu
dan Mini bus
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
3 Sumbu
Hantaran
4 Roda
6 Roda
Besar
Kecil
Tiga
Truk
Truk
Truk
Bus
Bus
dan
Waktu
( _______________)
2-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Dari contoh hasil survai lalu lintas di atas dapat dicatat hal-hal sebagai berikut:
Untuk perhitungan kapasitas jalan jenis kendaraan yang dicakup dalam perhitungan
hasil survai adalah kendaraan golongan 1, 2, 3,4, 5a, 5b, 6a, 6b, 7a, 7b dan 7c,
sedangkan untuk perhitungan perkerasan jalan adalah kendaraan golongan 2, 3,4,
5a, 5b, 6a, 6b, 7a, 7b dan 7c.
Berdasarkan hasil survai lalu lintas Yogyakarta – Bantul tanggal 10 Juli 1998,
diperoleh angka-angka tersebut di bawah:
Untuk keperluan perhitungan kapasitas jalan dimana jembatan terletak pada ruas
jalan dimaksud, maka LHR-nya adalah sebagai berikut:
LHRT 1998 pada ruas jalan Yogakarta – Bantul = 0.55 x 58.777 kendaraan/hari =
30.327 kendaraan/hari (termasuk golongan kendaraan 1, tapi tidak termasuk
golongan kendaraan 8.
2-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Menghitung LHRT
Telah dijelaskan di depan bahwa survai lalu lintas untuk Pos A atau Pos B dilakukan
selama 40 jam dan untuk Pos C selama 16 jam. Untuk menghitung LHRT dengan
menggunakan data survai lalu lintas di Pos A, Pos B dan Pos C, dipakai faktor
pengali yang diambil dari IIRMS sebagai berikut:
Pertanyaannya sekarang adalah LHRT yang mana yang akan digunakan sebagai
pertimbangan dalam menentukan lebar lantai kendaraan? Sebagaimana kita
ketahui, lebar lantai kendaraan pada jembatan ditentukan sesuai dengan lebar
perkerasan jalan di kiri kanan jembatan. Jika lebar jalan di kiri-kanan jembatan 7.00
meter misalnya, maka lebar lantai kendaraan juga diambil = 7.00 meter.
Penetapan lebar perkerasan jalan atau lebar lantai kendaraan pada jembatan
membawa konsekwensi harus mampu menampung lalu lintas selama umur
pelayanan. Jika ditetapkan umur rencana jalan = 10 tahun, maka lebar lantai
kendaraan pada jembatan setidak-tidaknya juga dapat menampung lalu lintas
sampai dengan umur rencana 10 tahun berakhir. Dengan demikian jika jembatan
dimaksud dianggap sebagai bagian dari jalan yang direncanakan dengan umur
rencana 10 tahun, maka untuk menetapkan lebar lantai kendaraan pada jembatan
diperlukan data LHRT tahun ke-10 terhitung sejak jalan dibuka untuk umum. Artinya,
lebar lantai kendaraan tidak ditentukan oleh LHRT pada tahun survai, akan tetapi
LHRT tahun survai tersebut digunakan sebagai bahan masukan awal untuk
menghitung LHRT tahun ke-10 terhitung sejak jalan dibuka untuk umum. Untuk
dapat menghitung LHRT tahun ke-10 perlu diketahui ”growth rate” dari lalu lintas
mulai dari tahun ke-1 sejak jembatan dibuka untuk lalu lintas sampai dengan tahun
ke-10. (Catatan : Penetapan traffic growth rate merupakan tugas traffic engineer)
2-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Penggunaan LHRT untuk menetapkan lebar lantai kendaraan dapat dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut:
LHRT Rencana
LHRT Rencana, yaitu LHRT yang diperhitungkan dapat memberikan gambaran
angka LHR yang mungkin terjadi selama umur rencana, besarnya diperkirakan
dengan mempertimbangkan pertumbuhan lalu lintas.
2-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
7c. Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri
dari kepala truk dengan 2-3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan
pelat dan rangka bak yang beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu
pula.
Pencacahan kendaraan berat tersebut merupakan bagian dari survai lalu lintas,
diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi yang akurat sebagai bahan untuk
menghitung kendaraan berat yang akan melewati jembatan (yang akan dibangun) di
masa yang akan datang.
Dengan diketahuinya jenis dan jumlah kendaraan berat, langkah berikutnya yang
perlu dilakukan adalah menghitung jumlah ekivalen sumbu kendaraan terberat dari
masing-masing jenis kendaraan.
Angka ekivalen beban sumbu kendaraan adalah angka yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu
tunggal / ganda kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu
lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).
Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan)
ditentukan menurut rumus dibawah ini :
4
Beban satu sumbu tunggal dalam Kg
Sumbu tunggal =
8160
4
Beban satu sumbu ganda dalam Kg
Sumbu ganda = 0,086
8160
2-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Vehicle Damage Factor (VDF) jika dihitung berdasarkan formula di atas dengan
konfigurasi sumbu pada Tabel 2.2 serta untuk muatan sumbu terberat 10 ton
hasilnya diberikan pada Tabel 2.1.
Ada 2 (dua) muatan sumbu yang dikenal yaitu MST 8 ton dan MST 10 ton. MST 10
ton, dimaksudkan sebagai damage factor yang didasarkan pada muatan sumbu
terberat sebesar 10 ton. MST 8 ton, dimaksudkan sebagai damage faktor yang
didasarkan pada muatan sumbu terberat sebesar 8 ton.
Konfigurasi beban sumbu pada berbagai jenis kendaraan beserta angka ekivalen
kendaraan dalam keadaan kosong (min) dan dalam keadaan bermuatan (max),
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
2-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
KONFIGURASI SUMBU
RODA TUNGGAL
PADA UJUNG SUMBU
BERAT KOSONG
BEBAN MUATAN
MAKSIMUM (ton)
MAKSIMUM (ton)
BERAT TOTAL
RODA GANDA PADA
UE 18 KSAL
UE 18 KSAL
MAKSIMUM
UJUNG SUMBU
KOSONG
& TIPE
(ton)
1,1
1,5 0,5 2,0 0,0001 0,0005
HP
50% 50%
34% 66%
1,2
3 6 9 0,0037 0,3006
BUS
(Sumber : Manual Perkerasan Jalan dengan alat Benkelman beam No. 01/MN/BM/83).
Dengan rumus dan tabel-tabel di atas akan dapat dihitung jumlah ekivalen sumbu
terberat dari masing-masing jenis kendaraan. Dari angka-angka yang dihasilkan
akan dapat diketahui apakah kendaraan berat yang akan melewati jembatan selama
umur pelayanan, mempunyai beban roda ganda (dual wheel load) yang masih dapat
dicakup dalam MST 10 ton.
2-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
RANGKUMAN
a. Koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data lalu lintas mencakup 3 (tiga)
substansi inti yaitu analisis data lalu lintas hasil survai, prediksi lalu lintas harian rata-
rata tahunan (LHRT) dan koordinasi pencacahan jumlah kendaraan berat.
b. Analisis data lalu lintas hasil survai menjelaskan pengertian tentang survai lalu lintas
rutin secara manual dan merupakan pengembangan sistem yang telah ada, pemilihan
lokasi survai berdasarkan Pos-pos Perhitungan Lalu Lintas yang lazim digunakan
(Pos Kelas A, Pos Kelas B, Pos Kelas C), periode perhitungan survai (40 jam selama
2 hari untuk Pos Kelas A atau B, 16 jam untuk Pos Kelas C), pengelompokan jenis
kendaraan, pelaksanaan survai versi IIRMS, dan evaluasi hasil survai lalu lintas.
2-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Melakukan koordinasi
untuk pengumpulan dan
penggunaan data lalu
lintas
1.1. Data lalu lintas hasil 1.1. Apakah anda mampu a. .........................
survai dianalisis menganalisis data
b. .........................
sesuai dengan lalu lintas yang
prosedur teknis yang diperoleh dari hasil c. .........................
berlaku survai lalu lintas? dst.
2-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
BAB 3
KOORDINASI UNTUK PENGUMPULAN
DAN PENGGUNAAN DATA HIDROLOGI, KARAKTERISTIK SUNGAI
DAN PERLINTASAN LAINNYA
3.1 Umum
Bab ini menjelaskan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data hidrologi
dan karakteristik sungai dan perlintasan lainnya yang prinsip atau tata cara
koordinasinya telah dijelaskan dalam Bab 1 Pendahuluan, Sub Bab 1.3 Koordinasi.
Fokus tulisan ini dengan demikian dibatasi pada substansi inti yang harus difahami
oleh Bridge Design Engineer agar dapat melakukan koordinasi dengan para pihak
terkait berdasarkan batasan-batasan teknis dalam rangka pengumpulan dan
penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai dan perlintasan lainnya.
Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai dan
perlintasan lainnya yang ditulis dalam modul ini menjelaskan :
Analisis karakteristik sungai
Prediksi debit banjir sungai
Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi
sungai
Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi
prasarana transportasi lainnya.
3-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Delta
Delta dalam beberapa hal dapat dipandang sebagai kipas alluvial namun
terjadi didaerah rendah dimana suatu sungai melepaskan sejumlah besar
sedimen ke dalam badan air yang tenang seperti muara dan kemudian
mengendapkan semua atau sebagian besar muatan sedimennya. Dalam
kondisi alamiah sungai dapat membelah menjadi beberapa anak sungai.
3-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Sungai Non-Alluvial
Material dasar dan tebing sungai non-aluvial terdiri dari batuan atau butiran
sangat kasar seperti kerakal (cobbles) dan bongkahan batu besar
(boulders) yang tidak akan terbawa oleh aliran kecuali pada kondisi aliran
sangat besar. Secara umum, sungai non-aluvial relatif stabil dan oleh
karenanya jalan yang dibangun disisi ataupun jembatan yang melintang
sungai non-aluvial relatif aman, namun kajian kestabilan sungai perlu
dilakukan Secara hati-hati terutama pada kondisi aliran besar atau banjir.
3-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
1 R R R
r rA rB rc
3 RA RB RC
Notasi
R = Curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan yang
datanya harus dilengkapi.
rA, rB, rC = adalah curah-curah hujan di tempat-tempat pengamatan
RA,RB,RC.
RA, RB, RC = adalah curah hujan rata-rata setahun di A,B, dan C.
Notasi :
R = Curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan yang
datanya harus dilengkapi.
rA,rB,rC = adalah curah-curah hujan di tempat-tempat pengamatan RA,RB,RC.
RA,RB,RC = adalah curah hujan rata-rata setahun di A,B, dan C.
3-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
SURVEY PENDAHULUAN
Data Primer
Data sekunder
KELENGKAPAN
DATA
ya
tidak
Hitung kemingringan saluran (S)
berdasarkan peta topografi pada
Melengkapi data hujan catchment area tersebut
R=1/3XR(rA /RA/rB+RB+rC/RC)
tidak
Q1 = Q2
ya
Level banjir
Y = didapat
3-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Metoda Rasional
Untuk menentukan banjir maksimum pada daerah aliran sungai kecil (<
25 km2)
1
Q C .I . A
3 .6
a
I
t b
Banyak pengamatan biasanya diambil tak kurang dari 8 (delapan). Dari
hujan-hujan itu dihitung intensitasnya 11, 12, 13,…1n, dinyatakan
dengan mm/jam maka kita dapatkan n persamaan dengan dua
bilangan yang dicari, sdang lebih besar daripada banyaknya bilangan
yang dicari itu. Penyelesaiannya kita lakukan dengan menggunakan
metoda kuadrat terkecil, koefisien a dan b kita dapatkan.
a
tII 2 I 2tI
nI 2 I I
I tI nI 2t
b 2
nI I I
Waktu konsentrasi secara empiris dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
1
tc 0,0195 (0,77)menit
s
3-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Metoda Melchior (untuk luas daerah aliran sungai < 200 km2)
Prinsip dari metode ini adalah “rational” dengan bentuk persamaan
yang diambil dari persamaan Pascher:
Qmax = α.β.q.F
dimana:
Qmax = debit banjir sungai maksimum
α = run off coefficient
β = reduction coefficient = (hujan rata-rata) : (hujan maksimum)
pada daerah dan waktu yang sama
q = intensitas hujan (m3/km2/detik)
F = luas daerah aliran (km2)
Perhitungan debit banjir dengan menggunakan cara Melchior biasanya
dibantu dengan nomogram yang menunjukkan hubungan antara luas
daerah aliran (F – dalam km2), intensitas hujan (q – dalam
m3/km2/detik) dan kemiringan sungai i = beda tinggi h antara hulu
sungai sampai dengan lokasi jembatan (dalam meter) dibagi dengan
0.9 x panjang sungai L dari hulu sungai sampai dengan lokasi jembatan
(dalam meter). Yang dapat diperoleh dari penggunaan nomogram
adalah kecepatan aliran v (dalam m/detik). Nomogram Melchior
disusun berdasarkan α = 0,52, untuk harga α lain, maka harga v yang
0,2
didapatkan dari Nomogram harus dikalikan : .
0,52
3-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Untuk lebih mudah memahami metode Melchior ini, berikut ini diberikan
contoh perhitungan banjir sungai.
nF q nF q nF q
0.144 29.60 144 4.75 720 2.30
0.72 22.45 216 4.00 1080 1.85
1.44 19.90 288 3.60 1440 1.53
7.2 14.15 360 3.30 2160 1.20
14.0 11.85 432 3.05 2880 1.00
29.0 9.00 504 2.85 4320 0.70
72.0 6.25 576 2.65 5760 0.54
108.0 5.24 548 2.45 7200 0.48
nF = luas ellips, dalam km2
q = intensitas hujan dalam m3/km2/detik
3-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Qmax = α.β.q.F
dimana:
Qmax = debit banjir sungai maksimum
α = run off coefficient
β = reduction coefficient = (hujan rata-rata) : (hujan maksimum)
pada daerah dan waktu yang sama
q = intensitas hujan (m3/km2/detik)
F = luas daerah aliran (km2)
Prosedur perhitungan
1 0.012.F 0.7
α =
1 0.075.F 0.7
t 0.1L0.8 i 0.3
p
q ……jika t dalam jam
3.6t
p
q ....... jika t dalam hari
86.4t
3-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
tR
p ..... untuk t < 2 jam
t 1 0.008(260 R )(2 t ) 2
tR
p ……. untuk 2 jam < t < 19 jam
t 1
3-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Adapun perhitungan hidrolika untuk Analisis Penampang ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
1 2 3 12
V R S
n
A
R
P
Dimana :
V = Kecepatan aliran m/det
n = Koefisien kekasaran saluran (manning)
R = Jari-jari Hidrolis penampang (m)
S = slope/kemiringan rata-rata dari saluran
A = Luas penampang basah sungai (m)
P = Keliling basah penampang sungai
Untuk mendapatkan elevasi banjir yang terjadi untuk periode ulang tertentu pada
penampang tersebut digunakan rumus berikut:
Q V x A
banjir rencana
Selanjutnya “Y = kedalaman /elevasi sungai” akan didapat dengan cara trial and
error.
Sedangkan luas penampang basah yang tidak beraturan dapat didekati dengan cara
perjumlahan untuk masing-masing irisan elemen luas sebagai berikut :
3-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Berdasarkan analisis penampangan sungai ini dapat ditetapkan tinggi muka air
banjir rencana untuk periode ulang tertentu (50 tahun, 100 tahun atau sesuai
kebutuhan), sehingga dapat detetapkan elevasi terendah dari bangunan atas
jembatan dengan tambahan ruang bebas (free board) tertentu (1 meter, 1,2 meter
atau sesui kebutuhan) dengan pertimbangan benda-benda hanyutan, lalu lintas air
dan pertimbangan lainnya.
Sesuai gambaran dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini :
Clearance Jembatan
3-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Untuk dapat menentukan lokasi jembatan di atas jalan raya (over pass) perlu
diketahui terlebih dahulu batas-batas ruang manfaat jalan. Ruang Manfaat Jalan
(RUMAJA) adalah ruang yang meliputi seluruh badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengaman. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur
pemisah dan bahu jalan. Ruang manfaat jalan dibatasi oleh :
o Lebar antara batas ambang pengaman jalan di kedua sisi jalan
o Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan.
3-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
RUMAJA
3-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Keterangan:
H= 5,10m untuk jalan
tipe I klas 1 dan 2
tipe II klas 2 dan 3
H= 4,60m untuk jalan
tipe II klas 4
a = 1,0 m atau lebih kecil dari lebar bahu
b = 4,60 m untuk H = 5,10 m
b = 4,10 m untuk H = 4,10
d = 0,75 m untuk jalan tipe I
d = 0,50 untuk jalam tipe II
(Ruang bebas untuk jalur lalu lintas pada jalan tidak ada bahunya)
3-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
+6.500 mm
AS TRACK
> 10.000 mm
K.R. 0.000
1:2
> 2.000 mm
1:1,5
3-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
RANGKUMAN
a. Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai dan
perlintasan lainnya yang ditulis dalam modul ini menjelaskan analisis karakteristik
sungai, prediksi debit banjir sungai, penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang
bebas) jembatan yang melintasi sungai serta penetapan panjang dan tinggi clearance
(ruang bebas) jembatan yang melintasi prasarana transportasi lainnya.
b. Analisis karakteristik sungai menjelaskan tipe sungai di daerah aliran (river basin),
sungai aluvial dan non aluvial, dan gerusan sungai.
c. Prediksi debit banjir sungai menjelaskan perhitungan debit banjir rencana berdasarkan
data yang tersedia, dilakukan dengan menggunakan prosedur perhitungan hidrologi.
Tergantung pada ketersediaan data, perhitungan debit banjir rencana dapat dilakukan
secara langsung dengan menggunakan cara-cara statistik, atau secara tidak langsung
dengan cara Rational, cara Melchior, cara Weduwen, cara Haspers, atau diprediksi
dengan cara perhitungan regional analyses.
d. Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi sungai
menjelaskan cara menghitung penampang basah sungai berdasarkan periode ulang
tertentu misalnya 50 tahun dan kegunaannya untuk menetapkan tinggi muka air banjir
serta penetapan ruang bebas jembatan sesuai ketentuan. Dengan diketahuinya posisi
tinggi muka air banjir dan clearance, maka tepi bawah bangunan atas jembatan dapat
ditentukan, selanjutnya panjang jembatan dapat dihitung dengan diketahuinya titik-titik
potong antara garis tepi bawah bangunan atas jembatan dengan profil sungai.
e. Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi
prasarana transportasi lainnya menjelaskan bagaimana menetapkan panjang jembatan
berdasarkan profil ruang bebas jembatan yang melintasi jalan raya atau melintasi jalan
kereta api.
3-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Melakukan koordinasi Sudah dibuat soalnya di
untuk pengumpulan dan Bab 2
penggunaan data lalu
lintas
2. Melakukan koordinasi
untuk pengumpulan dan
penggunaan data
hidrologi, karakteristik
sungai dan perlintasan
dengan prasarana
transportasi lainnya
3-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3-29
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
BAB 4
KOORDINASI UNTUK PENGUMPULAN
DAN PENGGUNAAN DATA TOPOGRAFI
4.1 Umum
Bab ini menjelaskan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data topografi
yang prinsip atau tata cara koordinasinya telah dijelaskan dalam Bab 1 Pendahuluan,
Sub Bab 1.3 Koordinasi. Fokus tulisan ini dengan demikian dibatasi pada substansi
inti yang harus difahami oleh Bridge Design Engineer agar dapat melakukan
koordinasi dengan para pihak terkait berdasarkan batasan-batasan teknis dalam
rangka pengumpulan dan penggunaan data topografi.
Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data topografi yang ditulis dalam modul ini
menjelaskan survai pendahuluan, survai pengukuran topografi jembatan, pemetaan
kondisi eksisting dan penetapan lokasi dan geometrik jembatan.
4-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
- Bahan dan Material Lapangan dan Dinas Pencarian lokasi Diberi penjelasan
Yang Ada (Quarry) Teknik propinsi atau quarry yang dekat jenis material,
kabupaten / kota dengan lokasi kualitas, kuantitas
jembatan yang dan kondisi jalan
direncanakan yang masuk ke quarry
memenuhi syarat
kualitas dan
kuantitas.
4-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Data Sekunder
- Harga Satuan Upah Dinas teknik propinsi, Mendapatkan data Untuk menghitung
dan Bahan untuk kabupaten atau kota harga satuan upah analisa harga
Loasi tersebut dan bahan untuk satuan
lokasi setempat
- Peta Topografi Skala BAPPEDA TK II, Dinas Mendapatkan peta Untuk konsep
1:25.000, 1: 50.000 PU Direktorat Geologi topografi sebagai pendahuluan.
tergantung acuan perencanaan
keperluan. awal
4-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
- Pengaruh lainnya.
4-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pemasangan monumen
Monumen yang dipasang pada pengukuran jembatan terdiri dari patok BM
(Bench Mark) / CP (Control Point) dan patok kayu. BM / CP dipasang disekitar
rencana jembatan, pada masing-masing tepi sungai yang berseberangan.
Spesifikasi BM maupun CP dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 :Patok BM (Bench Mark) / CP (Control Point) dan Patok Kayu
Patok kayu dipasang dengan interval jarak 25 meter sepanjang 100 meter dari
masing-masing tepi sungai ke arah as rencana jalan. Patok kayu juga
4-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
dipasang di tepi sungai dengan interval jarak setiap 25 meter sepanjang 125
meter ke arah hulu dan ke arah hilir sungai (lihat Gambar 4.1).
Patok kayu dibuat sepanjang 40 cm dari kayu ukuran 3 cm x 4 cm, pada
bagian atasnya dipasang paku, diberi nomor sesuai urutannya dan dicat warna
kuning.
Setiap pemasangan patok CP dan patok kayu dicatat dalam formulir dan
dibuatkan sketsanya dan perkiraan pola konturnya.
4-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
4-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
4-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
θ
1 2 3 4
B ► C
Jalur
pengukuran
Pengukuran situasi
Pengukuran situasi sisi darat dilakukan dengan menggunakan teodolit dengan
metode tachimetri, mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan
manusia yang ada disekitar jembatan seperti posisi pier dan abutmen exsisting
bila ada, tambatan perahu/dermaga, bentuk tepi sungai, posisi talud, rumah
atau bangunan lain yang ada di sekitar sungai. Dalam pengambilan data harus
4-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pembacaan rambu harus dilakukan pada ketiga benang silang mendatar yaitu
benang atas (ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).
Semua pengukuran titik detail harus dibuat sketsa (arah utara dan sketsa
situasi).
Tahapan pengukuran situasi sekitar sungai adalah sebagai berikut:
1. pasang alat ukur teodolit tepat diatas patok (yang diketahui koordinatnya)
pengukuran jalan.
2. atur sumbu satu vertikal.
3. ukur tinggi alat.
4. arahkan teropong ke titik pengukuran lain yang diketahui koordinatnya
(patok nomor sebelumnya atau nomor sesudahnya), tepatkan pada target,
baca dan catat bacaan sudut horizontalnya.
5. tempatkan rambu ukur secara vertikal pada titik detai yang akan diukur.
6. arahkan teropong pada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan
horizontal, tepatkan dengan penggerak halus verikal dan horizontal. Baca
dan catat bacaan rambu meliputi benang atas benang tengah dan benang
bawah. Baca dan catat juga bacaan sudut vertikal dan horizontalnya.
7. pindahkan rambu ke titik detail lain yang akan diukur.
8. lepas klem vertikal dan horizontal, arahkan teodolit ke rambu.
9. arahkan teropong pada rambu tersebut kuatkan klem vertikal dan
horizontal, tepatkan dengan penggerak halus verikal dan horizontal. Baca
4-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
dan catat bacaan rambu meliputi benang atas benang tengah dan benang
bawah. Baca dan catat juga bacaan sudut vertikal dan horizontalnya.
10. ulangi untuk titik detail yang lain, setiap mengukur titik detail harus dibuat
sketsanya.
Penggambaran
Penggambaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penggambaran
secara manual dan penggambaran secara digital. Penggambaran secara
manual dilakukan berdasarkan hasil pengukuran lapangan yang dilakukan
dengan cara manual diatas kertas milimeter dengan masukan data dari
hitungan manual. Penggambaran secara digital dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak komputer dan plotter dengan data masukan
dari hasil hitungan menggunakan spreadsheet ataupun download data dari
pengukuran digital yang kemudian diproses dengan perangkat lunak
topografi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran antara
lain :
pemilihan skala peta yaitu 1 : 1000 untuk peta situasi dan 1 : 500 untuk
situasi khusus
grid koordinat pada umumnya dilakukan setiap 10 cm
garis kontur normal yaitu 1/2000 X skala peta dan kontur indeks setiap
kelipatan 5 dari kontur normal,
gambar dan cara penulisan kontur index, penggambaran legenda,
penulisan huruf tegak dan huruf miring dan ukuran huruf.
4-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
4-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
4-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Es
Lc
Ls Ls
K Rc
c
Rc ½ ½ Rc
4-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
PI
T E T
L
TC CT
R ½ ½ R
4-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
R3
Lengkung
R2 Bundar
R1
Lengkung Bundar
R2
R1
R3
4-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
4-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
RANGKUMAN
a. Koordinasi pengumpulan dan penggunaan data topografi yang ditulis dalam modul ini
menjelaskan survai pendahuluan, survai pengukuran topografi jembatan, pemetaan
kondisi eksisting dan penetapan lokasi dan geometrik jembatan.
4-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Melakukan koordinasi Sudah dibuat soalnya di
untuk pengumpulan dan Bab 2
penggunaan data lalu
lintas
3. Melakukan koordinasi
untuk pengumpulan dan
penggunaan data
topografi
4-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
4-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
BAB 5
KOORDINASI UNTUK PENGUMPULAN
DAN PENGGUNAAN DATA GEOLOGI TEKNIK
DAN DATA PENYELIDIKAN TANAH
5.1. Umum
Bab ini menjelaskan koordinasi untuk pengumpulan maupun penggunaan data geologi
teknik dan data penyelidikan tanah dalam rangka perencanaan jembatan yang prinsip
atau tata cara koordinasinya telah dijelaskan dalam Bab 1 Pendahuluan, Sub Bab 1.3
Koordinasi. Fokus tulisan ini dengan demikian dibatasi pada substansi inti yang harus
difahami oleh Bridge Design Engineer agar dapat melakukan koordinasi dengan para
pihak terkait berdasarkan batasan-batasan teknis dalam rangka pengumpulan
maupun penggunaan data geologi teknik dan data penyelidikan tanah.
Koordinasi pengumpulan maupun penggunaan data geologi teknik dan data
penyelidikan tanah yang ditulis dalam modul ini menjelaskan pemetaan permukaan
detail, penentuan lokasi dan jumlah titik explorasi, survai sumber material (quarry),
penyelidikan tanah dan pengambilan contoh tanah untuk pengujian laboratorium.
5-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Istilah kerikil, pasir, lanau dan lempung seperti di atas merupakan istilah untuk
ukuran butir, dalam praktek sehari-hari istilah tersebut digunakan untuk
menyebut nama jenis tanah.
Istilah serpih dimaksudkan sebagai batu lempung yang mempunyai struktur
laminasi yaitu terdiri dari lembaran-lembaran tipis yang cenderung mudah
pecah jika diganggu atau jika kena udara. Kekuatan batuann serpih di tempat
satu dan tempat lain berbeda-beda, hal ini sangat tergantung dari komposisi
mineral dan kadar airnya. Dengan demikian istilah serpih tidak dapat
digunakan sebagai petunjuk kekuatan.
Serpih merupakan endapan laut dalam, sebagai hasil konsolidasi dari endapan
yang sangat halus. Penambahan tekanan karena endapan-endapan di atasnya
atau gerakan-gerakan kerak bumi, menyebabkan berkurangnya kadar air dan
menambah kepadatan. Sedangkan sedimen berbutir kasar seperti kerakal,
kerikil dan pasir merupakan endapan sungai (terrestrial) atau endapan pantai.
Endapan berbutir kasar menunjukkan endapan tersebut dekat dengan sumber
bauan aslinya.
Bahan penyemen sedimen berbutir kasar dapat merupakan silika, oksida besi,
kalsium karbonat.
Batuan sedimen non klastik diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dan
mineralnya. Pada umumnyasedimen kimia ditemukan dalam keadaan
membatu (kekecualian humus/peat yang merupakan material organis).
5-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Laporan hasil pemetaan geologi permukaan akan digunakan oleh Bridge Design
Engineer untuk penentuan lokasi dan jumlah titik explorasi dan mengkaji tentang
informasi sumber material (quarry) yang akan digunakan sebagai bahan baku
pembangunan jembatan.
A. Survai Pendahuluan
Yang dimaksud dengan titik explorasi adalah titik sondir dan titik bor.
Untuk dapat menentukan lokasi titik sondir dan bor perlu dilakukan survai
pendahuluan. Survai pendahuluan ini berupa tinjauan ke lokasi/lapangan
tempat jembatan akan direncanakan. Pelaksanaan survai pendahuluan
dilakukan setelah tinjauan data yang ada selesai diolah, pengolahan
dilakukan oleh ahli teknik tanah dan pondasi dan dimulai dengan
mengumpulkan semua informasi tentang ”tanah” yang diperoleh dari data
geologi teknik. Dalam hal penyelidikan memerlukan pemboran mesin, ahli
teknik tersebut sebaiknya disertai kepala tim pemboran.
Survai pendahuluan tersebut dilakukan oleh Tim penyelidikan lapangan
dengan cakupan tugas sebagai berikut :
pemilihan peralatan dan perlengkapannya
penentuan jumlah dan letak titik sondir,
penentuan jumlah dan letak titik bor
pembuatan rencana kerja terutama persiapan waktu dan persiapan
alat.
5-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Tanah Permukaan
5-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
lokasi, umur dan lain-lain akan diperoleh data yang dapat digunakan
untuk perencanaan penyelidikan dan perencanaan pondasi.
5-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
F. Penyelidikan Geofisika
5-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Lingkup kegiatan dan tujuan survai sumber material (quarry) ini adalah:
Menyelidiki lokasi, jalur pengangkutan dan volume potensial material
konstruksi yang tersedia
Menyelidiki mutu material konstruksi melalui pengujian laboratorium.
Material untuk konstruksi yang diperiksa adalah : tanah untuk timbunan, batu
pecah, pasir, aspal, termasuk material untuk pekerjaan struktur.
5-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
maupun pengujian laboratorium yang akan dilakukan terhadap sampling tanah yang
diambil dari lapangan.
Kontrol Vertikal
Untuk mencatat hasil-hasil penyelidikan bawah permukaan diperlukan
adanya titik tetap sebagai dasar pengukuran ketinggian titik penyelidikan
5-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Sondir Mekanis
Sondir Elektrik
5-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
menunjukkan tanah jenis pasiran, (b) tekanan air pori yang lebih besar
dari tekanan hidrostatis menunjukan tanah liat lunak hingga sedang, dan
(c) untuk tanah liat atau pasir sangat padat; tekanan air pori cenderung
lebih kecil dari pada tekanan hidrostatis. Uji dissipation yang
menghentikan penetrasi sondir dan membiarkan air pori kembali ke
kondisi hidrostatis sangat berguna untuk rnempelajari kecepatan
konsolidasi (rate of consolidation). Apabila tekanan air pori dibiarkan
terus sampai stabil, tekanan air tersebut menunjukkan tekanan
hidrostatisnya.
Sondir digunakan untuk mengetahui profil tanah dan mencari kuat geser
tanah melalui korelasi empiris. Sondir elektrik dengan uji disipasi berguna
untuk mencari koefisien konsolidasi tanah lateral yang sering dipakai
pada perencanaan reklamasi dengan vertical drains.
Sondir mekanis kurang sensitif pada tanah liat sangat lunak dan
dianjurkan untuk menggunakan sondir elektrik. Sondir juga tidak dapat
dipakai pada tanah berbatuan atau berkerikil.
5-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pemboran dengan sistim Putar sampai saat ini dianggap yang paling
cocok untuk penyelidikan tanah bawah permukaan. Dengan metoda ini
praktis semua jenis tanah/batuan dapat diselidiki dengan baik termasuk
pengambilan contoh dan klasifikasinya. Semua alat pengambil sample uji
cocok dengan metoda ini.
5-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Cara umum untuk menilai mutu batuan adalah dengan RQD (Rock
Quality Designation). RQD bertujuan menggambarkan mutu batuan yaitu
banyak retakan dan alterasi dari contoh inti tersebut.
5-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
tanah yang mempunyai sifat kohesi. Contoh tanah dapat diambil dari
material yang melekat pada mata bor (auger) yang digunakan.
Keuntungan cara ini antara lain; pekerjaan pemboran cepat dan tidak
menggunakan air pembilas. Dengan cara ini dapat pula dilakukan
pengambilan contoh asli dan pemeriksaan setempat lainnya dengan
dibantu alet-alat khusus (tabung contoh, tabung belah/split barrel dan
sebagainya). Cara ini lebih banyak digunakan untuk mengetahui
penyebaran lapis an tanah kearah lateral.
5-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pada metoda ini sama sekali tidak digunakan air pembilas, semua alat
pengambil contoh hanya di tekan/ditumbuk/diputar secara kering untuk
pengambilan contoh tanah yang menerus.
Alat pengambil contoh, tabung penginti, tabung contoh asli, split barrel
dan sebagainya ditekan, di putar atau ditumbuk sampai kedalaman
tertentu (biasanya tidak lebih dari 0,75 meter), kemudian diangkat dan
isinya dikeluarkan. Alat tersebut dipasang pada mesin bor, sondir atau
langsung ditumbuk.
Cara ini merupakan cara yang sangat tepat dan teliti untuk mendapatkan
keterangan mengenai tanah bawah permukaan digunakan pada
penyelidikan oprit dan stabilitas lereng karena seluruh kedalaman lubang
bor dapat diperiksa, tetnpi cara ini mahaldan lingkup penggunannya
terbatas. Umumnya cara penekanan ini hanya berhasil untuk lapisan
lempung dan lanau yang lembek sampai sedang.
5-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Pemboran Tangan.
Penggunaan ini sangat terbatas untuk lapisan tanah yang lembek sampai
sangat kenyal dengan kedalaman yang dapat dicapai kurang lebih 10
meter atau 15 meter bila dibantu dengan penggunaan "tripod" (menara
kaki tiga).
Pemboran Tumbuk
5-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Contoh tidak terganggu, adalah contoh yang relatif tidak terganggu, baik
struktur maupun kadar airnya. Contoh-contoh ini selain digunakan untuk
pemeriksaan klasifikasi dapat juga dipergunakan untuk pemeriksaan-
pemeriksaan antara lain kepadatan, kadar air, konsolidasi, triaxial, kuat
tekan bebas dan kuat geser langsung. Faktor penting yang harus
diperhatikan dalam pengambilan contoh asli ialah tinggi muka air didalam
pipa lindung harus sama atau lebih tinggi dari pada muka air tanah
ditempat pemboran dilaksanakan. Ini dimaksudkan agar kadar air contoh
yang didapat tidak dipengaruhi oleh air disekitar tempat pengambilan
contoh, karena jika ketinggian muka air dalam pipa lindung turun dibawah
muka air tanah, disekitarnya akan terjadi keadaan "quick" atau "running".
Terjadinya kondisi "running" ini terutama disebabkan oleh prosedur
pemboran dan dalam hal ini terjadi data yang diperoleh kurang dapat
dipercaya.
5-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Tabung contoh berdinding tipis (shelby tube) atau tabung tekan (push
barrel) digunakan untuk me ngambil contoh tanah tidak terganggu
guna pameriksaan laboratorium. Pengambilan contoh dilakukan
dengan menekan tabung tersebut kedalam lapisan tanah pada
kedalaman yang dikehendaki. Diameter contoh tidak terganggu yang
dapat diambil dengan tabung ini berkisar an tara 50,80 mm - 127,00
mm. Pengambilan contoh dengan tabung ini lebih tepat untuk jenis
tanah kohesif (lempung atau lanau) yang bersifat teguh (firm) sampai
kenyal (stiff).
5-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Bila alat ini dipergunakan untuk mengambil contoh pasir lepas maka
yang perlu diperhatikan ialah terjadinya kompresi terhadap contoh.
Bila tabung contoh ditekan kedalarm lapisan pasir tadi sedalam lebih
dari 5 kali tabung yang di pergunakan, maka akan terjadi pemadatan
karena adanya geseran (friction) yang berlebihan antara contoh
dengan permukaan dalam tabung contoh.
Untuk mendapatkan contoh pasir yang sangat lepas (N<5) alat ini
telah dikembangkan oleh Matsubara (1977), berupa tabung bertorak
yang dilengkapi.dengan tabung baja disebelah luarnya dan
mempunyai tabung karet (rubber tube) pada ujung - bawahnya
mencegah terjadinya kehilangan contoh. Dengan cara ini contoh
terambil umumnya dapat menca pai 95%, walaupun ada
kemungkinan dapat mencapai 100%. Hal ini tidak menjamin tidak
terjadinya perubahan struktur atau kepadatan (density).
Tabung belah (split barrel atau split spoon) dengan diameter luar 5
cm dan diameter dalam 3,5 cm disamping digunakan untuk
pemeriksaan penetrasi standar dapat pula digunakan untuk
pengambilan contoh.
5-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Prinsip kerja air/lumpur pembilas dalam tipe ini sama dengan tabung
penginti ganda, yaitu cairan pembilas masuk/lewat diantara tabung
luar dan dalam. Contoh inti terletak pada tabung yang paling dalam
dan tidak ikut berputar pada waktu pemboran. Keutuhan contoh pada
tabung penginti rangkap tiga lebih terjamin dari pada tabung penginti
ganda, karena contoh tidak terganggu oleh semprotan cairan
pembilas pada ujung mata bor. Jenis tabung penginti rangkap tiga ini
ada yang dikombinasikan dengan tabung retraktor yang menarik inti
kedalam (tripple tube retraktor core barrel). Tabung retraktor ini
digunakan untuk mengambil contoh material yang bersifat lunak dan
lepas.
5-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
RANGKUMAN
c. Penentuan lokasi dan jumlah titik explorasi menjelaskan dasar-dasar penentuan titik
explorasi yang mencakup survai pendahuluan, jenis peralatan dan perlengkapan
penyelidikan lapangan, titik ikat pengukuran, pengumpulan data dan informasi tentang
bangunan utilitas yang ada di bawah tanah di sekitar lokasi rencana jembatan,
penyelidikan geofisika, penyiapan laporan survai pendahuluan dan penentuan rencana
letak titik sondir dan titik bor.
5-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Melakukan koordinasi Sudah dibuat soalnya di
untuk pengumpulan dan Bab 2
penggunaan data lalu
lintas
4. Melakukan koordinasi
untuk pengumpulan dan
penggunaan data geologi
teknik dan penyelidikan
tanah
5-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
5-29
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
BAB 6
KOORDINASI UNTUK PENGUMPULAN DAN
PENGGUNAAN DATA KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR
6.1. Umum
6-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
6-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Rekomendasi yang diajukan oleh Ahli Teknik Lingkungan tersebut diharapkan dapat
menjadi pertimbangan bagi bridge design engineer untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam proses perencanaan teknis jembatan. Penyesuaian-
penyesuaian dimaksud dapat mengakibatkan harus dimunculkannya kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar, sebagai upaya untuk
membentengi jembatan dari pengaruh negatif lingkungan sekitar. Muara dari
persoalan lingkungan ini adalah biaya yang harus disediakan, apakah dianggap
pantas atau terlalu mahal ditinjau dari aspek kepentingan pembangunan jembatan.
Jika ternyata pembiayaan untuk pengelolaan kondisi lingkungan tersebut relatif
tinggi dibandingkan dengan biaya pembangunan jembatan, bisa saja perencana
mengambil usulan memindahkan rencana lokasi jembatan.
Kondisi lingkungan sekitar jembatan yang akan dibangun bisa saja mempunyai
dampak negatif terhadap jembatan yang akan dibangun. Misalnya kita
merencanakan jembatan yang akan dibangun melintasi sungai, ternyata pada
aliran sungai tersebut terjadi gerusan di sekitar lokasi jembatan akibat rusaknya
ekosistem di sebelah hulu sungai. Ekosistem rusak akibat tindakan manusia
melakukan penggundulan hutan, banjir di sebelah hilir terjadi dengan arus air
yang membawa log-log kayu yang bisa menghantam pilar atau abutment
jembatan.
Jika kemungkinan terjadinya banjir dengan membawa batang-batang kayu yang
akan menghantam bangunan bawah jembatan dapat diprediksi, maka
perencanaan bangunan bawah jembatan perlu ditambah pengaman dengan
pembuatan fender
Secara umum tindakan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya gerusan
tebing sungai diantaranya adalah :
1. Penambangan Material Galian Golongan C
2. Penebangan hutan yang tak terkendali sehingga mengakibatkan banjir
3. Benturan-benturan kapal pada dinding konstruksi (sungai besar)
Jika dikaitkan dengan jenis material yang akan disediakan untuk jembatan yang
akan dibangun, maka pemilihan jembatan baja untuk perencanaan jembatan
yang lokasinya dekat dengan laut akan dihadapkan pada kemungkinan
terjadinya korosi terhadap baja. Untuk itu perlu ada alternatif-alternatif pilihan
6-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
lainnya yang bebas dari korosi, atau jika terpaksa mungkin perlu jaminan
”treatment” anti karat untuk baja yang akan digunakan.
Koreksi terhadap pemilihan rencana lokasi jembatan perlu dilakukan jika ternyata
penempatan jembatan berada pada lokasi yang tidak stabil. Ada 2 (dua) pilihan
koreksi yang perlu dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya yaitu:
apakah kita akan tetap mempertahankan lokasi jembatan dengan mencegah
penyebab ketidakstabilan tanah pada lokasi jembatan, atau
apakah kita perlu merelokasi jembatan dengan mempertimbangkan bahwa biaya
yang harus dikeluarkan untuk mencegah penyebab ketidakstabilan tanah pada
lokasi jembatan dinilai cukup besar dibandingkan dengan biaya pembangunan
jembatan.
6-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
RANGKUMAN
b. Rencana pemantauan kondisi lingkungan sekitar menjelaskan tata cara teknologi yang
dapat dipergunakan untuk melakukan pemantauan lingkungan, pendekatan ekonomi
yang dapat dipakai untuk pengelolaan lingkungan dan pendekatan kelembagaan yang
dipakai dalam pemantauan lingkungan.
d. Koreksi terhadap pemilihan rencana lokasi jembatan menjelaskan dalam kondisi apa
kita dapat mempertahankan rencana lokasi jembatan dan dalam kondisi apa kita harus
merelokasi jembatan.
6-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Melakukan koordinasi Sudah dibuat soalnya di
untuk pengumpulan dan Bab 2
penggunaan data lalu
lintas
5. Melakukan koordinasi
untuk pengumpulan dan
penggunaan data kondisi
lingkungan sekitar
6-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
6-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
DAFTAR PUSTAKA
3. Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Hendarsin, Shirley L., Politeknik
Marga, 1992.
SNI T-17-1991-03
13. Highway Capacity Manual, Special Report, Transporttion Research Board, National
16. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa –
18. Traffic Engineering and Transport Planning, Kadiyali, L.R., Kanna Publisher, Delhi,
1978.
19. Grafik, Nomogram dan Tabel Perencanaan Saluran, Departemen Pekerjaan Umum
20. Route Surveying and Design, Meyer, Carl F., 4th ed. International Texbook
21. Oglesby, Clarkson H., and Lawrence I. Heves, Highway Engineering, 2nd ed., John