Anda di halaman 1dari 24

ISTAKA – MINA KSO

PROYEK PEMBANGUNAN FASILITAS PERKERETAAPIAN UNTUK


BEKASI S/D CIKARANG
“PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG STASIUN BEKASI”

METODE KERJA
PEKERJAAN TIANG BOR
Daftar Isi

1. Ruang Lingkup

2. Maksud & Tujuan

3. Referensi

4. Urutan Pekerjaan-pekerjaan Utama

5. Metodologi Konstruksi

5.1. Penentuan Lokasi Tiang Bor


5.2. Pemasangan Casing Sementara
5.3. Pengeboran
5.4. Pemasangan Keranjang Tulangan
5.5. Pengecoran
5.6. Pencabutan Casing Sementara
5.7. Pengurugan Kembali Empty Bore

6. Sumber Daya

7. Metode Pengolahan Limbah

8. Form-form Laporan

9. Lampiran-Lampiran
1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup metode kerja ini adalah memberikan uraian/penjelasan mengenai


urutan pekerjaan dan pengendalian mutu pekerjaan tiang bor pada proyek
Pembangunan Terminal Bandara Internasional Minangkabau yang berlokasi di kota
Padang provinsi Sumatera Barat.

2. Maksud & Tujuan

Maksud dari pengajuan metode kerja ini adalah untuk mendapatkan persetujuan dari
pihak terkait metode pekerjaan tiang bor yang akan dilaksanakan pada proyek tersebut
di atas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan.

Setelah disetujui, metode kerja ini berfungsi sebagai acuan bagi personil lapangan
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dan bagi personil lapangan konsultan untuk
mengawasi jalannya pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor sehingga tercapai
mutu pekerjaan yang dikehendaki sesuai dengan spesifikasi.

3. Referensi

3.1. Semua Spesifikasi Teknis terkait.


3.2. Semua Gambar Pelaksanaan terkait.

4. Urutan Pekerjaan-pekerjaan Utama

Berikut ini adalah urutan pekerjaan-pekerjaan utama pada pekerjaan tiang bor:

1) Penentuan lokasi tiang bor oleh Surveyor;


2) Peletakan mesin bor pada lokasi tiang bor yang akan dibor dilanjutkan dengan
pengeboran awal;
3) Pemasangan casing sementara;
4) Melanjutkan pengeboran sambil mengisi lubang bor dengan cairan penstabil
(misal: air atau slurry polymer) apabila diperlukan;
5) Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, melakukan inspeksi bersama
dengan konsultan/pengawas lapangan untuk menentukan kedalaman akhir
pengeboran;
6) Pemasangan keranjang tulangan ke dalam lubang bor;
7) Pengecoran tiang bor; dan
8) Pencabutan casing sementara.
9) Pengurugan kembali blind boring dengan tanah bekas pengeboran.
5. Metodologi Konstruksi

5.1. Penentuan Lokasi Tiang Bor

Penentuan lokasi tiang bor dilakukan oleh surveyor (oleh kontraktor utama)
dengan melakukan pengukuran dan membuat patok pada lokasi tiang bor
tersebut.
Di samping patok pada lokasi tiang bor, patok untuk titik-titik pinjaman
sebanyak 2 (dua) titik pada arah tegak lurus satu sama lainnya juga harus dibuat
sebagai acuan pada saat pemasangan casing sementara.

5.2. Pengeboran Awal

Setelah alat bor ditempatkan pada posisi tiang bor, pengeboran awal segera
dimulai dengan menggunakan mata bor jenis soil auger. Kegunaan dari
pengeboran awal ini adalah untuk memudahkan pemasangan casing sementara.

5.3. Pemasangan Casing Sementara

Casing sementara dipasang pada lubang yang telah dibuat pada pengeboran awal
dengan cara menurunkan/menjatuhkannya secara perlahan-lahan ke dalam luang
dengan memanfaatkan beratnya sendiri.

Selama proses pemasangan casing sementara posisi casing harus senantiasa


diperiksa dengan menggunakan 2 buah titik pinjaman yang telah dibuat
sebelumnya. Disamping itu, kelurusan (vertikalitas) casing juga harus diperiksa
dengan menggunakan unting-unting dari dua arah tegak lurus.

Casing sementara harus dipasang hingga kedalaman minimum 1 meter di bawah


stara tanah yang tidak stabil untuk mencegah terjadinya kelongsoran pada tanah
yang tidak stabil tersebut. Casing sementara juga berfungsi sebagai pengarah
mata bor guna menjamin kelurusan/vertikalitas lubang bor.

Ujung atas casing sementara harus berada minimum 500 mm di atas permukaan
landasan kerja untuk mencegah bahaya terjatuh ke dalam lubang bor.

5.4. Pengeboran Lubang Bor

Setelah pemasangan casing sementara, pengeboran dilanjutkan dengan


menggunakan mata bor jenis soil bucket. Mata bor jenis soil bucket digunakan
untuk pengeboran tanah lunak hingga keras.

Apabila ditemukan jenis tanah yang sangat keras/batu, maka mata bor jenis rock
auger atau core barrel akan digunakan.

Untuk menjamin kelurusan/vertikalitas dari lubang bor, maka kelurusan dari


kelly bar mesin bor harus diperiksa baik sesaat sebelum memulai pengeboran
maupun selama proses pengeboran berlangsung secara berkala dengan
menggunakan unting-unting. Di samping itu kelurusan kelly bar yang
merupakan gambaran dari kelurusan lubang bor dapat juga diperiksa dengan
melihat posisi kelly bar terhadap casing, dimana kelly bar lurus/vertikal apabila
posisi kelly bar berada di tengah-tengah casing.

Laporan Penyelidikan Tanah yang dilakukan pada bulan Juli 2016 memberikan
gambaran bahwa kondisi tanah cukup stabil pada kedalaman di atas 4 meter,
oleh karena itu penggunaan casing sementara dengan panjang maksimum 5
meter dianggap cukup untuk menjaga stabilitas tanah bagian atas.

Cairan penstabil baik berupa air atau slurry polymer (tergantung pada tingkat
keruntuhan yang terjadi) akan digunakan untuk menjaga kestabilan lubang bor di
bawah casing sementara. Tingkat keruntuhan yang tidak terlalu parah dapat
dicegah dengan menggunakan air sedangkan tingkat keruntuhan yang lebih
tinggi harus dicegah dengan menggunakan slurry polymer. Mekanisme kerja
cairan penstabil adalah dengan menjaga tekanan horizontal di dalam lubang bor
lebih besar daripada tekanan horizontal dari tanah atau air tanah di semua
kedalaman lubang bor.

Apabila terjadi kehilangan cairan penstabil secara tiba-tiba, hal-hal berikut ini
akan dilakukan sesuai dengan kondisi masing-masing:

a) Cairan penstabil akan ditambah ke dalam luang untuk terus mempertahan


permukaan cairan penstabil pada lubang bor pada level tertentu. Apabila
setelah penambahan masih terjadi kehilangan cairan penstabil dalam skala
minimum, maka pengeboran dapat dilanjutkan dengan terus
memperhatikan pergerakan level permukaan cairan penstabil.

b) Apabila terjadi kehilangan cairan penstabil yang cukup besar, maka lubang
bor akan terlebih dahulu diurug dengan tanah dan dipadatkan dengan
menggunakan chisel atau bucket bor dengan tujuan untuk menghentikan
kehilangan cairan pada level tertentu.

c) Apabila kehilangan cairan penstabil telah dapat dikendalikan dengan cara-


cara di atas, maka pengeboran dapat dilanjutkan kembali. Namun apabila
kehilangan cairan penstabil tidak dapat dikendalikan kendati telah berkali-
kali dilakukan upaya tersebut di atas, maka pengeboran dihentikan untuk
dilakukan evaluasi lebih lanjut dan menentukan metode yang tepat.

Selama proses pengeboran, pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap


interval kedalaman 5 meter. Sampel tanah yang diambil disimpan di dalam
kantong-kantong plastik dan padanya ditulis keterangan mengenai tanggal, jam,
nomor tiang bor dan kedalaman.

Setelah dicapai kedalaman lubang bor yang diinginkan, dilakukan pembersihan


dasar lubang bor dengan menggunakan mata bor jenis cleaning bucket.
Pembersihan dengan cleaning bucket dilakukan secara berulang-ulang dan baru
dihentikan apabila hasil pengukuran kedalaman lubang menunjukkan hasil yang
stabil.
Pengukuran kedalaman lubang bor dilakukan dengan menurunkan ke dalam
lubang bor meteran pita yang diberi pemberat pada ujungnya.

Apabila tiang bor didesain untuk ujungnya masuk/menancap ke dalam tanah


keras, maka pemberhentian pengeboran harus mendapat persetujuan dari
pengawas.

5.5. Pemasangan Keranjang Tulangan

Sebelum keranjang tulangan dimasukkan ke dalam lubang bor terlebih harus


diperiksa dan disetujui oleh pengawas dari kontraktor utama dan/atau konsultan
pengawas.

Pengangkatan keranjang tulangan harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa


sehingga tidak menimbulkan keranjang tulangan tertekuk atau terpuntir secara
berlebihan. Apabila diperlukan, tambahan titik angkat akan dipasang di
sepanjang keranjang tulangan untuk memperkecil panjang bentang keranjang
tulangan selama proses pengangkatan.

Apabila keranjang tulangan terdiri dari beberapa bagian, las titik atau tack weld
digunakan untuk penyambungan bagian tulangan satu dengan lainnya.

Untuk mendapatkan elevasi yang tepat, keranjang tulangan digantungkan pada


casing sementara menggunakan besi beton yang dilas pada casing sementara.

5.6. Pengecoran

Pengecoran beton dilakukan dengan menggunakan metode tremie, dimana beton


dituangkan ke dalam lubang bor melalui pipa tremie berdiameter dalam (ID) 200
– 250 mm.

Pipa tremie merupakan gabungan dari bagian-bagian dengan panjang 1 meter s/d
3 meter yang disambung menjadi satu. Bagian-bagian dari pipa tremie yang
pendek biasanya dipasang pada bagian atas pipa tremie. Pada bagian atas pipa
tremie dipasang corong tremie (hopper) yang berfungsi untuk menerima beton
pada saat pertama kali dituang sebelum dialirkan melalui pipa tremie. Ujung
bawah pipa tremie harus berada antara 200 – 300 mm di atas dasar lubang bor.

Sambungan pipa tremie menggunakan sistem ulir. Sambungan pipa tremie harus
kedap air untuk mencegah masuknya air tanah atau cairan penstabil pada saat
pengecoran dimana masuknya cairan ke dalam pipa tremie pada saat pengecoran
dapat mengakibatkan segregasi pada beton. Untuk meningkatkan kekedapan
sambungan pipa tremie serta untuk mempermudah penyambungan pipa tremie,
ulir pada sambungan pipa tremie terlebih dahulu dilaburi dengan minyak gemuk
atau grease sebelum disambung.

Selama proses pengecoran panjang pipa tremie harus dikurangi secara bertahap
dengan cara memotong pipa-pipa tremie bagian atas. Namun demikian, panjang
pipa tremie yang tertanam di dalam beton senantiasa tidak boleh kurang dari 2
meter.
Pengecoran dilanjutkan hingga permukaan atas beton berada pada ketinggian 1
meter di atas Cut Off Level tiang bor. Apabila Cut Off Level berada di dalam
casing sementara, permukaan beton yang lebih tinggi pada saat pengakhiran
pengecoran diperlukan untuk mengantisipasi turunnya permukaan beton setelah
casing sementara diangkat.

Selama proses pengecoran, air tanah atau cairan penstabil yang meluap dari
lubang bor harus dipompa/dialirkan ke tempat penampungan sementara untuk
selanjutnya digunakan kembali/dibuang ke saluran kota (setelah dilakukan
pengolahan seperlunya).

Selama proses pengecoran, harus dilakukan pencatatan mengenai waktu


pengiriman, volume beton, kedalaman permukaan beton, dan waktu mulai dan
akhir pengecoran dari tiap truk mixer. Data-data tersebut selanjutnya digunakan
untuk pembuatan laporan pengecoran.

Benda uji dengan jumlah tertentu sesuai dengan Spesifikasi Teknis harus dibuat
dari beton yang diambil dari setiap truk mixer agar kemudian dilakukan tes
untuk mengetahui kekuatan tekan beton.

5.7. Pencabutan Casing Sementara

Setelah pengecoran selesai dilakukan, casing sementara segera dicabut secara


perlahan-lahan. Namun apabila permukaan atas beton berada di bawah ujung
bawah casing sementara, pencabutan casing sementara dapat dilakukan
kemudian.

5.8. Pengurugan Kembali Lubang Bor

Apabila permukaan atas beton setelah dilakukan pengecoran berada di bawah


permukaan tanah, maka bagian atas lubang bor yang tidak terisi oleh beton harus
diurug dengan menggunakan tanah hasil pengeboran. Pengurugan dilakukan
setelah beton yang dicor cukup keras yaitu kurang lebih setelah minimum 4 jam.

Pengeboran tiang bor yang berjarak kurang dari 2,5 kali diameter tiang bor yang baru
dicor baru dapat dilakukan minimum 24 jam setelah pengecoran tiang bor tersebut.

Urutan konstruksi tiang bor secara skematis dapat dilihat pada Lampiran A dari
metode kerja ini.

6. Sumber Daya

Berikut ini adalah sumber daya yang diperlukan untuk pekerjaan tiang bor pada
proyek tersebut di atas:
Tenaga Kerja

 Project Engineer 1 orang


 Supervisor 1 orang
 Safety Supervisor 1 orang
 Operator Mesin Bor 2 orang
 Banksman/Asisten Operator Bor 2 orang
 Operator Service Crane 2 orang
 Rigger 2 orang
 Operator Excavator 1 orang
 Tukang Besi 5 orang
 Tukang cor 6 orang
 Tukang Las 1 orang

Penempatan tenaga kerja-tenaga kerja tersebut di atas dapat dilihat pada Struktur
Organisasi Proyek terlampir (Lampiran E).

Material

Menurut gambar tender, material (disediakan oleh kontraktor utama) yang


digunakan adalah sebagai berikut:

 Besi Beton

Mutu besi beton adalah BJTD-40 (fy = 400 Mpa) untuk besi beton ulir dan U-
24 (fy = 240 Mpa) untuk besi beton polos. Untuk memeriksa mutu material
besi beton yang digunakan dilakukan uji tarik dan tekuk pada sampel yang
diambil dari besi beton yang dikirim ke lapangan dengan jumlah sesuai
dengan spesifikasi teknis.

 Beton Readymix

Mutu beton readymix adalah K-400 dengan nilai slump 180mm ± 20mm.
Sebelum pekerjaan dimulai, mix design beton harus diajukan terlebih dahulu
untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan. Setelah didapat persetujuan
pada mix design yang diajukan selanjutnya dilakukan trial mix terhadap mix
design tersebut untuk mengkonfirmasi apakah mix design yang diajukan
menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan.

Benda uji dengan jumlah tertentu sesuai spesifikasi teknis harus dibuat untuk
setiap pengecoran yang dilakukan.

Peralatan

 Hydraulic Rotary Drilling Rig – Sany SR205C10 2 unit


 Crawler Crane Cap. 35 – 40 ton sebagai service crane 2 unit
 Excavator Cap. 20 ton 1 unit
 Casing Sementara dia. 600 mm panjang 6 m 2 batang
 Casing Sementara dia. 800 mm panjang 6 m 8 batang
 Mata bor dia. 600 mm terdiri dari soil auger, soil bucket,
cleaning bucket dan core barrel 1 set
 Mata bor dia. 800 mm terdiri dari soil auger, soil bucket,
cleaning bucket dan core barrel 2 set
 Pipa Tremie Dia. 10” lengkap dengan hopper dan garpu 20 meter
 Mesin Las 1 unit
 Blander Potong atau Cutting Torch 1 set
 Pompa Air + Sunny hose 1 set
 Matras atau Plat Landasan secukupnya

Spesifikasi Teknis dari peralatan-peralatan utama dapat dilihat pada Lampiran C


dari metode kerja ini.

7. Metode Pengolahan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pelaksanan pekerjaan tiang bor adalah
lumpur/tanah eks pengeboran dan air lumpur eks pengeboran.

Pengolahan Lumpur/tanah Eks Pengeboran


Lumpur/tanah eks pengeboran sebelum dibuang keluar lokasi proyek ditumpuk dulu
di suatu lokasi yang tidak mengganggu kegiatan pekerjaan tiang bor untuk
mengurangi kadar air dari lumpur/tanah tersebut.

Lumpur/tanah eks pengeboran dibuang keluar lokasi proyek ke lokasi pembuangan


yang telah ditentukan dengan menggunakan dump truck.

Pengolahan Air Lumpur Eks Pengeboran


Sumpit-sumpit dan saluran keliling (perimeter drain) terlebih dahulu dibuat sebelum
pelaksanaan pekerjaan tiang bor dimulai.

Air lumpur yang meluap dari lubang bor selama proses pengeboran (akibat naik
turunnya kelly bar mesin bor ke dalam lubang bor) atau pada saat proses pengecoran
(akibat terdesak oleh beton dari bawah) dilokalisir di sekeliling lubang bor dengan
membuat tanggulan dari tanah di sekitar lubang bor.

Air lumpur tersebut kemudian dialirkan ke sumpit untuk ditampung dulu agar
partikel-partikel yang ada pada air lumpur tersebut mengendap dulu di dasar sumpit.

Air lumpur yang telah ditampung di sumpit dapat digunakan lagi sebagai cairan
penstabil pada saat proses pengeboran titik-titik tiang bor yang lainnya. Luapan
(overvlow) air lumpur yang telah diendapkan di sumpit apabila tidak digunakan untuk
pengeboran dialirkan ke saluran keliling (perimeter drain) untuk proses pengendapan
selanjutnya.
Luapan air dari saluran keliling kemudian disalurkan ke saluran riol kota. Sebelum
dibuang/disalurkan ke saluran riol kota, air dari saluran keliling harus dipastikan telah
memenuhi syarat untuk dibuang ke saluran riol kota.

Skematis Metode Pengolahan Limbah (Air Lumpur) dapat dilihat pada Lampiran B.

8. Form-form Laporan

Form-form Laporan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran D dari metode kerja
ini.

9. Lampiran

Lampiran A – Skematis Urutan Pekerjaan Tiang Bor


Lampiran B - Skematis Metode Pengolahan Limbah (Air Lumpur)
Lampiran C - Katalog Peralatan Utama
LAMPIRAN A

SKEMATIS URUTAN PEKERJAAN


TIANG BOR
LAMPIRAN B

SKEMATIS METODE
PENGOLAHAN LIMBAH
(AIR LUMPUR)
LAMPIRAN C

KATALOG PERALATAN UTAMA

Anda mungkin juga menyukai