BAB V
PEKERJAAN TIANG PANCANG
Pasal 1
Tiang Pancang Baja
1. Umum
Untuk mencapai hasil konstruksi pondasi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria
teknis di dalam perencanaan struktur pondasi yang telah dituangkan di dalam gambar
rencana, maka pekerjaan pemancangan pondasi tiang perlu mengacu kepada semua
persyaratan teknis yang telah digunakan di dalam perencanaannya.
Persyaratan teknis penting yang diperlukan didalam konstruksi pondasi akan dijelaskan
berikut ini, yang meliputi Standar, Spesifikasi Material, Alat Kerja, Persiapan yang harus
dilakukan dan Prosedur Pemancangan tiang pancang baja,
2. Standar
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan
teknis ini adalah;
a. Persyaratan Beton Strukturaluntuk Bangunan Gedung;
SNI 03-2847-2013
b. Pipa Baja untuk Pancang , SNI 8052:2014
c. Standar Industri Indonesia (Sll)
d. American Concrete Institute (ACI)
e. American Welding Society (AWS)
f. American Society For Testing and Materials (ASTM)
g. British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110
3. Material
Material tiang yang digunakan ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan maupun tata
cara pabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan baik sesuai
rencana.
Mutu Bahan :
Tiang Pancang Baja yang digunakan adalah dari pipa baja Ø 50.80 cm tebal 1.4 cm
untuk dermaga dengan spesifikasi : SKK-400; JIS – A 5525 G 3444/ G 3106 dan dengan
Mills Certificate:
a. Tensile strength min. 400 N/mm2
b. Yield point min. 235 N/mm2
c. Elongation min 18 %
d. Tensile Strength of welds min. 400 N/mm2
e. Komposisi kimia maksimal (SKK 400) C: 0.25% - P:0.04% - S: 0.04%
f. Flatness 2/3 D
g. Toleransi diameter: 0.5% x D
h. Toleransi ketebalan: -0.6 mm untuk D < 50 cm, -0.7 mm untuk D > 50-80 cm.
i. Toleransi lengkungan: 0.1 % x L
j. Toleransi panjang tiang: 0
2) Dimensi tiang pancang (Diameter Luar, Ketebalan, dan Panjang), serta Type Of
Pile, Length Of Pile, Concrete Area, Bending Moment (Crack & Ultimate), Nominal
Weigth, Allowable Axial Load untuk tiang pancang beton;
4. Alat Kerja
Pelaksana Pekerjaan harus dapat menghitung berat dari hammer sesuai dengan dimensi
dan spesifikasi tiang pancang.
Berat Hammer minimal yang digunakan untuk pekerjaan pemancangan wajib
disesuaikan dengan perhitungan Formula Hiley yaitu sebesar setengah dari berat total
tiang pancang per titik ditambah 600 (enam ratus) kilogram (W = 0,5 P + 600 Kg).
Diameter tiang pancang 711,2 mm tebal 12 mm
B = 0,5P + 600 kg
= 0,5 x (54m x 207kg) + 600 kg
= 6189 kg
= 61,89 kN
Diameter tiang pancang 457,2 mm tebal 12 mm
B = 0,5P + 600 kg
= 0,5 x (48m x 132kg) + 600 kg
= 3768 kg
= 37,68 kN
Dimana:
B = berat hammer pancang
P = berat tiang/meter x panjang tiang 1 titik (mulai cutting level sampai end level)
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan peralatanuntuk pemancangan sedemikian
sehingga semua persyaratan teknis yang diminta dapat dipenuhi dan mendapatkan
persetujuan dari Pengawas/Manager Proyek.
Tiang dipancang dengan alat pancang yang mampu untuk menghasilkan penetrasi
maximum tanpa mengakibatkan kerusakan pada tiang. Macam hammer cushion dan
energi alat pancang harus disebutkan dalam surat penawaran. Alat alat yang akan
dipakai harus disetujui oleh Manager Proyek atau Wakil yang ditunjuk.
Pemancangan tiang pancang tegak dapat menggunakan diesel hammer atau hydraulic
hammer, dengan berat hammer yang sesuai dengan berat dan ukuran tiang serta daya
dukung yang diinginkan. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat dan menyerahkan
perhitungan/analisa yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa alat pancang diesel
hammer atau hydraulic hammer yang akan dgunakan ini akan mampu menembus
lapisan tanah yang ada.Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan jenis dan tipe mesin
pancang yang diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dari Manager
Proyek/Pengawas.
Penggunaan Hammer harus dapat melakukan pemancangan secaraterus menerus
sampai kedalaman yang direncanakan. Penghentian pemancangan sebelum mencapai
setting atau kedalaman rencana harus mendapat persetujuan Manager
Proyek/Pengawas.
Alat pancang harus dilengkapi dengan leader yang cukup panjang dan digerakkan
secara hidrolik atau mekanis, untuk menjamin bahwa pemancangan tiang-tiang tegak
dan tiang miring (jika ada) dapat dilaksanakan. Peralatan pancang harus mampu dan
cukup seimbang untuk memancang tiang miring dengan sudut kemiringan sesuai
dengan gambar.
Selama pemancangan, semua tindakan pengamanan harus dilakukan untuk meyakinkan
bahwa tiang tiang dipancang pada posisi yang direncanakan; tanda tanda akan
terjadinya posisi yang bergeser harus segera dibetulkan.
Tiang yang bergeser dari letak yang direncanakan dan akan tak dapat digunakan dalam
pelaksanaan harus dicabut dan dipancang lagiatau dengan menambah tiang pancang
tanpa membebani biaya kepada Manager Proyek. Terpakainya tiang akan ditolak jika
menyimpang dari garis tengah penampang tiang sebesar satu setengah persen atau
kalau tiang menyimpang sejauh 100 mm dari rencana yang ditunjukkan pada gambar.
Jika terjadi kerusakan pada tiang dengan pertimbangan Manager Proyek akanintegritas
dari tiang, tiang tadi harus diganti dengan tiang baru atas persetujuan Manager Proyek.
5. Persiapan
Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh Kontraktor sebelum memulai
pekerjaan pemancangan adalah :
a. Sebelum pekerjaan pamancangan dimulai, kontraktor pancang akan mengajukan
metoda kerja, alat yang digunakan dan schedule pemancangan beserta urutan
pemancangan yang akan dilakukan kepada pengawas/ pemberi tugas untuk
mendapat persetujuan.
b. Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pengukuran yang cermat dalam
menempatkan titik-titik bidik dan tanda-tanda yang diperlukan untuk penentuan posisi
maupun ketinggian masing-masing tiang.
c. Titik-titik bidik dan tanda-tanda tersebut harus dijaga dengan baik dan tidak boleh
berubah sampai pekerjaan pemancangan selesai.
d. Pengukuran dan marking posisi untuk pancang sesuai koordinat dalam gambar piling
plan terbaru yang disetujui oieh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh
surveyor LSI qualified / di bawah pengawasan konsultan.
e. Pelaksana Pekerjaan dianjurkan untuk membuat panggung sementara di laut, jika
diperlukan, untuk mendapatkan posisi dan arah tiang yang tepat.
f. Pekerjaan pemancangan hanya dapat dilakukan setelah dilaksanakannya pekerjaan
persiapan pemancangan yang terdiri dari :
Pekerjaan bathimetri dan pemetaan ulang untuk mengevaluasi kesesuaian antara
gambar rencana dengan kondisi lapangan;
Pekerjaan deep boring ulang (khusus pada pemancangan struktur baru) untuk
mengevaluasi kesesuaian antara data penyelidikan tanah lapangan pada dokumen
perencanaan dengan kondisi lapangan.
g. Kontraktor pancang akan bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan
sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.
f. Pengangkatan tiang pancang wajib dilakukan dengan jarak minimal antara kepala
tiang dengan titik angker adalah 1/3 (satu per tiga) dari panjang tiang.
e. Tiang hanya dipancang selama ada Manager Proyek/Pengawas dan hanya tersedia
fasilitas bagi Manager Proyek/Pengawas untuk memperoleh informasi pemancangan
tiang yang diperlukan. Meskipun demikian Pemborong tetap bertanggung jawab atas
pekerjaan ini.
f. Pemborong harus memberitahu Manager Proyek/Pengawas dengan segera apabila
terjadi perubahan yang tidak normal selama pemancangan tiang, Pemborong harus
berhati-hati untuk mencegah timbulnya gaya lateral pada tiang selama pemancangan
yang diakibatkan oleh alat pancang.
g. Tiang yang tidak dipakai akibat "over acting" atau tidak memenuhi toleransi yang
diijinkan, maka harus dibuat tiang ekstra yang dipancang di lokasi tersebut, atas
persetujuan Manager Proyek/Pengawas .
h. Sebelum dipancang setiap tiang harus diberi tanda setiap interval 50 Cm dan 100 Cm
yang dimulai dari kaki tiang agar dapat diketahui panjang tiang yang terpancang.
i. Pemborong harus melakukan pencatatan pemancangan masing-masing tiang, yang
disampaikan kepada Manager Proyek/Pengawas untuk dievaluasi. Hal-hal penting
yang harus dicatat meliputi:
1) Tanggal dan hari pemancangan
2) Nomor tiang
3) Panjang tiang
4) Ukuran penampang
5) Type hammer
6) Berat ram
7) Elevasi dasar tanah pada titik pancang
8) Tiang masuk tanpa dipukul
9) Dalamnya penetrasi
10) Jumlah pukulan untuk setiap 50 cm penetrasidan jumlah pukulan untuk setiap
10 cm penetrasi (pada penetrasi 100 cm terakhir).
11) Total set benaman
12) Rebound (Cm)
13) Kemiringan tiang pancang
14) Deviasi dan toleransi baik terhadap sumbu maupun terhadap level dari yang
ditunjukkan dalam Gambar.
15) Jumlah pukulan per benaman pada final set yaitu jumlah pukulan per 25 mm.
16) Total pukulan per tiang.
17) Driving log (kedalaman, jumlah pukulan per 200 mm untukseluruh pemancangan,
adanya interupsi, adanya penghentian pemancangan, adanya pemancangan
kembali).
18) Tinggi jatuh hammer (Meter)
19) Data penyambungan tiang.
20) Penyimpangan posisi/kemiringan dari rencana
21) Hal-hal khusus yang ditemui pada waktu pemancangan
22) Daya dukung tiang berdasarkan Hiley Formula.
23) Perhitungan Berat Hammer pancang yang digunakan berdasarkan Rumus Hilley
Formula adalah sebagai berikut:
Digunakan tiang pancang pipa baja diameter 711,2mm tebal 12mm dengan berat
207,0 kg/m.
B = (( 0,5 x P ) + 600 kg ) x gravitasi bumi (9,81 m/s2)
B = 0,5P + 600 kg
= 0,5 x (54m x 207kg) + 600 kg
= 6189 kg
= 61,89 kN
Keterangan :
B = Berat Hammer (kg)
P = Berat tiang satu titik dihitung dari cutting level sampai end pile
Berat 1 m’ tiang pancang x panjang tiang 1 titik
Catatan yang disebutkan di atas harusdibuat untuk semua tiang yang dipancang.
Pelaksana kegiatan (KPA, PPK, Konsultan Supervisi, dan Kontraktor Pelaksana) wajib
bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan kegiatan pemancangan. Seluruh
Tiang Pancang yang telah terpancang wajib dicabut dan dipancang ulang sesuai dengan
gambar desain dengan biaya pekerjaan pemancangan ulang menjadi tanggung jawab
pelaksana kegiatan dan tidak diperkenankan melakukan pembayaran melalui anggaran
proyekapabila terjadi kesalahan pemancangan akibat kelalaian pelaksana kegiatan
antara lain sebagai berikut :
a) Deviasi koordinat pemancangan tiang pancang lebih besar dari 0,5 Ø (setengah dari
diameter tiang pancang);
b) Deviasi kemiringan bidang pemancangan tiang pancang lebih besar dari 25% (dua
puluh lima persen);
c) Deviasi kemiringan ruang pemancangan tiang pancang lebih besar dari 70 (tujuh
derajat);
d) Deviasi kedalaman seabed pada suatu titik pancang lebih besar dari 1,5 (satu
setengah) meter atau deviasi kedalaman seabed dapat menyebabkan konstruksi
tersebut tidak lagi dapat mengakomodir beban operasional dan beban gempa
berdasarkan pemodelan dan perhitungan struktur;
Untuk kondisi dimana dilakukan penambahan kedalaman pemancangan tiang pancang
tanpa pelaksanaan PDA test terlebih dahulu dan / atau tanpa persetujuan dari Direktur
Kepelabuhanan. Pembayaran biaya tambahan pekerjaan pemancangan dan material
tiang pancang menjadi tanggung jawab pelaksana kegiatan dan tidak diperkenankan
melakukan pembayaran melalui anggaran proyek;
Pasal 2
Uji Pembebanan
2. Penjelasan Khusus
Prinsip kerja:
Fungsi Massa Hammer bila dijatuhkan ke kepala tiang akan membangkitkan gelombang
tegangan yang kemudian menjalar sepanjang badan tiang, Fungsi Sensor Accelerometer
adalah mendeteksi parameter gerakan material akibat perambatan gelombang tegangan
yaitu percepatan partikelnya, yang bila diintegrasikan terhadap waktu akan menjadi
kecepatan partikel (V) yang secara proporsional dapat dikonversi menjadi Gaya (F).
Fungsi Sensor Strain Transducer adalah mendeteksi parameter gerakan material akibat
perambatan gelombang tegangan yaitu regangannya, yang dengan hukum Hooke dapat
dikonversi menjadi gaya (F). Fungsi Alat PDA adalah merekam data (F) & (V) dalam
fungsi waktu, menganalisanya, menampilkannya dalam grafik serta dengan metode Case
– Gofcrie menghitung daya dukung statis tiang serta output turunannya. Hasil Output dari
Alat PDA:
Hasil utama yaitu daya dukung statis dari tiang yang diuji.
RSU (Ton) adalah daya dukung statis pondasi tiang khususnya tiang dengan friksi yang
teruji CSX (kg/cm2) adalah tegangan tekan terukur pada material tiang di level sensor
akibat impact. 2,2.4 TSX (Kg/cm2) adalah tegangan tarik terukur pada material tiang di
level sensor akibat impact.
Pasal 3
Pekerjaan Sambungan Las
1. Lingkup Pekerjaan
Pengelasan baja lunak harus dilakukan dengan las lengkung listrik dan harus memenuhi
peryaratan BS 1856 atau JIS Z 3801 dan Z 3841.
Semua pekerjaan las hanya boleh dikerjakan oleh tukang-tukang las yang
berpengalaman yang sedikitnya mempunyai pengalaman enam bulan termasuk
dua buah berturut-turut sebelum bekerja pada pekerjaan dimaksud.
Elektrode las yang digunakan harus mempunyai kuattarik (tensile strength) minimal
sebesar 4920 kg/cm' dan harus memiliki metalurgi yang serupa dengan baja yang akan
dilas.
Pelaksana Pekerjaan harus memberikan daftar kepada Manager Proyek/Pengawas
mengenai tukang-tukang las yang dipekerjakan, nama-nama mereka,
pengalaman kerja dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan. Daftar ini harus
mendapat persetujuan Manager Proyek/Pengawas.
Persetujuan ini tidak membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari tanggung-jawabnya untuk
melaksanakan pengelasan yang benar dan untuk memperkecil distorsi pada struktur.
Pelaksana Pekerjaan yang mengerjakan pengelasan pada dasamya harus
memperhatikan sifat mampu las (weldability) material baja dengan berdasar pada 3
aspek pokok :
2. Pemotongan
Bahan-bahan baja harus dipotong dengan akurat dengan mempergunakan oxy-
acetylene. Pemotongan bahan-bahan yang panjang-panjang dan bahan – bahan yang
bengkok harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi perubahan bentuk lebih
lanjut.
Pemotongan tiang pancang yang telah terpancang wajib dilakukan pada elevasi
pemotongan yang sesuai dengan mempertimbangkan kesesuaian gambar desain
rencana dengan hasil pengukuran pasang surut serta bathimetri dan pemetaan ulang.
Pemotongan harus dilakukan dengan didasari tindakan-tindakan untuk mencegah
kerusakan kepala tiang pada saat pemancangan. Kepala tiang harus diberi landasan
selama pemancangan agar tidak langsung terpukul oleh landasan hammer. Kepala tiang
pancang harus dipotong dengan baik dan memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut :
a. Tiang-tiang harus dipotong pada elevasi yang tepat sesuai dengan gambar.
b. Bagian ujung tiang pancang akan tertanam dalam poer(pile cap) minimal 10 cm.
c. Jarak bersih tiang pancang ke sisi luar poer adalah minimal setengah diameter tiang
atau seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Jika terjadi ketidaktepatan
pemancanagn, maka Pelaksana Pekerjaan harus memperbesar poer sehingga jarak
minimum ini tetap terpenuhi. Segala biaya yang timbul dari ketidaktepatan
pemancangan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pembesaran dimensi poer ini, Pelaksana
Pekerjaan harus mengajukan permohonan secara tertuliskepada Manager
Proyek/Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
Di atas tiap-tiap tiang pancang akan dibuat poer untuk menyalurkan gaya dari balok ke
tiang pancang yang ukuran-ukuran dan penulangannya seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harussudah terpasang
dengan baik, bersih dari kotoran dan pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan
waktunya sedemikian rupa sehingga adukan yang sudah dituangkan tidak terganggu
oleh pasang surut sebelum beton mencapai umur 3 jam.
Apabila terdapat besi-besi bekas angker bekisting atau baja tulangan yang menonjol dari
permukaan beton, maka besi/baja tersebut harus dipotong sedemikian sehingga nantinya
dapat tertanam dan ditutup dengan adukan beton atau material lain yang kedap air
minimal setebal selimut beton.
3. Pengelasan
Cara pengelasan harus disetujui oleh Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.
Penyambungan tiang-tiang pipa baja harus dilakukan dengan las yang dilaksanakan
pada tempat pekerjaan las di site dengan cara pengelasan semi automatic seperti
ditentukan dalam JIS Z 3605 dan sesuai dengan gambar. Penyambungan dan perakitan
profil baja untuk ponton adalah dengan las, dimana sambungan las harus memenuhi
ketentuan yang diberikan dalam SNI 03 -1729 - 2002 butir 13.5.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan yang akan dilas dan daerah-daerah
sekitarnya harus dibersihkan dari karat, cat, bahan-bahan sisa (slag) dan kotoran-kotoran
lain dan harus dikeringkan dahuiu. Selama pengelasan berlangsung, bahan-bahan yang
akan dilas harus dipegang kuat-kuat dalam posisi yang benar dengan cara pengelasan
"jig" atau "track". Penggunaan tack welding harus dibatasi sampai seminimum mungkin.
Pengelasan pada las tumpul harus dihentikan dengan hati-hati dan teliti dan lubang
antara bagian-bagian yang dillas harus dibuat tepat seperti gambar.
Selama pengelasan, pemberian bahan las dan kecepatannya harus sedemikian
sehingga las berbenyuk V seluruhnya akan terisis dengan bahan-bahan isi. Kekurangan
bahan isi untuk las harus dicegah dan pelaksanaan harus hati-hati, seperti masuknya
slag kedalam las, ketidak sempurnaan center dan retak-retak.
Tiang pancang pipa baja tidak boleh dipancang kembali sebelum suhu permukaan yang
baru dilas turun dibawah 95°C dan sebelum dipastikan bahwa hasil pengelasan telah
memuaskan dengan dilakukan pengujian las.
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperbaiki las yang tidak memenuhi syarat
seperti keropos, tumpang tindih (overlap), miring, kelebihan atau kurang tebalnya
"throat" atau ukuran. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan atau hujan
angin (storm) kecuali pengelasan dengan cara ''pengelasan di dalam air". Pekerjaan las
dalam keadaan cuaca buruk dapat dilakukan dengan persetujuan Manager
Proyek/Pengawas jika telah diambil langkah – langkah pengaman terhadap pengaruh
cuaca buruk.
4. Penyelesaian permukaan
Bagian yang telah selesai dilas harus bersih dari goresan – goresan, lekukan – lekukan,
sisa – sisa bahan las dan cacat – cacat lain yang ada selama pelaksanaan. Setiap
pekerjaan perbaikan harus dilakukan pada tanah yang rata, bersih, baik. Pekerjaan
perbaikan las tidak boleh lebih pendek dari 5 cm termasuk random arc strikes
Semua pengelasan harus mencapai sudut – sudut dari bagian – bagian yang dilas.
Jika menurut pandangan Manager Proyek/Pengawas bagian – bagian yang dilas
mempunyai kesalahan – kesalahan geometric yang akan menimbulkan penumpukan
tegangan atau “notch effect” karena tidak tepatnya letak las, kontraktor harus
memperbaikinya dengan mengikir.
Perbaikan dengan cara mengulangi las diatasnya, tidak diijinkan. Jika untuk memperbaiki
kesalahan tersebut diatas dianggap perlu menambah las, maka pelaksanaannya harus
mendapat persetujuan Manager Proyek/Pengawas.
Pasal 4
Pengecatan Proteksi Tiang Pancang Baja
1. Pembersihan
Pengecatan proteksi yang akan diuraikan disini menyangkut semua bahan dan peralatan
dari baja seperti bollard, rantai-rantai baja, tangga-tangga dan peralatan baja lain yang
akan dipakai pada konstruksi dermaga dan peralatan navigasi.
Sebelum dicat, benda-benda baja harus dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau
dengan alat-alat lain. Semua benda-benda yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk dari pabrik cat atau seperti yang dijelaskan dalam, spesifikasi
ini. Pekerjaan las harus dibersihkan dari sisa-sisa las dan percikan-percikan las harus
dibersihkan.
Semua permukaan lubang yang dapat berkarat, harus dicat sesuai dengan spesifikasi ini,
kecuali permukaan yang tidak tampak seperti terendam di dalam air, tertanam di dalam
tanah, tertanam di dalam beton dan digalvanis.
Spesifikasi ini hanya mengatur pengecatan untuk konstruksi sipil. Sehubungan dengan
konstruksi yang akan dicat berada di lingkungan pantai, maka klasifikasi korosi adalah
kelas 3 (berdasarkan Swedish Standard).
Pekerja yang dilibatkan dalam persiapan permukaan dan pengecatan harus yang telah
berpengalaman.
2. Bahan
Bahan cat untuk lapisan pelindung yang mencegah karat, harus dihasilkan dari pabrik
pembuat cat yang telah dikenal, terdaftar dalam vendor list dan produknya memenuhi
standard SII atau setara dan disetujui Manager Proyek.
Sistem pengecatan adalah tradisionil dengan lapisan bahan cat sebagai berikut .
a. Lapis I 40 mikron Red Lead Primer yang cepat mengering
b. Lapis II 40 mikron Red Lead Primer lagi yang cepat mengering
c. Lapis III 40 mikron Marine Undercoat
d. Lapis IV 35 mikron Marine Enamel
e. Lapis V 35 mikron Marine Enamel
f. Tebal total adalah minimal 190 mikron.
Warna Marine Enamel akan ditentukan oleh Manager Proyek.
Pelaksana Pekerjaan dapat saja mengajukan usulansistim pengecatan laindan
penggunaannya harus dengan persetujuan Manager Proyek.
3. Peralatan
a. Pengaduk cat: harus dipergunakan alat pengaduk cat mekanis untuk mengaduk cat.
Tetapi dengan persetujuan Manager Proyek pada keadaan luar biasa dimana volume
cat yang diaduk tidak banyak, maka pengadukan dapat dilakukan dengan tangan
(manual).
b. Kompresor : untuk menghasilkan udara bertekanan yang dimanfaatkan untuk
pembersihan blast pasir atau menggerakkan alat alat pneumatic dalam persiapan
permukaan untuk pengecatan.
c. Tekanan udara yang dihasilkan harus cukup untuk keperluan tersebut.
d. Sapu/kuas & Penggelinding (roller): untuk pengecatan, penggelinding dipakai untuk
pemberian cat pada permukaan yang luas, sedang kuas untuk bagian permukaan
yang sempit atau bulat, ukuran kuas harus bermacam macam sesuai dengan
keperluannya.
e. Sikat Kawat dan Hampelas : untuk membersihkan permukaan yang kurang bersih
pada persiapan permukaan pertama atau permukaan yang menjadi kotor kembali.
Semua peralatan harus dijaga untuk selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai.
kembali, sesaat sebelum penggunaanya. dan jika ternyata ada yang rusak, maka akan
ditolak penggunaannya.
Pengiriman bahan cat, harus dalam jumlah secukupnya untuk suatu kebutuhan
pengecatan tertentu agar kesinambungan pengecatan dapat terpelihara.
Penyimpanan bahan cat dan bahan pengencernya, harus ditempat yang sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuat cat.
Sehubungan sifat bahan cat yang mudah terbakar, makatempat penyimpanan harus
diberi tanda-tanda pengamanan yang jelas.
Semua kemasan bahan cat harus rapat, sampai saatnya dibuka untukdipergunakan.
Bahan cat dalam satu kemasan, sebaiknya dipergunakan sampai habis. Dalam keadaan
luar biasa, dimana permukaan bidang pengecatan sangat kecil sehingga tidak
menghabiskan satu kemasan cat, maka bahan cat dapat disimpan kembali didalam
kemasan aslinya dan ditutup rapat rapat.
Bahan cat ini, jika masih baik, dapat dipergunakan kembali dan harus dipergunakan
terlebih dahulu pada kesempatan pengecatan berikutnya.
Bahan cat yang kadaluwarsa, tidak boleh dipergunakan dan harus segera disingkirkan
dari lokasi proyek.
Semua kerusakan bahan cat, karena kegagalan dalam penyimpanannya, harus segera
disingkirkan juga dan secepatnya diganti dengan bahan yang baru dalam tanggungan
Kontaktor sepenuhnya.
6. Persiapan Permukaan
Kampuh las harus digerinda licin, terak las harus diketuk lepas, demikian pula terak karat
harus dibersihkan dengan ketukan palu ringan sebelum pembersihan blast pasir.
Permukaan yang sudah dibersihkan, harus dilindungi dan dihindari dari bahan bahan
yang korosif seperti asam atau garam garam. Semua kotoran dan karat yang masih
tertinggal pada proses pembersihan sebelumnya dan atau terkotori kembali,harus
dibersihkan sebelum pengecatan.
Sebaiknya permukaan yang sudah dibersihkan sampai tingkat yang disyaratkan (Sa 2
1/2 atau St 2), segera dicat dasar (primer) untuk mencegah pengkaratan kembali.
Permukaan yang sudah mulai dicat, harus dijaga agar tetap bersih untuk proses
pengecatan berikutnya.
Permukaan yang memang direncanakan tidak menerima penyelesaian pengecatan,
harus ditutup agar tidak terkena cat.
9. Pengecatan
Setelah bagian yang akan dicat diperiksa kebersihannya oleh Manager
Proyek/Pengawas, maka bagian luar dari bahan-bahan baja tersebut akan dicat dengan
cat anti karat sebagai berikut:
CAT DASAR CAT LUAR
Macam cat UnFouling Marine Use (AF MU) UnCerosif Marine Use (AC MU)
Jumlah Lapisan 2 2
dan nama pabriknya harus disampaikan kepada Manager Proyek /Pengawas untuk
mendapat persetujuannya.
Warna dari lapisan terakhir harus sesuai dengan perintah Manager Proyek / Pengawas.
Jika dalam proses pengecatan, tampak terjadi kegagalan misalnya dalam hal
keseragaman bahan cat dan pengeringannya, kemudian pengecatan dihentikan oleh
Pelaksana Pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan harus membuat laporan tertulis
kepada Manager Proyek.
Pengulangan proses pengecatannya kembali pada bagian yang gagal ini, menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
Pada bagian permukaan dimana akan dilakukan pengelasan atau pekerjaan
penyesuaian lapangan lainnya, tidak perlu dicat terlebih dahulu sejauh 15 cm dari tempat
pengelasan atau pekerjaan tersebut. Bagian ini harus dicat (setelah pekerjaan
penyesuaian selesai) sesuai dengan spesifikasi pengecatan ini atau spesifikasi lain yang
disetujui Manager Proyek, dengan minimal lapis tindih (overlap) sejauh 50 cm terhadap
permukaan yang sudah dicat.
Bagian konstruksi yang difabrikasi dibengkel, sebelum diangkut ke lokasi proyek untuk
dipasang, harus dibersihkan dengan blast pasir sampai tingkat kebersihan Sa 2 1/2 dan
diprimer satu lapis yang sesuai dengan spesifikasi ini atau spesifikasi lain yang disetujui
Manager Proyek.
Hasil pengecatan lapis demi lapis harus licin atau sesuai dengan contoh hasil permukaan
pengecatan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya jika dipakai spesifikasi lain yang
telah disetujui Manager Proyek.
Setiap lapis hasil pengecatan akan diukur ketebalannya dengan mikrometer dan atau
magnetic thickness gauge.
Peralatan pengukuran ketebalan cat ini harus disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan.
Kekurangan tebal pelapisan cat harus diperbaiki oleh Pelaksana Pekerjaan dengan
melakukan pengecatan lagi.
10. Pengeringan
Bahan cat yang dicatkan harus diberi kesempatan mengering dalam kondisi lingkungan
yang baik.
Tidak boleh ada lapisan cat yang dikeringkan secara paksa, misalnya dengan
dipanaskan atau diberi campuran zat untuk mempercepat pengeringan.
Hujan, debu, percikan air laut dan kotoran lainnya, jangan sampai mengotori permukaan
yang baru dicat sampai cat mengering secukupnya (kering sentuh) yang ditentukan
sesuai petunjuk dari pabrik pembuat.
Pasal 5
Kepala Tiang & Poer(Pile Cap)
c. Jarak bersih tiang pancang ke sisi luar poer adalah minimal setengah diameter tiang
atau seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Jika terjadi ketidaktepatan
pemancanagn, maka Pelaksana Pekerjaan harus memperbesar poer sehingga jarak
minimum ini tetap terpenuhi. Segala biaya yang timbul dari ketidaktepatan
pemancangan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pembesaran dimensi poer ini, Pelaksana
Pekerjaan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Manager
Proyek/Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
2. Di atas tiap-tiap pancang pancang akan dibuatkan poer untuk menyalurkan gaya dari
balok ketiang pancang yang ukuran-ukuran dan penulangannya seperti ditunjukkan
dalam gambar kerja.
3. Mengingat bagian bawah poer berada pada elevasi pasang-surut maka Pelaksana
Pekerjaan harus menyiapkan metode kerja dan bentuk bekistinguntuk pengecoran yang
kedap air dan mudah dilaksanakan.
4. Pekerjaan pembuatan poer harus meliputi paling tidak hal-hal sebagai berikut :
a. Tiang pancang harus dipotong pada elevasi sesuai dengan gambar rencana dimana
ujung tiang pancang pada elevasi tersebut harus dalam kondisi baik.
b. Bagian ujung tiang pancang yang tertanam dalam poer (pile cap) minimal 10 cm.
Jarak tepi luar tiang pancang dengan tepi luar pile cap minimal 20 cm atau sesuai
gambar rencana.
c. Apabila terjadi penyimpangan posisi tiang pancang akibat kesalahan pemancangan,
maka Pelaksana Pekerjaan harus memperbesar dimensi pile cap sehinggajarak
minimal ke tepi luar tersebut di atas terpenuhi. Semua biaya yang terjadi untuk itu
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Dalam hal ini Pelaksana Pekerjaan
harus meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Manager Proyek/Pengawas.
d. Tulangan-tulangan pokok dan tulangan tambahan tiang pancang yang akan dijadikan
tulangan penyaluran tegangan harus tertanam dalam poer sesuai gambar rencana.
5. Sebelum melakukan pengecoran adukan semua tulangan harus sudahterpasang
dengan baik, bersih dari kotoran dan pelaksanaan pengecoranharus diperhitungkan
waktunya sedemikian rupa sehingga adukan yangsudah dituangkan tidak terganggu
oleh pasang surut sebelum beton mencapai umur 3 jam.
6. Apabila terdapat besi-besi bekas angker bekisting atau baja tulangan yang menonjol dari
permukaan, maka besi/baja tersebut harus dipotong sedemikian sehingga nantinya dapat
tertanam dan ditutup dengan adukan beton material yang kedap air minimal setebal
selimut beton.