Anda di halaman 1dari 5

BAB 10

PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

10.1. UMUM
Untuk mencapai hasil konstruksi fondasi yang sesuai dan memenuhi semua
kriteria teknis di dalam perencanaan struktur fondasi yang telah dituangkan di
dalam gambar rencana, maka pekerjaan pemancangan fondasi tiang di dalam
proyek ini perlu mengacu kepada semua persyaratan teknis yang telah
digunakan di dalam perencanaannya.

Persyaratan teknis penting yang diperlukan di dalam konstruksi fondasi akan


dijelaskan berikut ini, yang meliputi Standard, Spesifikasi Material, Alat
Kerja, Persiapan yang harus dilakukan dan Prosedur Pemancangan tiang
beton.

10.2. STANDARD
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan
teknis ini adalah:
o Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung; SNI
2847-2019
o Standar Industri Indonesia (SII)
o American Concrete Institute (ACI)
o American Welding Society (AWS)
o American Society For Testing and Materials (ASTM)
o British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110
10.3. MATERIAL
Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu
bahan maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat
terpasang dengan baik sesuai rencana.

3.1. Mutu Bahan:


Digunakan square pile 250 x 250 dengan kapasitas/daya dukung per tiang
sebesar 45 ton.
 Beton tiang harus memenuhi kualitas fc’ = 37.5 MPa/K450
 Tulangan utama tiang pancang memakai BJTS 420 (baja tulangan ulir)
dan tulangan sengkang memakai U24 (baja tulangan polos) , atau
menggunakan Wirestrand untuk Pile Prestress.
 Pelat penyambung untuk tiang pancang memakai mutu baja BJ-37.

3.2. Fabrikasi Tiang


 Semua tiang harus difabrikasi sesuai detil gambar rencana struktur fondasi
serta memenuhi semua persyaratan produksi yang berlaku.
 Setiap tiang yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi, mutu
beton, dimensi tiang dan tanggal pencoran.
 Setiap nomor produksi harus dibuat sample kubus beton untuk inspeksi
mutu-beton.
 Setiap tiang beton yang dikirim ke lokasi proyek harus sudah mencapai
kekuatan minimal fc’=35mpa.

10.4. ALAT KERJA


Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam proyek ini yaitu Square
Pile 250x250 dengan panjang tiang pancang sesuai yang tertulis pada kriteria
pemancangan , maka alternatif alat pancang yang dapat digunakan dalam
pemancangan ini adalah , HSPD = 120 ton
Semua alat-kerja, seperti rig-pancang, diesel penggerak, hammer, helmet,
cushion dan alat-bantu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ini harus
dalam kondisi prima sehingga mutu pekerjaan maupun schedule yang
ditentukan dapat tercapai.

10.5. PERSIAPAN
Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh Kontraktor pancang
sebelum memulai pekerjaan pemancangan adalah:
 Pengukuran dan marking posisi titik pancang sesuai koordinat dalam
gambar piling plan terbaru yang disetujui oleh perencana. Pengukuran
harus dilakukan oleh surveyor yang qualified di bawah pengawasan
Manajemen Konstruksi.

 Sebelum pekerjaan pamancangan dimulai, kontraktor pancang akan


mengajukan metoda kerja, alat yang digunakan dan schedule
pemancangan beserta urutan pemancangan yang akan dilakukan kepada
pengawas / pemberi tugas untuk mendapat persetujuan.

 Kontraktor pancang akan bertanggung-jawab terhadap kualitas pekerjaan


sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.

10.6. PROSEDUR PEMANCANGAN


Sejumlah persyaratan penting yang mutlak dipenuhi di dalam prosedur
pemancangan adalah:
 Tenaga Kerja Terampil. Kontraktor pancang wajib menyediakan tenaga-
kerja terampil dalam jumlah yang cukup dan terlatih serta di bawah
pengawasan tenaga akhli profesional yang berpengalaman. Sebelum
pekerjaan dimulai, kontraktor pancang harus menyampaikan struktur
organisasi proyek beserta curriculum vitae tenaga akhli yang terlibat di
dalamnya.
 Seleksi Tiang. Semua tiang yang akan dipancang harus terseleksi dan
memenuhi kondisi sebagai berikut:
o Fisik tiang cukup lurus dalam sumbunya.
o Umur beton terpenuhi dan telah mencapai kuat-desak minimal
fc’=35mpa
o Tidak cacat atau pecah sampai mencapai tulangannya
o Tidak retak struktur sampai menembus tulangannya

 Pemakaian Cushion. Untuk mencegah kerusakan kepala tiang akibat


konsentrasi beban dinamik hammer pada saat pemancangan, semua kepala
tiang yang akan dipancang harus dilindungan dengan cushion block yang
cukup. Cushion block harus diperiksa dan diganti secara periodik untuk
menjaga elastisitasnya agar tetap berfungsi memproteksi kepala tiang
terhadap beban dinamik hammer.

 Ketepatan posisi dan toleransi. Semua tiang harus dipancang pada posisi
yang benar sesuai posisi patok yang ditentukan dan dikonfirmasi terhadap
gambar rencana yang telah disetujui perencana. Di dalam aplikasi
pemancangan, umumnya tiang pancang akan cenderung bergeser dari
patok yang ditentukan, oleh karena itu pergeseran yang boleh terjadi harus
dibatasi menurut code of practice yang berlaku.

Pergeseran arah horizonal kepala tiang harus dibatasi tidak lebih dari 10
cm. Penyimpangan arah vertikal harus dibatasi tidak lebih dari 0.5%
(persen) untuk tiang pancang yang seluruh panjangnya tertanam didalam
tanah, dengan catatan sumbu tiang harus lurus. Untuk kepala tiang yang
diharuskan extend di atas muka tanah, maka penyimpangan vertikalnya
harus dibatasi tidak lebih dari 0.2% (pesen). Segala biaya perbaikan yang
timbul akibat penyimpangan dari ketepatan posisi dan toleransi yang
sudah ditentukan adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor Pancang.

 Terminasi pemancangan. Sesuai kriteria pemancangan


 Pencatatan dan Laporan. Setiap tiang yang dipancang, mulai dari awal
hingga akhir harus dicatat dalam piling record form yang meliputi tanggal
pemancangan, nomor tiang, umur tiang, tipe dan ukuran tiang, kedalaman
dan final set yang dicapai. Setiap lembar pencatatan ini harus diperiksa
dan diketahui oleh Engineer pengawas. Untuk ketertiban administrasi,
kontraktor pancang perlu membuat laporan harian mengenai progress
pemancangan yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

- Akhir dari Bab 10 -

Anda mungkin juga menyukai