Anda di halaman 1dari 34

BAB 7 MANAJEMEN MUTU

7.1 Perencanaan Manajemen Mutu


Pada perencanaan pembangunan gedung, kekuatan desain ditentukan oleh
para insinyur. Pada pembangunannya, mutu-mutu dari bahan dan prosedur
pengerjaan harus di-monitoring dan dikontrol agar kekuatan real tidak kurang
dari kekuatan yang telah direncanakan.
Perencanaan Manajemen Mutu adalah proses identifikasi persyaratan
mutu dan/atau standar untuk proyek dan hasilnya, dan mendokumentasikan
bagaimana proyek akan menunjukkan kepatuhan dengan persyaratan mutu
dan/atau standar. Manfaat utama dari proses ini adalah bahwa hal tersebut
memberikan pedoman dan arah tentang bagaimana mutu akan dikelola dan
diverifikasi sepanjang proyek. Proses ini dilakukan sekali atau pada titik-titik
yang telah ditetapkan dalam proyek. Berikut merupakan diagram perencanaan
manajemen mutu berdasarkan PMBOK :
7.2 Pengelolaan Mutu
Pengelolaan mutu adalah proses menerjemahkan rencana manajemen
mutu dalam kegiatan pelaksanaan mutu yang menggabungkan kebijakan mutu
organisasi ke dalam proyek. Manfaat utama pada proses ini adalah bahwa hal
tersebut meningkatkan kemungkinan memenuhi sasaran mutu serta
mengidentifikasi proses yang tidak efektif dan penyebab mutu yang buruk.
Pengelolaan Mutu menggunakan data dan hasil dari proses pengendalian mutu
untuk mencerminkan status mutu keseluruhan proyek kepada para pemangku
kepentingan. Proses ini dilakukan disepanjang proyek. Berikut merupakan
diagram penetuan pengelolaan mutu berdasarkan PMBOK :

7.2.1 Spesifikasi dan pemeriksaan Mutu Bahan


Pada Spesifikasi Struktural Proyek PIM 3 dan Office Towers terdapat
modul-modul mengenai persyratan material dan prosedur yang harus
dipakai dan dilakukan. Diantaranya adalah persyaratan khusus, pekerjaan
persiapan, Beton, Baja dan Perlindungan Panas dan air. Persyaratan material
dari modul-modul yang kami dapatkan ialah:
1. Persyaratan khusus struktur atas
2. Besi tulangan
3. Beton
Selain itu, kami telah melakukan wawancara dengan Pak Aster sebagai Quality
assurance manager, dalam pemeriksaan bahan dan hasil pekerjaan. Berikut hasil
wawancara kami mengenai control mutu bahan pekerjaan struktur:
Untuk material besi tulangan:
 Subkonstruksi membuat shopdrawing atas instruksi engineering
manager dari engineering struktur
 Engineering struktur memeriksa shopdrawing dan disesuaikan dengan
spesifikasi oleh konsutan struktur
 Approval material oleh engineer struktur di submit ke pengawas
lapangan (untuk beton, PT. Trimatra Jasaprakasa) dan owner untuk
disetujui material yang akan dipakai, sesuai dengan spesifikasi dari
konsultan, dan dicek supplier-splier nya
 Material sample diberi oleh supplier, Quality control akan mengetes
apakah material tersebut sesuai dengan kekuatan di rencana
 Setelah hasil pengujian masuk dan diterima, ada sign (persetujuan dari
JO dan PT. Trimatra mengenai kekuatan sesuai

Untuk material beton

 Dari bagian engineering, ada yang menghubungi supplier yaitu holcim


untuk diminta mix design
 Setelah dapat, minta persetujuan dengan konsultan perencana
 Setelah di setujui, trial mix, disaksikan oleh QC bersama konsultan
pengawas dan owner
 Dilakukan pengambilan sampel dan tes 7 hari dan 28 hari pada saat
material datang

Untuk material Baja structural

 Engineer struktur mengecek dengan membaca spesifikasi dan shop


drawing yang dibuat oleh subkon baja
 Untuk materialnya, (WF, H, Plat, Angkur dan Baut) sebelum sampai
lapangan harus melalui tes QC di lab pengujian yang ditunjuk, cocokan
dengan minimal kekuatan
 Pabrikasi diworkshop (PT. Jagat baja) dikontrol oleh personel QC dan
dari JO secara berkala ( ada yang stand by), mengawas sebelum
pengiriman dimensi, kerjaan las, tes UT dan penetran
 Dibuat ceklis persetujuan pengiriman, di cek kembali onsite oleh QC

7.3 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah proses memantau dan merekam hasil dari
pelaksanaan kegiatan manajemen mutu untuk menilai kinerja dan memastikan
hasil proyek yang lengkap, benar, dan memenuhi harapan pelanggan. Manfaat
utama dari proses ini adalah untuk membuttitm bahwa hasil proyek dan
pekerjaan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh para pemangku
kepentingan utama untuk penerimaan akhir. Proses pengendalian mutu
menentukan apakah keluaran proyek dapat melaksanakan apa yang
dimaksudkan untuk dilaksanakan. Keluaran tersebut harus mematuhi semua
standar, persyaratan,'peraturan, dan spesifikasi, Proses ini dilakukan
disepanjang proyek. Berikut merupakan diagram penentuan pengendalian mutu
berdasarkan PMBOK :
7.3.1 Pemeriksaan dan Kontrol Mutu Hasil pekerjaan
Modul – modul mengenai persyaratan spesifikasi struktur PIM 3 dan
Office Towers juga membahas mengenai hal yang wajib diperhatikan dan
dikerjakan dalam prosedur-prosedur pengerjaan pekerjaan juga monitoring
dan kontrol dari hasil pekerjaan. Hal tersebut ialah:
1. Persyaratan khusus struktur atas
2. Besi Tulangan
3. Beton

Selain itu, kami telah melakukan wawancara dengan Pak Aster sebagai
Quality assurance manager, dalam pemeriksaan bahan dan hasil pekerjaan.
Berikut hasil wawancara kami mengenai control mutu hasil pekerjaan
struktur:

Pada umumnya, Engineering sudah punya perencanaan bila ada


kegagalan terjadi dari tahap pengerjaan, dan perencanaan itu hanya perlu di
setujui bersama owner dan konsultan untuk dijalankan

Bila terjadi kesalahan yang tidak terlalu rumit, perbaikan bisa


langsung dikerjakan (penebalan las dll). Namun bila rumit, Engineer
mengajukan metode perbaikan, lalu disetujui oleh konsultan.

Untuk Pekerjaan tulangan:

 Pada audit, dilakukan NDT (Non-Destructive Test) , yaitu


covermeter
 Pada kolom pelat dan balok, di cek jarak-jarak antara begel terdekat
dan dicek tebal selimut beton, disesuaikan dengan gambar rencana

Untuk Pekerjaan Beton:

 Pada audit, dilakukan NDT, yaitu UPV test

 Dilakukan pada kolom, dicek homogenitas rambat getaran ultra


sonic untuk estimasi kekuatan beton dan uniformitasnya

Untuk Pekerjaan Baja struktur:

 Sebelum pemasangan oleh kontraktor baja, Joint Operation,


Subkontraktor baja dan owner bertemu mengenai metode
pemasangan (erection). Bila menggunakan alat berat (mobile crane)
aka nada inspeksi alat berat tersebut.
 Setiap dimulai pemasangan, tiap lantai dicek elevasi, tebal las, jarak
dimensi dan lainya, apakah sesuai dengan yang direncanakan. Bila
sesuai semuanya, konstruksi baru bisa dilanjutkan ke lantai
selanjutnya
 Dilakukan test UT dan penetran kembali dari baja yang sudah
dipasang

Sesuai dengan wawancara dengan QAM, panduan yang digunakan pada


pengelolaan, pemeriksaan mutu bahan dan hasil pekerjaan adalah persyaratan
struktur atas, yang berisi:

Persyaratan Struktur atas bagian 1901:

1. Beton Bertulang
Campuran beton harus memiliki konsistensi yang baik, harus kohesif untuk
dapat dikirim dan dituang tanpa mengalami segregasi dan harus memenuhi
mutu beton yang dispesifikasikan.

1.1. Mutu Beton


Mutu beton yang dipergunakan adalah sesuai dengan gambar S-0201. Kuat
tekan beton minimum pada umur 28 hari unruk benda uju silinder yang
diuji sesuai ASTM C 39M
1.2. Mass Concerete
Dalam ACI 116R: “setiap volume beton dengan dimensi yang cukup besar
untuk mengharuskan dilakukan tindakan untuk mengatasi pembentukan
panas dari hidrasi semen dan hasil perubahan volume, untuk
meminimalisasi retak”. Kontraktor harus memastikan dan harus dapat
membuktikan pekerjaan cast-in-place mass concrete sesuai dengan
persyaratan berikut:
1.2.1. Identifikasi
Harus dapat mengidentifikasi sesuai rekomendasi dari ACI 207, 1R-
05, ACI 207, 2R-07 dan ACI 207,4R-05.
1.2.2. Kontrol dan Perkiraan Suhu
Suhu mass concerete harus dikontrol dan dimonitor sesuai spesifikasi
teknik bagian 3300 poin 3.9 dan rekomendasi ACI 207. 1R-05, ACI
207 . 2R-07 dan ACI 207. 4R-05
1.2.3. Mock up
Mock-up harus dibuat di lapangan dengan dimensi, campuran beton
(termasuk admixture), dan kondisi yang mereprensentasikan kondisi
actual di lapangan (termasuk metode dan kecepatan penuangan)
sebelum konstruksi sebenarnya dari mass concrete. Jumlah mock-up
harus ditentukan sesuai dengan kebutuhan kontraktor berdasarkan
jenis cmpuran beton dan dimensi beton/volume yang akan dituangkan.
Mock-up harusdibuat untuk komponen struktur berikut:
-Mock up mat foundation (pondasi tower), dimensi 2.5x2.5x2.0 m3
- Mock up kolom, dimensi dia 1:3 x 3.5 m3
1.3. Proporsi Mix Design
Sesuai dengan ACI 211.1.
1.4. Tipe Semen
Memenuhi Syarat ASTM C 150 untuk Portland cement. Ceent content max
= 550 kg/m3. Direkomendasikan untuk menggunakan slag-cement sampai
50% dari cement content. Slag cement harus memenuhi ASTM 989.
1.5. Agregat
 Agregat harus memenuhi persyaratan ASTM C 33 (Specification
for Concrete Aggregates)
 Ukuran maksimum agregat kasar untuk mass mix-design beton
(mat foundation dan pelat melebihi tebal 600mm) adalah diameter
nominal 38 mm
1.6. Admixture dan Material Pozzolanic
 Penggunaan admixture harus sesuai dengan rekomendasi ACI
211.1 dan ASTM A94 (edisi pertama) dan harus mendapatkan
persetujuan Konsultan.
 Supplier campuran beton harus menyediakan data dan pernyataan
resmi yang menunjukan bahwa penggunaan admixture yang
diusulkan tidak akan menimbulkan efek yang merugikan terhadap
mutu beton dan integritas struktur beton cast-in-place.
 Admixture dapat digunakan sesuai dengan kebuthan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi yang memungkinkan
pemadatan beton secara menyeluruh ke setiap sudut dan di sekitar
tulangan tanpa puddling, spading dan vibrasi berlebihan, dan tanpa
memungkinkan material untuk mengalami segregasi atau air
mmenggenang di permukan. Kontraktor harus memproduksi beton
yang padat dan seragam yang bebas dari rock pocket, honeycomb
dan penyimpangan lainnya.
1.7. Material Pozzolanic
a. Untuk mass concrete (termasuk tetapi tidak terbatas pada mat
foundation dan pelat dengan tebal lebih dari 600mm) disyaratkan
menggunakan fly ash ASTM C 618 dengan kadar 25% dari volume
material cementious
b. Untuk elemen struktur beton lainnya disyaratkan menggunakan fly ash
ASTM C 618 dengan kadar maksimum 15% dari volume material
cementiuos.
1.8. Cementious Content Minimum
Minimum 375 kg/m3
1.9. Water Cementious Ratio Maksimum (w/cm ratio)
W/CM maksimum untuk beton yang dipergunakan untuk struktur bawah
adalah 0,45 dan struktur atas 0,5.
1.10. Slump Beton
a. Pondasi mat untuk Tower = 150mm, setting time dan slump
retention time beton harus disesuaikan dengan metode pengecoran.
Dalam segala kondisi, pastikan beton tidak mengalami
setting/mengeras saar proses pengecoran masihberlangsung. Tidak
boleh ad cold joint
b. Mat, pile cap, basement slab = 130mm
c. Dinding beton dan kolom = 160mm
d. Pelat dan balok = 130 mm
Tambahkan retarder secukupnya bila perlu
1.11. Selimut Beton
Elemen Struktur Kondisi permukaan Diameter Tebal selimut
minimum (mm)
Pelat dan Terlindung dari ≤D36 20
dinding cuaca
≥D44 40

Terbuka terhadap ≤D16 40


cuaca
≥D19 50

Balok, Kolom Terlindung cuaca 40


Boundary
Terbuka terhadap ≤D16 40
corewall dan
cuaca
shearwall ≥D19 50

Beton yang Dicor diatas tanah 75


berhubungan
Ada pasangan bata ≤D16 40
dengan tanah
dan lantai kerja
≥D19 50

1.12. Kerataan dan Kelurusan Permukaan Beton


a. F(F): Specified Overall Value (SOV) of 35; minimum localized Value
(MLV) of 2
b. F(L): specified Overall Value (SOV) of 25; Minimum Localized Value
(MLV) of 17
1.13. Baja Tulangan
a. Notasi D adalah tulangan ulir
1. Untuk tulangan dengan diameter 10mm dan 13mm menggunakan
ASTM Grade-75 (kuat leleh miminum 520 MPa) sesuai dengan ASTM
A615
2. Untuk tulangan dengan diameter lebih besar dari 13mm
menggunakan ASTM Grade-60 (kuat leleh minimum 420 MPa) sesuai
dengan ASTM A706 atau ASTM A615 dengan persyaratan tambahan
sebagai berikut:
i. Tegangan leleh actual berdasarkan mili test tidak melebihi 125
MPa dari tegangan leleh desain
ii. Rasio tegangan tensile actual terhadap tegangan leleh actual
tidak kurang dari 1.25
iii. Elongasi minimum dalam 200mm harus sedikitnya 14% untuk
tulangan dengan diameter 10-19mm dan sedikitnya 12% untuk
tulangan dengan diameter 22-36mm.
b. Notasi Φ adalah tulangan polos.
c. Wiremesh U-50 ( kuat leleh minimum 5000 kg/cm2) sesuai dengan SII
atau BS 4483
1.14. Kopler Mekanikal
a. Kopler mekanikal harus harus dapat mengembangkan Tarik dan tekan,
seperti disyaratkan minimum 1.25 fy baja tulangan
b. Kopler mekanikal harus dapat mengembangkan tegangan tensile actual
baja tulangan yang disambung
c. Tidak diijinkan menggunakan kopler dengan system threaded-
mechanical spilcing
1.15. Perawatan dan Perlindungan Beton
1.15.1. Menjaga kadar air dalam beton
1.15.2. Perlindungan terhadap tumbukan mekanis
2. Metode Konstruksi
2.1.1. Kebocoran karena Cacat Beton
a. Area yang berhubungan dengan tanah
b. Waterproofing untuk area toilet
c. Waterproofing untuk area kolam
d. Waterproofing untuk area dak atap dan canopy
e. Treatment setiap sparing pipa yang menembus pelat atau balok
beton dengan menggunakan epoxy mortar
f. Waterproofing area podium
2.1.2. Waterproofing
2.1.3. Waterstop
2.2. Perancah/Form work
2.2.1. Konstruksi Perancah
a. Kontraktor bertanggung-jawab atas konstruksi perancah.
Konstruksi perancah harus memperhitungkan beban terberat dari
kombinasi beban-beban berikut ini
b. Berat total perancah
c. Beban Selama masa konstruksi termasuk beban dinamis akibat
pengecoran, pemadatan dan lalulintas di atas perancah
d. Beban angin

2.2.2. Sistem Shoring dan Re-shoring


2.2.3. Sistem Formwork Corewall
3. Joint
3.1 Construction Joint
3.1.1. Lokasi construction joint harus diajukan oleh kontraktor dan
disetujui Konsultan. Lokasi construction joint harus sedemikian
sehingga tidak mengganggu integritas
3.1.2. Permukaan joint harus dibuat kasar sebelum pengecoran
3.1.3. Construction joint yang langsung menempel dengan tanah harus
tidak boleh bocor. (Tidak boleh ada aliran air yang terlihat). Gunakan
injectable hose with integral valves untuk menyegel construction joint
agar kedap air
3.2 Checimal Anchor
3.2.1 Chemical anchor yang digunakan adalh epoxy resin system atau
hybrid mortar system.
3.2.2 Nilai test tarik minimum yang dilakukan adalah sebesar F=0.9 x Fy
tulangan x A gross tulangan. Jumlah test yang harus dilakukan 3%
dari jumlah total. Jika terjadi kegagal, jumlah test yang harus
dilakukan 3% dari jumlah total. Jika terjadi kegagalan, jumlah test
akan ditambah
3.2.3 Nilai test Tarik ultimate (menggunakan anchor un-used) adalah
sebesar F = 1.25 x Fy tulangan x A gross tulangan. Jumlah test Tarik
Ultimate minimum adalah 3 buah untuk setiap diameter untuk
semua mutu beton.
3.2.4 Panjang pengangkuran adalah sesuai dengan sesuai dengan
perhitungan supplier berdasarkan perhitungan P Tarik = fy tulangan
x A gross tulangan, dengan panjang minimum adalah sebagai
berikut:
12 D : untuk tulangan ≥ D22 ; untuk 15D : untuk tulangan ≤ D19
D adalah diameter angkur yang digunakan.
Kegagalan Core harus diperhitungkan saat menentukan panjang
pengangkutan.
3.2.5 Chemical anchor harus tahan api selama 2 jam dan harus tipe seismic
(tahan beban gempa). Apabila menggunakan bahan hybrid mortar,
lubang pengeboran harus dijaga dalam keadaan kering.

4. Konstruksi Baja
4.1. Material Baja
 ASTM A36 untuk carbon steel, seperti terindikasi pada gambar
 ASTM A992 Grade 50 untuk baja high-strength low-alloy, seperti
terindikasi pada gambar
 ASTM A572 Grade 50 untuk pelat
4.2. Baut
 Seluruh sambungan baut menggunakan High-Strength Bolt
 High-Strength bolt sesuai ASTM A325, nut sesuai dengan ASTM
A153, dan washer sesuai dengan ASTM A436 tipe 1, medium
carbon, plain.
4.3. Las
4.3.1. Elektroda las harus memenuhi tipe rendah hydrogen E-90xx (hanya
untuk kingpost) dan #-70XX untuk bagian lain.
4.3.2. Pengendalian Kualitas dan Penjaminan Kualitas, kontraktor harus
menyerahkan:

4.3.3. Kriteria tambahan terkait pengelasan di bengkel dan di lapangan


sesuai bagian 5100 harus diaplikasikan.
4.4. Shear Stud
Standard BS-5400 AWS

Tensil.str(min) N/mm2 495 415

Yield Str (min) N/mm2 385 345

Elongation (min) % 18 20

4.5. Fire Proofing


Seluruh kolom dan balok baja harus di fireproofing menggunakan bahan
high dnsity cement based fireproofing, untuk ketahanan sesuai ketentuan:
 Kolom : ketahanan api selama 3 jam
 Balok : ketahanan api selama 2 jam
4.6. Perlindungan terhadap korosi
 Semua komponen struktur baja dan fastener permanen yang terbuka
terhadap cuaca harus di-galvanis sesuai dengan ASTM A123 dan
ASTM A153
 Informasi lengkap mengenai ketentuan finishing untuk baja struktur
mengacu pada spesifikasi teknik bagian 5100
4.7. Struktur Baja Terekspos Secara Arsitektural
Komponen struktur baja dan sambungan yang dikategorikan dalam struktur
baja terekspos secara arsitektural harus memenuhi persyaratan berikut
 Finish sesuai dengan bagian 10 dalam AISC 303-10 “Code of
Standard Practice for Steel Buildings and Bridges”
 Sampel mock-up dari sambungan las tipikal yang diminta atau
diperlukan harus diserahkan untuk diperiksa dan disetujui
 Harus di-fireproof menggunakan intumescent passive fire
protection coating. Untuk ketahanan api 2 jam.
4.8. Camber (pemiringan tumpuan)
Bila tidak ditunjukan gambar, camber minimum:
 Untuk balok, pengukuran daritengah, upward camber adalah 0.1%
dari bentang
 Untuk balok kantilever, lokasi pengukuran ujung bebas, 0.3% dari
panjang bentang
5. Monitoring dan Instrumentasi
Hal-hal sebagai berikut harus dimonitoring dengan pemasangan instrumentasi.
a. Pengukuran suhu mat foundation
b. Pengukuran pergerkan tanah dengan inclinometer pada 6 titik
pengamatan dilakukan minimum dua (2) kali dalam satu minggu sampai
seluruh pelat basement dan lantai ground di cor. Keenam pipa
inclinometer tersebut harus sudah dipasang oleh pihak lain.
c. Pengukuran muka air tanah pada piezometer/ observation well
minimum satu (1) kali sehari selama pekerjaan dewatering berlangsung
d. Penurunan bangunan satu kali setiap satu bulan sampai dengan serah
terima pertama.
e. Pengukuran tegangan besi tulangan pada mat foundation di delapan (8)
buah lokasi dengan menggunakan vibrating wire strain gauge (VWSG),
4 buah pada Mat Foundation Tower 1 dan buah pada Mat Foundation
Tower 2. Pengukuran dilakukan minimum 4 kali, yaitu pada saat setelah
pengecoran mat foundation (ketika suhu mat foundation sudah
mencapai suhu normal), pada saat dewatering dihentikan, pada saat
topping off, dan sebelum serah terima. Apabila pengukuran masih dapat
dilakukan 3-4 tahun setelahnya, maka pengukuran harus dilakukan
kembali minimum 1 kali
f. Pengecekan kebocoran pelat dengan tes siram pada lokasi pada lokasi
area yang dicurigai.
g. Pengukuran lendutan flat slab dan lantai tipikal pada titik yang
ditentukan
6. Dewatering
Dewatering harus dilakukan sampai lantai 11 an lantai basement sudah tertutup
semua (lantai dasar telah dicor dan tertutup seluruhnya) serta berumur minimum
14 hari. Sebelum pelaksanaan kontraktor wajib mengajukan metode kerja untuk
mendapatkan persetujuan dari manajemen konstruksi

Persyaratan Struktur atas bagian 3200:


Besi Tulangan Beton

Besi Tulangan adalah hot rolled steel bar, cold reduced steel wire atau steel fabric
yang mempunyai komposisi, manufaktur, sifat kimia dan fisis sesuai

1. Besi (tulangan)
a. Besi tulangan diberi label yang jelas sesuai dengan ‘bar schedule’ dan
acuan bar mark.
b. Hot rolled mild steel bar : sesuai dengan standar BS4449 atau ASTM
A615.
c. Hot rolled high yield steel deformed bar : sesuai degan standar BS4449
d. Cold reduced steel wire : sesuai dengan standar BS4482.
e. Tulangan pada eleme pemikul beban gempa harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
i) Kuat leleh actual berdasarkan pengujian tidak melampaui kuat
leleh yang ditentukan sebesar lebih dari 120MPa (uji ulang tidak
boleh memberikan hasil yang melampui harga ini sebesar lebih
dari 20 MPa)
ii) Rasio kuat Tarik actual terhadap kuat leleh aktua tidak kurang
dari 1.25
2. Fabric
a. Steel fabric : sesuai dengan standar BS4483
b. Steel wraping fabric : sesuai dengan standar BS4483
3. Penyediaan dan Pengujian
a. Sumber Besi tulangan yang akan dipakai harus mendapatkan
persetujuan dari manajer konstruksi
b. Jamin semua besi tulangan yang dikirim ke lapangan berasal dari satu
sumber
c. Selain mendapatkan persetujuan Manajer Konstruksi atas sumber besi
tulangan, juga bertanggung jawab pada pemenuhan spesifikasi
d. Pindahkan semua material yang tidak memenuhi syarat dari lapangan
e. Untuk persetujuan Dinas Pengawasan Pembangunan hal-hal berita
diserahkan segera setelah penandatanganan kontrak:
i) Sertifikat asli, dan pernyataan komposisi kimia besi yang
diperoleh dari pabrikan.
ii) Hasil pengujian untuk tiap-tiap diameter besi yang diperoleh dari
laboratorium pengujian lokasi yang independen sesuai dengan
ASTM A615 atau ASTM A706 atau SNI 07-2052-2002.
iii) Jumlah contoh uji sebagai berikut:
 Setiap kelompok yang terdiri dari nomor leburan dan
ukuran yang sama diambil satu contoh uji
 Setiap kelompok yang terdiri lebih dari satu nomor
leburan dari satu ukuran dan satu kelas baja yang sama,
diambil 1 contoh uji setiap 25 ton, sebanyak-banyaknya
5 contoh uji
 Contoh untuk uji sifat mekanis diambil sesuai dengan
kebutuhan, masing-masig maksimum 1500 mm yang
dipotong dari salah satu batang baja tulangan beton dan
tidak boleh dengan cara panas.

Setelah sertifikat dan hasil pengujian tersebut didapat agar diserahkan


ke Manajer Konstruksi segera sesudah penandatangan kontrak

4. Perlengkapan
a. Sediakan penjaga jarak dan dudukan untuk menahan tulangan agar tetap
dalam posisinya.
b. Penjaga jarak Selimut beton (tahu beton) dapat menggunakan salah satu
tipe (kecuali ditenukan lain):
 Beton : dibuat dengan agregat 10 mm, digunakan dalam
pekerjaan ekspos
 Mortar: dibuat dari semen-pasir dengan perbandingan 1:2
 Plastik: tipe diijinkan
c. Annealed Iron Tying Wire : 1.6 mm (16 SWG)
5. Campuran
Campuran debonding untuk besi dowel : 66% dari campuran bitumen panas
pen 200 dengan 14% minyak creosote, ketika dingin, dicampur ke dalam
cat secara konsisten dengan menambahkan 20% solvent naphtha atau
campuran lain yang diijinkan
6. Keahlian (umum)
a. Bagian lain : bagian ini terkait dengan semua bagian lain yang
berhubungan dengan konstruksi beton cor di tempat.
b. Penyimpanan tulangan diletakan dengan tidak menyentuh muka tanah
dan harus dicegah kontaminasi oleh material lain.
c. Kebersihan : pada waktu pengecoran beton, tulangan harus bersih dan
bebas bitnik karat, serpihan besi lepas, karat lepas, minyak dan bahan
lain yang dapat menyebabkan pengaruh negative pada tulangan, beton
atau ikatan diantaranya
d. Noda karat : mencegah kontak tulangan dari cuaca yang dapat
menyebabkan noda karat pada muka beton ekspos
7. Pemotongan dan Pembengkokan
a. Secara umum, pemotongan dan pembengkokan tulangan sesuai dengan
BS4466, bar schedule dan detail yang tersedia, kecuali diinstruksikan
lain
b. Galvanise tulangan yang digalvanis sesuai dengan BS729 dilakukan
setelah pemotongan tetpai sebelum pembengkokan tulangan.
c. Pembengkokan tulangan tanpa cara pemanasan (cold bending)
membengkokkan tulangan dengan mesin pembengkok yang disetujui
d. Pembengkokan kembali tidak diperbolehkan tanpa persetujuan
e. Penyesuaian : sediakan fasilitas alat pembengkok manual di lapangan
untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di tempat.
f. Tulangan yang menunjukan tanda-tanda retak tidak boleh digunakan.
g. Pembengkokan tulangan dengan cara pemanasan (hot bending) tidak
diijinkan.
h. Stek tulangan yang terpasang tidak boleh dibengkokan tanpa
persetujuan.
8. Perbaikan
a. Panjang lewatan atau tumpangan sesuai dengan instruksi jika detail
tidak ada pada gambar.
b. Panjang lewatan tulangan sekunder adalah 30 kali diameter tulangan.
c. Jaga tulangan pada posisi dengan kawat beton, klip besi atau las
setempat jika diijinkan. Bengkokan kawat kearah belakang menjauhi
cetakan
d. Las titik pada tulangan tidak diijinkan tanpa persetujuan manajer
konstruksi
e. Las titik pada tulangan galvaniss tidak diijinkan.
f. Toleransi selimut beton lebihdari 5 mm, tetapi tidak boleh kurang
g. Dudukan untuk tulangan atas pada pelat dipasang setiap jarak 1 m
kecuali didetailkan lain.
h. Penjaga jarak tulangan : tempatkan pada tulangan dinding setiap jarak 1
m kecuali didetailkan lain.
i. Penjaga jarak selimut beton harus disetujui tipe, ukuran dan posisinya
j. Tulangan tidak boleh disisipkan ke dalam beton yang sedang di tuang
k. Cetakan-cetakan dan garis cetakan tidak boleh rusak ketika pemasangan
tulangan.
9. Pengelasan pada sambungan structural
Las pada sambungan structural tidak diijinkan, kecuali dengan persetujuan
khusu Manajer Konstruksi.
10. Mechanical joints
a. Mechanical joint digunakan hanya pada posisi yang ditunjukan dalam
gambar, kecuali disetujui lain.
b. Metode pemasangan mechanical joint sesuai dengan rekomendasi
pabrikan.
c. Semua sambungan mechanical harus mampu menahan minimum 125%
dari kekuatan leleh besi tulangan.

Persyaratan struktur atas bagian 3300:

Beton

1. Umum
1.1.Lingkup kerja
a. Menyediakan mutu beton seperti yang ditunjukan pada gambar,
yang dijelaskan dalam spesifikasi, atau seperti yang diisyaratkan
untuk penyelesaian pekerjaan secara benar, mengacu kepada gambar
untuk menentukan lokasi dan jenis beton yang digunakan
b. Perawatan dan penyelesaian akhir, termasuk grouting dan pekerjaan
sacking
c. Pemasangan material yang tertanam di dalam beton selain dari besi
tulangan
d. Koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari bagian lain
e. Peletakan beton dasar untuk perlatan mekanikal
1.2.Keterkaitan dengan spesifikasi lain
Terkait dengan semua bagian lain mengenai konstruksi beton in situ
1.3. Referensi
Seluruh standard seperti ACI dan ASTM mengenai pelakasanaan dan
perawatan beton
1.4. Penjelasan
a. Beritahukan kepada Manajer Konstruksi tidak kurang dari 48 jam
sebelum pengecoran beton
b. Notasi pada gambar struktur adalah bagian dari spesifikasi ini
1.5.Mix-design Beton
a. Siapkan proporsi mix-design beton menurut ACI 318, bab 6
b. Kontraktor harus menyerahkan tiga Salinan mix-design beton
kepada Engineer untuk diperiksa untuk setiap mutu beton yang
tercantum dalam denah atau Spesifikasi ini. Masukan hal-hal brikut:
1. Jenis dan jumlah material
2. Slump
3. Kadar udara
4. Berat isi beton segar
5. Analisis gradasi Agregat
6. Kuat tekan beton
7. Lokasi pengecoran dalam struktur
8. Metode pengecoran
9. Metode curing/perawatan
10. Kuat tekan beton pada umur 7 dan 28 hari (pengetesan di ex
batching plant pondok indah)
11. Water cementious material ratio
c. Kontraktor harus menyerahkan sertifikat supplier beton, yang
menyatakan bahwamaterial yang digunakan telah memenuhi
spesifikasi ASTM. Mix-design yang tidak sesuai akan ditolak
d. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk persiapan mix design
beton
e. Untuk batch beton di lapangan, Kontraktor harus melakkan uji
perobaan pada mix design yang disetujui di laboratorium lapangan,
untuk mengetahui workability, slump, drying shrinkage, kekuatan,
dan kepadatan beton.
f. Setelah uji percobaan di laboratorium selesai dengan memuaskan,
percobaan skala penuh dengan peralatan dan mesin yang digunakan
dalam pekerjaan permanen harus dilakukan. Uji coba harus
dilanjutkan, mengubah mix design jika diperlukan, sampai hasilnya
sesuai dengan spesifikasi.
1.6.Trial Mix Awal
Sebelum pengecoran dimulai, Kontrak harus menyiapkan campuran
percobaan pendahuluan dengan kondisi produksi berada dalam skala
penuh, dengan menggunakan sejumlah contoh yang mewakili agregat,
semenm supplemental cementious material, dan admicture lainnya yang
akan digunakan. Kecuali ada ketentuan khusu dari engineer, untuk stiap
mutu beton harus dibuat 1 set yang terdiri dari 8 buah silinder yang harus
diambil dari 2 batch. Setiap setnya, 4 dari 8 silinder tersebut harus diuji
pada umur 7 hari dan 4 silinder lainnya pada umur 28 hari. Pengujian
harus dilakukan pada setiap batching plant yang akan menyediakan
beton untuk proyek.
Bila pengujin diusul dibawah 28 hari untuk keperluan kerja, 4 buh
silinder tambahan dari tiap batch dibuat, dirawat dan diuji sesuai aturan
percepatan.

Tambahan: untuk pengecoran pelat dan balok tower pengambilan


sampel tiap 25m3 yang datang, sementara pada pengecoran kolom dan
corewall setiap 10 m3 yang datang.
1.7.Slump
Desain beton dengan slump sesuai dengan Persyaratan khusus (bagian
190X). Pengujian slump harus dilakukan bersama dengan pengambilan
sampel beton.
1.8.Berat Satuan Beton Segar
Sediakan beton berat normal dengan berat isi beton segar adalah 2325
sampai dengan 2450 kg/m3.
2. Produk
2.1.Material
Material yang dibuat oleh manufktur khusus harus disetujui dan sesuai
dengan kualitas dan kinerja yang ditentukan manufaktur. Instruksi dan
spesifikasi yang ditertibkan oleh manufaktur material tersebut
merupakan bagian dari spesifikasi ini. Sediakan sertifikat dari
manufaktur atau supplier material yang sesuai dengan stanndar ASTM
dan ACI yang memenuhi persyarat dari edisi terakhir.
2.2. Kekuatan Beton
a. Sediakan kekuatan beton dan mutu betonnya seperti tercantum di
dalam gambar.
b. Gunakan mutu beton Bo untuk blinding, leveling, mud-slab, back
fill concrete, masonry fill dan lantai kerja.
2.3.Semen
a. Sediakan semen Portland jenis I sesuai dengan ASTM C150, SII
0013-82, NI-8, kecuali ditentukan lain. Gunakan hanya satu merk
semen dari setiap jenis yang disediakan oleh pabrikan yang
disetujui.
b. Semen dapat dikirim dalam kantong-kantong atau borongan.
Kantong-kantong tersebut harus disimpan dalam ruangan dengan
ventilasi alami di atas penopang yang dinaikan sekurang-
kuranganya 150mm dari permukaan lantai. Ruangan tersebut harus
dibangun dan semen disimpan sedemikian sehingga tidak terkena
hujan atau air yang akan mempengaruhi semen. Jika ada semen yang
basah, semen harus dibuang. Penyimpanan dibuat sedemikian rupa
sehingga pengiriman yang pertama bisa didahulukan pemakaiannya.
Semen yang disimpan lebih dari 60 hari tidak bisa dipakai lagi dalam
pekerjaan.
c. Semen borongan harus disimpan di dalam silo yang memiliki
ventilasi udara untuk menghindari penggumpalan sewaktu
pemakaian.
2.4.Agregat
a. Sediakan agregat halus yang bersih sesuai dengan ASTM C33, SII
dan SNI 2847. Sediakan agregat kasar yang bersih seperti gravel
atau batu pecah yang sesui dengan ASTM C33, SII dan SNI 2847
untuk berat beton normal. Ukuran agregat kasar sesuai dengan ACI
318.
b. Agregat bisa diperoleh dari penimbunan atau sumber-sumber alam
lain yang disetujui oleh manajer Konstruksi.
c. Agregat halus berupa pasir yang terbuat secara alami, dibersihkan,
digradasi dan diuji sesuai ASTM C33, ACI 318, SII dan SBI 2847.
d. Agregat kasar harus berupa pecahan granit, gravel atau batu pecah,
dibersihkan, digradasi, dan diuji sesuai ASTM C33, ACI 318, SII
dan SNI 2847.
2.5.Air
Air yang digunakan dalam beton harus bersih dan bebas dari zat yang
dapat merusak beton. Kualitas air diuji dan direkomendasikan oleh
institusi independen sebelum Manajer Konstruksi memberikan ijin
untuk pemakaian.
2.6.Air Entraining Agent
Sediakan air entraining agent, jika disyaratkan, menurut ASTM C260
2.7. Water Reducer
Sediakan water-reducing agent menurut ASTM-C494 dan harus
disetujui oleh Manajer Konstruksi
2.8. Klorida
Tidak boleh digunakan klorida dan nitrat dalam bentuk apapun pada
beton.
2.9. Curing Compound
a. Acrylic curing compound dengan kadar minimum 20% dapat
dipakai sesuai pilihan Kontraktor menurut ASTM 309
b. Wet curing juga diijinkan sesuai AASHO M 182
2.10. Akselerator
Sediakan akselerator non-chlorida sesuai ASTM G494
2.11. Retarder
Sediakan retarder menurut ASTM C494.
2.12. Joint Sealant
a. Sediakan high quality traffic bearing two-part polyurethane atau
polysulfide sealant
b. Kontraktor harus menyerahkan serifikat uji dari manufaktur untuk
setiap jeis joint kepada Manajer Konstruksi untuk disetujui.
3. Pelaksanaan
3.1.Pembuatan beton
Beton dari bahan campuran dan design mixes yang disebut disini
sebelum dispesifikasikan harus diukur, dikumpulkan dan dicampur di
plant, sesuai dengan SNI 2847 dan ACI.
a. Batching:
1. Proporsi campuran diukur tersendiri dengan timbangan dan alat
yang sesuai, corong dan mekanisme penimbangan harus
disediakan. Jika semen borongan digunakan, alat kedap air
terpisah, corong dan mekanisme penimbangan harus disediakan
juga. Satu set lengkap dari pemberat untuk pengujian
mekanisme penimbangan harus disimpan pada batching plant.
2. Mekanisme penimbangann harus akurat sampai setengah dari
stu persen pada kondisi operasional dan skala-skala harus
disedikan dan dapat dibaca dengan mudah oleh operator
3. Air harus ditambahkan kedalam campuran dari reservoir
terpisah dan harus benar-benar dikontrol dengan penyesuaian
terhadap kelembaban agregat. Jika bahan aditif diijinkan,
dispenser terpisah, seperti yang disediakan atau
direkomendasikan oleh manufaktur bahan aditif dan disetujui
oleh Manajer Konstruksi, harus digunakan.
b. Pencampuran
1. Mixing plant haarus memepunyai wadah (drum) yang dapat
menampung keseluruhan material dari batch dan air dan
mencampurnya hingga tercapai konsistensi yang homogeny
dalam jangka waktu yang data diterima. Jangka waktu ini harus
ditetapkan di lapangan dengan percobaan yang didasarkan pada
rekomendasi dari manufaktur mixer-plant
2. Wadah mixer harus berupa konstruksi yang sedemikian rupa
sehingga dapat mengeluarkan keseluruhan campuran dengan
cepat tanpa adanya tumpahan
c. Silinder
1. Kuat tekan beton harus ditentukan dengan pengujian silinder
standar diameter 150mm, 28 hari setelah pencampuran dan
dilakukan oleh pihak independen ketiga yang telah disetujui oleh
Manajer Konstruksi.
2. Sampel yang mewakili harus diambil dari beton segar untuk
membuat silinder uji dan setiap dampel harus diambil dari satu
batch.
3. Sampel harus diambil tepat sebelum beton dituangkan.
4. Jumlah sampel dari beton segar harus sedikitnya seperti yang
dispesifikasikan pada Tabel 1 dan sedikitnya 1 sampel harus
diambil dari setiap mutu beton yang diproduksi pada setiap hari.
5. Dari setiap sampel beton, minimum 4 silinder harus diambil
sesuai dengan ASTM.
6. Setiap silinder beton harus diberi nomor dalam urutan seri dan
nomor seri tidak boleh digandakan atau dihilangkan.
7. Setiap silinder harus cukup mengalami curing (perawatan) di
lapangan atau di laboratorium sampai siap untuk diuji.
8. Tujuh (7) hari setelah pencampuran, satu silinder harus diuji
untuk mengetahui kuat tekan beton.
9. 28 hari setelah pencampuran, 2 silinder harus diuji kuat tekannya
sesuai dengan ASTM dan rata-rata kuat tekan setiap pasangan
silinder yang dibuat dari sampel yang sama harus diambil
sebagai hasilnya. Silinder keempat harus disimpan sebagai
cadangan.
10. Silinder tambahan harus dibuat untuk menunjukan kekuatn
beton pada umur awal untuk memungkinkan terjadinya
formwork cycling
11. Silinder tambahan harus dibuat untuk menunjukan kekuatan
beton 56 hari yang dispesifikasikan
d. Kriteria penerimaan
1. Mutu beton yang dispesifikasikan harus dicapai jika hasil uji
individu dan hasil rata-rata dari seluruh overlapping set dari 3 uji
yang berurutan (setiap uji terdiri dari 2 silinder) mengikuti
kriteria yang dispesifikasikan dalam mutu beton seperti yang
ditunjukan gambar.
2. Jika ada lebih dari 4 hasil uji, rata-rata dari setiap set yang terdiri
dari empat uji yang berurutan harus diperiksa dan dihitung untuk
memenuhi setiap kali hasil uji baru diperoleh, dengan
menggunakan hasil uji itu dan 3 hasil uji terdahulu
3. Jika hanya ada 2 atau 3 hasil uji yang tersedia, hasil-hasil
tersebut harus disajikan untuk kepentingan dari butir ini seakan-
akan ada 4 uji yang berurutan
4. Tingkat kekuatan dari kelas individual beton dianggap
memenuhi jika kedua persyaratan berikut dipenuhi
a. Rata-rata kekuatan dari semua set yang terdiri dari 3 uji
kekuatan yang berurutan sama atau melebihi fc
b. Tidak ada uji kekuatan individu (rata-rata dari 2 silinder) di
bawah fc dengan lebih dari 3.5 MPa jika fc 35 MPa atau
kurang, atau dengan lebih dari 0.1 fc jika fc lebih besar dari
35 MPa.
e. Pengujian Core
1. Jika beton yang diperiksa secara visual di curigai atau mutu
beton yang dispesifikasikan tidak memenuhi persyaratan pada
butir 3.1 D, kuat tekan beton dalam struktur dapat
ditentukandengan mengebor sejumlah cores beton pada lokasi
yang cocok.
2. Jika disyaratkan, cores dengan diameter sekurang-kurangnya 2”
harus diuji sesuai dengan ASTM C42. Sekurang-kurangnya 3
cores yang mewakili haris diambil dari tiap elemen atau daerah
yang dianggap berpotensi kurang baik. Lokasi dari cores harus
ditentukan oleh engineer di tempat yang terjadi pengurangan
kekuatan struktur. Jika sebelum pengujian, satu atau lebih cores
menunjukan bukti telah terjadi kerusakan atau selama
pemindahan struktu, semua harus digantkan dengan core baru.
Beton pada daerah yang diwakili oleh core test akan
dipertimbangkan memenuhi syarat kekuatan apabila rata-rata
kekuatan core sama dengan paling sedikit 85% kekuatan fc yang
dispesifikasikan dan apabila tidak ada satu core pun yang lebih
kecil dari 75% kekuatan fc yang dispesifikasikan
3. Core yang dibor dari dalam beton harus disiapkan dan diuji
sesuai dengan method of obtaining and testing drilled cores and
saved beams of concrete (ASTM C42). Pada kasus tertentu, core
harus diambil untuk setiap uji tekanyang melebihi 500 psi pada
fc ditentukan.tidak ada penyesuaian yang boleh dilakukan untuk
kekuatan yang didapat dari pengukuran, sehubungan dengan
umur core pada saat diuji
3.2.Pengiriman dan Pengangkutan beton
a. Pengiriman beton dari mixing plant ke lapangan harus dilaksanakna
sedemikian sehingga segregasi dan kehilangan beton tidak terjadi
b. Rata-rata pengiriman, haul time, waktu pencampuran, dan kapasitas
corong harus sedemikian rupa sehingga semua campuran beton yang
dikirim harus ditempatkan dalam waktu tidak lebih dari Sembilan
puluh menit dari saat semen dan air dicampurkan ke dalam mixer.
3.3.Penambahan Air pada Pekerjaan di Lapangan
Penambahan air pada lapangan tidak diijinkan
3.4.Pengecoran Beton
a. Sediakan jadwal pengecoran dan serahkan kepada Manajer
Konstruksi untuk disetujui sebelum pekerjaan beton dimulai
b. Sebelum pengecoran beton, formwork, tulangan dan material yang
akan dibenamkan harus diteliti dan disetujui oleh Manajer
Konstruksi. Permintaan untuk penelitian harus diserahkan kepada
Manajer Konstruksi 48 jam sebelum penempatan coran beton
c. Deposit beton sedekat mungkin dengan posisi final pada lapisan
yang seragam tidak boleh melebihi kedalaman 30 cm. Tinggi jatuh
maksimum adalah 1.5 m. pisahkan form da tulangan dari percikan
beton sebelum pengangkatan berikutnya.
d. Jangan alirkan betn dengan vibrator. Gunakan elephant trunk, tremie
atau alat lainnya yang disetujui di mana drop melebihi 1.5m
disyaratkan. Segregasi tidak diijinkan
e. Cor plat lantai dan plat-plat lainnya sesuai ACI 302
f. Jangan gunakan perlatan aluminium dalam penempatan dan
finishing beton
g. Cor pelat yang dipertebal untuk partisi menyatu dengan pelat lantai
h. Siapkan tempat untuk deposit mix, pengangkutan, penempatan dan
perawatan beton sesuai ACI 301, ACI 304 dan ACI 318. Basahkan
formwork sebelum penempatan coran beton.
3.5.Batas Waktu
Beton harus dituangkan dalam waktu 90 menit setelah batching. Waktu
yang lebih lama antara batching dengan penuangan diijinkan, dengan
syarat bahwa tidak ada efek negative yang akan ditimbulkaan terhadap
campuran beton.
3.6.Konsolidasi beton
a. Konsolidasi beton sesuai ACI 301 dan ACI 309 segera sesudah dicor
b. Sediakan vibrator cadangan untuk keperluan mendadak di lapangan
selama pengecoran beton
c. Vibrator yang digunakan baik elektrik maupun pneumatic, jenis
immersion yang bekerja pada 7000 rpm untuk diameter kepala
virabrator < 180 mm dan 6000 rpm untuk diameter keala vibrator >
180 mm. Vibrator-vibrator tersebut harus mempunyai amplitude
yang cukup untuk menghasilkan konsolidasi yang cukup.
3.7.Curing
a. Aplikasikan prosedur curing sesuai persyaratan khusus
b. Beton dicuring sesuai dengan ACI 308. Pertahankan agar
permukaan beton tetap lembab. Apabila digunakan Acrylic curing
compound, gunakan sesuai dengan rekomendasi dari manufaktur
untuk permukaan beton yang tidak terlindungi selama 5 hari oleh
formwork. Jangan gunakan curing compound pada daerah yang
akan diaplikasikan material yang akan diaplikasikan material yang
tidak menempel pada beton yang telah dicuring dengan curing
compound kecuali apabila curing compound dapat larut dalam air
c. Prosedur curing basah adalah sebagai berikut:
Tempatkan kain basah dan polyethylene curing blankets pada
permukaan dan usahakan agar tetap lembab dengan menggunakan
sprinkler selama 7 hari. Pada suhu tinggi dan kondisi berangin,
hindari penguapan air campuran dengan cepat dan plastic shrinkage
cracking yang mungkin terjadi dengan menggunakan penghambat
penguapan atau fog cracking yang mungkin terjadi dengan
menggunakan penghambat penguapan atau fog spray pada cuaca
dingin ikuti prosedur yang direkomendasikan pada ACI 306 dan
ACI 308. Apabila sealer tidak digunakan setelah curing blanket
dilepaskan, semprotkan 2 lapis liquid membrane curing compound.
Apabila digunakan sealer, curing compound tidak diperlukan
d. Formwork yang berhubungan dengan beton harus dijaga agar tetap
basah selama periode curing. Apabila formwork dilepaskan dalam
periode curing, beton harus di curing sampai berakhirnya masa
curing tersebut dengan water curing atau bahan lain sesuai dengan
persetujuan Manajer Konstruksi

3.8.Kondisi lingkungan
Laksanakan pengecoran pda cuaca panas sesuai dengan ACI 305.
Lindungi beton dari kekeringan dan suhu berlebihan untuk 7 hari
pertama. Lindungi beton segar dari angin.

3.9.Kontrol dan Monitor Suhu Mass Concrete


a. Tindakan pencegahan yang diperlukan seperti yang disyaratkan,
harus dilaksanakan oleh Kontraktor untuk meyakinkan bahwa suhu
mass concrete pada saat pengecoran tidak melampaui 32oC pada saat
discharge, dan suhu maksimum beton selama curing tidak melebihi
81oC. Tindakan pencegahan seperti itu harus dipertimbangkan,
tetapi tidak terbatas pada hal-hal di bawah ini dan dimasukkan dalam
biaya Kontraktor:
1. Low-heat-of-hydration Portland atau blended cement
2. Pozzolan
3. Pengurangan suhu beton awal sampai ±10oC dengan cara
mendinginkan bahan-bahan campuran beton:
a. Endinginkan mixing water (air pencampur)
b. Meletakan es pada campuran
c. Mendinginkn agregat
4. Mendinginkan beton dengan menggunakan pipa pendingin yang
dibenamkan.
5. Menggunakan formwork untuk rapid head dissipation
6. Water curing
7. Low lifts, 1.5 m atau kurang, selama pengecoran.
b. Uji laboratorium dari manajer Konstruksi harus memonitor
peningkatan panas yang terjadi pada mass concrete selama periode
perawatan sampai saat tertentu yang memperlihatkan bahwa suhu
maksimum beton telah tercapai. Perbedaan suhu maksimum antara
interior dan permukaan beton tidak boleh dari 20oC.
c. Uji laboratorium harus menyerahkan metode monitoring
peningkatan suhu mass concrete kepada Manajer Konstruksi dan
Engineer untuk disetujui. Laporan akhir harus diserahkan dimana
laporan tersebut memperlihatkan hasil dari monitor suhu tersebut.
3.10. Construction Joint
a. Dapatkan persetujuan Engineer terlebih dahulu untuk penggunaan
construction joint. Sediakan construction joints sesuai dengan ACI
318. Tempatkan joint sehingga tidak terlalu mengurangi kekuatan
struktur.
b. Sediakan construction jenis key way dengan kedalaman 38 mm pada
ujung dari tiap penempatan untuk pelat lantai, balok, dinding dan
pondasi dangkal
c. Buang partikel-partikel lepas dan latency dari permukaan sebelum
menempatkan lapisan beton selanjutnya. Kasarkan permukaan
sampai kedalaman yang cukup untuk mengekspos beton yang baik
3.11. Control Joint
a. Dapatkan persetujuan Engineer untuk penempatan control joint.
Jangan gunakan control joints pada framed floor atau pelat
komposit.
b. Sediakan control joints pada slab on grade dengan jarak tidak lebih
dari 6 m. koordinasikan lokasi dengan pekerjaan lainnya. Control
joint dapat dipotong apabila pemotongan dilaksanakan dalam 24 jam
setelah penempatan beton. Pemotongan harus dengan kedalaman
sama dengan ¼ tebal pelat dengan lebar 3mm. Tulangan utama tidak
boleh diteruskan melewati control joints.
c. Sediakan control joint pada dinding dengan jarak ±7,5 m.
Koordinasikan lokasi dengan Engineer. Control joint harus
berbentuk V groove, keduanya menghadap ke dinding, dengan
kedalaman minimum 20 mm
d. Untuk pelat yang luas dan pengecoran dinding, construction joints
harus digunakan untuk mengurangi retak yang diakibatkan oleh
panas dan penyusutan. Kontraktor harus menyerahkan rencana dan
jadwal yang menunjukan lokasi dan jadwal pengecoran beton,
construction joints dan pour strips sebelum pekerjaan dimulai. Pour
strip tidak boleh dicor sampai minimum 7 hari setelah panel yang
berdekatan dicor. Kontraktor harus memberi waktu unntuk hal ini
dalam jadwalnya
3.12. Pemotongan Beton
Persetujuan tertulis dari engineer harus didapat sebelum pemotongan
beton yang diperlukan untuk pemasangan pekerjaan lain.
3.13. Penutupan dan Perbaikan
a. Tidak ada pekerjaan perbaikan atau penutupan yang dilakukan tanpa
persetujuan CM
b. Beritahukan CM setiap daerah rusak yang akan ditutup atau
diperbaiki. Metode perbaikan yang diajukan oleh kontraktor harus
ikut memperhitungkan jadwal pekerjaan yang telah disetujui.
3.14. Finishing Struktur Beton
a. Sediakan berbagai jenis finishing struktur beton seperti
diperlihatkan pada gambar dan yang dispesifikasikan di sini
b. Permukaan beton cor di tempat yang diekspos pada finishs structure,
baik dicat maupun tidakm harus diberi smooth rubbed finish.
Buatlah permukaan menjadi halus dan seragam serta bebas dari form
patches, fins, protusions, bulges, form nailing dimples, edge grain
mark, cleanout pockets, dan daerah permukaan yang berongga
c. Metal ties, termasuk form spreaders harus dipotong dan lubangnya
akan ditutup. Tutup apabila diperlukan, bekas lubang form tie
dengan sempurna sehingga tidak terlihat perbedaannya. Penutupan
pada beton bertekstur harus dilakukan secara manual dengan tangan
seperti disyaratkan agar cocok denngan permukaan yang
disambung.
d. Beton yang tidak diekspos dapay ditutup dan diberbaiki untuk
menutup bagian keropos dan permukaan yang rusak kemudian
ratakanlah sehingga menyatu dengan permukaan di sekitarnya.
e. Permukaan yang tersembunyi harus meliputi beton di bawah lapisan
penutup dan beton yang akan ditutup dengan lapisan penutup yang
bukan cat atau material penutup lainnya yang fleksibel, dan
tersembunyi dari pandangan pada finished structure.
3.15. Finishing Pelat Lantai Beton
Lihat spesifikasi teknis arsitektur
3.16. Pekerjaan Pengujian
a. Tempat penyimpanan yang aman atau ruangan harus disediakan
oleh kontraktor utama untuk menyimpan silinder beton selama
curing. Ruangan harus memiliki spasi yang cukup untuk
mengakomodasi fasilitas yang dibutuhkan dan silinder yang dirawat.
Kontraktor harus menyerahkan detail dari ruangan penyimpanan
atau ruangan kepada Manajer Konstruksi untuk disetujui Ruangan
harus dilengkapi dnegan pintu yang kuat dank unci dengan mutu
yang baik. Jalan masuk ke ruangan harus dibatasi/dijaga untuk
manajer konstruksi dna orang yang khusu diberi kekuasaan oleh
Manajer Konstruksi
b. Sampel dari uji kekuatan harus dilaksanakan sesuai SNI 2847, NI-2,
ASTM C-172, ASTM C-31
c. Apabila ada kemungkinan mutu beton dinyatakan rendah dari
perhitungan menunjukan bahwa kapasitas bebann mungkin
dikurangi, maka agar ditentukan metode pengujian untuk
membuktikan daya dukung beton yang actual. Pengujian yang
dilakukan harus sesuai dengan peraturan-perautran berikut.
Pengujian yang dilakukan harus disetujui terlebih dahulu oleh
Engineer.
1. Hammer test harus sesuai dengan peraturan ASTM C-305
2. Test core drill harus sesuai dengan peraturan ASTM C42
3. Uji pembebanan harus sesuai dengan peraturan SBI 2847 dan
ACI 318

Anda mungkin juga menyukai