Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Dalam menghadapi dunia kerja, seorang lulusan sarjana strata 1


tidaklah cukup jika hanya menerima pendidikan teoritis dibangku kuliah
saja. Ada berbagai pengetahuan penting yang dapat diperoleh dari
pengamatan visual di lapangan, seperti proses dan kegiatan konstruksi,
keterampilan berkomunikasi dan kerja sama dalam tim.

Dalam upaya

untuk memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman pada


mahasiswa, maka diadakan program kerja profesi.
Kerja profesi merupakan bentuk kegiatan yang memberikan gambaran
nyata dunia kerja kepada mahasiswa, dengan jalan terlibat langsung pada
kegiatan

konstruksi.

Berbekas

pengalaman

kerja

profesi,

maka

mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan teoritis, namun juga memiliki


pemahaman dan kemampuan praktis sebagai bekal memasuki dunia
kerja.
Dengan latar belakang tersebut, maka program Studi Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Jaya bekerja sama dengan perusahaan yang
bergerak di bidang konstruksi yaitu PT. Jaya CM selaku Konsultan
Manajemen Konstruksi pada proyek SOHO@Podomoro City yang
berlokasi di Jalan S. Parman Kav. 23, Jakarta barat, memfasilitasi
mahasiswa untuk melakukan kegiatan kerja profesi. Di samping itu kerja
profesi juga merupakan salah satu syarat yang di tetapkan bagi
mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Pembangunan Jaya
untuk menyelesaikan studinya.

1.2.

Maksud Dan Tujuan Kerja Profesi

Maksud dari Kerja Profesi antara lain:


1. Belajar mengimplementasikan ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan langsung ke dunia kerja
2. Penyerapan teknologi yang berkembang dalam proses konstruksi
3. Sarana komunikasi langsung dalam dunia kerja
4. Syarat kelulusan mata kuliah kerja profesi
Tujuan dari Kerja Profesi antara lain:
1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai kegiatan
konstruksi

beserta

berbagai

aspeknya

melalui

pengamatan

langsung di lapangan.
2. Mengasah keterampilan dan kemampuan mahasiswa, terutama
kerja sama dan komunikasi, baik lisan maupun tulisan melalui
keterlibatan langsung di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman bagaimana

cara

menyelesaikan

masalah yang muncul di lapangan baik yang berkaitan dengan


masalah teknis maupun non teknis
4. Mampu menjelaskan secara rinci dan mendetail mengenai proses-

proses yang terjadi dalam suatu proyek, mulai dari proses


perencanaan, proses pembangunan, dan pengendalian mutu suatu
konstruksi.
1.3.

Kegunaan Kerja Profesi

Manfaat dari kegiatan kerja profesi antara lain:


1. Bagi Penulis:
Memiliki kesempatan untuk mengimplementasikan ilmu yang

didapat selama perkuliahan langsung ke dunia kerja


Memperoleh gambaran nyata dunia kerja dan pengalaman

dalam bidang konstruksi


Untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan studi
strata

satu

pada

jurusan

Teknik

Sipil

Universitas

Pembangunan Jaya.
2. Bagi perusahaan:

Memiliki

hubungan

instansi/perusahaan

kerja
terkait

sama
dengan

yang
pihak

baik

antara

Universitas

Pembangunan Jaya.
3. Bagi pihak lain:
Sebagai bahan informasi dan perbandingan untuk penulisan
1.4.

laporan.
Tempat Kerja Profesi
Kerja profesi bertempat di proyek yang sedang dikerjakan oleh PT

JAYA CM yaitu Soho@Podomoro City yang berlokasi di jalan S.Parman


kav. 23, Jakarta Barat. PT Jaya CM merupakan anak perusahaan dari PT
Pembangunan Jaya yang bergerak dalam bidang konstruksi, khususnya
Planning and feasilibty study, Design and engineering, project cost plan
and quantity surveying, project management, construction management
and site supervision dan EPCM (Engineering, Procurement, Construction
Management).

sumber: PT Jaya CM
Gambar 1.1 Lokasi Proyek.

1.5.

Jadwal Kerja Profesi

Kerja profesi dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2014 hingga 6


September 2014, bertempat di site office yang berdekatan dengan lokasi
proyek SOHO @ Podomoro City, jalan S. Parman kav. 23, Jakarta Barat.

1.6.

Lingkup Pekerjaan

Laporan kerja profesi ini disusun berdasarkan hasil pembelajaran dan


pengamatan di proyek selama pelaksanaan Kerja Profesi tanggal 23 Juni
2014 hingga 6 September 2014. Penulisan laporan ini penulis ambil dari
sudut pandang asisten inspektur struktur. Selama di proyek SOHO@
Podomoro City, hal-hal yang diamati diantaranya alat dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan konstruksi, gambar for-construction,
mengamati metode pelaksanaan, pekerjaan struktur, arsitektur dan
plumbing, serta memepelajari peraturan K3 yang berlaku pada proyek
tersebut. Karena keterbatasan waktu pelaksanaan Kerja Profesi maka
tidak memungkinkan bagi penulis untuk mengamati proses konstruksi dari
awal hingga akhir.

BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT KP

2.1.

Sejarah Perusahaan
PT Jaya CM adalah divisi Construction Management dari PT

Pembangunan

Jaya

Group

yang

telah

berdisi

sejak

1961.

PT

Pembangunan Jaya Group merupakan perusahaan yang berdiri atas kerja


sama

pemerintah

DKI

Jakarta

dengan

swasta

bertujuan

untuk

pengembangan wilayah DKI Jakarta. Pada awalnya PT Jaya CM bertugas


sebagai penyedia jasa Construction Management untuk proyek internal
yang di kerjakan oleh PT Pembangunan Jaya Group. Namun, banyaknya
permintaan dari perusahaan lain akan jasa PT Jaya CM sebagai
perusahaan konsultan manajemen, membuat PT Pembangunan Jaya
Group meresmikan PT Jaya CM sebagai perusahaan konsultan
manajemen yang independen dan merupakan merupakan unit usaha dari
PT Pembangunan Jaya Group di tahun 1983.

Berikut adalah jajaran dewan komisaris (board of commissoners)


dari PT Jaya CM:

Ir. Edmund Sutisna, MBA


Ir. Soekrisman
Ir. H. KRMH. Daryanto Mangoenpratolo Yosodiningrat
Dipl. Ing. Yayat Tanumihardja
Untuk Jajaran dewan direksi (Board of direction) PT jaya CM

adalah sebagai berikut:

Ir. Bambang Santoso, sebagai presiden direktur


Ir. Budi Sianipar, sebagai direktur

Lingkup jasa yang ditawarkan oleh PT Jaya CM antara lain:

Planning and Feasibility Study

Design and Engineering

Project Cost Plant and Quantity Surveying

Project

Management,

Construction

Management

and

Site

Supervision

2.2.

EPCM (Engineering, Procurement, Construction Management)


Struktur Organisasi

2.2.1. Struktur Organisasi Proyek


Terdapat beberapa pihak yang saling bekerja sama dalam proses
konstruksi proyek SOHO@Podomoro City. Pihak-pihak tersebut memiliki
peran dan tanggung jawab masing-masing demi keberhasilan proyek.
Pihak-pihak tersebut adalah:

Owner

: PT. Tiara Metropolitan Indah

Konsultan Perencana :
- Konsultan Arsitektur
- Konsultan Struktur
- Konsultan M/E
Konsultan MK
Kontraktor Utama

: PT. Anggara Architeam


: PT. Gistama Inti Semesta
: PT. Meco Systech Internusa
: PT. Jaya CM
: PT. Nusa Raya Cipta

Berikut adalah alur koordinasi organisasi proyek:

sumber: PT Jaya CM
Gambar 2.1 Alur koordinasi organisasi proyek.

Keterangan :
Kontrak
Instruksi
Koordinasi

2.2.2. Deskripsi Pekerjaan Organisasi Proyek


A.

Pemilik
Pemilik merupakan seorang atau badan usaha pemerintah/swasta

ataupun pihak tertentu yang mempunyai gagasan, dana dan menghendaki


suatu

pekerjaan

dikerjaan

oleh

pihak

lain

sehubungan

dengan

kepentingan sang pemilik. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh PT. Tiara
Metropolitan Indah selaku pemilik adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan

biaya

pada

saat

perencanaan

dan

proses

pelaksanaan proyek
2. Meproses tagihan dan membayar biaya pelaksanaan sesuai
dengan yang tertera pada kontrak
3. Memberikan tugas kepada kontraktor

untuk

melaksanakan

pekerjaan proyek
4. Memberikan tugas kepada konsultan pengawas untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan proyek
5. Membantu kontraktor dan konsultan untuk berkoordinasi kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
Sedangkan hak-hak yang diperoleh oleh owner adalah sebagai berikut:
1. Membuat surat perintah kerja (SPK)
2. Memperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis yang
telah disetujui
3. Menolak hasil pekerjaan yang diserahkan oleh kontraktor apabila
hasil pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dokumen
penawaran
4. Menerima as built drawing saat serah terima pekerjaan
5. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan
6. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak yang terlibat dalam
proyek jika tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan isi
surat perjanjian kontrak
B.

Konsultan
Pihak konsultan dalam proyek dibedakan menjadi dua yaitu,

konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana


adalah pihak yang ditugaskan oleh owner untuk membantu proses desain
proyek sampai dengan menghitung volume kebutuhan yang tertuang pada
BoQ (Bill of Quantity). Adapun kewajiban dari konsultan perencana adalah
sebagai berikut:
1. Memproyeksikan keinginan pemilik ke dalam desain,
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan
3. Menyesuaikan gambar kerja yang diinginkan pemilik dengan
keadaan di lapangan
4. Membuat rencana anggaran biaya konstruksi
7

5. Melakukan perubahan desain jika diperlukan


6. Bertanggung jawab atas desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditugaskan oleh pemilik
untuk mengawasi proses pelaksanaan konstruksi yang dilaksanakan oleh
kontraktor agar sesuai dengan desain yang ditetapkan. Adapun kewajiban
dari konsultan pengawas adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan

pengawasan

secara

rutin

selama

masa

pelaksanaan konstruksi
2. Membuat laporan pekerjaan kepada owner
3. Mengoreksi dan menyetujui shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan konstruksi
4. Memberikan saran kepada owner ataupun kontraktor dalam
pelaksanan konstruksi
5. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek
material yang diusulkan oleh kontraktor
Hak dari konsultan pengawas sebagai berikut:
1. Menegur pihak kontraktor jika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
yang direncanakan
2. Memberikan peringatan
pelaksanaan
3. Menghentikan

jika

pelaksanaan

terjadi

pekerjaan

penyimpangan
jika

kontraktor

dalam
tidak

memperhatikan peringatan yang diberikan


4. Memeriksa shop drawing dari kontraktor
C.

Kontraktor
Kontraktor adalah pihak yang ditunjuk owner untuk melaksanakan

proses konstruksi sesuai apa yang diinginkan owner yang tertuang pada
dokumen kontrak. Kewajiban yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor
antara lain:
1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah di tetapkan dalam kontrak
8

2. Membuat laporan mengenai perkembangan pelaksanaan proyek


yang meliputi laporan harian, mingguan dan bulanan untuk di
serahkan kepada owner
3. Menyediakan tenaga kerja, alat, bahan material, dan peralatain
lainya yang digunakan pada proses konstruksi sesuai dengan
spesifikasi teknis yang ada
4. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati
5. Menjamin keselamatan dan keamanan para pekerja
Sedangkan hak yang didapat oleh kontraktor adalah:
1. Mendapatkan kepastian pembayaran setelah pelaksanaan sesuai
dengan kontrak
2. Mendapat jaminan asuransi untuk tenaga kerja yang melaksanakan
konstruksi

2.2.3. Struktur Organisasi Konsultan Manajemen Konstruksi

sumber : PT. Jaya CM


Gambar 2.2 Struktur organisasi Konsultan manajemen konstruksi.

2.2.4. Deskripsi Pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi


1. Kepala Proyek
Tanggung Jawab:
1. Menjamin terlaksananya proyek sesuai rencana dan aspek mutu,
waktu dan biaya
2. Menjamin tertibnya administrasi
3. Menjamin terlaksananya laporan internal dan external
4. Menjamin tercapainya effisiensi dan produktivitas
Tugas:

10

1.
2.
3.
4.

Membuat organisasi proyek, perencanaan tenaga kerja


Membuat Master Schedule dan Master Construction Plan
Melakukan pengendalian biaya proyek
Membagikan dan memonitor tugas-tugas Field Engineer dan Field

5.
6.
7.
8.
9.

Coordinator
Melaksanakan Pemeriksaan lapangan secara berkala
Melakukan pengendalian waktu dan updating Master Schedule
Membuat laporan manajemen bulanan hingga akhir proyek
Membuat sertifikasi/pembayaran sub konsultan
Menyelenggarakan rapat pra-pelaksanaan dan rapat koordinasi

proyek
10. Menyiapkan bahan untuk kick of meeting PT JAYA CM
11. Menyetujui/menolak dan/atau merekomendasikan material yang
dianjurkan kontraktor, perubahan-perubahan baik dari aspek waktu
maupun biaya.
Hak dan Wewenang:
1. Menandatangani surat-surat keluar atas nama perusahaan dalam
aspek pelaksanaan proyek yang berkaitan dengan pihak terkait
(diluar kebijakan perusahaan)
2. Peringatan tertulis pertama kepada bawahan
3. Memberikan sanksi kepada kontraktor sesuai ketentuan dalam
kontrak
4. Menandatangani (menyetujui/menolak) usulan/persetujuan material
2. Field Engineer
Tanggung Jawab:
1. Menjamin kualitas gambar dan aspek teknis hasil review dari
aspek:
a) Kemudahan pelaksanaan
b) Kelengkapan desain
c) Koordinasi desain
2. Menjamin kualitas shop drawing dan approval material yang
mengangkut aspek aspek system, estetika dan teknis sehingga
dapat dilaksanakan sesuai dengan dokumen kontrak

11

3. Menjamin seminimal mungkin terjadinya pekerjaan tambah/kurang


(perubahan) diluar permintaan pemilik/perencana
4. Menjamin persetujuan material sesuai dengan

dokumen

pelaksanaan dan keberadaan material tersebut dipasaran


Tugas:
1. Fase desain
a) Memeriksa gambar dan spesifikasi teknis dari aspek kemudahan
dalam pelaksanan, koordinasi , kelangkapan dan filosofi desain
b) Memberikan engineering judgement terhadap desain
c) Mengevaluasi usulan alternatif desain dari kemudahan dalam
pelaksanaan proyek dan waktu pelaksanaan
d) Memeriksa dan menyetujui hasil final review
2. Fase pelaksanaan:
a) Memeriksa dan evaluasi shop drawing yang menyangkut aspek
sistem, estetika dan teknis
b) Memeriksa, mengevaluasi dan merekomendasikan hasil tes
material dan tes pelaksanaan
c) Secara berkala melaksanakan pemeriksaan dan evaluasi hasil
pelaksanaan

pengawasan

pekerjaan

dan

membuat

laporan/rekomendasi kepada CM
d) Mengevaluasi dan merekomendasikan usulan perubahan dari
aspek teknis, estetika dan system

3. Field Coordinator
Tugas dan tanggung jawab:
1. Membantu Construction Manager dalam mengawasi pelaksanaan
proyek
2. Berkordinasi dengan inspector dalam pengawasan pelaksanaan
pekerjaan.
12

3. Memeriksa laporan dan hasil pekerjaan kontraktor (monitoring


schedule)
4. Membuat laporan kemajuan pekerjaan dilapangan (updating
schedule)
5. Memberikan teguran apabila pekerjaan tidak sesuai dengan shop
drawing/terjadi kesalahan dilapangan
4. Inspektor
Tanggung Jawab:
Menjamin tercapainya hasil pengawasan pekerjaan sesuai prosedur yang
telah ditetapkan (kebenaran seperti, pengisian form checklist, dan lainlain)
Tugas:
1. Monitoring realisasi pelaksanaan terhadap schedule rencana dan
melaporkan kepada field coordinator secara berkala
2. Melakukan pengawasan pelaksanaan dengan menggunakan
checklist dan melaporkan penyimpangan/permasalahan (harian)
3. Mengawasi pelaksanaan pengujian material/pekerjaan dan
memeriksa kebenaran laporan hasil pengujian
4. Monitoring pengajuan contoh material sesuai jadwal rencana
5. Membuat laporan mingguan mengenai:
a) Material
b) Peralatan
c) Tenaga Kerja
d) Kegiatan Utama
6. Memeriksa kebenaran data shop drawing terhadap dokumen
pelaksanaan dan/atau kondisi lapangan
7. Menyiapkan data-data perubahan pekerjaan akibat penyesuaian
kondisi site
Hak dan Wewenang:
1. Menanda tangani memo biru/peringatan pertama kepada kontraktor
2. Menanda tangani laporan harian kontraktor
5. Supporting team

13

1.

Membantu Construction Manager dalam penyusunan laporan

2.

mingguan/bulanan
Mengurus administrasi/surat menyurat yang berhubungan dengan

pengawasan pelaksanaan proyek


3. Membuat pembukuan dokumen
2.3. Kegiatan Umum PT Jaya CM
Kegiatan umum PT Jaya CM pada proyek ini tertuang pada kontrak
kerja pekerjaan jasa konsultan manajemen konstruksi antara PT.
Agung Podomoro Land, Tbk. dengan PT. Jaya CM nomor:
014/KK/APL/CP-E/III/2012 yaitu sebagai penyedia jasa konsultan
Manajemen Konstruksi. Adapun lingkup layanan jasa dan lingkup
pekerjaannya meliputi pekerjaan Jasa Konsultan Manajemen
konstruksi

(Construction

Management)

pada

Proyek

Soho@Podomoro City (SOHO, Universitas, Retail dan Parkir)


dengan GFA = 254.000

m2 .

2.3.1. Tahap Pra Konstruksi


1. Menyusun jadwal kerja induk (master schedule) pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dengan memperhatikan keterkaitan masingmasing bagian pekerjaan
2. Memberikan informasi dan usulan kepada konsultan A/E dalam
setiap tahapan perencanaan terutama dalam aspek ekonomis,
keamanan,

kemudahan

pelaksanaan,

dan

kemudahan

pemeliharaan
3. Mengkaji ulang hasil perencanaan (gambar, spesifikasi teknis
maupun data teknis lainnya) dari aspek-aspek kelengkapan
dokumen, batasan lingkup, dan koordinasi
4. Memonitor kemajuan pekerjaan dan memberi masukan agar proses
perancangan bisa menghasilkan rancangan yang memadai untuk
dilaksanakan proses tender dan pelaksanaan di lapangan termasuk
di dalamnya aspek mutu rancangan, kecukupan, kelengkapan,
kemudahan, dan keamanan

14

5. membantu Pemilik dan konsultan Quantity Surveyor dalam proses


pelelangan dari aspek teknis seperti:
membuat rencana induk jadwal pelaksanaan pelelangan
mempelajari semua dokumen pelelangan dan membantu
penyiapan

dokumen

lelang

yang

tepat

waktu

serta

memperkenalkan kondisi lapangan kepada peserta lelang.


Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi terhadap
penawaran peserta lelang dari aspek lingkup pekerjaan, metode
pelaksanaan, keamanan pelaksanaan, dan kesesuaian bahan

6.
7.
2.3.2.
1.

yang diusulkan dengan spesifikasi.


Pempersiapkan prosedur pelaksanaan pekerjaan
Ikut serta dalam rapat koordinasi teknis selama tahap perancangan
Tahap Konstruksi
Menyusun, menyesuaikan, mengawasi, dan mengendalikan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang harus diikuti oleh Kontraktor dan
membuat sistem monitoring yang tepat dan handal untuk dapat

mengantisipasi keterlambatan pekerjaan oleh Kontraktor.


2. Menyusun, mengawasi dan mengendalikan jadwal pelaksanaan
pekerjaan dan membuat sistem monitoring yang tepat dan handal
untuk dapat mengantisipasi keterlambatan penyelesaian pekerjaan
oleh pihak Kontraktor
3. Membantu Pemilik

dalam

mengatur

pengadaan

fasilitas

infrastruktur atau utilitas meliputi air kerja, listrik kerja, sambungan


telepon,

bedeng

pekerja,

dan

fasilitas

toilet

pekerja

dan

memastikan semua kebutuhan tersebut sudah mencakup dalam


kontrak pekerjaan Kontraktor
4. Mengevaluasi, mengarahkan dan mengawasi sistem keamanan
internal dan eksternal dalam lingkungan proyek
5. Menyusun sitem dan prosedur administrasi yang mengatur
hubungan

antara

Konsultan,

menerapkan prosedur

Kontraktor,

pemasok

setra

yang telah disepakati bersama setelah

mendapatkan persetujuan dari Pemilik


6. Mengatur distribusi dokumen/gambar perencanaan ke pihak
Kontraktor dan Konsultan

15

7. Mengkoordinir dan memastikan pelaksanaan program Keselamatan


dan Kesehatan Kerja
8. Mengawasi dan memepertanggungjawabkan agar pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor sesuai dengan
gambar, spesifikasi, biaya dan waktu yang telah di tetapkan
9. Memeriksa gambar for construction sebelum diserahkan kepada
pihak Kontraktor
10. Melakukan monitoring atas pengadaan/pemesanan material utama
yang

dilakukan

oleh

pihak

Kontraktor

dan

Pemilik

agar

kedatangannya tepat waktu dan sesuai spesifikasi


11. Mengkoordinasikan dan memeriksa kemajuan pekerjaan dan
menandatangai berita acara pemeriksaan kemajuan pekerjaannya
jika telah sesuai dengan kontrak
12. Bertanggung jawab terhadap: rencana kerja, gambar kerja (shop
drawing), contoh hasil pekerjaan, contoh material yang diajukan
Kontraktor dengan referensi dokumen kontrak dan spesifikasi
teknis
13. Mempersiapkan dan mengirim laporan mingguan dan bulanan
mengenai kemajuan pekerjaan disertai dengan foto-foto lapangan,
permasalahan yang timbul dan perkiraan penyelesaian proyek.
14. Mengecek dan menilai semua klaim dari Kontraktor dan pihak
lainnya agar kepentingan Pemilik tidak dirugikan
15. Mempersiapkan, mengkoordinir dan memeriksa

pelaksanaan

perbaikan daftar cacat sebelum proses serah terima pertama dari


Kontraktor kepada Pemilik
16. Menginstruksikan Kontraktor membuat gambar terlaksana (as build
drawing),

memeriksa

dan

mempertanggungjawabkan

kebenarannya
17. Membantu pihak Pemilik dalam mendapatkan Ijin Penggunaan
Bangunan
18. Mempersiapkan dan menyerahkan laporan Akhir Proyek kepada
pihak Pemilik sebanyak 3 (tiga) set
2.3.3. Tahap Pemeliharaan

16

1. Mempersiapkan,

mengkoordinir,

mengawasi

dan

menerima/

menolak hasil pekerjaan defect list dimasa pemeliharaan 3 (tiga)


bulan pertama
2. Mengkoordinasikan, merangkum dan mengkaji ulang semua
sertifikat/garansi petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta
dokumen teknis lainnya yang terkait dengan peralatan yang
terpasang

17

BAB III
PELAKSANAAN KERJA PROFESI

3.1.

Bidang Kerja
SOHO @ Podomoro City dibangun di atas lahan seluas 2,3 Ha

yang terdiri dari SOHO (Small Office Home Office) setinggi 40 lantai yang
akan berdiri diatas NEO SOHO yang merupakan mal ekstensi dari Central
Park, dan di sampingnya terdapat Soho capital dan office Tower. SOHO @
Podomoro City merupakan bagian dari Podomoro City - Superblock, yang
terdiri dari APL Office Tower, Garden Shopping Arcade, Pullman Hotel,
Apartemen, dan Mall Central Park. Dengan dikelilingi oleh fasilitas
tersebut membuat SOHO @ Podomoro City menjadi pilihan yang tepat
untuk bisnis dan rencana investasi.
SOHO @ Podomoro City Complex adalah proyek akhir untuk
melengkapi Podomoro City secara keseluruhan. Bertempat di kawasan
premium dan strategis yaitu tepat di tepi jalan S. Parman yang memiliki
aksesibilitas tinggi dan dekat dengan Bandara Internasional SoekarnoHatta, jalan tol dalam kota dan jalan tol Jakarta-Merak. Selain itu, berada
di area yang sama dengan Central Park Mall, sebagai salah satu mall
mewah di distrik Jakarta Barat.

18

sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.1 3D view soho@podomoro city.

3.2.

Pelaksanaan Kerja
Selama di proyek Soho@Podomoro City, penulis mengamati

beberapa hal mulai dari gambar for-construction yang merupakan hasil


dari tahap perencanaan, metode pelaksanaan pekerjaan struktur,
pekerjaan arsitektur dan plumbing serta mempelajari peraturan K3 yang
diterapkan pada proyek. Namun dalam penulisan laporan ini penulis
membatasi lingkup pembahasan hanya pada peninjauan alat dan bahan,
perancangan struktur, metode pekerjaan struktur, analisa daya dukung
tiang pancang, pengendalian kualitas (quality control) dan peraturan
mengenai K3 yang berlaku pada proyek tersebut.
3.2.1.

Peninjauan Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan


Berikut adalah beberapa alat yang digunakan pada proyek untuk
membantu proses konstruksi di lapangan, antara lain:

19

1. Drop Hammer
Merupakan alat berat yang digunakan untuk menanam pondasi tiang
pancang. Hammer yang digunakan adalah type JWD 65 dengan
kapasitas 6.5 ton.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.2 Drop hammer.

2. Tower Crane
Digunakan untuk mempermudah pengangkutan material berat di
lingkungan proyek. Tower crane yang digunakan memiliki kapasitas 2.4
ton.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.3 Tower crane.

3. Mobile Crane
Fungsi dari mobile crane mirip dengan tower crane, Perbedaan
keduanya yaitu mobile crane dapat berpindah-pindah tempat namun
berkapasitas kecil, biasanya mobile crane diperlukan untuk proses
pemasangan tower crane.

20

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.4 Mobile crane.

4. Truck Mixer
Truck mixer digunakan untuk mengangkut beton dari tempat
pembuatan beton ke lokasi proyek, Selama perjalanan tangki berisi
adukan beton yang harus terus berputar agar adukan beton tetap
homogen. Truk yang digunakan pada proyek ini berkapasitas 7

m3

sumber: dok. Pribadi


Gambar 3.5 Truck mixer.

5. Bucket Cor
Wadah yang digunakan untuk membawa adukan beton untuk di
tuang ke lokasi pengecoran yang diangkut menggunakan tower
crane. Kapasitas bucket cor yang digunakan pada proyek ini 0.8
m

21

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.6 Bucket cor.

6. Concrete pump
Digunakan untuk memompa beton dari truk ke area pengecoran.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.7 Concrete pump.

7. Compressor
Compressor digunakan untuk membersihkan area cor sebelum
melakukan pengecoran.
8. Back hoe
Back hoe merupakan alat berat yang digunakan untuk menggali
atau menguruk tanah. Bentuknya berupa traktor beroda yang
memiliki lengan dan diujungnya terdapat sekop untuk menggali
atau menguruk tanah.

22

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.8 Back hoe.

9. Vibrator
Setelah proses pengecoran, agar adukan beton menempati seluruh
area coran hingga ke sudut perlu bantuan vibrator sehingga ketika
beton telah setting tidak berongga ataupun keropos.
10. Theodolite
Alat ini digunakan surveyor untuk menentukan titik-titik as elemen
struktur.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.9 Theodolite.

11. Waterpass
Digunakan untuk memastikan suatu permukaan dalam keadaan
rata dan lurus atau tidak.
12. Perancah (scaffolding)
Perancah atau scaffolding berupa konstruksi pipa besi yang
digunakan untuk menopang bekisting pelat lantai dan balok.

23

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.10 Pemasangan scaffolding.

13. Bending machine


Alat untuk melengkungkan besi tulangan sesuai dengan bentuk yang
tertera pada spesifikasi gambar.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.11 Bending machine.

14. Bar cutter


Alat yang digunakan untuk memotong tulangan sesuai dengan
kebutuhan.
15. Bekisting
Bekisting merupakan alat yang digunakan untuk mencetak beton
kolom, balok atau pelat lantai pada saat proses pengecoran. Untuk
kolom menggunakan bekisting pelat besi, sedangkan bekisting balok
dan pelat lantai menggunakan papan multiplek.

24

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.12 Bekisting.

2.

Bahan
Bahan atau material pokok yang digunakan untuk proses konstruksi

pada proyek ini antara lain:


1. Beton ready mix
Merupakan adukan beton siap pakai yang biasanya disediakan
oleh kontraktor.Penggunaan beton ready mix mempermudah
pelaksanaan di lapangan, tanpa harus memikirkan pekerja
tambahan untuk membuat adukan beton di lapangan. Proyek ini
menggunakan ready mix dari PT. Pionir Beton. Berikut adalah
material penyusun beton ready mix:
a. Semen yang merupakan bahan pengikat hidrolis
b. Agregat campuran yang merupakan material pengisi beton
biasanya berupa batu kerikil, pasir, batuan pecah.
c. Air sebagai bahan pencampur antara semen dan agregat agar
semen dapat mengeras dan mengikat agregat.
Mutu beton yang digunakan pada proyek ini bervariasi, tergantung
fugsi dari struktur beton, mulai dari

f 'C

= 30 - 55 MPa.

25

2. Besi tulangan
Besi tulangan yang digunakan pada proyek ini bervariasi mulai dari
besi berdiameter 10 hingga diameter 32 milimeter. Tulangan ulir
dengan diameter lebih besar atau sama dengan 10 mm menggunakan
mutu baja dengan tegangan leleh 4000 kg/ cm

. Tulangan polos

dengan diameter lebih kecil dari 10mm menggunakan mutu baja


2
dengan tulangan leleh 2400 kg/ cm .

3. Wiremesh
Besi wiremesh merupakan besi yang dirangkai berbentuk jaring-jaring
persegi empat seperti anyaman yang dapat digunakan sebagai
pengganti besi beton bertulang pada struktur plat lantai.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.13 Wiremesh.

4. Papan multiplek
Merupakan papan berlapis yang digunakan sebagai bekisting pelat
lantai dan balok. Plywood yang digunakan pada proyek ini memiliki
tebal 18mm.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.14 Papan multiplek.

26

5. Additive
Additive yang digunakan adalah zat tambahan yang digunakan pada
campuran beton. Additive yang digunakan yaitu bond agent dan
retarder. Bond agent digunakan pada sambungan antara beton lama
dan beton baru, sebelum proses pengecoran sambungan beton yang
sudah ada disiram dengan cairan tersebut agar lekatan keduanya lebih
kuat. Sedangkan retarder digunakan pada beton ready mix untuk
memperlambat pengerasan beton, retarder yang digunakan adalah
merk sika dengan jenis Antisol S.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.15 Antisol S.

3.2.2.

Perancangan Struktur Bawah


Berdasarkan hasil uji kondisi tanah, disimpulkan bahwa pondasi

yang cocok dan sesuai dengan kondisi daya dukung tanah adalah pondasi
tiang pancang pada Mall dan untuk Gedung Soho menggunakan bored
pile. Beberapa alasan di gunakannya pondasi tiang pancang yaitu
pekerjaannya yang relatif cepat, kualitas tiang pancang terjamin karena
tiang tersebut merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan dapat
dikontrol sesuai kebutuhan.Pada proyek ini mutu beton untuk tiang
pancang adalah 45 MPa.

27

sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.16 Denah pondasi tiang pancang.
Tabel 3.1 Detail spesifikasi tiang pancang.
DIMENSI TIANG

DAYA DUKUNG
TEKAN
(Ton/Pile)

DAYA DUKUNG
TARIK (Ton/Pile)

PANJANG
TIANG EFEKTIF
(m)

JUMLAH TIANG

500x500 mm

200

27

819

sumber: PT Jaya CM

Sedangkan pondasi bored pile digunakan pada Gedung Soho.


Karena Gedung Soho berlantai banyak sehingga dibutuhkan daya dukung
tanah

yang

besar,

apabila

menggunakan

tiang

pancang

akan

membutuhkan banyak tiang dan sambungan sehingga dipilih pondasi


bored pile.

28

Sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.17 Denah pondasi bored pile.
Tabel 3.2 Detail spesifikasi bored pile.
DIMENSI TIANG

DAYA DUKUNG
TEKAN
(Ton/Pile)

DAYA DUKUNG
TARIK (Ton/Pile)

PANJANG
TIANG EFEKTIF
(m)

JUMLAH TIANG

1200 mm

700

300

45

48

Sumber: PT Jaya CM

3.2.3.

Perancangan Struktur Atas

3.2.3.1

Perancangan Kolom

Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang


berfungsi memikul beban vertikal, beban horizontal, maupun beban
momen yang berasal dari beban struktur itu sendiri maupun beban
tambahan. Dimensi kolom di tentukan berdasarkan beban yang diterima
oleh masing-masing kolom.
Kolom yang digunakan Gedung Soho pada proyek ini adalah kolom
persegi dan lingkaran dengan kekuatan

f 'C

= 40 MPa. Detail tulangan

dan dimensi kolom dapat dilihat pada gambar berikut:

29

sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.18 Contoh detail penulangan kolom persegi.

sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.19 Contoh detail penulangan kolom lingkaran.

3.2.3.2.
Balok

Perancangan balok
merupakan

elemen

struktur

yang

terbebani

secara

transversal, biasanya balok menopang beban dari pelat lantai diatasnya


kemudian di salurkan ke kolom.
Dimensi balok yang digunakan bervariasi mulai dari 300x700
mm2 hingga 600x800

mm2

dengan mutu beton

f ' C = 40 MPa dan

menggunakan tulangan ulir berdiameter 10, 22 dan 25 mm

sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.20 Contoh detail penulangan balok.

30

3.2.3.3.

Perancangan Pelat Lantai

Pelat lantai merupakan elemen struktur yang menumpang pada


balok. Jika desain pelat lantai tidak baik bisa menyebabkan lendutan saat
ada beban yang bekerja pada lantai tersebut.
Tebal pelat lantai bervariasi dari 150 hingga 180 mm, dengan mutu
beton f ' C = 40 MPa dan tulangan ulir diameter 10 mm.

sumber: PT Jaya CM
Gambar 3.21 Contoh detail penulangan pelat lantai.

3.2.4.

Metode Pelaksanaan

3.2.4.1.

Pekerjaan Pondasi Pancang

Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang berfungsi


menerima beban dari struktur atas dan menyalurkan beban tersebut ke
tanah. Adapun langkah pelaksanaan pondasi tiang pancang dapat dilihat
pada gambar 3.21:

31

Gambar 3.22 Langkah pelaksanaan pondasi tiang pancang.

Proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut:


1. Persiapan lokasi pemancangan
Lokasi pemancangan harus mampu menopang alat pemancang dan
memiliki tanah yang rata. Jika permukaan tidak rata dapat dilakukan
penggalian atau pengurukan terlebih dahulu untuk meratakan tanah.
2. Persiapan alat pancang
Pelaksana harus menyiapkan alat pancang dengan kondisi baik yang
mampu memukul pancang hingga kedalaman yang telah ditentukan.
Alat pancang yang digunakan pada proyek ini berupa drop hammer
dengan berat 6.5 ton.

32

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 2.23 Drop hammer.

3. Penyimpanan tiang pancang


Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi pemancangan dan mudah
dijangkau oleh alat. Tiang pancang disusun seperti piramida, dan tidak
boleh menyentuh tanah langsung.
4. Pemancangan
Kepala pancang harus dilindungi dengan bantalan topi untuk meredam
pukulan dari alat. Tiang pancang dikaitkan pada sling yang terdapat
pada alat, lalu ditarik hingga tiang pancang berdiri sambil diatur
ketegakan tiang pancang baru kemudian pancang siap di pukul.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.24 Proses mendirikan tiang pancang.

33

Jika diperlukan lebih dari satu buah tiang pancang untuk mencapai
kedalaman tertentu, maka perlu dilakukan penyambungan tiang
pancang.
5. Penyambungan tiang pancang
Untuk memudahkan proses penyambungan sebaiknya tiang pancang
di sisakan setinggi kurang lebih 50cm. Penyambungan dilakukan
dengan mengelas keempat sisinya.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.25 Proses pengelasan tiang pancang.

6. Kalendering tiang pancang


Kalendering dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir atau ketika
tiang hampir mendekati top pile yang di tentukan. Berikut adalah
tahapan proses kalendering:
1) Tempel kertas millimeter

blok

pada

tiang

pancang

menggunakan selotip
2) Tempelkan ujung spidol pada kertas
3) Lanjutkan proses pemukulan/pemancangan
4) Setiap pukulan geser spidol kearah kanan lakukan hingga
pukulan ke sepuluh
5) Dari kalendering dapat terlihat grafik penurunan yang terjadi
pada pancang
6) Lakukan 2 kali agar hasil yang diperoleh lebih presisi.

34

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.26 Kalendering.

3.2.4.2.

Pekerjaan Kolom

Pada proyek ini kolom yang digunakan ada 2 bentuk yaitu, persegi
dan silinder. Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek ini
secara keseluruhan sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada
masing-masing tipe kolom berbeda-beda. Langkah teknis pada pekerjaan
kolom adalah sebagai berikut:
1. Penentuan as kolom
Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan
yang dilakukan oleh surveyor. Penentuan titik disesuaikan dengan gambar
kerja

yang

telah

direncanakan.

Aat-alat

yang

digunakan

untuk

menentukan as kolom berupa Theodolit, meteran, tinta/cat, dan lain-lain.


Proses pelaksanaan:
1. Penentuan as kolom

dengan

Theodolit

berdasarkan shop

drawing dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan


2. Buat as kolom dari garis pinjaman
3. Pemasangan patok as bangunan/kolom (tanda berupa garis)

35

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.27 Theodolite (kiri) dan tanda sebagai as kolom (kanan)

2. Pembesian kolom
Proses pembesian pada proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja
2. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama, perlu
diperhatikan diameter dan jumlah tulangan harus sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan, dan diberi tanda untuk pemasangan
sengkang
3. Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan
antara tulangan utama dan sengkang di ikat oleh kawat
4. Setelah semua terpasang dengan benar, lalu dipasang beton
deking, tebal beton deking untuk kolom adalah 40mm

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.28 Proses pembesian tulangan kolom.

36

3. Pemasangan bekisting kolom


Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan
pembesian tulangan telah selesai dilaksanakan.
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai proses pembuatan bekisting
kolom:
1. Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom
2. Membuat garis pinjaman dengan menggunakan Theodolite dari as
kolom sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya
3. Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda pada lantai
sesuai dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai
acuan dalam penempatan bekisting kolom
4. Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting
5. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan
sengkang.
6. Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada
7. Atur ketegakan bekisting kolom
8. Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap
dicor

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.29 Bekisting kolom.

4. Pengecoran kolom

37

Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut:


1. Persiapan pengecoran
a) Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor
harus

benar-benar

bersih

dari

kotoran

agar

tidak

membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton.


2. Pelaksanaan pengecoran
a) Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang
dihubungkan

dengan

pipa

tremi

dengan

3
kapasitas bucket sampai 0.9 m . Bucket tersebut diangkut

dengan

menggunakan Tower

crane untuk

memudahkan

pengerjaan
b) Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan
untuk

menghindari

terjadinya segregasi yaitu

pemisahan

agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses


pengecoran

berlangsung,

menggunakan vibrator.

Hal

pemadatan
tersebut

beton

dilakukan

dilakukan

untuk

menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai


pemadatan yang maksimal

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.30 Proses pengecoran kolom.

5. Pembongkaran bekisting kolom


Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran
bekisting. Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut:

38

1. Setelah beton berumur satu hari, maka bekisting kolom sudah


dapat dibongkar.
2. Pertama-tama, cetakan dipukul-pukul dengan menggunakan palu
agar lekatan beton pada cetakan dapat terlepas.
3. Kendorkan baut pengikat (penyangga bekisting), lalu lepas push
pull.
4. Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga
rangkaian/panel bekisting terlepas.
5. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera
diangkat dengan tower crane ke lokasi penyimpanan awal.
6. Perawatan beton kolom
Setelah beton jadi, maka untuk menjaga mutu beton agar tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah
dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.
3.2.4.3.

Pekerjaan Pelat Lantai dan Balok

Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah


selesai dikerjakan. Pada proyek ini sistem balok yang dipakai adalah
konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe yang berbeda-beda.
Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok induk) dan balok
anak.
Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi
yang direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting,
pengecoran sampai perawatan.
1. Tahap persiapan balok dan pelat
a) Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan
ketinggian balok dan

pelat.

Pada

pekerjaan

ini

digunakan

Theodolite.
b) Pembuatan Bekisting
Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan
pekerjaan, kerena dilaksanakan secara bersamaan. Pembuatan
panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam

39

pemotongan plywood harus

cermat

dan

teliti

sehingga

hasil

akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat.
c) Pengadaan scaffolding
Scaffolding berfungsi untuk menopang bekisting pelat lantai bagian
bawah. Jumlah scaffolding harus cukup untuk menopang seluruh
bagian pelat lantai.
d) Pabrikasi besi
Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan
sesuai kebutuhan gambar menggunakan bar cutter dan bar
bending. Pembesian balok ada yang dilakukan sebelum proses
bekisting ada pula yang dirakit diatas bekisting yang sudah jadi.
Sedangkan pembesian plat dilakukan dilakukan di atas bekisting
yang sudah jadi.
2. Tahap pekerjaan balok dan pelat
Pengerjaan balok dan pelat dilakukan secara bersamaan dan
berikut adalah tahap-tahap pekerjaan balok dan pelat.
a) Pekerjaan Bekisting Balok
1) Scaffolding dengan masing-masing

jarak

100

cm disusun

berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk


bekisting balok maupun pelat lantai
2) Memperhitungkan ketinggian scaffolding

balok

dengan

mengatur base jack dan u-head pada scafollding


3) Pada u-head dipasang balok kayu (girder) sejajar dengan arah
menyilang dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm
dengan

arah

melintangnya, kemudian dipasang plywood sebagai alas balok

40

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.31 Base Jack (kiri) dan u-head (kanan).

4) Setelah itu, plywood dipasang sebagai bekisting balok dan


dikunci dengan siku.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.32 Pemasangan bekisting balok.

b) Pekerjaan Bekisting Pelat


Tahap pekerjaan bekisting pelat adalah sebagai berikut:
1) Scaffolding pelat

disusun

berjajar bersamaan

dengan

scaffolding untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi daripada


balok maka scaffolding untuk pelat lebih tinggi daripada balok
dan

diperlukan main

frame tambahan

dengan

menggunakan Joint pin.


2) Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga
dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan
siku. Plywood dipasang

serapat

mungkin,

sehingga

tidak

41

terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat


pengecoran
3) Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan
solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada
bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai
untuk pekerjaan berikutnya.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.33 Scaffolding.

c) Tahap Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai
selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat
menggunakan waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk
balok dan pelat sudah siap.
d) Pembesian Balok
1) Untuk
Pembesian

balok

pada

awalnya

dilakukan

pabrikasi/dibentuk sesuai gambar kerja kemudian diangkat


menggunakan tower crane ke lokasi yang akan dipasang
2) Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas
bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom
3) Pasang beton decking 40mm untuk jarak selimut beton pada
alas dan samping balok lalu diikat

42

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.34 Proses pembesian pada balok.

e) Pembesian Pelat
Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah tahap
pembesian pelat, tahapan pembesian pelat lantai antara lain:
1) Dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap.
Besi

tulangan

diangkat

menggunakan tower

crane dan

dipasang diatas bekisting pelat


2) Kemudian pasang tulangan sesuai dengan gambar, rakit
pembesian

dengan

tulangan

bawah

terlebih

dahulu.

Selanjutnya ikat pertemuan tulangan atas dan bawah


menggunakan kawat ikat
3) Letakkan beton deking antara tulangan bawah pelat dan
bekisting alas pelat. Pasang juga tulangan kaki ayam antara
untuk tulangan atas dan bawah pelat

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.35 Pembesian pelat lantai.

43

f) Pengecekan
Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan
checklist/ pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa
untuk pembesian balok adalah diameter dan jumlah tulangan
utama, diameter, jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan
beton decking. Untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah,
penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah dan jarak
tulangan ekstra, perkuatan (pada lubang-lubang di pelat lantai,
beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya.
3. Tahap pengecoran pelat dan balok
a) Administrasi Pengecoran
1) Setelah bekisting dan pembesian siap, pelaksana mengecek
ke lokasi atau zona yang akan dicor
2) Setelah semua bekistingterpasang, pelaksana membuat izin
cor dan mengajukan surat izin ke konsultan pengawas
3) Kemudian tim pengawas melakukan pemeriksaan di lokasi
yang diajukan dalam surat cor
4) Lalu konsultan pengawas menandatangani surat izin cor
tersebut, setelah pekerjaan sesuai dengan syarat teknis
5) Surat izin cor dikembalikan kepada pelaksana dan pengecoran
boleh dilaksanakan.
b) Proses Pengecoran Pelat Lantai dan Balok
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran
balok. Peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok
diantaranya yaitu: bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja, papan
perata.

Adapun

proses

pengecoran

pelat

sebagai

contoh

pengamatan yaitu adalah sebagai berikut:


1) Setelah mendapatkan Ijin pengecoran, engineer menghubungi
pihak batching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan
volume yang dibutuhkan di lapangan
2) Pembersihan ulang area yang

akan

dicor

dengan

menggunakan air compressor sampai benar benar bersih

44

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.36 Pembersihan area pengecoran.

3) Truck Mixer tiba di proyek dan laporan ke satpam kemudian


petugas dari PT. Pioneer Beton menyerahkan bon penyerahan
barang yang berisi waktu keberangkatan, kedatangan, dan
volume. Selanjutnya mempersiapkan satu keranjang dorong
untuk mengambil sampel dan dilakukan test slump yang
diawasi oleh pelaksana dan pihak pengawas
4) Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk
membersihkan bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran
sebelumnya
5) Setelah dinyatakan siap maka pengecoran dilaksanakan
6) Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran
berlangsung, diambil Beton yang keluar dari truk kemudian
dituang ke bucket lalu bucket diangkut dengan tower crane
7) Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas
bucket membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton
segar ke area pengecoran

45

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.37 Proses pengecoran pelat lantai dan balok.

4. Tahap pelepasan bekisting balok dan pelat lantai


Pelepasan bekisting balok dan pelat lantai dilakukan setelah balok dan
pelat mampu menahan beban sendiri, yang diperoleh dari hasil kuat tekan
benda uji pada hari ke 7, 14, dan 28.. Pembongkaran bekisting balok dan
pelat lantai menggunakan linggis secara bertahap mulai dari pinggir
kearah tengah bentang.
5. Tahap perawatan beton
Setelah beton jadi, maka untuk menjaga mutu beton agar tetap terjaga
dilakukan perawatan beton. Perawatan beton dilakukan menggunakan
kuas roll yang sudah dibasahi, dilakukan 2 kali sehari selama seminggu.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.38 Proses perawatan beton.

3.2.5. Pengendalian Mutu (Quality Control)


46

Pengendalian mutu merupakan bagian dari manajemen proyek


yang bertujuan mengawasi dan memonitor pelaksanaan konstruksi agar
tidak terjadi penyimpangan. Pada kerja profesi ini penulis hanya
mengamati beberapa pengujian saja, seperti slump test, uji kuat tekan
beton, pengendalian mutu pekerjaan.
1. Slump test
Slump test bertujuan untuk mengetahui kekentalan adukan beton.
Kekentalan adukan beton berpengaruh terhadap workability suatu
pekerjaan pengecoran. Nilai slump yang diijinkan pada proyek ini adalah
12 2 cm.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.39 Slump test.

2. Uji kuat tekan beton


Pengujian kuat tekan beton dilakukan menggunakan sampel benda uji
yang diambil langsung dari truk semen pada saat akan dilakukan
pengecoran kemudian di cetak menggunkaan cetakan berbentuk silinder
dengan diameter 15cm. Sampel diambil secara acak sebanyak 4 atau 5
kali setiap 10 truk semen, Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada
umur 7, 14 dan 28 hari, bertujuan untuk mengetahui apakah kuat tekan
beton sesuai dengan spesifikasi yang dipakai.
47

3. Pengendalian mutu pekerjaan


Pengendalian mutu pekerjaan dilakukan dengan cara mengawasi
proses pekerjaan berlangsung. Beberapa hal yang diperhatikan antara
lain kebersihan area cor dan penggunaan vibrator pada proses
pengecoran, pengecekan tulangan jarak antar tulangan, jumlah dan
diameter tulangan.
3.2.6. Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Proses konstruksi umumnya memiliki resiko tinggi terhadap
terjadinya kecelakaan kerja khususnya bagi para pekerja bangunan, maka
dari itu perlu adanya Sistem Menejemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja untuk mencegah atau mengurangi terjadinya potensi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
3.2.6.1.

Misi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Mengendalikan kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan,
penyakit akibat kerja dan kebakaran dengan meninggalkan

produktifitas, efisiensi dan kesehatan karyawan.


Mengusahakan kondisi bebas dari kemungkinan terjadinya

kecelakaan, penyakit akibat kerja dan kebakaran.


Melaksanakan penerapan UU No.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja semaksimal mungkin.


Syarat-sarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan.
Mencegah terjadinya kebakaran.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
Memberi akses jalan untuk penyelamatan bilamana terjadi

kebakaran atau kejadian lainnya yang berbahaya.


Memberi pertolongan pada kecelakaan.
Memberi atau membuat rasa aman kepada setiap orang yang

memasuki area proyek.


Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja

baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi penularan.


Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

3.2.6.2.

48

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya.


Mengamankan atau merawat segala jenis bangunan.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penyimpanan barang.


Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman

pada

pekerjaan yang berbahaya kecelakaan menjadi bertambah


3.2.6.3.

tinggi.
Sistem Manajemen K3 Proyek SOHO@Podomoro City
Jakarta Barat

Adanya Sistem manajemen K3 bertujuan untuk melindungi


segenap sumber daya manusia yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dengan target Zero
Accident
Sistem manajemen K3 senantiasa berusaha untuk:

Memadukan seluruh unsur K3 ke dalam tugas dan tanggung

jawab dari masing-masing personal.


Memadukan seluruh unsur K3 pada setiap proses dan tahapan

pelaksanaan konstruksi.
Mengidentifikasi seluruh resiko yang akan timbul dari setiap

pelaksanaan dan melakukan pencegahan semaksimal mungkin.


Menghindari penggunaan material dan perlengkapan yang tidak
aman.

Menekan sekecil mungkin dampak negatif dan kerusakan


lingkungan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan proyek.

3.2.6.4. Tata Tertib K3 Proyek SOHO @ Podomoro City Jakarta


Barat
a. Keluar masuk proyek seluruh karyawan/tamu harus melewati
pintu resmi serta memakai ID Card (bagi karyawan, staff) dan

49

bagi pekerja menunjukkan Kartu Safety Induction (KSI) serta


memakai alat pelindung diri yang diwajibkan (helm dan sepatu).
b. Seluruh kepala bagian dan mandor wajib mempunyai foto copy
identitas diri (KTP) pekerja yang masih beraku untuk keperluan
registrasi.
c. Seluruh staff dan pekerja diharuskan mengikuti training (Safety
Induction) pelaksanaan program K3 oleh Safety Officer.
d. Khusus untuk pekerjaan beresiko kecelakan tinggi seperti:
1) Pemasangan/pembongkaran dan pengoperasian alat angkat
2)
3)
4)
5)

dan angkut.
Pemasangan dan pembongkaran scaffolding.
Pekerjaan pengelasan (pekerjaan panas).
Pekerjaan pada ruang tertutup.
Pekerjaan galian.

6) Pekerjaan di ketinggian beresiko kecelakaan jatuh, dan lainlainnya wajib mlengkapi surat izin bekerja (SIB) ke bagian
safety/K3 untuk diadakan identifikasi bahaya, penegendalian
dan penilaian resiko (IBPR).
e. Sebelum beraktifitas (pagi hari) kepala bagian/mandor wajib
memberi pengarahan perihal K3 kepada seluruh pekerjanya.
Pada waktu bekerja/berada di area konstruksi:
1) Mematuhi peraturan yang berlaku.
2) Berpakaian sopan (memakai celana panjang dan baju).
3) Memakai alat pelindung diri sesuai dengan resiko yang
dihadapi.
4) Agar dikoordinasikan terlebih dahulu apabila ada pekerjaan
yang bersamaan pada satu tempat, antara pekerja di atas
dan di bawah.
5) Senantiasa menjaga lokasi kerja tetap bersih.
f. Pekerjaan memakai alat bantu:
50

1) Bekerja di atas ketinggian 2 meter harus memakai safety


belt/ safety harness.
2) Jika terdpat bahan mudah terbakar harus disediakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR).
3) Alat bantu yang digerakkan dengan listrik harus dicek
terlebih dahulu sebelum dioperasikan (sudah aman untuk
dipakai).
4) Pengoperasian alat bantu harus orang yang terlatih yang
ditunjuk oleh kepala bagian masing-masing.
g. Hal pemakaian listrik:
1) Hanya divisi mekanik yang berwenang mengoperasikan
listrik.
2) Kabel-kabel listrik harus rapi, diamankan minimal 2 meter
dari lantai kerja sehigga kabel-kabel tidak terinjak-injak
pekerja dan terendam air.
3) Dilarang mengkaitkan kabel pada rangkaian scaffolding.
4) Sambungan-sambungan kabel tidak boleh kendor dan harus
memakai isolasi standar.
5) Seluruh panel dan alat bantu listrik yang sifatnya tidak
bergerak harus diardekan.
6) Peralatan listrik harus standar PUIL yang telah ditetapkan.
h. Dilarang menyimpan cairan mudah terbakar tanpa seizing
manajemen proyek.
i. Dilarang merusak, memindahkan dan atau menyalahgunakan
fasilitas-fasilitas K3 seperti: pagar pengaman, rambu-rambu
peringatan, tutup-tutup opening shaff, jarring pengaman, APAR,
bak sampah, dan lain-lain.
j. Dilarang menjemur pakaian di lokasi proyek.
k. Dilarang merokok di area proyek kecuali di tempat yang telah
disediakan.
51

l. Dilarang mengkonsumsi narkoba atau melakukan tindakan yang


sifatnya merugikan diri sendiri, orang lain dan perusahaan.
m. Dilarang naik bucket concrete atau material lainnya pada waktu
diangkat tower crane.
n. Seluruh personil yang terlibat dalam pembangunan proyek
SOHO @ Podomoro City wajib melaporkan kepada atasannya
atau

petugas

K3

tindakan/keadaan

jika
yang

menemukan/mendapatkan
berbahaya

mungkin

suatu

berpotensi

menimbulkan kecelakaan.
o. Bila terjadi kecelakaan, kepala bagian/mandor agar segera
melaporkan ke divisi safety/K3 guna penanganan selanjutnya.
p. Barangsiapa yang melanggar peraturan ini akan dikenakan
sanksi/denda sesuai tarif yang berlaku atau dikeluarkan dari
proyek SOHO @ Podomoro City.
q. Hal-hal

yang

belum

diatur

dan

dianggap

perlu

akan

disampaikan di kemudian hari.

3.2.6.5.

Sanksi/Denda Pelanggaran Terhadap Peraturan K3 Proyek


SOHO @ Podomoro City Jakarta Barat
Tabel 3.3 Denda dan konsekuensi pelanggaran aturan K3

No.
1

Jenis Pelanggaran
Memasuki area proyek tidak
memakai helm

Berada di area proyek tidak


memakai sepatu

52

Jabatan
Staff kantor
Staff proyek
Mandor/wakil
Pekerja
Seluruh
karyawan

Denda
Rp 200.000,Rp 100.000,Rp 150.000,Rp 50.000,Rp 50.000,-

Konsekuensi
Dikeluarkan
dari area
proyek
Dikeluarkan
dari area
proyek

Bekerja di atas ketinggian 2


meter tidak memakai safety
belt/safety harness
Naik di atas bucket/material
pada wakti diangkat tower
crane
Berada di area konstruksi
tidak memakai ID Card/KSI

Seluruh
karyawan

Rp 100.000,-

Aktifitas
dihentikan

Seluruh
karyawan

Rp 100.000,-

Aktifitas
dihentikan

Seluruh
karyawan

Rp 25.000,-

Pekerjaa pengelasan
pemotongan tidak dilengkapi
APAR

Welder

Rp 100.000,-

Dikeluarkan
dari area
proyek
Dikeluarkan
dari area
proyek

Seluruh
karyawan

Rp 100.000,-

Seluruh
karyawan

Rp 150.000,-

Seluruh
karyawan

Rp 150.000,-

Merokok di area proyek tidak


pada tempat yang
disediakan
8
Penyimpangan
pengoperasian instalasi
listrik:
a. Kabel tidak
diamankan di atas
ketinggian 2 meter.
b. Tidak memakai
peralatan listrik
standar.
9
Merusak fasilitas K3:
a. Rambu-rambu
keselamatan
b. Pagar pengaman
c. Pemadam api
(APAR)
Sumber: Divisi Safety PT. NRC

3.2.6.6.

Dikeluarkan
dari area
proyek
Dikeluarkan
dari area
proyek

Dikeluarkan
dari area
proyek

Alat Pelindung Diri (APD)

Suatu keharusan bagi para pekerja proyek untuk memakai APD


ketika memasuki area kerja, sebagai pengaman dari kemungkinan bahaya
yang akan terjadi dan mengurangi adanya cedera akibat kecelakaan kerja.
Pemakaiannya

harus

disesuaikan

dengan

jenis

pekerjaan

yang

dilaksanakan. Adapun APD yang digunakan adalah sebagai berikut:


A. Helm
Helm berfungsi sebagai pelindung kepala dari benturan benda keras
akibat kejatuhan benda selama di area konstruksi. Selain sebagai
pelindung kepala, helm juga berfungsi untuk membedakan perusahan
yang bekerja di proyek tersebut, ditandai dengan stiker perusahaan.
B. Safety Shoes

53

Sebagai alat pelindung bagi pekerja di bagian kaki, alat pelindung diri
yang digunakan adalah safety shoes. Dipakai untuk mencegah luka pada
bagian tersebut yang diakibatkan oleh benturan benda keras, benda tajam
ataupun tertindih beban.
C. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan sebagai pelindung tangan para pekerja.
Sarung tangan yang digunakan berbeda beda sesuai dengan pekerjaan
yang sedang dilakukan.
D. Safety Belt
Berfungsi sebagai alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan
di ketinggian, untuk menahan tubuh ketika terjatuh atau kecelakaan.
E. Kacamata pengaman
Melindungi mata dari sinar yang menyakitkan pada proses pegelasan,
menghindari mata dari debu atau benda-benda lain yang mengganggu.
F. Masker
Alat pelindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan
terhadap sumber-sumber bahaya udara di tempat kerja. Masker Gas dan
Masker Debu adalah alat perlindungan untuk melindungi pernafasan dari
gas beracun dan debu.
G. Sumbat Telinga
Alat

pelindung

telinga

yang

berfungsi

mencegah

rusaknya

pendengaran akibat suara bising di atas ambang aman yang dapat


diterima oleh telinga.

3.3.

Kendala Yang Dihadapi dan Cara Mengatasinya


Dalam pelaksanaan proyek ini terdapat beberapa masalah yang

menjadi kendala dan mengganggu proses konstruksi yang akhirnya


berdampak pada jadwal pekerjaan yang terlambat dan menyimpang

54

master schedule. Keterlambatan diakibatkan oleh beberapa faktor,


diantaranya:

Kurangnya sumber daya manusia sehingga banyak pekerjaan

yang terbengkalai
Turunnya dinding penahan tanah membuat tiang pancang di
sekitarnya

miring

sehingga

harus

dilakukan

pemancangan

tambahan.
Banyaknya permintaan perubahan pada desain oleh pemilik
karena kurang siapnya disain perencanaan

Untuk mengatasi

keterlambatan

diatas dilakukan

langkah

berupa

percepatan dalam proses konstruksi (fast track) dengan menambah


jumlah pekerja dan alat berat sehingga produktifitas pekerjaan lebih besar
untuk mengembalikan pekerjaan aktual ke master schedule.
Sedangkan kasus penyimpangan yang terjadi pada saat proses konstruksi
berlangsung, yaitu:
1. Kesalahan pada proses pembesian

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.40 Tulangan pada pelat lantai dan parapet.

Dari gambar tersebut terlihat adanya perbedaan elevasi antara


tulangan balok dan pelat lantai dengan tulangan dinding parapet. Cara
mengatasinya yaitu dengan menambahkan tulangan atau dipasang

55

chemical bar agar beban pelat dan balok dapat terdistribusi dengan
baik ke parapet.
2. Tulangan mat foundation melendut

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.41 Tulangan mat foundation melendut.

Terjadi lendutan pada tulangan pelat dapat diakibatkan oleh kesalahan


dalam proses pembesian atau pergerakan pekerja diatas pelat
tersebut terlalu besar sehingga menyebabkan tulangan pelat tersebut
melendut. Menyebabkan kekuatan pada mat foundation tersebut tidak
sesuai dengan kuat rencana, maka untuk mengatasi masalah tersebut
diatas tulangan pelat ditambahkan wiremesh sebagai perkuatan.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.39 pemasangan wiremesh pada mat foundation.

3. Pekerjaan beton yang tidak rapi

56

Banyak terlihat kasus ditemukannya rongga pada beton setelah bekisting


sudah dilepas. Dapat terjadi akibat beton tidak terpadatkan dengan baik
pada proses pengecoran. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan
grouting, yaitu proses penambalan beton menggunakan zat additive.

sumber: Dok. Pribadi


Gambar 3.43 Terdapat rongga pada kolom.

57

BAB IV
TUGAS TAMBAHAN
4.1.

Analisis Dinamik Daya Dukung Tiang Pancang


Bab ini berisi analisis mengenai daya dukung tiang pancang

berdasarkan data kalendering. Bertujuan untuk mengetahui apakah


kapasitas daya dukung tiang pancang dilapangan sudah sesuai dengan
kapasitas daya dukung rencana tiang (ukuran: 50x0) sebesar 200 ton.
Kapasitas daya dukung aksial tiang dari data kalendering dapat dihitung
menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Danish (SF=3)

eh x E
0.5
Pult =
eh x E x L
S+[
]
2 x A x Ep

(4.1)
Pijin

Pult
3
(4.2)

Dengan:
eh

= Effisiensi alat pancang (tabel 4.1)

= Energi alat pancang (tabel 4.2)

= Panjang tiang pancang (cm)

Ep

= Modulus Elastisitas Tiang

= Luas Penampang Tiang (cm)

= Penetrasi per pukulan (cm)

58

2. Metode Modified New Engineering News Record (ENR) (SF=6)


eh W r h
s+ c

Pult =

W r+ n W p
Wr+W p

(4.3)
Pijin

Pult
3
(4.4)

Dengan:
e h = effisiensi Hammer (%) (tabel 4.1)
Wr

= Berat Hammer (Ton)

W p = Berat Pile (kg)


S = Penetrasi per pukulan (cm)
h = Tinggi jatuh hammer (cm)
c = 0.1 inch = 0.254cm
n = koefisien retuisi (0.4)
Tabel 4.1 Efisiensi jenis alat pancang
Jenis Alat Pancang
Efisiensi
Drop hammer
0.75 1.00
Single acting hammer
0.75 0.85
Double acting hammer
0.85
Diesel hammer
0.85 1.00
(Sumber: Foundation analysis and design, Joseph E. Bowles)
Tabel 4.2 Karakteristik alat pancang diesel hammer
Type

Tenaga Hammer

Jml.

Berat Balok Besi Panjang

59

kN-m

Kip-ft

Kg-cm

K150
379.9
280
3872940
K 65
183.2
112.6
1850640
K 45
123.5
91.1
1259700
K35
96
70.8
979200
K25
68.8
50.7
701760
(Sumber: Buku katalog Kobe diesel hammer)

Pukulan

kN

Kips

Kg

permenit
45-60
42-60
39-60
39-60
39-60

147.2
58.7
44
34.3
24.5

33.11
13.2
9.9
7.7
5.5

15014.4
5987.4
4480
3498.6
24499

3. Metode Danbu
Pult

eh Eh
Ku s
(4.5)

Pijin

Pult
3
(4.6)

Ku

Cd

C d (1+

1+

0.75 + 0.15

Cd

Wp
Wr

eh E h L
A E s2

Dengan:
Wr

= Berat Hammer (ton)

= Berat Pile (ton)

= Penetrasi pukulan per cm (cm)

= Ram stroke atau tinggi jatuh hammer (cm)

60

Berdasarkan proses kalendering dilapangan diperoleh hasil grafik


sebagai berikut:

Sumber: PT. Jaya CM


Gambar 4.1 Grafik hasil kalendering
Tabel 4.3 Data hasil kalendering

ukuran pile
(cm)

Kedalaman
Pile (m)

Type of
hammer

Stroke of ram
(cm)

Final
settlement
(cm)

Rebound
(cm)

50

30

JWD 65

250

0.7

2.3

Panjang tiang = 27 m
s = 0.7/10 = 0.07cm
Wr

= 6.500kg

= 0.5x0.5x2400x27
4.2.

Luas penampang tiang = 2.500 cm


Modulus elastisitas tiang = 31.520 MPa
Energi alat pancang(E) = 1.850.640 kg-cm
= 16.200 kg

Hasil Analisis
Dari data hasil kalendering diatas dapat dihitung kapasitas daya

dukung aksial tiang pancang menggunakan persamaan 4:


1. Metode Danish
eh x E

Pult =

0.5

eh x E x L
S+[
]
2 x A x Ep

(4.1)

61

0.8 x 1850640
0.8 x 1850640 x 2700 0.5
0.7+[
]
2 x 2500 x 31520

=
Pa

918213.3 kg

Pult
SF

918.213
6

= 918.213 ton
(4.2)

= 204.04 ton

2. Metode Modified New Engineering News Record ( ENR)


Pult

W r + n2 W p
W r+ W p

eh W r h
s+ c

0.85 x 6500 x 250


0.07+0.254

(4.3)

=
Pa

6500+ 0.42 x 16200


6500+16250

1705.24 ton
Pult
=
SF

(4.4)

1705.24
6

= 283.95 ton

3. Metode Janbu

62

Cd

0.75 + 0.15

16200
6500

0.85 x 1657038 x 27
78800000000 x 0.49

= 1.124

= 0.0024

Ku

1.124 (1+

Pu

0.85 x 1657038
2.3004 x 0.49

1+

0.00247
1.123 = 2.3004

(4.5)
=
Pa

823.226 ton
=

Pult
SF

(4.6)
=

823.226
4.5

182.93 ton

Dari hasil perhitungan 3 metode diatas disimpulkan nilai daya dukung


tiang pancang tersebut adalah sebagai berikut:
Metode Danish

= 204.04 ton

Metode Modified

= 283.95 ton

ENR
Metode Janbu

= 182.93 ton

Dapat disimpulkan, daya dukung tiang rata-rata dari ketiga metode diatas
adalah

204.04 +283.95+182.93
=223.64 ton. H asil sampel tersebut lebih
3

besar dari nilai daya dukung tiang pancang rencana yaitu 200 ton, maka
daya dukung tiang pancang tersebut telah memenuhi syarat.

63

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Pelaksanaan kerja profesi di proyek Soho@Podomoro City menambah


wawasan dan pengalaman penulis mengenai dunia kerja.
Setelah menyelesaikan kerja profesi ini maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Material yang digunakan pada proyek tersebut memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
Beton : f ' C

= 30 55 MPa

Besi tulangan: menggunakan besi diameter 10 hingga 32 mm.


Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan
10 mm menggunakan baja dengan nilai tulangan leleh 4000 kg/
cm 2 .
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil dari 10mm
menggunakan baja dengan nilai tulangan leleh 2400 kg/ cm

2. Struktur bawah
pondasi tiang pancang 500x500 mm dengan daya dukung tekan

sebesar 200 ton/pile


pondasi bored pile dengan dimensi 1200 mm daya dukung

tekan sebesar 700 ton/pile.


3. Struktur atas
Kolom memiliki bentuk persegi dan lingkaran dengan dimensi
beragam, mutu beton untuk kolom

64

f 'C

= 40 Mpa.

Balok yang digunakan bervariasi mulai dari 300x700


hingga 600x800

mm2

dengan mutu beton

f 'C

mm2

= 40 Mpa

dan menggunakan tulangan ulir berdiameter 10, 22 dan 25 mm


Pelat lantai memiliki tebal bervariasi mulai dari 150 hingga 180
mm dengan mutu beton

f ' C = 40 Mpa.

4. Pengendalian mutu dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi


penyimpangan pada proses konstruksi. Penulis mengamati beberapa
pengujian seperti slump test, uji kuat tekan beton, pengendalian mutu
pekerjaan.
5. Konsultan manajemen konstruksi bertanggung jawab memberikan
rekomendasi atau solusi jika terjadi penyimpangan dalam proses
pekerjaan konstruksi.
5.2.

Saran
Banyak

hambatan

yang

tak

terduga

selama

pelaksanaan

pembangunan proyek SOHO@Podomoro City yang menyebabkan


terjadinya keterlambatan. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
dapat memberikan saran yang mungking bermanfaat bagi phak
yang bersangkutan:
1. Perlu penambahan tenaga kerja, dan jumlah alat berat seperti
back hoe dan tower crane dalam mengatasi keterlambatan
pekerjaan.
2. Mengambil

tindakan

tegas

terhadap

pihak

yang

tidak

mengerjakan tugasnya dengan serius agar proses konstruksi


berjalan sesuai jadwal.
3. Lebih diperhatikan kebersihan area proyek
4. Penerapan K3 dalam pelaksanaan proyek lebih di perhatikan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang-orang yang
berada disekitar proyek.

65

66

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2013, Juli 14). Proyek Pembangunan Apartemen Dago Suite.


Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Anggie C.D., H. N. (2013, Oktober). Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Shear Wall dan Core Wall Apartemen Easton Park Residence Di
Jatinagor, Sumedang Jawa Barat. Cimahi, Jawa Barat, Indonesia.
Bowles, J. E. (1997). Found Analysis and Design 5th Edition. Singapore:
McGraw-Hill.
H.G. Poulos, E.H. Davis. (1980). Pile Foundation Analysis and Design.
United States: Rainbow Bridge Book Co.
Wibowo, A. (2011, November). Pekerjaan Struktur Kolom, Balok dan Pelat
Lantai

Pada

Proyek

Pembangunan Armada

Town

Square.

Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

67

Anda mungkin juga menyukai