Anda di halaman 1dari 100

SPESIFIKASI JALAN

TUJUAN PEMBEKALAN
MEMANTAPKAN PEMAHAMAN DAN PENGERTIAN
ATAS KANDUNGAN SPESIFIKASI, BAIK YANG
TERSURAT MAUPUN YANG TERSIRAT,
SEHINGGA DAPAT MENGHINDARI KESALAHAN
DALAM PENYIAPAN PENAWARAN DALAM
PELELANGAN (AHS, AKA, DLL), DAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI.

CAKUPAN MATERI PEMBEKALAN


A. FILOSOFI SPESIFIKASI:
PENGERTIAN DAN JENIS SPESIFIKASI
B. STRUKTUR SPESIFIKASI YANG BAKU
C. ULASAN TENTANG:
DISKRIPSI; PENGUKURAN HASIL KERJA; CARA
PEMBAYARAN; METODA PELAKSANAAN DAN
PERALATAN;
D. PENGENDALIAN MUTU (QC);
E. DIVISI-DIVISI YANG PENTING
(Mobilisasi, Drainase, Pek. Tanah, Perkerasan
Berbutir, Perkerasan Aspal, Perkerasan Beton Semen,
Pengembalian Kondisi dan Pemeliharaan Rutin).

FILOSOFI SPESIFIKASI

PENGERTIAN SPESIFIKASI (TEKNIK)

SPESIFIKASI adalah bagian dari Dokumen Lelang


yang menjelaskan persyaratan teknik Pekerjaan yang
dilelangkan.

Persyaratan Teknik tersebut mencakup :


Persyaratan Bahan Baku
Persyaratan Bahan Olahan
Cara Pelaksanaan Pekerjaan, termasuk
persyaratan
teknik peralatan yang dipergunakan.
Persyaratan teknik produk akhir Pekerjaan yang
harus dicapai.

DOKUMEN PELELANGAN
PADA UMUMNYA TERDIRI ATAS DOKUMENDOKUMEN BERIKUT:

Buku I

Buku II
Buku III
Buku IV
Buku V
HARGA
Buku VI

: INSTRUKSI KEPADA PESERTA


LELANG
: SYARAT-SYARAT UMUM
: SPESIFIKASI
: GAMBAR
: DAFTAR KUANTITAS DAN
: ADDENDA (kalau ada)

MAKSUD SPESIFIKASI :
Sebagai pedoman bagi Peserta Pelelangan dalam
mengajukan Penawaran.
Sebagai pedoman bagi Pelaksana / Kontraktor
(Penyedia Jasa) dalam melaksanakan Pekerjaan.
Sebagai pedoman bagi Pengawas dalam mengawasi
pelaksanaan Pekerjaan oleh Kontraktor (Penyedia
Jasa).
Sebagai pedoman bagi Pinpro /Kepala Satker yang
mewakili Pemilik Pekerjaan, dalam mempertanggungjawabkan proyek secara keseluruhan.
TUJUAN SPESIFIKASI :
Tercapainya produk akhir Pekerjaan yang memenuhi
keinginan Pemilik Pekerjaan (Owner / Pengguna Jasa).

KEINGINAN PEMILIK PEKERJAAN :


Dinyatakan dalam :

Gambar Rencana (bentuk, ukuran, elevasi, lokasi)


Spesifikasi (persyaratan-persyaratan teknik)

Mutu hasil Pekerjaan disebut baik, apabila :


Produk Akhir = Keinginan Pemilik
(persis sesuai dengan yang tertera dalam Gambar
dan Spesifikasi)
Dengan kata lain: Gambar dan Spesifikasi adalah
Standar Mutu Pekerjaan yang ingin dicapai

SPESIFIKASI UMUM (General Specifications)


mencakup semua persyaratan teknik yang berlaku
umum untuk seluruh paket proyek yang ada.
SPESIFIKASI KHUSUS (Special Specifications)
mencakup persyaratan-persyaratan teknik yang
berlaku hanya untuk paket-paket proyek atau jenisjenis pekerjaan tertentu saja.

Struktur dan Isi Spesifikasi erat hubungannya dengan Sistem


Perencanaan Teknik (Road Design System) yang berlaku

JENIS-JENIS SPESIFIKASI

End Result Specification / Performance


Specification (Spesifikasi Produk Akhir), yaitu jenis

Spesifikasi dimana yang dipersyaratkan adalah dimensi dan


kualitas produk akhir yang harus dicapai, tanpa mempersoalkan
metode kerja untuk mencapai hasil akhir tsb.

Process Specification (Spesifikasi Proses Kerja), yaitu

Multi Step and Method Specification (Spesifikasi


Bertahap), yaitu jenis Spesifikasi yang mengatur semua

jenis Spesifikasi dimana yang diatur adalah semua ketentuan


yang harus dilaksanakan selama proses pelaksanaan Pekerjaan.
Dengan mengatur semua proses pelaksanaan Pekerjaan,
diharapkan hasil kerja akan diperoleh sesuai dengan yang
diinginkan.

langkah: material, metode kerja dan hasil kerja yang


diharapkan.

JENIS SPESIFIKASI YANG MANA


YANG BANYAK DIPAKAI DI INDONESIA SAAT INI ?

SPESIFIKASI BERTAHAP (SEMUA DIATUR) LEBIH BANYAK


DIPAKAI;
DALAM HAL DISIPLIN INDUSTRI KONSTRUKSI MASIH
BELUM BAIK, SPESIFIKASI BERTAHAP DIANGGAP
LEBIH TEPAT.

SPESIFIKASI HASIL AKHIR (END RESULT SPEC.) MASIH


SANGAT TERBATAS.
COCOK UNTUK PENERAPAN SISTEM KONTRAK BERBASIS
KINERJA (PERFORMANCE BASED CONTRACT / PBC)

BENARKAH PENDAPAT, BAHWA SPESIFIKASI BERTAHAP


MENGHAMBAT INOVASI ??
INGAT MASIH ADA PCM ( Pre Construction Meeting)

HAL-HAL YANG PERLU DICERMATI DALAM


SPESIFIKASI BERTAHAP:
Antara
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

lain:
STRUKTUR UMUM SPESIFIKASI
DISKRIPSI / URAIAN
CARA MENGUKUR VOLUME HASIL KERJA
CARA PEMBAYARAN
KEGIATAN YANG TIDAK DIBAYAR
STATUS QUALITY CONTROL
TOLERANSI KETEBALAN DAN TOLERANSI MUTU
(misalnya dalam Perkerasan Beton Aspal dan
Perkerasan Beton Semen)

STRUKTUR SPESIFIKASI TEKNIK


YANG BAKU

UM (URAIAN): TEBAL; BENDA UJI;


ERANSI; RUJUKAN; BATASAN CUACA; DLL.

TERIAL: SPESIFIKASI; SUMBER PASOKAN; DLL.

ALATAN DAN METODA PELAKSANAAN

BUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN

GENDALIAN MUTU DI LAPANGAN.

A PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

YANG PENTING DARI


DISKRIPSI ATAU URAIAN
1. YANG TERSURAT << YANG TERSIRAT
ATAU YANG HARUS DIKERJAKAN >> YANG TERSURAT
DALAM JUDUL.
2. MISALNYA :
. JUDUL: GALIAN (PERLU BULLDOZER)
. LINGKUP: PENGGALIAN; PEMBUANGAN (MEMUAT;
MENGANGKUT; MEMBUANG, MERATAKAN DAN MEMADATKAN) >> JUDUL (PERLU BULLDOZER; LOADER;
DUMP TRUCK; GRADER; ALAT PEMADAT)
. YANG HARUS DIKERJAKAN LEBIH BANYAK DARI
YANG TERSURAT DALAM JUDUL PEKERJAAN.
. ALAT YANG DIPERLUKAN LEBIH BANYAK DARI
ALAT YANG TERSURAT DARI JUDUL PEKERJAAN.

ILUSTRASI
CARA PENGUKURAN HASIL KERJA
GALIAN STRUKTUR

1.
2.
3.
4.

A+B
C
A
B

TITIK POTONG
TERRENDAH

= GALIAN STRUKTUR
= GALIAN NON STRUKTUR
= GALIAN STRUKTUR YANG TIDAK DIBAYAR
= GALIAN STRUKTUR YANG DIBAYAR

CARA PEMBAYARAN

1. MENGGUNAKAN NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN


SATUAN PEMBAYARAN TERTENTU (Standar):
Rp/m; Rp/m2; Rp/m3; Rp/kg; Rp/ton; Rp/buah; LUMP SUM; dll.

2. ADA BEBERAPA PEKERJAAN YANG


TIDAK DIBAYAR SECARA TERPISAH/TERSENDIRI
(TIDAK MEMPUNYAI MATA PEMBAYARAN).

3. BUTIR 2. DIANGGAP:
TERMASUK PADA BAGIAN PEKERJAAN UTAMANYA atau TERSEBAR KE DALAM PAY-ITEMS YANG
LAIN; atau CONTINGENCIES kalau ada; atau
KOEFISIEN YANG LAIN.

4. JENIS KONTRAK PBC (Performance Based Contract):


PEMBAYARAN DILAKUKAN SECARA LUMP SUM

BEBERAPA CONTOH
KEGIATAN YANG TIDAK DIBAYAR

1. YANG TIDAK DIBAYAR BIASANYA MERUPAKAN :


PEKERJAAN PENDUKUNG, VOLUMENYA TIDAK BESAR.
BESARAN VOLUMENYA MERUPAKAN PROSENTASE
DARI VOLUME PEKERJAAN YANG DIDUKUNG; atau
ALASAN PRAKTIS LAINNYA.
2. BEBERAPA CONTOH PEKERJAAN YANG TIDAK PUNYA
MATA PEMBAYARAN atau TIDAK DIBAYAR :

Lantai Kerja; Percobaan (Pemadatan; Campuran);


Pengendalian Mutu; Bahan Aditiv Semen; dll.

RUANG LINGKUP SPESIFIKASI


JALAN DAN JEMBATAN

Secara garis besar, Spesifikasi Jalan dan Jembatan


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA dibagi menjadi
10 Divisi:
(Dokumen Pelelangan Nasional Penyediaan Pekerjaan
Konstruksi untuk Kontrak Harga Satuan, Bab VII,
Spesifikasi Umum, Edisi November 2010)
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi
Divisi

1 : Umum
2 : Drainase
3 : Pekerjaan Tanah
4 : Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5 : Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton
Semen
6 : Perkerasan Aspal
7 : Struktur
8 : Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
9 : Pekerjaan Harian
10 : Pekerjaan Pemeliharaan Rutin.

BEBERAPA KETENTUAN TAMBAHAN /REVISI PADA


DIVISI I UMUM MENURUT SPESIFIKASI UMUM 2010 :

MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS,


dibayar dengan Lump Sum
PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP,
tidak ada pembayaran khusus
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA,
tidak ada pembayaran khusus
PENGUJIAN PENGEBORAN,
dibayar dalam m pengeboran , dan m sondir
MANAJEMEN MUTU,
dibayar Lump Sum

TIGA KELOMPOK KEGIATAN KONSTRUKSI PADA


PEKERJAAN JALAN

1. ROUTINE MAINTENANCE (PEMELIHARAAN RUTIN):


KEGIATAN PERBAIKAN KERUSAKAN RINGAN DAN LOKAL
PADA BAGIAN SEGMEN JALAN YANG BERKONDISI
MANTAP AGAR SEGMEN JALAN TERSEBUT TETAP DALAM
KONDISI MANTAP. HARUS DIKERJAKAN SECEPATNYA
DILAKSANAKAN SECARA TERUS MENERUS

2. REINSTATEMENT (PENGEMBALIAN KONDISI DAN


PEKERJAAN MINOR):
KEGIATAN PERBAIKAN KERUSAKAN PADA BAGIAN SEGMEN
JALAN YANG AKAN DITINGKATKAN AGAR DAPAT DILALUI
LALU LINTAS. PERSIAPAN SEBELUM DITINGKATKAN.

3. IMPROVEMENT (PEKERJAAN UTAMA):


KEGIATAN PERKUATAN / PENINGKATAN STRUKTUR PADA
SEGMEN YANG TELAH SELESAI DI-REINSTATEMENT.
BERUPA PELAPISAN ULANG/OVERLAY/RESURFACING
DENGAN UMUR RENCANA.

MASALAH BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN


KETIGA KELOMPOK KEGIATAN

. KURANG DISADARI PERAN/FUNGSI DARI KEGIATAN


PEMELIHARAAN RUTIN DAN PENGEMBALIAN KONDISI
SEHINGGA SERING DILAKSANAKAN DENGAN TIDAK BENAR
PENYEBAB KERUSAKAN DINI.
SERING KALI DIANGGAP TERMASUK PEKERJAAN MINOR,
DAN NILAI PEMBAYARANNYA KECIL DIABAIKAN.
KEMUNGKINAN AKIBAT PENYIMPANGAN:
PEMELIHARAAN RUTIN YANG TIDAK BENAR ADALAH
SALAH SATU PENYEBAB BERTAMBAHNYA KERUSAKAN JALAN
(JADI BUKAN HANYA BEBAN LALU-LINTAS SAJA).
PENGEMBALIAN KONDISI YANG TIDAK BENAR BERAKIBAT
PENINGKATAN (IMPROVEMENT) AKAN TERLETAK DI ATAS
DASAR YANG TIDAK KOKOH, DAN AKHIRNYA PRODUK
PENINGKATAN TERSEBUT AKAN LEKAS RUSAK.

CONTOH PEKERJAAN PENGEMBALIAN KONDISI


DAN PEKERJAAN MINOR
YANG DILAKSANAKAN KURANG BAIK
(1)

Pothole Patching
(Penambalan Lobang)
DPP - HPJI

Permukaan jalan yang rusak dibongkar dengan jack hammer setelah batasbatasnya dipotong dengan pavement cutter.

Kalau dasar galian lapis pertama masih menunjukkan retak-retak atau tidak
kokoh, perlu digali lebih dalam.

Penyemprotan Tack Coat perlu dilakukan merata ke seluruh bidang, termasuk


bidang tegak. Tack Coat yang baik adalah dari Aspal Emulsi.

Hindari Tack Coat yang berlebihan / tergenangan, karena akan berpotensi


menimbulkan bleeding (kegemukan aspal).
Bagian perkerasan yang tidak kokoh harus dibongkar kembali.

CONTOH PEKERJAAN PENGEMBALIAN KONDISI


DAN PEKERJAAN MINOR
YANG DILAKSANAKAN KURANG BAIK
(2)

Scrapping and Filling

DPP - HPJI

Mengapa terjadi
kerusakan seperti ini ???

Terjadi kerusakan pada


daerah tambalan

Terjadi kerusakan
pada bagian ujung
daerah filling
terlebih dahulu.

Kerusakan berupa
retakan dan
penurunan

Material filling, yang diangkut


dengan truk, sudah dingin.

Pemadatan dengan alat yang tidak memadai.

Hasil penambalan tidak sempurna, kepadatan kurang, dan air masih bisa
masuk ke dalam material tambalan.

Bidang sisi ujung galian tidak tegak (hasil penggalian menggunakan Cold
Milling Machine), penyemprotan secara manual sulit rata, dan material
Tack Coat tergenang pada dasar alur-alur galian.

Terjadinya genangan material tack coat pada alur-alur


galian dapat menjadi penyebab bleeding.

Terjadinya genangan material tack coat pada


alur-alur galian dapat menjadi penyebab
bleeding.

Raking dan penaburan kembali dapat mengakibatkan segregasi pada


permukaan.

Pada pemadatan awal, lebar roda pemadat sebaiknya berada di atas


hamparan yang belum dipadatkan, guna memudahkan diperolehnya kerataan
sambungan memanjang.

Tidak boleh dilakukan pembasahan roda alat pemadat dengan


minyak (apalagi minyak goreng) !!!

Pembasahan roda Tyre Roller tidak boleh berlebihan; cukup dengan lap basah,
tidak boleh dengan minyak/solar; kalau perlu, boleh dengan air ditambah
sedikit detergen. Roda Tyre Roller perlu dipasang keset agar campuran aspal
tidak menempel.

Yang harus dan tidak boleh dilakukan dalam


pekerjaan scrapping and filling :
Pada penggalian untuk pothole patching, harus diperiksa apakah bidang dasar
dan bidang-bidang tegak galian masih utuh. Apabila tidak, atau terdapat retakretak, maka harus digali lagi sampai bagian yang utuh.
Ujung-ujung galian yang dilakukan menggunakan Cold Milling Machine harus
dibuat tegak dengan menggunakan Jack Hammer atau alat manual, jangan
dibiarkan berbentuk lengkung lingkaran karena akan menjadi tempat yang
lemah setelah pemadatan.
Pergunakan Aspal Emulsi sebagai material Tack Coat. Jangan menggunakan MC.
Tack Coat harus disemprotkan secara merata dengan jumlah / ketebalan
sesuai ketentuan Spesifikasi.
Tack coating pada dasar galian yang permukaannya tidak rata tidak boleh
menimbulkan genangan pada bagian-bagian yang rendahnya, karena akan
mengakibatkan kelebihan tack coat, dan nantinya akan naik ke atas akibat
beban lalu lintas sehingga menimbulkan bleeding (kegemukan aspal) di
permukaan jalan.

Scrapping & Filling


Scrapping dengan Cold Milling Machine :
Sampai kedalaman yang dasarnya kokoh.
Sisi-sisi samping dan ujung harus tegak.
Filling :
Tack coating yang baik menggunakan Aspal Emulsi.
Tack Coat diusahakan merata dengan jumlah /
ketebalan yang benar, meliputi bidang dasar dan
bidang tegak galian.
Filling material baru dihampar setelah Aspal Emulsi
break (ditandai dengan perubahan warna dari coklat
ke hitam), dan air di permukaan menguap.

SKEDUL UTAMA KEGIATAN KONSTRUKSI


MASA KONTRAK
========================================================
MASA PEMELIHARAAN RUTIN :
INTENSIVE
REGULAR
========================================

MASA KONSTRUKSI
PHO WARANTY PERIOD FHO
========================================================
MOBILISASI
PENINGKATAN
3-12 bulan
==========
TERGANTUNG
FASILITAS LAB.
SIFAT PROYEK
==========
SURVAI LAP. AWAL oleh KONTRAKTOR; (Artikel 1.9.2)
==== UNTUK
REVIEW DESAIN oleh DIREKSI PEKERJAAN
====
REINSTATEMENT
======

DESAIN BERTAHAP (PHASED DESIGN) DALAM


PENINGKATAN JALAN
Tahap I : Untuk Tender saja, disebut Simplified Design.
Mata Pembay. Utama (mengenai perkerasan aspal)
didesain teliti (lokasi, volume)
Mata Pembay. Minor didesain dengan pendekatan
statistik / perkiraan.
Tahap II : Untuk pedoman pelaksanaan (Review Desain).
Dilakukan pendetailan / revisi minor thd Desain Tahap I :
Kontraktor melakukan Survey Awal dalam masa
Mobilisasi dengan supervisi Konsultan, untuk
menentukan lokasi-lokasi perbaikan.
Hasil Survai ini dijadikan bahan untuk membuat
Review Desain oleh Direksi.

PEMBAYARAN
FASILITAS & PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. FASILITAS PENGUJIAN :
- TIDAK DIBAYAR TERSENDIRI atau TERPISAH
- TERMASUK PADA MATA PEMBAYARAN MOBILISASI
2. PELAKSANAAN PENGUJIAN SESUAI SPESIFIKASI :
- TIDAK DIBAYAR TERSENDIRI atau TERPISAH
- SUDAH HARUS DIMASUKKAN KE DALAM PERHITUNGAN
BIAYA HARGA-HARGA SATUAN MATERIAL YANG
BERSANGKUTAN.

PENGENDALIAN MUTU
(QUALITY CONTROL)

1. TIDAK SELALU TERDAPAT / TERGABUNG PADA SUATU


ARTIKEL KHUSUS DALAM SPESIFIKASI (menyulitkan).

2. PADA UMUMNYA SPESIFIKASI PENGENDALIAN MUTU


YANG BAKU BERSTRUKTUR 2-3-5.

3. 2 DIMENSI DAN KUALITAS


3 BAHAN BAKU: BAHAN OLAHAN; PRODUK JADI
5 5 HAL : - TEST APA;
- METODA APA;
- FREKWENSI / INTERVAL BERAPA;
- SPESIFIKASI BAGAIMANA;
- TOLERANSI BAGAIMANA.

STATUS HASIL
PENGENDALIAN MUTU
1. SEBAGAI PERANGKAT UNTUK DAPAT DILAKUKAN
PEMBAYARAN. BAGIAN PEKERJAAN YANG SUDAH
LOLOS QC.
2. SEBAGAI PERANGKAT UNTUK DAPAT DILAKSANAKAN BAGIAN PEKERJAAN BERIKUTNYA YG TERKAIT.
3. SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM QUALITY ASSURANCE.
4. MESKIPUN SECARA QC SUDAH DITERIMA; TIDAK
MELEPASKAN TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
ATAS MUTU HASIL PEKERJAAN SECARA KESELURUHAN.
. MASIH ADA PHO; FHO dan PASAL KEGAGALAN BANGUNAN
DALAM UU No. 18/1999 (UUJK).

POSISI & STATUS QC


CEK PROSES
CEK PROSES

Q
C
Ag. I
CEK PROSES

QC

CEK PROSES

Q
C

Q
C

Ag.II

Ag. Kelas A

Q
C
Lapis Pondasi
Agregat

Tahap Bahan
Baku

Tahap
Bahan Olahan

Tahap
Produk Jadi

Dimensi : Gradasi

Dimensi : Gradasi

Dimensi : Tebal

Kualitas : Abrasi

Kualitas : CBR

Kualitas : CBR

DIMENSI

QC = CEK PRODUK

KUALITAS

CEK PROSES

SISTEM JAMINAN MUTU


(QUALITY ASSURANCE
SYSTEM)
Periksa
Check List utk Pek. Jalan dan Jembatan

PEKERJAAN TANAH
(Divisi 3)

GALIAN YANG TIDAK DIUKUR


UNTUK PEMBAYARAN

(TIDAK DIBAYAR DENGAN PEK. TANAH GALIAN)

Galian di luar garis yang ditentukan dalam profil


melintang yang disetujui.
Galian utk pembuatan selokan drainase dan saluran air.
Galian utk pemasangan gorong-gorong pipa.
Galian utk pengembalian kondisi perkerasan lama.
Galian utk pengembalian kondisi bahu jalan.
Galian utk pemeliharaan rutin.
Galian utk pengambilan material dari sumber bahan
(borrow pits).
Galian dan pembuangan selain utk tanah, batu dan
perkerasan lama.

TIMBUNAN
BAHAN
Timbunan

Biasa

- Tidak berplastisitas tinggi, A-7-6 (AASHTO M145)


atau CH (Unified Soil Classif. System), kecuali utk
pada dasar timbunan atau pada penimbunan kembali
tanpa diperlukan daya dukung atau kekuatan geser yg
tinggi.
- Utk lapis tanah dasar (subgrade), 30 cm di bawah
permukaan), ada syarat tambahan: CBR 6 %
(AASHTO
T193), dan kepadatan 100 % (AASHTO T99).
- Tanah very expansive dengan Nilai Aktif 1,25 tidak
boleh digunakan.
(Nilai Aktif = Indeks Plastisitas dibagi Kadar

TIMBUNAN (lanjutan)
Timbunan

Pilihan
- Berlaku persyaratan utk Timbunan Biasa,
dengan tambahan persyaratan.
- CBR 10 %, Kepadatan 100 %
- Bila pemadatan dalam keadaan jenuh air
tidak dapat dihindari, PI 6 %.

Timbunan

Pilihan di atas Rawa


- Pasir atau kerikil bersih dengan PI 6 %.

ACTIVITY 1.25

BAHAN TIMBUNAN (1)

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN


Bila tinggi timbunan 1 meter, dasar pondasi timbunan
harus dipadatkan sampai 15 cm bagian permukaan atas
dasar pondasi memenuhi persyaratan timbunan di atasnya.
Timbunan di atas lereng harus dibuat bertangga.
Penghamparan harus dilakukan berlapis setebal 20 cm
gembur, dan dipadatkan pada kadar air antara 3 % di
bawah sampai 1 % di atas kadar air optimum / OMC.
Lapisan tanah pada kedalaman > 30 cm di bawah permukaan
tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % (AASHTO
T99).
Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm di bawah permukaan
tanah dasar harus dipadatkan sampai 100 % (AASHTO
T99).

CARA PENGHAMPARAN YANG


SALAH !!!
(alat, material)

Tamping-pad roller untuk memadatkan tanah berlempung

Pemadatan dengan smooth drum roller

CARA PEMADATAN SALAH !!!

PERKERASAN BERBUTIR
(Divisi 5)

KELAS LAPIS PONDASI AGREGAT

Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat,


yaitu Kelas A, Kelas B dan Kelas S.
Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal,
dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi
Bawah.
Lapis Pondasi Agregat Kelas S akan digunakan untuk bahu jalan
tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam
Seksi 4.2 (Bahu Jalan) dari Spesifikasi ini.

Tabel 5.1.2.(1)
Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Ukuran Ayakan

Persen Berat Yang Lolos

ASTM

(mm)

Kelas A

Kelas B

Kelas S

50

37,5

100

25,0

79 - 85

70 - 85

89 - 100

3/8

9,50

44 - 58

30 - 65

55 - 90

No.4

4,75

29 - 44

25 - 55

40 - 75

No.10

2,0

17 - 30

15 - 40

26 - 59

No.40

0,425

7 - 17

8 - 20

12 - 33

No.200

0,075

2-8

2-8

4 - 22

100
88 - 95

Persyaratan Mutu Material Agregat (Batuan):


Tabel 5.1.2.(2)
Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat sifat
Abrasi dari Agregat Kasar
Indeks Plastisitas
Hasil kali Indeks Plastisitas dengan %
Lolos Ayakan No.200
Batas Cair
Bagian Yang Lunak
CBR

Kelas A

Kelas B

Kelas S

0 - 40 %

0 - 40 %

0 - 40 %

0-6

0 - 10

4 15

maks. 25

0 - 25

0 - 35

0 35

0-5%

0-5%

min.90 %

min.60 %

0-5%
min.50 %

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN


Penghamparan campuran harus merata, kadar air harus
merata dalam rentang yang disyaratkan.
Tebal padat maksimum 20 cm.
Pemadatan dilakukan dengan alat yang cocok (bila
dengan pemadat roda besi mengakibatkan agregat
pecah, dapat digunakan roda karet) sampai paling
sedikit 100 % kepadatan maksimum (AASHTO T108
method D); dan pada kadar air 3 % di bawah sampai 1 %
di atas kadar air optimum.

SPESIFIKASI BARU
CAMPURAN BERASPAL
(Divisi 6)

DPP - HPJI

JENIS CAMPURAN BERASPAL PANAS


LATASIR (SAND SHEET) Kelas A dan Kelas B
Ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan.
Pemilihan Kelas A atau Kelas B tergantung dari gradasi pasir yg
digunakan.
LATASTON (HRS)
Terdiri dari dua macam, yaitu Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan
Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).
Ukuran maks agregat 19 mm.
Kunci perencanaan campuran:
- Gradasi benar-benar senjang
- Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan spesifikasi.
LASTON (AC)
Terdiri dari tiga macam campuran, yaitu Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengisi (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base).
Ukuran maks agregat masing-masing campuran 19 mm; 23,4 mm; dan 37,5
mm.
Campuran AC yang menggunakan aspal modifikasi masing-masing disebut
AC-WC Modified, AC-BC Modified dan AC-Base Modified.

TEBAL NOMINAL RANCANGAN CAMPURAN


ASPAL DAN TOLERANSI
JENIS CAMPURAN

Latasir Kelas A

SIMBOL

TEBAL
NOMINAL
MINIMUM (cm)

SS-A

1,5

TOLERANSI
TEBAL (mm)

2,0
Latasir Kelas B
Lapis Aus

SS-B

2,0

HRS-WC

3,0

Lataston

3,0
Lapis Pondasi

Laston

HRS-Base

3,5

Lapis Aus

AC-WC

4,0

3,0

Lapis Antara

AC-BC

5,0

4,0

Lapis Pondasi

AC-Base

6,0

5,0

PERSYARATAN AGREGAT KASAR


PENGUJIAN

STANDAR

NILAI

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan


Natrium dan Magnesium Sulfat

SNI 03-3407-1994

Maks 12 %

Abrasi dengan mesin Los Angeles

SNI 03-2417-1991

Maks 40 %

Kelekatan agregat terhadap aspal

SNI 03-2439-1991

Min 95 %

Angularitas (kedalaman dari permukaan


10 cm)

<

Angularitas (kedalaman dari permukaan 10


cm)
Partikel pipih
Partikel lonjong
Material lolos saringan No. 200

DOTs Pennsylvania
Test Method No. 621

95/90
80/75

ASTM-4791

Maks 25 %

ASTM D-4791

Maks 10 %

SNI 03-4142-1996

Maks 1 %

*)

*) Catatan :
80/75 menunjukkan bahwa 80 % agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah satu atau lebih dan 75 % agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.

PERSYARATAN AGREGAT HALUS


PENGUJIAN

STANDAR

NILAI

Nilai setara pasir

SNI 03-4428-1997

Min 50 %

Material lolos saringan N0. 200

SNI 03-4428-1997

Maks 8 %

GRADASI AGREGAT GABUNGAN


Ukuran Saringan
ASTM

(mm)

37,5

25

19

12,5

3/8

9,5

No. 8

2,36

No. 16

1,18

No. 30

0,600

No. 200

0,075

% Berat Yang lolos


Latasir (SS)
Kelas A

Kelas B

Lataston (HRS)
WC

Base

Laston (AC)
WC

BC

Base
100

100

100

90-100
75-100

10-15

8-13

100

90-100
Maks 90

100

100

100

90-100

90-100

90-100

90-100

Maks 90

75-85

65-100

Maks 90

50-72

35-55

28-58

23-39

19-45

35-60

15-35

6-12

2-9

4-10

4-8

3-7

DAERAH LARANGAN
No. 4

4,75

39,5

No. 8

2,36

39,1

34,6

26,8-30,8

BAHAN ASPAL UNTUK CAMPURAN


BERASPAL
Bahan Aspal yang dapat dipergunakan di Indonesia saat ini
terdiri dari :
Aspal Keras Pen 60 (konvensional)
Aspal dimodifikasi dengan Asbuton
Aspal Multigrade
Aspal Polymer
Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap truk tanki
harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah.
Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di
laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai Penetrasi
dan Titik Lembek.

PERSYARATAN ASPAL
NO.

JENIS PENGUJIAN

METODE
PENGUJIAN
SNI

ASPAL
KERAS
PEN 60

ASPAL
POLYMER

ASPAL
MOD. DG
ASBUTON

ASPAL
MULTIGRADE

06-2456-1991

60-79

50-80

40-55

50-70

1.

Penetrasi, 0,1 mm

2.

Titik Lembek, 0C

06-2434-1991

48-58

Min 54

Min 55

Min 55

3.

Titik Nyala, 0C

06-2433-1991

Min 200

Min225

Min 225

Min 225

4.

Daktilitas, cm

06-2432-1991

Min 100

Min 50

Min 50

Min 100

5.

Berta Jenis

06-2441-1991

Min 1,0

Min 1,0

Min 1,0

Min 1,0

6.

Kelarutan dlm Trichlor


Ethylene, % berat

06-2438-1991

Min 99

Min 99

Min 90

Min 99

7.

Penurunan Berat (TFOT),


% berat

06-2440-1991

Maks 0,8

Maks 1,0

Maks 2,0

Maks 0,8

8.

Penetrasi setelah Kehilangan


Berat, % asli

06-2456-1991

Min 54

Min 55

Min 60

9.

Perbedaan Penetrasi setelah


TFOT, % asli

06-2456-1991

Maks 40

10.

Daktilitas setelah TFOT,


% asli

06-2432-1991

Min 50

Min 50

Min 50

11.

Mineral Lolos Saringan No.


100, %

06-1968-1991

Min 90

12.

Perbedaan Titik Lembek setelah


TFOT, % asli

06-2456-1991

Maks 6,5

PERSYARATAN ASPAL
(lanjutan)

NO.
13.

JENIS PENGUJIAN
Stabilitas penyimpanan pada
163 0C selama 48 jam
- Perbedaan Titik Lembek, 0C

14.

Elastic Recovery pada 25 0C,


%

15.

Uji Bintik / Spot Test


(optional)
-Standar Naptha
.Naptha Xylene
.Hepthane Xylene

16.

Kekentalan pada 135 0C, cSt

METODE
PENGUJIAN
SNI

ASPAL
KERAS
PEN 60

ASPAL
POLYMER

ASPAL
MOD. DG
ASBUTON

ASPAL
MULTIGRADE

Maks 2

Min 30

AASHTO
T102

Negatif

06-6721-2002

300-2000

06-2434-1991

BAHAN ADITIV UNTUK CAMPURAN


METODE
PENGUJIAN

TIPE
5/20

TIPE
20/25

SNI 03-3640-1994

18 - 22

23 - 27

SIFAT-SIFAT
ASBUTON

Kadar Aspal, %
Ukuran Butir
Maksimum, mm

SNI 03-1968-1990

1,18

1,18

Kadar Air, %

SNI 03-2490-1991

Maks 2

Maks 2

Penetrasi Aspal
Asbuton, 0,1 mm

SNI 03-2456-1991

10

19 - 22

Catatan
Asbuton Butir Tipe 5/20

Asbuton Butir Tipe 20/25 :

Kelas penetrasi 5 (0,1 mm), dan kadar bitumen 20 %


Kelas penetrasi 20 (0,1 mm), dan kadar bitumen 25 %

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASIR


UNTUK LALU LINTAS < 0,5 JUTA ESA / TAHUN
LATASIR

SIFAT-SIFAT CAMPURAN

Penyerapan Aspal, %

KELAS A & B

Maks

2,0

50

Min

3,0

Maks

6,0

Rongga dalam Agregat (VMA), %

Min

20

Rongga Terisi Aspal, %

Min

75

Min

200

Maks

850

Min

Maks

Marshall Quotient, kg/mm

Min

80

Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman selama


24 jam, 60 oC

Min

75

Jumlah Tumbukan per Bidang


Rongga dalam Campuran, %

Stabilitas Marshall, kg
Pelelehan, mm

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASTON


UNTUK LALU LINTAS < 1,0 JUTA ESA / TAHUN
LATASTON

SIFAT-SIFAT CAMPURAN
Penyerapan Aspal, %
Jumlah Tumbukan per Bidang
Rongga dalam Campuran, %

WC

HC

Maks

1,7

75

Min

3,0

Maks

6,0

Rongga dalam Agregat (VMA), %

Min

Rongga terisi Aspal, %

Min

68

Stabilitas Marshall, kg

Min

900

Pelelehan, mm

Min

Marshall Quotient, kg/mm

Min

300

Min

75

Min

Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman selama 24 jam,

60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Membal
(Refusal), %

18

17

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON


UNTUK LALU LINTAS < 5 JUTA ESA / TAHUN
LASTON

SIFAT-SIFAT CAMPURAN

Penyerapan Aspal, %
Jumlah Tumbukan per Bidang
Rongga dalam Campuran, %

WC

BC

Maks

Base

1,2

75

112

Min

3,5

Maks

5,5

Rongga dalam Agregat (VMA), %

Min

15

14

13

Rongga terisi Aspal, %

Min

65

63

60

Min

800

1500

Maks

Pelelehan, mm

Min

Marshall Quotient, kg/mm

Min

250

300

Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman


selama 24 jam, 60 oC

Min

75

Rongga dalam Campuran pada Kepadatan


Membal (Refusal), %

Min

2,5

Stabilitas Marshall, kg

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON DI-MODIFIKASI


UNTUK LALU LINTAS > 5 JUTA ESA / TAHUN
LASTON (AC)

SIFAT-SIFAT CAMPURAN ASPAL

Penyerapan Aspal, %
Jumlah Tumbukan per Bidang
Rongga dalam Campuran, %

WC Mod

BC Mod

Maks

Base Mod

1,7

75

112

Min

3,5

Maks

3,5

Rongga dalam Agregat (VMA), %

Min

15

14

13

Rongga terisi Aspal, %

Min

65

63

60

Stabilitas Marshall, kg

Min

1000

1800

Maks

Min

Maks

Marshall Quotient, kg/mm

Min

300

350

Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman


selama 24 jam, 60 oC

Min

75

Rongga dalam Campuran pada Kepadatan


Membal (Refusal), %

Min

2,5

Stabilitas Dinamis, lintasan / mm

Min

2500

Pelelehan, mm

VISKOSITAS DAN TEMPERATUR


CAMPURAN BERASPAL
(MENGGUNAKAN ASPAL KONVENSIONAL)

PENGUKURAN UNTUK PEMBAYARAN


Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi
lokasi dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah,
retak atau menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau
di tempat lainnya.
Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan
aspal lama yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan memerlukan koreksi bentuk yang
cukup besar, harus dihitung berdasarkan nilai terkecil antara:
a) jumlah tonase dari bahan yang telah dihampar dan diterima
berdasarkan berat campuran beraspal yang diperoleh dari
penimbangan muatan di rumah timbang, dan
b) hasil perkalian antara tebal rata-rata yang diterima dengan
luas penghamparan aktual yang diterima dan
c) tebal rata-rata dan kepadatan lapangan yang diterima

LANJUTAN
Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran
beraspal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar
dari tebal nominal rancangan yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.1.
(1) atau tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana.
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu
ketebalan yang kurang berdasarkan pertimbangan teknis atau
suatu ketebalan lebih untuk lapis perata seperti yang diijinkan
menurut Pasal 6.3.8.(1).(c) dari Spesifikasi ini.
Tidak ada penyesuaian luas atau volume hamparan untuk
ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan bila campuran
beraspal tersebut dihampar di atas permukaan yang juga
dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika diperintahlan lain oleh
Direksi Pekerjaan harus dihitung berdasarkan tebal ditunjukkan
dalam Gambar Rencana.

LANJUTAN
Bilamana Direksi Pekerjaan menerima campuran beraspal dengan
kadar aspal rata-rata yang lebih tinggi dari kadar aspal optimum
tetapi masih masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari
kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal yang digunakan
pada campuran beraspal harus dihitung berdasarkan berat hamparan
dikalikan dengan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF.
Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal
dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal
optimum tetapi masih masuk dalam rentang kadar aspal yang
diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan
toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal
yang digunakan pada campuran beraspal harus dihitung berdasarkan
berat hamparan dikalikan dengan kadar aspal rata-rata tersebut.
Tidak ada pembayaran yang dapat dilakukan untuk campuran yang
kadar aspalnya di bawah kadar aspal minimum dari rentang kadar
aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam
JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)).

LANJUTAN
Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang
digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk
berbagai campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya
haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada
penyesuaian harga yang akan dibuat sehubungan dengan
perbedaan kadar aspal yang disetujui dalam JMF dan kadar
aspal dalam analisa harga satuan dalam penawaran

PENGEMBALIAN KONDISI DAN


PEKERJAAN MINOR (Divisi 8)
PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA
(Perbaikan lobang2 besar, keriting/gelombang sedalam > 3 cm, retak2
struktural lebar dan tanah dasar melemah).
Harus dilaksanakan sesegera mungkin dalam program pelaksanaan.
Lokasi ditetapkan dalam Survai Awal Kontraktor lalu dicantumkan dalam
Review Desain.

Klasifikasi: Perbaikan lobang > 40x40 cm dengan total volume setelah


penggalian 10 m3 per km; dan pelaburan antara 10
30 % setiap
100 m2 jalan beraspal dan luas tiap pelaburan 40 m2.

Pek. yang lebih besar dari Pengembalian Kondisi harus dibayar dengan
Peningkatan/Perbaikan (Divisi 2, 3, 5, atau 6).

Pek. Yang lebih kecil dari Pengembalian Kondisi harus dibayar dengan
Pemeliharaan Rutin (Divisi 10).

PEMELIHARAAN RUTIN (Divisi 10)


PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN, BAHU JALAN,
DRAINASE, PERLENGKAPAN JALAN DAN JEMBATAN
Dibayar secara bulanan dari Harga Penawaran LUMP SUM
(bukan berdasarkan kuantitas bahan aktual yang digunakan).

Kontraktor harus dianggap telah melakukan pemeriksaan


lapangan secara teliti sebelum mengajukan Penawaran dan telah
mengetahui dengan jelas kondisi aktual lapangan, sehingga
Harga Penawarannya telah mencakup pekerjaan yang
diperlukan selama Periode kontrak, dengan memperhitungkan
kondisi lalu lintas, perkerasan lama dan cuaca, serta kerusakan
yang mungkin terjadi antara saat penawaran dan saat lapangan
diserahkan.

Kegiatan harus dimulai saat serah-terima lapangan sampai


berakhirnya Periode Kontrak.

REHABILITASI PERKERASAN JALAN


(belum termasuk dalam Spesifikasi Umum)

Rehabilitasi

Jalan:

- Overlay / pelapisan ulang


mahal
- Selain overlay : recycling (daur ulang);
rekonstruksi untuk beberapa tahun yad.

Pavement Recycling/Stabilization Machine


Wirtgen WR2500

Pembuatan Foamed Bitumen

Pencampuran Foamed
Bitumen dengan recycled
material dalam Mixing
Chamber

Proses pavement recycling/stabilization


secara in-situ

Contoh: PROYEK PANTURA JAWA

Urut-urutan peralatan:
- Recycling Machine
WR2500
- Smooth Drum Compactor
- Water Tank Truck
- Motor Grader
- Tyre Roller Compactor

Foamed Bitumen

Recycled material sebelum


dipadatkan.

(Tambahan 2,5% foamed bitumen


+ 1,5% semen portland)

Sabar, masih ada


tambahan :
Jalan Beton Semen

HPJI

DPP - HPJI

Anda mungkin juga menyukai