Anda di halaman 1dari 100

SPESIFIKASI JALAN

Disampaikan dalam Pembekalan Sertifikasi HPJI


untuk

Tenaga Ahli Pelaksana dan Pengawas


Jalan dan Jembatan

Januari 2008
(Direvisi Okt 2009, Mar 2011)
TUJUAN PEMBEKALAN

MEMANTAPKAN PEMAHAMAN DAN PENGERTIAN

ATAS KANDUNGAN SPESIFIKASI, BAIK YANG

TERSURAT MAUPUN YANG TERSIRAT,

SEHINGGA DAPAT MENGHINDARI KESALAHAN

DALAM PENYIAPAN PENAWARAN DALAM

PELELANGAN (AHS, AKA, DLL), DAN

PELAKSANAAN KONSTRUKSI.
CAKUPAN MATERI PEMBEKALAN
A. FILOSOFI SPESIFIKASI:
PENGERTIAN DAN JENIS SPESIFIKASI

B. STRUKTUR SPESIFIKASI YANG BAKU

C. ULASAN TENTANG:
DISKRIPSI; PENGUKURAN HASIL KERJA; CARA
PEMBAYARAN; METODA PELAKSANAAN DAN
PERALATAN;

D. PENGENDALIAN MUTU (QC);

E. DIVISI-DIVISI YANG PENTING


(Mobilisasi, Drainase, Pek. Tanah, Perkerasan
Berbutir, Perkerasan Aspal, Perkerasan Beton Semen,
Pengembalian Kondisi dan Pemeliharaan Rutin).
FILOSOFI SPESIFIKASI
PENGERTIAN SPESIFIKASI (TEKNIK)

 SPESIFIKASI adalah bagian dari Dokumen Lelang


yang menjelaskan persyaratan teknik Pekerjaan yang
dilelangkan.

 Persyaratan Teknik tersebut mencakup :


- Persyaratan Bahan Baku
- Persyaratan Bahan Olahan
- Cara Pelaksanaan Pekerjaan, termasuk persyaratan
teknik peralatan yang dipergunakan.
- Persyaratan teknik produk akhir Pekerjaan yang
harus dicapai.
DOKUMEN PELELANGAN

PADA UMUMNYA TERDIRI ATAS DOKUMEN-DOKUMEN


BERIKUT:

Buku I : INSTRUKSI KEPADA PESERTA LELANG


Buku II : SYARAT-SYARAT UMUM
Buku III : SPESIFIKASI
Buku IV : GAMBAR
Buku V : DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
Buku VI : ADDENDA (kalau ada)
MAKSUD SPESIFIKASI :
Sebagai pedoman bagi Peserta Pelelangan dalam
mengajukan Penawaran.
Sebagai pedoman bagi Pelaksana / Kontraktor
(Penyedia Jasa) dalam melaksanakan Pekerjaan.
Sebagai pedoman bagi Pengawas dalam mengawasi
pelaksanaan Pekerjaan oleh Kontraktor (Penyedia
Jasa).
Sebagai pedoman bagi Pinpro /Kepala Satker yang
mewakili Pemilik Pekerjaan, dalam mempertanggung-
jawabkan proyek secara keseluruhan.

TUJUAN SPESIFIKASI :
Tercapainya produk akhir Pekerjaan yang memenuhi
keinginan Pemilik Pekerjaan (Owner / Pengguna Jasa).
KEINGINAN PEMILIK PEKERJAAN :

Dinyatakan dalam :
 Gambar Rencana (bentuk, ukuran, elevasi, lokasi)
 Spesifikasi (persyaratan-persyaratan teknik)

Mutu hasil Pekerjaan disebut baik, apabila :


Produk Akhir = Keinginan Pemilik
(persis sesuai dengan yang tertera dalam Gambar dan Spesifikasi)

Dengan kata lain: Gambar dan Spesifikasi adalah Standar Mutu


Pekerjaan yang ingin dicapai
SPESIFIKASI UMUM (General Specifications)

mencakup semua persyaratan teknik yang berlaku


umum untuk seluruh paket proyek yang ada.

SPESIFIKASI KHUSUS (Special Specifications)

mencakup persyaratan-persyaratan teknik yang


berlaku hanya untuk paket-paket proyek atau jenis-
jenis pekerjaan tertentu saja.

Struktur dan Isi Spesifikasi erat hubungannya dengan Sistem


Perencanaan Teknik (Road Design System) yang berlaku
JENIS-JENIS SPESIFIKASI
 End Result Specification / Performance
Specification (Spesifikasi Produk Akhir), yaitu jenis
Spesifikasi dimana yang dipersyaratkan adalah dimensi dan
kualitas produk akhir yang harus dicapai, tanpa mempersoalkan
metode kerja untuk mencapai hasil akhir tsb.

 Process Specification (Spesifikasi Proses Kerja), yaitu


jenis Spesifikasi dimana yang diatur adalah semua ketentuan
yang harus dilaksanakan selama proses pelaksanaan Pekerjaan.
Dengan mengatur semua proses pelaksanaan Pekerjaan,
diharapkan hasil kerja akan diperoleh sesuai dengan yang
diinginkan.

 Multi Step and Method Specification (Spesifikasi


Bertahap), yaitu jenis Spesifikasi yang mengatur semua
langkah: material, metode kerja dan hasil kerja yang
diharapkan.
JENIS SPESIFIKASI YANG MANA
YANG BANYAK DIPAKAI DI INDONESIA SAAT INI ?

o SPESIFIKASI BERTAHAP (SEMUA DIATUR) LEBIH BANYAK


DIPAKAI;
DALAM HAL “DISIPLIN INDUSTRI KONSTRUKSI” MASIH
BELUM BAIK, SPESIFIKASI BERTAHAP DIANGGAP
LEBIH TEPAT.

o SPESIFIKASI HASIL AKHIR (END RESULT SPEC.) MASIH


SANGAT TERBATAS.
COCOK UNTUK PENERAPAN SISTEM KONTRAK BERBASIS
KINERJA (PERFORMANCE BASED CONTRACT / PBC)

o BENARKAH PENDAPAT, BAHWA SPESIFIKASI BERTAHAP


MENGHAMBAT INOVASI ??

INGAT MASIH ADA PCM ( Pre Construction Meeting)


HAL-HAL YANG PERLU DICERMATI DALAM
SPESIFIKASI “BERTAHAP”:

Antara lain:
a. STRUKTUR UMUM SPESIFIKASI
b. DISKRIPSI / URAIAN
c. CARA MENGUKUR VOLUME HASIL KERJA
d. CARA PEMBAYARAN
e. KEGIATAN YANG ”TIDAK DIBAYAR”
f. STATUS QUALITY CONTROL
g. TOLERANSI KETEBALAN DAN TOLERANSI MUTU
(misalnya dalam Perkerasan Beton Aspal dan
Perkerasan Beton Semen)
STRUKTUR SPESIFIKASI TEKNIK
YANG BAKU

1. UMUM (URAIAN): TEBAL; BENDA UJI;


TOLERANSI; RUJUKAN; BATASAN CUACA; DLL.

2. MATERIAL: SPESIFIKASI; SUMBER PASOKAN; DLL.

3. PERALATAN DAN METODA PELAKSANAAN

4. PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN

5. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN.

6. CARA PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


YANG PENTING DARI
DISKRIPSI ATAU URAIAN
1. YANG TERSURAT << YANG TERSIRAT
ATAU YANG HARUS DIKERJAKAN >> YANG TERSURAT
DALAM JUDUL.

2. MISALNYA :
• JUDUL: GALIAN  (“PERLU BULLDOZER”)
• LINGKUP: PENGGALIAN; PEMBUANGAN  (MEMUAT;
MENGANGKUT; MEMBUANG, MERATAKAN DAN ME-
MADATKAN) >> JUDUL  (PERLU BULLDOZER; LOADER;
DUMP TRUCK; GRADER; ALAT PEMADAT)

 YANG HARUS DIKERJAKAN LEBIH BANYAK DARI


YANG “TERSURAT” DALAM JUDUL PEKERJAAN.

 ALAT YANG DIPERLUKAN LEBIH BANYAK DARI


ALAT YANG “TERSURAT” DARI JUDUL PEKERJAAN.
ILUSTRASI
CARA PENGUKURAN HASIL KERJA
GALIAN STRUKTUR
TITIK POTONG
TERRENDAH

C C C

A B A

1. A+B = GALIAN STRUKTUR


2. C = GALIAN NON STRUKTUR
3. A = GALIAN STRUKTUR YANG TIDAK DIBAYAR
4. B = GALIAN STRUKTUR YANG DIBAYAR
CARA PEMBAYARAN
1. MENGGUNAKAN NOMOR MATA PEMBAYARAN DAN
SATUAN PEMBAYARAN TERTENTU (Standar):
Rp/m; Rp/m2; Rp/m3; Rp/kg; Rp/ton; Rp/buah; LUMP SUM; dll.

2. ADA BEBERAPA PEKERJAAN YANG


“TIDAK DIBAYAR” SECARA TERPISAH/TERSENDIRI
(TIDAK MEMPUNYAI MATA PEMBAYARAN).

3. BUTIR 2. DIANGGAP:
TERMASUK PADA BAGIAN PEKERJAAN “UTAMA”-
NYA atau TERSEBAR KE DALAM PAY-ITEMS YANG
LAIN; atau CONTINGENCIES kalau ada; atau
KOEFISIEN YANG LAIN.

4. JENIS KONTRAK PBC (Performance Based Contract):


PEMBAYARAN DILAKUKAN SECARA LUMP SUM
BEBERAPA CONTOH
KEGIATAN YANG “TIDAK DIBAYAR”

1. YANG “TIDAK DIBAYAR” BIASANYA MERUPAKAN :


PEKERJAAN PENDUKUNG, VOLUMENYA TIDAK BESAR.
BESARAN VOLUMENYA MERUPAKAN “PROSENTASE”
DARI VOLUME PEKERJAAN YANG DIDUKUNG; atau
ALASAN PRAKTIS LAINNYA.

2. BEBERAPA CONTOH PEKERJAAN YANG TIDAK PUNYA


MATA PEMBAYARAN atau “TIDAK DIBAYAR” :

Lantai Kerja; Percobaan (Pemadatan; Campuran);


Pengendalian Mutu; Bahan Aditiv Semen; dll.
RUANG LINGKUP SPESIFIKASI
JALAN DAN JEMBATAN
Secara garis besar, Spesifikasi Jalan dan Jembatan DIREKTORAT
JENDERAL BINA MARGA dibagi menjadi 10 Divisi:
(Dokumen Pelelangan Nasional Penyediaan Pekerjaan Konstruksi untuk Kontrak
Harga Satuan, “Bab VII, Spesifikasi Umum”, Edisi November 2010)

Divisi 1 : Umum
Divisi 2 : Drainase
Divisi 3 : Pekerjaan Tanah
Divisi 4 : Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Divisi 5 : Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen
Divisi 6 : Perkerasan Aspal
Divisi 7 : Struktur
Divisi 8 : Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Divisi 9 : Pekerjaan Harian
Divisi 10 : Pekerjaan Pemeliharaan Rutin.
BEBERAPA KETENTUAN TAMBAHAN /REVISI PADA
DIVISI I UMUM MENURUT SPESIFIKASI UMUM 2010 :

•MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS,


dibayar dengan Lump Sum
•PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP,
tidak ada pembayaran khusus
•KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA,
tidak ada pembayaran khusus
•PENGUJIAN PENGEBORAN,
dibayar dalam m’ pengeboran , dan m’ sondir
•MANAJEMEN MUTU,
dibayar Lump Sum
TIGA KELOMPOK KEGIATAN KONSTRUKSI PADA
PEKERJAAN JALAN
1. ROUTINE MAINTENANCE (PEMELIHARAAN RUTIN):
KEGIATAN PERBAIKAN KERUSAKAN RINGAN DAN LOKAL
PADA BAGIAN SEGMEN JALAN YANG BERKONDISI
MANTAP AGAR SEGMEN JALAN TERSEBUT TETAP DALAM
KONDISI MANTAP.  HARUS DIKERJAKAN SECEPATNYA
 DILAKSANAKAN SECARA TERUS MENERUS

2. REINSTATEMENT (PENGEMBALIAN KONDISI DAN


PEKERJAAN MINOR):
KEGIATAN PERBAIKAN KERUSAKAN PADA BAGIAN SEGMEN
JALAN YANG AKAN DITINGKATKAN AGAR DAPAT DILALUI
LALU LINTAS.  PERSIAPAN SEBELUM DITINGKATKAN.

3. IMPROVEMENT (PEKERJAAN UTAMA):


KEGIATAN PERKUATAN / PENINGKATAN STRUKTUR PADA
SEGMEN YANG TELAH SELESAI DI-REINSTATEMENT.
 BERUPA PELAPISAN ULANG/OVERLAY/RESURFACING
 DENGAN UMUR RENCANA.
MASALAH BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN
KETIGA KELOMPOK KEGIATAN

1. KURANG DISADARI PERAN/FUNGSI DARI KEGIATAN


PEMELIHARAAN RUTIN DAN PENGEMBALIAN KONDISI
SEHINGGA SERING DILAKSANAKAN DENGAN TIDAK BENAR
 PENYEBAB KERUSAKAN DINI.
SERING KALI DIANGGAP TERMASUK PEKERJAAN MINOR,
DAN NILAI PEMBAYARANNYA “KECIL”  DIABAIKAN.

2. KEMUNGKINAN AKIBAT PENYIMPANGAN:


PEMELIHARAAN RUTIN YANG TIDAK BENAR ADALAH
SALAH SATU PENYEBAB BERTAMBAHNYA KERUSAKAN JALAN
(JADI BUKAN HANYA BEBAN LALU-LINTAS SAJA).
PENGEMBALIAN KONDISI YANG TIDAK BENAR BERAKIBAT
PENINGKATAN (IMPROVEMENT) AKAN TERLETAK DI ATAS
DASAR YANG TIDAK KOKOH, DAN AKHIRNYA PRODUK
PENINGKATAN TERSEBUT AKAN LEKAS RUSAK.
CONTOH PEKERJAAN PENGEMBALIAN KONDISI
DAN PEKERJAAN MINOR
YANG DILAKSANAKAN KURANG BAIK
(1)

DPP - HPJI
Permukaan jalan yang rusak dibongkar dengan jack hammer setelah batas-
batasnya dipotong dengan pavement cutter.
Kalau dasar galian lapis pertama masih menunjukkan retak-retak atau tidak
kokoh, perlu digali lebih dalam.
Penyemprotan Tack Coat perlu dilakukan merata ke seluruh bidang, termasuk
bidang tegak. Tack Coat yang baik adalah dari Aspal Emulsi.
• Hindari Tack Coat yang berlebihan / tergenangan, karena akan berpotensi
menimbulkan bleeding (kegemukan aspal).
• Bagian perkerasan yang tidak kokoh harus dibongkar kembali.
CONTOH PEKERJAAN PENGEMBALIAN KONDISI
DAN PEKERJAAN MINOR
YANG DILAKSANAKAN KURANG BAIK
(2)

DPP - HPJI
Mengapa terjadi
kerusakan seperti ini ???

Terjadi kerusakan pada


daerah tambalan
Terjadi kerusakan
pada bagian ujung
daerah filling
terlebih dahulu.

Kerusakan berupa
retakan dan
penurunan
Material filling, yang diangkut
dengan truk, sudah dingin.
Pemadatan dengan alat yang tidak memadai.
Hasil penambalan tidak sempurna, kepadatan kurang, dan air masih bisa
masuk ke dalam material tambalan.
Bidang sisi ujung galian tidak tegak (hasil penggalian menggunakan Cold
Milling Machine), penyemprotan secara manual sulit rata, dan material
Tack Coat tergenang pada dasar alur-alur galian.
Terjadinya genangan material tack coat pada alur-alur
galian dapat menjadi penyebab bleeding.
Terjadinya genangan material tack coat pada
alur-alur galian dapat menjadi penyebab
bleeding.
Raking dan penaburan kembali dapat mengakibatkan segregasi pada
permukaan.
Pada pemadatan awal, ¼ lebar roda pemadat sebaiknya berada di atas
hamparan yang belum dipadatkan, guna memudahkan diperolehnya kerataan
sambungan memanjang.
Tidak boleh dilakukan pembasahan roda alat pemadat dengan
minyak (apalagi minyak goreng) !!!
Pembasahan roda Tyre Roller tidak boleh berlebihan; cukup dengan lap basah,
tidak boleh dengan minyak/solar; kalau perlu, boleh dengan air ditambah
sedikit detergen. Roda Tyre Roller perlu dipasang keset agar campuran aspal
tidak menempel.
Yang harus dan tidak boleh dilakukan dalam
pekerjaan scrapping and filling :
• Pada penggalian untuk pothole patching, harus diperiksa apakah bidang dasar
dan bidang-bidang tegak galian masih utuh. Apabila tidak, atau terdapat retak-
retak, maka harus digali lagi sampai bagian yang utuh.

• Ujung-ujung galian yang dilakukan menggunakan Cold Milling Machine harus


dibuat tegak dengan menggunakan Jack Hammer atau alat manual, jangan
dibiarkan berbentuk lengkung ¼ lingkaran karena akan menjadi tempat yang
lemah setelah pemadatan.

• Pergunakan Aspal Emulsi sebagai material Tack Coat. Jangan menggunakan MC.

• Tack Coat harus disemprotkan secara merata dengan jumlah / ketebalan


sesuai ketentuan Spesifikasi.

• Tack coating pada dasar galian yang permukaannya tidak rata tidak boleh
menimbulkan genangan pada bagian-bagian yang rendahnya, karena akan
mengakibatkan kelebihan tack coat, dan nantinya akan naik ke atas akibat
beban lalu lintas sehingga menimbulkan bleeding (kegemukan aspal) di
permukaan jalan.
Scrapping & Filling
Scrapping dengan Cold Milling Machine :
– Sampai kedalaman yang dasarnya kokoh.
– Sisi-sisi samping dan ujung harus tegak.

Filling :
– Tack coating yang baik menggunakan Aspal Emulsi.
– Tack Coat diusahakan merata dengan jumlah /
ketebalan yang benar, meliputi bidang dasar dan
bidang tegak galian.
– Filling material baru dihampar setelah Aspal Emulsi
break (ditandai dengan perubahan warna dari coklat
ke hitam), dan air di permukaan menguap.
SKEDUL UTAMA KEGIATAN KONSTRUKSI

MASA KONTRAK
========================================================
MASA PEMELIHARAAN RUTIN :
INTENSIVE REGULAR
========================================

MASA KONSTRUKSI PHO WARANTY PERIOD FHO


========================================================
MOBILISASI PENINGKATAN 3-12 bulan
==========
TERGANTUNG
FASILITAS LAB.
SIFAT PROYEK
==========
SURVAI LAP. AWAL  oleh KONTRAKTOR; (Artikel 1.9.2)
==== UNTUK
REVIEW DESAIN  oleh DIREKSI PEKERJAAN
====
REINSTATEMENT
======
DESAIN BERTAHAP (PHASED DESIGN) DALAM
PENINGKATAN JALAN

Tahap I : Untuk Tender saja, disebut Simplified Design.


• Mata Pembay. Utama (mengenai perkerasan aspal)
didesain teliti (lokasi, volume)
• Mata Pembay. Minor didesain dengan pendekatan
statistik / perkiraan.
Tahap II : Untuk pedoman pelaksanaan (Review Desain).
Dilakukan pendetailan / revisi minor thd Desain Tahap I :
• Kontraktor melakukan Survey Awal dalam masa
Mobilisasi dengan supervisi Konsultan, untuk menentukan
lokasi-lokasi perbaikan.
• Hasil Survai ini dijadikan bahan untuk membuat Review
Desain oleh Direksi.
PEMBAYARAN
FASILITAS & PELAKSANAAN PENGUJIAN

1. FASILITAS PENGUJIAN :

- TIDAK DIBAYAR TERSENDIRI atau TERPISAH


- TERMASUK PADA MATA PEMBAYARAN MOBILISASI

2. PELAKSANAAN PENGUJIAN SESUAI SPESIFIKASI :

- TIDAK DIBAYAR TERSENDIRI atau TERPISAH


- SUDAH HARUS DIMASUKKAN KE DALAM PERHITUNGAN
BIAYA HARGA-HARGA SATUAN MATERIAL YANG
BERSANGKUTAN.
PENGENDALIAN MUTU
(QUALITY CONTROL)
1. TIDAK SELALU TERDAPAT / TERGABUNG PADA SUATU
ARTIKEL KHUSUS DALAM SPESIFIKASI (menyulitkan).

2. PADA UMUMNYA SPESIFIKASI PENGENDALIAN MUTU


YANG BAKU BERSTRUKTUR “2-3-5”.

3. 2  DIMENSI DAN KUALITAS


3  BAHAN BAKU: BAHAN OLAHAN; PRODUK JADI
5  5 HAL : - TEST APA;
- METODA APA;
- FREKWENSI / INTERVAL BERAPA;
- SPESIFIKASI BAGAIMANA;
- TOLERANSI BAGAIMANA.
STATUS HASIL
PENGENDALIAN MUTU
1. SEBAGAI PERANGKAT UNTUK DAPAT DILAKUKAN
PEMBAYARAN. BAGIAN PEKERJAAN YANG SUDAH
LOLOS QC.

2. SEBAGAI PERANGKAT UNTUK DAPAT DILAKSANA-


KAN BAGIAN PEKERJAAN BERIKUTNYA YG TERKAIT.

3. SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM QUALITY ASSURANCE.

4. MESKIPUN SECARA QC SUDAH DITERIMA; TIDAK


MELEPASKAN TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
ATAS MUTU HASIL PEKERJAAN SECARA KESELURUHAN.
 MASIH ADA PHO; FHO dan PASAL KEGAGALAN BANGUNAN
DALAM UU No. 18/1999 (UUJK).
POSISI & STATUS QC
CEK PROSES

CEK PROSES CEK PROSES

Q
Q Q Q
C
C C C
Lapis Pondasi
Ag. I + Ag.II Ag. Kelas A
Agregat
CEK PROSES
Tahap Tahap Tahap
Bahan Baku Bahan Olahan Produk Jadi
Dimensi : Gradasi Dimensi : Gradasi Dimensi : Tebal
QC
Kualitas : Abrasi Kualitas : CBR Kualitas : CBR
DIMENSI
QC = CEK PRODUK SISTEM JAMINAN MUTU
KUALITAS
(QUALITY ASSURANCE SYSTEM)
CEK PROSES Periksa
“Check List utk Pek. Jalan dan Jembatan”
PEKERJAAN TANAH
(Divisi 3)
GALIAN YANG TIDAK DIUKUR
UNTUK PEMBAYARAN
(“TIDAK DIBAYAR” DENGAN PEK. TANAH GALIAN)

 Galian di luar garis yang ditentukan dalam profil


melintang yang disetujui.
 Galian utk pembuatan selokan drainase dan saluran air.
 Galian utk pemasangan gorong-gorong pipa.
 Galian utk pengembalian kondisi perkerasan lama.
 Galian utk pengembalian kondisi bahu jalan.
 Galian utk pemeliharaan rutin.
 Galian utk pengambilan material dari sumber bahan
(borrow pits).
 Galian dan pembuangan selain utk tanah, batu dan
perkerasan lama.
 BAHAN TIMBUNAN
 Timbunan Biasa
- Tidak berplastisitas tinggi, A-7-6 (AASHTO M145)
atau CH (Unified Soil Classif. System), kecuali utk
pada dasar timbunan atau pada penimbunan kembali
tanpa diperlukan daya dukung atau kekuatan geser yg
tinggi.
- Utk lapis tanah dasar (subgrade), 30 cm di bawah
permukaan), ada syarat tambahan: CBR ≥ 6 % (AASHTO
T193), dan kepadatan 100 % (AASHTO T99).
- Tanah “very expansive” dengan Nilai Aktif ≥ 1,25 tidak
boleh digunakan.
(Nilai Aktif = Indeks Plastisitas dibagi Kadar Lempung).
TIMBUNAN (lanjutan)
 Timbunan Pilihan
- Berlaku persyaratan utk Timbunan Biasa,
dengan tambahan persyaratan.
- CBR ≥ 10 %, Kepadatan 100 %
- Bila pemadatan dalam keadaan jenuh air
tidak dapat dihindari, PI ≤ 6 %.

 Timbunan Pilihan di atas Rawa


- Pasir atau kerikil bersih dengan PI ≤ 6 %.
ACTIVITY 1.25

BAHAN TIMBUNAN (1)


PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
• Bila tinggi timbunan ≤ 1 meter, dasar pondasi timbunan
harus dipadatkan sampai 15 cm bagian permukaan atas
dasar pondasi memenuhi persyaratan timbunan di atasnya.
• Timbunan di atas lereng harus dibuat bertangga.
• Penghamparan harus dilakukan berlapis setebal 20 cm
gembur, dan dipadatkan pada kadar air antara 3 % di
bawah sampai 1 % di atas kadar air optimum / OMC.
• Lapisan tanah pada kedalaman > 30 cm di bawah permukaan
tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % (AASHTO
T99).
• Lapisan tanah pada kedalaman ≤ 30 cm di bawah permukaan
tanah dasar harus dipadatkan sampai 100 % (AASHTO
T99).
CARA PENGHAMPARAN
YANG SALAH !!!
(alat, material)
Tamping-pad roller untuk memadatkan tanah berlempung
Pemadatan dengan smooth drum roller
CARA PEMADATAN SALAH !!!
PERKERASAN BERBUTIR
(Divisi 5)
KELAS LAPIS PONDASI AGREGAT

•Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat,


yaitu Kelas A, Kelas B dan Kelas S.
•Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal,
•dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi
Bawah.
•Lapis Pondasi Agregat Kelas S akan digunakan untuk bahu jalan
tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam Seksi
4.2 (Bahu Jalan) dari Spesifikasi ini.
Tabel 5.1.2.(1)
Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95
1” 25,0 79 - 85 70 - 85 89 - 100
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 55 - 90
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 40 - 75
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 26 - 59
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 12 - 33
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 22
Persyaratan Mutu Material Agregat (Batuan):

Tabel 5.1.2.(2)
Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S


Abrasi dari Agregat Kasar 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
Indeks Plastisitas 0-6 0 - 10 4 – 15
Hasil kali Indeks Plastisitas dengan % maks. 25 - -
Lolos Ayakan No.200
Batas Cair 0 - 25 0 - 35 0 – 35
Bagian Yang Lunak 0-5% 0-5% 0-5%
CBR min.90 % min.60 % min.50 %
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

Penghamparan campuran harus merata, kadar air harus


merata dalam rentang yang disyaratkan.
Tebal padat maksimum 20 cm.

Pemadatan dilakukan dengan alat yang cocok (bila


dengan pemadat roda besi mengakibatkan agregat
pecah, dapat digunakan roda karet) sampai paling
sedikit 100 % kepadatan maksimum (AASHTO T108
method D); dan pada kadar air 3 % di bawah sampai 1 %
di atas kadar air optimum.
SPESIFIKASI BARU
CAMPURAN BERASPAL
(Divisi 6)

DPP - HPJI
JENIS CAMPURAN BERASPAL PANAS
LATASIR (SAND SHEET) Kelas A dan Kelas B
 Ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan.
 Pemilihan Kelas A atau Kelas B tergantung dari gradasi pasir yg digunakan.

LATASTON (HRS)
 Terdiri dari dua macam, yaitu Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan
Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).
 Ukuran maks agregat 19 mm.
 Kunci perencanaan campuran:
- Gradasi benar-benar senjang
- Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan spesifikasi.

LASTON (AC)
 Terdiri dari tiga macam campuran, yaitu Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengisi (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base).
 Ukuran maks agregat masing-masing campuran 19 mm; 23,4 mm; dan 37,5
mm.
 Campuran AC yang menggunakan aspal modifikasi masing-masing disebut
AC-WC Modified, AC-BC Modified dan AC-Base Modified.
TEBAL NOMINAL RANCANGAN CAMPURAN
ASPAL DAN TOLERANSI
TEBAL TOLERANSI
JENIS CAMPURAN SIMBOL NOMINAL TEBAL (mm)
MINIMUM (cm)

Latasir Kelas A SS-A 1,5


± 2,0
Latasir Kelas B SS-B 2,0

Lapis Aus HRS-WC 3,0


Lataston ± 3,0
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5

Lapis Aus AC-WC 4,0 ± 3,0

Laston Lapis Antara AC-BC 5,0 ± 4,0

Lapis Pondasi AC-Base 6,0 ± 5,0


PERSYARATAN AGREGAT KASAR

PENGUJIAN STANDAR NILAI

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan


SNI 03-3407-1994 Maks 12 %
Natrium dan Magnesium Sulfat

Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks 40 %

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min 95 %

Angularitas (kedalaman dari permukaan


95/90
< 10 cm) DOT’s Pennsylvania
Angularitas (kedalaman dari permukaan Test Method No. 621
80/75
≥10 cm) *)
Partikel pipih ASTM-4791 Maks 25 %

Partikel lonjong ASTM D-4791 Maks 10 %

Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 1 %


*) Catatan :

80/75 menunjukkan bahwa 80 % agregat kasar mempunyai muka bidang


pecah satu atau lebih dan 75 % agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.

PERSYARATAN AGREGAT HALUS

PENGUJIAN STANDAR NILAI

Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min 50 %

Material lolos saringan N0. 200 SNI 03-4428-1997 Maks 8 %


GRADASI AGREGAT GABUNGAN
% Berat Yang lolos
Ukuran Saringan
Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
ASTM (mm) Kelas A Kelas B WC Base WC BC Base
1 ½” 37,5 100
1” 25 100 90-100
¾” 19 100 100 100 100 100 90-100 Maks 90
½” 12,5 90-100 90-100 90-100 Maks 90
3/8” 9,5 90-100 75-85 65-100 Maks 90
No. 8 2,36 75-100 50-72 35-55 28-58 23-39 19-45
No. 16 1,18
No. 30 0,600 35-60 15-35
No. 200 0,075 10-15 8-13 6-12 2-9 4-10 4-8 3-7
DAERAH LARANGAN
No. 4 4,75 - - 39,5
No. 8 2,36 39,1 34,6 26,8-30,8
No. 16 1,18 25,6-31,6 22,3-28,3 18,1-24,1
No.30 0,600 19,1-23,1 16,7-20,7 13,6-17,6
No.50 0,300 15,5 13,7 11,4
BAHAN ASPAL UNTUK CAMPURAN
BERASPAL

Bahan Aspal yang dapat dipergunakan di Indonesia saat ini


terdiri dari :
Aspal Keras Pen 60 (konvensional)
Aspal dimodifikasi dengan Asbuton
Aspal Multigrade
Aspal Polymer

Pengambilan contoh bahan aspal dari setiap truk tanki


harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah.

Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji di


laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai Penetrasi
dan Titik Lembek.
PERSYARATAN ASPAL
METODE ASPAL ASPAL ASPAL
ASPAL
NO. JENIS PENGUJIAN PENGUJIAN KERAS MOD. DG MULTI-
POLYMER
SNI PEN 60 ASBUTON GRADE

1. Penetrasi, 0,1 mm 06-2456-1991 60-79 50-80 40-55 50-70


2. Titik Lembek, 0C 06-2434-1991 48-58 Min 54 Min 55 Min 55
3. Titik Nyala, 0C 06-2433-1991 Min 200 Min225 Min 225 Min 225
4. Daktilitas, cm 06-2432-1991 Min 100 Min 50 Min 50 Min 100
5. Berta Jenis 06-2441-1991 Min 1,0 Min 1,0 Min 1,0 Min 1,0
6. Kelarutan dlm Trichlor 06-2438-1991 Min 99 Min 99 Min 90 Min 99
Ethylene, % berat
7. Penurunan Berat (TFOT), 06-2440-1991 Maks 0,8 Maks 1,0 Maks 2,0 Maks 0,8
% berat
8. Penetrasi setelah Kehilangan 06-2456-1991 Min 54 - Min 55 Min 60
Berat, % asli
9. Perbedaan Penetrasi setelah 06-2456-1991 - Maks 40 - -
TFOT, % asli
10. Daktilitas setelah TFOT, 06-2432-1991 Min 50 - Min 50 Min 50
% asli
11. Mineral Lolos Saringan No. 06-1968-1991 - - Min 90 -
100, %
12. Perbedaan Titik Lembek 06-2456-1991 - Maks 6,5 - -
setelah TFOT, % asli
PERSYARATAN ASPAL
(lanjutan)

METODE ASPAL ASPAL ASPAL


ASPAL
NO. JENIS PENGUJIAN PENGUJIAN KERAS MOD. DG MULTI-
POLYMER
SNI PEN 60 ASBUTON GRADE
13. Stabilitas penyimpanan pada - Maks 2 - -
163 0C selama 48 jam 06-2434-1991
- Perbedaan Titik Lembek, 0C
14. Elastic Recovery pada 25 0C, - Min 30 - -
%
15. Uji Bintik / Spot Test AASHTO Negatif - - -
(optional) T102
-Standar Naptha
-Naptha Xylene
-Hepthane Xylene

16. Kekentalan pada 135 0C, cSt 06-6721-2002 - 300-2000 - -


BAHAN ADITIV UNTUK CAMPURAN
SIFAT-SIFAT TIPE TIPE
METODE PENGUJIAN
ASBUTON 5/20 20/25

Kadar Aspal, % SNI 03-3640-1994 18 - 22 23 - 27

Ukuran Butir
SNI 03-1968-1990 1,18 1,18
Maksimum, mm

Kadar Air, % SNI 03-2490-1991 Maks 2 Maks 2

Penetrasi Aspal
SNI 03-2456-1991 ≤ 10 19 - 22
Asbuton, 0,1 mm

Catatan
Asbuton Butir Tipe 5/20 : Kelas penetrasi 5 (0,1 mm), dan kadar bitumen 20 %
Asbuton Butir Tipe 20/25 : Kelas penetrasi 20 (0,1 mm), dan kadar bitumen 25 %
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASIR
UNTUK LALU LINTAS < 0,5 JUTA ESA / TAHUN
LATASIR
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
KELAS A & B
Penyerapan Aspal, % Maks 2,0
Jumlah Tumbukan per Bidang - 50
Min 3,0
Rongga dalam Campuran, %
Maks 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 20
Rongga Terisi Aspal, % Min 75
Min 200
Stabilitas Marshall, kg
Maks 850
Min 2
Pelelehan, mm
Maks 3
Marshall Quotient, kg/mm Min 80
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman selama
Min 75
24 jam, 60 oC
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASTON
UNTUK LALU LINTAS < 1,0 JUTA ESA / TAHUN
LATASTON
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
WC HC
Penyerapan Aspal, % Maks 1,7
Jumlah Tumbukan per Bidang - 75
Min 3,0
Rongga dalam Campuran, %
Maks 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 18 17
Rongga terisi Aspal, % Min 68
Stabilitas Marshall, kg Min 900
Pelelehan, mm Min 3
Marshall Quotient, kg/mm Min 300
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman selama 24 jam,
Min 75
60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Membal
(Refusal), %
Min 2
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON
UNTUK LALU LINTAS < 5 JUTA ESA / TAHUN
LASTON
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
WC BC Base
Penyerapan Aspal, % Maks 1,2
Jumlah Tumbukan per Bidang - 75 112
Min 3,5
Rongga dalam Campuran, %
Maks 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal, % Min 65 63 60
Min 800 1500
Stabilitas Marshall, kg
Maks - -
Pelelehan, mm Min 3 5
Marshall Quotient, kg/mm Min 250 300
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman Min 75
selama 24 jam, 60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Min 2,5
Membal (Refusal), %
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON DI-MODIFIKASI
UNTUK LALU LINTAS > 5 JUTA ESA / TAHUN
LASTON (AC)
SIFAT-SIFAT CAMPURAN ASPAL
WC Mod BC Mod Base Mod
Penyerapan Aspal, % Maks 1,7
Jumlah Tumbukan per Bidang - 75 112
Min 3,5
Rongga dalam Campuran, %
Maks 3,5
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal, % Min 65 63 60
Stabilitas Marshall, kg Min 1000 1800
Maks - -
Pelelehan, mm Min 3 5
Maks - -
Marshall Quotient, kg/mm Min 300 350
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman Min 75
selama 24 jam, 60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Min 2,5
Membal (Refusal), %
Stabilitas Dinamis, lintasan / mm Min 2500
VISKOSITAS DAN TEMPERATUR
CAMPURAN BERASPAL
(MENGGUNAKAN ASPAL KONVENSIONAL)
PENGUKURAN UNTUK PEMBAYARAN
•Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi
lokasi dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak
atau menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di
tempat lainnya.

•Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan


aspal lama yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan memerlukan koreksi bentuk yang cukup
besar, harus dihitung berdasarkan nilai terkecil antara:
a) jumlah tonase dari bahan yang telah dihampar dan diterima
berdasarkan berat campuran beraspal yang diperoleh dari
penimbangan muatan di rumah timbang, dan
b) hasil perkalian antara tebal rata-rata yang diterima dengan
luas penghamparan aktual yang diterima dan
c) tebal rata-rata dan kepadatan lapangan yang diterima
LANJUTAN

• Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran


beraspal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar
dari tebal nominal rancangan yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.1.
(1) atau tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana.
• Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu
ketebalan yang kurang berdasarkan pertimbangan teknis atau
suatu ketebalan lebih untuk lapis perata seperti yang diijinkan
menurut Pasal 6.3.8.(1).(c) dari Spesifikasi ini.
• Tidak ada penyesuaian luas atau volume hamparan untuk
ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan bila campuran
beraspal tersebut dihampar di atas permukaan yang juga
dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika diperintahlan lain oleh
Direksi Pekerjaan harus dihitung berdasarkan tebal ditunjukkan
dalam Gambar Rencana.
LANJUTAN
•Bilamana Direksi Pekerjaan menerima campuran beraspal dengan
kadar aspal rata-rata yang lebih tinggi dari kadar aspal optimum tetapi
masih masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar
aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal yang digunakan
pada campuran beraspal harus dihitung berdasarkan berat hamparan
dikalikan dengan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF.
•Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal
dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal
optimum tetapi masih masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh
dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi
yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal yang
digunakan pada campuran beraspal harus dihitung berdasarkan berat
hamparan dikalikan dengan kadar aspal rata-rata tersebut.
•Tidak ada pembayaran yang dapat dilakukan untuk campuran yang
kadar aspalnya di bawah kadar aspal minimum dari rentang kadar aspal
yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF
dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)).
LANJUTAN

•Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang


digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk
berbagai campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya
haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian
harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal
yang disetujui dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa harga
satuan dalam penawaran
PENGEMBALIAN KONDISI DAN
PEKERJAAN MINOR (Divisi 8)
PENGEMBALIAN KONDISI PERKERASAN LAMA
(Perbaikan lobang2 besar, keriting/gelombang sedalam > 3 cm, retak2 struktural
lebar dan tanah dasar melemah).

 Harus dilaksanakan sesegera mungkin dalam program pelaksanaan. Lokasi


ditetapkan dalam Survai Awal Kontraktor lalu dicantumkan dalam Review Desain.

 Klasifikasi: Perbaikan lobang > 40x40 cm dengan total volume setelah


penggalian ≤ 10 m3 per km; dan pelaburan antara 10 – 30 % setiap 100
m2 jalan beraspal dan luas tiap pelaburan ≤ 40 m2.

 Pek.yang lebih besar dari Pengembalian Kondisi harus dibayar dengan


Peningkatan/Perbaikan (Divisi 2, 3, 5, atau 6).

 Pek.Yang lebih kecil dari Pengembalian Kondisi harus dibayar dengan


Pemeliharaan Rutin (Divisi 10).
PEMELIHARAAN RUTIN (Divisi 10)
PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN, BAHU JALAN,
DRAINASE, PERLENGKAPAN JALAN DAN JEMBATAN

 Dibayar secara bulanan dari Harga Penawaran LUMP SUM


(bukan berdasarkan kuantitas bahan aktual yang digunakan).

 Kontraktor harus dianggap telah melakukan pemeriksaan


lapangan secara teliti sebelum mengajukan Penawaran dan
telah mengetahui dengan jelas kondisi aktual lapangan,
sehingga Harga Penawarannya telah mencakup pekerjaan yang
diperlukan selama Periode kontrak, dengan memperhitungkan
kondisi lalu lintas, perkerasan lama dan cuaca, serta kerusakan
yang mungkin terjadi antara saat penawaran dan saat lapangan
diserahkan.

 Kegiatan harus dimulai saat serah-terima lapangan sampai


berakhirnya Periode Kontrak.
REHABILITASI PERKERASAN JALAN
(belum termasuk dalam Spesifikasi Umum)

 Rehabilitasi Jalan:

- Overlay / pelapisan ulang mahal


- Selain overlay : recycling (daur ulang);
rekonstruksi untuk beberapa tahun yad.
Pavement Recycling/Stabilization Machine
Wirtgen WR2500
Pembuatan Foamed Bitumen

Pencampuran Foamed
Bitumen dengan recycled
material dalam Mixing
Chamber

Proses pavement recycling/stabilization


secara in-situ
Contoh: PROYEK PANTURA JAWA
Urut-urutan peralatan:

-Recycling Machine WR2500


-Smooth Drum Compactor
-Water Tank Truck
-Motor Grader
-Tyre Roller Compactor
Foamed Bitumen

Recycled material sebelum


dipadatkan.
(Tambahan 2,5% foamed bitumen
+ 1,5% semen portland)
Sabar, masih ada
tambahan :
Jalan Beton Semen

HPJI
DPP - HPJI

Anda mungkin juga menyukai