Januari 2008
(Direvisi Okt 2009, Mar 2011)
TUJUAN PEMBEKALAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI.
CAKUPAN MATERI PEMBEKALAN
A. FILOSOFI SPESIFIKASI:
PENGERTIAN DAN JENIS SPESIFIKASI
C. ULASAN TENTANG:
DISKRIPSI; PENGUKURAN HASIL KERJA; CARA
PEMBAYARAN; METODA PELAKSANAAN DAN
PERALATAN;
TUJUAN SPESIFIKASI :
Tercapainya produk akhir Pekerjaan yang memenuhi
keinginan Pemilik Pekerjaan (Owner / Pengguna Jasa).
KEINGINAN PEMILIK PEKERJAAN :
Dinyatakan dalam :
Gambar Rencana (bentuk, ukuran, elevasi, lokasi)
Spesifikasi (persyaratan-persyaratan teknik)
Antara lain:
a. STRUKTUR UMUM SPESIFIKASI
b. DISKRIPSI / URAIAN
c. CARA MENGUKUR VOLUME HASIL KERJA
d. CARA PEMBAYARAN
e. KEGIATAN YANG ”TIDAK DIBAYAR”
f. STATUS QUALITY CONTROL
g. TOLERANSI KETEBALAN DAN TOLERANSI MUTU
(misalnya dalam Perkerasan Beton Aspal dan
Perkerasan Beton Semen)
STRUKTUR SPESIFIKASI TEKNIK
YANG BAKU
2. MISALNYA :
• JUDUL: GALIAN (“PERLU BULLDOZER”)
• LINGKUP: PENGGALIAN; PEMBUANGAN (MEMUAT;
MENGANGKUT; MEMBUANG, MERATAKAN DAN ME-
MADATKAN) >> JUDUL (PERLU BULLDOZER; LOADER;
DUMP TRUCK; GRADER; ALAT PEMADAT)
C C C
A B A
3. BUTIR 2. DIANGGAP:
TERMASUK PADA BAGIAN PEKERJAAN “UTAMA”-
NYA atau TERSEBAR KE DALAM PAY-ITEMS YANG
LAIN; atau CONTINGENCIES kalau ada; atau
KOEFISIEN YANG LAIN.
Divisi 1 : Umum
Divisi 2 : Drainase
Divisi 3 : Pekerjaan Tanah
Divisi 4 : Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Divisi 5 : Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen
Divisi 6 : Perkerasan Aspal
Divisi 7 : Struktur
Divisi 8 : Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Divisi 9 : Pekerjaan Harian
Divisi 10 : Pekerjaan Pemeliharaan Rutin.
BEBERAPA KETENTUAN TAMBAHAN /REVISI PADA
DIVISI I UMUM MENURUT SPESIFIKASI UMUM 2010 :
DPP - HPJI
Permukaan jalan yang rusak dibongkar dengan jack hammer setelah batas-
batasnya dipotong dengan pavement cutter.
Kalau dasar galian lapis pertama masih menunjukkan retak-retak atau tidak
kokoh, perlu digali lebih dalam.
Penyemprotan Tack Coat perlu dilakukan merata ke seluruh bidang, termasuk
bidang tegak. Tack Coat yang baik adalah dari Aspal Emulsi.
• Hindari Tack Coat yang berlebihan / tergenangan, karena akan berpotensi
menimbulkan bleeding (kegemukan aspal).
• Bagian perkerasan yang tidak kokoh harus dibongkar kembali.
CONTOH PEKERJAAN PENGEMBALIAN KONDISI
DAN PEKERJAAN MINOR
YANG DILAKSANAKAN KURANG BAIK
(2)
DPP - HPJI
Mengapa terjadi
kerusakan seperti ini ???
Kerusakan berupa
retakan dan
penurunan
Material filling, yang diangkut
dengan truk, sudah dingin.
Pemadatan dengan alat yang tidak memadai.
Hasil penambalan tidak sempurna, kepadatan kurang, dan air masih bisa
masuk ke dalam material tambalan.
Bidang sisi ujung galian tidak tegak (hasil penggalian menggunakan Cold
Milling Machine), penyemprotan secara manual sulit rata, dan material
Tack Coat tergenang pada dasar alur-alur galian.
Terjadinya genangan material tack coat pada alur-alur
galian dapat menjadi penyebab bleeding.
Terjadinya genangan material tack coat pada
alur-alur galian dapat menjadi penyebab
bleeding.
Raking dan penaburan kembali dapat mengakibatkan segregasi pada
permukaan.
Pada pemadatan awal, ¼ lebar roda pemadat sebaiknya berada di atas
hamparan yang belum dipadatkan, guna memudahkan diperolehnya kerataan
sambungan memanjang.
Tidak boleh dilakukan pembasahan roda alat pemadat dengan
minyak (apalagi minyak goreng) !!!
Pembasahan roda Tyre Roller tidak boleh berlebihan; cukup dengan lap basah,
tidak boleh dengan minyak/solar; kalau perlu, boleh dengan air ditambah
sedikit detergen. Roda Tyre Roller perlu dipasang keset agar campuran aspal
tidak menempel.
Yang harus dan tidak boleh dilakukan dalam
pekerjaan scrapping and filling :
• Pada penggalian untuk pothole patching, harus diperiksa apakah bidang dasar
dan bidang-bidang tegak galian masih utuh. Apabila tidak, atau terdapat retak-
retak, maka harus digali lagi sampai bagian yang utuh.
• Pergunakan Aspal Emulsi sebagai material Tack Coat. Jangan menggunakan MC.
• Tack coating pada dasar galian yang permukaannya tidak rata tidak boleh
menimbulkan genangan pada bagian-bagian yang rendahnya, karena akan
mengakibatkan kelebihan tack coat, dan nantinya akan naik ke atas akibat
beban lalu lintas sehingga menimbulkan bleeding (kegemukan aspal) di
permukaan jalan.
Scrapping & Filling
Scrapping dengan Cold Milling Machine :
– Sampai kedalaman yang dasarnya kokoh.
– Sisi-sisi samping dan ujung harus tegak.
Filling :
– Tack coating yang baik menggunakan Aspal Emulsi.
– Tack Coat diusahakan merata dengan jumlah /
ketebalan yang benar, meliputi bidang dasar dan
bidang tegak galian.
– Filling material baru dihampar setelah Aspal Emulsi
break (ditandai dengan perubahan warna dari coklat
ke hitam), dan air di permukaan menguap.
SKEDUL UTAMA KEGIATAN KONSTRUKSI
MASA KONTRAK
========================================================
MASA PEMELIHARAAN RUTIN :
INTENSIVE REGULAR
========================================
1. FASILITAS PENGUJIAN :
Q
Q Q Q
C
C C C
Lapis Pondasi
Ag. I + Ag.II Ag. Kelas A
Agregat
CEK PROSES
Tahap Tahap Tahap
Bahan Baku Bahan Olahan Produk Jadi
Dimensi : Gradasi Dimensi : Gradasi Dimensi : Tebal
QC
Kualitas : Abrasi Kualitas : CBR Kualitas : CBR
DIMENSI
QC = CEK PRODUK SISTEM JAMINAN MUTU
KUALITAS
(QUALITY ASSURANCE SYSTEM)
CEK PROSES Periksa
“Check List utk Pek. Jalan dan Jembatan”
PEKERJAAN TANAH
(Divisi 3)
GALIAN YANG TIDAK DIUKUR
UNTUK PEMBAYARAN
(“TIDAK DIBAYAR” DENGAN PEK. TANAH GALIAN)
Tabel 5.1.2.(2)
Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat
DPP - HPJI
JENIS CAMPURAN BERASPAL PANAS
LATASIR (SAND SHEET) Kelas A dan Kelas B
Ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan.
Pemilihan Kelas A atau Kelas B tergantung dari gradasi pasir yg digunakan.
LATASTON (HRS)
Terdiri dari dua macam, yaitu Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan
Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).
Ukuran maks agregat 19 mm.
Kunci perencanaan campuran:
- Gradasi benar-benar senjang
- Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan spesifikasi.
LASTON (AC)
Terdiri dari tiga macam campuran, yaitu Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengisi (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base).
Ukuran maks agregat masing-masing campuran 19 mm; 23,4 mm; dan 37,5
mm.
Campuran AC yang menggunakan aspal modifikasi masing-masing disebut
AC-WC Modified, AC-BC Modified dan AC-Base Modified.
TEBAL NOMINAL RANCANGAN CAMPURAN
ASPAL DAN TOLERANSI
TEBAL TOLERANSI
JENIS CAMPURAN SIMBOL NOMINAL TEBAL (mm)
MINIMUM (cm)
Ukuran Butir
SNI 03-1968-1990 1,18 1,18
Maksimum, mm
Penetrasi Aspal
SNI 03-2456-1991 ≤ 10 19 - 22
Asbuton, 0,1 mm
Catatan
Asbuton Butir Tipe 5/20 : Kelas penetrasi 5 (0,1 mm), dan kadar bitumen 20 %
Asbuton Butir Tipe 20/25 : Kelas penetrasi 20 (0,1 mm), dan kadar bitumen 25 %
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASIR
UNTUK LALU LINTAS < 0,5 JUTA ESA / TAHUN
LATASIR
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
KELAS A & B
Penyerapan Aspal, % Maks 2,0
Jumlah Tumbukan per Bidang - 50
Min 3,0
Rongga dalam Campuran, %
Maks 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 20
Rongga Terisi Aspal, % Min 75
Min 200
Stabilitas Marshall, kg
Maks 850
Min 2
Pelelehan, mm
Maks 3
Marshall Quotient, kg/mm Min 80
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman selama
Min 75
24 jam, 60 oC
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASTON
UNTUK LALU LINTAS < 1,0 JUTA ESA / TAHUN
LATASTON
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
WC HC
Penyerapan Aspal, % Maks 1,7
Jumlah Tumbukan per Bidang - 75
Min 3,0
Rongga dalam Campuran, %
Maks 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 18 17
Rongga terisi Aspal, % Min 68
Stabilitas Marshall, kg Min 900
Pelelehan, mm Min 3
Marshall Quotient, kg/mm Min 300
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman selama 24 jam,
Min 75
60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Membal
(Refusal), %
Min 2
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON
UNTUK LALU LINTAS < 5 JUTA ESA / TAHUN
LASTON
SIFAT-SIFAT CAMPURAN
WC BC Base
Penyerapan Aspal, % Maks 1,2
Jumlah Tumbukan per Bidang - 75 112
Min 3,5
Rongga dalam Campuran, %
Maks 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal, % Min 65 63 60
Min 800 1500
Stabilitas Marshall, kg
Maks - -
Pelelehan, mm Min 3 5
Marshall Quotient, kg/mm Min 250 300
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman Min 75
selama 24 jam, 60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Min 2,5
Membal (Refusal), %
KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON DI-MODIFIKASI
UNTUK LALU LINTAS > 5 JUTA ESA / TAHUN
LASTON (AC)
SIFAT-SIFAT CAMPURAN ASPAL
WC Mod BC Mod Base Mod
Penyerapan Aspal, % Maks 1,7
Jumlah Tumbukan per Bidang - 75 112
Min 3,5
Rongga dalam Campuran, %
Maks 3,5
Rongga dalam Agregat (VMA), % Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal, % Min 65 63 60
Stabilitas Marshall, kg Min 1000 1800
Maks - -
Pelelehan, mm Min 3 5
Maks - -
Marshall Quotient, kg/mm Min 300 350
Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman Min 75
selama 24 jam, 60 oC
Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Min 2,5
Membal (Refusal), %
Stabilitas Dinamis, lintasan / mm Min 2500
VISKOSITAS DAN TEMPERATUR
CAMPURAN BERASPAL
(MENGGUNAKAN ASPAL KONVENSIONAL)
PENGUKURAN UNTUK PEMBAYARAN
•Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi
lokasi dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang
dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak
atau menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di
tempat lainnya.
Rehabilitasi Jalan:
Pencampuran Foamed
Bitumen dengan recycled
material dalam Mixing
Chamber
HPJI
DPP - HPJI