Anda di halaman 1dari 80

PENGENALAN

Disampaikan dalam Pembekalan Sertifikasi HPJI


untuk
Tenaga Ahli Pelaksana dan Pengawas
Jalan dan Jembatan

Januari 2008
(Direvisi Okt 2009, Mar 2011)
KONSEP DASAR

PERTIMBANGAN DALAM PENENTUAN JENIS


PERKERASAN KAKU UNTUK JALAN BARU
 Tingkat kekakuan cukup tinggi dibandingkan dengan
perkerasan aspal, yaitu 10 kali lipat.
(Ebeton semen = 40.000 MPa; Ebeton aspal = 4.000 MPa).

 Plat beton dengan flexural strength 45 kg/cm2 (kira-kira


ekivalen dengan beton mutu K-400) setebal 25 cm dapat
menampung sekitar 8 juta ESAL (cukup tinggi !).

 Tebal keseluruhan perkerasan jauh lebih tipis dari tebal


keseluruhan perkerasan fleksibel/aspal (≤ 50 %).
PENGERTIAN DAN SIFAT-SIFAT UMUM
KOMPONEN KONSTRUKSI

PERKERASAN FLEKSIBEL sbg Multi Layer System :


-Lapis Permukaan;
-Lapis Pondasi;
-Lapis Pondasi Bawah.
PERKERASAN KAKU sbg Single Layer System :
-Plat Beton Mutu Tinggi sebagai Base;
-Subbase (Lean Concrete atau Batu Pecah), tidak diperhitungkan
berfungsi struktural.

KEMAMPUAN PENYEBARAN BEBAN DAN KAPASITAS BEBAN

Dengan Modulus Elastisitas (E) plat beton yang sangat besar, maka
kemampuan penyebaran beban plat beton jauh lebih besar dari pada
perkerasan aspal. Dengan demikian tebal seluruh konstruksi perkerasan
kaku jauh lebih tipis dari pada seluruh tebal perkerasan fleksibel.
a) b)

Distribusi tegangan akibat beban lalu lintas pada


permukaan Tanah Dasar (Subgrade) oleh
a) Flexible Pavement; dan b) Rigid Pavement.
P = 7000 lbs.

25 cm thick

Pressure only 3 psi (0.2 kg/cm2)


- sangat kecil !!!

16 feet

Bates Road Test (UK) 1929


PERKERASAN KAKU DAN BAGIAN-BAGIANNYA

Plat / Slab beton mutu tinggi

(Sambungan memanjang)

(Sambungan Melintang)

(Batang Pengikat)

(Dowel / Ruji)

(Lapis Pondasi Bawah


atau Lapis Pondasi) (Tanah Dasar)
DEFINISI PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah struktur yang terdiri dari plat beton semen yang
bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan
tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis
permukaan.
Perkerasan kaku dikelompokkan menjadi:
 Perkerasan Beton Semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus.
Terdapat 4 (empat) jenis perkerasan beton semen:
 Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (jointed unreinforced/plain
concrete pavement / JPCP);
 Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (jointed reinforced concrete
pavement / JRCP);
 Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (continuously
reinforced concrete pavement / CRCP);
 Perkerasan beton semen pratekan (prestressed concrete pavement).
 Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan plat beton sebagai lapis pondasi
dan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan (struktural).
JENIS-JENIS
PERKERASAN KAKU

- Perkerasan beton semen dengan


sambungan tanpa tulangan
(Jointed unreinforced/plain
concrete pavement);
- Perkerasan beton semen dengan
sambungan dengan tulangan
(Jointed reinforced concrete
pavement);
- Perkerasan beton semen menerus
(tanpa sambungan) dengan
tulangan
(Continuously reinforced concrete
pavement);
- Perkerasan beton semen pratekan
(Prestressed concrete pavement).
---Lihat Suplemen---
PENULANGAN
PERKERASAN
KAKU

a) Penempatan
b) Perkiraan banyak-
nya tulangan
LANJUTAN
PERKERASAN KOMPOSIT
Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang
memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban,
disebut Perkerasan Komposit.
Dalam literatur yang ada, konstruksi seperti itu tebalnya dihitung sebagai
berikut:

 Tentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan dengan


menganggap perkerasan seluruhnya terdiri dari beton semen.
 Tebal plat beton dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal
aspal beton.
 Ketentuan tebal minimum plat beton adalah 150 mm, dan untuk
mencegah retak refleksi (akibat celah sambungan dan retak pada plat
beton) disarankan tebal minimum aspal beton 100 mm (4 inches).
PARAMETER PENTING
DALAM DESAIN TEBAL PERKERASAN KAKU
KEKUATAN BETON SEMEN

 Ada 2 parameter yang cukup populer, yaitu :


 Compressive Strength (K), yaitu kuat tekan silinder beton
15 cm x 30 cm.
 Flexural Strength (fx), yaitu kekuatan menahan momen lentur.

 Hubungan antara K dengan fx adalah hubungan koridor, bukan linier.


K (kg/cm2) 120–175 155-230 225-335 280–400
fx (kg/cm2) 25 30 40 45
(Hubungan antara K dengan fx sangat tergantung kualitas/mutu beton)

 Digunakan beton semen mutu tinggi,(fx = 40 – 45 kg/cm2), karena :


- Harus tahan terhadap aus,
- Harus tahan terhadap pelapukan karena cuaca, Durability
-Tidak boleh sering mengalami pemeliharaan.
Jadi bukan untuk mengurangi tebal plat beton. Strength
Peralatan untuk Pengujian Kuat Tekan Beton
Penentuan Kuat Lentur Beton (fx)
SLUMP BETON

Nilai slump Beton untuk mengukur kelecakan beton (workability /


kemudahan pengerjaan beton)

Untuk perkerasan beton semen dipersyaratkan:


Nilai Slump = 2,5 – 5,0 cm, tergantung dari jenis peralatan
penghampar (concrete paver/finisher) yang digunakan.

Fixed form finisher : digunakan beton dengan Slump = 4,0 – 5,0 cm


(acuan tetap)

Slip form paver : digunakan beton dengan Slump = 2,0 – 2,5 cm


(acuan bergerak)
Peralatan untuk Pengujian Slump Beton

Berkaitan dengan
workability
campuran
beton
TANAH DASAR (SUBGRADE)
 Daya dukung Tanah Dasar dinyatakan dengan Modulus
Reaksi Tanah Dasar (k), yang ditentukan dengan Plate
Bearing Test, bukan dengan CBR.
 Hubungan antara CBR dengan k adalah sbb.:
CBR (%) 2,0 4,0 8,0 12,0 16,0 20,0 24,0 28,0 32,0
k (pci) 70 120 170 200 230 240 260 290 340
k (kg/cm3) 1,5 3,3 4,8 6,0 6,6 7,0 7,5 8,0 9,3

 Daya dukung Tanah Dasar tidak terlalu berpengaruh pada


tebal perkerasan kaku. Yang penting adalah
keseragamannya. (Road Note 29 dan TN 45 CCAA).

 Berdasarkan Spesifikasi Umum, persyaratan teknis Tanah


Dasar untuk Perkerasan Beton Semen sama dengan untuk
Perkerasan Aspal.
Efek dari ketidakseragaman kekuatan tanah dasar
terhadap plat beton rigid pavement
LAPIS PONDASI
(BASE)

 Berupa satu lapis beton semen mutu tinggi setara


dengan beton K-350. Sering disebut Lapis Pondasi
(Base) karena di atasnya dimungkinkan ada lapis aspal
beton yang disebut Lapis Permukaan.

 Merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku.

 Kontak langsung dengan roda lalu lintas, karenanya


harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin.

 Tidak lekat (bonding) dengan Sub Base.


LAPIS PONDASI BAWAH
(SUB BASE)

 Berfungsi sebagai lantai kerja (working platform).


 Tidak diperhitungkan memikul beban lalu lintas
(bersifat non-struktural).
 Banyak digunakan Lean Concrete sebagai Sub Base,
tetapi bisa juga digunakan granular material atau pasir
(sand bedding).
 Tidak boleh ada ikatan (bonding) dengan plat beton di
atasnya.
SAMBUNGAN (JOINTS)
JENIS-JENIS SAMBUNGAN
 SAMBUNGAN MELINTANG, ada 2 jenis:
- Sambungan Susut (Contraction Joint), dibuat dengan cara
melakukan saw cutting (penggergajian) sedalam ¼ tebal plat.
- Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint), dibuat dengan cara
memasang bekisting melintang dan dowel antara plat yang dicor
sebelumnya dengan plat yang dicor berikutnya.

 SAMBUNGAN MEMANJANG
Untuk plat yang dicor per lajur:
- dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bars.

Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus:


- dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian atas, dan memasang
crack inducer (batang kayu berpenampang ) di bagian bawah
plat beton.
TULANGAN SAMBUNGAN
 Sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat
retak).
 Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint),
dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan
(construction joint) disebut Dowel (Ruji).
 Tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang
Pengikat).
SKEMATIS SAMBUNGAN DAN
TULANGAN SAMBUNGAN

TULANGAN PLAT

TIE BAR
DOWEL
FUNGSI SAMBUNGAN

 Fungsi sambungan:
- Pada sambungan melintang:
Mengakomodasi gerakan susut.
- Pada sambungan memanjang:
Mengakomodasi gerakan lenting dari pelat beton akibat
panas-dingin pada siang-malam hari.
 Sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau
akhir pentahapan pelaksanaan.
 Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint
sealant.
 Sambungan diupayakan sesuai dengan pola retak alami
plat beton.
POLA RETAK ALAMI
PLAT BETON
PEMASANGAN
DOWEL

Pinning dowel cages (ACPA)


(Pemasangan dowel cara manual)

Dowel bar insertion equipment (ACPA)


(Pemasangan dowel cara mekanis)
PEMASANGAN TIE BAR
SECARA MEKANIS

Tie Bar Insertor


Wirtgen SP500
FUNGSI TULANGAN SAMBUNGAN
SAMBUNGAN MELINTANG SAMBUNGAN MEMANJANG
 Sebagai load transfer  Sebagai rotation devices

devices. (engsel).
 Sebagai sliding devices.  Berukuran kecil dan berulir

 Berukuran besar dan polos. (deformed bar).


 Kedua ujung lekat dengan beton.
 Satu ujung lekat dengan
 Ditempatkan di tengah-tengah
beton, satu ujung lainnya
bebas. tebal plat dan tegaklurus sumbu
jalan.
 Ditempatkan di tengah-
 Tidak overlap dengan tulangan
tengah tebal plat dan sejajar
sambungan melintang.
sumbu jalan baik arah vertikal
 Mencegah faulting, gerakan slab
maupun horizontal.
mendatar, dan membantu
 Mengurangi potensi faulting,
transfer beban
pumping dan corner break
pada perkerasan beton semen
dengan sambungan.
UKURAN, PANJANG DAN JARAK
DOWEL DAN TIE BAR

Dowel Tie Bar

Diameter yang 1/8 tebal plat tergantung tebal


disarankan plat
Diameter 32 mm (1 ¼ in.) 13 – 16 mm
minimum *) tergantung tebal
plat
Panjang tipikal 455 mm (18 in.) tergantung tebal
disarankan plat
Jarak 305 mm (12 in.) tergantung tebal
plat

*) Penggunaan dowel diameter ≤ 25 mm untuk lalu lintas berat dapat


mengakibatkan kehancuran beton di sekitar dowel (dowel socketing)
b) Appropriate amount

PENGECORAN /
PENGHAMPARAN
BETON
a) Too much

c) A belt placer/spreader ensures a


consistent amount of concrete in front of
the paver. (ACPA)
Trackline of slipform paving machine (ACPA)
Prinsip kerja
CONCRETE PAVER

Paving direction

Side form

Komponen-komponen mesin penghampar tipikal


(Slip form)
STRING LINES
PEMADATAN BETON

A roller screed (i.e., single-tube finisher) is


one type of equipment that can be used to
strike off the concrete in fixed-form
placements. Others include vibratory
screeds, form riders, and bridge deck
finishers. (ACPA)

An array of vibrators under a slipform paver


(ACPA)
 JOINT SEALANT
Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint sealant
yang bersifat thermoplastic, baik pengecoran panas maupun
dingin, a.l. rubber asphalt, coal tars atau rubber tars. Bisa juga
menggunakan material yang disisipkan dalam keadaan
precompressed.

Pelaksanaan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, supaya celah


tidak terisi kotoran / bahan lain.

 SAW CUTTING
Perlu diperhatikan:
 Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada
bekisting)
 Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat)
 Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).
SAW CUT TEPAT WAKTU
Retak terjadi di tempat yang
diinginkan/direncanakan
SAW CUT TERLAMBAT
Retak terjadi di tempat sembarang /
tidak dikehendaki
 BOND BREAKER

- Dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan /


friction / bonding antara subbase dengan plat beton.
- Dibuat dari plastik tipis.
- Permukaan subbase tidak boleh di-groove atau di-brush.
- Pemasangan plastik harus dihindari adanya air-trapped
di bawah plastik yang akan menyebabkan irregular joint.
- Bila subbase dari bahan granular, tidak perlu bond
breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya
“dewatering” campuran beton.
BOND BREAKER
- Dipasang di atas subbase agar tidak ada
kelekatan / friction / bonding antara
subbase dengan plat beton.
- Dibuat dari plastik tipis.
- Permukaan subbase harus rata, tidak
boleh di-groove atau di-brush.
- Pemasangan plastik harus dihindari
adanya air-trapped di bawah plastik yang
akan menyebabkan irregular joint.
- Bila subbase dari bahan granular, tidak
perlu bond breaker, kecuali kalau ada
kekhawatiran terjadinya “dewatering”
campuran beton.
a) Retak tidak terjadi pada plat beton yang bebas
bergerak.
b) Pada kenyataannya, plat beton di atas tanah dasar
tertahan oleh lapis pondasi bawah (subbase) yang
menimbulkan tegangan tarik pada plat beton sehingga
retak.
 GROOVING/BRUSHING

Fungsi: Membuat permukaan beton tidak licin (macrotexturing)


dengan cara membuat alur memanjang / melintang.
(Mencegah terjadinya aqua planing / hydro planing).

Alur arah memanjang:


- Friction arah melintang lebih baik (pada manuver ke
samping),
- Friction ke arah memanjang kurang baik,
- Pelaksanaan lebih mudah dan cepat,
- Surface drainage sedikit terganggu,
- Sambungan pelaksanaan grooving / brushing sering
tidak rapi.

Alur arah melintang:


- Friction arah melintang kurang baik,
- Friction arah memanjang lebih baik,
- Surface drainage baik,
- Sambungan alur grooving / brushing bisa dihindari.
• NOISE

Kebisingan pada kecepatan 80 km/jam:


- Surface Dressing 82,0 dB
- Grooved concrete 80,5 dB
- Brushed concrete 81,0 dB

•PERAWATAN BETON (CURING)

Setelah finishing dengan grooving / brushing, permukaan beton dilapis /


disemprot bahan perawat (curing compound) sebanyak 0,22 – 0,27
liter/m2 (cara mekanis) atau 0,27 – 0,36 liter/m2 (cara manual).
Dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan
burlap atau goni yang dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari.
Hidrasi semen adalah reaksi kimia yang sangat lambat. Apabila
permukaan beton dibiarkan mengering prematur, maka reaksi kimia
tadi terhenti, akibatnya kualitas beton (durabilitas, dsb.) menurun.
Curing compound harus disemprotkan segera selama permukaan
beton belum mengering. Kalau tidak, tidak ada gunanya sama sekali.
Early-Age Cracking : Akibat penguapan berlebihan

Typical plastic shrinkage cracks

Map cracking (Crazing)

Deep plastic shrinkage cracks


LANJUTAN

Antara lain akibat dari :


- Perubahan suhu mendadak,
menimbulkan lenting.
- Agregat kering menyerap lembab
mengakibatkan susut.
- Daya dukung tanah tidak seragam.
- Beton belum kuat.

Random transverse crack


(Drying Shrinkage Cracking)

Random longitudinal crack


KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN
 Life-cycle-cost lebih murah dari pada perkerasan aspal.
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemeliharaan.
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemanfaatan
(overloading).
 Semen adalah material produksi dalam negeri sehingga tidak
tergantung dari import.
 Keseluruhan tebal perkerasan jauh lebih kecil dari pada
perkerasan aspal sehingga dari segi lingkungan / environment
lebih menguntungkan.
 Ketahanan thd pelapukan / oksidasi : Konstruksi semen
relatif lebih sedikit mengandung bahan-bahan organik (C) dari
pada aspal. Jadi perkerasan beton semen lebih tahan terhadap
oksidasi (penuaan/ageing) dari pada perkerasan aspal.
 Kebutuhan pemeliharaan : Pemeliharaan perkerasan kaku lebih
kecil/jarang dari pada perkerasan fleksibel.
 Biaya konstruksi : Pada saat sekarang, biaya konstruksi kedua
jenis perkerasan hampir sama.
KERUGIAN-KERUGIAN
 Permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort
yang lebih jelek dari pada perkerasan aspal, yang akan sangat
terasa melelahkan untuk perjalanan jauh.
 Warna permukaan yang keputih-putihan menyilaukan di siang
hari, dan marka jalan (putih/kuning) tidak kelihatan secara
kontras.
 Perbaikan kerusakan seringkali merupakan perbaikan
keseluruhan konstruksi perkerasan sehingga akan sangat
mengganggu lalu lintas.
 Pelapisan ulang / overlay tidak mudah dilakukan.
 Ketidaksempurnaan hasil pekerjaan akibat kurang telitinya
pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak mudah diperbaiki.
 Perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa
dilakukan dengan grinding machine atau pelapisan ulang dengan
campuran aspal, yang kedua-duanya memerlukan biaya yang
cukup mahal.
PEMELIHARAAN : OVERLAY AC (BETON ASPAL)
DI ATAS PERKERASAN BETON SEMEN
 Fungsi:
- Non-struktural, memperbaiki permukaan beton semen yang sudah
aus.
- Struktural, menambah kekuatan perkerasan beton semen yang sudah
ada, atau perkerasan komposit.
 Overlay non-struktural
- Pergunakan overlay tipis (1 – 2 cm).
- Kelekatan aspal harus tinggi,
- Ada resiko retak (reflection crack).
 Overlay perkerasan lama (pengalaman di luar negeri)
Sebelum dilakukan overlay AC, perlu dilakukan beberapa opsi perbaikan
perkerasan beton semen, sbb:
- Full depth repair di bagian perkerasan yang retak,
- Partial depth repairs pada sambungan-sambungan (joints),
- Diamond grinding untuk memperbaiki kekasaran permukaan,
- Stabilization of slabs dengan mengisi rongga di bawah plat beton
dengan pasta semen atau aspal cair,

Apabila kerusakan sangat eksesif, maka satu-satunya opsi selain AC


overlay adalah rekonstruksi (removal).
 Persyaratan utama permukaan yang akan di-overlay AC harus rata, padat dan
seragam (uniform).
 Tack Coating diperlukan untuk permukaan yang akan di-overlay. Biasanya
menggunakan high bonding asphalt emulsion (rubberized).
 Penyiapan permukaan beton yang akan di-overlay AC meliputi:
- Cracking and Seating, dimaksudkan untuk memperpendek jarak retak
dengan membuat retak-retak baru. Cracking dilakukan untuk perkerasan beton
tanpa tulangan (JPCP), dengan menggunakan special drop hammer sampai
diperoleh pecahan 30 – 90 cm. Sedangkan seating dilakukan dengan mesin gilas
roda karet 35 – 50 ton beberapa lintasan di atas plat beton yang sudah pecah.
- Breaking and Seating, prosesnya mirip dengan cracking and seating
tetapi dilakukan terhadap perkerasan beton dengan tulangan (JRCP).
Diperlukan effort yang lebih besar karena dimaksudkan juga menghancurkan
bonding antara beton dengan tulangannya. Peralatan yang digunakan sama
seperti untuk cracking and seating.
- Rubblizing, adalah penghancuran perkerasan beton semen secara total
sehingga terbentuk pecahan-pecahan berukuran < 25 cm, kemudian dipadatkan
dengan vibratory roller 10 ton. Di Amerika peralatan yang digunakan untuk
rubblizing adalah multiple-head breaker atau resonant breaker.
- Undersealing, untuk mengisi rongga yang terjadi di bawah perkerasan
beton semen. Dilakukan dengan memompakan aspal cair atau pasta semen
melalui lobang bor pada plat beton.
- Sawcut and Seal, dilakukan apabila perkerasan beton lama masih baik
secara struktural, dan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
kerusakan akibat reflection crack pada joint.
Dalam hal ini cara-cara perbaikan seperti diuraikan di atas tidak
diperlukan.
Yang dilakukan adalah dengan menggergaji permukaan aspal di atas
joint (melintang maupun memanjang) kemudian mengisinya dengan sealant
(rubberized asphalt), yang harus dilaksanakan sebelum jalan dibuka untuk
lalu lintas.
TOLERANSI KETEBALAN PERKERASAN UNTUK PEMBAYARAN

Metode Average Caliper Measurement of Cores diuji menurut AASHTO


T148:
•Bagian perkerasan yang dianggap satu kesatuan terpisah adalah sepanjang
300 m pada setiap lajur , diukur dari ujung perkerasan dengan Sta kecil.
Bagian terakhir adalah sepanjag 300 m terakhir ditambah sisanya.
•Dari setiap bagian diambil contoh core drill secara random.
•Bila kekurangan tebal tidak lebih dari 5 mm dari tebal yang ditentukan,
maka pembayaran dilakukan penuh.
•Bila kekurangan tebal lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari
tebal yang ditentukan, maka diambil 2 core lagi pada interval tidak kurang
dari 90 m, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-rata bagian tsb.
•Bila tebal rata-rata kekurangannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25
mm dari tebal yang ditentukan, maka harga satuan disesuaikan, yang akan
dibayarkan untuk bagian perkerasan tsb.
•Daerah persimpangan, jalan masuk, penyeberangan, jalur ramp, toll plaza,
dll. digolongkan sebagai satu bagian.
•Daerah yang tidak beraturan lainnya dianggap sebagai satu bagian.
Konsultan dapat memilih satu core untuk setiap 1000 m2 jalan atau bagian
dari itu.
LANJUTAN :

•Bila kekurangan tebal lebih dari 25 mm dari tebal yang ditentukan,


ketebalan sesungguhnya di daerah ini ditentukan dengan mengambil lagi
beberapa core dengan interval tidak kurang dari 3,0 m sejajar dg sumbu
jalan pada setiap arah, sampai ditemukan core yang penyimpangannya tidak
lebih dari 25 mm.
•Daerah yang kekurangan tebalnya lebih dari 25 mm akan dievaluasi oleh
Konsultan Pengawas. Apabila perlu, harus dibongkar dan diganti dengan
beton baru dengan tebal sesuai Gambar Rencana.
•Core yang diambil untuk penelitian di atas tidak akan digunakan dalam
menghitung tebal rata-rata untuk penyesuaian Harga Satuan.
PENYESUAIAN HARGA

a.Kekurangan Tebal

• Bila tebal rata-rata kekurangan tebalnya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih
dari 25 mm, pembayaran disesuaikan sebagai berikut:
Kekurangan tebal (mm) Prosentase Harga Satuan Kontrak (%)
0–5 100

6–8 80

9 – 10 72

11 – 12 68

13 – 19 57

20 - 25 50

• Bila kekurangan tebalnya lebih dari 25 mm, dan daerah tsb. ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas tidak perlu dibongkar dan diganti, maka daerah
tsb. tidak akan dibayar.
b. Kekuatan beton tidak sesuai ketentuan

Bila kekuatan beton tidak sesuai ketentuan, tetapi persyaratan lainnya


sudah sesuai, Konsultan Pengawas mungkin akan menerima perkerasan beton
tersebut bila nilai rata-rata dari empat hasil test yang berurutan tidak
kurang dari 80% kekuatan minimum yang ditentukan.

•Untuk setiap 1% atau kurang dari kekurangan-kekuatan beton ( concrete


strength deficiency), yang dihitung dari rumus:
100% - kekuatan sebenarnya (aktual) / 45 * 100%
maka perkerasan beton yang demikian akan dibayar dengan pengurangan
sebesar 2% dari Harga Satuan Kontrak.

•Bila nilai rata-rata dari empat hasil test kurang dari 80%, maka harus
dibongkar dan diganti.
“Paving the way to Heaven”
Pengujian kadar air dengan Speedy Moisture Tester.
Speedy Moisture Tester
Pengujian Kepadatan dengan Metode Sand Cone
Lean concrete sudah dipasang di atas subgrade yang sudah siap
Beton dituangkan dengan dumptruck
Pengecoran beton plat
Pemasangan dowel sesuai standar di Indonesia

Contoh lain pemasangan dowel


di negara lain
Penyiapan benda uji untuk Flexural
Strength Test dan Compression Test
Pelaksanaan Slump Test.
Alat penghampar beton mekanis
(dengan fixed form)
Alat penghampar beton mekanis (dengan slip form)
Pemadatan beton secara
manual
Texturing / Curing Machine Gomaco Type T/C-400B
Pembuatan grooving (texturing) secara manual
Penyemprotan curing compound secara manual
Hasil texturing secara manual
Penyemprotan
Curing menggunakan
curing compound
burlap yang
secara
selalumanual
dibasahi air.
Saw cutting harus dilakukan antara jam ke-4 dan jam ke-24.
Pengecoran material rubberized
asphalt untuk joint sealant

Cara pemanasan yang salah


Penyisipan pre-compressed asphalt
impregnated polyurethane
Plat beton rigid pavement yang sudah jadi masih dalam masa curing
Core Drill sebagai salah satu metode pengujian Quality Control.

Anda mungkin juga menyukai