Anda di halaman 1dari 20

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian area darat, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah. Jalan juga merupakan prasarana utama dalam kelangsungan lancarnya roda
perekonomian di suatu daerah. Perkembangan wilayah di suatu daerah sekarang ini masih
banyak memerlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan
perekonomian, pemerintahan, pengembangan wilayah dan lain – lainnya.
Menurut wikipedia, perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat
yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau
batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen
ataupun tanah liat. Pekerjaan struktur perkerasan jalan dibedakan atas perkerasan lentur
(flexible pavement), perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan komposit (composite
pavement).

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri
dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat
beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan
aspal sebagai lapis permukaan. Pada konstruksi perkerasan kaku, sebagai konstruksi utama
adalah satu lapis beton semen mutu tinggi, dan lapis pondasi bawah hanya berfungsi sebagai
konstruksi pendukung, oleh karenanya perkerasan kaku biasa disebut sebagai konstruksi
perkerasan satu lapis (single layer) berbeda dengan perkerasan lentur yang merupakan konstruksi
berlapis banyak (multi layer).
Mengapa dikatakan perkerasan kaku? Hal ini dijelaskan bahwa Modulus Elastisitas (E)
merupakan salah satu parameter yang menunjukan tingkat kekakuan konstruksi disamping
dimensinya dan dapat dipergunakan sebagai acuan ilustrasi tingkat kekakuan konstruksi
perkerasan. Pada perkerasan aspal (perkerasan lentur), modulus etastisitas sekitar (Ea) sekitar
4.000 MPa, sedangkan pada perkerasan kaku (beton semen) modulus elastisitas rata-rata (Eb)
berkisar pada besaran 40.000 MPa atau 10 kali lipat dari perkerasan aspal. Jenis konstruksi
perkerasan ini sangat beralasan dan tepat untuk disebut atau dinamakan sebagai konstruksi
perkerasan kaku.

1
Konstruksi perkerasan kaku pada umumnya mempunyai ketebalan pelat beton sekitar 25
cm, dengan mutu kuat tekan beton yang setara dengan kuat Tarik lentur 45 kg/cm2. Perkerasan
kaku tersebut mempunyai kapasitas atau daya layan sebesar 8 juta repetisi standard axle load,
yang setara dengan konstruksi perkerasan lentur setebal 55 cm. Dengan demikian untuk beban
dan tanah dasar yang sama, konstruksi perkerasan kaku memerlukan ketebalan konstruksi yang
lebih tipis.
Berikut struktur lapisan perkerasan kaku atau rigid pavement :

Gambar : Struktur Lapisan Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku yang berupa plat beton dilengkapi dengan beberapa sambungan, hal ini
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar : Struktur Lapisan Perkerasan Kaku

Adapun jenis – jenis perkerasan kaku (rigid pavement) adalah

1. perkerasan beton semen bersambungan tanpa tulangan (Jointed Unreinforced


Concrete Pavement-JPCP);

2
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati
bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan – sambungan
melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara 4 – 5 meter.

Gambar : Skema perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan

Pemasangan sambungan – sambungan (joints) menggunakan tulangan sambungan yang


berfungsi sebagai penyambung plat beton. Tulangan (baja polos) sambungan melintang susut
(contraction joint) dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) yang
dipasang secara longitudinal yang berfungsi untuk memadukan dua panel beton yang
berdampingan agar dapat bekerja sama ketika dilewati kendaraan disebut Dowel atau Ruji.
Sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar atau Batang Pengikat.

Gambar : Tulangan Sambungan Dowel dan Tie Bar

2. perkerasan beton semen bersambungan dengan tulangan (jointed reinforced concrete


pavement-JRCP);

3
Salah satu jenis perkerasan kaku yang yang terdiri atas panel – panel beton dengan tulangan
yang ukuran platnya berbentuk empat persegi panjang, dan panjang dari pelatnya dibatasi oleh
adanya sambungan – sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar
antara 8 – 15 meter. Pada pelat dan jarak sambungan yang lebih panjang, ruji sangat
disarankan karena bukaan sambungan akan menjadi lebih lebar dan agregat interlocking akan
menjadi tidak efektif sebagai penyalur beban pada sambungan. Prosentase tulangan yang
digunakan dalam arah memanjang umumnya antara 0,1% dan 0,2 % dari luas penampang
melintang beton, sedangkan penulangan dalam arah melintang lebih kecil. Penulangan pada
perkerasan kaku bersambung dengan tulangan bukan dimaksudkan untuk memikul beban
secara struktural, tetapi untuk "memegang" retak agar tetap rapat, guna menjaga geser
sepanjang bidang retakan sebagai penyalur beban tetap berfungsi.
Keuntungan dari perkerasan kaku bersambung dengan tulangan adalah jumlah sambungan
yang lebih sedikit, tetapi biayanya lebih mahal karena adanya penggunaan tulangan serta
kinerja sambungan yang kurang baik dan adanya retak pada pelat. Karena jarak antar
sambungan yang lebih besar dari perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan, maka bukaan
dan penutupan sambungan menjadi lebih lebar, serta ruji sebagai penyalur beban menjadi
lebih rentan ketika sambungan terbuka lebih lebar.

Gambar : Skema perkerasan kaku bersambung dengan tulangan

3. perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (continous reinforced
concrete pavement-CRCP);

4
Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan dan dengan panjang pelat yang menerus
yang hanya dibatasi oleh adanya sambungan – sambungan muai melintang. Panjang pelat dari
jenis perkerasan ini lebih besar dari 75 meter.
Perkerasan kaku menerus dengan tulangan adalah pelat dengan jumlah tulangan yang cukup
banyak tanpa sambungan susut. Jumlah tulangan yang digunakan pada arah memanjang
umumnya antara 0,6 % dan 0,8 % dari luas penampang melintang beton, dan jumlah tulangan
dalam arah melintang lebih kecil dari arah memanjang. Pengalaman menunjukkan jika jumlah
tulangan yang digunakan pada perkerasan kaku menerus dengan tulangan lebih kecil dari
0,6%, maka potensi terjadinya kerusakan punch out akan menjadi lebih besar.
Perkerasan kaku menerus dengan tulangan ini akan memberikan kenyamanan berkendaraan
yang lebih baik, karena permukaanya lebih rata, serta mempunyai umur yang lebih panjang
dari tipe perkerasan lainnya meskipun biaya lebih mahal dikarenakan jumlah tulangan yang
digunakan lebih banyak. Namun menjadi efektif pada jalan dengan lalu lintas yang tinggi
dikarenakan telah menunjukkan kinerja utnuk jangka panjang yang lebih baik.

Gambar : Skema perkerasan kaku menerus dengan tulangan

4. perkerasan beton semen prategang (prestressed concrete pavement).


Jenis perkerasan beton menerus, tanpa tulangan yang menggunakan kabel – kabel pratekan
guna mengurangi pengaruh susut, muai dan lenting akibat perubahan temperatur dan
kelembaban.
Potensi dari perkerasan kaku prategang, berkaitan dengan dua hal, yaitu:
- Penggunaan bahan yang lebih efisien dikarenakan kuat tarik lentur beton ditingkatkan
dengan memberikan tegangan tekan dan tidak dibatasi lagi oleh kuat tarik lentur betonnya.

5
Perkerasan kaku jenis prategang, yang umum dilaksanakan, mempunyai ukuran panjang
pelat sekitar 130 m. sedangkan tebal perkerasan kaku prategang sekitar 40% sampai 50%
dari tebal perkerasan kaku konvensional sehingga penggunaan bahan lebih efektif.
- Sambungan yang di butuhkan menjadi lebih sedikit dan kemungkinan terjadinya retak
akan lebih kecil, sehingga biaya pemeliharaan lebih sedikit dan umur perkerasan akan
lebih lama.

Gambar : Skema perkerasan kaku prategang

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan

1. PEKERJAAN PEMETAAN : Pengukuran badan jalan agar sesuai dengan desain yang
direncanakan
2. PEKERJAAN CLEARING DAN GRUBBING: Pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran tanah atas (top soil) dari pepohonan, semak – semak, batu besar, sampah dan
material lainnya.
3. PEKERJAAN STRIPPING: Pembentukan badan jalan
4. PEKERJAAN SUB GRADE: Pekerjaan lapis tanah dasar atau pemadatan tanah
5. PEKERJAAN SUB BASE COARSE: Pekerjaan lapisan pondasi bawah
6. PEKERJAAN PLAT BETON : Pekerjaan perkerasan kaku sebagai lapis permukaan
7. PEKERJAAN FINISHING (Pekerjaan marka jalan, pemasangan rambu, dll)

Pekerjaan Pemetaan

Pengukuran badan jalan agar sesuai dengan desain yang direncanakan meliputi :

- Mengukur elevasi permukaan tanah sebelum dilakukan pekerjaan kupasan (kondisi 0%);
- Mengukur elevasi permukaan tanah setelah dilakukan kupasan;

6
- Mengukur elevasi top permukaan tanah setelah pekerjaan timbunan selesai kondisi 100%;

Pekerjaan Clearing and Grubbing

Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran tanah atas (top soil) dari pepohonan, semak –
semak, batu besar, sampah dan material lainnya. Metode pelaksanaannya yaitu

- Menentukan pohon yang akan di potong, kemudian dilakukan kordinasi dengan pihak
terkait seperti Dinas Pertamanan dan instansi terkait lainnya;
- Penebangan pohon dilaksanakan dengan menggunakan mesin pemotong kayu, untuk
membersihkan akar- akar pohon digunakan excavator sehingga akar pohon tidak
tertinggal didalam permukaan tanah;
- Kayu hasil pemotongan diangkut keluar lokasi pekerjaan dengan menggunakan dump
truck;
- Pengangkutan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pihak pengawas;
- Pekerjaan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan galian.

Pekerjaan Stripping

Pekerjaan stripping adalah pekerjaan pembentukan badan jalan meliputi pembentukan tanah
dasar agar elevasinya sesuai dengan yang ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan
petunjuk direksi pekerjaan, dan termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar.

Tahapannya :

- Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat maupun dengan
cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan;
- Pemadatan tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibrator roller atau
menggunakan Combination Vibrator Roller pada daerah pelebaran yang tidak terlalu luas
atau tidak memungkinkan penggunaan vibrator roller.

Pekerjaan Lapis Tanah Dasar (Sub Grade)

Pekerjaan sub grade atau pekerjaan pemadatan tanah dasar dilakukan setelah pekerjaan
penggalian atau timbunan. Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar
untuk mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dengan

7
spesifikasi. Lapis tanah dasar (sub grade) merupakan lapisan tanah yang berfungsi sebagai
tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.
Berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya, dilakukan pengujian lapangan untuk nilai
CBR dan Sandcone. Pengujian CBR bertujuan untuk menentukan kekuatan/daya dukung suatu
lapisan perkerasan yang tergantung pada kadar air saat dipadatkan dan perubahan kadar air yang
terjadi setelah perkerasan selesai. Persyaratan nilai CBR untuk tanah dasar adalah > 2%.
Sedangkan pengujian sandcone bertujuan untuk memeriksa kepadatan lapisan tanah. Lapis tanah
dasar dapat berupa tanah galian, tanah timbunan atau tanah asli.

Lapis Pondasi Bawah

Merupakan beton yang menggunakan mutu beton rendah (nonstructural) yang terletak di
atas tanah daasar sebagai lapis peresapan. Adapun maksud penggunaan lapis pondasi perkerasan
kaku adalah untuk meningkatkan daya dukung terhadap plat beton dan memberikan ketahanan
terhadap pencegahan erosi pada lapisan pondasi akibat beban lalu lintas dan lingkungan.
Fungsi utama lapis pondasi bawah (sub base course) :
- sebagai lantai kerja (working platform),
Lapis pondasi bawah sebagai lantai kerja untuk pekerjaan perkerasan kaku karena
lapisan ini bukan termasuk lapisan struktur, namun wajib ada sebelum pekerjaan plat beton
(rigid), agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan bawahnya. Berupa lean concreate
atau beton kurus dengan ketebalan biasanya 10 cm dengan mutu K175.
- mencegah pumping (pemompaan), dan
Pumping adalah peristiwa masuknya air hujan dari permukaan plat beton melalui
retakan/ celah sambungan pada plat beton tersebut dan terus ke tanah dasar, yang kemudian
dengan terjadinya lendutan plat beton akibat dari beban lalu lintas berat mengakibatkan air
dapat terpompa ke luar lagi dengan membawa butir – butir halus material tanah dasar,
akibatnya lambat laun terjadi rongga di bawah plat beton sehingga plat beton kehilangan
dukungan sehingga akhirnya retak karena plat beton tidak didesain untuk menahan momen
lentur.
Tahap awal terjadinya pumping dapat dilihat dari munculnya lumpur tanah merah di
permukaan perkerasan di daerah sambungan / retakan plat beton.

8
- menambah kekuatan tanah dasar, meskipun pada umumnya lapis pondasi bawah ini tidak
diperhitungkan dalam memikul beban lalu lintas (bersifat non-struktural).
Untuk perkerasan kaku, lapisan pondasi dengan bahan pengikat, bisa bermacam – macam
jenisnya antara lain :
a. batu pecah yang distabilisasi semen dengan kondisi tidak lebih kecil dari 5%
(perbandingan berat) untuk mencegah erosi. Bahan cementitius bias mengandung semen,
kapur, abu terbang dan atau granulated blast furnace slag;
b. campuran beraspal bergradasi rapat;
c. lean concrete yang mempunyai kekuatan tekan pada umur 28 hari, antara 80 dan 110
kg/cm2.
Pemecah ikatan antara lapisan subbase dengan lapisan plat beton, ialah
dengan menggunakan lapisan pemecah ikatan (bond breaker) terletak di atas lapisan pondasi
untuk memberikan permukaan yang halus dan gesekan/friksi yang seragam, bila tidak diberi
pemecah ikatan antara pondasi dengan plat, maka akan timbul ketebalan pelat yang semu, yang
akan mengakibatkan jumlah tulangan pada pelat yang sudah dirancang mengalami kekurangan.
Hal ini akan menjadikan perkerasan tersebut mengalami kerusakan akibat kekurangan tulangan.
Campuran beton kurus (lean concrete) dibuat seperti beton biasa tanpa sambungan melintang
dan karena itu akan timbul retak. Ini dimaksudkan untuk mencapai pola retak yang dekat dan
lebar retak yang sempit, sehingga memberikan tingkat penyaluran beban, yang berkaitan dengan
lapis pemecah ikatan dan tidak akan menjalar ke plat beton di atasnya.
Bond breaker dipasang di atas subbase bertujuan agar tidak ada kelekatan (bonding) atau
gesekan (friction) antara lapis pondasi bawah dengan plat beton. Dalam praktek bond breaker
dibuat dari plastik tebal (minimum 125 mikron). Untuk mencegah gesekan, maka permukaan
lapis pondasi bawah tidak boleh dikasarkan (grooving atau brushing).
Pada waktu pemasangan plastik harus dihindari terjadinya rongga udara “air-trapped” di
bawah plastik karena akan menyebabkan sambungan tidak merata “irregular joint” yang akan
menimbulkan gesekan antara lapis pondasi bawah dengan plat beton di atasnya. Bila lapis
pondasi bawah terdiri atas granular material, tidak diperlukan adanya bond breaker, kecuali
kalau ada kekhawatiran terjadinya pengeluaran air “dewatering” pada campuran beton.

Plat Beton (Concreate Slab)

9
Plat Beton (concrete slab) terdiri atas satu lapis plat (slab) beton semen mutu tinggi yang kira –
kira setara dengan beton K-350 sampai K- 400. Dalam perkembangan terakhir, plat beton ini
dapat juga terdiri atas beton prategang. Concrete slab yang terdiri atas plat beton semen ini
merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku, yang apabila kontak langsung dengan roda
lalu lintas (berfungsi sebagai lapis permukaan / surface course), maka permukaannya harus rata,
tidak mudah aus dan tidak licin. Concrete Slab tidak boleh lekat (unbonded) dengan lapis
pondasi bawah (sub base course).

Metode pelaksanaan pekerjaan plat beton :

1. Bersihkan lantai kerja selanjutnya pembuatan bekisting dan pemasangan tulangan dan
sambungan;
a. Pembuatan sambungan ekspansi melintang (expansion joint), dibuat untuk
mengakomodasi muai-susut plat beton arah memanjang. Salah satu ujung dowel harus
dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit lebih panjang dari pada dowelnya
agar dowel dapat bergerak bebas maju mundur akibat muai-susut slab beton. Lebar dari
sambungan muai umumnya 19 mm atau lebih dan dipasang 19 mm – 25 mm di bawah
permukaan pelat, untuk memberikan tempat bagi pemasangan lapisan penutup (joint
sealent). Ruji polos paling umum digunakan sebagai alat penyalur beban pada sambungan
muai ini. Setiap ruji pada sambungan muai dilengkapi dengan penutup pada satu
ujungnya yang memberikan ruang pada pelat untuk mengakomodir pergerakan ruji,
ketika pelat disebelahnya mendekati ke sambungan muai.
b. Pembuatan sambungan kontraksi melintang (transversal contraction joint), biasa juga
disebut sambungan susut (contraction joint) dibuat dengan melakukan perlemahan pada
penampang plat beton dengan membuat tarikan sedalam ¼ tebal plat. Sambungan susut
pada perkerasaan dengan beban lalu lintas yang ringan, bisa hanya merupakan agregat
interlocking sepanjang sambungan. Sedangkan untuk beban lalu lintas yang lebih berat,
menggunakan ruji sebagai penyalur beban pada sambungan. Ruji mencegah pergerakan
vertikal atau faulting diantara plat tetapi memungkinkan sambungan untuk membuka dan
menutup guna melepaskan tegangan yang terjadi akibat perubahan temperatur dan kadar
air pada perkerasan beton.

10
c. Sambungan pelaksanaan (contruction joint) adalah sambungan antara pelat bila beton
dicor pada saat yang tidak bersamaan, atau apabila pengecoran beton berhenti lebih dari
30 menit. Sambungan ini tidak boleh dibuat pada jarak < 3 meter dari sambungan
ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang bidang yang diperlemah lainnya. Terbagi 2
yaitu sambungan pelaksanaan melintang dan memanjang. Sambungan pelaksanaan
melintang, umumnya menggantikan sambungan susut, akan tetapi jangan dibuat miring,
karena penghamparan dan pemadatan yang sempurna akan sulit didapat. Sambungan
pelaksanaan melintang hendaknya dipasang ruji dan menyatu langsung dengan beton
lama. Sedangkan pada sambungan pelaksanaan memanjang Batang pengikat harus terikat
kuat pada sambungan memanjang beton, batang pengikat hendaklah dimasukkan pada
beton yang masih plastis. Bila pembengkokan harus dilakukan, kemudian diluruskan saat
pelaksanaan,
maka tulangan yang dipergunakan ialah grade 40 (tegangan lelehnya kurang dari 276
MPa), karena tulangan seperti ini lebih toleran terhadap pembengkokan. Sambungan
memanjang berupa lidah alur, telah digunakan pada masa lalu dan sekarang sangat jarang.
Sambungan ini berupa konfigurasi dari lidah yang pendek dan alur (takikan) yang pas
ukuranya untuk memindahkan gaya geser. Bagian atas dari pelat diatas lidah alur
seringkali mengalami
kerusakan akibat geser. Dengan alasan tersebut, disarankan bahwa sambungan dengan
lidah alur tidak digunakan bila tebal pelat lebih kecil dari 25 cm.
2. Menyiapkan campuran beton pada batching plant;
Alur proses produksi beton pada batching plant sebagai berikut :
- Setting mutu atau jobmix, pemilihan mutu beton sesuai spesifikasi yang dibutuhkan.
- Pengambilan material, pengambilan material menggunakan truck loader dan ditampung
di dalam coltbin. Material tersebut antara lain agregat halus (pasir), dan agregat kasar
(split/batu). Truck material dasar pembentuk beton ready mix seperti agregat kasar,
agregat halus yang ditempatkan di stok pile.
- Penimbangan material, berfungsi untuk pengukuran berat material- material
sesuai jobmix yang digunkan untuk mendapatkan suatu mutu yang diinginkan dan
sesuai standar. Alat penimbang ini terletak dibawah coltbin dan langsung jatuh ke

11
conveyer. Material – material tersebut adalah semen, air, additive, agregat halus (pasir)
dan agregat kasar (split/batu).
- Pengadukan material dilakukan sebelumnya, material yang sudah diangkut menggunakan
convayer didalam mesin wet mix, ditimbang di coltbin akan menuju mesin wet mix.
Pengadukan dilakukan dalam kurun waktu ± 3 menit. Kapasitas 1 mesin wet
mix adalah 1 m3 dan ½ m3. Pada proses inilah mutu beton terbentuk sesuai kebutuhan.
3. Mengangkut concreate dengan menggunakan truck mixer;
Pemindahan dilakukan dengan truck mixer masuk ke bawah mesin wet mix dan beton segar
keluar untuk ditampung di dalam truck mixer. Truck mixer memiliki kapastias 7 m 3 untuk
menampung beton segar yang telah diaduk di dalam mesin wet mix. Membutuhkan waktu
sekitar 21 – 30 menit untuk membuat 1 truck mixer penuh oleh beton.
Untuk menghindari kendala – kendala yang dapat timbul selama pengangkutan concreate
menuju lokasi pekerjaan maka dari itu, pemilihan obat/zat additive sangat berpengaruh
terhadap cepat atau lambatnya beton mongering di dalam truck mixer.

Metode penjaminan mutu pekerjaan plat beton dilakukan dengan pengujian laboratorium :

a. Mengambil sampel dari truck mixer;


b. Melakukan slump test;
Slump test beton adalah pengujian kekentalan beton segar agar beton yang diproduksi dapat
mencapai kekuatan mutu beton dan mendapatkan nilai slump beton yang baik. Fungsi lain
dari uji slump beton adalah agar beton yang diproduksi di batching plant akan sesuai dengan
rencana kerja dari sebuah bangunan yang akan dibangun.
Sebelum material concreate dihamparkan, dilakukan slump beton terlebih dahulu untuk
mengetahui kekentalan dari adukan beton tersebut apakah terjadi kemerosotan (slump) atau
sudah mencapai nilai slump beton normal. Kemerosotan pada beton dapat terjadi pada
proses pengadukan beton, hal tersebut bisa terjadi karena jumlah air yang digunakan dalam
proses pengadukan beton kemungkinan kurang atau terlalu berlebih. Jika jumlah air yang
digunakan pada komposisi campuran beton terlalu sedikit maka berdampak pada tingkat
kekentalan beton yang kurang. Hal tersebut menentukan kekuatan serta mutu beton yang
dihasilkan pada akhirnya.
Langkah kerja slump test sebagai berikut :

12
- Alat pertama untuk uji slump test beton adalah cetakan Kerucut Abrams yang terbuat dari
logam. Diameter dasar sekitar 200 mm, diameter atas sekitar 100 mm dan memiliki tinggi
300 mm;
- Tongkat penusuk harus berdiameter sekitar 26 mm dan panjang 60 cm. Fungsi tongkat
penusuk ini agar beton segar yang dimasukkan ke Kerucut Abrams bisa rata, hal ini
penting ketika proses pengujian berlangsung.
- Alas saat pengujian berlangsung harus diperhatikan. Biasanya alas penguji slump beton
adalah terbuat dari kayu atau besi. Selain itu kriteria dari alas harus kedap air dan
berbentuk rata.
- Mistar pengukur yang terbuat dari baja atau meteran berperan penting untuk mengukur
seberapa besar kemerosotan yang terjadi pada mix design beton;
- Siapkan sendok atau sekop kecil yang akan digunakan untuk mengisi beton segar pada
lubang Kerucut Abrams dan juga berfungsi untuk mengaduk beton di dalam kerucut
tersebut;
- Siapkan gelas ukur atau silinder ukur yang berguna sebagai alat pengukuran banyaknya
volume air dan cairan additive pengeras beton;
- Siapkan wadah untuk tempat material beton yang akan dilakukan pengujian.
c. Memasukkan sampel yang telah diuji slump ke dalam cetakan;
d. Membawa sampel ke laboratorium pengujian beton dan di jemur serta direndam beberapa
hari;
e. Melakukan uji tekan pada beton untuk umur 7, 14 dan 28 hari atau umur yang lain yang
telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam
spesifikasi teknik untuk mendapatkan angka kuat tekan yang sesuai.
f. Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi kriteria teknis utama,
yaitu kelecakan (workability), kekuatan (straigth), dan keawetan (durability).

4. Penghamparan concreate;

Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan
sedapat mungkin dihindari. Kecuali truk pencampur, truk pengaduk, atau alat angkutan lainnya
yang dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan, beton harus
dituangkan ke dalam alat penghampar dan dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa

13
untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara menerus di antara sambungan
melintang tanpa sekatan sementara. Penghamparan secara manual diperlukan harus dilakukan
dengan memakai sekop bukan perlengkapan perata (rakes). Pekerja tidak boleh menginjak
hamparan beton yang masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati oleh tanah atau
kotoran lainnya.
Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai
terlebih dahulu, dan peralatan mekanik harus dioperasikan di atas lajur tersebut, kekuatan beton
lajur itu harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90% dari kekuatan yang ditentukan untuk
beton 28 hari. Bilamana hanya peralatan penyelesaian yang akan melewati lajur yang ada,
penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat dilakukan setelah umur beton tersebut
mencapai 3 hari.
Beton harus dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada
kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukkan ke dalam
beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan.
Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi dan sambungan
kontraksi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong curah atau penampung
(hopper) ke arah perlengkapan sambungan kecuali jika penampung (hopper) tersebut telah
ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak menggeser posisi sambungan.
Pemghamparan dapat menggunakan mesin sebagai berikut :
 Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)

Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi
menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah
dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.

Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar minimum 4.0
m yang bertumpu pada 4 (empat) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah
gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-masing di depan dan
di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semua
sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerized control).

Campuran beton untuk acuan bergerak harus memenuhi hal – hal seperti berikut :

14
- Konsistensi beton (slump);
Konsistensi campuran beton segar harus ditentukan dengan mengukur slump beton.
Rentang slump adalah sekitar (20 – 50) mm untuk jalan umum, dan sekitar (20 – 40)
mm untuk jalan tol. Di beberapa pekerjaan diperlukan slump sekitar (15 – 25) mm
dengan alasan bahwa karena acuan bergerak tidak menggunakan acuan tepi, sementara
bagian tepi perkerasan beton yang plastis harus stabil. Toleransi yang diijinkan
terhadap slump yang diusulkan untuk campuran beton manapun adalah ± 13 mm.
- Kuat awal beton
Kuat tekan beton diperlukan dengan kiat awal tinggi pada penggunaan acuan bergerak,
yaitu harus dapat dicapai dalam waktu 12 jam, dibandingkan dengan beton
konvensional yang membutuhkan waktu sekitar (5 – 14) hari.
- Kadar air
Kadar air dalam beton pada penggunaan acuan bergerak harus lebih rendah, sehingga
kekuatan beton lebih baik serta dapat meningkatan daya tahan terhadap rembesan
garam, dan meningkatkan ketahanan beton terhadap kerusakan akibat ion klorida.

 Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)

Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan
beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini:

1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)

Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil


kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus
dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type)
atau alat lain yang serupa.

2. Vibrator (Penggetar)

Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan
type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds.
Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak

15
boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form)
samping.

3. Acuan

Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m, dan
sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton
perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari
kedalamannya.

Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai digunakan
untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan harus dapat menahan segala
benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces)
harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Permukaan atas
acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar
sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus
dilengkapi pengunci pada ujung – ujung bagian yang bersambungan.

5. Memadatkan dan meratakan permukaan beton;


Ada tiga pilihan cara memadatkan yaitu :
a. Bila tidak dilakukan pemadatan dengan getaran (vibrator), hal ini akan ada risiko
meninggalkan kekosongan besar dalam masa beton segar, yang mengakibatkan struktur
seperti sarang lebah (honey-comb);
b. Vibrator yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated vibrators atau dikenal dengan
nama vibrator spud) adalah batang panjang yang bergetar dan dioperasikan oleh
kompresor udara atau motor listrik dengan daya kecil sekitar (1,5 – 3,0) kW, dan dengan
kekuatan sekitar (2 – 4) tenaga kuda, vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik
pada setiap tempat;
c. Penempa bergetar (screed vibration), adalah peralatan seperti rangka batang yang
bergetar yang akan menggetarkan beton segar yang sudah dituangkan dan ditempatkan.
Getaran biasanya dioperasikan dengan tenaga mekanis atau kompresor udara.
Pada umumnya penyelesaian akhir setelah beton segar dihamparkan adalah diratakan dan
dihaluskan dengan alat pelepa mengambang (floating) yang digerakkan dengan menggeser –

16
geser di atas permukaan beton segar. Untuk menghilangkan tonjolan yang tersisa setelah
dilakukan floating yaitu dikontrol dengan straightedge untuk membenamkan partikel agregat
yang besar.

6. Pembuatan tekstur permukaan beton;


Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing)
digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan pada arah
melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara
brushing atau grooving. Proses teksturing menggunakan alat tining dengan tangan atau alat
berskala besar menggunakan rangka batang yang dilengkapi alat tining lalu digerakkan secara
mekanis dan teksturing dengan tarikan karpet.
Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau
hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan permukaan
jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama
pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan.
Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban
kendaraan. Kedalaman tekstur rata – rata tidak boleh kurang dari 1/16” (1,5 mm).
Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang
mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15
sampai 20 mm.
Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan
secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras, dengan
membentuk tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu,
bila tak ditentukan lain pada gambar rencana, ialah 12 mm. Perapihan dilakukan supaya ujung
– ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal.
7. Permukaan beton dilapis/ disemprot bahan pengawet (curing compound);
Perawatan beton yang telah dicetak dalam acuan tetap dapat menggunakan curing basah
dan curing tertutup. Curing basah biasanya terbatas pada pekerjaan kecil, sementara curing
tertutup dapat digunakan pada setiap ukuran permukaan beton. Curing tertutup dapat
didistribusikan menggunakan mesin penyemprot kompon yang mengangkang di atas
permukaan beton basah, atau menggunakan penyemprot kompon secara manual.

17
Curing biasanya dilakukan bila finishing suatu area telah selesai dan permukaan beton
yang masih basah sudah menghilang. Pada perkerasan yang telah diberi tekstur (tined), bahan
curing membrane biasanya disemprotkan dalam dua lintasan, satu lintasan ke depan dan satu
lintasan sebaliknya, untuk memastikan bahwa kedua sisi tekstur terlapisi dengan curing
membran.
8. Penggergajian untuk sambungan (saw joints);
Pembuatan sambungan dapat dilakukan dengan cara sawcut. Cara ini memiliki
keuntungan antara lain pengecoran beton dapat dilakukan secara monolit, kualitas beton di
sekitar sambungan sama dengan daerah lainnya di seluruh plat beton perkerasan, operasi saw
cutting tidak mempengaruhi pelaksanaan pengecoran/penghamparan beton dan penggergajian
selalu tegak lurus terhadap permukaan plat beton sehingga tidak aka nada perlemahan sudut
atau tepi.
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat penggergajian adalah harus tepat lokasi
sesuai tanda yang telah diberikan sebelumnya pada bekisting, harus tepat kedalaman yakni
sebesar ¼ tebal plat, dan harus tepat waktu artinya dilakukan antara jem ke -4 sampai jam ke-
24 dikarenakan penggergajian (saw cutting) yang terlambat akan mengakibatkan retak
melintang di sekitar letak dowel
9. Menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan burlap atau karung goni yang selalu
dibasahi sekurang – kurangnya selama 7 (tujuh) hari.

Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing jalan diantaranya adalah marka jalan dan pemasangan rambu..

1. Marka Jalan

Marka jalan adalah adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang,garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarah arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas.

Pekerjaan ini meliputi pengecatan marka jalan baik pada permukaan perkerasan lama maupun
yang selesai dioverlay, pada lokasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh direksi pekerjaan.

18
Tahapan pelaksanaannya meliputi

a. Penyiapan permukaan perkerasan; dan


b. Pelaksanaan pengecatan marka jalan.

Pada perkerasan kaku (rigid pavement) jarang ditemukan adanya pengecatan marka jalan
kecuali pada jalan tol.

2. Rambu
 Keselamatan Kerja di Jalan Raya

5 Aspek Keselamatan :

 Keselamatan publik yang melakukan pekerjaan

 Proteksi terhadap pekerjaan proyek

 Keselamatan pekerja dari bahaya potensial

 Keselamatan operator terhadap kegiatan lain

 Perlindungan individu akibat tindakannya sendiri

 Jenis Rambu

o Berdasarkan jenis pesan :

a) Rambu peringatan, misal terdapat perlintasan kereta api


b) Rambu petunjuk, misal arah suatu kota
c) Rambu larangan dan perintah, misal dilarang berhenti
o Berdasarkan cara pemasangan:

a) Rambu tetap
b) Rambu tidak tetap
 Persyaratan Rambu

•Mudah dipasang
•Mudah dipindahkan

19
•Mudah diangkut
•Tidak mudah rusak
•Dapat berfungsi baik pada siang maupun malam hari
•Dengan mempertimbangkan kapasitas jalan, kelancaran lalu lintas, keselamatan pekerja
maupun pemakai jalan make pengaturan lalu lintas perlu dilakukan pada lokasi dimana
pekerjaan sedang berlangsung.
•Pengaturan ini juga dihubungkan dengan ciri – ciri pekerjaan konstruksi jalan yang
meliputi jenis pekerjaan dan kondisi lalu lintas.

Kesimpulan :

1. Semakin keatas tegangan yang dipikul semakin besar maka butuh perkerasan yang semakin
bermutu. Perkerasan bagian bawah dapat menggunakan bahan yang mutunya lebih rendah
(harga lebih murah).
2. Jika daya dukung tanah dasar rendah, maka dibutuhkan lapis perkerasan.

20

Anda mungkin juga menyukai