PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jalan Teropong yang penulis pilih sebagai lokasi untuk merencanakan
perkerasan kaku (Rigid Pavement). Jalan Teropong adalah jalan lokal
menghubungkan antara Jalan Cipta Karya dengan Jalan Soekarno Hatta.
Dimana Jalan Teropong yang di teliti oleh Penulis termasuk di Kabupaten
Kampar, karena Titik Pengujinya sudah berada di daerah Kabupaten Kampar.
Tipe Jalan Teropong dua lajur dua arah tidak terbagi (2/2 TB). Kondisi sebagian
jalan saat ini masih merupakan jalan tanah, dengan panjang jalan keseluruhan ± 2
km dengan lebar jalan 6 m, yang mana pada musim hujan akan mengakibatkan
genangan air dan pada musim kemarau jalan akan menimbulkan debu, Penulis
memilih ruas Jalan Teropong sebagai lokasi untuk merencanakan tebal perkerasan
kaku, karena lokasi ini sangat berpotensi sebagai jalan penghubung yang dapat
membantu perekonomian masyarakat sekitar. Penulis merasa pembangunan pada
ruas jalan ini sangat diperlukan karena aktifitas kendaraaan yang melintas di jalan
tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan perencanaan tebal
perkerasan pada ruas jalan tersebut demi keamanan dan kenyamanan perjalanan
bagi masyarakat sekitar. Sket Lokasi bisa dilihat pada Gambar 1.1
1
2
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah merencanakan tebal perkerasan kaku (rigid
pavement) Jalan Teropong, dan menghitung biaya.
4
1.
2.
3.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya dibidang perencanaan jalan
raya.
2. Dapat memberikan masukan atau informasi bagi masyarakat, serta pihak
instansi terkait dalam tebal Perkerasan Jalan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Gambar 2.7. Nilai CBR efektif tanah dasar dan tebal pondasi bawah
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
2.4.4 Tulangan
Pada konstruksi perkerasan kaku dikenal 2 jenis tulangan yaitu tulangan
plat beton untuk memperkuat plat beton tersebut dan tulangan sambungan untuk
menyambung kembali bagian – bagian plat beton yang diputus. Kedua jenis
tulangan tersebut mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi yang berbeda satu sama
lain.
1. Tulangan Pelat
Tulangan pelat berfungsi untuk memegang setiap retak yang terjadi. Besi
tulangan dapat berupa tulangan baja yang difabrikasi. Jika tulangan plat
berbentuk lembaran yang difabrikasi maka tulangan harus dilebihkan
antara satu lempengan tulangan dengan yang lain pada sambungan atau
dilas. Jika digunakan tulangan batang, maka tulangan harus dipasang
dengan penyangga ditahan pada posisi yang diinginkan.
2. Tulangan Sambungan
12
Gambar 2.10. Detail Sambungan Susut Melintang dengan dan Tanpa Ruji
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003
3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan,
Fungsi dan tipe jalan ini diperlukan untuk menentukan nilai Koefisien
Distribusi (Cd) dan Faktor Keamanan (Fk) yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan
Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Koefisien Distribusi Kendaraan Niaga (C)
Jumlah Koefisien Distribusi
Lebar Perkerasan (Lp)
Lajur (n) 1 arah 2 arah
Tata cara perhitungan lalu lintas rencana untuk perkerasan kaku adalah :
JSKN = JSKNH × 365 × R × C...........................................................(II.1)
20
Keterangan :
JSKN = Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga.
JSKNH = Jumlah Sumbu Kendaraan maksimum Harian pada Saat
tahun ke 0 (Kendaraan/hari).
n = Umur rencana atau masa pelayanan.
R = Faktor pertumbuhan kumulatif yang besarnya tergantung
dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana
Untuk perkerasan kaku jenis kendaraan yang diperhitungkan hanya
kendaraan niaga dengan berat total minimum 5 Ton. Konfigurasi sumbu yang
diperhitungkan dalam perencanaan perkerasan kaku ada 3, yaitu :
1. Sumbu Tunggal dengan Roda Tunggal (STRT)
2. Sumbu Tunggal dengan Roda Ganda (STRG)
3. Sumbu Tandem dengan Roda Ganda (STdRG)
4. Sumbu Tridem dengan Roda Ganda (STrRG)
( )
❑ 3
h 1 √CBR 1 + … .… . h n √ CBRn
3 ❑ 3
CBR Rata – rata pada titik pengamatan = .....................(II.3)
100
Keterangan :
hn = tebal tiap lapisan tanah ke n
CBRn = nilai CBR pada lapisan tanah ke n
22
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
> 10 3,18
Sumber : Hendarsin, 2000
2. Cara Grafis
Menghitunga besarnya nilai CBR yang didapat dari hasil pengamatan,
prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Tentukan nilai CBR yang terendah.
2) Tentukan berapa banyak nilai CBR yang sama atau lebih besar dari
masing masing nilai CBR dan kemudian disusun secara berurut dari
nilai CBR terkecil sampai yang terbesar.
23
Keterangan :
Fc’ : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
Fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk
agregat pecah.
Gambar 2.13. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas dalam
Kota, Tanpa Ruji, FKB = 1,1
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
27
Gambar 2.14. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas dalam
Kota, Tanpa Ruji, FKB = 1,2
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
28
Gambar 2.15. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas dalam
Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,1
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
29
Gambar 2.16. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas dalam
Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,2
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
30
Gambar 2.17. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas luar Kota,
Tanpa Ruji, FKB = 1,1
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
31
Gambar 2.18. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas luar Kota,
Tanpa Ruji, FKB = 1,2
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
32
Gambar 2.19. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas luar Kota,
Dengan Ruji, FKB = 1,1
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
33
Gambar 2.20. Contoh Grafik Perencanaan, fcf = 4,25 MPa, Lalu Lintas luar Kota,
Dengan Ruji, FKB = 1,2
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
8. Tentukan Tegangan Ekivalen (TE) dan faktor Erosi (FE) untuk STRT.
9. Tentukan faktor rasio tegangan (FRT) dengan membagi tegangan ekivalen
(TE) oleh kuat tarik lentur (fcf).
10. Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut, tentukan beban per
roda dan kalikan dengan faktor keamanan beban (F kb) untuk menentukan
beban rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥ 65 Kn (6,5 ton),
anggap dan gunakan nilai tersebut sebagai batas tertinggi pada Gambar
2.23 sampai Gambar 2.25.
34
11. Dengan faktor rasio tegangan (FRT) dan beban rencana, tentukan jumlah
repitisi ijin untuk fatik dari Gambar 2.24, yang dimulai dari beban roda
tertinggi dari jenis sumbu STRT tersebut.
Gambar 2.21. Analisis fatik dan beban repitisi ijin berdasarkan rasio tegangan,
dengan atau tanpa bahu beton
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
35
12. Hitung persentase dari repitisi fatik yang direncanakan terhadap jumlah
repitisi ijin.
13. Dengan menggunakan faktor erosi (FE), tentukan jumlah repitisi ijin untuk
erosi, dari Gambar 2.24 atau 2.25.
Gambar 2.22. Analisis Erosi dan jumlah repitisi beban ijin, berdasarkan faktor
erosi, tanpa bahu beton
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
36
Gambar 2.23. Analisis erosi dan jumlah repitisi beban berdasarkan faktor erosi,
dengan bahu beton
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,2003
14. Hitung persentase dari repitisi erosi yang direncanakan terhadap jumlah
repitisi ijin.
37
15. Ulangi langkah 11 sampai dengan 14 untuk setiap beban per roda pada
pada sumbu tersebut sampai jumlah repitisi beban ijin yang terbaca pada
gambar 2.23 dan Gambar 2.24 atau Gambar 2.25 yang masing-masing
mencapai 10 Juta dan 100 Juta repitisi.
16. Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan persentase fatik dari
setiap beban roda pada STRT tersebut. Dengan cara yang sama hitung
jumlah total erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut.
17. Ulangi langkah 8 sampai dengan 16 untuk setiap jenis kelompok sumbu
lainnya.
18. Hitung jumlah total kerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan
akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu.
19. Ulangi langkah 7 sampai dengan langkah 18 hingga diperoleh ketebalan
tertipis yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik atau erosi ≤100%.
Tebal tersebut sebagai tebal perkerasan beton semen yang direncanakan.
20. Menentukan nilai repitisi beban yang diizinkan dari hasil perbandingan
tegangan dapat menggunakan Tabel 2.6.
21. Bandingkan nilai repitisi beban berdasarkan volume lalu lintas dengan
nilai repitisi beban yang diizinkan (dalam %), jumlah persentase erosi
seluruhnya harus lebih kecil atau sama dengan 100%. Untuk faktor erosi
dibantu dengan menggunakan Tabel 2.7 dan bantuan grafik analisa erosi
Gambar 2.23.
38
Tabel 2.5 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu
Beton
**Untuk perbandingan tegangan yang lebih kecil atau dengan 0,50, repitisi yang
diizinkan adalah tidak terhingga.
Tabel 2.7. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk perkerasan tanpa Bahu
Beton
CBR Faktor Erosi
Tebal efekti Tegangan Setara
Tanpa Ruji Dengan Ruji
Slab f
Beto tanah
STR STR STdR STR STR STdR STR STR STdR
n dasar
T G G T G G T G G
%
200 5 1,1 1,81 1,6 2,44 3,04 3,23 2,23 2,83 2,97
200 10 1,05 1,7 1,46 2,42 3,02 3,18 2,22 2,82 2,95
200 14 1,02 1,65 1,4 2,42 3,02 3,15 2,22 2,82 2,93
200 15 1,01 1,62 1,36 2,41 3,01 3,14 2,21 2,81 2,92
200 20 0,99 1,59 1,33 2,4 3,01 3,12 2,21 2,81 2,91
200 25 0,96 1,52 1,25 2,39 3 3,09 2 2,8 2,89
200 35 0,92 1,44 1,18 2,38 2,98 3,06 2,19 2,79 2,87
200 50 0,89 1,36 1,1 2,36 2,96 3 2,18 2,78 2,85
μ x Lx M xg x H
AS = ..........................................................................(II.7)
2 x fy
Keterangan :
AS = Luas Tulangan (mm² / m panjang plat) μ
μ = Koefisien Gesek antara Plat Beton dengan lapisan dibawahnya
L = Panjang bentang slab Beton (m)
fy = Mutu baja tulangan (Mpa)
M = Berat per satuan volume plat (kg/mᶾ)
g = Gravitasi (m/s²)
h = Tebal plat (m)
41
42
Sirtu 1,2
Tanah 0,9
Untuk dowel bar (ruji) dimensi, panjang dan spasi tulangan telah
ditentukan oleh AASHTO, juga digunakan oleh Bina Marga di Indonesia, sesuai
pada Tabel 2.9.
Untuk tie bar (batang pengikat) menurut AASHTO penentuan dimensi
dapat menggunakan grafik pada Gambar 2.27, sedangkan batang pengikat dapat
dihitung dengan persamaan II.8.
I = (38,3 x ф) + 75................................................................................(II.8)
Keterangan :
I = Panjang Batang Pengikat (mm)
Ф = Diameter Batang Pengikat yang dipilih (mm)
43
2. Beton Struktural
Beton struktural adalah jenis beton yang mengandung unsur penulangan
besi dalam adukan corannya, beton struktural juga meliputi pekerjaan
pembesian dan pekerjaan pengecoran beton. Sedangkan pekerjaan lainnya
yang sering berhubungan dengan pekerjaan beton adalah pekerjaan
penyusunan struktur baja, bekisting beton, finishing beton, pondasi beton,
pasangan bata, dan lain sebagainya.
Mutu beton struktural juga disebut beton Kelas II yang terdiri dari
beberapa mutu antara lain : K-225, K-250, K-275 dan K-300.
3. Beton Prategang
Beton prategang adalah perpaduan antara beton dan baja, sedangkan beton
merupakan materi yang memiliki daya kekuatan tekan yang tinggi akan
tetapi kekuatan tariknya rendah. Disamping itu baja memiliki kekuatan
tarik yang sangat tinggi. Dengan kombinasi antara kekuatan beton dan
45
baja maka akan menghasilkan struktur yang kuat terhadap beban tekan dan
beban tarik. Mutu beton pratekan ini juga disebut Beton Kelas III yang
terdiri dari beberapa Karakteristik kelas antara lain : K-325, K-350, K-375,
K-400, K-500.
Adapun kegunaan beton jika dilihat dari kelas dan mutunya adalah
sebagai berikut :
1. Kelas A (K-500)
Kelas ini diperuntukkan untuk beton Precast atau beton Prestressed.
2. Kelas P (K-400)
Kelas ini diperuntukkan Rigid Pavement, jalan kelas I atau jalan Tol.
3. Kelas B (K-350)
Kelas ini diperuntukkan untuk lantai, biasanya lantai dasar bangunan
pabrik.
4. Kelas K-300
Diperuntukkan untuk konstruksi bangunan ruko/rumah bertingkat 3 lantai
s/d 5 lantai.
5. Kelas K-250
Diperuntukkan untuk konstruksi bangunan bertingkat dua lantai,
ruko/rumah tinggal standar.
6. Kelas D (K-175)
Diperuntukkan untuk konstruksi bangunan ringan.
7. Kelas E (K-125)
Diperuntukkan untuk konstruksi LC/lantai dasar.
8. Kelas BO Diperuntukkan untuk Konstruksi lantai LC/lantai dasar.
4. Jika terjadi kerusakan maka kerusakan tersebut cepat dan dalam waktu
singkat untuk perbaikannya.
5. Indeks pelayanan tetap baik hampir selama umur rencana.
3.2 Persiapan
Merencanakan jadwal pelaksanaan tugas akhir, mempersiapkan peralatan
dan perlengkapan yang akan digunakan serta mempersiapkan personil yang
dibutuhkan untuk melakukan survey dan pengujian dilapangan. Adapun peralatan
yang perlu dipersiapkan antara lain :
a) Alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer), digunakan untuk melakukan
pengujian kekuatan tanah dasar dilapangan.
b) Meteran, digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan jarak antar
titik pengujian.
c) Alat tulis dan lembar formulir survey untuk pencatatan data lalu lintas
harian.
d) Spanduk, digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
setempat tentang kegiatan penelitian tugas akhir yang sedang
berlangsung.
47
48
Gambar 3.1 Sket lokasi penelitian beserta titik pengujian CBR Lapangan
2. Data LHR
Pengumpulan data mengenai volume lalu lintas harian rata – rata ini
dilakukan dengan cara manual yaitu survei lapangan dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan personil yang berjumlah 4 orang dan menyediakan
lembar formulir untuk mencatat volume lalu lintas.
b. Menentukan lokasi tempat pengambilan data LHR.
c. Menghitung jumlah dan jenis kendaraan yang lewat untuk kedua arah
selama 3 hari.
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN DATA
1. DATA
1. DATA NILAI DCP
PERTUMBUHAN
2. DATA LHR LALU LINTAS
3. DATA TEKNIS JALAN
PENGOLAHAN DATA
SELESAI
(
3 3 3 3 3 3 3 3 3
30 √ 5,59+20 √9,37+ 30 √ 5,59+10 √ 22,65+50 √2,92+60 √ 2,31+50 √ 2,92+100 √ 1,21+¿ 190 √ 0,53+1
1000
=1,80 %
51
52
Tabel 4.2. Nilai CBR Pada Ruas Jalan Teropong Kota Pekanbaru
STA CBR (%) STA CBR (%)
0 + 000 1,80 0 + 700 1,39
0 + 100 1,58 0 + 800 1,54
0 + 200 2,22 0 + 900 2,38
0 + 300 1,52 1 + 000 1,84
0 + 400 1,64 1 + 100 1,58
0 + 500 2,35 1 + 200 2,43
0 + 600 1,72 1 + 300 1,85
Sumber : Hasil Survey dan Analisa
53
Nilai CBR pada Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik yang dapat
dilihat pada Gambar 4.1
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300
Nilai CBR pada Tabel 4.3 diplotkan ke dalam grafik yang dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Didapat nilai CBR dengan cara grafis dalam keadaan 90% adalah
1.50 %.
Jumlah kendaraan Mobil Penumpang dan Truk 1.2L dapat diliat pada Tabel 4.4
pada Rata – rata (kend/hari).
B. Proporsi Sumbu
Beban sumbu STRT =
Jumlah Total Sumbu Beban(STRT )
x 100
JSKNH
59
1722
= x 100
3444
= 50 % = 0,5
Beban Sumbu STRG =
Jumlah Total Sumbu Beban(STRG )
x 100
JSKNH
230
= x 100
3444
= 6 % = 0,6
beton semen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2003. Adapun cara
untuk menentukan factor rasio tegangan (FRT) dan Faktor Erosi (FE) didasarkan
pada CBR efektif dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4 menggunakan grafik.
Beban Sumbu 20
× FE= ×1,1=11,00
2 2
Beban Sumbu 30
× FE= ×1,1=16,50
2 2
Untuk mencari FRT :
FE 1,1
= = 0,23 (fcf didapat dari kuat tarik lentur beton)
fcf 4,74
FRT = 0,23
STRG beban sumbu 5 ton :
TE = 1,81 (didapat dari Tabel 2.7)
FE = 2,83 (didapat dari Tabel 2.7)
Untuk mencari beban sumbu per roda :
Beban Sumbu 50
× FE= ×1,1=13,75
2 2
Nilai total fatik yang didapat adalah 0 % < 100 %, dan nilai total erosi
yang didapat adalah 0 > 100% maka dicoba dengan tebal plat yang lebih besar
yaitu 200 mm.
4.4 Perencanaan Penulangan
Parameter dalam perencanaan penulangan yaitu :
kg m
1.8 ×10 m× 2400 × 9.81 ×0.20 m
m³ s² = 141,2604 mm2/m’
As=
2 ×300 Mpa
As min ¿ 0.1% ×200 ×1000=¿ ¿ 200 mm2/m’
As min > As, maka As perlu = 200 mm2/m’
Digunakan tulangan polos anyaman las Ø8
kg m
1.8 ×3 m× 2400 ×9.81 ×0.20 m
m³ s² = 42,3792mm2/m’
As=
2 ×300 Mpa
As min ¿ 0.1% ×200 ×1000=¿ ¿ 200 mm2/m’
As min > As, maka As perlu = 220 mm2/m’
Digunakan tulangan polos anyaman las Ø8 – 200
= 66,66 mm
66,66 mm
66,66 mm
4.5 Pembahasan
Perencanaan tebal perkerasan kaku (rigid pavement) pada ruas Jalan Budi
Kemuliaan Kota Dumai menggunakan jenis perkerasan beton semen bersambung
dengan tulangan. Struktur perkerasakan beton dengan ketebalan 200 mm,
disesuaikan dengan perhitungan perencanaan perkerasan jalan beton Pd-T 14-
2003. Sedangkan lapisan pondasi bawah menggunakan lapisan Bahan Pengikat
tebal 12,5 cm dengan rician sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan untuk perencanaan perkerasan kaku pada
ruas Jalan Budi Kemuliaan Kota Dumai dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Perkerasan kaku yang digunakan adalah jenis perkerasan kaku bersambung
dengan tulangan dengan mutu beton adalah K-400 dan tebal plat beton
adalah 200 mm atau 20 cm.
2. Pondasi bawah menggunakan Bahan Pengikat dengan ketebalan 15 cm.
3. Tulangan yang digunakan masing – masing sebagai berikut :
Tulangan memanjang : Ø8 mm dengan jarak 518 mm
Tulangan melintang : Ø8 mm dengan jarak 574 mm
Dowel (Ruji) : Ø32 mm dengan panjang 450 dan dengan
spasi 300 mm
Tie Bar : Ø16 mm dengan panjang 700 mm
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis ingin memberi sedikit saran yang
bersangkutan dengan pekerjaan :
1. Bagi mahasiswa/i yang ingin melakukan perencanaan perkerasan kaku,
perlu diperhatikan ketelitian dalam mengambil data – data yang diperlukan
untuk perencanaan perkerasan kaku agar data yang didapat akurat dan
hasil perencanaan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Selalu utamakan faktor keamanan dan kenyamanan dalam setiap
melakukan perencanaan.
3. Hendaknya selalu mengacu pada standar – standar yang telah ditetapkan.
66
67