Anda di halaman 1dari 59

PENGENALAN

Disampaikan dalam Pembekalan Sertifikasi HPJI


untuk
Tenaga Ahli Pelaksana dan Tenaga Ahli Pengawas
Jalan dan Jembatan

Januari 2008
KONSEP DASAR

PERTIMBANGAN DALAM PENENTUAN JENIS


PERKERASAN KAKU UNTUK JALAN BARU

 Tingkat kekakuan cukup tinggi dibandingkan dengan


perkerasan aspal, yaitu 10 kali lipat.
(Ebeton semen = 40.000 MPa; Ebeton aspal = 4.000 MPa).

 Plat beton dengan flexural strength 45 kg/cm2 (kira-


kira ekivalen dengan beton mutu K-400) setebal 25 cm
dapat menampung sekitar 8 juta ESAL (cukup tinggi !).

 Tebal keseluruhan perkerasan jauh lebih tipis dari tebal


keseluruhan perkerasan fleksibel/aspal (≤ 50 %).
KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN
 Life-cycle-cost lebih murah dari pada perkerasan aspal.
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemeliharaan.
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemanfaatan
(overloading).
 Semen adalah material produksi dalam negeri sehingga tidak
tergantung dari import.
 Keseluruhan tebal perkerasan jauh lebih kecil dari pada
perkerasan aspal sehingga dari segi lingkungan / environment
lebih menguntungkan.
 Ketahanan thd pelapukan / oksidasi : Konstruksi semen relatif
lebih sedikit mengandung bahan-bahan organik (C) dari pada
aspal. Jadi perkerasan beton semen lebih tahan terhadap
oksidasi (penuaan/ageing) dari pada perkerasan aspal.
 Kebutuhan pemeliharaan : Pemeliharaan perkerasan kaku lebih
kecil/jarang dari pada perkerasan fleksibel.
 Biaya konstruksi : Pada saat sekarang, biaya konstruksi kedua
jenis perkerasan hampir sama.
KERUGIAN-KERUGIAN
 Permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort
yang lebih jelek dari pada perkerasan aspal, yang akan sangat
terasa melelahkan untuk perjalanan jauh.
 Warna permukaan yang keputih-putihan menyilaukan di siang
hari, dan marka jalan (putih/kuning) tidak kelihatan secara
kontras.
 Perbaikan kerusakan seringkali merupakan perbaikan
keseluruhan konstruksi perkerasan sehingga akan sangat
mengganggu lalu lintas.
 Pelapisan ulang / overlay tidak mudah dilakukan.
 Ketidaksempurnaan hasil pekerjaan akibat kurang telitinya
pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak mudah diperbaiki.
 Perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa
dilakukan dengan grinding machine atau pelapisan ulang dengan
campuran aspal, yang kedua-duanya memerlukan biaya yang
cukup mahal.
JENIS-JENIS PERKERASAN KAKU

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah struktur yang terdiri dari


plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau
tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang
terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai
lapis permukaan.
Perkerasan kaku dikelompokkan menjadi:
Perkerasan Beton Semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton
sebagai lapisan aus.
Terdapat 4 (empat) jenis perkerasan beton semen:
 Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan
(jointed unreinforced concrete pavement);
 Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan
(jointed reinforced concrete pavement);
 Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan
tulangan (continuously reinforced concrete pavement);
 Perkerasan beton semen pratekan (prestressed concrete
pavement).
Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan plat beton
sebagai lapis pondasi dan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan
(struktural).
PERKERASAN KOMPOSIT

Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton,


yang memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang
ikut memikul beban, disebut Perkerasan Komposit.
Dalam literatur yang ada, konstruksi seperti itu tebalnya
dihitung sebagai berikut:
Tentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan
dengan menganggap perkerasan seluruhnya terdiri dari beton
semen.
Tebal plat beton dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25
mm tebal aspal beton.
Ketentuan tebal minimum plat beton adalah 150 mm, dan
untuk mencegah retak refleksi (akibat celah sambungan dan
retak pada plat beton) disarankan tebal minimum aspal beton
100 mm (4 inches).
LANJUTAN
PENGERTIAN DAN SIFAT-SIFAT UMUM
KOMPONEN KONSTRUKSI

PERKERASAN FLEKSIBEL sbg Multi Layer System :


-Lapis Permukaan;
-Lapis Pondasi;
-Lapis Pondasi Bawah.
PERKERASAN KAKU sbg Single Layer System :
-Plat Beton Mutu Tinggi sebagai Base;
-Subbase (Lean Concrete atau Batu Pecah), tidak diperhitungkan
berfungsi struktural.

KEMAMPUAN PENYEBARAN BEBAN DAN KAPASITAS BEBAN

Dengan Modulus Elastisitas (E) plat beton yang sangat besar, maka
kemampuan penyebaran beban plat beton jauh lebih besar dari pada
perkerasan aspal. Dengan demikian tebal seluruh konstruksi perkerasan
kaku jauh lebih tipis dari pada seluruh tebal perkerasan fleksibel.
PARAMETER PENTING
DALAM PERKERASAN KAKU
KEKUATAN BETON SEMEN

 Ada 2 parameter yang cukup populer, yaitu :


 Compressive Strength (K), yaitu kuat tekan silinder beton 15 cm x 30 cm.
 Flexural Strength (fx), yaitu kekuatan menahan momen lentur.

 Hubungan antara K dengan fx adalah hubungan koridor, bukan linier.


K (kg/cm2) 120–175 155-230 225-335 280–400
fx (kg/cm2) 25 30 40 45
(Hubungan antara K dengan fx sangat tergantung kualitas/mutu beton)

 Digunakan beton semen mutu tinggi,(fx = 40 – 45 kg/cm2), karena :


- Harus tahan terhadap aus,
- Harus tahan terhadap pelapukan karena cuaca,
- Tidak boleh sering mengalami pemeliharaan.
Jadi bukan untuk mengurangi tebal plat beton.
Peralatan untuk Pengujian Kuat Tekan Beton
PENENTUAN KUAT LENTUR BETON (fx)
SLUMP BETON

Nilai slump Beton untuk mengukur kelecakan beton (workability /


kemudahan pengerjaan beton)

Untuk perkerasan beton semen dipersyaratkan:


Nilai Slump = 2,5 – 5,0 cm, tergantung dari jenis peralatan
penghampar (concrete paver/finisher) yang digunakan.

Fixed form finisher : digunakan beton dengan Slump = 4,0 – 5,0 cm


(acuan tetap)

Slip form paver : digunakan beton dengan Slump = 2,0 – 2,5 cm


(acuan bergerak)
Peralatan untuk Pengujian Slump Beton

Berkaitan dng
workability
pekerjaan
beton
TANAH DASAR (SUBGRADE)
 Daya dukung Tanah Dasar dinyatakan dengan Modulus
Reaksi Tanah Dasar (k), yang ditentukan dengan Plate
Bearing Test, bukan dengan CBR.
 Hubungan antara CBR dengan k adalah sbb.:
CBR (%) 2,0 4,0 8,0 12,0 16,0 20,0 24,0 28,0 32,0
k (pci) 70 120 170 200 230 240 260 290 340
k (kg/cm3) 1,5 3,3 4,8 6,0 6,6 7,0 7,5 8,0 9,3

 Daya dukung Tanah Dasar tidak terlalu berpengaruh pada


tebal perkerasan kaku. Yang penting adalah
keseragamannya. (Road Note 29 dan TN 45 CCAA).

 Berdasarkan Spesifikasi Umum, persyaratan teknis Tanah


Dasar untuk Perkerasan Beton Semen sama dengan untuk
Perkerasan Aspal.
LAPIS PONDASI
(BASE)

 Berupa satu lapis beton semen mutu tinggi


setara dengan beton K-350. Sering disebut Lapis
Pondasi (Base) karena di atasnya dimungkinkan ada
lapis aspal yang disebut Lapis Permukaan.

 Merupakan konstruksi utama dari perkerasan kaku.

 Kontak langsung dengan roda lalu lintas, karenanya


harus rata, tidak mudah aus dan tidak licin.

 Tidak lekat (bonding) dengan Sub Base.


LAPIS PONDASI BAWAH
(SUB BASE)

 Berfungsi sebagai lantai kerja (working platform).


 Tidak diperhitungkan memikul beban lalu lintas (bersifat non-
struktural).
 Banyak digunakan Lean Concrete sebagai Sub Base, tetapi bisa
juga digunakan granular material atau pasir (sand bedding).
 Tidak boleh ada ikatan (bonding) dengan plat beton di atasnya.
SAMBUNGAN (JOINT)

 Fungsi sambungan:
- Pada sambungan melintang:
Mengakomodasi gerakan susut.
- Pada sambungan memanjang:
Mengakomodasi gerakan lenting dari pelat beton akibat
panas-dingin pada siang-malam hari.
 Sambungan dibuat dengan saw cut, crack inducer, atau
akhir pentahapan pelaksanaan.
 Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint
sealant.
 Sambungan diupayakan sesuai dengan pola retak alami
plat beton.
POLA RETAK ALAMI
PLAT BETON
SKEMATIS SAMBUNGAN DAN
TULANGAN SAMBUNGAN

TULANGAN PLAT

TIE BAR DOWEL


JENIS-JENIS SAMBUNGAN

 SAMBUNGAN MELINTANG, ada 2 jenis:


- Sambungan Susut (Contraction Joint), dibuat dengan cara
melakukan saw cutting (penggergajian) sedalam ¼ tebal plat.
- Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint), dibuat dengan cara
memasang bekisting melintang dan dowel antara plat yang dicor
sebelumnya dengan plat yang dicor berikutnya.

 SAMBUNGAN MEMANJANG
Untuk plat yang dicor per lajur:
- dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bars.

Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus:


- dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian atas, dan
memasang crack inducer (batang kayu berpenampang ) di bagian
bawah plat beton.
TULANGAN SAMBUNGAN
 Sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat
retak).
 Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint),
dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan
(construction joint) disebut Dowel (Ruji).
 Tulangan sambungan memanjang disebut Tie Bar (Batang
Pengikat).
FUNGSI TULANGAN SAMBUNGAN
SAMBUNGAN MELINTANG SAMBUNGAN MEMANJANG
 Sebagai load transfer  Sebagai rotation devices

devices. (engsel).
 Sebagai sliding devices.  Berukuran kecil dan berulir

 Berukuran besar dan polos.


(deformed bar).
 Kedua ujung lekat dengan beton.
 Satu ujung lekat dengan
 Ditempatkan di tengah-tengah
beton, satu ujung lainnya
tebal plat dan tegaklurus sumbu
bebas.
jalan.
 Ditempetkan di tengah-
 Tidak overlap dengan tulangan
tengah tebal plat dan sejajar sambungan melintang.
sumbu jalan baik arah
 Mencegah faulting, gerakan slab
vertikal maupun horizontal.
mendatar, dan membantu
 Mengurangi potensi faulting,
transfer beban
pumping dan corner break
pada perkerasan beton semen
dengan sambungan.
UKURAN, PANJANG DAN JARAK
DOWEL DAN TIE BAR

Dowel Tie Bar

Diameter yang 1/8 tebal plat tergantung tebal


disarankan plat
Diameter 32 mm (1 ¼ in.) 13 – 16 mm
minimum *) tergantung tebal
plat
Panjang tipikal 455 mm (18 in.) tergantung tebal
disarankan plat
Jarak 305 mm (12 in.) tergantung tebal
plat

*) Penggunaan dowel diameter ≤ 25 mm untuk lalu lintas berat dapat


mengakibatkan kehancuran beton di sekitar dowel (dowel socketing)
 JOINT SEALANT
Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint sealant
yang bersifat thermoplastic, baik pengecoran panas maupun
dingin, a.l. rubber asphalt, coal tars atau rubber tars. Bisa juga
menggunakan material yang disisipkan dalam keadaan
precompressed, a.l. Compriband.

Pelaksanaan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, supaya celah


tidak terisi kotoran / bahan lain.

 SAW CUTTING
Perlu diperhatikan:
 Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada
bekisting)
 Harus tepat kedalaman (1/4 tebal plat)
 Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).
 BOND BREAKER

- Dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan /


friction / bonding antara subbase dengan plat beton.
- Dibuat dari plastik tipis.
- Permukaan subbase tidak boleh di-groove atau di-brush.
- Pemasangan plastik harus dihindari adanya air-trapped
di bawah plastik yang akan menyebabkan irregular joint.
- Bila subbase dari bahan granular, tidak perlu bond
breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya
“dewatering” campuran beton.
 GROOVING/BRUSHING

Fungsi: Membuat permukaan beton tidak licin (macrotexturing)


dengan cara membuat alur memanjang / melintang.
(Mencegah terjadinya aqua planing / hydro planing).

Alur arah memanjang:


- Friction arah melintang lebih baik (pada manuver ke
samping),
- Friction ke arah memanjang kurang baik,
- Pelaksanaan lebih mudah dan cepat,
- Surface drainage sedikit terganggu,
- Sambungan pelaksanaan grooving / brushing sering tidak
rapi.

Alur arah melintang:


- Friction arah melintang kurang baik,
- Friction arah memanjang lebih baik,
- Surface drainage baik,
- Sambungan alur grooving / brushing bisa dihindari.
• NOISE

Kebisingan pada kecepatan 80 km/jam:


- Surface Dressing 82,0 dB
- Grooved concrete 80,5 dB
- Brushed concrete 81,0 dB

•PERAWATAN BETON (CURING)

Setelah finishing dengan grooving / brushing, permukaan beton dilapis /


disemprot bahan pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 – 0,27
liter/m2 (cara mekanis) atau 0,27 – 0,36 liter/m2 (cara manual).
Dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka dengan
burlap atau goni yang dibasahi sekurang-kurangnya selama 7 hari .
Hidrasi semen adalah reaksi kimia yang sangat lambat. Apabila
permukaan beton dibiarkan mengering prematur, maka reaksi kimia
tadi terhenti, akibatnya kualitas beton (durabilitas, dsb.) menurun.
Curing compound harus harus disemprotkan segera selama
permukaan beton belum mengering. Kalau tidak, tidak ada gunanya
sama sekali.
OVERLAY AC (BETON ASPAL)
DI ATAS PERKERASAN BETON SEMEN
 Fungsi:
- Non-struktural, memperbaiki permukaan beton semen yang
sudah aus.
- Struktural, menambah kekuatan perkerasan beton semen yang
sudah ada, atau perkerasan komposit.
 Overlay non-struktural
- Pergunakan overlay tipis (1 – 2 cm).
- Kelekatan aspal harus tinggi,
- Ada resiko retak (reflection crack).
 Overlay perkerasan lama (pengalaman di luar negeri)
Biasanya keputusan overlay AC diambil setelah
mempertimbangkan beberapa opsi perbaikan perkerasan beton
semen, sbb:
- Full depth repair di bagian perkerasan yang retak,
- Partial depth repairs at joints,
- Diamond grinding untuk memperbaiki kekasaran permukaan,
- Stabilization of slabs by filling subgrade voids,
- Concrete overlay.
Apabila kerusakan sangat eksesif, maka satu-satunya opsi selain AC
overlay adalah rekonstruksi (removal).
 Persyaratan utama permukaan yang akan di-overlay AC harus rata,
padat dan seragam (uniform).

 Tack Coating diperlukan untuk permukaan yang akan di-overlay.

 Penyiapan permukaan beton yang akan di-overlay AC meliputi:


- Cracking and Seating, dimaksudkan untuk memperpendek jarak
retak dengan membuat retak-retak baru. Cracking dilakukan untuk
perkerasan beton tanpa tulangan, dengan menggunakan special drop
hammer sedangkan seating dengan mesin gilas konvensional.
- Breaking and Seating, prosesnya mirip dengan cracking and
seating tetapi dilakukan terhadap perkerasan beton dengan tulangan.
Diperlukan effort yang lebih besar karena dimaksudkan juga
menghancurkan bonding antara beton dengan tulangannya. Peralatan
yang digunakan sama seperti untuk cracking and seating.
- Rubblizing, adalah penghancuran perkerasan beton semen secara
total sehingga terbentuk pecahan-pecahan berukuran 25 – 75 cm,
kemudian dipadatkan dengan mesin gilas khusus, misalnya “Z” roller.
Peralatan yang digunakan untuk rubblizing adalah multiple-head
breaker atau resonant breaker.
- Undersealing, untuk mengisi rongga yang terjadi di bawah perkerasan
beton semen. Dilakukan dengan memompakan aspal cair melalui lobang
bor pada pelat beton.
- Sawcut and Seal, dilakukan apabila perkerasan beton lama
masih baik secara struktural, dan dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kerusakan akibat reflection crack pada joint.
Dalam hal ini cara-cara perbaikan seperti diuraikan di atas
tidak diperlukan.
Yang dilakukan adalah dengan menggergaji permukaan aspal di
atas joint (melintang maupun memanjang) kemudian mengisinya
dengan sealant (rubberized asphalt), yang harus dilaksanakan
sebelum jalan dibuka untuk lalu lintas.
Gambar-gambar
Pelaksanaan
“Paving the way to Heaven”

DPP HPJI
Pengujian Kepadatan dengan Metode Sand Cone
Lean concrete sudah dipasang di atas subgrade yang sudah siap
Beton dituangkan dengan dumptruck
Pengecoran beton plat
Penyiapan benda uji untuk Flexural
Strength Test dan Compression Test
Pelaksanaan Slump Test.
Alat penghampar beton mekanis
(dengan fixed form)
Alat penghampar beton mekanis (dengan slip form)
Texturing / Curing Machine Gomaco Type T/C-400B
Pembuatan grooving (texturing) secara manual
Penyemprotan curing compound secara manual
Hasil texturing secara manual
Penyemprotan
Curing menggunakan
curing compound
burlap yang
secara
selalumanual
dibasahi air.
Saw cutting harus dilakukan antara jam ke-4 dan jam ke-24.
Pengecoran material rubberized
asphalt untuk joint sealant

Cara pemanasan yang salah


Penyisipan pre-compressed asphalt
impregnated polyurethane
Plat beton rigid pavement yang sudah jadi masih dalam masa curing
Core Drill sebagai salah satu metode pengujian Quality Control.

Anda mungkin juga menyukai