Anda di halaman 1dari 29

Permasalahan Geometrik

1. Peranan Geometrik Jalan


2. Sistem jaringan
3. Alinyemen horisontal dan vertikal
4. Penampang melintang jalan
5. Bagian tikungan
6. Kelandaian
7. Jarak pandang
8. Persimpangan
9. Fasilitas Penunjang
1. Peranan Geometrik Jalan
Prasarana transportasi jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perwujudan perkembangan antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil
pembangunan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.

Karena itu jaringan jalan perlu mendapat perhatian dan dijaga baik fungsi dan
perannya terutama dalam melancarkan pergerakan orang dan barang yang tertib,
efisien, selamat dan nyaman. Jalan sebagai suatu sistem jaringan jalan akan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan yang berada dalam pengaruh pelayanannya
dalam suatu hubungan hirarkhi.

Untuk mencapai sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan serta mampu
memberikan jaminan dalam aspek keselamatan dan kenyamanan, maka rekayasa
geometrik jalan merupakan hal yang sangat perlu untuk diperhatikan.

Seringkali terjadi inefisiensi dalam melakukan perjalanan yang diakibatkan oleh


kemacetan di persimpangan ataupun ruas jalan. Dan kemacetan yang terjadi
seringkali disebabkan oleh geometrik jalan, baik ruas maupun simpang, yang tidak
mengikuti standar yang berlaku.

Selain kerugian ekonomi akibat konsumsi waktu perjalanan yang panjang,


kesalahan desain geometirk jalan sering kali memberikan kontribusi kerugian akibat
kecelakaan lalu lintas.
2. Sistem Jaringan Jalan

Berdasarkan Sistem Jaringan :


Sistem jaringan jalan Primer mempunyai peran pelayanan jasa distribusi
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua
simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.

Sistem jaringan jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Berdasarkan Sistem Jaringan fungsi dan peranannya :


Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien,
Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi,
Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
2. Sistem Jaringan Jalan

Mengacu pada PP. No.26/1985 tentang dimensi Minimum Geometrik Jalan


dan Kinerja untuk masing-masing Fungsi serta Peranannya diatur sebagai
berikut :

Fungsi Jalan Primer :


• Jalan Arteri Primer, lebar 8 m, kec. rencana paling rendah 60 km/jam.
• Jalan Kolektor Primer, lebar 7 m, kec.rencana paling rendah 40 km/jam.
• Jalan Lokal Primer, lebar 6 m, kec. rencana paling rendah 20 km/jam.

Fungsi Jalan Sekunder :


• Jalan Arteri Sekunder, lebar 8 m, kec. rencana paling rendah 30 km/jam.
• Jalan Kolektor Sekunder, lebar 7 m, kec. rencana paling rendah 20 km/jam.
• Jalan Lokal Sekunder, lebar 5 m, kec. rencana paling rendah 10 km/jam.
2. Sistem Jaringan Jalan

Gambar 1 Gambar 2

Gambar Tipikal Permasalahan Sistem Jaringan Jalan

Gambar 1 : Menunjukkan masalah sistem jaringan jalan primer yang masuk


dalam sistem sekunder.

Gambar 2 : Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan


pengaturan tata guna lahan di jalan sistem primer yang masuk
kota atau pembangunan fontage road untuk mengurangi
gangguan terhadap fungsi jalan arteri atau kolektor primer
2. Sistem Jaringan Jalan

Gambar 1 Gambar 2
Gambar Tipikal Penganan Masalah Sistem Jaringan Jalan

Gambar 1 : Menunjukkan masalah yang berhubungan tidak terpenuhinya


piramida jaringan jalan mulai jalan arteri, kolektor dan lokal.

Kewenangan pembinaan ruas-ruas Jalan Nasional, Propinsi dan


Kabupaten/kota. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan dapat
dilakukan seperti pada Gambar 2 yaitu :
• Panataan kembali jalan lokal yang memiliki akses langsung melalui
kolektor atau pembangunan frontage road untuk membatasi akses ke
jalan arteri
• Penataan kembali hirarki jalan sesuai dengan karakteristik lalu lintasnya.
• Penyempurnaan UU No.13 tentang Jalan
3. Alinyemen Horisontal dan Vertikal
Alinyemen Horisontal dan Vertikal memiliki peranan yang sangat penting
dalam menciptakan kondisi jaringan jalan yang efisien, aman, dan nyaman.

Masalah yang sering muncul berkaitan dengan Alinyemen Horizontal dan


Vertikal ini adalah prinsip-prinsip keterpaduan (harmonisasi) dan kondisi
alinyemen yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan.

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Gambar Permasalahan alinyemen horisontal dan vertikal

Gambar 1 : Kurang terpadunya koordinasi antara alinyemen horizontal dan


vertikal, untuk Gambar 2 dan 3 alinyemen vertikal yang naik
turun mengikuti kontur sehingga membahayakan
3. Alinyemen Horisontal dan Vertikal

Gambar Alinyemen horisontal dan vertikal yang memadai

Menangani masalah tersebut dapat dilakukan seperti pada Gambar diatas.


• Perbaikan terhadap alinyemen yang ada sehingga puncak-puncak
alinyemen horizontal dan vertikal jatuh pada titik yang sama (super
imposed).
• Perbaikan geometri dengan melakukan Cut and fill dan menciptakan
alinyemen vertikal yang lebih landai.
4. Penampang Melintang Jalan
Penampang melintang merupakan bentuk tipikal potongan jalan yang
menggambarkan ukuran bagian-bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu
jalan dan bagian-bagian lainnya seperti median, trotoar dan lain-lain.
Permasalahan yang ada umumnya berkaitan dengan kondisi standar lebar
lajur, lebar badan jalan serta kemiringan melintang (superelevasi).

Gambar Bottle Neck dan Bahu Jalan yang lebih rendah dari Badan Jalan

• Lebar jalan yang ada tidak konsisten dalam satu ruas jalan yang sama,
sehingga mengakibatkan hambatan fisik bagi lalu lintas (bottle neck).
• Kemiringan melintang jalan dan bahu jalan yang ada kurang memenuhi
ketentuan sehingga mengganggu kelancaran aliran air permukaan (run-off).
• Bahu jalan yang tersedia seringkali tidak efektif karena elevasinya berbeda
dari badan jalan (lebih tinggi atau lebih rendah).
4. Penampang Melintang Jalan

Gambar 1 Gambar 2
Gambar Pelebaran daerah bottle neck dan perbaikan kemiringan pada bahu jalan

• Penyesuaian lebar jalan sesuai dengan standar yang ada, seperti jalan
nasional lebar minimum 7,0 m dengan lebar lajur 3,5 m (Gambar 1).

• Perbaikan kemiringan sesuai dengan arah outlet drainase jalan yang


tersedia dan perbaikan kondisi bahu dengan lebar/kondisi permukaan
yang memadai (Gambar 2).
5. Bagian Tikungan
Radius tikungan dan superelevasi sangat menentukan faktor keselamatan kendaraan pada saat
bergerak dengan kecepatan tertentu di tikungan.
Masalah yang terjadi pada bagian tikungan adalah :
• Radius tikungan yang sangat tajam di bawah minimum untuk kecepatan rencana tertentu dapat
menyebabkan kendaraan melalui lajur kanan.
• Superelevasi yang tidak memadai atau belokan negatif tidak dapat mengimbangi gaya
sentrifugal yang diterima kendaraan saat menikung.
• Pelebaran samping yang tidak memadai, cenderung menyebabkan pengemudi menggunakan
lajur lalu lintas yang berlawanan dan tepi luar perkerasan jalan akan cepat rusak/aus dan juga
dapat mengakibatkan kerusakan pada kendaraan.
• Jarak pandang bebas di tikungan tidak memadai akan menyebabkan rendahnya faktor
keselamatan dan kenyamanan berlalu lintas (Gambar 2).

Gambar 1 Gambar 2

Gambar Permasalahan di daerah tikungan


5. Bagian Tikungan

Gambar R minimum dan Superelevasi


disesuaikan dengan kecepatan rencana
dan kelas jalan

Penanganan masalah tersebut dapat diatasi seperti terlihat pada Gambar :


• Perlu diperhatikan persyaratan r minimum dan kesesuaian super elevasi
jalan di tikungan sesuai dengan kecepatan rencana dan kelas jalan.
• Perhitungan kebutuhan pelebaran samping perlu mendapat perhatian
sesuai standar yang ada.
• Perlu disediakan jarak pandang bebas di tikungan yang memadai melalui
pelebaran bahu jalan atau ruang bebas halangan di Rumija ataupun
dawasja.
5. Bagian Tikungan
Masalah lain :
• Tikungan tajam setelah alinyemen jalan yang relatif lurus dan panjang.
• Radius minimum untuk kecepatan rencana tertentu, tidak mengantisipasi
rencana pengembangan yang akan datang.
• Tikungan ganda, yaitu gabungan tikungan searah dengan jari-jari
berlainan, tidak memberikan kenyamanan bagi pengemudi (Gambar 1).
• Adanya lengkung berbalik dengan mendadak, sehingga pengemudi
sangat sukar mempertahankan diri pada lajur jalannya dan kesulitan
dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan (Gambar 2).

Gambar 1 Gambar 2

Gambar Tikungan ganda dan lengkung berbalik yang mendadak


5. Bagian Tikungan
Penanganan yang dapat dilakukan adalah:
• Jika terpaksa diadakan, sebaiknya didahului oleh lengkung yang lebih
tumpul (r besar), sehingga pengemudi mempunyai kesempatan untuk
menyesuaikan kecepatan kendaraannya (Gambar 1).
• Pemilihan radius yang lebih besar akan lebih mudah dalam hal
penyesuaian dengan perkembangan lingkungan dan fungsi/kelas jalan.
• Apabila memungkinkan perlu ditambahkan lengkung peralihan untuk
penyesuaian keadaan.
• Jika tikungan berbalik ada, maka diperlukan lengkung peralihan atau
bagian lurus (Gambar 2).

Gambar 1 Gambar 2

Gambar Penanganan pada tikungan ganda dan lengkung berbalik yang mendadak
6. Kelandaian

Ketentuan mengenai kelandaian merupakan persyaratan yang sering


dilanggar dalam hal geometrik jalan. Umumnya untuk jalan-jalan luar kota
yang melalui daerah perbukitan (mountaineos area) masalah kelandaian
sering menjadi permasalahan.

Masalah yang terjadi pada bagian kelandaian adalah :


• Kelandaian memanjang dalam batas-batas tertentu mengakibatkan
kendaraan tidak dapat beroperasi secara normal (kehilangan kecepatan
yang sangat berarti). Kondisi ini semakin nyata apabila kelandaian cukup
panjang.
• Bagian jalan yang terlalu curam/menanjak sehingga menimbulkan
gangguan terhadap kendaraan yang memiliki daya trasi terbatas seperti
kendaran berat dan mengganggu kelancaran kendaraan lainnya.
• Bagian jalan tanjakan yang terlalu panjang (melampaui batas kelandaian
kritis) sehingga menyebabkan pengurangan kecepatan maksimum
kendaraan yang lewat.
6. Kelandaian

Gambar Bagian tanjakan Gambar Lajur pendakian dan


yang terlalu panjang lajur penyelamat

Penanganan yang dapat dilakukan adalah :


• Harus dipertimbangkan dua faktor yaitu kelandaian maksimum dan
panjang kritis
• Menyediakan lajur pendakian (climbing lane) yang dapat mengurangi
gangguan/hambatan terhadap lalu lintas yang lebih cepat. Disamping itu
pada bagian turunan perlu disediakan lajur penyelamatan (escape lane)
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kendaraan yang lepas
kendali akibat kerusakan rem.
7. Jarak Pandang
Jarak pandang yang berhubungan dengan geometrik dibagi yaitu, Jarak
Pandang Henti dan Jarak Pandang Menyiap. Kecukupan jarak pandang
ini harus terpenuhi pada seluruh bagian jalan yang ada.

Masalah yang terjadi pada bagian Jarak Pandang ini adalah :


• Jarak pandang henti pada lengkung vertikal, baik cekung ataupun
cembung kurang memadai, sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan.
• Permasalahan yang sering terjadi adalah kurangnya jarak pandang henti
maupun jarak pandang menyiap baik karena kondisi alinyemen jalan
maupun terhalang oleh benda benda tertentu (pohon, tebing, rumah dan
lain-lain).

Gambar Tipikal permasalahan jarak pandang


7. Jarak Pandang
Penanganan yang dapat dilakukan adalah, dengan perbaikan alinyemen dan
penataan daerah bebas samping sepanjang jalan yang ada terutama di
bagian tikungan

Gambar Perbaikan alinyemen dan penataan daerah samping sepanjang jalan


8. Persimpangan
Persimpangan merupakan bagian kritis dalam suatu jaringan jalan yang
menentukan kapasitas suatu jaringan jalan. Umumnya permasalahan
geometrik persimpangan adalah kurang memadainya fasilitas jalan yang
mengakomodasikan pergerakan kendaran yang ada.

Masalah yang terjadi pada bagian persimpangan ini adalah


• Banyak ditemui penempatan/solusi persimpangan yang tidak memadai
misalnya, di daerah tikungan, tanjakan dan turunan, khususnya yang
cukup tajam, tanpa jarak pandang yang memadai.
• Sering dijumpai bentuk persimpangan dengan sudut pertemuan yang
tajam.
• Persimpang dengan jalan utama menikung/membelok tajam, tidak
memberikan efisiensi dan kenyamanan yang baik.
• Adanya radius tikungan yang tidak memenuhi persyaratan, menyebabkan
kendaraan menggunakan lajur arah berlawanan atau bahu bahkan trotoar
dan median.
• Jarak pandang terbatas di tikungan, menyebabkan ketidak nyamanan dan
terjadinya kecelakaan.
8. Persimpangan

Gambar Sudut pertemuan dan radius tikungan yang tidak memenuhi syarat
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu :
• Apabila penempatan persimpangan tidak bisa dihindari maka harus
disediakan jarak pandang yang cukup atau fasilitas pengendali kecepatan
sebelum lokasi persimpangan serta pemantauan yang memadai.
• Sudut pertemuan jalan dipersimpangan antara 75 – 90 derajat
• Diusahakan jalan dengan lalu lintas utama lebih bebas bergerak dengan
alinyemen horisontal yang lebih baik.
• Gunakan radius minimum tikungan dipersimpangan sesuai dengan kelas
jalan.
• Sediakan jarak pandang yang cukup dipersimpangan sesuai yang
disyaratkan.
8. Persimpangan

Gambar Tipikal penanganan masalah dipersimpangan


9. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang (pelengkap) merupakan fasilitas tambahan yang dapat
membantu pengguna jalan dalam memanfaatkan ruang jalan yang ada
secara efektif dan efisien.

Masalah yang terjadi pada bagian Fasilitas Penunjang ini adalah :


Permasalahan yang ada umumnya terkait dengan penerapan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang ada terutama yang berkaitan dengan dimensi,
bentuk dan tata letak, R Median, R Trotoar, R Separator, R Marka, R Teluk
bus, R Drainase dan lain-lain

Gambar 17 Fasilitas penunjang (pelengkap) jalan


9. Fasilitas Penunjang
Penanganan yang dapat dilakukan antara lain, penyempurnaan penerapan
fasilitas pelengkap yang sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti
Standar/Pedoman mengenai median, trotoar dan separator.

Gambar Penyempurnaan fasilitas penunjang (pelengkap) jalan


Penutup

• Gambaran permasalahan geometrik yang telah


dijelaskan seringkali kita jumpai dilapangan.
• Perlu adanya penerapan NSPM dalam perencanaan
geometrik jalan untuk menghasilkan keseragaman
dalam perencanaan maupun pemecahan masalah
geometrik.
• Geometrik jalan yang baik akan memberikan jaminan
dalam aspek keselamatan dan kenyamanan.
• Mengurangi inefisiensi dalam melakukan perjalanan
yang diakibatkan oleh kemacetan baik diruas jalan atau
dipersimpangan.
• Mengatasi kerugian ekonomi akibat konsumsi waktu
perjalanan yang panjang dan kecelakaan lalu lintas.
Penutup
No. Permasalahan Penanganan NPSM
1 Sistem jaringan
- Sistem primer masuk ke sistem sekunder - Pemisahan arus - UU No. 13/1980 tentang
- Akses jalan lokal ke jalan arteri - Pebatasan akses Jalan.
- Aktivitas guna lahan yang tidak sesuai dengan - Pemagaran (fencing) - UU No. 13/1980 tentang
fungsi jalan. Jalan.
2 Alinyeman horisontal dan vertikal
- Kurang koordinasi - Perbaikan Geometrik - Tata Cara Perencanaan
- Jalan yang naik turun mengikuti kontur - Cut and fill Geometrik Jalan
perkotaan (1999).
- Standart Specification
for Geometric Design of
Urban Road (1982).
3 Penampang melintang jalan
- Lebar yang tidak konsesten. - Pelebaran jalan - Tata Cara Perencanaan
- Kemiringan melintang (superelevasi) kurang. - Pemarkaan Geometrik Jalan
- Bahu jalan tidak efektif . - Perbaikan geometrik perkotaan (1999).
jalan - Standart Specification
for Geometric Design of
Urban Road (1982).
4 Bagian tikungan
- Tikungan ganda yang terlalu dekat. - Perbaikan geometrik - Tata Cara Perencanaan
- Superelevasi negatip. tikungan Geometrik Jalan
- Jari-jari tikungan yang terlalu kecil. perkotaan (1999).
- Standart Specification
for Geometric Design of
Urban Road (1982).
Penutup

No. Permasalahan Penanganan NPSM


5 Kelandaian
- Bagian yang terlalu curam/menanjak. - Lajur pendakian. - Tata Cara Perencanaan
- Bagian tanjakan yang telalu panjang. - Lajur penyelamatan. Geometrik Jalan
Perkotaan (1999).
- Standart Specification for
Geometric Design of Urban
Road (1982).
6 Jarak pandang
- Kurang jarak pandang henti. - Perambuan dan - Tata Cara Perencanaan
- Kurang jarak pandang menyiap. pemarkaan Geometrik Jalan
- Penghalang ditikungan. - Pebaikan geometrik Perkotaan (1999).
- Standart Specification for
Geometric Design of Urban
Road (1982).
7 Persimpangan
- Kanalisasi lalu lintas lajur belok kiri/kanan tidak - Perbaikan geometrik - Tata Cara Perencanaan
tersedia secara khusus. persimpangan Geometrik Pesimpangan
Sebidang (Konsep
Pedoman Teknis).
Penutup

No. Permasalahan Penanganan NPSM


8 Fasilitas Penunjang
- Ukuran dan bentuk median yang tidak sesuai - Perbaikan geometrik - Spesifikasi Trotoar (03-
dengan peraturan. tikungan 2443-1991)
- Ukuran dan bentuk Trotoar yang tidak sesuai - Petunjuk Perenc. Trotoar
dengan peraturan. (007/T/BNKT/1990).
- Ukuran dan bentuk separator. - Tata Cara Perencanaan
- Bahan dan bentuk marka/perambuan. Teluk Bus (03-2838-1992).
- Ukuran dan teluk bus. - Tata Cara Perencanaan
- Ukuran dan bentuk drainase jalan Drainase Permukaan Jalan
(03-3424-1994)
- Petunjuk Desain Drainase
Permukaan.
- Produk Standart untuk
Jalan Perkotaan (1997).
Daftar Pustaka
• UU No.13/1980 tentang Jalan.
• PP No. 26/1985 tentang Jalan.
• Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan (1999).
• Standard Specification for Geometric design of urban road (1992).
• Tata cara perencanaan geometrik persimpangan sebidang (Konsep Pedoman
Teknis).
• Spesifikasi Trotoar (03-2443-1991)
• Petunjuk Perencanaan Trotoar (007/T/BNKT/1990)
• Tata cara perencanaan pemisah (008/T/BNKT/1990)
• Tata cara perencanaan teluk bis (03-2838-1992)
• Tata cara perencanaan drainase permukaan jalan (03-3424-1994)
• Petunjuk desain drainase permukaan jalan
• Produk standar untuk jalan perkotaan, 1987
• Toward Safer Roads in Developing Countries, A Guide for Planners and Engineers,
Transport and Road Research Laboratory, 1991.
• SRRP, Direktorat Jendral Prasarana Wilayah, Departemen Kimpraswil, September
2002.
• Agus Bari S., Makalah Menuju Sistem Jaringan Transportasi Jalan yang
Berwawasan Lingkungan, 2000.
• A Policy on Geometri Design of Rural Highways, American Association of State
Highway Officials, 2001.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai