PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fungsi Jalan yang pada hakikatnya merupakan salah satu prasarana perhubungan
darat yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian, sosial
budaya, pengembangan wilayah pariwisata, dan pertahanan keamanan untuk menunjang
pembangunan nasional. Transportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam
pembangunan suatu negara. Sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini adalah salah
satu faktor yang utama.
Diperlukan pembangunan jaringan jalan yang memadai agar mampu
memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Selain
perencanaan geometric jalan, perkerasan jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan
yang harus direncanakan secara efektif dan efisien, karena kebutuhan tingkat pelayanan
jalan semakin tinggi. Perlu adanya peningkatan kualitas system dan prasarana jalan,
diantaranya adalah kebutuhan akan jalan yang aman dan nyaman.
Perencanaan peningkatan jalan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan lalu lintas. Sehubungan dengan permasalahan lalu lintas, maka diperlukan
penambahan kapasitas jalan yang tentu akan memerlukan metoda efektif dalam
perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dalam memilih
suatu perkerasan, tetapi memenuhi unsur kenyamanan, keamanan dan keselamatan
pengguna jalan.
Ruas jalur Jalan Gerilya parit 6 (enam)- Jalan Taman Makam Pahlawan parit 6
(enam) merupakan ruas jalur yang sangat penting, karena Ruas jalur Jalan Gerilya Jalan Taman Makam Pahlawan parit 6 (enam) terletak di jalur utama akses keluar masuk
ke kota Tembilahan dari berbagai kota di Riau dan sekitarnya yang menggunakan
transportasi darat. Ruas jalur Jalan Gerilya parit 6 (enam) - Jalan Taman Makam
Pahlawan parit 6 (enam) yang memiliki fungsi pelayanan transportasi barang dan jasa
yang pada umumnya dengan beban angkut yang berat sangat diharapkan dapat
memberikan kenyamanan pada penggunanya karena akan sangat berpengaruh pada citra
Kota Tembilahan itu sendiri.
Mengingat kondisi ruas jalur Jalan gerilya parit 6 (enam) - Jalan Taman Makam
Pahlawan parit 6 (enam) yang saat ini menggunakan perkerasan lentur mempunyai
ketinggian dibawah tinggi maksimum air pasang yang terjadi dikota Tembilahan ini
yang membuat ruas jalan selalu terendam air pasang dan menyebabkan kerusakan pada
1
perkerasan jalan. Perkerasan dengan menggunakan aspal di rasa kurang cocok untuk
digunakan pada Jalan gerilya parit 6 (enam) - Jalan Taman Makam Pahlawan parit 6
(enam) ini, karena ruas jalan ini difungsikan untuk melayani lalu-lintas yang padat
dengan beban kendaraan yang cukup besar, dan kondisi jalan yang selalu terkena
genangan air pasang menyebabkan aspal menjadi mudah rusak (berlubang maupun
bergelombang) jika terus dilalui kendaran yang memiliki beban berat.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan berpedoman pada latar belakang tersebut diatas, Rumusan masalah yang
akan dibahas dari Tugas Akhir ini adalah :
1. Menentukan ketebalan perkerasan kaku untuk menahan beban diatasnya
selama umur rencana 20 tahun.
2. Menentukan tinggi timbunan.
1.3. Batasan Masalah
Perencanaan Perkerasan ruas Jalan Gerilya parit 6 (enam) - Jalan Taman Makam
Pahlawan parit 6 (enam) menggunakan rigid pavement dengan metode Bina Marga
2002 dan Metode AASHTO 1993 maka batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir
ini adalah sebagai berikut :
1. Asumsi Data CBR = 0%, 5%, 10%, 15%
2. Tidak Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya)
1.4. Maksud dan Tujuan
Penyusunan tugas akhir ini, penulis mempunya tujuan Perencanaan Perkerasan
ruas jalan Gerilya parit 6 (enam) - Jalan Taman Makam Pahlawan parit 6 (enam)
menggunakan rigid pavement untuk mendapatkan desain struktur yang sesuai dengan
kebutuhan baik dari segi kenyaman, maupun dalam segi keamanan.
1.5.
Sistematika Laporan
Secara garis besar, Tugas Akhir ini disusun dalam 5 (Lima) bab yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang judul Tugas Akhir, Latar belakang, Maksud dan tujuan,
pembatasan masalah, metode penulisan data dan sisitematika penyusunan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi tentang tinjauan umum, konsep perencanaan tebal perkerasan rigid, serta
analisis perhitungan.
BAB III : METODOLOGI PENULISAN
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan
tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara
aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang
3
berarti. Perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan
tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat
diperlukan (Silvia Sukirman, 2003)
2.2.
Makam Pahlawan parit 6 (enam) ini harus memiliki beberapa kriteria perencanaan yang
harus dipenuhi, sehingga konstruksi bangunan sesuai dengan yang diharapkan.
Dampak lingkungan dan tata guna lahan di sepanjang jalan juga menjadi
pertimbangan dalam perencanaan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah
masalah yang timbul baik masalah sosial maupun masalah teknis. Berikut ini adalah
kriteria kriteria perencanaan yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
pembangunan jalan.
2.2.1
Klasifikasi Jalan
2.2.1.1 Klasifikasi menurut fungsi jalan ( MKJI )
Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas :
a. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
b. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.2.1.2. Klasifikasi menurut kelas jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan
kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1 (Pasal 11, PP. No.43 /
1993).
Tabel 2.1.Klasifikasi menurut kelas jalan.
4
Fungsi
Kelas
Arteri
I
II
III A
III A
III B
Kolektor
Sumber : (TPGJAK)
2.2.1.3. Klasifikasi menurut medan jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan
medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2. Klasifikasi menurut medan jalan
No.
Jenis Medan
1.
Datar
2.
Perbukitan
3.
Pegunungan
Sumber : (TPGJAK)
Notasi
D
B
G
Medan
3
3 - 25
25
Batas Rumaja
+ 5.00 m
Bahu
Bata
s
Rum
0.00 m aja
Bahu
Selokan
Ambang
Talud
-1.50 m
digunakan serta komposisi dari komponen konstruksi perkerasan itu sendiri,antara lain:
2.3.1
ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis paling atas disebut
sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Dibawahnya
6
terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan
(Suprapto, 2004).
2.3.1.1 Lapis Permukaan (LP)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan dapat meliputi:
a. Struktural :
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser).
Untuk hal ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural, dalam hal ini mencakup :
a) Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan
yang ada di bawahnya.
b) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat
berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
c) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien
gerak (skid resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya
keamanan lalu lintas.
d) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat
diganti lagi dengan yang baru.
Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu:
a. Lapis Aus (Wearing Course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di atas lapis antara (binder course). Fungsi dari lapis aus adalah
(Nono, 2007) :
a) Mengamankan perkerasan dari pengaruh air.
b) Menyediakan permukaan yang halus.
c) Menyediakan permukaan yang kesat.
b. Lapis Antara (Binder Course)
Lapis antara (binder course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di antara lapis pondasi atas (base course) dengan lapis aus
(wearing course). Fungsi dari lapis antara adalah:
a) Mengurangi tegangan.
b) Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus
mempunyai kekuatan yang cukup.
2.3.1.2 Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Base Course
7
Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapis
pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah :
a. Lapis pendukung bagi lapis permukaan.
b. Pemikul beban horizontal dan vertikal.
c. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah.
2.3.1.3 Lapis Pondasi Bawah (LPB) atau Subbase Course
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :
a.
b.
c.
d.
Lapisan permukaan
Lapisan pondasi
Lapisan pondasi bawah
Tebal perkerasan
2.3.3
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah satu
jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang
cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas
antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, dan pada persimpangan bersinyal.
Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton sebagai bahan perkerasannya,
namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya diatas permukaan perkerasan dilapisi
asphalt. Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur (asphalt)
adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade.
12
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari
pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi
keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama masa pelayanan.
Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan
bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai
berikut :
a. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
b. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi
pelat.
c. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat
d. Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan
beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisanlapisan di bawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi, permukaan
perkerasan beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.
Perkerasan kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusi
kan beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama
yang menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak sebaik
pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.
Adapun sifat Perkerasan Kaku sebagai berikut :
a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).
b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban lalu
lintas.
c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak pada
permukaan jalan.
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu,bersifat sebagai balok
di atas permukaan.
13
Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel
2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3 Perbedaan Antara Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
No
Perkerasan Kaku
Perkerasan Lentur
1
3
4
10
11
15
Pelat beton mempunyai sifat yang cukup kaku dan dapat menyebarkan beban
pada bidang yang luas yang menghasilkan tekanan yang rendah pada lapisan-lapisan di
bawahnya.
2.3.4.1 Fungsi dan Jenis Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku (rigid pavement) disusun oleh beberapa lapisan, yaitu :
a. Lapisan Tanah Dasar
Tanah Dasar (Sub Grade) adalah permukaan tanah asli/ permukaan galian
atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan bagian
lapisan paling bawah dari lapisan perkerasan.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar :
a) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu
akibat beban lalu lintas.
b) Sifat pengembangan dan penyusutan dari tanah tertentu akibat perubahan
kadar air.
c) Daya dukung tanah yang tidak merata.
d) Lendutan selama dan sesudah pembebanan lalu lintas terjadi.
b. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan pondasi atas dan tanah dasar
a) Fungsi lapis pondasi bawah :
1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda
ketanah dasar.
2. Effisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif lebih
murah di bandingkan dengan lapisan diatasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
4. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
5. Lapis pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
b) Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah:
1. Pasir dan batu (Sirtu) kelas A, B atau kelas C.
2. Tanah/ Lempung kepasiran.
3. Lapis aspal beton (Laston).
4. Stabilitas agregat dengan semen / kapur.
5. Stabilitas tanah dengan semen / kapur.
Perkerasan kaku dapat menggunakan pondasi bawah atau tanpa pondasi
bawah.Beberapa alasan digunakan atau tidak digunakannya lapis pondasi
bawah dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Alasan menggunakan atau tidaknya lapisan pondasi bawah
No
Digunakan Subbase
Tanah dasar jenuh air sehingga Tanah dasar cukup keras (tanah
tidak dapat mencegah efek berbutir / pasir)
pumping.
2
Tanah lempung / lanau yang Tanah dasar granular / berpori, mudah
sulit mengalirkan air.
mengalirkan air.
3
Selama pelaksanaan kontruksi, Pelaksanaan
kontruksi
tidak
tanah dasar mudah rusak saat mensyaratkan perlunya subbase yang
dilalui alat berat.
keras untuk dilalui alat berat.
Sumber: Mochtar, I.B. (2002). Aspek Perencanaan Jalan Beton Semen
c. Lapisan Perkerasan kaku (Rigid pavement)
Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen
yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus
dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa
atau dengan lapis permukaan beraspal.
Sebagaimana yang tertulis pada sifat perkerasan jalan raya bahwa
Perkerasan direncanakan untuk memikul beban lalu lintas secara aman dan
nyaman serta selama umur rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut, perkerasan beton semen harus :
a) Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar ( akibat beban lalu
lintas ) sampai batas batas yang masih mampu dipikul tanah dasar
tersebut, tanpa menimbulkan perbedaan penurunan / lendutan yang dapat
merusak perkerasan.
b) Mampu mengatasi pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan
tanah dasar, serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan.
Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus
sepanjang jalan seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada
permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan,
selain itu konstruksi seperti ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya
retak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada
perkerasan. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya hal
diatas adalah dengan cara membuat konstruksi segmen pada perkerasan
kaku dengan sistem joint untuk menghubungkan tiap segmennya.
2.3.4.2
Joint (sambungan)
17
Constraction Joint
Contraction joint diperlukan untuk mengendalikan retak alamiah akibat
beton mengkerut, kontraksi termal dan kadar air dalam beton.
Contraction joint umumnya melintang tegak lurus as jalan, tetapi ada
juga yg menggunakan menyudut terhadap as jalan untuk mengurangi
beban dinamis melintas tidak satu garis.
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=joint+perkerasan
+kaku&biw
b.
Construction Joint
Construction joint adalah bila perkerasan beton dilakukan dalam waktu
yang berbeda, transfer construction joint diperlukan pada akhir segmen
pengecoran,atau pada saat pengecoran terganggu, atau melintas jalan dan
jembatan. Longitudinal contruction joint adalah pelaksanaan pengecoran
yang dilakukan pada waktu yang berbeda atau joint pada curb, gutter
atau lajur berdekatan.
Isolation Joint
Isolation joint adalah memisahkan perkerasan dari objek atau struktur
dan menjadikannya bergerak secara independen. Isolation joint
digunakan bila perkerasan berbatasan dengan manholes, drainase, trotoar
bangunan intersection perkerasan lain atau jembatan. Isolation joint yang
dipakai untuk jembatan harus memakai dowel sebagai load transfer,
harus dilengkapi dengan close-end expansion cap supaya joint bisa
19
transferse
contraction
joint,
retak
diharapkan
terjadi pada plat biasanya dengn interval 3-5 feet. CRCP didisain
dengan penulangan 0,6 - 0,7 %
b. Cara perbaikan
a) Menutup retakan atau celah sambungan dengan material
pengisi (joint sealing).
b) Menyuntikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga
di bawah pelat yang retak (under seal).
2) Blow-up/Buckling
dengan
tenggelamnya
pecahan
pelat.
Punch-out
25
kenyamanan
dalam
berkendaraan
(kegagalan
fungsional).
2. Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan beban
ke lapisan di bawahnya.
3. Hilangnya keindahan permukaan jalan.
4. Korosi pada tulangan beton.
5. Masuknya air ke lapisan lebih bawah, sehingga dukungan
terhadap pelat melemah.
Membuat retakan rapi, maka di permukaan perkerasan dibarut
atau dibuat alur yang lurus pada interval tertentu. Retak tambahan
dapat terjadi akibat tegangan - tegangan yang disebabkan olek
26
dan/atau
tidak
baiknya
perawatan
membantu
27
29
menghasilkan
tegangan
tinggi
pada
sumbu
permukaan
beton
semen
portland
secara
digunakan
untuk
alat
transfer
beban
35
36
w/c ratio
247
869
999
215
0.87
276
828
1012
215
0.78
299
799
1017
215
0.72
326
760
1029
215
0.66
352
731
1031
215
0.61
371
698
1047
215
0.58
384
692
1039
215
0.56
406
684
1026
215
0.53
38
413
681
1021
215
0.52
439
670
1006
215
0.49
448
667
1000
215
0.48
Referensi tabel :
SNI DT 91- 0008 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh
Dept Pekerjaan Umum.
2.4
Beban Lalu Lintas
Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan untuk perencanaan teknik
jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu
lintas yang akan menggunakan jalan pada suatu segmen jalan yang ditinjau. Besarnya
volume atau arus lalu lintas diperlukan untuk mementukan jumlah dan lebar lajur
pada satu jalur jalan dalam penentuan karakteristik geometri, sedangkan jenis kendaraan
akan menentukan kelas beban atau MST (Muatan Sumbu Terberat) yang berpengaruh
langsung pada perencanaan konstruksi perkerasan.
Unsur lalu lintas adalah benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas,
sedangkan unsur lalu lintas di atas roda disebut kendaraan dengan unit (kendaraan).
Data dan parameter lalu-lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan
meliputi :
a. Jenis kendaraan
Secara umum ciri pengenalan penggolongan kendaraan seperti dibawah ini :
a)
b)
39
Type kendaraan
Golonga
n
1.
2.
Pick-up, combi
3.
4.
Bus kecil
5a
5.
Bus besar
5b
6.
Truck 2 as (H)
7.
Truck 3 as
7a
8.
7b
9.
Truck s. trailer
7c
40
Golonga
n
1.
2.
3.
4.
Bus Kecil
5a
5.
Bus Besar
5b
6.
6a
7.
6b
8.
Truk 3 sumbu
7a
9.
Truk Gandengan
7b
7c
Konfigurasi sumbu
41
1.1
Truck 2 as
1.2
Truck 3 as
11.2
Truck 3 as
1.22
Truck 4 as
1.1.22
Truck 4 as
1.222
7.
Truck 4 as
1.2.22
No.
Konfigurasi sumbu
8.
Truck 4 as
1.2+2.2
9.
Truck 5 as
1.1.222
10.
Truck 5 as
1.22+22
11.
Truck 6 as
1.22+22
Golongan kendaraan
Golongan 1
Golongan 1 au
Golongan 2 a
Golongan 2 a au
Golongan 2 b
42
2008 yang didapat dari PT. Jasa Marga (Persero), dan dari survai primer
traffic counting diruas jalan tersebut, untuk semua golongan kendaraan.
Output program berupa volume kendaraan per hari dan pertumbuhan lalu
lintas di jalan tol (dalam %) diturunkan menjadi lalu lintas sesuai
penggolongan kendaraan rencana, dengan periode sesuai tahun perhitungan.
d. Vehicle damage factor
Daya rusak jalan atau lebih dikenal dengan Vehicle Damage Factor,
selanjutnya disebut VDF, merupakan salah satu parameter yang dapat
menentukan tebal perkerasan cukup signifikan, dan jika makin berat
kendaraan (khususnya kendaraan jenis Truck) apalagi dengan beban overload,
nilai VDF akan secara nyata membesar, seterusnya Equivalent Single Axle
Load membesar.
Beban konstruksi perkerasan jalan mempunyai ciri-ciri khusus dalam artian
mempunyai perbedaan prinsip dari beban pada konstruksi lain di luar
konstruksi jalan. Pemahaman atas ciri-ciri khusus beban konstruksi
perkerasan jalan tersebut sangatlah penting dalam pemahaman lebih jauh,
khususnya yang berkaitan dengan desain konstruksi perkerasan, kapasitas
konstruksi perkerasan, dan proses kerusakan konstruksi yang bersangkutan.
Sifat beban konstruksi perkerasan jalan sebagai berikut :
a. Beban yang diperhitungkan adalah beban hidup yang berupa beban
tekanan sumbu roda kendaraan yang lewat diatasnya yang dikenal dengan
axle load. Dengan demikian, beban mati (berat sendiri) konstruksi
diabaikan.
b. Kapasitas konstruksi perkerasan jalan dalam besaran sejumlah repetisi
(lintasan) beban sumbu roda lalu-lintas dalam satuan standar axle load
yang dikenal dengan satuan EAL (equivalent axle load) atau ESAL
(Equivalent Single Axle Load). Satuan standar axle load adalah axle load
yang mempunyai daya rusak kepada konstruksi perkerasan sebesar 1. Dan
axle load yang bernilai daya rusak sebesar 1 tersebut adalah single axle
load sebesar 18.000 lbs atau 18 kips atau 8,16 ton.
c. Tercapainya atau terlampauinya batas kapasitas konstruksi (sejumlah
repetisi EAL) akan menyebabkan berubahnya konstruksi perkerasan yang
semula mantap menjadi tidak mantap. Kondisi tidak mantap tersebut tidak
44
Sumbu tunggal
8160
8160
45
1,2
BUS
1,2L
TRUK
1,2H
TRUK
1,22
TRUK
1,2+2,2
TRAILER
1,2-2
TRAILER
2,0
RODA TUNGGAL
PADA UJUNG SUMBU
MAKSIMUMUE 18 KSAL
KOSONGUE 18 KSAL
BERAT TOTAL
BEBAN MUATAN
0,5
MAKSIMUM (ton)
HP
1,5
MAKSIMUM (ton)
1,1
KONFIGURASI SUMBU
& TIPE
0,0001 0,0005
RODA GANDA
PADA UJUNG SUMBU
50%
50%
34%
66%
0,0037 0,3006
34%
2,3
8,3
4,2
14
66%
0,0013 0,2174
34%
66%
25%
20
25
0,0044 2,7416
18%
6,4
25
75%
28%
20
27%
6,2
27%
41%
46
18% 28%
1,2-2,2
10
TRAILER
32
42
0,0327 10,1830
54%
27% 27%
8,16
DFSgl 1,000
8,16
8,16
DFTrp 0,053
Sumber Majalah Teknik Jalan & Transportasi No. 101 Juli 2002.
2. Perhubungan Darat
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat : Panduan batasan maksimum
perhitungan JGI (Jumlah berat yang diijinkan) dan JBKI (Jumlah berat
kombinasi yang diijinkan) untuk mobil barang, kendaraan khusus,
kendaraan penarik berikut kereta tempelan / kereta gandengan Nomor
47
3. NAASRA
Nilai Angka Ekivalen Beban Sumbu (E) yang digunakan oleh NAASRA,
Australia, dengan formula berikut ini :
1) Sumbu tunggal, roda tunggal:
48
truck
tidak
dianalisis
karena
terlalu
jauh)
dapat
49
Nilai VDF dari referensi (bukan data primer) tersebut diberikan pada Tabel
-tabel berikut ini :
Tabel 2.11 : Vehicle damage factor berdasar Bina Marga MST-10 ton
No.
Nilai
VDF
Gol-1
1.1
0,0005
Pick-up, combi
Gol-2
1.2
0,1619
Gol-2
1.2L
0,2174
Bus kecil
5a
Gol-2
1.2
0,2174
Bus besar
5b
Gol-9
1.2
0,3006
Truck 2 as (H)
Gol-3
1.2H
2,4134
7.
Truck 3 as
7a
Gol-4
1.2.2
2,7416
8.
7b
Gol-6
1.2+2.2
3,9083
9.
Truck s. trailer 5 as
7c
Gol-8
1.2.2+2
.2
4,1546
Nilai VDF
1.1
0,5846
Truck 2 as
1.2
2,5478
Truck 3 as
11.2
2,5395
Truck 3 as
1.22
2,3285
50
Truck 4 as
1.1.22
3,9374
Truck 4 as
1.222
4,2584
7.
Truck 4 as
1.2.22
4,5840
8.
Truck 4 as
1.2+2.2
7,0588
9.
Truck 5 as
1.1.222
4,7999
10.
Truck 5 as
1.22+22
4,3648
11.
Truck 6 as
1.22+22
4,6534
Nilai VDF
0,0010
Pick-up, combi
0,0010
0,2060
Bus kecil
0,2060
Bus besar
4,4526
Truck 2 as (H)
4,4526
7.
Truck 3 as
3,4214
8.
8,9003
9.
Truck s. trailer 5 as
3,6923
51
Jenis kendaraan
LHR
G VDF
(%)
52
1.
2.
3.
4.
Bus Kecil
5a
5.
Bus Besar
5b
6.
6a
7.
6b
No.
Jenis kendaraan
LHR
G VDF
(%)
8.
Truk 3 sumbu
7a
9.
Truk Gandengan
7b
7c
VDF :
53
Jumlah lajur
setiap arah
DL (%)
100
80 100
60 80
50 75
dimana :
W18 = Traffic design pada lajur lalu-lintas, Equivalent Single Axle
Load.
LHRj = Jumlah lalu-lintas harian rata-rata 2 arah untuk jenis kendaraan j.
VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
DD
DL
N1
Nn
dimana :
54
Parameter
Satuan
1.
kendaraan
2.
3.
Desain
%
-
4.
Umur Rencana
tahun
5.
6.
Jumlah lajur
7.
8.
Pertimbangan Ekonomi
Dalam setiap pembangunan, analisis perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk
setiap proyek harus mencapai persyaratan ekonomis, terlebih lagi untuk proyek
peningkatan jalan yang diperoleh berbagai anggapan dalam perhitungan biaya yang
digunakan, antara lain adalah umur rencana, laju pertumbuhan lalu lintas dan tujuan dari
55
pembina jalan.Semua biaya yang menyangkut aspek tersebut digunakan dalam analisis
perhitungan biaya sesuai dengan fungsi dan tipe pekerjaan jalan.
Selain kriteria-kriteria perencanaan juga harus diperhatikan adanya azas azas
perencanaan yaitu antara lain :
1. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya suatu pekerjaan konstruksi dimaksudkan untuk
mencegah adanya pengeluaran yang berlebihan sehingga pengeluaran biaya
sesuai dengan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah
ditetapkan. Biaya pelaksanaan harus dapat ditekan sekecil mungkin tanpa
mengurangi kualitas dan kuantitas pekerjaan. Dalam hal ini erat kaitannya
dengan pemenuhan persyaratan ekonomis.
2. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dimaksudkan agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai
dengan
persyaratan
yang telah
ditetapkan
dalam
RKS.
Kegiatan
dalam
pembangunan
sudah
dikendalikan
oleh
pabrik
Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pada pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek
bertujuan agar proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan time
schedule yang telah ditetapkan. Untuk itu dalam perencanaan pekerjaan
harus dilakukan penjadwalan pekerjaan dengan teliti agar tidak terjadi
keterlambatan waktu penyelesaian proyek.
pada standar yang sudah biasa digunakan untuk perencanaan perencanaan perkerasan
beton semen di Indonesia.Standar tersebut antara lain :
1. Perencanaan Perkerasan Jalan semen. Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah. (Pd T-14-2003). Pedoman ini mencakup dasar-dasar
ketentuan perencanaan perkerasan jalan, yaitu :
a. Analisis kekuatan tanah dasar dan lapis pondasi.
b. Perhitungan beban dan komposisi lalu-lintas.
c. Analisis kekuatan beton semen untuk perkerasan
Pedoman Perkerasan Beton semen ini menguraikan Prosedur Perencanaan
Tebal Perkerasan dan contoh Perhitungan. Perkerasan beton semen
prategang tidak
direkomendasikan
perencanaan
tebal
perkerasan
ini tidak
di
daerah
Metode Perhitungan
Dalam perencanaan perkerasan jalan beton (rigid pavement) ini, perhitungan
a. AutoCad 2007
b. Excel 2007
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Persiapan
Metodologi dalam penyusunan Tugas Akhir ini, digambarkan dalam bentuk bagan
alir ( flow chart) seperti gambar 3.1 berikut ini :
Pengumpulan Data
(Data Primer dan Data Sekunder)
Tidak
Data Cukup
Ya
Pengolahan Data
Tidak
Tidak
Memenuhi syarat
Ya
Perencanaan dan Gambar
Tahapan persiapan
Tahapan pengumpulan data
Tahapan pengolahan data
Tahapan analisa data
Tahapan penentuan dan penetapan bentuk penanganan terpilih.
Kesimpulan dan Saran
Peta dasar dan administrasi lokasi studi jalan Gerilya parit 6 Tembilahan Hulu
Peta jaringan jalan eksisting jalan Gerilya parit 6 Tembilahan Hulu
59
Tahapan pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan sesuai
dengan jenis dan kebutuhan data-data tesebut, secara terperinci dua tahapan tersebut
meliputi :
1. Pengumpulan data skunder
Data sekunder merupakan data atau informasi yang tersusun dan terukur yang
sesuai dengan kebutuhan maksud dan tujuan penelitian ini. Pengumpulan data
sekunder dilakukan melalui studi literature melalui jurnal-jurnal, teks book
dan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) yang dikumpulkan langsung
dari perpustakan dan informasi internet serta diperoleh dari dinas terkait
seperti, Dinas Bidang Bina Marga dan sumber daya air Kabupaten Indragiri
Hilir, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika serta meminta ijin
kepada instansi tersebut untuk meminjam data guna dijadikan sebagai bahan
Tugas Akhir.Data Sekunder yang diperlukan diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Data eksisting operasional ruas jalan dan persimpangan pada lokasi studi
penelitian.
d.
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1
Proposal
Bab I Pendahuluan
No
Kegiatan
(Bulan)
2
3
Keterangan
Waktu Pelaksanaan
Keterangan
(Bulan)
3
Tugas Akhir
Bab IV Perencanaan
Bab V Penutup
Pengumpulan Data
Analisis
Revisi
Seminar Hasil
Revisi
Oral comprabansive
Revisi
ACC Jilid
62
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku
Suryawan, Ari. 2013. Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid
Pavement)
Perencanaan Metode AASHTO. Yogyakarta. Beta Offset.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga. (2007).
Perkerasan
Kaku (Rigid Pavement).
Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : Nova
Susanto, B.
Jakarta.
Suprapto, Tm. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Universitas Gadjah Mada,
Bandung.
Sukirman, S.1994. Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur. Nova,
Bandung.
Asiyanto. 2008. Metode Konstruksi Proyek Jalan. UI Press, Jakarta
2. Skripsi / Tesis / Disertasi
Saleh, Khairul (2013). Perencanaan Tebal Perkerasan Pada Ruas Jalan Parit 21
Keeungai Getek Tembilahan. Tugas Akhir Teknik SipilUniversitas Islam Indragiri, Tembilahan.
Abdi Hutomo, Rifan (2012).Perencanaan Tebal Perkerasan Beserta Anggaran
Biayanya Pada Lajur Khusus Bus Trans Pakuan Kota Bogor
63
Peningkatan
Jalan
Gerilya
Parit
4. Situs Internet
Nikmah, Ainun (2013) Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid pavement) Jalan
Purwodadi Kudus Ruas 198". http://lib.unnes.ac.id/19168/> (
Accessed 07 April 2015 )
https://www.google.co.id/search?q=joint+perkerasan+kaku&biw
httpswww.google.co.idsearchq=kerusakan+jalan+beton&biw=1366&bih
https://www.google.co.id/search?q=perbandingan+pembebanan+perkerasan+
jalan&biw=1366&bih
https://www.google.co.id/search?q=komponen+perkerasan+jalan
64
65
66