TINJAUAN PUSTAKA
5
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan Tinjauan Pustaka
terhadap penggunaan jalan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain jangkauan yang relatif lebih luas, dan biaya oprasional yang lebih murah.
Perencanaan konstruksi dan geometrik jalan raya membutuhkan data-data
perencanaan yang meliputi data lalu lintas, data topografi, data penyelidikan
tanah, data penyelidikan material dan data penunjang lainnya. Semua data ini
sangat diperlukan dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya, karena data
ini memberikan gambaran yang sebenarnya dari kondisi surtu daerah dimana ruas
jalan ini akan dibangun. Dengan adanya data-data ini, kita dapat menentukan
geometrik dan tebal perkerasan yang diperlukan dalam merencanakan suatu
konstruksi jalan raya (Sukirman, 1999).
Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan kondisi
geometrik jalan yang mampu memberikan pelayanan lalu lintas secara optimum
sesuai dengan fungsi jalan. Disamping itu, fungsi dari perencanaan ini adalah
berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas bagi pemakai
jalan.
daerah bebas yang dimaksud sesuai dengan lebar badan jalan. Tinggi ruang bebas
bagi jalan arteri dan jalan kolektor paling rendah 5 meter. Sedangkan kedalaman
daerah bebas paling rendah 1,5 meter dari permukaan jalan.
3. Jalan lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Kelas I merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan lebih besar dari 10 ton.
2. Jalan Kelas II
Jalan kelas II yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 10 ton.
3. Jalan Kelas III A
Jalan kelas III A yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
4. Jalan Kelas III B
Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
5. Jalan Kelas III C
Jalan kelas III C yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
Tabel 2.1 Klasifikasi berdasarkan kelas jalan
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat (Ton)
Arteri I >10
II 10
III A 8
Kolektor III A 8
III B 8
III C 8
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)
2.3.5 Klasifikasi jalan menurut medan jalan
a. Kendaraan Ringan.
b. Kendaraan Berat Menengah.
c. Truk Besar.
d. Bis Besar.
e. Sepeda Motor.
f. Kendaraan Tak Bermotor.
Dimensi kendaraan yang sering dijumpai di jalan raya dapat dilihat pada
gambar-gambar dibawah ini:
minimal terdiri dari 1 lajur lalau lintas (Silvia Sukirman, 1999). Pada Tabel 2.8
dapat dilihat lebar jalur dan bahu jalan sesuai dengan volume lalu lintas hariannya.
Tabel 2.11 Lebar Jalur dan Bahu Jalan Sesuai dengan VLHR
ARTERI KOLEKTOR LOKAL
Ideal Minimum Ideal Minimum Ideal Minimum
<3.00
6 1,5 4,5 1 6 1,5 4,5 1 6 1 4,5 1
0
3.000-
7 2 6 1,5 7 1,5 6 1,5 7 1,5 6 1
10.000
10.001
- 7 2 7 2 7 2 **) **) - - - -
25.000
>25.0 2n×3 2×7, 2n×3
2,5 2 2 **) **) - - - -
00 ,5*) 0*) ,5*)
(Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1997)
2.4.5 Jarak pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
pada saat mengemudi sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya
tersebut dengan aman (Hamirhan Saodang, 2004). Jarak pandang terbagi menjadi
dua bagian yaitu, jarak pandang henti dan jarak pandang mendahului.
1. Jarak pandang henti (Jh)
Jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi unuk menghentikan
kendaraannnya dengan aman saat melihat adanya halangan didepan. Jarak
pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi
adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan
(Hamirhan Saodang, 2004). Jarak pandang henti terdiri dari dua komponen,
yaitu adalah:
a. Jarak tanggap jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi sadar
melihat adanya halangan yang menyebabkan harus berhenti sampai
( )
2
Vr
V 3 ,6
Jh= r T +
3,6 2 gf
Dimana:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi,
ditetapkan 9,8 m/det
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-
0,55.
Persamaan tersebut disederhanakan menjadi:
2
VR
JBhB = 0,694 . VBRB +0,004
F
Tabel 2.12 Jarak Pandang Henti (Jh) Minimum untuk Perencanaan Geometrik
Jalan antar Kota
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh Minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
(Sumber: TPGJAK No. 038/TBM/1997)
( ∆−2 θs)
Lc = . π . Rc
180
Lωt = Lc = 2Ls
θs . π . Rc
Ls =
90
2
Ls
p = - Rc (1-cos θs )
6 Rc
3
Ls
k = Ls - 2 -Rc sin θs
40 Rc
Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k
Es = (Rc + p) sec ½ ∆ - Rc
3. Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan. Untuk
bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa disebut
lereng normal atau normal trawn yaitu diambil minimum 2 % baik sebelah
kiri maupun sebelah kanan AS jalan. Harga elevasi (e) yang menyebabkan
kenaikan elevasi terhadap sumbu jalan diberi tanda (+) dan yang
menyebabkan penurunan elevasi terhadap jalan diberi tanda (-). Sedangkan
yang dimaksud diagram superelevasi adalah suatu cara untuk
menggambarkan pencapaian superelevasi dan lereng normal ke kemiringan
melintang (superelevasi). Diagram superelevasi pada ketinggian bentuknya
tergantung dari bentuk lengkung yang bersangkutan.
dan menyediakan jarak pandang henti yang cukup untuk keamanan dan
kenyamanan. Alinyemen vertikal terdiri dari 2 jenis yaitu alinyemen vertikal
cembung dan alinyemen vertikal cekung (Hendarsin, 2000).
Pada alinyemen vertikal perhatian tidak hanya ditujukan ke bagian
lengkung tetapi justru yang penting adalah bagian yang lurus pada umumnya
merupakan suatu kelandaian. Alinyemen vertikal harus direncanakan sebaik-
baiknya dengan mengikuti medan sehingga dapat menghasilkan keindahan jalan
yang harmonis dengan alam disekelilingnya.
1. Kelandaian alinyemen vertikal
a. Kelandaian Maksimum
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraanbergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan
penuh yangmampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari
separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam
Tabel 2.18 berikut ini:
Tabel 2.14 Jari – Jari Minimum Yang Tidak Memerlukan Lengkung
Peralihan
Landai Max (%) 3 3 4 5 6 7 10 10
VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)
b. Kelandaian minimum
Kelandaian minimun untuk tanah timbunan yang tidak menggunakan kerb,
maka lereng melintang jalan dianggap sudah cukup untuk dapat
mengalirkan air diatas badan jalan yang selanjutnya dibuang ke lereng
jalan. Untuk jalan – jalan diatas tanah timbunan dengan medan datar dan
menggunakan kerb, kelandaian yang dianjurkan adalah sebesar 0,15%,
yang dapat membantu mengalirkan air dari atas badan jalan dan
membuangnya ke saluran tepi atau saluran pembuangan.
Sedangkan untuk jalan – jalan di daerah galian atau jalan yang
memakai kerb, kelandaian jalan minimum yang dianjurkan adalah 0,3 –
0,5%. Lereng melintang jalan hanya cukup untuk mengalirkan air hujan
yang jatuh diatas badan jalan, sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk
membuat kemiringan dasar saluran sampin, untuk membuang air
permukaan sepanjang jalan.
c. Panjang kritis suatu kelandaian
Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan
agarkendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga
penurunankecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan
tersebut ditetapkan tidaklebih dari satu menit. Panjang kritis dapat
ditetapkan dari Tabel 2.15 dibawah ini :
Tabel 2.15 Jari – Jari Minimum Yang Tidak Memerlukan Lengkung
Peralihan
Kecepatan pada awal Kelandaian Maksimum (%)
tanjakan (km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)
d. Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahankelandaian dengan tujuan:
1) Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian.
2) Menyediakan jarak pandang henti.
pengemudi kendaraan truk yaitu 1,80 meter dengan tinggi objek 0,50
meter (tinggi lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum
5 meter. Dalam perencanaan disarankan untuk mengambil ruang bebas ±
5,50 meter. Untuk memberi kemungkinan adanya lapisan tambahan
(overlay) di kemudian hari.
i. Jarak pandang alinyemen vertikal cembung
Pada lengkung veetikal cembung, untuk menghitung jarak pandangan
dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
100 x L
S= (2 x (h1 – h2)
A
Dimana jika dalam perencanaan dipergunakan jark pandangan henti
menurut Bina Marga h = 10 cm atau 0,10 meter dan h = 120 cm atau 1,20
meter.