Anda di halaman 1dari 7

“RESUME DASAR DESAIN GEOMETRIK JALAN RAYA”

Nama : Franz S Ambarita


Nim : 5193510003
Mata kuliah : Rekayasa Jalan Raya
Dosen Pengampu : Ir. HAMIDUN BATUBARA, MT.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEM. GANJIL T.A. 2020/2021
Geometrik Jalan Raya

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke
tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah tanpa
perkerasan. Sedangkan lalu lintas menyangkut semua benda dan mahluk yang melewati jalan
tersebut, baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor seperti : sepeda,
manusia dan hewan.
Bentuk geometrik jalan raya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang
bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan
fungsinya.

Menurut peraturan No. 13/1980 tentang jalan, sistem jaringan jalan primer didefinisikan
sebagai berikut: “Jaringan jalan primer merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan
merupakan sistem jalan untuk membantu pembangunan semua daerah dengan
menghubungkan pusat-pusat untuk pelayanan masyarakat yang merupakan atau akan menjadi
kota-kota”. Kemudian peraturan itu mengelompokan jalan raya menjadi 3 kategori berdasarkan
fungsinya sebagai berikut :

a. Jalan Arteri
Jalan Arteri ini melayani angkutan primer yang memerlukan rute jarak jauh, kecepatan rata-rata
yang tinggi dan jumlah jalan masuk yang terbatas yang dipilih secara efisien.

b. Jalan Kolektor
Jalan kolektor melayani penampungan dan pendistribusian transportasi yang memerlukan jarak
sedang, Kecepatan rata-rata yang sedang dan mempunyai jalan masuk yang jumlahnya
terbatas.

c. Jalan Lokal
Jalan lokal melayani transportasi lokal yang memerlukan rute jarak pendek, kecepatan rata-rata
yang rendah dan mempunyai jalan masuk dalan jumlah yang tak terbatas.
Fungsi Jalan

Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas:

o Jalan Arteri (Utama) Merupakan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jauh kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jaln masuk dibatasi secara efisien dalam komposisi
lalu lintasnya tidak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam
kelas ini merupakan jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis
yang terbaik.

o Jalan Kolektor (Sekunder)


Merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Berdasarkan
komposisi dan sifat lalu lintasnya jalan sekunder dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
a. Kelas II A
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan jalan dari
lapisan aspal beton atau yang setara.
b. Kelas II B
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi
berganda atau yang setara dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat
dan kendaraan tak bermotor.
c.Kelas III
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi
tunggal, dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan bermotor lambat dan
kendaraan tak bermotor.
Pengertian Perencanaan Geometrik

Perencanaan geometrik merupakan bagian dari perencanaan jalan Perencanaan


geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan yang bersangkut paut dengan dimensi nyata
dari bentuk fisik dari suatu jalan beserta bagian-bagiannya, masing-masing disesuaikan dengan
tuntutan serta sifatsifat lalu lintas untuk memperoleh modal layanan transfortasi yang
mengakses hingga ke rumah rumah.
geometri jalan juga merupakan bagian dari perencanaan jalan yang di titik beratkan pada
perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan
pelayanan yang optimal pada arus lalu-lintas. Jadi, tujuan dari perencanaan geometri jalan
adalah menghasilkan infrastruktur yang aman dan efisien pelayanan lalu lintas serta
memaksimalkan biaya pelaksanaan ruang bentuk dan ukuran jalan dapat dikatakan baik apabila
dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut aspek perencanaan jalan seperti lebar,
tikungan, landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari bagianbagian tersebut.

Tujuan Geometrik Jalan

Tujuannya adalah untuk mendesain suatu penampang jalan yang memadai untuk keperluan lalu
lintas, tidak saja memperhatikan keamanan dan ekonomisnya biaya, tetapi juga nilai
strukturalnya. Kita harus lebih teliti dalam memilih lokasi perencanaan geometrik sehingga
suatu jalan menjadi nyaman dan aman akan stabilitas.
TEKNIK PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA

A.Alinyemen Horizontal / trase jalan


Alinyemen horizontal / trase jalan adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang
peta, yang biasa disebut atau belokan.

Ø Tinjauan alinyemen horizontal secara keseluruhan

Ditinjau dari keseluruhan, penetapan alinyemen horizontal harus dapat menjamin keselamatan
maupun kenyamanan bagi pemakai jalan. Untuk mencapai tujuan ini anatara lain perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

· Sedapat mungkin menghindari broken back, artinya tikungan searah yang hanya
dipisahkan oteh tangent yang pendek

· Pada bagian yang relative lurus dan panjang jangan sampai terdapat tikungan yang tajam
yang akan mengejutkan pengemudi

· Kalau tidak sangat terpaksa jangan sampai menggunakan radius minimum, sebab jalan
tersebut akan sulit mengikuti perkembangan-perkembangan mendatang

· Dalam hal kita terpaksa menghadapi tikungan dengan lengkung majemuk harus
diusahakan agar R1>1,5 R2

· Pada tikungan berbentuk S maka panjang bagian tangent diantara kedua tikungan harus
cukup untuk memberikan rounding pada ujung-ujung tepi perkerasan.

B.Alinyemen Vertical / penampang memanjang jalan

Alinyemen vertical / penampang memanjang jalan adalah garis potong yang dibentuk oleh
bidang vertical melalui sumbu jalan dengan bidang permukaan pengerasan jalan yang biasa
disebut puncak tanjakan dan lembah turunan (jalan turun).

Ø Tinjauan alinyemen vertical secara keseluruhan


Ditinjau secara keseluruhan alinyemn vertikal harus dapat memberikan kenyamanan kepada
pemakai jalan disamping bentuknya jangan sampai kaku. Untuk mencapai itu harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

· Sedapat mungkin menghindari broken back, grad line atinya jangan sampai kita
mendesaign lengkung vertikal searah (cembung maupun cekung) yang hanya dipisahkan oleh
tangen yang pendek.

· Menghindari hidden dip, artinya kalau kita mempunyai alinymen vertikal yang relatif datar
dan lurus, jangan sampai didalamnnya terdapat lengkung-lengkung cekung yang pendek yang
dari jauh kelihatannya tidak ada atau tersembunyi.

· Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian agar secara
otomatis kecepatan yang besar dari kendaraan dapat dikurangi.

· Kalau pada suatu potongan jalan kita menghadapi alinyemen vertikal dengan kelandaian
yang tersususun dari prosentase kecil sampai besar, maka kelandaian yang paling curam harus
ditaruh pada bagian permulaan landai, berturut-turut kemudian kelandaian yang lebih kecil.
Sampai akhirnya yang paling kecil.

c.Penampang Melintang Jalan


Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang
memperlihatkan bagian-bagian jalan.Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus
sesuai denganklasifikasi jalan serta kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan, demikian pula
lebar badan jalan, drainase dan kebebasan pada jalan raya semua harus disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku.

Bagian jalan dikelompokkan menjadi :

Ø Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas

1) jalur lalu lintas


2) Lajur lalu lintas
3) Bahu jalan
4) Trotoar
5) Median
Ø Bagian yang berguna untuk drainase jalan

1) Saluran samping
2) Kemiringan melintang jalur lalu lintas
3) Kemiringan melintang bahu
4) Kemiringan lereng

Ø Bagian pelengkap jalan

1) Kereb
2) Pengaman tepi

Ø Bagian Konstruksi Jalan

1) Lapisan perkerasan jalan


2) Lapisan pondasi atas
3) Lapisan pondasi bawah
4) Lapisan tanah dasar
5) Daerah manfaat jalan (Damaja)
6) Daerah milik jalan (Damija)
7) Daerah pengawasan jalan (Dawasja)

Anda mungkin juga menyukai