Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REPORT

Manajemen Konstruksi

Dosen Pengampu : 1. Ir. Putri Lynna Adelinna Luthan, M. Sc.


2. Dr. Nathanael Sitanggang, S.T.,M.Pd.

Franz Suwardi Ambarita


5193510003

PRODI D3 TEKNIK SIPIL


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report mata
kuliah Manajemen Konstruksi ini. Penulis berterima kasih kepada dosen yang bersangkutan
yang sudah memberikan bimbingan materi dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

            Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Book Report


Kita sering bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Misalnya
dari segi analisis bahas, pembahasan tentang anggaran biaya, cara penulisan di dalam buku
dan yang lainnya. Oleh sebab itu, penulis membuat critical book reportini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi yang tepat, khususnya pada pokok
bahasan tentang manajemen konstruksi. Karena sebagai mahasiswa fakultas teknik khususnya
teknik sipil, sangat perlu mengetahui manajemen konstruksi dan pengaplikasiannya sehingga
mampu menerapkannya dalam kehidupan.

1.2 Tujuan Penulisan


Mengkritisi topik materi manajemen konstruksi dalam dua buah buku.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan critical book review ini antara lain :
1. Untuk menambah wawasan tentang manajemen konstruksi.
2. Untuk mengetahui cara melakukan manajemen pada proyek konstruksi bangunan.
3. Untuk mengetahui material dan jumlah pekerja dalam konstruksi bangunan.
4. Untuk dapat melakukan perhitungan-perhitungan.

1.4 Identitas Buku

Buku Utama

Judul Buku : Manajemen Proyek ( Perencanaan, Penjadwalan & Pengen

Dalian Proyek

Pengarang Buku : Ir. Abrar Husen, MT

Penerbit Buku : CV. Andi Offset

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 2010

Tebal Buku : 272 Halaman

ISBN : 978-979-29-1732-1
Buku Pembanding

Judul Buku : Manajemen Proyek

Pengarang Buku : Dr. Hafnidar A. Rani, S.T., M.M

Penerbit Buku : PT. Remaja Rosdakarya Bandung

Kota Terbit : Bandung

Tahun Terbit : 2016

Tebal Buku : 99 halaman

ISBN : 976-602-401-761-1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA


BAB I : MANAJEMEN PROYEK
1.1 Definisi Dan Aspek-Aspek dalam Manajemen Proyek
Manajemen Suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri
atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasarany ang efektif dan
efisien. Unsur-unsur Manajemen, Tujuan: sasaran yang hendak dicapai dalam optimasi biaya,
mutu, waktu dan keselamatan. Pemimpin: mengarahkan organisasdi alamm encapasi asarand
an tujuan. Sumber-sumber daya yang terbatas: manusia,modal/biaya, peralatan dan Material .

Kegiatan:Perencanaan, Pengorganisasian, Plaksanaan, dan Pengendalian.


a. Perencanaan (Planning)
Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada dengan menetapkan
sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan, program
yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara
administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan,
menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta meletakkan
dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Untuk menggerakkan organisasi,
pimpinan harus mampu mengarahkan organisasi dan menjalin komunikasi antar pribadi
dalam hierarki organisasi. Semua itu dibangkitkan melalui ranggung jawab dan partisipasi
semua pihak.
c. Pelaksanaan(Actuating)
Kegiatan ini adalah implementas dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan
melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik sehingga
produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Karena kondisi
perencanaan sifatnya masih ramalan dan subyektif serta masih perlu penyempurnaan,
dalam tahapan ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana yang telah ditetapkan.
d. Pengendalian (Controlling)
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memasrikan bahwa
program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan
paling minimal dan hasil paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan
seperti berikut :
1. Supervisi: melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas
wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar
dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan
kendali Pengawas.
2. Inspeksi: melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin
spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
3. Tindakan Koreksi: melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah
ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.

1.2 Aspek-Aspek dalam Manajemen Proyek


Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output Proyek sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang
mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan
menjadi masalah dalam manajemen Proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat,
adalah sebagai berikut:
1) Aspek Keuangan : Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek.
Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam
jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila
proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan
analisis keuangan yang cermat dan terencana.
2) Aspek Anggaran Biaya: Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian
biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan
memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan
anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar
dan merugikan bila proses Perencanaannya salah.
3) Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia : Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan
alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan
masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang
dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, Proses staffing SDM, deskripsi
kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta
penjelasan tentang : sasaran dan tujuan proyek.
4) Aspek Manajemen Produksi: Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek; hasil
akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendalian nya tidak baik. Agar hal ini
tidak terjadi, maka dilakukan berbagai sahau ntuk meningkatkan produktivitas SDM,
meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui
jaminan mutu dan pengendalian mutu.
5) Aspek Harga: Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga,
yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya
produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.

1.3 Karakteristik dan Siklus Proyek


Timbulnya suatu proyek, dalam kurun waktu yang dibatasi, biasanya disertai dengan
kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendesak karena tuntutan pengembangand an tingkat
pertumbuhan sosial dan ekonomi dari suatu lokasi atau daerah tertentu. Proyek biasanya
difasilitasi oleh pemerintah atau dapat juga dilatarbelakangi semata-mata oleh manfaat
ekonomis,yang biasanya dilakukan oleh sektor swasta.
Pada akhir siklus, biaya operasi dan pengeluarannya lebih kecil dari biaya
sebelumnya, namun periode waktunya panjang sampai dengan sisa umur proyek keseluruhan.
Biaya paling besar yang harus dikeluarkan oleh pemilik proyek dari siklus di atas adalah pada
tahap implemenrasi. Kegiatan fisik pada tahap ini cukup banyak dan memakan banyak
pengeluaran. Biaya yang kecil teriadi pada akhir proyek, tetapi adanya pemasukan dana pada
kegiatan operasional dan pemeliharaan dalam rentang waktu yang panjang, karena pada masa
ini adalah masa pemanfaatan fungsi proyek sesuai dengan sasaran Siklus Proyek Manufaktur.
1) Tahap Perumusan Gagasan : tapi ini terdiri atas kegiatan , perumusan gagasan, kerangka
acuan, studi kelayakan, indikasi dimensi proyek dan biaya serta jadwal.
2) Tahap Detail Desain: Tahap ini terdiri atas kegiatan analisis fungsi dan
preliminardoignterhadap produk yang akan dibuat, design engineering terinci serta
pengembangan produk dengan acuan spesifikasi, kriteria dan gambar desain yang telah
dibuat sebelumnya.
3) Tahap Pengembangan dan Integrasi Sistem: Tahap ini melakukan studi dan
pengembangan fasilitas dan peralatan yang akan digunakan, lalu melakukan proses
integrasi terhadap sistem.
4) Membuat Prototipe: Sebelum produk akhir dihasilkan, biasanya dibuat protoripe yang
kemudian langsung diuji coba untuk mendapatkan masukan bagi kegiatan berikutnya.
5) Manufaktur: Kegiatan tahap ini adalah melakukan pembelian material dan peralatan serta
fabrikasi komponen produk untuk mempersiapkan produksi massal.
6) Perakitan dan Instalasi: Kegiatan ini terdiri atas merakit komponen produk menjadi produk
akhir, mengadakan komponentes, inspeksi dan uji coba sebelum sampai ke konsumen.
7) Promosi dan Pemasaran: Dilakukan agar produk dikenal dan dijual kepada masyarakat
luas.

1.4 Stakeholder Proyek


Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat
direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu
dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individual (stakeholder), baik dari internal
maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama
proyek berlangsung. Stakeholderproyek secara umum diuraikan di bawah ini.
1) Manajer Proyek seseorang yang bertanggung jawab mengelola proyek.
2) Pelanggan (custome): seseorang/organisasi yang menggunakan produk proyek.
3) Organisasi Proyek hierarkil susunan tugas dan wewenang individual.
4) Sponsor: penyedia sumber dana untuk proyek.
5) Masyarakat: sebagai konsumen.

Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Pemilik Proyek seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana, memberikan tugas
kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
2. Konsultan: seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian
dan pengalaman merancang dan mengawasi proyek konstruksi, terdiri atas :
a) Konsultan Perencana: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya Perencana
Arsitektur, Perencana Struktur, Perencana Mekanikal dan Elektrikal dan lain
sebagainya.
b) Konsultan Pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
pengawasan pelaksanaan proyek.
c) Konsultan Manajemen Konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam
pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek.
3. Kontraktor: pemsahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung
jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek.
4. Sub-kontraktor: pihak yang ditunjuk oleh kontraktor. dan disetujui oleh pemilik untuk
mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki
keahlian khusus/spesialis.
5. Pemasok : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki
kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

1.5 Organisasi Proyek


Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tuiuan dengan mengatur
dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan modal secara efektif
dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek. Agar tujuan
organisasi dapat dicapai, dilakukan proses sebagai berikut:
1. Identifikasi dan pembagian kegiatan : identifikasi dan pembagian kegiatan proyek perlu
diketahui untuk menentukan volume pekerjaan, macam dan jenisnya, kebutuhan sumber
daya, jadwal pelaksanaan serta anggarannya sehingga dapat dilaksanakan oleh
penanggung jawab kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
2. Pengelompokan Penanggung jawab kegiatan : agar hasilnya maksimal, pemilihan
Penanggung jawab organisasi disesuaikan dengan keahlian, keterampilan dan kemampuan
personel di bidangnya sehingga sasaran dan tujuan proyek dapat tercapai.
3. Penentuan wewenang dan tanggung jawab : setiap personel penanggung jawab kegiatan
harus mengetahui wewenang dan menanggung jawab pekerjaannya, dengan membuat
penjabaran serta standar prosedur operasional pekerjaan yang dikelolanya.

1.6 Kontrak-Kontrak Pada Proyek


Kontrak pada proyek menentukan hak dan kewajiban antara dua belah pihak atau
lebih yang terlibat dalam kontrak, biasa dilakukan antara pemilik dengan konsultan atau
kontraktor, kontraktor dengan pemasok, dan lain sebagainya.

1.6.1 Kontrak Proyek Konstruksi


Proyek konstruksi mempunyai dua jenis kontrak, yaitu kontrak penawaran bersaing
dan kontrak penawaran dengan negosiasi, masing-masing penjelasannyas epertid iuraikan
di bawah ini.
a. Kontrak Penawaran Bersaing
Setelah penawaran lelang dilakukan dan didapat secara bertanggung jawab serta
dengan studi dan evaluasi penawaran diterima, proyek pun diserahkan kepada kontraktor
terpilih lalu diterbitkanlah Surat Perintah Kerja (SPK). Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam kontrak dengan penawaran bersaing:
1. Pelaksanaan pekerjaan diserahkan pada peserta penawaran yang bertanggung jawab
dan mempunyai harga penawaran terendah. Kontraktor yang bertanggung jawab
adalah:
 Lulus prakualifikasi dengan kriteria yang telah ditenrukan.
 Mempunyai ranggung jawab terhadap mutu, kemampuan dan kapasitas yang
dibutuhkan.
 Tidak curang, tidak melakukan kolusi dan tidak ada catatan buruk.
 Mempunyai repurasi yang baik dalam hal kerja sama.
2. Kontrak penawaran bersaing dilakukan untuk proyek publik dan pribadi.
3. Estimasi Biaya dilakukan oleh owner dengan ketentuan:
 Lelang gagal bila penawaran terendah dari kontraktor lebih besar dari estimasi
owner.
 Dapat dijadikan acuan untuk mengoreksi kesalahan dalam penawaran/lelang
seperti ketidak seimbangan dalam unit price dan kesalahan pelaksanaan Peserta
lelang.
4. Pernyataan tentang penyerahan bukanlah wewenang pernyataan untuk memulai
pekerjaan.
Kontrak penawaran bersaing terdiri atas:
1. Kontrak lump sump, di mana biaya yang harus dikeluarkan pemilik proyek adalah
suatu jumlah tetap yang didapat dari perhitungan seluruh aspek pekerjaan sesuai
dengan dokumen kontrak, seperti gambar desain, spesifikasi umum dan teknis serta
aturan-aturan administratif lainnya. jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
 Jenis kontrak ini melingkupi semua biaya yang tetap terdiri dari semua aspek
pekerjaan.
 Jumlah biaya yang ditetapkan sudah memperhitungkan kesulitan-kesulitan
dilapangan serta biaya-biaya tak terduga, sehingga tidak ada tambahan biaya lagi
untuk kondisi tersebut.
1. Kontrak unit price, didasarkan atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklarifikasi
bersama-sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan. |enis kontrak
ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
 Estimasi volume pekerjaan dihitung oleh wakil pemilik proyek seperti konsultan
pengawas bersama kontraktor.
 Biaya pada awal proyek tidak dapat ditentukan secara pasti karena volume
pekerjaan juga tidak pasti.
 Perlu pengawasan ketat karena pembayaran dilakukan atas volume aktual yang
harus disepakati bersama.
b. Kontrak Penawaran Negosiasi Biaya
Kontrak penawaran negosiasi biaya adalah melakukan transaksi dengan cara
penawaran yang dilakukan oleh dua pihak, yairu pemilik proyek dan kontraktor pelaksana
yang dikenal pemilik, dengan harapan diperoleh harga penawaran yang sesuai dengan
keinginan pihak-pihak tersebut.
1. Kontrak lump sum, harga ditentukan dari negosiasi penawaran yang dilakukan oleh
pemilik proyek dengan kontraktor dengan cataran harga yang disepakati sesuai dengan
volume pekerjaan yang dihitung pemilik proyek berdasarkank larifikasi kedua belah
pihak.
2. Unit price, jenis ini juga sama dengan cara kontrak penawaran bersaing, namun harga
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
3. Kontrak cost plus fee, pembayaran oleh pemilik proyek didasarkan atas daftar biaya
yang dikeluarkan oleh kontraktor setelah proyek selesai ditambah dengan
keuntungannya. Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
 Kontrak pembayaran, prosedur dan metode kerja, hasil akhir proyek serta jumlah
keuntungan buat kontraktor harus diuraikan secara jelas agar tidak terjadi
perselisihan di kemudian hari.
 Diperlukan metode akunting, yang telah disetujui oleh pemilik proyek, untuk
perhitungan-perhitungan pembiayaan oleh kontraktor.

c. Sistem Kontrak pada Proyek Konstruksi


Sistem kontak diberlakukan dalam proyek konstruksi, yang mengatur hubungan
kontrak dan koordinasi terhadap semua pihak yang terlibat.
1. Kontraktor Utama Tunggal (Single'Prime Contact): Kontraktor utama yang sudah
melakukan kontrak dengan pemilik proyek melaku kan hubungan koordinasi dan
hubungan kontrak dengan hierarki organisasi di bawahnya seperti berbagai
subkontraktor spesialis dan pemasok material. Pada sistem ini, hanya kontraktor utama
yang bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan proyek kepada pemilik.
2. Kontraktor Utama Terpisah (Separate Prime Contact): Proyek yang mempunyai skala
pembangunan fisik sangat besar membutuhkan banyak kontraktor utama, masing-
masing melakukan hubungan kontrak dan hubungan koordinasi dengan hierarki
organisasi di bawahnya, seperti berbagai subkontraktor spesialis dan pemasok material,
selain hubungan kontrak dengan pemilik proyek.

1.6.2 Kontrak Proyek lnfrastruktur


Beberapa proyek infrastnrktur sudah banyak dilakukan dengan cara privatisasi, di
mana peran swasta lebih dominan dibanding pemerintah. Kondisi ini memengaruhi
hubungan kontrak kedua belah pihak, masing-masing mempunyai posisi dengan hak dan
kewajiban dengan konsekuensi yang sama. Semua ini dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan publik dengan standar yang lebih tinggi, transparan, dan bertanggung jawab.
Kontrak proyek infrastruktur dapat diuraikan seperti di bawah ini:
1. Build aperate Trarufer(BoT)
Suatu rancangan kontrak di mana sektor swasta membangun suatu fasilitas dengan
biaya sendiri, lalu mengoperasikannya dan memungut pembayaran terhadap pengguna
fasilitas, lalu sektor swasta mengalihkannya kepada pemerintah setelah kurun waktu
tertentu yang telah disepakati.
2. Build Transfer Operate (BTO)
Suatu rancangan kontrak di mana sektor swasta membangun suatu fasilitas, yang
setelah selesai dialihkan kepada pemerintah sebagai pemilik yang kemudian
mengoperasikanfa silitas tersebut. Kontrak BTo dikembangkan di Amerika Serikat pada
proyek jalan raya. Karena pembayaran premi risiko kecelakaan kendaraan sangat tinggi,
pemerintah melindungi investor dengan mengambil alih tanggung jawab mereka dalam
menerapkan konsep kontrak ini.

BAB II . PERENCANAAN PROYEK


1.1 Perencanaan tahapan konseptual Proyek
Pada tahap awal proyek, perencanaan dimulai dari gagasan pemilik proyek yang sifat
nya masih dini, dengan menetapkan tujuan lalu menentukan sasaran dalam mencapai
tujuan tersebut. Dari gagasan tersebut di kembangkanlah perencanaan strategis dengan
melakukan studi Pendahuluan dan studi kelayakan proyek yang mempertimbangkan aspek
sosiekonomi, keuangan, legal, dampak lingkungan dan teknis. Pada tahap in hasil kajian
bempa keputusan tentang kelaniutan investasi terhadap proyek, di mana keputusan yang
diambil berdasarkan asumsi-asumsi teknis yang dapat dipertanggung jawabkan.

1.1 Kerangka Acuan Keria (Term Of Reference)


Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah produk yang dibuat oleh owner proyek untuk
penyelesaian proyek yang akan diajukan kepada konsultan perencanaa baik berupa tender
terbuka maupun penunjukkan langsung.
Biasanya isi dari KAK ini berupa:
1. Pendahuluan
 Latar Belakang Proyek
 Maksud dan tujuan Proyek
1. Diskripsi ProYek
 Uraian tentang hal-hal administratif yang diinginkan oleh pemilik proyek
 Uraian tentang hat-hal teknis yang diinginkan oleh pemilik proyek
2. Jasa yang disediakan oleh Konsultan
Konsultan menyediakan jasa berupa Program Perencanaan, Program implementasi
berupa: Proses lelang, penjadwalan, biaya, dan evaluasi yang mengikuti stndar-standar
pemerintah atau lainnya.
3. Lingkup Pekerjaan Konsultan
Konsultan melakukan pekerjaan yang diminta oleh pemilik proyek dengan batasan-
batasan serta program-program yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan proyek.
Biasanya isinya terdiri dari: Batasan Pekerjaan Konsultan, Anggaran dan Program,
Penyediaan Barang dan jasa, Implementasi dan Pemantauan, Tahapan Pembayaran,
Laporan Progres Kerja, Manajemen Program, Penyebaran Informasi, Resolusi Komplain,
Pencarian Kerja dan Lokasi Proyek.
4. Pelayanan Manajemen
Departemen atau Institusi yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan ini sebagai
pemilik proyek dengan memberikan tanggungjawab kepada konsultan dalam pelayanan
konsultasi mengenai proyek yang dikerjakan.
5. Pendanaan Proyek dan Pelaksanaan awal Proyek
 pemilik proyek memberikan pendanaan proyek berdasarkan tingkat kebutuhan
tenaga ahli, peralatan dan biaya perjalanan yang digunakan dalam implementasi
proyek.
 pemilik proyek memberi batasan waktu untuk pelaksanaan proyek ini.
6. Keburuhan Tenaga Ahli
 pemilik proyek memberikan gambaran mengenai kebutuhan tenaga ahli dalam
penyelesaian proyek dengan kualifikasi dan penjabaran Pekerjaannya.
 Perlunya juga staff pendukung proyek.
7. Diagram Organsiasi Konsultan
Organisasi konsultan berkaitan dengan pekerjaaan proyek ini.
8. Logistik, Fasilitas dan Peralatan Konsultan Kemampuan dan peralatan yang dimiliki
konsultan dalam penyelesaian proyek.
9. Lain-lain.

1.1.1 Studi Kelayakan Proyek


Studi kelayakan proyek dilakukan dengan cara mengkaji modal yang ditanamkan,
apakah nantinya dapat mendatangkan keuntungan sefta rnanfaat atau justru mendatangkan
kerugian. Untuk proyek jalan tol, data dan informasi yang diperoleh digunakan sebagai
sumber dan pelengkap analisis terhadap aspek yang ditinjau, seperti di bawah ini:
1. Tinjauan Aspek Pasar dan Permintaan
Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan publik terhadap
proyek, caranya dengan melakukan survei kebutuhan masyarakat sekitar akan jalan tol,
akses jalan arteri menuju jalan tol, kondisi ekonomi dan sosial, dan penerapan teknologi
yang dipakai.
1. Tinjauan Aspek Teknis
Bila kondisi pasar telah diketahui, berikutnya yang perlu dikaji adalah kebutuhan-
kebutuhan selama pelaksanaan proyek seperri desain engineering yang berkaitan dengan
kondisi peralatan dan material, teknologi yang dipakai, Iayout dan pemetaan proyek serta
kapasitas volume pekerjaan.
2. Tinjauan Aspek Manajemen dan Koordinasi Pelaksanaan Proyek
Beberapa hal yang perlu dikaji agar Proyek dapat dilaksanakan dengan koordinasi
yang baik adalah kondisi tenaga kerja dan sumber ketersediaannya dekat dengan lokasi
proyek, Perencanaan organisasi proyek, penjadwalan proyek, aspek mobilisasi dan
mobilisasi, serta alokasi peralatan selama proyek berlangsung.
2. Tinjauan Aspek Sosial dan Ekonomi
Hal-hal yang perlu dikaji adalah perubahan tingkat sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar yang dilalui oleh jalan tol, misal dampak sosial yang ditimbulkan serta
Pertumbuhan ekonomi dengan adanya jalan tol.
3. Tinjauan Aspek Finansial
Dalam menentukan layak atau tidaknya proyek, fungsi terpenting adalah aspek
finansial di mana proyek hanya dapat terlaksana bila ada anggaran dana. Oleh karena itu,
sumber-sumber dana untuk proyek serta dana dari modal sendiri harus direncanakan aliran
kasnya selama proyek berlangsung, kemudian nilai investasinya dianalisis; dengan cara
metode konsep Nilai Waktu Uang.

1.1.2 Detail Engineering Design (DED)


Bila hasil pengkajian telah memenuhi kriteria pemilik proyek, selanjutnya dilakukan
penlmsunan perencanaan proyek yang lebih terinci dalam bentuk paket pekerjaan (wBS),
susunan organisasi proyek, rencana anggaran biaya, jadwal induk (master schedule),
perhitungan dan rancangan teknis, spesifikasi umum dan teknis, gambar kerja serta
kelengkapan administrasi lainnya. Pada fase ini biasanya pemilik proyek menugaskan
konsultan perencana mel4kukan perencanaan teknis terhadap seluruh kebutuhan proyek
seperti dijelaskan di atas dengan uraian sebagai berikut:
1. Konsultan perencana melakukan perhitungan-perhitungan teknis terhadap instalasi
proyek yang akan dibangun lalu dibuatkan gambar kerja detail.
2. Kegiatan selanjutnya adalah membuat uraian kegiatan yang hierarkis sesuai langkah-
langkah pelaksanaan proyek yang akan dilakukan dalam bentuk paket-paket pekerjaan
(WBS) besena organisasi untuk koordinasi pihak-pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Masing-masing paket kegiatan dibuatkan spesifikasi teknis mengenai penggunaan
material, peralatan dan jumlah tenaga kerjanya serta prosedur operasi masing-masing
pekerjaan sehingga diharapkan produk akhirnya sesuai dengan sasaran dan tujuan
proyek secara keseluruhan.

1.2 Pengadaan/Pelelangan Proyek


1.2.1 Jenis-Jenis pelelangan
Jenis-jenis pelelangan yang dapat dilakukan untuk penenruan kontraktor dapat
dikategorikan sebagai berikut:
 Pelelangan Umum atau Terbuka, pelelangan ini dilakukan secara terbuka dan dapat
diikuti oleh peserta secara luas namun mempunyai kualifikasi lingkup bidang usaha,
kemampuan yang sesuai dipersyararkan. Biasanya pengumuman lelang dilakukan
melalui media massa serta Pengumuman resmi oleh pihak pemilik proyek di
instansinya. Pemenang dipilih berdasarkan tingkat kompetitif penawaran harga
terendah.
 Pelelangan Terbatas, pelelangan ini hanya diikuti oleh rekanan yang terdaftar dan
tercatat sebagai daftar rekanan mampu pada instansi pemilik poyek. Rekanan yang
diundang mempunyai reputasi dan kapabilitas yang baik selama mengerjakan proyek-
proyek sebelumnya, dan dipilih berdasarkan tingkat kompetitif penawaran harga
terendah.
1.2.2 Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Pelelangan
Tahap pelaksanaan pelelangan dilakukan agar kegiatan pelelangan dilakukan dengan
urutan yang sistematis dan tertib. Tahap ini terdiri atas:
 Pengumuman akan dilangsungkannya pelelangan melalui media massa serta papan
Pengumuman di instansi bersangkutan.
 Pendaftaran peserta lelang.
 Pengambilan dokumen penawaran dari panitia lelang.

1.3 Konsep Perencanaan Tahapan Pelaksanaan


Pada masa pelaksanaan proyek, biasanya data-data yang terkumpul sudah cukup
lengkap dari berbagai aspek yang dipandang perlu, sehingga langkah-langkah penentuan
kebijakan pelaksanaan dan penyusunan rencana kerja yang lebih detail sudah dapat
dilakukan. Kegiatan pada tahapan ini biasanya dilakukan oleh kontraktor yang dipilih
melalui Ielang/tender atau dapat berupa penunjukan langsung. Langkah-langkah
perencanaan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Melakukan kajian terhadap gambar rencana dan spesifikasi teknis proyek yang ada,
agar bila tidak sesuai dengan kondisi pelaksanaan dapat disempurnakan dengan
melakukan konfirmasi ke konsultan Perencanaan.
2. Melakukan perhitungan yang teliti terhadap volume pekerjaan, kebutuhan material,
peralatan serta tenaga kerja yang digunakan.
3. Menyusun anggaran biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan dengan alokasi
sumber daya yang dibutuhkan dan dana yang tersedia.

1.3.1 Penentuan Zoning Area Keria Dalam Proyek


Untuk pelaksanaan konstruksi dengan struktur bangunan yang berbeda seperti
bangunan bertingkat tinggi dengan jembatan, bangunan dan jalan raya serta pabrik,
masing-masing akan berbeda dalam Penentuan zoningnya, yang memiliki tingkat
kompleksitas yang berbeda sesuai dengan volume pekerjaan serta biaya yang digunakan
Zoning akan lebih jika sudah ada pengalaman sebelumnya terhadap pekerjaan yang
berutang walau dengan skala yang berbeda. Sebelum menentukan zoning, tim proyek
perlu mengidentifikasi kebutuhan proyek seperti sumber air, tenaga listrik PLN, daerah
quarry material, tenaga kerja lokal, kondisi lingkungan sekitar proyek, perbandingan
besar/ kompleksitas bangunan dengan luas area kerja serta metode konstruksi dan urutan-
urutan kegiatan kerja proyek yang disertai spesifikasi bangunan.

1.4 Rekayasa Nilai (Value Engtneertng)


Value engineering atau rekayasa nilai secara umum dapat diartikan sebagai suatu
usaha kreatif dalam mencapai suatu tujuan dengan mengoptimalkan biaya dan kinerja dari
suatu fasilitas atau sistem. Oleh Zimmerman, rekayasa nilai diartikan suatu teknik
manajemen yang terbukti berhasil, dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk
mendapatkan keseimbangan fungsional dan biaya, kesinambungan dan tambahan manfaat
dari suatu barang atau jasa. Dalam praktiknya rekayasa nilai tidak hanya melakukan
kegiatan penghemaran biaya, tetapi juga tetap mendapakan fungsi yang meningkat,
sehingga efektivias dan efesiensinya terjamin dan mendapatkan manfaat yang setinggi-
tinginya. Dengan demikian rekayasan nilai dapat diartikan sebagai:
 Melakukan kajian dengan menjamin fungsinya tetap seperti diingin kan.
 Fungsi menjadi tolok ukur dari pencarian alternatif masalah.
 Selain adanya kriteria biaya rendah, juga didapatkan kinerja tinggi.
 Optimasi biaya dan kinerja untuk mendapatkan manfaat besar dan bersih.

1.5 Perumusan Struktur Dan Hierarki Proyek


1.5.1 Work Breakdown Struktur (WBS)
WBS biasanya merupakan diagram terstrukrur dan hierarki berupa dia gram pohon
(tree stucture diagram). Penyusunan WBS dilakukan dengan cara tap down, dengan tujuan
agar komponen-komponen kegiatan tetap berorientasi ke tujuan proyek.
WBS juga memudahkan penjadwalan dan pengendalian karena merupakan elemen
perencanaan yang terdiri atas kerangka-kerangka seperti di bawah ini.
 Kerangka penjabaran program
 Kerangka perencanaan detail
 Kerangka pembiayaan
 Kerangka penjadwalan
 Kerangka cara pelaporan
 Kerangka penyusunan organisasi
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan WBS secara umum disusun
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
 Pembagian berdasarkana real lokasi yang berbeda.
 Pembagian kategori yang berbeda untuk tenaga kerja, peralatan material
 Pembagian subdivisi pekerjaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan
 Pembagian pihak, seperti kontraktor utama, subkontraktor dan pemasok

2.6.2 Hierarki Organisasi Proyek


Hierarki organisasi proyek atau organizing analysis table (OAT) yang bertingkat
dimulai dari tingkat paling atas seperti pimpinan proyek hingga paling akhir, misal
pelaksanaan. Hierarki ini disusun dengan tujuan mempermudah pengelolaan dan alokasi
SDM sesuai dengan tanggungjawab dalam organisasi proyek. Keberhasilan
penyelenggaraan proyek biasanya ditunjang oleh organisasi dengan susunan dan program
kerja yang sasaran serta tujuannya tertata dengan baik.
Tingkatan dalam OAT tidak harus sama dengan WBS, tetapi dapat cakup manajemen
internal dan eksternal dengan susunan organisasi bervariasi. Tanggung jawab personel
dibagi berdasar tingkatan elemen pekerjaan. Tanggung Jawab ini disesuaikan dengan
kemampuan nya dalam menangani beban tugas yang diberikan kepadanya.
2.7 Perencanaan Sumber Daya
2.7.1 Anggaran Belanja dan Arus Kas Keuangan Proyek
Kontraktor menyusun anggaran belanja dan aliran kas proyek berdasarkan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang dialokasikan oleh pemilik proyek. Kontraktor atas dasar
tersebut mengkaji ulang nilainya secara cermat sehingga dapat menyusun rencana
anggaran pelaksanaan proyek (RAPP) dengan asumsi nilai pada RAB masih layak dan
sedapat mungkin dihemat lagi mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Ketidak pastian kondisi lapangan serta kemampuan tenaga kerja lokal dan sumber
material dapat direduksi dengan mengalokasikan biaya risiko.
2. Bila salah perhitungan pada penawaran lelang, segera dilakukan identifikasi
permasalahan dan dicari solusinya agar perusahaan tidak rugi.
3. Menekan nilai pada RAB, pada RAPP akan memperbesar cadangan keuangan
dengan keuntungan yang lebih besar.

2.7.2 Perencanaan Tenaga Kerja


Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan proyek, harus
memiliki kualifikasi, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan untuk
mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan SDM dalam suatu proyek
memperrimbangkan juga perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Proyek yang secara geografis berbeda biasanya membutuhkan
pengelolaan dan ketersediaan tenaga kerja yang juga berbeda. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan tenaga kerja adalah :
 Produktivitas tenaga kerja
 Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal
 Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak terap
 Biaya yang dimiliki dan Jenis pekerjaan
Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan ( satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam
atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja beserta
upah yang harus dibayarkan.
Contoh : Kemampuan kelompok pekerja untuk menyelesaikans atu pekerjaan dinding
bata dengan produktivitas = 4 m2/hari. Volume pekerjaan dinding bata = 100 m2. Tenaga
kerja terdiri 2 kelompok, masing-masing terdiri dari I orang mandor, I tukang dan I
pekerja.
 Durasi kegiatan pekerjaan dinding bata = Volume/Produktivitas = 100 m'2/ 4 m2lhari
= 25 hari ( I kelompok tenagak erja) dan = 12.5h ari - 13 hari (bila digunakan 2
kelompok tenaga kerja)
 Jumlah orang/hari untuk 2 kelompok tenaga kerja (mandor, tukang dan pekerja) = 2x3
org x 13 hari = 78 orang/hari.
 Untuk 2 orang mandor, 2 orang tukang, 2 orang pekerja masing-masing dibutuhkan
selama =7g/6= l3 orang/hari.
2.7.3 Perencanan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh produktivitas alat
terhadap volume pekeriaan yang akan dilakukan sedangkan jumlah peralatanya yang
dibutuhkan bergantung pada hal-hal berikut:
 Durasi kegiatan/waktu yang tersedia
 Kondisi lapangan
 Keadaan cuaca
 Efisiensi alat
Untuk menentukan produktivitas alat, diperlukan data-data Penggunaan peralatan
dengan kondisi proyek yang tidak jauh berbeda.
a. Penentuan Jumlah alat berat buldozser
untuk pekeriaan clearing dibutuhkan I buldoser dengan alat mampu membersihkan
medan 350 m2/Jam .
 Bila waktu efektif keria selama 1 hari adalah 8 jam.
 Untuk volume pekerjaan 1000,000 m2

Jumlah Buldozer = = 357 buldoser.hari

Rata-rata per hari buldoser yang dibutuhkan bila durasi kegiatan clearing 25 hari adalah
357/25 = 14.28 15 buldoser.

BAB III . PENJADWALAN POYEK


3.1 Metode Penjadwalan Proyek
Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk mengelola waktu
dan sumber daya proyek. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pertimbangan Penggunaan metode–metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil
yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi
terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan.
3.1.1 Waktu dan Durasi Kegiatan
Dalam konteks penjadwalan, terdapar dua perbedaan, yaitu waktu (time) dan kurun
waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam, sedangkan kurun waktu atau
durasi menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan,
seperti lamanya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 jam. Menentukan durasi suatu
kegiatan Biasanya dilandasi volume pekerjaan dan produktivitas crew/kelompok pekerja
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Durasi pekerjaaan dinding bata = volume pekerjaan/produktivitas crew
= 240 m2/10 m2/hari
= 24 hari
Bila produktifitas crew untuk pekerjaan galian tanah rata-rata adalah 3 m 3/jam, sedangkan
volume pekerjanya adalah 500m3, maka
Durasi pekerjaaan galian tanah = volume pekerjaan/produktivi tas crew
= 500m3/3m3/jam
= 166.67 jam
Bila/hari-8 jam kerja = 166.67 jam/8jam/hari = 20.83 hari
= 21 hari
3.1.2 Bagan Balok atau Barchart
Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor dalam bentuk bagan balok,
dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan. Format bagan
baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif . Untuk komunikasi serta dapat dibuat
dengan mudah dan sederhana. Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan
atau paket dari lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam hari,
minggu, atau bulan sebagai durasinya.

3.1.3 Kurva S atau Honumm Curye


Kurva s adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh warren T, Hanumm atas dasar
Pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sei{awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat
menuniukkan kemajuan berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresen
sebagai persentase kumulatif dari selumh kegiatan proyek' Visualisasi kurva S dapat
memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap
jadwal rencana.

3.1.4 Metode Peniadwalan Linier (Diagram vektor)


Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah kegiatan
relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan yang berulang
seperti pada proyek kostruksi jalan raya, runway bandar udara, terowong an/tunnel atau
proyek industri manufaktur' Metode ini sangat memuaskan untuk diterapkan pada proyek-
proyek tersebut karena menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan
variasi keterampilan pada suatu pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang lain.

3.1.5 Metode Penjadwalan Network Planning


Network Planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan Du-Pont dan
Rand Corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen. Metode ini
dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki
ketergantungan yang kompleks.
Tahapan Penyusunan Network Scheduling:
1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket WBS berdasar item pekerjaan, lalu
diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.
1. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan,
volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta produktivitas pekerja.
2. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan denga tiga kemungkinan
hubungan, yaitu kegiatan yang mendahulu (predecesso),kegiatan yang didahului
(successor).
3. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah langkah-
langkah di atas dilakukan dengan akurat dan teliti.

3.2 Penjadwalan Sumber Daya


penjadwalan sumber daya sePerti tenaga kerja, peralatan, material damodalibiaya
dapat merupakan bagian dan master scheduleatau dapat juga sebagabi agian yang terpisah
darinya sebagais ubschedul.

3.2.1 Penjadwalan Sumber Daya yang Terbatas


Sumber daya yang terbatas adalah salah satu alasan mengapa penjadwalan diperlukan.
Penjadwalan dimaksudkan supaya pelaksanaan proyek tetap dapat berlangsung, caranya
dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut yang diusahakan
juga durasi proyeknya tidak menjadi terlalu terlambat.
Ada dua jenis batasan yang harus diperhatikan dalam penjadwalan proyek, karena
batasan tersebut berpengaruh terhadap waktu kerja dari suatu kegiatan. Dua batasan
tersebut adalah:
1. Batasan Hubungan Kegiatan, batasan yang diakibatkan oleh hubungan antar kegiatan
pada beberapa kegiatan
2. Batasan Kondisi Sumber Daya, batasan yang diakibatkan oleh ketidak tersediaan
sumber daya.

3.2.2 Perataan Sumber Daya (Resources Leyelirg)


Perataan sumber daya adalah meratakan frekuensi alokasi sumber daya dengan fujuan
memastikan bahwa jumlah/jenis sumber daya dapat diketahui dari awal dan tersedia bila
dibutuhkan. Biasanya bila jumlah sumberdaya dikurangi, durasi akan bertambah,
sebaliknya bila jumlah sumber daya ditambah, durasi akan berkurang. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam perataan sumber daya adalah mengidentifikasi sumber daya yang
rerbatas dan yang dibutuhkan untuk seluruh jumlah durasi dari suatu proyek. Ini karena
alokasi sumber daya yang langka dan ketersediaannya terbatash arus diprioritaskan.
3.3 Mengukur Kinerja Biaya Dan Waktu Dengan Metode Earned Value
Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara Earned Value atau Nilai Hasil,
informasi yang ditampilkan berupa indikator dalam bentuk kuantitatif, yang menampilkan
informasi progress biaya dan jadwal proyek. Indikator ini menginformasikan posisi
kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta dapat memperkirakan proyeksi
kemajuan proyek pada periode selanjutnya. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai
berikut:
1. BCWS (Budgeted Cost of Work Shedule), menggambarkan anggaran rencana sampai
pada periode tertentu terhadap volume rencana proyek yang akan dikerjakan.
1. BCWP (Budgeted Cost of Work Performeq, menggambarkan anggaran rencana
proyek pada periode tertentu terhadap apa yang telah dikerjakan pada volume
pekerjaan aktual.
2. ACWP (Actual Cost of Work Peformed) menggambarkan anggaran aktual yang
dihabiskan untuk pelaksanaan pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan aktual.

3.4 Durat'on - Cost Trade Off


Penyesuaian durasi proyek (Duration - Cost Trade Ofi untuk mengatasi masalah-
masalah seperti Proses peniadwalan proyek yang tidak sesuai dengan durasi kontrak,
terjadi keterlambatan pada pelaksanaan kegiatan proyek, untuk memperoleh bonus
penyelesaian proyek dipercepat, atau mempercepat jadwal proyek menghindari cuaca
buruk pada sisa waktu proyek.

3.4.1 Macam-Macam Duration - Cost Trade Off


1. Project Crashing
Project crashing dilakukan agar pekerjaan selesai dengan silang waktu dan biaya dan
dengan menambah jumlah shift jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, jumlah
ketersediaan serta memakai peralatan yang lebih produktif Konsekuensi protect crashing
adalah meningkatnya biaya langsung (direct cost). Di sini sumber daya yang berada di
lintasan tidak kritis dapat dioptimalkan dengan memindahkannya ke lintasan kritis.
1. Least Cost Analysis
Least cost analysis adalah suatu analisis untuk memperoleh durasi proyek yang
optimal, yaitu durasi dengan biaya total proyek yang minimal. Pada analisis ini, bila durasi
proyek dipersingkat biasanya direct cost akan naik dan indirect cosr akan tumn. Sering
pula diperhitungkan adanya bonus bita hal ini dapat mempersingkat waktu penyelesaian
proyek, sebagai penghargaan dari pemilik proyek.

BAB IV. PENGENDALIAN PROYEK


4.1 Indikator Kinerja Proyek
Untuk memudahkan pengendalian proyek, pengelola proyek seharusnya mempunyai
acuan sebagai sasaran dan tujuan pengendalian. Oleh karena itu, indikator-indikator tujuan
akhir pencapaian proyek haruslah ditampilkan dan dijadikan pegangan selama pelaksanaan
proyek.

4.1.1 lndikator Kineria Biaya


Biaya pengelolaan proyek adalah hal vital yang harus dicermati pengendaliannya agar
tidak terjadi kerugian-kerugian yang dapat membuat proyek terhenti atau mengalami
keterlambatan karena tidak adanya pasokan keuangan untuk pembelian material,
pembayaran sewa alat, pembayaran tenaga kerja serta operasional proyek.

4.1.2 Indikator Kinerja Waktu


Hal yang berlaku umum saat ini dalam monitor dan evaluasi proyek dalam
mengendalikan waktu adalah kurva S, yaitu plotting dari kumulatif persentase bobot
pekerjaan dari nilai biaya,yang dapat merepresentasikan kemajuan dari awal hingga akhir
proyek.

4.1.3 Indikator Kinerja Biaya dan Waktu


Bentuk lebih progresif yang ada dalam fasilitas perangkat lunak komputer dalam
monitor dan evaluasi proyek untuk mengendalikan waktu dan biaya adalah bentuk kurva S
yang dimodifikasi dengan 3 indikator, yaitu:
 Rencana dari volume dan biaya pekerjaan (BC'WS)
 Realisasdi ari volume pekerjaand an rencanaB iaya (BCwp)
 Realisasbi iaya dan volume pekerjaan( ACWp)
4.1.4 Indikator Kinerja Mutu
Dalam monitor dan evaluasi proyek untuk pengendalian muru digunakan kurva S
sebagai representasi biaya kumulatif dengan 2 indikator yaitu,
 Produk Sesuai Mutu (PSM)
 Produk Tidak Sesuai Mutu (PTSM)
Setiap proyek hendaknya mempunyai dokumentasi indikator kinerja mutu, agar
pekerjaan selanjutnya yang sejenis dapat menghasilkan produk dengan mutu yang lebih
baik serta memuaskan pemilik proyek dan meningkatkan kinerja permasalahaan.

4.2 Pengendalian Arus Kas Proyek


Untuk pengendalian keuangan proyek selain dibuatkan perencanaan arus kas, juga
dibuatkan arus kas untuk keadaan aktualnya sehingga memudahkan untuk melakukan
koreksi bila terjadi penyimpangan di luar dugaan. Selain itu tiap periode juga dapat
dimonitor dengan menentukan baseline menyesuaikan penjadwalan waktu, sehingga bila
ada penyimpangan pada direct cost dan indirect cost, dapat segera diantisipasi sehingga
kas proyek tidak menjadi negatif, yang menyebabkan kerugian bagi proyek.

4.2 Pengendalian Kinerja Biaya, Waktu Dan Sumber Daya Proyek Dengan
Penjadwalan
Jadwal waktu pelaksanaan proyek yang telah direncanakan biasanya terlepas dari
kesalahan-kesalahan yang dapat menyebabkan keterlam an. Hasil perencanaan jadwal
waktu proyek hendaknya mempun kecermatan dan akurasi yang tinggi untuk
mempermudah pelaksanaannya. Setiap perubahan dari rencana yang telah dibuat selalu
dilakukan evaluasi dan pembaruan peniadwalan dengan tetap mengacu kepada
baselineyang telah ditetapkan. Bila terjadi perubahan mendasar terhadap jadwal proyek
yang dapat menyebabkan keterlambatan, maka solusinya perlu diantisipasi dengan
kompensasi paling minimal.

4.2.1 Pengendalian Progres Waktu Proyek dengan Kurva S


Pengukuran kemajuan aktual pekerjaan yang sudah dilakukan dapat dipakai sebagai
data input dalam pengendalian proyek. Caranya dengan menghitung volume pekerjaan
masing-masing kegiatan, lalu dibuatkan bobotnya dalam Persentase kumulatif biaya dalam
bentuk kurva s . Kurva S juga didapat dari plot bobot kumulatif pekerjaan sebagai
presentasi dari biaya per-item pekerjaan dibagi dengan total anggaran proyek, dengan
data-data yang ada pada format laporan pengendalian.
Untuk mengetahui progres proyek, bobot kumulatif penyelesaian volume masing-
masing kegiatan diplotkan meniadi kurva S aktual, sehingga dapat dibandingkan dengan
kurva S rencana. Hasilnya dapat menggambarkan terjadinya keterlambatana tau
Percepatan kinerja proyek dari segi waktu proyek. Di bawah ini diuraikan dua kondisi
proyek dengan indikator kurva S yang dilihat dari bobot penyelesaian aktualnya terhadap
bobot rencana, dievaluasi pada baseline/milestone minggu ke-6 juga bila baseline minggu
ke-6 yang ditentukan dalam kontrak sebagai, termin pembayaran untuk kontraktor, tentu
hasil evaluasinya ada kontraktor dibayar tepat pada minggu ke-6 tersebut tanpa penun
pembayaran.

4.2.2 Pengendalian Sumber Daya


Pengendalian sumber daya adalah salah satu cara pengendalian proyek yang
berhubungan dengan Penggunaan sumber daya agar alokasi iumlahnya logis dengan
keterbatasan yang ada juga agar penggunaannya lebih efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan proyek. Di bawah ini adalah contoh-contoh perataan sumber daya (resources
Ieveling) dari sumber daya tenaga kerja dengan beberapa kondisi yang ,disebutkan di atas.
Dengan melakukan alokasi sumber daya untuk keadaan Early Start Time.

4.3 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah salah satu tolok ukur kinerja proyek yang sangat
memengaruhi hasil akhir dari tujuan dan sasaran proyek. Mutu, sebagai acuan bagi
kepuasan pelanggan, sebaiknya diperlakukan dan dikendalikan dengan standar yang telah
teruji sebelumnya. Pengendalian mutu bukan hanya dilakukan denganc ara-carai
nspeksi/pemeriksaalna lu dilakukan tindakan koreksi pada periode tertentu, tetapi
dilakukan selama proses berlangsungnya pembuatan produk. Verifikasi dilakukan bila
dalam pengawasan dan pemeriksaan ditemukan penyimpangan terhadap prosedur.
sebelum produk akhir diserahkan kepada pelanggan, dilakukan uji kelayakan produk
terhadap standar yang telah ditetapkan. Hasil uji ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
pengembangan produk selanjutnya.
2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING
(Manajemen Proyek)
Bab 1 Defenisi Manajemen Proyek

Menurut H. Kerzner (1982), manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun


organisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran
jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek merupakan suatu usaha
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan
dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal, waktu dan anggaran yang
telah ditetapkan.
Pada umumnya kita dapat membagi fungsi manajemen itu dalam definisi yang
diuraikan dengan singkatan POMC (planning, organizing, and Staffing, motivating,
controlling).

Bab 2 Fungsi POMC Manajemen Proyek


1. Perencanaan (planning)

Tujuan perencanaan adalah menemukan kesempatan-kesempatan di masa mendatang


dan membuat rencana-rencana untuk memanfaatkannya. Rencana yang paling efektif adalah
memanfaatkan dan menghilangkan halangan atas dasar kekuatan dan kelemahan dari
organisasi. Perencanaan (planning) mempunyai 3 arti, yaitu :
a. Pengambilan keputusan (decision making).
b. Memikirkan secara mendalam untuk memutuskan apa yang harus diperbuat.
c. Menetapkan sasaran dan menjabarkan cara mencapai sasaran-sasaran tersebut.
2. Pengaturan dan Penyediaan Staff (organizing and staffing)

Dalam suatu pekerjaan umumnya kterdiri dari beberapa orang yang bersepakat untuk
bekerja sama, maka diperlukan suatu pengaturan yang jelas, siapa yang mengerjakan apa, dan
kepada siapa orang yang bekerja tersebut harus pempertanggung jawabkan pekerjaannya
(memberikan laporan). Maka tercipta struktur organisasi yang berfungsi sebagai sarana
penentu dan pengatur, serta pembagi tugas antara orang/kelompok orang. Dalam struktur
organisasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Hubungan antara bawahan dan atasan harus jelas, komunikasi timbale balik harus
terpelihara.
b. Tugas disertai pemberian wewenang yang berimbang dengan tanggung jawab
(responsibility) yang dipikulnya.
c. Tanggung gugat (accountability)terhadap atasan juga harus ada.
d. Uraian tugas pekerjaan untuk staff dan pimpinan perlu dijabarkan dengan jelas dan konkrit
(job descrition).
e. Semakin tinggi jenjeng manajerial makin sedikit bawahannya, dan sebaliknya makin ke
bawah makin banyak orang yang di bawahinya (struktur piramida).
3. Menggerakan (motivating)

Menggerakan yang dimaksud adalah kemampuan dari seorang manajer proyek untuk
memberikan alasan kepada bawahannya untuk pengembangan sumber daya manusia dan
bimbingan kerja (yang berperan disini adalah leadership/jiwa kepemimpinan). Pimpinan
proyek selalu berusaha agar para bawahan menjadi ahli dalam bidang pekerjaannya dan
terampil dalam bidang manajemennya. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Dan motivasi ini merupakan suatu objek
yang paling penting bagi manajer karena menurut definisi manajer harus bekerja dengan
melalui orang lain, maka manajer perlu memahami orang-orang yang berperilaku tertentu
agar dapat mempengaruhi untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Namun
motivasi adalah subjek yang membingungkan, karena motivasi tidak dapat diamati atau
diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak.
4. Pengontrolan (controlling)

Pengontrolan dilakukan untuk melihat perkembangan pekerjaan, apakah sesuai


rencana, atau apakah ada penyimpangan. Pengontrolan dapat dilakukan dari laporan dan dari
pengecekan lapangan, dan dari keduanya dilakukan pencocokkan mana yang lebih akurat
mendekati kodisi nyata. Tujuan pengontrolan tidak mencari kesalahan orang, melainkan
untuk menjaga dan melihat apakah hasil pekerjaan sesuai dengan rencana atau tidak, sesuai
rencana yang dimaksud adalah kegiatan proyek dapat dimulai, dilaksanakan, dan diselesaikan
menurut jadwal yang telah ditentukan, budget yang disediakan, mutu pekerjaan yang
ditetapkan dan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia.
Langkah dalam melakukan fungsi kontrol :
a.Adanya prestasi standar sebagai tolak ukur.
b.Mengukur hasil prestasi pekerjaan.
c. Membandingkan dan mengevaluasi hasil prestasi aktual dengan standar prestasi yang
diharapkan.
d. Melakukan tindakan koreksi, bila mana standar prestasi tercapai.

Bab 3 Defenisi Proyek

Sebuah proyek merupakan suatu upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta
sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. (Nurhayati,
2010)
Dari definisi proyek di atas, terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :
a) Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
b)Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah
ditentukan.
c) Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir
ditentukan dengan jelas.
d) Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek
berlangsung.

Bab 4 Jenis-jenis Proyek

Terdapat berbagai jenis kegiatan proyek, yakni kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
pengkajian aspek ekonomi, masalah lingkungan, desain engineering, marketing, dan lain-lain.
Secara realita, proyek dapat dibagi menjadi satu jenis tertentu, karena umumnya
merupakan kombinasi dari beberapa jenis kegiatan sekaligus. Namun berdasarkan aktivitas
yang paling dominan dilakukan pada sebuah proyek, maka jenis-jenis proyek dapat
dikategorikan pada:
a. Proyek Engineering Konstruksi : Aktivitas utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian
kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi.
b. Proyek Engineering Manufaktur : Aktivitas proyek ini adalah untuk menghasilkan produk
baru. Jadi proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru.
c. Proyek Pelayanan Manajemen : Aktivitas utama proyek ini adalah merancang program
efisiensi dan penghematan, diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan,
memberikan bantuan emergency untuk daerah yang terkena musibah, serta merancang
strategi untuk mengurangi kriminalitas dan penggunaan obat-obatan terlarang.
d. Proyek Penelitian dan Pengembangan : Aktivitas utama proyek penelitian dan
pengembangan adalah melakukan penelitian dan pengembangan suatu produk tertentu.
e. Proyek Kapital : Proyek kapital biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau
pemerintah meliputi pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material dan
peralatan, manufaktur dan konstruksi pembangunan fasilitas produksi.
BAB III
PERBANDINGAN BUKU

3.1 Kelebihan Buku


Buku Utama
1. Materi lengkap dan tiap bab mempunyai hubungan dan saling berkaitan sehingga
memudahkan pembaca dalam mempelajari isi buku.
2. Adanya catatan pada tiap materi sehingga pembaca lebih mudah memahami isi buku.
3. Pada setiap poin-poin penting dalam materi isi buku dicetak tebal sehingga pembaca
mengetahui bagian utama dari tiap materi yang disajikan.
4. Terdapat tabel, gambar dan rumus serta pembahasan yang bersangkutan tentang
materi tersebut.
Buku Pembanding
1. Antar bab dalam buku ini saling berkaitan dan berhubungan sehingga memudahkan
pembaca dalam mempelajari dan menganalisis buku.
2. Pada setiap bab diberi penjelasan tentang materi isi disertai tabel yang cukup lengkap
3. Terdapat daftar pustaka agar lebih memudahkan pembaca dalam mencari referensi
materi yang disajikan dalam buku.
3.2 Kelemahan Buku
Buku Utama
1. Banyak kalimat yang diulang ada setiap bab sehingga membuat pembaca menjadi
bosan.
2. Tidak terdapat nya rangkuman pada setiap bab sehingga pembaca kesulitan dalam
menyerap intisari atau poin penting dalam setiap bab buku.
3. Tidak memiliki lembar kerja soal yang mampu melatih pembaca memahami isi
buku.

Buku Pembanding
1. Terlalu banyak halaman dan penjelasan yang membuat pembaca sedikit bosan.
2. Tidak disertai rangkuman pada setiap akhir materi pembahasan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada kedua buku tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa kedua buku pembahasan
materi manajemen proyek yang bersangkutan pembahasan yang jelas. Pmempunyai ada buku
utama yang menjelaskan mengenai kontrak-kontrak pada proyek, manajemen sumber daya,
lingkungan, risiko, perencanaan tahapan konseptual proyek sampai pengadaan/ pelelangan
proyek , penjadwalan dan pengendalian proyek dengan begitu materi yang sangat bermanfaat
di pelajari. Sedangkan pada buku pembanding menjelaskan tentang pengertian manajemen
proyek, Fungsi POMC Manajemen Proyek, jenis-jenis proyek yang kesemuanya itu sama-
sama membahas materi mengenai manajemen proyek.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa teknik, sebaiknya mengetahui dan memahami mengenai
manajemen konstruksi serta mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
kedua buku ini diharapkan untuk terbitan selanjutnya lebih baik lagi, baik dari bentuk
penyajian buku maupun isinya lebih berbobot dan sesuai dengan pemenuhan judul dan
mampu membuat pembaca dapat dengan mudah memahami isi, maksud dan tujuan dari
penulisan buku.
LAMPIRAN

BUKU UTAMA

BUKU PEMBANDING

Anda mungkin juga menyukai