Anda di halaman 1dari 20

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan mendefinisikan jalan adalah


prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sedangkan berdasarkan
UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yang diundangkan setelah
UU No 38 mendefinisikan jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
Sedangkan dalam pengertiannya Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas
permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis
konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan
kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan
cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1980, Jalan adalah suatu


prasaranaperhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi bagian jalan termasuk
bangunanpelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas. Bagian
jalanyang dimaksud adalah Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik
Jalan(DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).Klasifikasi jalan dibagi menurut
sistem, status, fungsi,Spesifikasi penyediaan prasarana, kelas jalan, serta medan jalan (Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,1997).

Sebelum adanya pembangunan jalan raya , seperti yang telah disebutkan dalam
undang-undang no.13 tahun 1980, haruslah adanya tata cara perencanaan geometrik jalan.
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan darisuatu ruas jalan secara lengkap,
meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau
tersedia dari hasil survey lapangan dan telah dianalisis dengansuatu standar
2

perencanaan.Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan kondisi


geometrik jalan yang mampu memberikan
pelayanan lalu lintas secara optimum. Disamping itu fungsi dari perencanaan ini adalah
berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas bagi pemakai jalan.
Sebelum adanya perhitungan geometrik jalan, dalam tahapannya yang perlu
direncanakan adalah unsur-unsur jalan seperti, kelas jalan, klasifikasi jalan, hambatan jalan,
bagian prasarana jalan meliputi Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik
Jalan(DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA).
Permasalahn yang muncul saat ini adalah suatu permasalahan adanya ketidak sesuaian
perencanaan geometrik jalan. Maksud dari adanya ketidaksesuain ini adalah, sebagaimana
kita tahu bahwa perencanaan geometrik jalan dimaksudkan untuk menghasilkan kondisi
geometrik jalan yang mampu memberikan pelayanan lalu lintas secara optimum. Disamping
itu fungsi dari perencanaan ini adalah berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan dalam
berlalu lintas bagi pemakai jalan. Namun pada saat ini banyak sekali jalan yang tidak
memenuhi kondisi jalan yang mampu memberikan pelayanan lalu lintas secara optimum serta
keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas bagi pemakai jalan hal ini dimungkinkan
karena tidak adanya lagi kesesuain perencanaan geoetrik jalan.
Salah satu jalan yang telah tidak sesuai dengan perencanaan geometrik, yang
diindikasikan tidak lagi memenuhi kriteria perencannaan awal geometrik yaitu mampu
memberikan pelayanan lalu lintas secara optimum serta keamanan dan kenyamanan dalam
berlalu lintas bagi pemakai jalan adalah jalan gejayan atau Jalan Affandi. Pada saat ini jalan
afandi sudah jauh dari fungsi perencanaan geometrik, yaitu adanya kemacetan yang cukup
parah disepanjang jalan affandi ini. . Kemacetan adalah masalah lama yang sampai saat ini
belum dapat ditemukan solusi yang tepat. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik antara
semua pihak baik dari pemerintah juga pihak lainnya agar masalah ini cepat terselesaikan
dengan sebuah solusi terbaik.

Dari permasalahan diatas penulis mencoba mengkaji ulang perencanaan geometrik


jalan affandi. Hal ini dimaksudkan apakah geometrik jalan affandi telah sesuai dengan
fungsinnya. Dalam melihat ulang data perencaaan geometrik di awal ini kami hanya mencari
data awal sebelum perhitungan yaitu klasifikasi jalan affandi, kodisi jala, hambatan jalan,
bagian-bagian jalan affandi, serta pelanggaran apa saja yang terjadi di jalan affandi.
3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah klasifikasi jalan gejayan atau afaandi ?
2. Apasajakah bagian-bagian jalan affandi ?
3. Pelanggaran apasajakah yang tejadi di jalan affandi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Bagaimanakah klasifikasi jalan gejayan atau afaandi.
2. Apasajakah hambatan yang terjadi di jalan afaandi.
3. Apasajakah bagian-bagian jalan affandi.
4. Pelanggaran apasajakah yang tejadi di jalan affandi.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan mengenai perencanaan geometrik.
b. Menambah wawasan mengenai tata cara perencanaan geoetrik.
c. Menambah pengetahuan tentang macam-macam pelanggaran lalu lintas.
2. Bagi Pemerintah
a. Dapat mengkaji ulang atau memperbaiki jalan affandi.
b. Membantu mencari solusi dalam hal permasalan lalu lintas affandi.
c. Menginformasikan apasajakah pelanggran yang banyak terjadi di jalan affandi.
4

BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Jalan Affandi (ex Gejayan)
Tahun 2007, jalan gejayan berubah nama menjadi jalan Afandi. Berat juga rasanya
meninggalkan nama yang sudah terkenang dan membawa banyak kenangan. Jalan ini bisa
dikatakan sebagai jalan mahasiswa. UGM, UNY, Sadar (kampus mrican), dan Atmajaya
(kampus mrican) berada dekat dengan jalan ini. Gejayan merupakan jalan dua arah yang
relatif lebar dan dibagi dua ruas. Jalan ini merupakan sentra pedagang handphone. Berpuluh -
puluh pedagang handphone  berderet dengan kios yang bervariasi ukurannya. Selain
handphone, banyak pula terdapat butik, kafe, dan berbagai usaha yang berkaitan dengan
mahasiswa seperti toko komputer, fotokopy, dan sebagainya. Ujung bagian selatan
merupakan perempatan dimana bertemu jalan Laksda Adisucipto, Urip Sumohardjo, dan
jalan Munggur. Selain terdapat pasar, yaitu pasar demangan, bagian selatan jalan ini
didominasi oleh pedagang elektronik. (http://jalanjogja.blogspot.com/2007/07/jalan-affandi-
ex-gejayan.html )
Setiap warga jogja pasti sudah familiar dengan Jalan Gejayan. Ya, jalan yang
membentang dari simpang empat Ring Road Utara Condong Catur hingga Daerah
Demangan. Sejak tanggal 20 Mei 2007 lalu jalan ini telah berganti nama menjadi Jalan
Affandi. Jalan Affandi telah diremsikan oleh Pemda Sleman bertepatan dengan hari Hari
Kebangkitan  Nasional, HUT Kab. Sleman dan Peringatan 100 Tahun Affandi.
Gejayan, setelah berganti nama menjadi jalan Affandi, kini perkembangan di jalan tersebut
kian pesat. Banyak gedung-gedung baru berdiri di jalan ini.

B. Pengertian Jalan
Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan mendefinisikan jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sedangkan berdasarkan
UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yang diundangkan setelah
UU No 38 mendefinisikan jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaaan tanah dan/atau air, serta di
5

atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.


Sedangkan dalam pengertiannya Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas
permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis
konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan
kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan
cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal dan
perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat
pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan serta
fasilitas pendukung.

C. Klasifikasi Jalan

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1980, Jalan adalah suatu prasarana


perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas. Bagian jalan yang dimaksud adalah
Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan
(DAWASJA). Klasifikasi jalan dibagi menurut sistem, status, fungsi, Spesifikasi penyediaan
prasarana, kelas jalan, serta medan jalan (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997).

a. Klasifikasi Jalan menurut sistem


1. Sistem Jaringan Primer
Berdasarkan fungsi / peranan jalan dibagi atas :
a) Jalan Arteri Primer
b) Jalan Kolektor Primer
c) Jalan Lokal Primer
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Berdasarkan fungsi / peranan jalan dibagi atas :
a) Jalan Arteri Sekunder
b) Jalan Kolektor Sekunder
c) Jalan Lokal Sekunder

b. Klasifikasi Jalan Menurut Status

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan


6

provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

1. Jalan Nasional
Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan provinsi
Jalan Provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten
Jalan Kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota
Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antara persil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang
berada di dalam kota.
5. Jalan desa
Jalan Desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

c. Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya

1. Jalan Arteri: jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri


perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan Kolektor: jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal: jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
7

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.

d.Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

e. Klasifikasi Jalan Menurut medan jalan

f. Klasifikasi Jalan spesifikasi penyediaan Prasarana


8

D. Bagian-bagian jalan

a. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)


Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) dibatasi oleh :
1) Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan,

2) Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan

3) Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.

Damaja berfungsi sebagai median jalan, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan,
saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
kelengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.

b. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)


Ruang Daerah Milik Jalan (Damija) dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja
ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter
8. Damija diperuntukkan bagi daerah pemanfaatan jalan dan pelaksanaan jalan maupun
menambah jumlah lajur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengaman
jalan.
9

c. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)

1.) Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah ruang sepanjang jalan di luar Damaja
yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sebagai berikut:

a) Jalan Arteri minimum 20 meter,

b) Jalan Kolektor minimum 15 meter,

c) Jalan Lokal minimum 10 meter.

2.) Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak
bebas.
10

E. PENAMPANG MELINTANG JALAN


Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada
potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :

1. Jalur Lalu-Lintas
Jalur lalu-lintas (travelled way/carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan
yang diperuntukkan untuk lalu-lintas kendaraan. Jalur lalu-lintas terdiri dari beberapa lajur (lane)
kendaraan. Lajur kendaraan adalah bagian dari jalur lalu-lintas yang khusus diperuntukkan untuk
dilewati oleh satu rangkaian kendaraan baik itu beroda empat atau lebih dalam satu arah.
Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara
kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan.
Makin tinggi kecepatan rencana suatu jalan maka makin lebar juga lajur lalu lintas yang
dibutuhkan. Untuk jalan tol daerah perkotaan ditetapkan lebar lajur minimal 3,50 meter,
sedangkan untuk jalan tol untuk daerah luar kota sekurang-kurangnya 3,60 meter.
Pada jalur lalu-lintas diperlukan suatu kemiringan melintang terutama untuk kebutuhan
drainase jalan. Kemiringan melintang pada jalan biasanya berkisar antara 2% - 4%. Untuk daerah
tikungan dibutuhkan kemiringan melintang yang berbeda dengan daerah yang alinyemennya
lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang bekerja.

2. Bahu Jalan

Bahu jalan terletak berdampingan dengan jalur lalu-lintas. Fungsi utama bahu jalan adalah
11

untuk melindungi bagian utama jalan. Selain itu juga sebagai tempat berhenti sementara bagi
kendaraan-kendaraan yang mogok sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan sebagai
ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan..
Lebar bahu jalan harus ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat dan kemampuan
pembiayaan pembangunan. Bahu jalan harus berada pada ketinggian yang sama dengan tepi
perkerasan jalur lalu-lintas dengan kemiringan melintang 4%. Bahu jalan ada yang diperkeras dan
ada juga yang tidak diperkeras, tergantung dengan kebutuhan.

3. Median

Fungsi utama median adalah untuk memisahkan dua jurusan arus lalu-lintas demi keamanan
dan keselamatan lalu-lintas. Menurut Ketentuan Teknik Tata Cara Pembangunan dan
Pemeliharaan Jalan Tol, Kepmen Kimpraswil Nomor : 353/KPTS/M/2001 tanggal 22 Juni 2001,
median jalan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Lebar median harus didesain sekurang-kurangnya 5,50 meter untuk daerah luar kota dan
3,00 meter untuk daerah perkotaan, diukur dari garis tepi dalam lajur lalu lintas.
2. Dalam hal dilaksanakan konstruksi bertahap, median harus didesain untuk dapat
menampung penambahan lajur dengan lebar median sekurang-kurangnya 13 meter untuk
daerah luar kota dan 10 meter untuk daerah perkotaan.
3. Untuk median dengan lebar minimum tresebut harus menggunakan pengaman lalu-lintas.

4. Saluran Samping

Saluran samping berguna untuk :


1. Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan.
2. Menjaga supaya konstruksi jalan selalul berada dalam keadaan kering tidak terendam air.
Pada umumnya bentuk saluran samping berupa trapesium atau empat persegi panjang. Saluran
samping dibuat dari pasangan batu kali atau hanya dengan tanah asli. Lebar dasar saluran disesuaikan
dengan besarnya debit yang diperkirakan akan mengalir pada saluran tersebut, minimum sebesar 30
cm. Talud untuk saluran yang berbentuk trapesium dan tidak diperkeras adalah 2H:1V atau sesuai
dengan kemiringan yang memberikan kestabilan lereng yang aman. Untuk yang menggunakan
pasangan batu kali, talud dibuat dengan perbandingan 1:1.

5. Talud/Kemiringan Lereng

Talud jalan umumnya dibuat 2H : 1V, tetapi untuk tanah-tanah yang mudah longsor talud jalan
12

harus dibuat sesuai dengan besarnya landai aman, yang besarnya diperoleh dari perhitungan
kestabilan lereng.
Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, talud bisa berupa bronjong, dinding
penahan tanah, lereng bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi dengan rumput saja.

6. Pengaman Tepi

Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika terjadi kecelakaan
dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya digunakan di sepanjang jalan yang
menyusuri jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan tajam, pada tepi-tepi jalan dengan tinggi
timbunan lebih besar dari 2,5 meter dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi. Pengaman tepi
bisa berupa guard rail, beton parapet ataupun dari batu kali.
13

BAB III

METODOLOGI

A.Waktu dan Tempat


Penyusunan paper ini di lakukan di jalan afandi ( gejayan) , sejak 18 oktober 2016
sampai tanggal 30 oktober 2016.

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi , yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung di jalan


gejayan..
2. Studi Pustaka (library research), yaitu dengan melakukan kajian terhadap berbagai
literatur mengenai perencanaan geometrik.
3. Analisis data, menganalisis data yang didapatkan dari hasil observasi.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah peneltian observasi , yang dilakukan pengamatan secara
langsung, untuk keperluan data perencanaan geometrik maupun mengenai pelanggaran yang
terjadi di sepanjang jalan afandi (gejayan), dengan tahapan :

1. Tahap persiapan, terdiri atas pengumpulan dan studi literatur, pembuatan


paper ini ,
2. Tahap identifikasi masalah, yaitu identifikasi permasalah yang akan dibahas
pada paper ini dan identifikasi data yang dibutuhkan.
3. Tahap Pengumpulan Data, terdapat dua jenis data yang dibutuhkan dalam
penyusunan paper ini. Metode pengumpulan data menggunakan metode
Obserasi, Literatur dan Analisis Data
4. Tahap Analisa Data, yaitu proses pengolahan data yang sudah diperoleh
sebelumnya - Tahap Perencanaan, yaitu tahapan inti Paper ini yang berupa
perencanaan parameter-parameter jalan dan kelengkapannya.
14

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Klasifikasi Jalan Jl.stadion,Warangsari,Wedomartani Ngemplak


Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1980, Jalan adalah suatu prasarana
perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi bagian jalan termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas. Bagian jalan yang
dimaksud adalah Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA),
Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Klasifikasi jalan dibagi menurut sistem,
status, fungsi, Spesifikasi penyediaan prasarana, kelas jalan, serta medan jalan (Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,1997).

a.) Klasifikasi jalan menurut sistem


Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada
rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan
antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
Menurut sistem yang ada, jalan Affandi termasuk ke dalam sistem jalan lokal
sekunder.

b.) Klasifikasi Jalan Menurut Status


Menurut status, jalan Affandi Gejayan masuk dalam kategori jalan kota, jalan
Affandi menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

c.) Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi


Menurut fungsinya, Jalan .stadion masuk kedalam kategori Jalan Lokal: jalan
yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuktidak dibatasi.
15

d.) Kasifikasi Jalan Menurut Kelas

Klasifikasi menurut kelas jalan.

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat


MST (ton)
Arteri I > 10
II 10
II A 8
Kolektor III A 8

8
III B
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Jalan stadion termasuk dalam Jalan Kolektor kelas III A dengan jumlah
Muatan Sumbu Terberat (MST) sebesar 8 ton. Kelas jalan ini mencakup
semua jalan-jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur
tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah
pelaburan dengan aspal.
e.) Klasifikasi Jalan Menurut Medan

Klasifikasi menurut medan jalan.

No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)


1. Datar D <3
2. Perbukitan B 3 – 25
3. Pegunungan G > 25
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997

Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP No. 26/


1985 adalah Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan
Desa dan Jalan Khusus.Menurut medan jalan nya, jalan Affandi termasuk ke
dalam jalan yang datar atau dengan simbol (D) dengan kemiringan medan < 3
%.

f.) Klasifikasi Jalan Menurut Penyediaan Prasarana


16

Menurut penyadiaan prasarana, jalan Affandi termasuk ke dalam kelas JALAN


RAYA dengan rincian sebagai berikut:
 Pengendalian akses terbatas
 Memiliki 2 lajur per arah
 Lebar lajur minimum 3,50 m per lajur
 Dibatasi oleh median jalan

2. Hambatan – hambatan di Jalan Stadion Maguwoharjo


Di sepanjang jalan stadion banyak ditemukan hambatan jalan yang
mempengaruhi arus lalu lintas. Hambatan yang ditemui di jalan Affandi sangat
beragam, berikut contoh-contoh hambatan yang ada di jalan Affandi :
a.) Persimpangan Bersinyal
Jalan Affandi memiliki persimpangan bersinyal sejumlah 2 titik yang terletak di
ujung sebelah Timur Jalan Stadion , dan di ujung sebelah Barat tepatnya di depan
Stadion Maguwo Harjo
b.)

Persimpangan Tak Bersinyal


Jalan Affandi memiliki banyak persimpangan jalan yang tidak bersinyal,
persimpangan tak bersinyal ini termasuk persimpangan antara jalan kampung
17

dengan jalan utama, di persimpangan ini tidak ada lampu lalu lintas yang
mengatur akibatnya sering terjadi kemacetan karena banyak pengandara yang
menyeberang di persimpangan ini sehingga laju rata-rata kendaraan akan
berkurang.

c.) Kendaraan Yang Parkir di Bahu Jalan


Karena jalan Affandi merupakan jalan yang strategis dan banyak toko-toko yang
berdiri di kanan kiri jalan, maka Banyak kendaraan yang diparkirkan di bahu
jalan. Hal ini juga menyebabkan kemacetan karena luas jalan yang seharusnya
digunakan untuk lalu lintas digunakan untuk kendaraan yang diparkir di bahu
jalan.

3. Pelanggaran Terhadap Peraturan Jalan


Ada beberapa pelanggaran lalu lintas yang kami temui saat melakukan
survey di Jalan Affandi Gejayan, ada beberapa pengguna jalan seakan mengabaikan
peraturan dan rambu lalu lintas yang telah terpasang di sisi jalan. Tidak hanya
pengguna jalan yang melanggar namun juga atribut – atribut dan kelengkapan jalan
yang kurang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut contoh pelanggaran
terhadap peraturan jalan yang terdapat di Jalan Affandi :
a.) Trotoar
Trotoar merupakan salah satu bagian jalan yang difungsikan sebagai tempat
pejalan kaki, trotoar dibangun bersebelahan dengan jalur lalu lintas. Menurut
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa trotoar adalah milik pejalan kaki, namun
yang terjadi di lapangan sungguh berbeda. Kami mendapati beberapa pelanggaran
yang terjadi di trotoar, berikut beberapa pelanggaran yang kami temui :
18

1. Kendaraan parkir diatas trotoar


19

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan Hasil Observasi dan Studi Literatur, Didapatkan bahwa jalan gejayan
atau affandi masuk kedalam kategori menurut sistem lokal sekunder, Menurut status,
jalan Affandi Gejayan masuk dalam kategori jalan kota Menurut fungsinya, jalan
Affandi masuk kedalam kategori Jalan Lokal: jalan Menurut KelasJalan Affandi
termasuk dalam Jalan Kolektor kelas III A dengan jumlah Muatan Sumbu Terberat
(MST) sebesar 8 ton. Menurut Medan Jalan affandi masuk kategori D (Datar).
2. Berdasarkan Pengamatan bahwa bagin-bagian jalan affandi Daerah Manfaat Jalan
(DAMAJA) telah tidak sesuai dengan perencanaan dengan banyaknya ditemukannya
parkir sembarangan pada daerah ini., Daerah Milik Jalan (DAMIJA akan sulit untuk
penyediaan pelebaran jalan, karena banyak dibangun gedung-gedung pertokoan.
3. Pelanggaran yang terjadi di daerah affandi ialah, pelanggaran parkir sembarangan ,
dan adanya penempatan rambu yang tidak sesuai dengan fungsinya, serta banyaknya
penghalang jalan seperti rambu-rambu.

B. Saran
1. Pemerintah dapat lebih ketat untuk izin membangun bangunan disekitar daerah
gejayan, serta adanya sanksi bagi pelanggar parkir sembarangan.
20

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum (1987). ―Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI- 2.3.26.1987‖. Jakarta : Yayasan
Badan Penerbit PU
[2] Direktorat Jendral Bina Marga (1990). ― Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan
No. 008/T/BNKT/1990‖. Jakarta
[3] Direktorat JendrSSal Bina Marga (1990). “Petunjuk Perencanaan Marka Jalan
No.012/S/BNKT/1990”. Jakarta
[4] Direktorat Jendral Bina Marga (1992). ―Tata Cara Perencanaan Persimpangan
Sebidang Jalan Perkotaan No. 01/T/BNKT/1992‖. Jakarta
[5] Sukirman, Silvia (1994). ―Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan”. Bandung :
Nova

Anda mungkin juga menyukai