Disusun Oleh :
Dosen :
AGUS JUHARA, ST., MT.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KARTU ASISTENSI
KATA PENGANTAR ……........…………………………………...………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………….…...………. ii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..…...… v
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...……. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………...………...... I-1
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………..…………… I-2
1.3 Lingkup Pembahasan ……………………………………...…………… I-3
1.4 Sistematika Pembahasan …………………………………..…………… I-4
ii
2.3.9.2 Tikungan …………………………………………………………. II-23
2.3.9.3 Bentuk Lengkung Horizontal ……………………………………. II-28
2.3.9.4 Daerah Bebas Samping …………………………………………... II-33
2.3.9.5 Pelebaran Perkerasan Jalan Pada Tikungan ……………………... II-33
2.3.10 Alinemen Vertikal …………………………………………………... II-34
2.3.10.1 Kelandaian Maksimum …………………………………………... II-34
2.3.10.2 Lengkung Vertikal ……………………………………………….. II-35
iii
3.4.1 Tikungan PI-1 ……………………..…………………………….…... III-43
3.4.2 Tikungan PI-2 ……………………..…………………………….…... III-44
3.4.3 Tikungan PI-3 ……………………..…………………………….…... III-45
3.5 Galian dan Timbunan ………………………………………….……….. III-46
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ………………………………………………….…………. IV-1
DAFTAR PUTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 3.1 Penentuan Koordinat …………………………………………… III-1
Tabel 3.2 Rekapitulasi Perhitungan Jarak, Azimuth, dan Sudut Tikungan .. III-4
Tabel 3.3 Klasifikasi Menurut Medan Jalan ………………………………. III-5
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Kelandaian ………………………………….. III-6
Tabel 3.5 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan ………………………………... III-7
Tabel 3.6 Kecepatan Rencana (Vr), Sesuai Klasifikasi Fungsi dan Medan
Jalan ……………………………………………………………. III-8
Tabel 3.7 Jarak Pandang Henti (Jh) Minimum ……………………………. III-8
Tabel 3.8 Jarak Pandang Mendahului …………………………………….. III-8
Tabel 3.9 Kelandaian Maksimum yang Diizinkan ……………………….. III-9
Tabel 3.10 Panjang Kritis …………………………………………………... III-9
Tabel 3.11 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi Yang III-14
Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga)
Tabel 3.12 Perhitungan SCS untuk Proses Pemilihan Jenis Tikungan, emaks III-15
= 10% …………………………………………………………...
Tabel 3.13 Rekapitulasi Perhitungan Tikungan PI-1, Spiral Spiral ………… III-16
Tabel 3.14 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi Yang III-20
Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga)
Tabel 3.15 Perhitungan SCS untuk Proses Pemilihan Jenis Tikungan, emaks III-21
= 10% …………………………………………………………...
Tabel 3.16 Rekapitulasi Perhitungan Tikungan PI-2, Spiral Circle Spiral … III-22
Tabel 3.17 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi Yang III-26
Dibutuhkan (e maksimum = 10%, untuk METODE Bina Marga)
Tabel 3.18 Perhitungan SCS untuk Proses Pemilihan Jenis Tikungan, emaks III-27
= 10% …………………………………………………………...
Tabel 3.19 Rekapitulasi Perhitungan Tikungan PI-3, Spiral Spiral ………… III-28
Tabel 3.20 Rekapitulasi Pelebaran Samping ……………………………….. III-32
Tabel 3.21 Superelevasi Maksimum ……………………………………….. III-34
Tabel 3.22 Superelevasi pada Stationing …………………………………… III-34
Tabel 3.23 Superelevasi Maksimum ……………………………………….. III-35
Tabel 3.24 Superelevasi pada Stationing …………………………………… III-35
Tabel 3.25 Superelevasi Maksimum ……………………………………….. III-36
vi
Tabel 3.26 Superelevasi pada Stationing …………………………………… III-36
Tabel 3.27 Profil Tanah Asli ……………………………………………….. III-37
Tabel 3.28 Data Titik PVI ………………………………………………….. III-39
Tabel 3.29 Perhitungan Galian dan Timbunan Tanah ……………………… III-46
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
BAB I
PENDAHULUAN
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang
memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan
Selain itu, juga harus diperhatikan elemen – elemen dari perencanaan
geometrik jalan, yaitu :
1. Alinyemen Horizontal
Pada gambar alinyemen horizontal, akan terlihat apakah jalan
tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan dan akan
digambarkan sumbu jalan pada suatu kontur yang terdiri dari garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran serta lengkung peralihan dari bentuk lurus ke
bentuk busur lingkaran. Pada perencanaan ini di titik beratkan pada
pemilihan letak dan panjang dari bagian – bagian trase jalan, sesuai
dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pergerakan
lalu lintas dan kenyamanannya.
2. Alinyemen Vertical
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut
tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan ini,
dipertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai dengan kondisi
medan dengan memperhatikan fungsi - fungsi dasar dari jalan tersebut.
Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang
mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus
dilakukan.
3. Penampang Melintang Jalan
Bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau
tidaknya median, drainase permukaan, kelandaian serta galian dan
timbunan.
BAB II
DASAR TEORI
suatu rencana jalan yang ditentukan dari standar desain ditentukan oleh
klasifikasi jalan rencana. Klasifikasi jalan dibagi dalam beberapa kelompok
(TPGJAK, 1997), yaitu :
1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
a. Jalan Arteri
Adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.
b. Jalan Kolektor
Adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan
Adalah jalan yang melayani lingkungan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
Keterangan :
LHRT = Jumlah lintas harian rata-rata tahunan
365 = Jumalh hari dalam satu tahun
b. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan
dibagi lamanya pengamatan itu sendiri. Rumus Umum :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑎𝑙𝑢 𝐿𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
LHR =
𝐿𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
Dimana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = Koefisien gesekan memanjang perkerasan jalan
aspal, ditetapkan 0,35-0,55
Jd = d1+d2+d3+d4
d1 𝑎.𝑡1 d2 = 0,278 V t2
= 0,278fi(V – m + )
2
Jarak pandang menyiap ini hanya perlu dilihat dari pada jalan
2/2 UD. Besarnya jarak pandangan menyiap berdasarkan
kecepatan rencana ditunjukan pada Tabel 2.6
2.3.8 Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai banyaknya jumlah kendaraan
maksimum yang dapat melintasi ruas jalan, selama periode waktu tertentu,
dalam kondisi jalan dan lalu lintas yang ada. Kapasitas didapat dari harga
besaran kapasitas ideal yang direduksi oelh factor-faktor lalu lintas dan
jalan.
Kapasitas tidak dapat diketahui dengan menggunakan rumus yang
sederhana. Yang penting dalam penilaian kapasitas jalan adalah
pemahaman akan berbagai kondisi yang berlaku.
a. Kondisi Ideal
Kondisi ideal adalah suatu kondisi pada salah satu ruas jalan
yang merupakan kondisi yang layak untuk ruas jalan tersebut.
Apabila pada salah satu ruas jalan mengalami kemacetan akibat dari
volume kendaraan yang berlebihan pada ruas jalan tersebut, maka
pada ruas jalan tersebut sudah tidak layak lagi digunakan dan cara
menanggulanginya dapat dilakukan dengan menambah kapasitas
dengan cara menambah lajur atau mengalihkan arus lalu lintas agar
dicapai kondisi ideal pada ruas jalan tersebut.
b. Kondisi Jalan
Kondisi jalan juga mempengaruhi kapasitas pada ruas jalan,
dengan kondisi jalan yang tidak ada hambatan maka pada ruas jalan
tersebut tidak adanya kemacetan, tundaan dan hambatan samping.
Pada ruas jalan yang memiliki klasifikasi kelas jalan dan juga
kondisi jalan yang harus memenuhi kriteria untuk klasifikasi kelas
jalan tersebut.
Adapun kondisi jalan yang mempengaruhi kapasitas pada
salah satu ruas jalan adalah :
a. Lebar jalur ruas jalan
b. Lebar bahu jalan
c. Fasilitas perlengkapan lalu lintas
d. Kecepatan kendaraan
e. Alinyemen horizontal dan vertikal
c. Kondisi Medan
Kondisi medan yang dimaksudkan adalah letak dimana ruas
jalan tersebut dibangun dengan alinyemen yang diatur sesuai dengan
kondisi medan pada ruas jalan tersebut.
Adapun kategori–kategori dari kondisi medan untuk
ruas jalan adalah :
a. Medan Datar
Kondisi jalan yang tidak terdapatnya tanjakan pada ruas
jalan tersebut dan tidak menyebabkan kendaraan kehilangan
kecepatan akibat tundaan serta dapat mempertahankan
kecepatan yang sama pada ruas jalan tersebut
b. Medan Bukit
Kondisi jalan yang terletak di daerah, umumnya di ruas
jalan tersebut terdapatnya tanjakan yang dapat
mengakibatkan kendaraan mengalami kecepatan untuk
melintasi ruas menyebabkan kendaraan tersebut mengalami
kecepatan yang minimal.
c. Medan Gunung
Medan yang dimaksudkan disini adalah dimana letak dari
ruas jalan tersebut terletak di daerah pegunungan dimana pada
ruas jalan tersebut sudah dapat dipastikan terdapatnya tanjakan–
tanjakan pada ruas jalan tersebut. Kecepatan yang relatif rendah
dikarenakan kondisi medan pada ruas jalan tersebut.
e. Populasi Pengemudi
Untuk mengetahui karakteristik lalu lintas pada salah satu
ruas jalan, sering berhubungan dengan bertambahnya arus lalu lintas
pada ruas jalan tersebut dengan waktu–waktu tertentu, terkadang
pada waktu– waktu tertentu jumlah arus lalu lintas pada suatu
ruas jalan berkurang. Dapat disimpulkan bahwa bertambahnya atau
berkurangnya suatu arus lalu lintas berhubungan dengan populasi
pengemudi yang menggunakan ruas jalan tersebut pada waktu–
waktu tertentu
Tipe jalan empat lajur dua arah meliputi semua jalan dua arah
dengan lebar jalur lalu lintas lebih dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0
meter.
Pada Jalan empat lajur dua arah terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Untuk Jalan Tak Terbagi
Cara menganalisa kapasitas pada ruas jalan tak terbagi
dilakukan pada kedua arah lalu lintas pada ruas jalan tersebut.
Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu lintas 50-50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0-3,0 juta
Tipe alinyemen datar
2.3.9.2 Tikungan
a. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang ditikungan
yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima
kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan
VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%.
b. Jari-jari tikungan
Jari-jari tikunhgan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai
berikut :
𝑉 2
Rmin = 127 ( 𝑒 𝑅
𝑚𝑎𝑥 +𝑓 )
Dimana :
Rmin = Jari0jari tikungan minimum (m)
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
emax = Superelevasi maksimum (%)
f = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,14-
0,24
c. Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan
diantara bagian lengkung jalan berjari-jari tetap. R berfungsi
mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R
tak terhingga) samapai bagian lengkung jalan berjari-jari tetap
R sehingga gaya sentrifual yang bekerja pada kendaraan saat
Dimana :
T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan,
ditetapkan 3 detik
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
Dimana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
em = Superelevasi minimum
en = Superelevasi normal
re = Tingkat pencapaian perubahan kemirigan
melintang jalan (m/m/detik)
Dimana :
Ls = Panjang lengkung peralihan (m)
R = Jari-jari lengkung (m)
d. Pencapaian Superelevasi
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan
melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai
kekemiringan penuh (superelevasi) pada bagian lengkung.
Tc = R tan ½ ∆2 Ec = Tc tan ¼ ∆2
Dimana : Dimana :
Tc : Titik dari tangen ke Ec : Jarak dari PI ke busur
spiral lingkaran
R : Jari – jari tikungan Tc : Titik dari tangen ke
spiral
∆ : Sudut tikungan ∆ : Sudut tikungan
∆𝟐 . 𝟐𝛑 . 𝐑
Lc =
𝟑𝟔𝟎
Dimana :
Lc : Panjang busur
lingkaran
R : Jari – jari tikungan
∆ : Sudut tikungan
𝑳𝒔𝟑 𝑳𝒔𝟐
Xs = Ls ( 1 - ) Ys =
𝟒𝟎 . 𝑹𝟐 𝟔. 𝑹
Dimana : Dimana :
Xs : Absis titik SC Ys : Ordinat titik SC pada
pada garis tangen garis tegak lurus
Ls : Panjang Ls : Panjang lengkung
lengkung peralihan
peralihan
R : Jari – jari R : Jari – jari tikungan
tikungan
𝑳𝒔𝟑
P = Ys – (R(1 – cos Ѳs)) K = Ls – ( ) – (R sin Ѳs)
𝟒𝟎 . 𝑹𝟐
Dimana : Dimana :
P : Pergeseran tangen K : Absis dari p pada garis
terhadap spiral tangen spiral
Ys : Ordinat titik SC pada Ls : Panjang lengkung
garis tegak lurus peralihan
R : Jari – jari tikungan R : Jari – jari tikungan
Ѳs : Sudut lengkung spiral Ѳs : Sudut lengkung spiral
𝑹+ 𝑷
Ts = (R + P) . tan ½ ∆3 + K Es =( 𝟏 )–R
𝐜𝐨𝐬 ∆𝟑
𝟐
Dimana : Dimana :
Ts : Titik dari tangen ke Es : Jarak dari PI ke busur
spiral lingkaran
R : Jari – jari tikungan R : Jari – jari tikungan
P : Pergeseran tangen P : Pergeseran tangen
terhadap spiral terhadap spiral
∆ : Sudut tikungan ∆ : Sudut tikungan
K : Absis dari p pada garis
tangen spiral
Ltot = Lc + (2 . Ls)
Dimana :
Ltot : Panjang total lenkung
Lc : Panjang busur lingkaran
Ls : Panjang lengkung
peralihan
𝑳𝒔𝟑 𝑳𝒔𝟐
Xc = Ls ( 1 - 𝟒𝟎 . ) Yc = 𝟔.
𝑹𝟐 𝑹
Dimana : Dimana :
Xc : Absis titik SC pada Yc : Ordinat titik SC
garis tangen pada garis tegak
lurus
Ls : Panjang lengkung Ls : Panjang lengkung
peralihan peralihan
R : Jari – jari tikungan R : Jari – jari tikungan
𝑳𝒔𝟑
P = Ys – (R(1 – cos Ѳs)) K = Ls – (
𝟒𝟎 . 𝑹𝟐
) – (R sin Ѳs)
Dimana : Dimana :
P : Pergeseran tangen K : Absis dari p pada
terhadap spiral garis tangen spiral
Ys : Ordinat titik SC pada Ls : Panjang lengkung
garis tegak lurus peralihan
R : Jari – jari tikungan R : Jari – jari tikungan
𝑹+ 𝑷
Ts = (R + P) . tan ½ ∆3 + K Es =( 𝟏 )–R
𝐜𝐨𝐬 ∆𝟑
𝟐
Dimana : Dimana :
Ts : Titik dari tangen ke Es : Jarak dari PI ke
spiral busur lingkaran
R : Jari – jari tikungan R : Jari – jari tikungan
P : Pergeseran tangen P : Pergeseran tangen
terhadap spiral terhadap spiral
∆ : Sudut tikungan ∆ : Sudut tikungan
K : Absis dari p pada garis
tangen spiral
Ltot = 2 . Ls
Dimana :
Ltot : Panjang total lenkung
Ls : Panjang lengkung
peralihan
𝑆2
L =A.Y L =
405
Dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m)
A = Perbedaan grade (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Y = Faktor penampilan kenyamanan,
didasarkan pada tinggi objek 10 cm dan
tinggi mata 120 cm
S = jarak pandang menyiap (m)
Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari,
kenyamanan dan penampilan. Y ditentukan sesuai Tabel 2.26
Tabel 2.26 Penentuan Faktor Penampilan Kenyamanan Y
Kecepatan Rencana Faktor Penampilan
(km/jam) Kenyamanan
<40 1,5
40 – 60 3
>60 8
Panjang L, berdasarkan Jh
Jh < L Jh > L
L =
𝑨 𝑱𝒉𝟐 L = 2 Jh - 𝟑𝟗𝟗
𝟑𝟗𝟗 𝑨
Dimana :
L = Panjang lengkung
A = Perbedaan grade
Jh = Jarak pandang henti
Panjang L, berdasarkan Jd
Jd < L Jd > L
L =
𝑨 𝑱𝒉𝟐 L = 2 Jh - 𝟑𝟗𝟗
𝟑𝟗𝟗 𝑨
Dimana :
L = Panjang lengkung
A = Perbedaan grade
Dimana :
L = Panjang lengkung
A = Perbedaan grade
V = Kecepatan rencana
Dimana :
L : Panjang lengkung
S : Jarak pandang henti
A : Perbedaan grade
h1 : Tinngi mata
h2 : Tinggi obyek
Dimana :
L : Panjang lengkung
S : Jarak pandang henti
A : Perbedaan grade
BAB III
PERENCANAAN JALAN
d3
-B
a 1-2 ?
X = 676344,898
Y = 9214846,939
d A-1 U X = 676767,347
Y = 9214563,265
a A-1
U aB
X = 676242,857
Y = 9214857,143
U
Penentuan Koordinat
Tabel 3.1 Penentuan Koordinat
KOORDINAT X Y
Perhitungan Azimuth
αA-PI1 𝑋1 − 𝑋𝐴 αPI2-PI3 = ArcTg ( 𝑋3 − 𝑋2 )
= ArcTg ( )
𝑌1 − 𝑌𝐴 𝑌 −𝑌 3 2
676344,898−676241,857 676616,327−676468,750
= ArcTg ( ) = ArcTg ( )
9214846,939−9214857,143 9214806,122−9214891,667
∆2 = α2-3 – α1-2
= 210° - 160°
= 50°
Perhitungan Jarak
dA-PI1 = √(𝑋1 − 𝑋𝐴 )2 + (𝑌1 − 𝑌𝐴 )2
= √(676344,898 − 676242,857)2 + (9214846,939 − 9214857,143)2
= 102,55 m
= 131,68 m
= 170,58 m
= 285,98 m
III-4
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
Kelandaian
𝑎−𝑏
= 𝑅𝑜𝑤
Dimana :
A = Elevasi kanan/kiri tertinggi
B = Elevasi kanan/kiri terendah
Row = Daerah Milik Jalan
= 0,1595 = 75,858 m
= 18,883
1. Tikungan PI-1
Tikungan PI-1 direncanakan menggunakan SS (Spiral-Spiral)
Diketahui :
∆1 = 26°
Vr = 50 km/jam
Rmin = 75,858 m
= 43,110 m
= 41,667 m
= ½ 26° 43,1102
=
6 . 95
= 13° = 3,26 m
Xc = Ls (1 - 𝐿𝑠2 ) k = Ls - 40 .
𝐿𝑠3
– R sin θs
40 . 𝑅 2 𝑅2
43,1102 43,1103
= 43,110 (1 - 40 . 952
) = 43,110 - 40 . 952
– 95 sin 13°
= 42,89 m = 21,52 m
p 𝐿𝑠2 Ts ∆
= 6. 𝑅
– R( 1 – cos θs ) = ( R + p ) tan 2 + k
= 0,83 m = 43,64 m
( 95+0,83 ) = 2 . 43,110
= – 95
cos 13°
= 3,35 m = 86,22 m
c. Hasil Perhitungan
Tikungan PI-1, menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
∆1 = 26° θs = 13° Ts = 43,64 m
Vr = 50 km/jam Yc = 3,26 m Es = 3,35 m
R = 95 m Xc = 42,89 m L = 86,22 m
Ls = 43,110 m k = 21,52 m
e = 9,6 % p = 0,83 m
318 0.043 45.00 4.05 17.89 99.30 1.06 44.98 22.50 0.266 95.97 8.64 189.30
286 0.048 45.00 4.51 16.98 84.78 1.18 44.97 22.50 0.295 88.59 7.83 174.78
239 0.055 45.00 5.39 15.21 63.45 1.41 44.96 22.49 0.354 77.75 6.65 153.45
205 0.062 45.00 6.29 13.42 48.03 1.65 44.95 22.49 0.413 69.91 5.82 138.03
179 0.068 45.00 7.20 11.60 36.23 1.89 44.93 22.49 0.473 63.92 5.19 126.23
159 0.074 45.00 8.11 9.78 27.15 2.12 44.91 22.48 0.533 59.32 4.73 117.15
143 0.079 45.00 9.02 7.97 19.89 2.36 44.89 22.48 0.594 55.63 4.37 109.89
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
130 0.083 45.00 9.92 6.17 13.99 2.60 44.87 22.48 0.654 52.64 4.09 103.99
119 0.087 45.00 10.83 4.33 9.00 2.84 44.84 22.47 0.715 50.11 3.86 99.00
110 0.091 50.00 13.02 (0.04) -0.08 3.79 49.74 24.96 0.959 50.57 3.88 99.92
102 0.093 50.00 14.04 (2.09) -3.71 4.08 49.70 24.95 1.037 48.74 3.75 96.29
95 0.096 50.00 15.08 -4.16 -6.89 4.39 49.65 24.94 1.115 47.13 3.64 93.11
90 0.097 50.00 15.92 (5.83) -9.16 4.63 49.61 24.93 1.180 45.98 3.58 90.84
Tabel 3.12 Perhitungan SCS untuk Proses Pemilihan Jenis Tikungan, emaks =
III-15
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
R e Ls qs Dc Lc Yc Xc k p Ts Es L
Rc TS
Ls = 43.11 m
R
Ts = 43.64 m
Es = 3.35 m 26°
Ls = 43.11 m
ST Ts = 43.64 m
2. Tikungan PI-2
Tikungan PI-2 direncanakan menggunakan SCS (Spiral-Circle-Spiral)
Diketahui :
∆2 = 50°
Vr = 50 km/jam
Rmin = 75,857 m
= 41.667 m
= 16° = 18°
Lc = ∆c . π . R
180
18 . π . 90
=
180
= 28,54 m
= 49,61 m = 4,63 m
= 1,18 m = 24,93 m
Ts = (R + p) . tan ½ ∆2 + k Es 𝑅+ 𝑝
=( 1 )–R
cos ∆3
2
= 67,45 m = 10,61 m
Ltot = Lc + (2 . Ls)
= 28,54 + (2 . 50)
= 128,54 m
d. Hasil Perhitungan
Tikungan PI-2, menggunakan tipe SCS dengan hasil perhitungan
sebagai berikut :
∆2 = 50° θs = 16° p = 1,18 m
Vr = 50 km/jam ∆c = 18° k = 24,93 m
R = 90 m Lc = 28,54 m Ts = 67,45 m
Ls = 50 m Xs = 49,61 m Es = 10,61 m
e = 9,7% Ys = 4,63 m Ltot = 128,54 m
318 0.043 45.00 4.05 41.89 232.51 1.06 44.98 22.50 0.266 170.91 33.17 322.51
286 0.048 45.00 4.51 40.98 204.58 1.18 44.97 22.50 0.295 156.00 29.89 294.58
239 0.055 45.00 5.39 39.21 163.57 1.41 44.96 22.49 0.354 134.11 25.10 253.57
205 0.062 45.00 6.29 37.42 133.90 1.65 44.95 22.49 0.413 118.28 21.65 223.90
179 0.068 45.00 7.20 35.60 111.21 1.89 44.93 22.49 0.473 106.18 19.03 201.21
159 0.074 45.00 8.11 33.78 93.75 2.12 44.91 22.48 0.533 96.88 17.03 183.75
143 0.079 45.00 9.02 31.97 79.79 2.36 44.89 22.48 0.594 89.44 15.44 169.79
130 0.083 45.00 9.92 30.17 68.45 2.60 44.87 22.48 0.654 83.40 14.16 158.45
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
119 0.087 45.00 10.83 28.33 58.85 2.84 44.84 22.47 0.715 78.30 13.09 148.85
110 0.091 50.00 13.02 23.96 45.99 3.79 49.74 24.96 0.959 76.70 12.43 145.99
102 0.093 50.00 14.04 21.91 39.01 4.08 49.70 24.95 1.037 73.00 11.69 139.01
95 0.096 50.00 15.08 19.84 32.90 4.39 49.65 24.94 1.115 69.76 11.05 132.90
90 0.097 50.00 15.92 18.17 28.54 4.63 49.61 24.93 1.180 67.45 10.61 128.54
84 0.099 60.00 20.46 9.07 13.30 7.14 59.23 29.87 1.842 69.90 10.72 133.30
Tabel 3.15 Perhitungan SCS untuk Proses Pemilihan Jenis Tikungan, emaks =
III-21
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
90 0.097 50 15.92 18.17 28.54 4.63 49.61 24.93 1.18 67.45 10.61 128.54
Ts = 67.45 m
50°
Es = 10.61 m ST
Ts = 67.45 m
CS
SC Ls = 50 m
Lc = 28.54 m
R
TS Ls = 50 m
Rc
Rc
3. Tikungan PI-3
Tikungan PI-3 direncanakan menggunakan SS (Spiral-Spiral)
Diketahui :
∆3 = 28°
Vr = 50 km/jam
Rmin = 75,858 m
= 44,020 m
= 41,667 m
= ½ 28° 44,022
=
6 . 90
= 14° = 3,59 m
Xc = Ls (1 - 𝐿𝑠2 ) k = Ls - 40 .
𝐿𝑠3
– R sin θs
40 . 𝑅 2 𝑅2
44,022 44,023
= 44,02 (1 - 40 . 902
) = 44,02 - 40 . 902
– 90 sin 14°
= 43,76 m = 21,97 m
p 𝐿𝑠2 Ts ∆
= 6. 𝑅
– R( 1 – cos θs ) = ( R + p ) tan 2 + k
= 0,91 m = 44,65 m
( 90+0,91 ) = 2 . 44,02
= – 90
cos 14°
= 3,70 m = 88,04 m
c. Hasil Perhitungan
Tikungan PI-3, menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
∆3 = 28° θs = 14° Ts = 44,65 m
Vr = 50 km/jam Yc = 3,59 m Es = 3,70 m
R = 90 m Xc = 43,76 m L = 88,02 m
Ls = 44,02 m k = 21,97 m
e = 9,9 % p = 0,91 m
318 0.043 45.00 4.05 19.92 110.55 1.06 44.98 22.50 0.266 101.92 10.03 200.55
286 0.048 45.00 4.51 19.01 94.89 1.18 44.97 22.50 0.295 93.94 9.08 184.89
239 0.055 45.00 5.39 17.24 71.90 1.41 44.96 22.49 0.354 82.23 7.69 161.90
205 0.062 45.00 6.29 15.45 55.27 1.65 44.95 22.49 0.413 73.75 6.71 145.27
179 0.068 45.00 7.20 13.62 42.56 1.89 44.93 22.49 0.473 67.28 5.98 132.56
159 0.074 45.00 8.11 11.81 32.77 2.12 44.91 22.48 0.533 62.30 5.43 122.77
143 0.079 45.00 9.02 10.00 24.95 2.36 44.89 22.48 0.594 58.32 5.00 114.95
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
130 0.083 45.00 9.92 8.19 18.59 2.60 44.87 22.48 0.654 55.08 4.66 108.59
119 0.087 45.00 10.83 6.36 13.21 2.84 44.84 22.47 0.715 52.35 4.39 103.21
110 0.091 50.00 13.02 1.98 3.80 3.79 49.74 24.96 0.959 52.65 4.36 103.80
102 0.093 50.00 14.04 -0.06 -0.11 4.08 49.70 24.95 1.037 50.66 4.20 99.89
95 0.096 50.00 15.08 -2.13 -3.53 4.39 49.65 24.94 1.115 48.93 4.06 96.47
90 0.097 50.00 15.92 -3.81 -5.98 4.63 49.61 24.93 1.180 47.69 3.98 94.02
84 0.099 60.00 20.46 -12.90 -18.91 7.14 59.23 29.87 1.842 51.29 4.48 101.09
Tabel 3.18 Perhitungan SCS untuk Proses Pemilihan Jenis Tikungan, emaks =
III-27
TUGAS BESAR GEOMETRIK LINTASAN
R e Ls qs Dc Lc Yc Xc k p Ts Es L
90 0.097 44.02 14 0 0.00 3.59 43.76 21.97 0.91 44.65 3.70 88.04
Ts = 44.65 m
TS
28°
Ls = 44.02 m Es = 3.70 m
Ts = 44.65 m
Ls = 44.02 m
Rc
ST
𝑏 ′ = 2,1 + (𝑅 − √𝑅 2 − 𝑃2
𝑇𝑑 = √𝑅 2 + 𝐴. (2. 𝑃 + 𝐴) − 𝑅
0,105. 𝑉𝑟
𝑍=
𝑅
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
b’ = Lebar lintasan pada tikungan
n = Jumlah jalur lalu lintas
P = Jarak ban muka dan ban belakang (jarak antara Gandar) = 3,4 m
Vr = Kecepatan rencana
R = Jari-jari tikungan
𝑊 =𝐵−𝐿
Dimana:
B = lebar total
L = lebar badan jalan (kelas IIIA = 2 × 3.0 m)
1. Tikungan PI-1
Data yang dibutuhkan :
R = 95 m
V = 50 km/jam
Perhitungan :
𝑏 ′ = 2,1 + (𝑅 − √𝑅 2 − 𝑃2
0,105.50
𝑍=
95
𝑍 = 0,06
𝐵 = 𝑛. (𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1). 𝑇𝑑 + 𝑍
𝐵 = 2. (2,16 + 0,8) + (2 − 1). 0,04 + 0,06
𝐵 = 6,02 < 7𝑚
𝑊 =𝐵−𝐿
𝑊 = 6,02 − 7
𝑊 = −0,98 𝑚
Jadi, pada tikungan PI-1 tidak perlu ada pelebaran samping.
2. Tikungan PI-2
Data yang dibutuhkan :
R = 90 m
V = 50 km/jam
Perhitungan :
𝑏 ′ = 2,1 + (𝑅 − √𝑅 2 − 𝑃2
𝑏 ′ = 2,16 𝑚
𝑇𝑑 = √𝑅 2 + 𝐴. (2. 𝑃 + 𝐴) − 𝑅
0,105.50
𝑍=
90
𝑍 = 0,06
𝐵 = 𝑛. (𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1). 𝑇𝑑 + 𝑍
𝐵 = 2. (2,16 + 0,8) + (2 − 1). 0,04 + 0,06
𝐵 = 6,02 < 7𝑚
𝑊 =𝐵−𝐿
𝑊 = 6,02 − 7
𝑊 = −0,98 𝑚
Jadi, pada tikungan PI-2 tidak perlu ada pelebaran samping.
3. Tikungan PI-3
Data yang dibutuhkan :
R = 90 m
V = 50 km/jam
Perhitungan :
𝑏 ′ = 2,1 + (𝑅 − √𝑅 2 − 𝑃2
0,105.50
𝑍=
90
𝑍 = 0,06
𝐵 = 𝑛. (𝑏 ′ + 𝑐) + (𝑛 − 1). 𝑇𝑑 + 𝑍
𝐵 = 2. (2,16 + 0,8) + (2 − 1). 0,04 + 0,06
𝐵 = 6,02 < 7𝑚
𝑊 =𝐵−𝐿
𝑊 = 6,02 − 7
𝑊 = −0,98 𝑚
Jadi, pada tikungan PI-3 tidak perlu ada pelebaran samping.
3.2.3 Stationing
Stationing ini dilakukan setelah perhitungan dan penggambaran
tikungan selesai. Stationing dilakukan dengan memberikan tanda setiap
50 m sepanjang garis jalan pada alinemen horizontal dengan Sta. awal
+0.000. Titik-titik penting juga perlu untuk diberikan stationingnya,
seperti titik Ts, puncak tikungan dan titik-titik lain yang perlu dianggap.
1. Tikungan PI-1 (SS)
Sta, A = 0 + 0.00
Sta. PI1 = 0 + dA-PI1 = 0 + 102,55
Sta. TS1 = Sta. PI1 – Ls = 0 + 102,55 – 43,11 = 0 + 59,44
Sta. ST1 = Sta. TS1 + 2Ls = 0 + 59,44 + 86,22 = 0 + 145,66
Dalam Luar
Titik Sta. (%) (%)
Sta. A 0 + 0.00 -2 -2
Sta. TS1 0 + 59.44 -2 -2
Sta. SCS 0 + 102.55 -9.6 +9.6
Sta. ST1 0 + 145.66 -2 -2
TS SCS ST
daerah spiral daerah spiral
ep = 9.6%
Ls = 43.11 m Ls = 43.11 m
sisi luar
e penuh 9.6 %
en = 2%
e = 0% as jalan
en = 2%
A B C D
+9
+2 % .6
%
-2 % 0% -2 % -2 % -9.
-2 % 6
%
2. Tikungan 2 (SCS)
Data tikungan :
Kecepatan rencana, VR = 50 km/jam
Superelevasi maksimum, emaks = 10 %
Superelevasi normal, en = 2%
Superelevasi penuh, epenuh = 9.7 %
Dalam Luar
Titik Sta. (%) (%)
Sta. TS2 0 + 166.78 -2 -2
Sta. SC2 0 + 216.78 -9.7 +9.7
Sta. CS2 0 +0245.32
+7 -9.7 +9.7
Sta. ST2 0 + 295.32 -2 -2
en = 2%
e = 0% as jalan
en = 2%
A B C D
+9
+2 % .7
%
-2 % 0% -2 % -2 % -9.
-2 % 7
%
3. Tikungan 3 (SS)
Data tikungan :
Kecepatan rencana, VR = 50 km/jam
Superelevasi maksimum, emaks = 10 %
Superelevasi normal, en = 2%
Superelevasi penuh, epenuh = 9.7 %
TS daerah spiral
SCS daerah spiral
ST
Ls = 44.02 m Ls = 44.02 m
en = 2%
e = 0% as jalan
en = 2%
A B C D
+9
+2 % .7
%
-2 % 0% -2 % -2 % -9.
-2 % 7 %
Elevasi
No. STA
Tanah Asli
1 0+0 712.7
2 0+25 712.7
3 0+50 712.7
4 0+75 712.7
5 PI-1 712.7
6 0+100 713.0
7 0+125 711.8
8 0+150 710.8
9 0+175 710.1
10 PI-2 711.5
11 0+200 711.3
12 0+225 711.4
13 0+250 711.6
14 0+275 711.9
15 0+300 711.8
16 0+325 712.4
17 PI-3 712.6
18 0+350 711.3
19 0+375 710.4
20 0+400 710.3
21 0+425 710.3
22 0+450 710.6
23 0+475 710.9
24 0+500 711.0
25 0+525 710.8
26 0+550 711.5
27 0+575 713.9
28 0+583 712.0
Galian Tanah
Timbunan Tanah
1 A 0+0 712.7
2.6 175 1.49
2 PVI-1 0+175 710.1
0.3 200 0.13
3 PVI-2 0+375 710.4
1.6 208 0.79
4 B 0+583 712.0
Contoh perhitungan :
𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐴−𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑉𝐼1
𝑔1 = × 100%
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐴−𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑃𝑉𝐼1
712,7 − 710,1
𝑔1 = × 100%
175
𝑔1 = 1,49 %
g1 = 1,49 %
g2 =
- 0,1
3%
Ev = 0,06 m
a b
Perhitungan Lv
𝐴 = |𝑔2 − 𝑔1 |
2. PVI-2
a c
b Ev = 0,03 m
g2 =
- 0,1 %
3% 0,79
g3 =
Perhitungan Lv
𝐴 = |𝑔3 − 𝑔2 |
𝐴 = |0,79 − (−0,13)| = 0,92 %
Berdasarkan gambar 3.12, didapat Lv = 30 m
𝐴 0,92
𝐸𝑣 = × 𝐿𝑣 = × 30 = 0,03 𝑚
800 800
= 0 + 375 - ½ × 30
= 0 + 360
Sta. B = Sta. PVI2
= 0 + 375
Sta. C = Sta. PVI2 + ½ × Lv
= 0 + 375 + ½ × 30
= 0 + 400
2% 1m 1.5 m 3m 3m 1.5 m 1m 2%
Ambang Selokan Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Selokan Ambang
5.00 m
2% 2%
4% 4%
1.50 m
15 m
Daerah Pegawasan Jalan
SCS; STA(0+102,55)
2% 1m 1.5 m 3m 3m 1.5 m 1m 2%
Ambang Selokan Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Selokan Ambang
5.00 m
9.6 % 9.6 % 4%
4%
1.50 m
15 m
Daerah Pegawasan Jalan
2% 1m 1.5 m 3m 3m 1.5 m 1m 2%
Ambang Selokan Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Selokan Ambang
5.00 m
2% 2%
4% 4%
1.50 m
15 m
Daerah Pegawasan Jalan
2% 1m 1.5 m 3m 3m 1.5 m 1m 2%
Ambang Selokan Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Selokan Ambang
5.00 m
9.7 % 9.7 %
4% 4%
1.50 m
15 m
Daerah Pegawasan Jalan
2% 1m 1.5 m 3m 3m 1.5 m 1m 2%
Ambang Selokan Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Selokan Ambang
5.00 m
2% 2%
4% 4%
1.50 m
15 m
Daerah Pegawasan Jalan
SCS; STA(0+404,81)
Daerah Manfaat Jalan
13 m
2% 1m 1.5 m 3m 3m 1.5 m 1m 2%
Ambang Selokan Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Selokan Ambang
5.00 m
9.7 % 9.7 %
4% 4%
1.50 m
15 m
Daerah Pegawasan Jalan
Luas Potongan
Elevasi Tanah Asli Beda Jarak Volume Tanah
Melintang Volume
Titik STA. Tinggi Datar
Kiri As Jalan Kanan Galian Timbunan Galian Timbunan Kumulatif
(m) (m) (m) (m) (m) (m²) (m²) (m³) (m³)
BAB IV
KESIMPULAN
1. Jenis jalan merupakan jalan kolektor dengan spesifikasi kelas III A, lebar
perkerasan 2 x 3.0 m, dengan kecepatan rencana 50 km/jam, dan
direncanakan 3 tikungan (2 tikungan Spiral-Spiral, dan 1 tikungan Spiral-
Circle-Spiral).
a. Pada PI-1, dengan jari-jari lengkung rencana 95 m, sudut PI-1 sebesar
26°.
b. Pada PI-2, dengan jari-jari lengkung rencana 90 m, sudut PI-2 sebesar
50°.
c. Pada PI-3, dengan jari-jari lengkung rencana 90 m, sudut PI-3 sebesar
28°.
2. Pada alinemen vertikal ruas jalan terdapat 2 PVI.
a. PVI-1 berada pada elevasi 710,16 m dan berada pada STA 0+175.
b. PVI-2 berada pada elevasi 710,43 m dan berada pada STA 0+375.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN