SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia tenik sipil, tidak terlepas dari kegiatan konstruksi suatu bangunan yang
terdiri dari bangunan gedung, jembatan, jalan raya, menara dan lain sebagainya. Bangunan
tersebut akan berdiri kokoh jika di topang dengan suatu pondasi yang kokoh juga. Pondasi
merupakan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menopang beban struktur yang
ada diatasnya dan meneruskannya ( upper structure ) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya
dukungnya. Oleh karena itu daya dukung sebuah pondasi perlu diperhitungkan agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,bahan – bahan yang digunakan, gaya –
gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain- lain. Perhitungan ini dimaksudkan
agar pondasi mampu menahan beban maksimum yang terjadi. Selain itu perencanaan pondasi
juga diarahkan pada pemilihan tipe pondasi yang nantinya akan digunakan dalam suatu
bangunan. Jenis pondasi terdiri dari dua macam yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal merupakan pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Terdiri dari
pondasi telapak,memanjang dan rakit. Fondasi telapak (spread footing) merupakan fondasi
yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom, Fondasi memanjang atau fondasi kontinyu
(continuous footing) fondasi yang digunakan untuk mendukung dinding memanjang
digunakan untuk mendukung sederetan kolom-kolom yang berjarak sangat dekat, sehingga
bila dipakai fondasi telapak sisisisinya berimpit satu sama lain, Fondasi rakit (raft foundation
atau mat foundation) adalah fondasi yang digunakan untuk mendukung bangunan yang
terletak pada lunak, atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemiikian dekat di
semua arahnya, sehingga bila dipakai fondasi telapak sisi-sisi.Sedangkan pondasi dalam
merupakan pondasi yang digunakan pada lapisan tanah yang memiliki posisi tanah kuat
sangat dalam, jenis pondasi yang dapat digunakan yaitu pondasi tiang pancang. Pondasi tiang
juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama
pada bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan
akibat beban angin. Selain itu, tiang-tiang juga digunakan untuk mndukung bangunan
dermaga, dimana pada bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal
dan gelombang air.
Fondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak diatas air atau tanah lunak, ke tanah
pendukung yang kuat.
2. Untuk meneruskan beban ke tanha yang rrelatif lunak sampai kedalaman tertentu
sehingga fondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk
mendukung beban tersebut oleh gesekan sisi tiang dengan tanah disekitarnya.
3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat keatas akibat tekanan
hidrostatis atau momen penggulingan
4. Untuk menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring
5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut bertambah
6. Untuk mendukung fondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah tergerus air.
Fondasi tiang dapat di bagi menjadi 3 (tiga) kategori, sebagai berikut :
1. Tiang perpindahan besar ( large displacement pile ) yaitu tiang pejal atau berlubang
dengan ujung tertutup yang dipancang kedalam tanah sehingga menjadi terjadi
perpindahan volume tanah yang relatif besar. Termasuk dalam tiang perpindahan adalah
tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja
bulat (tertutup pada ujungnya).
2. Tiang perpindahan Kecil ( small displacement pile ) adalah sama seperti tiang katergori
pertama, hanya volume tanah yang dipindahkan saat pemancangan relatif kecil,
contohnya: tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang
dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, tiang ulir.
3. Tiang tanpa perpindahan ( non displacement pile ) terdiri dari tiang yang dipasang
didalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah. Termasuk dalam tiang tanpa
perpindahan adalah tiang bor, yaitu tiang beton yang pengecorannya langsung didalam
lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan dalam lubang dan dicor beton)
Ditinjau dari cara mendukung beban,pondasi tiang dibedakan menjadi 2 tipe sebagai berikut :
1. Tiang daya dukung ujung, yaitu tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
tahanan ujung tiang.
2. Tiang daya dukung gesek, yaitu tiang yang kapasitas dukungnya ebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara sisi tiang dan tanah disekitarnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tugas besa Rekayasa Pondasi II ini adalah sebagai
berikut :
1. Memenuhi serta menyelesaikan Tugas Besar Rekayasa Pondasi II
2. Mengetahui cara merancang pondasi dangkal dan pondasi dalam yang mampu menahan
beban struktur yang telah ditntukan.
3. Mengetahui penurunan yang terjadi pada pondasi danga dan pondasi dalam dengan nilai
tidak meliebihi dari penurunan ijin.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PARAMETER TANAH
2.1.1 BERAT VOLUME
Berat volume adalah berat tanah per satuan volume yang merupakan perbandingan antara
berat (w) dengan volume (v). Berat volume biasanya disimbolkan dengan ;(ϒ) sedangkan
satuan yang digunakan adalah gr/cm3 : kg/m3 : KN/m3. Parameter volume dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
Gs x ϒ w x (1+ w)
Rumus = ϒb =
1+e
Keterengan :
Gs = berat jenis tanah
ϒ w = berat jenis air ( 9,81 KN/m3 : 10 KN/m2 )
e = angka pori
w = kadar air
2. Berat Volume Butiran Padat ( ϒ sat ¿
Berat volume butiran padat merupakan perbandingan antara berat butir padat (Ws)
dengan volume butiran padat (Vs).
Rumus = ϒ sat =
Keterangan : Ws
ϒ sat = berat volume butiran tanah Vs
Ws = berat butiran padat
Vs = volume butiran padat
Nilai berat volume butiran padat juga dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan
antara berat jenis tanah (Gs) dan angka pori (e), persamaannya adalah sebagai berikut:
ϒ w x (Gs+ w)
ϒ sat =
1+e
Keterangan :
Gs = berat jenis tanah
e = angka pori
ϒ w = berat jenis air ( 9,81 KN/m3 : 10 KN/m2 )
3. Berat Volume Kering ( ϒ dry )
Berat volume kering merupakan perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume
total tanah (V).
Ws
Rumus = ϒd =
V
Keterangan :
Ws = berat butiran
Berat volume kering tanah juga bisa dicari dengan hubungan antara berat jenis tanah
(Gs) dan kadar air (W).
Gs x ϒ w
Rumus = ϒd =
1+W
Keterangan :
ϒ d = berat volume kering
Gs = berat jenis tanah
W = kadar air
ϒ w = berat jenis air ( 9,81 KN/m3 : 10 KN/m2 )
Tabel 2.1 Nilai Berat Jenis Tanah
Tabel 2.2 Nilai Angka Pori (e) dan Kadar Air (W) untuk Tanah Keadaan Asli
N Φ
0–5 26 – 30
5 – 10 28 -35
10 – 30 35 – 42
30 – 50 38 – 46
Sumber : Braja M.Das, 1995
Analisis kapasitas dukung dari Terzaghi (1943) di dasarkan pada anggapan-anggapa, sebagai
brikut :
qu=c 2 . N c + Df . γ 1 . N q +0,5 . γ 2 . B . N γ
Keterangan :
Adanya pengaruh bentuk fondasi, maka Terzaghi memberikan pengaruh faktor bentuk
terhadap kapasitas dukung ultimit yang didasarkan pada analisis fondasi memanjang
sebagai berikut :
a. Fondasi bujur sangkar
qu=1,3 c . N c + p 0 . N q + 0,4 γ . B . N γ
b. Fondasi lingkaran
qu=1,3 c . N c + p 0 . N q + 0,3 γ . B . N γ
c. Fondasi empat persegi panjang
B B
qu=c . N c (1+0,3 )+ p 0 . N q +0,5 γ . B . N γ (1−0,2 )
L L
Keterangan:
φ (π tgφ)
(
N q=tg2 45 °+ ) 2
e
N γ =( N q −1 ) tg(1,4 φ)
Tabel 2.6 Nilai-nilai faktor kapasitas dukung Meyerhorf (1963)
Mayerhof(1963) Mayerhof(1963)
ɸ(⁰) ɸ(⁰)
Nc Nq Nɣ Nc Nq Nɣ
1 5,14 1 0 26 22,25 11,85 8
2 5,38 1,09 0 27 23,94 13,2 9,46
3 5,63 1,2 0,01 28 25,8 14,72 11,19
4 5,9 1,31 0,02 29 27,85 16,44 13,24
5 6,19 1,43 0,04 30 30,14 18,4 15,67
6 6,49 1,57 0,07 31 32,67 20,63 18,56
7 6,81 1,72 0,11 32 35,49 23,18 22,02
8 7,16 1,88 0,15 33 38,64 26,09 26,17
9 7,53 2,06 0,21 34 42,16 29,44 31,15
10 8,34 2,25 0,28 35 46,12 33,3 37,15
11 8,8 2,47 0,37 36 50,59 37,75 44,43
12 9,28 2,71 0,47 37 55,63 42,92 53,27
13 9,81 2,97 0,6 38 61,35 48,93 64,07
14 10,37 3,26 0,74 39 67,87 55,96 77,33
15 10,98 3,59 0,92 40 75,31 64,2 93,69
16 11,63 3,94 1,13 41 83,86 73,9 113,99
17 12,34 4,34 1,37 42 93,71 85,37 139,32
18 13,1 4,77 1,66 43 105,11 99,01 171,41
19 13,93 5,26 2 44 118,37 115,31 211,41
20 14,83 5,8 2,4 45 133,87 134,87 262,74
21 15,81 6,4 2,87 46 152,1 158,5 328,73
22 16,88 7,07 3,42 47 173,64 187,21 414,33
23 18,05 8,66 4,07 48 199,26 222,3 526,45
24 19,32 9,6 4,82 49 229,92 265,5 674,92
25 20,72 10,66 5,72 50 266,88 319,06 873,86
Sumber : Hary Christady Hardiyatmo 1992
Menurut Schmertmann (1978), daya dukung kritis (ultimate) pondasi dangkal dengan
D
≤1,5 yang menumpu tanah lempung dapat dihitung berdasarkan tahanan konus qc hasil
B
pengujian CPT sebagai berikut.
2
qun=5+0,34 qc ( Kg/cm )
Tegangan di dalam tanah yang timbul akibat adanya beban di permukaan dinyatakan
dalam istilah tambahan tegangan (stress increment), karena sebelum tanah dibebani, tanah
sudah mengalami tekanan akibat beratnya sendiri yang disebut tekanan overburden.Analisis
tegangan di dalam tanah didasarkan pada anggapan bahwa tanah bersifat elastis, homogen,
isotropis, dan terdapat hubungan linier antara tegangan dan regangan.
B. Beban Titik
Dalam teori ini, tambahan tegangan vertikal ( ∆ σz ) pada suatu titik di dalam tanah
akibat beban titik Q di permukaan, dinyatakan oleh persamaan:
5
3Q 1
( ( ))
2
∆ σz=
2 π z2 2
r
1+
z
Dengan:
r = jarak horizontal titik di dalam tanah terhadap garis kerja beban (m)
5/2
3 1
I= ( )
2π r 2
1+ ()
z
Maka persamaan untuk mencari tambahan tegangan vertikal ( ∆ σz ) pada suatu titik di
dalam tanah akibat beban titik Q di permukaan menjadi:
Q
∆ σz= I
z2
Penurunan (settlement) pondasi yang terletak pada tanah berbutir halus yang jenuh
dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu penurunan segera (immediate settlement), penurunan
konsolidasi primer, dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan total adalah jumlah dari
ketiga komponen penurunan tersebut, atau bila dinyatakan dalam persamaan,
S=Si+ Sc + Ss
Dengan :
S = penurunan total
Si = penurunan segera
1. Penurunan Segera
Penurunan segera atau penurunan elastis dari pondasi yang terletak di permukaan tanah yang
homogen, elastis, isotropis, pada media semi tak terhingga, dinyatakan oleh:
qB
Si= (1−μ2) Ip
E
Dengan:
μ = rasio Poison
Ip = faktor pengaruh
Tabel 2.10 Faktor Pengaruh Im (Lee, 1962) dan Ip (Schleicher, 1962) untuk pondasi kaku,
dan faktor pengaruh untuk pondasi fleksibel (Terzaghi, 1943)
Macam tanah μ
Dengan:
LI = indeks cair
WN = kadar air asli di lapangan
PL = batas plastis
LL = batas cair
Lempung terkonsolidasi normal mempunyai indeks cair (LI) antara 0,6 sampai 1, dan
lempung terkonsolidasi berlebihan mempunyai indeks cair 0 sampai 0,6.
2. Menentukan perubahan angka pori (∆ e ) akibat konsolidasi
Untuk lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) yaitu jika p o' = pc '
p o' + ∆ p
∆ e=Cc . log
po '
Untuk lempung terkonsolidasi berlebihan (over consolidated) yaitu jika p c' > po '
'
p 1' p o +∆ p
∆ e=Cr log =Cr log
po ' po '
3. Menentukan penurunan konsolidasi primer
Penurunan untuk lempung terkonsolidasi normal ( p o' = pc ' ¿
H p1'
Sc=Cc log
1+eo po '
Penurunan untuk lempung terkonsolidasi berlebihan normal ( p c' > po ' ¿
H p1'
Sc=Cc log
1+eo po '
dalam kapasitas dukung tiang pancang satuannya adalam satuan gaya (kN). Perhitungan
kapasitas dukung tiang pancang didapat dengan menggunakan persamaan-persamaan yang
disesuaikan dengan data yang diperoleh.
1. Kapasitas Dukung Tiang dari Uni Penetrasi Standar ( SPT)
Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji SPT.
Mayerhoff (1956) menganjurkan formula daya dukung tiang pancang adalah sebagai
berikut :
Qu = 40.Nb.Ap + 0,2.N.As
Keterangan :
Nilai kapasitas dukung tiang dari data laboratorium diperoleh dengan memperhitungkan
tahanan ujung ultimit tiang dan tahanan gesek dinding ultimit.
Qs= As × fs
fs=cd=α ×cu
Keterangan :
As = luas selimut tiang (m2)
α = faktor adhesi diambil dari gambar 2.4
cu = adhesi undrained (KN/ m2)
Gambar 2.2 Grafik hubungan antara faktor adhesi dan kohesi untuk tiaang pancang
dalam tanah lempung (Tomlinson 1977)
B. Metode λ dengan persamaan sebagai berikut
Untuk menentukan tahanan gesek tiang pancang di dalam tanah lempung,digunakan cara
dengan menggunakan koefisien tak berdimensi (λ) yang disarankan oleh Vijayvergiya
dan Focht (1972) :
Tahanan gesek ultimit :
Qs= As . fs
fs=λ .( p0 +2. c u )
Dengan,
fs = tahanan gesek per satuan luas (kN/m2)
λ = koefisien tak berdimensi
po = tekanan overburden efektif rata-rata yang diambil dari ujung tiang bawah
sampai kepermukaan tanah(kN/m2)
cu = kohesi tak terdrainase rata-rata di sepanjang tiang (kN/m2)
As = luas selimut tiang (m2)
Kraft et al (1981) mengusulkan cara untuk memperoleh nilai λ dengan menggunakan
persamaan :
a. Untuk tanah-tanah terkonsolidasi normal (normally consolidated)
λ=0,178−0,016 ln(π 3 )
b. Untuk tanah-tanah terkonsolidasi berlebihan (overconsolidated)
λ=0,232−0,032 ln(π 3 )
πd f maks L2e
π 3=
AEU
Dengan,
λ = koefisien yang merupakan fungsi dari penetrasi tiang
f maks = gesekan puncak (diambil sama dengan c u rata-rata ) (kN/m2)
Le = panjang tiang yang berada didalam tanah (m)
A = luas tampang tiang (m)
E = modulus elastisitas bahan tiang (kN/m2)
U = perpindahan tiang yang dibutuhkan untuk berkembangnya gesekan sisi tiang
(diambil 0,1” = 0,0025 m)
Gambar 2.3 hubungan antara koefisien gesek dinding (λ) dengan kedalaman penetrasi
tiang (Vijayvergina dan Focht,1972)
Keterangan :
Qg = beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan runtuh
Eg = efisiensi kelompok tiang
n = jumlah tiang dalam kelompok
Qu = beban maksimum tiang tunggal ang mengakibatkan runtuh
2.3.4 GAYA GESEK NEGATIF
Gaya gesek negatif atau negatif skin friction atau down drag (tarikan kebawah) adalah
kondisi dimana sebagian atau seluruh tanah di sepanjang dinding tiang bergerak kebawah
relatif terhadap tiang (tanah bergerak ke bawah sedangkan tiang berada dalam kondisi diam).
Akibatnya, arah gaya gesek akibat sisi tiang menjadi ke bawah sehingga menjadi beban
tambahan yang harus didukung oleh tiang. Persamaan gaya gesek tiang negatif yang bekerja
pada tiang tunggal dari suatu kelompok tiang adalah sebagai berikut :
1
Qneg= . {2 D . ( L+ B ) .Cu+ γ . L. B . D
n
Keterangan :
Qneg = gaya gesek negatif pada masing-masing tiang dlam kelompok (kN)
n = jumlah tiang dalam satu kelompok
D = kedalaman tiang sampai titik netral (m)
L = panjang area kelompok tiang (m)
Tabel 2.14 Nilai Tipikal Cp (dari design pile cap fondation by Vesic,1977)
Jenis Tanah Tiang Pancang Tiang Bor
Pasir (padat ke lepas) 0,02 – 0,04 0,09 – 0,18
Lempung (kaku ke lunak) 0,02 – 0,03 0,03 – 0,06
Lanau (padat ke lepas) 0,03 – 0,05 0,09 – 0,12
c. Menentukan S3
Vesic (1977) juga mngajukan sebuah hubungan empiris sederhana untu mnentukan S3
Qws . Cs
S 3=
L . qp
Keterangan :
Sg= (√ DSBg )
Keterangan :
Bg = lebar tiang kelompok
D = diameter suatu tiang dalam kelompok
S = penurunan lastik tiang tunggal
3. Penurunan konsolidasi tiang kelompok
Menghitung penurunan untuk masing-masing lapisan aibat adanya pningkatan teegangan
pada lapisan itu. Besarnya penurunan dapat dihitung menggunkan persamaan pnurunan
konsolidasi satu dimensi untuk lempung terkonsolidasi normal dan konsolidasi lebih.
a. Untuk lempung terkonsolidasi nomal :
Cc . Hi Po ( i )+ ∆ Pi
∆ Si= log
1+ e 0 ( i ) Po ( i )
Dimana,
Qg
∆ Pi=
( Bg+ Zi ) .( Lg+ Zi)
Cs (i). Hi Pc ( i ) Cc . Hi Po (i ) + ∆ Pi
∆ Si= log + log
1+ e 0 ( i ) Po ( i ) 1+e 0 ( i ) Po ( i )
Dimana,
Qg
∆ Pi=
( Bg+ Zi ) .( Lg+ Zi)
Keterangan :
Hi = ketebalan lapisan
Pelat penutup tiang (pile cap) berfungsi untuk menyebarkan beban dari kolom ke tiang-tiang.
Jumlah minimum tiang dalam satu pelat penutup tiang nya 3 tiang. bila tiang hanya
berjumlah 2 tiang dalam satu kolom, maka pelat harus dihubungkan dengan balok sloof yang
dihubungkan dengan kolom lain. Balok sloof yang dibuat yang melewati pusat berat tiang –
tiang ke arah tegak lurus deretan tiang (tegak lurus pelat penutup tiang). dengan demikian,
bila pelat penutup tiang hanya melayani 1 tiang, maka dibutuhkan balok sloof yang
menghubungkan kolom-kolom yang lain. Bila kolom dilayani hanya 1 tiang yang besar, maka
bisa tidak digunakan pelat penutup tiang.
Contoh susunan tiang-tiang dalam pelat penutup tiang dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut :
Perancangan pelat penutup tiang dilakukan dengan anggapan senagai berikut (Teng,1962) :
Keterangan :
Qu = beban struktur
S = jarak tiang
b = lebar kelompok tiang
d = tebal tiang-selimut beton
2. Mencari tulangan yang dibutuhkan
a=( 1−√ 1−√ 2 k /f c ' ) . d
fc' = kuat tekan beton yang direncanakan (Mpa)
3. Luasan umum
0,85. f c' . a .b
Au=
fy
4. Luasan tulangan ( As ∅ )
1
As ∅= . π . d 2
4
5. Jumlah tulangan
As U
n=
As ∅
6. Jarak antar tulangan
panjang pile cap
S=
jumlah tulangan
BAB III
Nilai perlawanan penetrasi konus dan jumlah hambatan lekat diperoleh berdasarkan uji sondir
yang dilakukan di lapangan.
Jumlah
Perlawanan Penetrasi
No Kedalaman (m) Hambatan Lekat
Konus (kg/cm2)
(kg/cm2)
1 0,00 0 0
2 0,20 10 4
3 0,40 10 14
4 0,60 15 24
5 0,80 60 44
6 1,00 55 74
7 1,20 45 144
Jenis dan warna tanah diperoleh berdasarkan uji pengeboran tanah di lapangan.
Nilai kadar air diperoleh berdasarkan pengujian kadar air asli di laboratorium, dan nilai angka
pori diperoleh dari pendekatan berdasarkan tipe tanah sesuai dengan table 2.2.
Kedalaman (m) Jenis Lapisan Tanah Angka Pori (e) Kadar Air (W)
0,00 – 0,7 Lempung berkerikil 0,6 20,942 %
0,7 – 1,2 Lempung berpasir 1,2 25,588 %
Perhitungan:
Nilai berat jenis tanah diperoleh berdasarkan pengujian berat jenis butiran tanah di
laboratorium.
Gs∙ γw ∙(1+w)
γ=
1+ e
γw ∙(Gs+ e)
γsat =
1+ e
Perhitungan:
1 ∙(2,697+1,2)
γsat = =1,771Ton /m3
1+ 1,2
Nilai kohesi tak terdrainase diperoleh berdasarkan Pengujian Direct Shear” di laboratorium
Nilai N-SPT diperoleh berdasarkan uji penetrasi standar yang dilakukan di lapangan dengan
kode borehole BH. 1
Perhitungan :
1. N-SPT = 5
5+ 5
2. N-SPT = = 5,25
2
5+ 6+8,5
3. N-SPT = = 6,5
3
8+8+8,5
4. N-SPT = = 8,333
3
8,5+ 7+9+13
5. N-SPT = = 9,357
4
13+ 20+31+ 40
6. N-SPT = = 26
3
40+48+ 57+60+60+60+ 60+60
7. N-SPT = = 55,625
8
8. N-SPT = 60
Nilai berat jenis tanah ( GS) didapatkan menggunakan pendekatan berdasarkan jenis lapisan
pada tabel 2.1
Gs x ϒ w x (1+ w)
Rumus = ϒ =
1+e
Perhitungan :
1. Kedalaman 0,00 m – 2,00 m
2,65 x 1 x (1+0,25)
ϒ= = 2,000 ton/m3
1+0,65
ϒ w x (Gs+ w)
Rumus = ϒ sat =
1+e
Perhitungan :
1. Kedalaman 0,00 m – 2,00 m
1 x (2,65+0,65)
ϒ sat = = 2,000 ton/m3
1+0,65
φ = √20.N + 15°
Tabel 3.14 Nilai Sudut Geser
Perhitungan :
1. Kedalaman 0,00 m – 2,00 m
φ = √20.5 + 15 = 25,000°
2. Kedalaman 0,20 m – 3,50 m
φ = √20.5,25 + 15 = 25,247°
3. Kedalaman 3,50 m – 5,50 m
φ = √20.6,5 + 15 = 26,401°
4. Kedalaman 5,50 m – 7,50 m
φ = √20.8,333 + 15 = 27,909°
5. Kedalaman 7,50 m – 11,00 m
φ = √20.9,375 + 15 = 28,693°
6. Kedalaman 5,50 m – 7,50 m
φ = √20.26 + 15 = 37,803°
7. Kedalaman 5,50 m – 7,50 m
φ = √20.55,625 + 15 = 48,354°
8. Kedalaman 5,50 m – 7,50 m
φ = √20.60 + 15 = 49,641°
Perhitungan :
1. Kedalaman 0,00 m – 2,00 m
Data Tanah
-7,50 m
N =9,375 w =25 ϒ=1,980 ton/m3 e= 0,65 GS=2,65
Lempung kaku ϒsat = 2,000 ton/m3 Ø=28,693° Cc= 0,114
-11,0 m
-15,00 m
Lempung kaku
-28,00 m
Lempung kaku N =60 w =21 ϒ=2,042 ton/m3 e= 0,60 GS=2,60
ϒsat = 2,063 ton/m3 Ø=49,641° Cc= 0,099
-30,00 m
Beban struktur diperoleh berdasarkan diagram gaya normal (NFD) Tugas Besar Analisis
Struktur IV dimana diambil nilai gaya normal terbesar diantara struktur portal arah
memanjang dan arah melintang.
Beban struktur:
1. Horizontal = 1976 Kg
2. Vertikal = 12697 Kg
BAB IV
Tekanan overburden merupakan tekanan yang didapat dengan mengalikan kedalaman pondasi
dengan berat volume tanah.
P o' =H × γ
' 2
P o =0,70 ×1,867=1,307 Ton /m
' 2
P o =0,131 kg /cm
qc untuk kedalaman 0,70 m diperoleh dari rata-rata nilai qc dari kedalaman 0,60 m
sampai 0,80 m yaitu qc = 37,5 kg /cm 2
qc 37,5
Dayadukung t anah dasar= = =12,5 kg/cm2
F 3
2. Tegangan netto
2 2 2
Tegangan netto=12,5 kg/cm −0,131kg /cm =12,369 kg /cm
3. Luasan perlu
beban struktur 36209 Kg
A perlu= = =2927,399 cm2
tegangan netto 12,369 kg /cm 2
4. Dimensi pondasi
B=L ≈ 55 cm
B=L=0,55m
Df
Menurut Peck et.al (1953) syarat untuk pondasi dangkal adalah ≤1
B
0.7
Berdasarkan hasil perhitungan =1,273>1 (tidak memenuhi syarat)
0,55
0.7
=0,467<1 (O.K)
1,5
5. Luasan pakai
A pakai=B × L=1,5× 1,5=2,25 m2=22500 cm2
3 2
Tegangandi atas pondasi=γ beton× kedalam pondasi=0,0024 Kg/ cm × 70 cm=0,168 Kg/cm
3. Total tegangan
Total tegangan=tegangan di atas pondasi+tegangan di bawah pondasi
2 2 2
Total tegangan=0,168 Kg/cm + 1,609 Kg/cm =1,777 Kg/ cm
4. Kontrol tegangan
Daya dukung tanah = 37,5 kg/cm 2
Total tegangan = 2,683 Kg/ cm2
Daya dukung tanah = 37,5 Kg/cm2 ¿ Total tegangan = 1,777 Kg/cm2 (OK)
qu=1,3 c . N c + p 0 . N q + 0,4 γ . B . N γ
Nilai-nilai faktor kapasitas dukung Terzaghi (1943) untuk keruntuhan geser umum:
2
qu=1,3 .20 . 32,36+0,7. 18,67 .18,58+ 0,4 .15,40 . 1,5 .15,7=841,36+242,822+145,068=1229,25 KN /m
qun=qu−Df . γ
qun 1216,181
Pmaks= A × =( 1,5 .1,5 ) × =912,136 KN
F 3
'
qu=s c d c i c c N c + s q d q i q p0 N q +s γ d γ . i γ 0,5 B γ N γ
Nc = 25,80
Nq = 14,72
Nγ=11,19
sq=sγ=1+0,1 . ( 1,5
1,5 )
28
.tg ( 45 °+ )=1,277
2
2
dc=1+0,2 . ( 0,7
1,5 ) 28
. tg (45 ° + )=1,1 55
2
d. Faktor kemiringan beban
Karena beban vertical maka ic=iq =iγ=1
qun=qu−Df . γ
qun 1355,829
Pmaks= A × =( 1,5 .1,5 ) × =1016,872 KN
F 3
Menurut Schmertmann (1978) daya dukung ultimit pondasi dangkal yang terletak di atas
tanah lempung untuk pondasi bujur sangkar dapat dihitung dengan rumus:
qun=5+0,34 qc
10+10+15
qc= =11,667 Kg /cm2
3
2
qun=5+0,34 .11,667=8,967 Kg/cm
qun 8,967
Pmaks= A × =( 150 .15 0 ) × =67252,5 Kg
F 3
q .B
Si= ( 1−μ2 ) . Ip
E
Ip = 0,82
Diambil nilai perkiraan Rasio Poison ( μ ¿=0,25 untuk lempung berpasir menurut Bowles,
1968
Diambil nilai perkiraan Modulus Elastis (E) = 30000 menurut Bowles, 1977
362,085 KN 2
q= 2
=160,927 KN / m
(1,5 × 1,5 ) m
Sehingga:
160,927 . 1,5
Si= ( 1−0,252 ) .0,82=0,0062 m
30000
Batas penurunan pondasi maksimum menurut Skempton dan Mac Donald untuk pondasi
terpisah (isolated foundation) pada tanah lempung adalah 65 mm.
2. Tegangan netto
Tegangannetto=daya dukung tanah dasar−tekanan overburden
2 2 2
Tegangan netto=12,5 kg/cm −0,131kg /cm =12,369 kg /cm
Luasan perlu
beban struktur 36209 Kg 2
A perlu= = =2927,399 cm
tegangan netto 12,369 kg /cm 2
Dimensi pondasi
B=L= √ Aperlu=√ 2927,399=54,105 cm
B=L ≈ 55 cm
B=L=0,55m
Df
Menurut Peck et.al (1953) syarat untuk pondasi dangkal adalah ≤1
B
0.7
Berdasarkan hasil perhitungan =1,273>1 (tidak memenuhi syarat)
0,55
Sehingga agar memenuhi syarat dimensi pondasi diperbesar menjadi B=L=1,2 m
0,7
=0,583<1 (OK)
1,2
3. Luasan pakai
A pakai=B × L=1,2× 1,2=1,44 m2=14400 cm2
3. Total tegangan
Total tegangan=tegangan diatas pondasi+tegangan dibawah pondasi
2 2 2
Total teg angan=0,168 Kg/cm +2,515 Kg/cm =2,683 Kg/cm
4. Kontrol tegangan
Daya dukung tanah = 37,5 Kg/cm2
Total tegangan = 2,683 Kg/cm2
Daya dukung tanah = 37,5 Kg/cm2 ¿ Total tegangan = 2,683 Kg/cm2 (OK)
1 1
L' = . B−
lebar kolom − d
2 2
1 1
= . 1200 − . 300 − 315
2 2
= 135 mm
V u = σ tanah . (b w . L ' )
¿ 0, 2683 . ( 1200 ) . (135)
¿ 43464,6 N = 43,4646 kN
Kuat geser beton adalah :
1
V c= ( √ f ' c) bw . d
6
1
= √ 25 . 1200 . 315
6
= 315000 N = 315 kN
B. Penulangan pondasi
Momen rencana (Mu) pada penampang kritis momen lentur dengan asumsi pondasi
bekerja sebagai balok kantilever lebar dengan arah kerja dua arah :
Dengan, L1= ½ . 1200 - ½.300 = 450 mm
M u = σ tanah . (0,5 ) . L 2 . B
1
2 -6
= 0,2683. (0,5). 450 . 1200 . 10
= 32 ,598 kNm
Diperoleh :
a1 = 7,5835 mm
c = 7,5835 mm/0,85 = 8,9218 mm
d−c ε s
=
c ε cu
d−c 315−8,9218
εs = . ε cu = . 0, 003 = 0, 12108
c 7, 5835
fs= ɛs . Es = 0,12108 .2.105 = 24216 Mpa > fy = 390 MPa
Nilai tegangan tersebut melebihi nilai tegangan leleh ijin = 400 MPa, maka fs diambil
sebesar fy = 400 MPa. Tulangan baja yang diperlukan harus memperhatikan batas luas
tulangan minimum.
Rasiopenulangan(ρ) :
As 402 ,8734
ρ= = = 0,00128
b . d 1000 . 315
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0035
fy 400
√ √
A2 1440000
=
A1 90000
= 4 > 2 , maka digunakan
Kuat tumpuan pondasi :
√ A2
A1
=2
A s . perlu 450 mm 2
= = 0,5600
faktor modifikasi = A s .tersedia 804,25 mm 2
Panjang penyaluran yang diperlukan, sama dengan panjang penyaluran dasar dikalikan
faktor modifikasi.
l db.perlu = 256 . 0,56 = 143,360 mm
maka, digunakan panjang penyaluran 150 mm.
BAB V
N = qc
qc = Np = 60 Kg/ cm2
qc 60
Daya dukung tanah dasar = = = 20,000 Kg/ cm2
F 3
2. Tegangan Netto
= 16,1566 Kg/cm2
3. Luasan Perlu
4. Diamater Pondasi
A perlu = ¼. π . d2
d= √ A perlu
¼.π = √ 785,8708
¼. π = 31,6323 cm = 45 cm
5. Luasan pakai
Tugas Besar Rekayasa Pondasi II 61
TUGAS BESAR REKAYASA PONDASI II
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Kg/cm2
Berdasarkan perhitungan diatas didapakan dimensi tiang pancang sebesar 31,6323 cm, namun
dengan mempertimbangkan nilai gaya gesek negatif, diambil diameter pondasi sebesar 45
cm. Tabel WIKA memuat ukuran diameter pondasi secara pabrikasi. Tabel WIKA dapat di
lihat pada bagian lampiran.
5.2 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG PONDASI DALAM
5.2.1 DAYA DUKUNG TIANG TUNGGAL
5.2.1.1 KAPASITAS DUKUNG TIANG BERDASARKAN DATA N-SPT
Perhitungan kapasitas dukung tiang berdasarkan penetrasi standar (N-SPT)
menggunakan metode mayerhoff (1956).
Qu
Qa =
F
5. Ap = ¼ x π x D2 = ¼ x π x 0,452 = 0,1590 m2
6. As = π x D x Df = π x 0,45 x 20 = 28,2743 m2
7. F = 2,5
8. Qu = (40 x 40 x 0,1590) + (0,2 x 15,5892 x
28,2743
= 342,5547 ton
342,5547
9. Qa = = 114,1849 ton
3
5.2.1.2 KAPASITAS DUKUNG TIANG BERDASARKAN DATA LABORATORIUM
Untuk menghitung kapaitas dukung berdasarkan data laboratorium, digunakan metode α
dan metode tomlinson.
1. Metode Tomlinson (1977)
Qu = Qb + Qs
Qu = ( Ab. fb ) + ( As. fs)
Qu = ( Ab. Cu diujung tiang . Nc ) + ( As. α. Cu)
a. Tahanan Ujung Ultimit (Qb)
Ab = 0,1590 m2
Cu diujung tiang = 334,4828 kN/m3
Nc = 9
Qb = Ab x Cu diujung tiang x Nc
= 0,1590 m2 x 33,44828 ton/m2 x 9
= 47,8645 ton
= 223,478 ton
Qu = Qb + Qs
= 47,8645 ton + 223,478 ton
= 271,3425 ton
271,3425
Qa = = 90,4475 ton
3
Gambar 5.1 grafik hubungan antara adhesi dan kohesi untuk tiang pancang dalam tanah
lempung (Tomlinson 1977)
2. Metode λ
Qu = Qb + Qs
penetrasi 2 m, λ = 0,5
fs3 = λ (po’ + 2.Cu) = 0,5( 8,232 ton/ m2 + 2. 4,000 ton/m2)
= 8,1160 ton/m2
Untuk kedalaman 5,50 – 7,50 m, ϒ1 = 1,588 , Cu4 = 5,3167 ton/m2
1
po’ = ( 2 x 2 ) + ( 1,5 x 1,676 ) + ( 2 x 1,718) + 2 ( 2 x 1,588 ) = 11,538
ton/ m2, dari grafik hubungan λ dengan kedalaman penetrasi tiang, untuk
1
2 ( 4 x 2,042 ) = 24,140 ton/ m 2, dari grafik hubungan λ dengan
1
(4 x 2,042) + 2 ( 5 x 2,042 ) =33,329 ton/ m 2, dari grafik hubungan λ
∑¿
Qs = ¿ As.fs = (1,4137 x 2 x 3,8333 ) + (1,4137x 1,5 x 6,0154 ) + (1,4137x 2 x 8,1160) +
(1,4137x 2 x 11,0857 )+ (1,4137x 3,5 x 9,8619) + (1,4137x 4 x 18,6099)+
(1,4137x 5 x 34,2671)
= 10,8383 + 12,7560 + 22,9472 + 31,3437 + 48,7962 + 105,2353 + 242,2170
= 474,1337 ton
Qu = Qb + Qs
= 47,8645 ton + 474,1337 ton
= 521,9982 ton
521,9982
Qa = = 173,9994 ton
3
Gambar 5.2 hubungan antara koefisien gsek dinding (λ) dengan kedalaman penetrasi tiang
(Vijayvergiya dan Focht,1972)
Berdasarkan dua perhitungan diatas diambil nilai kapasitas dukung tiang yang terkecil yaitu
kapasitas dukung tiang kelompok berdasarkan tiang tunggal, yaitu : Qu = 1847,1912 ton
Adapun detail dimensi tiang kelompok seperti gambar berikut :
0,00 m
Pasir berlanau lepas
dengan butiran bersudut
-2,00 m
Lempung kelanauan
-3,50 m
Lempung lembek
-5,50 m
Pasir berlanau lepas
dengan butiran bersudut
Garis Netral
-7,50 m
Lempung kaku
-11,0 m
Lempung kaku
-15,00 m
-20,00m
Keterangan :
= Gaya Gesek ( - )
Lempung kaku
= Gaya Gesek ( + )
-28,00 m
Lempung kaku
-30,00 m
Gambar 5.4. Gaya Gesek pada Tiang
R= √
4 Ep .Ip
k
k =0,65 .
√
12 Es. D4 Es
Ep . Ip 1−μs 2
z
Z '=
R
L
Z ' maks=
R
Mg = 100 kN.m
Qg ( Gaya Horizontal ) = 1976 kg = 1,976 ton= 19,76 kN
f’c = 25 Mpa
D (diameter tiang) = 0,45 m
μs = (0,3 – 0,4 ), diambil = 0,35
Modulus of elasticity, Es
Type of soil
(MN/m2)
Loose sand 10,5 – 24,0
Medium dense sand 17,25 – 27,60
Dense sand 34,50 – 55,20
Silty sand 10,35 -17,25
Sand and gravel 69,00 – 172,50
Soft clay 4,1 – 20,7
Medium clay 20,7 – 41,4
Stiff clay 41,4 - 96,6
√
3 4
12 13,8 x 10 . 0, 45 13,8 x 103
k=0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0,352 = 7069,0889
R= √
2,35 x107 .0, 002013
4
7069,0889
2
= 1,6084
Z ' maks=
1, 6084 = 1,2435
1
Z '=
1,6084 = 0,6217
A’x = 0,9000
A’m =0,2455
B’x = 0,2727
B’m = 0,6364
3
19,76 x 1,6084
7
xx (z) = 0,9000 2,35 x 10 x 0,002013 + 0,2727
100 x 1,60842
2,35 x 107 x 0,002013
= 0,003056 m
Mx (z) = 0,2455 x 19,76 x 1,6084 + 0,6364 .100
= 71,4425 kN.m
√
3 4
12 31,05 x 10 . 0, 45 31,05 x 103
k =0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0,352 = 17017,4508
R= √
2, 35 x107 .0,002013
4
17017 ,4508
1,5
= 1,2912
Z ' maks=
1, 2912 = 1,1617
0,75
Z '=
1,2912 = 0,5809
A’x = 0,8636
A’m = 0,1909
B’x = 0,3000
B’m = 0,6909
19,76 x 1,29123
7
xx (z) = 0,8636 2,35 x 10 x 0,002013 + 0,3000
100 x 1,29122
2,35 x 107 x 0,002013
= 0,001834 m
Mx (z) = 0,1909 x 19,76 x 1,2912 + 0,6909 .100
= 73,9606 kN.m
√
3 4
12 31,05 x 10 . 0, 45 31,05 x 103
k =0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0,352 = 17017,4508
R= √
2,35 x107 .0, 002013
4
17017 ,4508
2
= 1,2912
Z ' maks=
1, 2912 = 1,5489
1
Z '=
1,2912 = 0,7745
A’x = 0,6545
A’m = 0,1818
B’x = 0,0455
B’m = 0,5455
3
19,76 x 1,2912
7
xx (z) = 0,6545 2,35 x 10 x 0,002013 + 0,0455
100 x 1,29122
2,35 x 107 x 0,002013
= 0,000757 m
Mx (z) = 0,1818 x 19,76 x 1,2912 + 0,5455 .100
= 59,1885 kN.m
Dari Tabel modulus elastisitas Es, diperoleh Es untuk tanah Pasir berlanau lepas
dengan butiran bersudut, dari data tanah diketahui bahwa tanah termasuk dalam
Medium clay, nilai Es adalah 20,7 – 41,4, sehingga diambil nilai:
20,7+41,4
Es = 2 = 31,05 MN/m2 = 31,05 x 103 kN/ m2
√
3 4
12 31,05 x 10 . 0, 45 31,05 x 103
k =0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0,352 = 17017,4508
R= √
2, 35 x107 .0,002013
4
17017 ,4508
2
= 1,2912
Z ' maks=
1, 2912 = 1,5489
1
Z '=
1,2912 = 0,7745
A’x = 0,6545
A’m = 0,1818
B’x = 0,0455
B’m = 0,5455
19,76 x 1,29123
7
xx (z) = 0,6545 2,35 x 10 x 0,002013 + 0,0455
100 x 1,29122
2,35 x 107 x 0,002013
= 0,000757 m
Mx (z) = 0,1818 x 19,76 x 1,2912 + 0,5455 .100
= 59,1885 kN.m
5. Untuk kedalaman 7,50 – 11,00 m
Dari Tabel modulus elastisitas Es, diperoleh Es untuk tanah lempung kaku, dari
data tanah diketahui bahwa tanah termasuk dalam Medium clay, nilai Es adalah
20,7 – 41,4, sehingga diambil nilai:
20,7+41,4
Es = 2 = 31,05 MN/m2 = 31,05 x 103 kN/ m2
√
3 4
12 31,05 x 10 . 0, 45 31,05 x 103
k =0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0,352 = 17017,4508
R= √
4 2,35 x107 .0, 002013
17017 ,4508 = 1,2912
3,5
Z ' maks=
1, 2912 = 2,7107
1,75
Z '=
1,2912 = 1,3553
A’x = 0,2273
A’m = 0,2727
B’x = -0,0909
B’m = 0,4545
19,76 x 1,29123
7
xx (z) = 0,2273 2,35 x 10 x 0,002013 + -0,0909
100 x 1,29122
2,35 x 107 x 0,002013
= -0,0001159 m
Mx (z) = 0,2727 x 19,76 x 1,2912 + 0,4545 .100
= 52,4077 kN.m
√
3 4
12 69 x 10 . 0, 45 69 x 103
k=0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0, 352 = 40418,5704
R= √
2,35 x107 .0, 002013
4
40418,5704
4
= 1,0401
Z ' maks=
1, 0401 = 3,8458
2
Z '=
1,0401 = 1,9229
A’x = 0,0227
A’m = 0,3182
B’x = -0,1364
B’m = 0,3182
19,76 x 1,04013
7
xx (z) = 0,0227 2,35 x 10 x 0,002013 + -0,1364
100 x 1,04012
2,35 x 107 x 0,002013
= -0,0003013 m
Mx (z) = 0,3182 x 19,76 x 1,0401 + 0,3182 .100
= 38,3598 kN.m
√
3 4
12 69 x 10 . 0, 45 69 x 103
k=0,65 . x
2,35 x 107 . 0, 002013 1−0, 352 = 40418,5704
R= √
2,35 x107 .0, 002013
4
40418,5704
5
= 1,0401
Z ' maks=
1, 0401 = 4,8072
2,5
Z '=
1,0401 = 2,4036
A’x = -0,4455
A’m = 0,2818
B’x = -0,1909
B’m = 0,2000
3
19,76 x 1,0401
7
xx (z) = -0,4455 2,35 x 10 x 0,002013 + -0,1909
2
100 x 1,0401
2,35 x 107 x 0,002013
= -0,0009066 m
Mx (z) = 0,2818 x 19,76 x 1,0401 + 0,200 .100
= 25,7917 kN.m
1
. 381,7035 .5,85792
= 2
= 6549,0764 kg.m
2
381 ,7035 . 20 −2.5,8579 .381 , 7035. 20
D1 =
2(20−5,8579)
= 2235,9537 kg
D = 0,45 m
- Cs =
[ 1−
Pu
φ Pcr][ 1−
126 , 97
]
0, 65 . 810 , 476
- Mn=Cs. Mu=1,3176 x 6,54908 x 107 = 86290678,08 N.mm
Mn 86290678,08
ea= = =679 , 6147 mm
- Pu 126970
h 450
e=ea+ −d '=679 , 6147+ −92, 5=812, 1147 mm
- 2 2
600 . d 600 . 427 , 5
cb= = =256 , 500 mm
- (fy +600) ( 4002+600)
Pu 126970
a= = =13 ,2779 mm
- 0, 85 . f ' c .b 0, 85 .25.450
- ab=0, 85.cb=0, 85 x256 ,500=218, 025
a < ab, maka dipakai rumus :
-
126970
As= As '
(
Pu e−d +
Pu
)
2 . β . f ' c .b
=
(
126970 812 , 1147−427 , 5+
2.(0, 85 . 25' 450 )
fy (d−d ' ) 400 (427 , 5−92 , 5 )
= 370,7274 mm2
1
As min(1 Ag)=0,01 x ( xπx 450 2 )=1590 , 4313
- 4
karena As < As min, digunakan As min, yaitu As perlu sebesar
1590,4313 mm2
Maka digunakan Tulangan 4D25 (As terpasang = 1963,4954 mm2)
Penurunan elastik pada tiang dibagi menjadi 2 perhitungan yaitu, penurunan elastik tiang
tunggal dan penurunan elastik tiang kelompok.
5.7.1 Penurunan Elastik Tiang Tunggal
(
Cs= 0,93+0,16 .
√)L
D
. Cp
(Qwp +Ɛ . Qws ) . L
S 1=
Ap+ Ep
Qwp .Cp
S 2=
D . qp
Qws . Cs
S 3=
L . qp
S=S 1+ S 2+S 3
Perhitungan :
1. Distribusi tahanan kulit ( Ɛ ) = 0,67
2. F = 3,00
3. Qb = 47,8645 ton
4. Qs = 223,478 ton
Qb 47,8645
5. Qwp= = =15,9548 ton
F 3
Qs 223,478
6. Qws= = =74,4927 ton
F 3
7. L = 20 m
8. d = 0,45 m
9. Ep = 21.000.000 ton/m2
1 2 1 2 2
10. Ap= π d = π 0,45 =0,159 m
4 4
11. qp = Qb = 47,8645 ton
12. cp = 0,02 ( tabel )
(
13. Cs= 0,93+0,16 .
20
0,45 √ )
.0,02=0,039
(15,9548+ 0,67 .74,4927 ) .20
14. S 1= =0,000062 m = 0,062 mm
0,159+ 21000000
15,9548.0,02
15. S 2= =0,014815 m = 14,815 mm
0,45.47,8645
74,4927.0,039
16. S 3= =0,003035 m=0,3,035 mm
20.47,8645
17. S=0,000062+0,014815+ 0,003035=0,017912 m=17,912 mm
Sg= (√ ) Bg
DS
Perhitungan :
S1. = 0,017912 m = 1,7912 cm
2.
Bg = 3,5m = 350 cm
d3. = 45 cm
4. Sg= (√
350
45.1,7912 )
=2,0837 cm=20,837 mm
5.8 PENURUNAN KONSOLIDASI KELOMPOK TIANG
Qg
∆ Pi=
( Bg+ Zi ) .(Lg+ Zi)
Cc . Hi Po ( i )+ ∆ Pi
∆ Si= log
1+ e 0 ( i ) Po ( i )
No D Λ Hi Zi Bg Lg Po Cc eo pi Si
M Ton/m2 M m M m Ton/m2 Ton/m2 m
lapisan
Lap 1 11 – 2,042 0,667 0,83 3,5 3,5 26,522 0,099 0,6 0,676 0,001127
15 35
Lap 2 15 – 2,042 13 8,16 3,5 3,5 42,337 0,099 0,6 0,093 0,000767
28 7
Lap 3 28 – 2,042 2 15,6 3,5 3,5 56,812 0,099 0,6 0,035 0,000033
30 67
Si total 0,001927
Si = 0,001927 m
Si = 1,927 mm
Perhitungan po
1. Lapisan 1
'
p0=( 2 ×2,0 )+ (1,5 × 1,676 ) + ( 2× 1,718 ) + ( 2 ×1,588 ) + ( 3,5 ×1,980 ) + ( 2,333 ×2,042 ) +(0,5 ×1,667 ×2,042)=
2. Lapisan 2
'
p0=( 2 ×2,0 )+ (1,5 × 1,676 ) + ( 2× 1,718 ) + ( 2 ×1,588 ) + ( 3,5 ×1,980 ) + ( 2,333 ×2,042 ) + ( 1,667 × 2,042 )+(0,5 ×13
3. Lapisan 3
'
p0=( 2 ×2,0 )+ (1,5 × 1,676 ) + ( 2× 1,718 ) + ( 2 ×1,588 ) + ( 3,5 ×1,980 ) + ( 4 ×2,042 ) + ( 13 ×2,042 ) +(0,5 ×2 ×2,042)
Perhitungan P
1. Lapisan 1
12,697 2
P1= =0,676 ton/m
( 3,5+ 0,8335 ) ×(3,5+ 0,8335)
2. Lapisan 2
12,697
P2= =0,093 ton/m2
(3,5+ 8,167 ) ×(3,5+8,167)
3. Lapisan 3
12,697
P3= =0,035ton/m2
( 3,5+15,667 ) ×( 3,5+15,667)
Perhitungan Si
1. Lapisan 1
0,099.1,667 26,522+0,676
S 1= log =0,001127 m=1,127 mm
1+0,60 26,522
2. Lapisan 2
0,099.13 42,337+0,093
S 2= log =0,000767 m=0,767 mm
1+0,60 42,337
3. Lapisan 3
0,099 .2 56,812+0,035
S 3= log =0,000033 m=0,033 mm
1+0,60 56,812
S total
S=0,001127 +0,000767+ 0,000033=0,001927 m=1,927 mm
Total penurunan yang terjadi pada elompok tiang merupankan penjumlahan dari penurunan
elastik dan penurunan konsolidasi.
S elastik = 20,837 mm
S konsolidasi = 1,927mm
Gambar 5.6 potongan melintang pondasi dan tampak atas desain pile cap
Perhitungan
1. S = 2,5 × 0,45 + 0,02 × 20 = 1,525 m
2. b = 2S + d = 2 × 1,525 + 0,45 = 3,5 m
3. l = 2S + d = 2 × 1,525 + 0,45 = 3,5 m
4. Bg = (2S + d) + 30 = (2 × 152,5)+45+30 = 380 cm = 3,8 m
5. Lg = (2S + d) + 30 = (2 × 152,5)+45+30 = 380 cm = 3,8 m
5.10.1 PERHITUNGAN MOMEN ULTIMIT
Untuk mncari niai Mu, maka struktur pondasi aan dianalisis dengan menganggap
pondasi sebagai tumpuan jepit dan tiang pondasi sebagai Qu, seperti pada gambar :
S = 1,525 m
Qu = 126,97 kN
Mu = 2 × Qu × S
= 2 × 126,97 × 1,525 = 387,258 KN.m
Tugas Besar Rekayasa Pondasi II 87
TUGAS BESAR REKAYASA PONDASI II
SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Mu 387,258
K = 2
= 2
=307,347 KN /m2
b× d 3,5 × 0,6
5.10.2 PENULANGAN PILE CAP
(
1. a= 1−√ 1−
√ )2k
fc ' (
× d= 1−√ 1−
√ 25000)
2 Χ 307,347
2
2. As u= = =1383,375 mm
fy 400
1 1
As= × π ×d = × π × 16 =201,0619 mm2
2 2
3.
4 4
4. Jumlah tuangan (n)
As u 1383,375
n= = =6,8803≈ 10 buah
As 201,0619
BAB VI
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
B. Pondasi dalam
1. Kedalaman pondasi(Df) = 20 m, dengan beban struktur (Pu) =12,697 ton,
kedalaman tanah keras nilai N-SPT > 30 terdapat pada kedalam 15 m dari
permukaan tanah
2. Pondasi yang dirancang aman terhadap tegangan tanah diatas dan dibawah
pondasi karena daya dukung (20,000 Kg/ cm2) lebih besar dari tegangan (12,7834
Kg/cm2) dengan faktor aman (F) = 3
3. Kapasitas daya dukung tiang kelompok yang didapatkan berdasarkan perhitungan
dengan faktor aman (F) = 3 yaitu 1847,1912 ton, jumlah tiang pancang yang
7.2 SARAN
Setelah selesai merancang pondasi dangkal, pondasi dalam, dan pile cap maka penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut agar perancang pondasi dapat mrancang dengan
baik lagi dan dapat belajar dari kesalahan-kesalahan perancang sebelumnya. Adapun
saran yang bisa penulis berikan sebagai berikut :
1. Dalm merancang kedalaman pondasi perlu diperhatikan letak tanah keras dengan
parameter N-SPT > 30 dan juga tahanan konus pada data sondir, karena semakin
besar nilai N-SPT dan qc maka semakin baik kualitas tanah tersebut untuk
mendukung pondasi
2. Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi di perlukan untuk membandingkan
dengan beberapa metode (minimal 3 metode umum) dan ambil nilai kapasitas
dukung yang terkecil agar perancangan pondasi lebih aman, dengan menggunakan
faktor keamanan 2,5 – 3
3. Penentuan metode perhitungan kapasitas dukung harus memperhatikan jenis tanah
pada lokasi perancangan apakah tanah homogen atau non homogen, kohesif atau non
kohesif, sehingga metode yang kita gunakan sesuai dan akurat
4. Apabila penurunan yang terjadi lebih besar dari nilai kapasitas ijin, maka dapat
dilakukan perbaikan tanah pada lokasi perancangan, agar dapat mengurangi
penurunan yang terjadi
5. Apabila kapasitas dukung mampu menahan beban struktur tetapi tidak mampu
menahan besarnya gaya gesek negatif tiang maka langkah yang dapat diambil antara
lain:
a. Mengurangi jarak antar tiang (berdasarkan Terzaghi dan Peck)
b. Menambah kedalaman pondasi pada tanah keras dan kaku karena tanah keras
mampu meemberi dukungan positif tehadap pondasi dan mengurangi gaya gesek
negatif
c. Menambah jumlah tiang pancang pada tiang kelompok karena semakin banyak
jumlah tiang maka kapasitas dukung pondasi semakin besar namun perlu juga
untuk memperhatikan segi ekonomis dalam perancangan
d. Apabila ketiga poin diatas belum dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut
maka langkah selanjutnya adalah melakukan rencana perbaikan tanah sebelum
merancang kembali pondasi yang ideal terhadap beban struktur dan gaya gesek
negatif.
6. Untuk mempermudah perancangan dan perhitungan gunakan software seperti
Mc.Excel sehingga ketika terjadi perubahan perancanaan, maka nominal angka juga
ikut berubah sesuai dengan rumus yang ditentukan. Selain itu perhitungan
menggunakan Mc.Excel lebih akurat dibandingkan manual karena tidak ada sistem
pembulatan angka di sistemnya.