Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA PONDASI I

“Analisis Terzaghi”
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bekasi, 14 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Pondasi............................................................................................................................2
2.2 Teori Kapasitas Dukung..................................................................................................3
2.1.1 Teori Kapasitas Dukung...........................................................................................3
2.3 Analisis Terzaghi............................................................................................................4
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok,
kolom, pelat baik itu yang terbuat dari baja, kayu maupun beton. Berdirinya elemen
tersebut tidak terlepas dari peran penting struktur pondasi yang menyokongnya dari
bawah sehingga tercipta struktur yang saling terhubung dengan baik membentuk suatu
konstruksi yang kokoh diatas maupun dibawahnya. Ada berbagai macam tipe pondasi
yang digunakan dalam konstruksi, pemilihan pondasi tersebut disesuaikan dengan
beban yang akan diterima oleh pondasi tersebut serta perlu diperhatikan apakah pondasi
itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan
untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi,


berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka
air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak
terendam air meskipun jenis tanah sama.
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai
kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat
akan dibangunnya bangunan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pondasi ?
2. Bagaimana Teori Kapasitas Dukung ?
3. Apa itu Analisis Terzaghi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dengan baik hal yang mempengaruhi pondasi agar berdiri kokoh.
2. Mengerti Teori Kapasitas Dukung.
3. Mengerti tentang Teori Analisis Terzaghi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan
ke tanah atau batuan yang ada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi pondasi ,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam .
Peck et al. (1953) membedakan pondasi sumuran (dalam) dengan pondasi
dangkal, yaitu dari nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B). (Gambar 2.1)

Gambar 3.1 Macam-macam pondasi


(a) Pondasi memanjang
(b) Pondasi telapak
(c) Pondasi rakit
(d) Pondasi sumuran
(e) Pondasi tiang
Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman
yang normal tidak mampu mendukung bebannya, sedangkan tanah keras terletak pada
kedalaman yang sangat dalam. Demikian pula, bila pondasi bangunan terletak pada tanah
timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan diletakkan pada timbunan akan
dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Beda antara pondasi sumuran dan tiang adalah
pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang, walaupun pada waktu
sekarang terdapat tiang bor yang diameternya cukup besar pula.
Pada prinsipnya, pondasi dalam adalah pondasi yang di dalam mendukung beban
bangunan mengandalkan tahanan ujung dan tahanan gesek dindingnya, sedangkan pondasi
dangkal hanya mengandalkan tahanan ujungnya saja, karena tahanan gesek dindingnya
kecil.

2.2 Teori Kapasitas Dukung


2.1.1 Teori Kapasitas Dukung
Analisis kapasitas dukung (bearing capacity) mempelajari kemampuan tanah
dalam mendukung beban pondasi dari struktur yang terletak di atasnya. Kapasitas
dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan pnurunan akibat
pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah si sepanjang
bidang-bidang geser nya.
Perancangan pondasi harus mempertimbangkan adanya keruntuhan geser dan
penurunan yang berlebihan. Untuk itu, perlu dipenuhi dua kriteria, yaitu: kriteria
stabilitas dan kriteria penurunan.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan pondasi
adalah:
(1) Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya kapasitas dukung tanah
harus dipenuhi. Dalam hitungan kapasitas dukung, umumnya digunakan faktor
aman 3.
(2) Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang di toleransikan,
khususnya penurunan yang tak seragam (differential settlement) harus tidak
mengakibatkan kerusakan pada struktur.

Untuk memenuhi stabilitas jangka panjang, perhatian harus diberikan pada


peletakan dasar pondasi. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup
untuk menanggulangi resiko erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah, dan
gangguan disekitar pondais lainnya.

Analisis-analisis kapasitas dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk


memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan sifat-
sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan. Analisisnya,
dilakukan dengan menganggap bahwa tanah berkelakuan sebagai bahan yang
bersifat plastis. Konsep ini pertama kali dikenalkan oleh Prandtl (1921), yang
kemudian dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Mayerhof (1955) dan lain-lainnya.
Persamaan-persamaan kapasitas dukung tanah yang diusulkan, umumnya
didasarkan pada persamaan Mohr-Coulomb:

Dengan,

τ = Tahanan geser tanah (kN/m2)

c = kohesi tanah (kN/m2)

φ = sudut gesek dalam tanah (derajat)

σ = tegangan normal (kN/m2)


.3 Analisis Terzaghi
Analisis kapasitas dukung dari Terzaghi (1943) didasarkan pada anggapan-anggapan,
sebagai berikut:
(1) Pondasi berbentuk memanjang tak terhingga
(2) Tanah dibawah dasar pondasi homogen.
(3) Berat tanah di atas dasar pondasi digantikan dengan beban terbagi rata sebesar
po = Dϰ, dengan Df adalah kedalaman dasar pondasi dan γ adalah berat
volume tanah di atas dasar pondasi.
(4) Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan.
(5) Dasar pondasi kasar.
(6) Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier.
(7) Baji tanah yang terbentuk didasar pondasi dalam kedudukan elastis dan
bergerak bersama-sama dengan dasar pondasi.
(8) Pertemuan antar sisi baji dan dasar pondasi membentuk sudut sebesar sudut
gesek dalam tanah (φ ¿.
(9) Berlaku prinsip superposisi.

Kapasitas dukung ultimit (ultimi bearing capacity)(qu) didefinisikan sebagai beban


maksimum per satuan luas di mana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami
keruntuhan. Bila dinyatakan dalam persamaan, maka:

pu
qu = A (3.2)

Dengan,

qu = Kapasitas dukung ultimit (kN/m2)

pu = Beban ultimit (kN)


A = Luas pondasi (m2)

Dalam analisis kapasitas dukung tanah, ditinjau suatu pondasi berbentuk memanjang
tak terhingga, dengan lebar B yang terletak diatas tanah yang homogen dan dibebani dengan
beban terbagi rata qu (Gambar 3.5a). Beban total pondasi per satuan panjang adalah pu =
quB. Karena pengaruh beban pu tersebut, pada tanah tepat di bawah pondasi akan terbentuk
sebuah baji memaksa tanah di sekitarnya bergerak, yang menghasilkan zona geser di kanan
dan kirinya dengan tiap-tiap zona terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian geser radial yang
berdekatan dengan baji dan bagian geser linier yang merupakan kelanjutan dari bagian
geser radial.

Gambar 3.5 (a) Pembebanan pondasi dan bentuk bidang geser

(b) Bentuk keruntuhan dalam analisa kapasitas dukung

(c) Distribusi tekanan tanah pasif pada permukaan BD


Contoh soal:

Pondasi telapak empat persegi panjang 1,5 m ×2 m terletak pada kedalaman


1 m dari muka tanah (Gambar A12). Beban kolom arahnya vertikal dengan garis
kerja beban dipusat pondasi. Dari uji triaksial diperoleh φ ' =35° , c’=30 kN/m2.
Data tanah lainnya, γ b = 18 kN/m3 dan permukaan air tanah sangat dalam. Bila
factor aman F = 3, berapakah beban kolom maksimum yang aman terhadap
keruntuhan kapasitas dukung menurut teori Meyerhof?

Gambar A12

Penyelesaian:

(a) Menurut Terzaghi

φ’ = 35°, Nc = 57,8; Nq = 41,4; N γ = 42,4

Kapasitas dukung pondasi empat persegi panjang:

qu = cNc (1+0,38B/L) + poNq + 0,5γ B N γ (1-0,2B/L)

1,5
(
= (30 × 57,8) 1+0,3 ×
2 )+ ( 18 × 41,4 ) +0,5 × 18 ×1,5 × 42,4 ×

(1+0 , 2 × 1,52 )
= 3355,8 kN/m2.

qun = 3355,8 – 18 = 3337,8 kN/m2.

Beban kolom maksimum dengan factor aman F=3:


q un 3337,8
Pmaks = A × = (1,5 ×2) × = 3337,8 kN
F 3

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kapasitas dukung teori Terzaghi telah banyak digunakan dalam menghitung
kapasitas dukung pada tanah granuler dan tanah-tanah yang mempunyai kohesi
dan sudut gesek dalam, karena persamaan kapasitas dukungnya memberikan
hasil yang sangat hati-hati.

3.2 Saran
Hitungan kapasitas dukung tanah harus selalu mempertimbangkan sifat-sifat
permeabilitas tanah. Untuk tanah yang berpeamibilitas rendah (tanah berbutir
halus: Lempung), analisis kapasitas dukung dalam keadaan kritis terjadi pada
kondisi jangka pendek atau segera setelah selesai pelaksanaan. Untuk itu,
analisis harus didasarkan pada kondisi tak terdrainase (undrained) dengan
menggunakan parameter tegangan total .
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, Hary Christady. 2018. Analisis dan Perancangan Fondasi I.Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai