KELAS:B
SEMESTER:IV(Empat)
NPM:2998/TS-ATK/19
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Esa. Yang dengan rahmat dan berkatnya
saya telah menyelesaikan tugas mata kuliah Teknik pondasi II yang berbentuk makalah dengan
judul (PILECAP TIANG PANCANG PONDASI II). Agar mahasiswa dapat menjadikan
panduan belajar serta mengaplikasikan pada dunia kerja. Yang sangat berkaitan erat dengan
teknik sipil.
Meskipun kami telah memberikan upaya yang maksimal dalam hal mencari refrensi,
menulis, dan menyusun menggunakan microsoft word dengan sesempurna mungkin. Namun
kami juga menyadari akan adanya keterbatasan seperti ucapan “TAK ADA GADING YANG
TAK RETAK”. Oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun dari rekan-rekan dan
dosen, sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………...……………………....... i
KATA PENGANTAR……………………………………...…………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………...………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………...………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………..………… 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………...………………………..... 3
2.1 Pnggolongan Pondasi Tiang pancang………………………………………….. 5
2.2 Alat Pancang Tiang……………………………….……………………………. 15
2.3 Metode Pelaksanaan Tiang Pancang…………………………………………… 19
2.4 Kapasitas Daya Dukung Tiang pancang……………………………………….. 24
2.5 Faktor 27
Aman………...……………………………………………………………….....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton,kayu, dan baja?
2. Alat-alat berat apa yang digunakan dalam pemancangan?
3. Berapa tegangan ijin masing-masing tiang pancang beton,baja,dan kayu?
1.3 Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca :
1. Mengetahui keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton ,kayu,
dan baja.
2. Mengetahui alat-alat berat yang digunakan dalam pemancangan.
3. Dapat menghitung tegangan ijin tiang pancang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan
untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang
yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang
menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja
(steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di
dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe
tanah, material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan
berbedabeda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban
bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik
dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat
tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang
dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir
dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana
menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama
1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang
penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi
baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para
pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus.
Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak
teknikteknik instalansi tiang pancang bermunculan.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1. Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2. Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai
kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah
dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat
diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi
biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada
jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal
tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang
pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal.
Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau
dermaga.
3
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup
untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila
tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh
beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman >
8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk
memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke
lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam
tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya
horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan
kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung
dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan.
Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat
yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang
composite (kayu – beton dan baja – beton).
• Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah
stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi
terlibat.
• Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan
bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara
terhadap guling.
• Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik
keluar kemudian.
• Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada
tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
• Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo
getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
• Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir,
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air
melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai
tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan
tekuk) maupun beban lateral (Bowles, 1991).
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang
sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan
berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang
4
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan.
Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan sangat
tergantung pada kondisi:
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya pembangunan
lepas pantai)
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada diatasnya atau
tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari permukaan tanah
Pembangunan diatas tanah yang tidak rata
Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)
6
Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan
menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan
jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya
tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu
dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam
posisi yang relatif pada tempatnya.
Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang
atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap
panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada
tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat
penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu
membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang
pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang
mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.
7
Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu
dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang
kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan
penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan.
Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang
menyebabkan kebusukan.
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak
dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya
pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk
transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini
tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari
pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang
terpaksa harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi
delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991) Keuntungan
8
Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun
bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi
tulangannya.
9
pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan
dua cara:
1) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2) Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton,
sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian Cast in Place
Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
Kerugian pemakaian Cast in Place
Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor akibat
tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat dengan
permukaan tanah. Hal ini disebabkan karenaAerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori
tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton
sekurang-kurangnya 20” (± 60 cm) dari muka air tanah terendah.
10
Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang
terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
11
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:
· Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
· Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.
d. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda
yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang
dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang
berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan
apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan
menyebabkan cara ini diabaikan.
13
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk dalam
tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam casing
terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.
d. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga
bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan
pembesian maka besi tulngan dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor
sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik
keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain
pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari tiang
pipa.
1. Cara penumbukan
14
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penumbukan
oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penggetaran
oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu, lalu
tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan tanah.
15
2.2 Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul yang
dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya
dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.4a sampai
dengan 2.4d. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang
dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang
kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.
16
2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
(b) (
a)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh
udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya
sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh
(c) (
d)
Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting hammer), (b) Pemukul
aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel (diesel hammer), (d) Pemukul getar
(vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002 )
17
4. Pemukul Diesel (diesel hammer)
Diesel Hammer adalah alat pemancang tiang yang paling sederhana. Alat ini memiliki
satu silinder dengan dua mesin diesel, piston/ram, tangki bahan bakar, tangki pelumas, pompa
bahan bakar, injector, dan mesin pelumas. Pada pengoperasiannya, energi alat didapat dari
berat ram yang menekan udara di dalam silinder.Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok
anvil dan sistem injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan
dengan menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah
jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (gambar c).
18
6. Hydraulic Hammer
Alat ini memiliki cara kerja berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis. Hidraulic
Hammer ini dimanfaatkan untuk memancangkan pondasi tiang baja H dan pondasi lempengan
baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Alat ini sesuai digunakan ketika ada
keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek.
Untuk memperpanjang tiangnya dapat dilakukan penyambungan pada ujung-ujungnya.
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan
metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan
19
pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan
dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang pancang:
1) Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yangdiperoleh
dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang
diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap
keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.
2) Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan denganjalan
memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung
tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi
permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang
lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan
tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang
daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit
lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya
pembuatan pelat betonnya.
3) Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi
pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
A. Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang
tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda
dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang
diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan
hatihati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangantiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan
terakhir
(final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
20
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnyabila
level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang
diharapkan belum tercapai.
B. Proses Pengangkatan
21
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang
oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak
antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah
diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai
momen yang sama.
C. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patoktitik
pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang
telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yangtelah
ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjangbackstay sambil
diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengancenter gate pada
dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama
untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
kontiniuke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
22
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung.
Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal
dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang
tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi
setiap setengah meter. 4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
(Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
ditentukanoleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah
yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan
dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak
mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan
dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang .
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan
olehperlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan
gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan
kapasitas tiang.
23
2.4 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali
sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat,
sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-
menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi
lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam
perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai,
guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang.
Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1) dimana
:
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode Aoki dan
De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data
Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
dimana :
24
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang dan
Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas (f)diprediksi
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh, 1999)
25
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan
nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4) dimana
:
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal. qc
= Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus
dimana :
26
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi. qc
= Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
2. Daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir (CPT/Cone Penetration Test)
P =(qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5 ; dimana ; P = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
Ka = Keliling penampang tiang (cm1)
JHL = Jumlah hambatan lekat
SF = Safety factor ; 3 dan 5
3. Daya dukung tiang pancang berdasarkan Data SPT/ Standart Penentration Test
27
• P = (Qu +Qsi)/3
Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer
dan koef. Restitusi
28
Tipe Hammer Efficiency, E
Single and double acting hammer 0.7 - 0.8
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9
Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian antara
lain adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu:
1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat
diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga
mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kerugiannya yaitu:
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada
daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah
disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit
dan memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.
Pemancangan
Kelebihan:
1. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
2. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
1. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
4. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit
dan memerlukan alat penyambung khusus.
5. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan
sekitar.
2. Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
6. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
7. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
30
1. Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
2. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
3. Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
4. Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis, dimensi,
jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan penggunaan
pondasi tiang pancang ini adalah:
1) Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.
2) Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain (bored
pile).
3) Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan merupakan hasil
pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol sesuaidengan
kebutuhan serta kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi
fisik tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4) Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan yang
menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set yang
ditentukan (kalendering). Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile Driver
(HSPD),terdapat dial pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari
empat silinder untuk menekan tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui kedalaman
tanah keras.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dipetik dari makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Penggolongan pondasi tiang pancang menurut bahan terbagi atas : beton,baja, kayu,
dan komposit.
2. Pemasangan tiang pancang dapat dilakukan dengan cara dicetak dari luar ataupun di
bordi lokasi kerja
3. Alat berat pemancang tiang pancang yaitu : pemukul jatuh, pemukul aksi
tiang,pemukul aksi double, pemukul diesel, pemukul getar, dan hydraulic hammer.
4. Metode pelaksanaan tiang pancang dimulai dari tahap persiapan, pengangkatan, dan
pemancangan
5. Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat dihitung berdasarkan kekuatan baahan,
datasondir, data SPT, dan daya dukung tiang pancang
3.2 Saran
Disarankan kepada pembaca agar membaca isi makalah dari awal hingga akhir agar isi
makalah dapat dimengerti dengan baik.
32
Daftar Pustaka
http://tanya-konstruksi.blogspot.com/2013/02/apa-itu-tes-sondir.html
http://tukangsondir.blogspot.com/2013/02/cara-kerja.html
eprints.unsri.ac.id/1771/1/pondasi_dangkal01.doc
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/sondir.html
http://labmektansipilusu.blogspot.com/2011/02/pemeriksaan-kekuatan-tanah-dengan.html
www.ilmusipil.com/wp-content/uploads/2010/01/alat-tes-sondir1.jpg
https://tekniksipil006.files.wordpress.com/2014/10/27c78-caratekniskerjaujisondir1.jpg
33