Anda di halaman 1dari 20

Daftar isi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

1.3 Tujuan penulisan ................................................................................................... 2

1.4 Batasan masalah .................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Pondasi Dalam .................................................................................... 3

2.2 Jenis-jenis Pondasi Dalam .................................................................................... 3

2.3 Fungsi Pondasi Dalam .......................................................................................... 8

2.4 Metode Pelaksanaan Pondasi Dalam .................................................................... 9

2.5 Metode Pengujian Pondasi Dalam ...................................................................... 16

BAB 3 KESIMPULAN ..................................................................................................... 19

1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu konstruksi yang kokoh dan stabil, tergantung dari kemampuan dan kesesuaian
pondasi yang menopang konstruksi tersebut. Pondasi adalah sebuah awal dari berdirinya
suatu konstruksi bangunan, sehingga pondasi ini sangat penting karena tanpa pondasi
tidak mungkin sebuah konstruksi bangunan dapat berdiri kokoh. Pembuatan pondasipun
harus disesuaikan dengan kontruksi yang akan dibangun diatasnya, sehingga pondasi
dapat dengan kokoh menopang beban yang diterimanya. Konstruksi bangunan sederhana
seperti bangunan rumah tinggal, cukup menggunakan pondasi dangkal. Namun untuk
konstruksi bangunan bertingkat, seperti gedung pencakar langit, konstruksi pier jembatan
sudah barang tentu membutuhkan pondasi dalam dengan persyaratan-persyaratan khusus.
Maka dari itu, pengetahuan tentang pondasi amat sangat penting. Terlebih pondasi dalam
yang membutuhkan pengetahuan dan perhitungan juga penelitian yang lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Pondasi Dalam ?
2. Jenis-jenis Pondasi Dalam ?
3. Fungsi Pondasi Dalam ?
4. Metode pelaksanaan dari masing-masing Pondasi Dalam ?
5. Metode pelaksanaan pengujian dari masing-masing Pondasi Dalam ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Memahami pengertian Pondasi Dalam.
2. Mengetahui jenis-jenis Pondasi Dalam.
3. Mengetahui fungsi Pondasi Dalam.
4. Memahami metode pelaksanaan dari masing-masing Pondasi Dalam.
5. Memahami metode pelaksanaan pengujian dari masing-masing Pondasi Dalam.

1.4 Batasan masalah


Adapun Batasan maslah pda makalah ini hanya membahas tentang pengertian dan
penjelasan pada pondasi dalam.

2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah jenis pondasi dibedakan dari pondasi dangkal dengan kedalaman
mereka tertanam ke dalam tanah. Ada banyak alasan seorang insinyur geoteknik akan
merekomendasikan pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum
adalah beban desain yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau
kendala situs (seperti garis properti). Ada istilah yang berbeda digunakan untuk
menggambarkan berbagai jenis pondasi yang mendalam, termasuk tumpukan (yang
analog dengan tiang), tiang jembatan (yang analog dengan kolom), poros dibor, dan
caisson. Tumpukan umumnya didorong ke dalam tanah di situ; pondasi mendalam lainnya
biasanya diletakkan di tempat dengan menggunakan penggalian dan pengeboran.
Konvensi penamaan dapat bervariasi antara disiplin ilmu teknik dan perusahaan. Pondasi
dalam dapat terbuat dari kayu, baja, beton bertulang dan beton pratekan.

2.2 Jenis-jenis Pondasi Dalam


a. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi
tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang
relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan
komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Pada umumnya pondasi
sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum
digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton
bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.

Gambar Pondasi Sumuran

3
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan pondasi sumuran,
yaitu:
 Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang dipikul oleh
pondasi tersebut.
 Penurunan yang terjadi harus sesuai dengan batas yang diijinkan (toleransi)
yaitu 1″ (2,54cm).
Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam perakteknya terdapat
beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan untuk penggunaannya, diantaranya
adalah sebagai berikut :
 Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis pondasi
langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya terlalu dalam
& lebar).
 Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat beton akan
sulit dilaksanakan karena air harus dipompa dan dibuang ke luar lubang
galian.
 Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat untuk konstruksi
yang tanah kerasnya terletak 3-5 m.
b. Pondasi Bored Pile
Pondasi Bored Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam
permukaan tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke
dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang yang dibor dengan alat
khusus. Setelah mencapai kedalaman yang disyaratkan, kemudian dilakukan
pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi, kemudian dimasukkan
rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan pengecoran
terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu
dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan
pengecoran kesing tersebut dikeluarkan kembali.

Gambar Bored Pile

4
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan pondasi bored pile,
yaitu:
 Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika
tipe tanah pada lokasi yang berpasir atau tanah basah maka akan sangat
mudah longsor sehingga sangat sulit dalam proses pengangkatan mata bor
setelah pengeboran. Salah sedikit bisa mengakibatkan kelongsoran pada
lubang yang telah dibuat.
 Level muka air tanah sangat menentukan tekanan terhadap mata bor dan
dinding sumuran. Jika level air tanah sangat dangkal maka sumuran yang
dibuat akan sering mengalami kebanjiran yang akan berakibat sumuran
akan mudah longsor dan mata bor sulit menekan akibat tekanan air menuju
arah keatas.
 Untuk area yang tergenang air, sangat tidak disarankan untuk
menggunakan pondasi sistem bore pile. Hal tersebut diakibatkan karena
berpengaruh terhadap faktor air semen pondasi bore pile. Penempatan
mesin bor juga sangat sulit pada posisi genangan.
c. Pondasi Tiang Pancang
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity)
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja padanya Atau
apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat
bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam
dari permukaan tanah kedalaman lebih dari 8 meter.

Gambar Tiang Pancang

5
Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa
macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :
 Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut.
 Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.
 Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
 Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Seperti yang kita ketahui bahwa tipe pondasi cukup banyak macamnya, dan
tergantung dari fungsi serta kegunaannya. Konstruksi pondasi tersebut bisa terbuat
dari kayu, baja, atau beton yang berfungsi untuk meneruskan beban- beban dari
struktur bangunan atas ke lapisan tanah pendukung (bearing layers) dibawahnya
pada kedalaman tertentu.

d. Pondasi Strauss Pile


Pondasi strauss pile adalah pekerjaan pembuatan pondasi tiang dengan cara tanah
di bor secara manual atau tenaga penggerak mata bornya adalah tenaga manusia,
kemudian dimasukkan besi tulangan yang telah diinstal lalu pengecoran ditempat.
Strauss pile / Bor pile manual adalah solusi alternatif pondasi untuk bangunan
sederhana atau sebagai pengganti pondasi tiang pancang, bored pile atau cerucuk
bambu.

Gambar Strauss Pile

6
Pondasi strauss pile merupakan pondasi bored pile yang dikerjakan secara manual
dengan tenaga manusia, sehingga pondasi strauss pile hanya dapat dikerjakan jika
kondisi tanahnya lunak.
e. Pondasi Piers (Dinding Diagfragma)
Pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat dengan cara
melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan
kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier adalah bahwa pondasi jenis
ini lebih murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi
menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah
dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi
normal. Pondasi pier standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena
itu, aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok beton diafragman adalah
mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier
dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom vertikal
yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang
ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma ini
mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding
diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur.

Gambar Pondasi Piers

7
2.3 Fungsi Pondasi Dalam
a. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah
 Beban mati / dead load, atau berat sendiri bangunan
 Beban hidup/live load,atau beban sesuai fungsi bangunan.
 Beban gempa
 Beban angin
 Gaya angkat air
 Momen dan torsi
b. Pondasi Bored Pile
Pondasi bored pile mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah
ke dalam tanah melalui lapisan tanahnya.
 Dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki tiang bangunan agar tidak
terjadi gagal guling.
c. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah
ke dalam tanah melalui lapisan tanahnya. Pondasi tiang pancang memiliki
kemampuan untuk mengirim gaya vertikal serta gaya lateral.
 Dapat digunakan untuk menahan gaya dorongan dari dalam tanah seperti
pondasi tapak. Selain itu, dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki
tiang bangunan agar tidak terjadi gagal guling.
 Tiang pancang mampu memadatkan endapan tanah yang lepas bebas ketika
terjadi perpindahan tiang pancang dan getaran saat pemancangan.
 Untuk menurunkan kaki-kaki atau tapak bangunan pada tanah tepi yang
lapisan kemampatannya tinggi.
 Dapat digunakan untuk memadatkan tanah di bawah pondasi dan
mengontrol amplitudo getaran serta efek alami dari mesin pemancang.
 Menjadi sumber keamanan tambahan di bawah jembatan dan tiang agar
tidak terjadi erosi.

8
 Bila digunakan pada konstruksi di lepas pantai, tiang pancang dapat
berfungsi untuk mengalirkan beban dari permukaan air ke dalam air dan ke
dasar tanah.
d. Pondasi Strauss Pile
Pondasi straus pile mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah
ke dalam tanah melalui lapisan tanahnya.
 Dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki tiang bangunan agar tidak
terjadi gagal guling.
e. Pondasi Piers (Dinding Diagfragma)
Pondasi pies mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Sistem kolom vertikal yang terbuat dari Beton Bertulang dan ditempatkan
di bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali.
 Lempengan beton diafragma ini mentransfer beban bangunan ke tanah.
Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi piers) yang
menahan dinding rumah atau struktur.

2.4 Metode Pelaksanaan Pondasi Dalam


a. Pondasi sumuran
Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Unit Beton Pracetak
 Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang
sebagaimana mestinya. Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang
tepat dan terbuat dari logam. Cetakan harus kedap air dan tidak boleh
dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Unit beton pracetak
yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos, atau
cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.
 Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah
pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan
beton telah mencapai 70 persen dari kuat tekan beton rancangan dalam
28 hari.
 Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton
tersebut mengeras paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai

9
pengujian menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan
rancangan dalam 28 hari.
2. Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak
 Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit
yang terbawah. Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah
diturunkan, beton pracetak berikut-nya harus dipasang di atasnya dan
disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk
memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan.
 Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam setelah penyambungan selesai
dikerjakan.
3. Dinding Sumuran Cor Di Tempat
 Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi
garis dan elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka laing
sedikit 3 hari setelah pengecoran. Beton harus dicor dan dirawat sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
 Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit 7 hari setelah pengecoran
atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai
70 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.
4. Galian dan Penurunan
 Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi
undang-undang keselamatan kerja, dan sebagainya.
 Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah
dilaksanakan dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan
kondisi tanah. Gangguan, pergeseran dan gonjangan pada dinding
sumuran harus dihindarkan selama penggalian.
 Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya
sendiri, dengan menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan
mengurangi ketahanan geser (frictional resistance), dan sebagainya.
 Cara mengurangi ketahanan geser :Bilamana ketahanan geser
diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding sumuran, maka
disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara
dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.

10
 Sumbat Dasar Sumuran, Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran,
perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :Pengecoran
beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremies atau
pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air
dalam sumuran.
 Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah
pengecoran beton untuk sumbat dasar sumuran.
 Pengisian Sumuran, Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175
sampai elevasi satu meter di bawah pondasi telapak. Sisa satu meter
tersebut harus diisi dengan beton K250.
 Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work),Dinding
penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan
sumuran selesai dikerjakan.
 Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka, Bagian atas dinding
sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi
telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan
menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers).
Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.Baja
tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus
mem- punyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulanagan.
 Pengendalian Keselamatan,Dalam melaksanakan pembuatan pondasi
sumuran, standar keselamatan yang tinggi harus digunakan untuk para
pekerja dengan ketat mematuhi undang-undang dan peraturan yang
berkaitan.
b. Pondasi Bored Pile
Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Marking dan setting out posisi pile
 Sebelum memulai pengeboran, kontraktor harus mengajukan aproval
shop drawing terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan oleh direksi
pekerjaan. Proses aproval shop drawing ini bertujuan untuk memastikan

11
agar jangan sampai terjadi kesalahan pada denah posisi titik-titik bore
pile yang akan dibor. Setelah aproval shop drawing mendapat
persetujuan oleh direksi pekerjaan maka surveyor melakukan
pengukuran , marking dan setting out titik pile yang akan dibor.
2. Pemasangan casing temporary
 Setelah pekerjaan marking dan setting out titik bore selesai dilakukan
oleh surveyor lalu dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan casing
temporary.Pemasangan casing temporary ini bertujuan agar pada saat
pekerjaan pengeboran dilakukan jangan sampai terjadi keruntuhan pada
permukaan tanah yang akan dibor tersebut.
3. Boring Operation / Pekerjaan Pengeboran
 Sebelum memulai pekerjaan pengeboran , alat bor disetting pada titik
bore pile yg sudah di marking dan dipasang casing temporary tersebut.
Pengeboran dilakukan dengan menggunakan auger, diameter auger dan
panjang kedalaman titik pile disesuaikan dengan gambar rencana atau
shop drawing.
4. Cleaning
 Setelah mencapai kedalaman design toe level ,alat bor auger diganti alat
bor dengan dasar yang flat (Cleaning Bucket). Cleaning bucket
berfungsi untuk membersikan dasar lubang bor.
5. Measuring tape / pengecekan kedalaman dasar pengeboran
 Pengukuran kedalaman lubang Bor dilakukan dengan menurunkan
measuring tape sampai ke dasar lubang bor. Di ujung measuring tape di
pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan measuring tape
sampai ke dasar bore hole.
6. Reinforcement Steel Cage
 Steel Cage (tulangan besi) di pabrikasi di lokasi proyek. Steel cage yang
sudah di pabrikasi kemudian di turunkan ke lubang bor yang sudah
selesai di bor sampai kedalaman desain toe level. Steel cage disambung
dengan alat las.

12
7. Setting tremi pipe
 Setelah tulangan besi (steel cage) diturunkan ke dasar lubang ,lalu
dilanjutkan dengan setting pipa tremi untuk persiapan pekerjaan
pengecoran.Pemasangan pipa tremi ini bertujuan agar di saat
pengecoran beton segar tidak bercampur dengan tanah.
8. Casting / pengecoran
 Metode casting / pengecoran adalah dengan menggunakan pipa tremi.
Ready mix dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang
pipa tremi disesuaikan dengan kedalaman dasar lubang bor. Sebelum
ready mix dituang terlebih dahulu air di tuang ke dalam corong untuk
melancarkan aliran ready mix dalam pipa tremi. Casting akan dihentikan
jika concrete sudah 1 m diatas cut off level. Selama pengecoran pipa
tremi akan dipotong secara bertahap, tetapi tetap di jaga agar pipa tremi
minimal 2 m tertanam di bawah concrete level .
c. Pondasi Tiang Pancang
Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Persiapan Lokasi Pemancangan
 Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan diletakan, tanah
haruslah dapat menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang
pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus
dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus
harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian
diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.
2. Persiapan Alat Pemancang
 Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang
sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang
pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang
telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan,
tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan
penyelidikan tanah terlebih dahulu.
 Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer, diesel
atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak

13
kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan
untuk diesel hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengah
jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg
dan minimum 2,2 ton.
3. Penyimpanan Tiang Pancang
 Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan
pemancangan. Tiang pancang disusus seperti piramida, dan dialasi
dengan kayu 5/10. Penyimpanan dikelompokan sesuai dengan
type, diameter, dimensi yang sama.
4. Pemancangan
 Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau
mandrel. Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada
alat, lalu ditarik sehingga tiang pancang masuk pada bagian alat.
 Setelah kemiringan telah sesuai, kemudian dilakukan
pemancangan dengan menjatuhkan palu pada mesin pancang. Bila
kedalaman pemancangan lebih dalam dari pada panjang tiang
pancang satu batang, maka perlu dilakukan penyambungan dengan
tiang pancang kedua, yaitu dengan pengelasan.
 Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau
penetrasi tertentu sesuai dengan perencana atau Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya dilakukan pemancangan di titik berikutnya dengan
langkah yang sama.
d. Pondasi Strauss Pile
Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat
setiap interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman
yang telah ditentukan.
2. Pengeboran dengan sistem bor basah / wash boring : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan
tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat diberi
chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran pada dinding lubang

14
hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air lewat
lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan
tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari lubang. Setelah
mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata
bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi
tetap mengalir terus sampai serpihan tanah terdorong keluar dari lubang
seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa
tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor
diangkat dari lubang bor pile. Dengan bersihnya lubang bor pile maka
kualitas pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.
3. pembersihan lubang bor dari lumpur pekat yang dihasilkan dari proses
pengeboran. Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih khusus
yang dinamakan cleaning bucket dengan ukuran yang sesuai dengan
diameter lubang bor. Sebelum dan sesudah melakukan pembersihan harus
dilakukan pengukuran dasar lubang bor menggunakan alat ukur dengan
tujuan untuk memastikan lubang bor sudah bersih.
4. pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran. Pipa tremi adalah
pipa dengan ukuran 4 inc yang berfungsi untuk menghantar adukan beton
sampai ke dasar pengeboran dan memisahkan antara adukan beton dan sisa
air keruh yang tersisa.
5. Proses selanjtnya yaitu mengangkat kerangka baja tulangan yang telah di
instal dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi tegak lurus
terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi
banyak singgungan dengan lubang bor.
6. Pada proses pengecoran, hal pertama yang harus dilakukan adalah
memisahkan lumpur limbah pengeboran dengan cara maka menggunakan
plastik yang sudah berisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton dan
digantungkan didalam bagian pipa tremi.
e. Pondasi Piers (Dinding Diagfragma)
Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan ini dilaksanakan sebelum Pekerjaan Pier kolom dengan
menggunakan mutu beton K 350. Proses pekerjaannya meliputi pemasangan
tulangan, kemudian pemasangan bekisting, pada saat pemasangan tulangan

15
untuk badan Pondasi digunakan besi D 19 uril untuk tulangan pokok dan
digunakan besi D 13 uril untuk tulangan sengkang.
2. Setiap pelaksanaan pekerjaan bangunan konstruksi didasarkan pada desain
awal perencanaan yang sudah rampung, jikalau pada perencanaan
menggunakan mutu beton K-500 dan menggunakan besi diameter yang
berbeda dengan yang tercantum di atas maka laporan pekerjaan dan
pengawasan juga harus sesuai.

2.5 Metode Pengujian Pondasi Dalam


a. Pondasi Bored Pile
1. Loading test
Pengujian loading test merupakan jenis pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui daya dukung tiang terhadap beban yang diterima oleh tiang
pondasi tersebut. Langkah pengerjaan test pile :
 Pabrikasi tulangan utama dan sengkang pondasi bored pile.
 Instalasi pipa tremi.
 Pengeboran titik bor dengan mata bor auger mulai dari muka
tanah sampai kedalaman – 12,00 m.
 Pemasangan casing pada lubang bor.
 Pengeboran dengan menggunakan mata bor bucket mulai
dari kedalaman -12,00 m – 49,5 m.
 Pengeboran dengan mata bor cleaning atau sering disebut proses
pembersihan lubang bor.
 Pemasangan tulangan pada lubang bor. Pada pembuatan test pile
panjang tulangan lebih panjang yakni sampai level top
casing dibandingkan dengan panjang tulangan untuk pile
lainnya, yaitu berada pada kedalaman – 9,00 m. Hal ini dilakukan
karena pada tiang pondasi yang akan diuji harus bisa terlihat
sampai muka tanah agar pada proses pengujian bisa dilakukan
dengan mudah. Dan pada proses pembuatan test pile section/bagian
paling atas dari tulangan tersebut yakni bagian tulangan yang
memiliki panjang ± 4,00 m di selimuti oleh karpet hitam atau
geogundle membrane hal ini dilakukan untuk menjaga keutuhan

16
beton yang dituangkan kedalam lubang bor agar tidak tercampur
dengan sedimen lain dalam lubang bor tersebut karena untuk
memberikan hasil yang baik dalam pengujian dan mengurangi
nilai friction terhadap tanah sekelilingnya yang nantinya akan
digali pada proses pengujian untuk memasangan instrumentasi pada
test pile tersebut.
 pengecoran test pile dalam pengerjaan test pile volume beton
yang di butuhkan lebih banyak di bandingkan dengan pengerjaan
pile lainnya hal ini dikarenakan pada pembuatan test pile tinggi
muka pengecoran yaitu sampai level top casing sama seperti
pada proses pemasangan tulangan yang tujuannya adalah
memberikan kemudahan dalam proses pengujian test pile.
b. Pondasi Sumuran
Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang.
Untuk itu harus dilakukan :
 Strain transducer harus dipasang pada garis netral dan accelerometer pada
lokasi berlawanan secara diametral.
 Posisi harus tegak lurus terhadap garis strain transducer.
c. Pondasi Tiang Pancang
 PDA (Pile Driving Analyzer) - Case Method
PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan
metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan
sifat pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi
tiang yang diuji. Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method,
yang meliputi pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama
pelaksanaan pengujian (re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara
real time untuk mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi tiang
tunggal. Dari PDA Test dengan menggunakan "Case Method" kita akan
dapat mengetahui :
 daya dukung pondasi tiang tunggal
 integritas atau keutuhan tiang dan sambungan
 efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat pancang

17
d. Pondasi Piers
Langkah pengujia :
 Lokasi Kepala Tiang Pancang Pergeseran lateral kepala tiang pancang dari
posisi yang ditentukan dalam segala arah tidak melebihi 75 mm.
 Kemiringan Tiang Pancang Penyimpangan arah Vertikal atau kemiringan
yang disyaratkan 20 mm per meter (1/50) tidak melebihi 20 mm per meter
(1/50).
 Kelengkungan (BOW).

18
BAB 3 KESIMPULAN
1. Pondasi dalam adalah jenis pondasi dibedakan dari pondasi dangkal dengan kedalaman
mereka tertanam ke dalam tanah. Ada banyak alasan seorang insinyur geoteknik akan
merekomendasikan pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum
adalah beban desain yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau
kendala situs (seperti garis properti).

2. Jenis pondasi sebagi berikut :

 Pondasi Sumuran
 Pondasi bored pile
 Pondasi tiang pancang
 Pondasi strauss pile
 Pondasi piers

3. Fungsi Pondasi Dalam :

 Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah


 Beban mati / dead load, atau berat sendiri bangunan
 Beban hidup/live load,atau beban sesuai fungsi bangunan.
 Beban gempa
 Beban angin
 Gaya angkat air
 Momen dan torsi

4. Metode pelaksanaan pondasi :

 Persiapan Lokasi Pemancangan


 Persiapan Alat
 Penyimpanan Tiang Pancang
 Pemancangan

5. Metode pelaksanaan pengujian Pondasi Dalam :

 PDA (Pile Driving Analyzer) - Case Method

19
 PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan
metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat
pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang
diuji. Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi
pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan
pengujian (re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk
mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi tiang tunggal. Dari PDA Test
dengan menggunakan "Case Method" kita akan dapat mengetahui :
 daya dukung pondasi tiang tunggal
 integritas atau keutuhan tiang dan sambungan
 efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat pancang

20

Anda mungkin juga menyukai