Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Struktur
Baja I
Pengikat Struktural 2

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

13
Fakultas Teknik Sipil MK11052 Resi Aseanto, ST, MT
Teknik Perencanaan
dan Desain

Abstract Kompetensi
Matakuliah Struktur Baja I mengenai Mahasiwa mampu memahami efisiensi,
Perencanaan Struktur Baja. duktilitas, ketelitian, kehandalan dan
adaptibilitas bahan baja untuk terapan
tipe struktur/konstruksi dan memahami
metode perhitungan konstruksi baja.
e). Keruntuhan blok geser pada pelat
(Shear block failure of plate).

Gambar 16 : Tipe fraktur blok geser pada pelat.

f). Keruntuhan tumpu pada baut


(Bearing failure of bolt).

Gambar 17 : Tipe keruntuhan tumpu pada baut.

5. KEKUATAN SAMBUNGAN BAUT/PAKU KELING.

a). Kekuatan Baut/Paku Keling.

SNI 03-1729-2002 pasal 13.2.2. menyatakan, suatu baut yang memikul gaya terfaktor,
Ru harus memenuhi syarat berikut,
Ru   Rn ......(1)
Dimana
 = faktor reduksi kekuatan (tabel 6.4.2) = 0,75
Rn = kuat nominal baut.
Sesuai dengan cara bekerjanya baut maka baut dibedakan dalam dua type yaitu type
friksi (friction type) dan type tumpu (bearing type). Pada baut type friksi, kekuatan baut
didapat dari gesekan (friction) yang terjadi antar pelat atau batang yang disambung.
Sedangkan pada baut type tumpu, kekuatan baut didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang
kontak antara baut dan pelat yang disambung, atau kemampuan menahan geseran pada
penampang baut.

b). Baut Tipe Friksi

Baut type ini sering dikenal dengan istilah slip-critical connections yaitu baut yang
mengandalkan kekuatan slip antara permukaan batang yang disambung. Agar baut type ini
bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat mengencangkan baut atau memberikan
momen torsi pada baut sedemikian sehingga baut mengalami prategang tarik.

Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu tinggi yang slipnya dibatasi,
satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor, dalam bidang permukaan friksi harus
memenuhi:
Ru   Rn ......(2)

Kuat geser mominal satu baut dalam sambungan tipe friksi yang ditentukan sebagai berikut:

1
Rn = 1,13  m . Tb
......(3)
Dimana,
 koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih.
m adalah jumlah bidang geser.
Tb adalah gaya tarik baut minimum, lihat tabel (3) diatas.
 = 1,0 untuk lubang standar.
 = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar.
 = 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
 = 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah kerja gaya.

Resultant
Clamping
Forces

Gambar 18 : Gaya pretension pada


Baut, Tb.

Plane Of Friction
Bolt
Tension
Tb

Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor, Tu,
harus memenuhi ketentuan diatas dengan kuat rencana slip RuRn direduksi dengan faktor
 Tu 
1   ......(4)
 1,13Tb 
c). Baut Tipe Tumpu

Pada baut type tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena keruntuhan geser
pada baut atau keruntuhan tumpu pada elemen yang disambung seperti pelat/batang.

c1). Kekuatan Geser Nominal Baut/Paku Keling

Kuat geser nominal yang diberikan oleh satu buah baut yang mengalami geser pada
penampangnya adalah,

Rn  m . r1 . f ub . Ab ......(5)
Dimana,
m = jumlah bidang geser (lihat gambar 12).
r1 = 0,5 untuk bidang geser baut tak berulir.
= 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
= 0,6 untuk paku keling.

2
f ub = kuat tarik putus baut (MPa).
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2).

(a) (b)

Gambar 19 : Bidang geser baut, gambar (a) r1 = 0,5, gambar (b) r1 = 0,4.
Untuk paku keling r1 = 0,6.

c2). Kekuatan Tumpu Nominal

Kekuatan tumpu nominal tergantung kepada kondisi terlemah antara baut dan
pelat/batang yang disambung, dihitung dengan cara sebagai berikut,

Rn  n . d b . t p . fu ......(6)
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
= 2,0 untuk lobang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya.
db = diameter baut bagian tidak berulir (mm).
tp = tebal pelat/batang terkecil (mm).
fu = tegangan tarik putus baut/pelat/batang, sesuai mutu baja (MPa).

d). Kekuatan Tarik Nominal Baut


Baut yang memikul gaya tarik, kekuatan nominalnya dihitung sebagai berikut,

Rn  f ub . Ab ......(7)
Dimana,
f ub = kuat tarik putus baut (MPa).
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm2).

6. CONTOH SOAL

6.1.). Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat  5 x 200 mm disambung dengan satu
buah pelat  8 x 200 mm, mutu baja BJ-37, seperti pada gambar dibawah mengalami gaya
tarik sentris, yang terdiri dari muatan mati D = 10 ton, muatan hidup L = 7 ton. Sambungan
menggunakan baut biasa dengan mutu BJ-37. Rencanakan sambungan tersebut, lakukanlah
evaluasi terhadap kekuatannya.

3
200 mm

1/2Ru
5 mm
8 mm Ru
5 mm
1/2Ru
Gambar 20 : Sambungan pelat.

PERENCANAAN
a). Tegangan izin Baja BJ-37
Baut, fy = 240 MPa. Pelat, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa. fu = 370 MPa.

b). Beban tarik terfaktor,


Ru = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 . (10 ton) + 1,6 . (7 ton) = 23,2 ton = 232,0 kN.

c). Rencana baut.


Pakai baut diameter d = 12 mm, diameter lobang d1 = 12 mm + 2 mm = 14 mm.
c1). Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (12 mm)2 = 113,04 mm2.
Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (370 MPa) . (113,04 mm2) = 33459,8 N = 33,46 kN.
 Rn = 0,75 . (33,46 Kn) = 25,09 kN.

c2). Tinjau terhadap kekuatan tumpu.


Tebal pelat terkecil tp = 8 mm.

Rn  n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12 mm.
tp = 8 mm.

Maka,
Rn = (2,4) . (12 mm) . (8 mm) . (370 MPa) = 85248,0 N = 85,25 kN.
 Rn = 0,75 . (85,25 kN) = 63,94 kN.

c3). Jumlah baut.


Yang menentukan adalah akibat geser, maka jumlah baut,

4
Ru 232,0 kN
nb   = 9,2 buah
 Rn 25,09 kN

Rencanakan jumlah baut, nb = 10 buah.

c4). Susunan baut.

200 mm

Keterangan : S1 = 2 d = 30 mm ; U = 140 mm ; S = 3 d = 40 mm
Gambar 21 : Sambungan pelat dengan pengikat baut.

EVALUASI
a). Baut.
Jumlah daya dukung 10 buah baut,
R u  10 . Rn = 10 . (25,09 kN) = 250,9 kN = 25,09 ton > 23,2 ton.
(memenuhi)

b). Pelat.
b1). Pemeriksaan terhadap syarat luas penampang minimum dan shear leg.
Luas penampang bruto,
Ab = (8 mm) . (200 mm) = 1600 mm2.

Syarat luas penampang minimum,


A net = 85% . Ab = 0,85 . (1600 mm2) = 1360 mm2.

Luas penampang netto,


Anet = Ab – 2 . d1 . tp = 1600 mm2 – 2 . (14 mm) . (8 mm)
= 1376 mm2 > A net = 1360 mm2 (memenuhi).
Shear leg,
x = 5 mm/2 = 2,5 mm.
L = 4 S = 4 . (40 mm) = 160 mm.
Koefisien reduksi,
U = 1 – x / L = 1 – (2,5 mm)/160 mm) = 0,98 > 0,9
U = 1,0 (lihat SNI 03-1729-2002, pasal 10.2.5)
Maka,
Ae = Anet = 1376 mm2.

b2). Pemeriksaan terhadap daya dukung pelat pada daerah sambungan.


(Lihat Modul 3 Sesi 1).
R u =  . Anet . fu = (0,75) . (1376 mm2) . (370 MPa)

5
= 381840,0 N = 381,84 kN = 38,2 ton > 23,2 ton (memenuhi)

b3). Pemeriksaan terhadap geser blok.


Kondisi geser blok diperiksa untuk pelat sambungan dengan jumlah tebal terkecil,
tp = 8 mm.

Gambar 22 : Daerah geser blok pada sambungan.


Luas,
Agv = 2 . (190 mm) . (8 mm) = 3040 mm2.
Anv = 3040 mm2 – 2 . (4½) .(14 mm) . (8 mm) = 2032 mm2.
Agt = 2 . (30 mm) . (8 mm) = 480 mm2.
Ant = 480 mm2 – 2 . (½) . (14 mm) . (8 mm) = 368 mm2.

fu . Ant = (370 MPa) . (368 mm2) = 136160 N.


0,6 fu . Anv = 0,6 . (370 MPa) . (2032 mm2) = 451104 N.
fu . Ant < 0,6 fu . Anv ,

Maka kondisi geser blok adalah geser fraktur dengan tarik leleh,
Nn = 0,6 fu . Anv + fy . Agt
= 0,6 . (370 MPa) . (2032 mm2) + (240 MPa) . (480 mm2)
Nn = 566304 N = 566,3 kN = 56,63 ton > 23,2 ton (memenuhi).

2). Pada soal yang sama, apabila digunakan baut mutu tinggi ASTM A325, dengan
diameter baut nominal 1/2“ (12,7 mm), diameter lobang 9/16” (14,3 mm), berapakah jumlah
baut yang diperlukan. Lakukan pemeriksaan apabila sambungan type tumpu dan tipe friksi.

PERENCANAAN
a). Kekuatan Baja.
- Pelat BJ-37, fy = 240 MPa.
fu = 370 MPa.

- Baut ASTM A326, f ub = 825 MPa

b). Beban tarik terfaktor,


Ru = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 . (10 ton) + 1,6 . (7 ton) = 23,2 ton = 232,0 kN.

6
c). Sambungan tipe tumpu.
Rencana baut.
Diameter baut (1/2”),d = 12,7 mm, diameter lobang (9/16”), d1 = 14,3 mm.
c1). Tinjau terhadap kekuatan geser,
Rn  m . r1 . f ub . Ab
Dimana,
m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir.
Ab = ¼  d2 = 0,25 . (3,14) . (12,7 mm)2 = 166,94 mm2.
f ub = 825 MPa.
Maka,
Rn = (2) . (0,4) . (825 MPa) . (166,94 mm2) = 110180,4 N = 110,18 kN.
 Rn = 0,75 . (110,18 Kn) = 82,64 kN = 8,26 ton.

c2). Tinjau terhadap kekuatan tumpu.


Tebal pelat terkecil tp = 8 mm.

Rn  n . d b . t p . fu
Dimana,
n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut.
db = 12,7 mm.
tp = 8 mm.
b
fu = 825 MPa.

Maka,
Rn = (2,4) . (12,7 mm) . (8 mm) . (825 MPa) = 201168,0 N = 201,17 kN.
 Rn = 0,75 . (201,17 kN) =150,88 kN = 15,09 ton.

c3). Jumlah baut.


Yang menentukan adalah akibat geser, maka jumlah baut,

Ru 232,0 kN
nb   = 2,8 buah
 Rn 82,64 kN

Rencanakan jumlah baut, nb = 4 buah (2 baris).

d). Sambungan tipe friksi.


Rn = 1,13  m . Tb
Dimana,
koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih.
m = 2 = adalah jumlah bidang geser
Tb = 12 kips =53,4 kN (gaya tarik baut minimum baut 1/2”, lihat tabel 6 pada lampiran).
 = 1,0 = faktor reduksi kekuatan untuk lobang standar.

Maka,

7
Rn = 1,13 . (0,35) . (2) . (53,4 kN) = 42,24 kN.
 Rn = (1,0) . (42,4 kN) = 42,24 kN = 4,22 ton.

Jumlah baut yang diperlukan pada sambungan tipe friksi,

Ru 232,0 kN
nb   = 5,5 buah  6 buah.
 Rn 42,24 kN
e). Kesimpulan.
- Pada sambungan tipe tumpu, jumlah baut cukup hanya 4 buah baut.
- Pada sambungan tipe friksi, jumlah baut yang diperlukan sebanyak 6 buah, dengan
catatan sambungan tidak boleh mengalami slip.
- Apabila ditinjau terhadap ekonomisasi, maka sambungan tipe tumpu lebih ekonomis.
- Apabila ditinjau terhadap kekuatan sambungan, maka sambungan tipe friksi tentu lebih
kuat, sebab apabila terjadi slip maka sambungan tipe friksi berobah menjadi sambungan
tipe tumpu dengan kekuatan yang lebih besar karena jumlah bautnya lebih banyak.

8
LAMPIRAN

Tabel 5 : Kekuatan nominal baut persatuan luas baut.

Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RSCC c/o AISC, 2004.

Tabel 6 : Gaya tarik baut minimum untuk sambungan tipe friksi.

Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.

9
Tabel 7 : Dimensi nominal lobang baut..

Sumber : “Specification for Structural Joints Using ASTM A325 or A490 Bolts”, RCSC c/o AISC, 2004.

10
Daftar Pustaka
1. Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729- 2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.

2. Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,


Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.

3. SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.

4. Modul Struktur Baja I Ir Thamrin Nasution

5. Photo-photo dikutip dari Internet.

11

Anda mungkin juga menyukai