Anda di halaman 1dari 73

SLIDE 5

STRUKTUR BAJA I

LUCIANA BUARLELE, ST, MT


TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
BATANG TARIK
(SNI 1729-2015)

LUCIANA BUARLELE, ST, MT


TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR
TARIK (SNI 1729-2015; Bab-D; Hal 28)
Pada umumnya terdapat empat parameter penting dalam analisa/
mendesain batang tarik :

• Kuat Leleh

• Kuat Putus

• Block Shear

• Kelangsingan

Dengan kata lain, dalam perencanaan, syarat kekuatan dari semua


parameter harus dipenuhi. Bila terdapat salah satu kondisi tidak
memenuhi syarat, maka proses desain perlu diulang.
1. ANALISA KEKUATAN LELEH
• Analisa kekuatan leleh berdasarkan SNI 1729-2015; pasal D2.(a);
Hal 28

• Dilakukan untuk memeriksa kekuatan elemen tarik di luar area


sambungan.

• Kekuatan nominal leleh dari struktur tarik adalah :

𝑃𝑛 = 𝑓𝑦 𝑥𝐴𝑔 (1)

dan

∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢 (2)
1. ANALISA KEKUATAN LELEH
Dimana :

Pu = Gaya aksial ultimate yang diperoleh dari analisa struktur


(Mekanika Teknik/SAP2000, dsb.) yang berupa gaya tarik (N)

Pn = Kuat tarik desain pada penampang tarik (N)

fy = Tegangan leleh material baja (Mpa)

Ag = Luasan utuh penampang (gross) tanpa adanya reduksi lubang

baut (mm2)

ϕt = Faktor reduksi kuat leleh (0,9)


2. ANALISA KUAT PUTUS
• Analisa kontrol putus sesuai dengan SNI 1729-2015; pasal D2.(b);
Hal 28

• Dilakukan untuk mengecek kekuatan batang pada daerah sambungan.

• Kekuatan nominal leleh dari struktur tarik adalah :

𝑃𝑛 = 𝑓𝑢 𝑥𝐴𝑒 (3)

dan

∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢 (4)
2. ANALISA KUAT PUTUS
dimana :

Pu = Gaya aksial ultimate yang diperoleh dari analisa struktur


(Mekanika Teknik/SAP2000, dsb.) yang berupa gaya tarik (N)

Pn = Kuat putus desain pada penampang tarik (N)

fu = Tegangan putus material baja (Mpa)

Ae = Luasan efektif penampang karena adanya reduksi lubang baut


(mm2)

ϕt = Faktor reduksi kuat leleh (0,75)


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.1. Analisa Luasan Efektif Ae

Luasan efektif adalah luasan penampang elemen tarik yang


telah direduksi oleh luasan lubang baut. Adapun rumus Ae adalah :

𝐴𝑒 = 𝐴 𝑛 𝑥 𝑈 (5)

dimana :

An = Luasan netto dari penampang tarik (mm2)

U = Shear Lag pada elemen tarik


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.2. Analisa Luasan Netto An

Pada dasarnya luasan netto hampir sama dengan luasan efektif


yang dimana merupakan luasan penampang elemen tarik yang telah
direduksi oleh adanya lubang baut. Luasan netto juga biasa disebut
dengan luasan bersih penampang. Dalam perhitungan, luasan netto
penampang tarik dibagi menjadi dua tergantung dengan jenis
sambungannya :

a. Sambungan Baut

b. Sambungan Las
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.2. Analisa Luasan Netto An

a. Sambungan Baut

Terdapat 2 rumus dalam menghitung luasan netto pada sambungan


baut, yaitu :

Rumus 1 : (digunakan bila lintasan sobeknya berbentuk lurus tanpa


ada lintasan diagonal).

𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 (6)


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.2. Analisa Luasan Netto An

Rumus 2 : (digunakan bila ada lintasan diagonal).

𝑠2
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 + σ 𝑥 𝑡 (7)
4𝑑

dimana :

Ag = Luasan utuh penampang (gross) tanpa adanya reduksi lubang


baut (mm2)

n = jumlah baut yang terdapat dalam lintasan yang ditinjau

tpelat = Tebal pelat penampang yang disambung (mm)


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.2. Analisa Luasan Netto An

Rumus 2 : (digunakan bila ada lintasan diagonal).

ϕlubang = diameter lubang (mm)

- Bila ϕbaut ≤ 24 mm maka ϕlubang = (ϕbaut + 2 mm)

- Bila ϕbaut ≥ 24 mm maka ϕlubang = (ϕbaut + 3 mm)

s = jarak horizontal antar lubang yang searah dengan arah

gaya tarik (mm)

d = jarak vertikal antar lubang yang tegak lurus dengan arah

gaya tarik (mm)


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.2. Analisa Luasan Netto An

Gambar 1. Jarak dan posisi lubang baut dalam perhitungan


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.2. Analisa Luasan Netto An

b. Sambungan Las

Dalam sambungan las, luasan penampang tarik tidak mengalami


reduksi dikarenakan tidak ada lubang. Sehingga luasan netto sama
dengan luasan utuh penampang.

𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 (8)

dan

𝐴𝑒 = 𝐴𝑔 𝑥 𝑈 (9)
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)

• Fenomena aliran tegangan yang tidak merata akibat adanya


keterbatasan pelaksanaan atau keterbatasan alat sambung sehingga
bidang permukaan batang tarik tidak tersambung secara sempurna.

• Selain itu, shear lag terjadi juga dikarenakan ada bagian dari
penampang tarik yang tersambung dan ada yang tidak (misal :
tersambung di salah satu sisi saja) sehingga U < 1. Bagi
penampang yang semua sisi tersambung, maka pengaruh shear lag
sangat minim sehingga dapat diabaikan atau bernilai U = 1.
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)

• Dengan kata lain, shear lag bisa disebut sebagai faktor keamanan
untuk memperhitungkan kekurangan dari pelaksanaan.

• Nilai dari faktor shear lag sangat dipengaruhi oleh jenis dan
konfigurasi sambungan.

• Pengaruh shear lag diantisipasi dengan memperhitungkan Ag.

• Adapun nilai faktor shear lag ditinjau dari jenis sambungan yaitu :
a. Sambungan Baut
b. Sambungan Las
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
a. Sambungan Baut

• Bila satu sisi yang tersambung/ada salah satu yang tidak tersambung,
𝑥ҧ
maka : 𝑈 = 1 − (10)
𝐿

dimana :

U = faktor shear lag

𝑥ҧ = jarak titik berat elemen tarik ke pelat sambungan (mm)

L = Jarak baut 1 ke baut yang terakhir pada searah gaya aksial tarik
(mm)
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
a. Sambungan Baut

• Bila semua sisi tersambung, maka : 𝑈=1 (11)

Gambar 2. Shear Lag pada sambungan baut yang terdapat bagian yang tidak tersambung
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
b. Sambungan Las

Pada umumnya, perhitungan shear lag pada sambungan las terbagi


menjadi 3 kategori, yaitu :

• Elemen tarik hanya disambung dengan las memanjang saja atau


kombinasi dengan las melintang. Ini berlaku untuk semua jenis
penampang kecuali pelat dan batang bulat.

𝑥ҧ
𝑈=1 − (12)
𝐿
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
b. Sambungan Las

dimana :

U = faktor shear lag

𝑥ҧ = jarak titik berat elemen tarik ke pelat sambungan (mm)

L = Panjang sisi yang di las (mm)


2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
b. Sambungan Las

Gambar 3. Shear Lag pada sambungan las untuk profil selain pelat dan batang bulat
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
b. Sambungan Las

• Bila disambung hanya dengan las melintang (tegak lurus dengan arah
gaya) saja (Ini berlaku untuk semua jenis penampang kecuali pelat
dan batang bulat. Maka nilai 𝑈 = 1.

Gambar 4. Shear Lag pada sambungan las (melintang/tegak lurus dengan P) untuk
profil selain pelat dan batang bulat
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
b. Sambungan Las

• Bila penampang struktur tarik adalah sebuah pelat dan las memanjang
saja, maka panjang las (l) harus lebih besar dari jarak las.

Gambar 5. Shear Lag pada sambungan las memanjang (searah dengan P) untuk
profil/pelat
2. ANALISA KUAT PUTUS
2.3. Analisa Shear Lag (U)
b. Sambungan Las

𝑙≥𝑤 (13)

𝑙 ≥ 2𝑤 𝑈 = 1,0

2𝑤 > 𝑙 ≥ 1,5𝑤 𝑈 = 0,87

1,5𝑤 > 𝑙 ≥ 𝑤 𝑈 = 0,75


3. ANALISA BLOCK SHEAR
• Dalam perencanaan elemen tarik, block shear memiliki peran yang
sama pentingnya dengan kekuatan leleh dan putus.

• Kegagalan pada elemen tarik bisa terjadi akibat efek/fenomena


block shear pada daerah sambungan baik sambungan baut ataupun
las.

• Block shear adalah ketahanan sobek dari pelat baja elemen tarik
saat terjadi gaya tarik pada batang dan terjadi pada daerah
sambungan.
3. ANALISA BLOCK SHEAR
3.1. Parameter dalam perhitungan block shear

a. Bidang Tarik: Bidang yang tegak lurus dengan arah gaya aksial

tarik (seperti pada gambar). Kuat putus tarik


diwujudkan dengan rumus :

𝑃𝑛𝑡 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 (14)

b. Bidang Geser : Bidang yang searah dengan gaya aksial tarik


(seperti pada gambar). Kuat putus geser
diwujudkan dengan rumus :

𝑃𝑛𝑣 = 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 (15)


3. ANALISA BLOCK SHEAR
3.1. Parameter dalam perhitungan block shear

Gambar 6. Bidang tarik dan bidang geser pada sambungan Baut dan sambungan Las
3. ANALISA BLOCK SHEAR
3.2. Kondisi dalam analisa block shear

a. Kondisi I : Bila kuat putus tarik lebih besar dibandingkan kuat


putus geser pada daerah sambungan yang ditinjau.

Putus Tarik > Putus Geser

𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 ≥ 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 (16)

Dalam kondisi ini, kuat nominal block shear dari elemen tarik
adalah :

𝑃𝑛 = (𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 + 0,6 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔𝑣 ) (17)


3. ANALISA BLOCK SHEAR
3.2. Kondisi dalam analisa block shear

b. Kondisi II : Bila kuat putus tarik lebih kecil dibandingkan kuat


putus geser pada daerah sambungan yang ditinjau.

Putus Tarik < Putus Geser

𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 ≤ 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 (18)

Dalam kondisi ini, kuat nominal block shear dari elemen tarik
adalah :

𝑃𝑛 = (0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 + 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔𝑡 ) (19)


3. ANALISA BLOCK SHEAR
3.2. Kondisi dalam analisa block shear

dimana :

Agv = Luasan gross (utuh) pada bidang geser (mm2)

Agt = Luasan gross (utuh) pada bidang tarik (mm2)

Anv = Luasan netto pada bidang geser (mm2)

Ant = Luasan netto pada bidang tarik (mm2)


4. BATAS KELANGSINGAN
• Perencanaan kelangsingan dari elemen tarik berdasarkan SNI 1729-
2015; pasal D; Hal 28.

• Pada umumnya, elemen tarik tidak memiliki batas kelangsingan


maksimum

• Adapun penentuan pada batas-batas tertentu merupakan saran dari


para ahli berdasarkan pengalaman di lapangan.

• Selain itu, kelangsingan dibatasi agar elemen tarik tidak mengalami


getaran yang ekstrim saat mengalami beban dinamis (angin, dll).
4. BATAS KELANGSINGAN
• Berdasarkan SNI 1729-2015, nilai kelangsingan batang tarik adalah :

𝐿0
λ= ≤ 300 (20)
𝑖

dimana :

L0 = Panjang elemen tarik (mm)

i = Jari-jari girasi atau jari-jari kelembaman profil (mm)


PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Prosedur desain/analisa batang tarik dibagi menjadi 6 Langkah :

Step-1 : Hitung Kuat Leleh Penampang Elemen Tarik.


𝑃𝑛 = 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔

dimana :

Pn = Kuat tarik desain pada penampang tarik (N)

fy = Tegangan leleh material baja (MPa)

Ag = Luasan utuh penampang (gross) diperoleh dari tabel baja

(mm2)
PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-2 : Hitung Kuat Putus Pada Sambungan Elemen Tarik.

(a). Diawali dengan menghitung shear lag (U).

𝑥ҧ
𝑈=1 −
𝐿
dimana :

U = faktor shear lag

𝑥ҧ = jarak titik berat elemen tarik ke pelat sambungan (mm)

L = Jarak baut 1 ke baut yang terakhir pada searah gaya aksial


tarik (mm) atau Panjang sisi yang di las (mm)
PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-2 : Hitung Kuat Putus Pada Sambungan Elemen Tarik.

(b). Dilanjutkan dengan menghitung luasan netto penampang tarik (An)

𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡

atau

𝑠2
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 +෍ 𝑥𝑡
4𝑑

Untuk sambungan Las An = Ag dikarenakan tidak ada reduksi

akibat lubang baut


PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-2 : Hitung Kuat Putus Pada Sambungan Elemen Tarik.

(c). Dilanjutkan dengan menghitung luasan efektif (Ae)


𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 𝑥 𝑈

(d). Hitung nilai Kuat Nominal Putus (Pn)


𝑃𝑛 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑒

dimana :
Pn = Kuat putus desain pada penampang tarik (N)
fu = Tegangan putus material baja yang digunakan (MPa)
Ae = Luasan efektif penampang karena adanya reduksi lubang baut
(mm2)
PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-3 : Hitung Block Shear

(a). Diawali dengan menentukan bidang geser dan bidang tarik pada
daerah sambungan yang ditinjau.

Gambar 7. Analisa dalam menentukan bidang tarik dan geser


PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-3 : Hitung Block Shear

(b). Menghitung properties luasan dari bidang tarik dan bidang geser

Agv = Luasan gross (utuh) pada bidang geser (mm2)

Agt = Luasan gross (utuh) pada bidang tarik (mm2)

Anv = Luasan netto pada bidang geser (mm2)

Ant = Luasan netto pada bidang tarik (mm2)


PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-3 : Hitung Block Shear

(c). Menghitung kekuatan putus tarik dan kekuatan putus geser

Putus tarik
𝑃𝑛𝑡 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡

Putus geser
𝑃𝑛𝑣 = 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣
PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-3 : Hitung Block Shear

(d). Klasifikasi block shear yang terjadi apakah termasuk Golongan I


atau Golongan 2 dengan rumus :
Putus Tarik > Putus Geser
𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 ≥ 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣
𝑃𝑛 = (𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 + 0,6 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔𝑣 )
atau
Putus Tarik < Putus Geser
𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 ≤ 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣
𝑃𝑛 = 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 + 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔𝑡
Sehingga pada tahap ini telah diperoleh kuat nominal dari block shear
PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-4 : Hitung Kelangsingan Elemen Tarik

𝐿0
λ= ≤ 300
𝑖
dimana :

L0 = Panjang elemen tarik (mm)

i = Jari-jari girasi atau jari-jari kelembaman penampang tarik (mm)


PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-5 : Lakukan Kontrol

(a) Kontrol Kuat Leleh ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

dimana : ϕt = Faktor reduksi kuat leleh (0,9)

(b) Kontrol Kuat Putus ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

dimana : ϕt = Faktor reduksi kuat putus (0,75)

(c) Kontrol Block Shear ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

dimana : ϕt = Faktor reduksi block shear (0,75)

𝐿0
(d) Kontrol Kelangsingan λ= ≤ 300
𝑖
PROSEDUR PERENCANAAN BATANG TARIK

Step-6 : Kesimpulan

Pada tahap ini adalah kesimpulan dari perhitungan yang telah


dilakukan. Bila ada salah satu persyaratan tidak terpenuhi, maka
perhitungan harus dievaluasi/diulang hingga semua syarat
terpenuhi.
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
1. Hitung dan analisa elemen tarik di bawah ini dengan gaya tarik
𝑃𝑢 = 350 𝑘𝑁. Adapun spesifikasi profil baja yang digunakan adalah
sebagai berikut :

Mutu = Baja BJ-41 L0 = 3.000 mm

fy = 250 MPa Ag = 2.000 mm2

fu = 410 MPa tpelat = 10 mm

ϕbaut = 19 mm ix = 12 mm

ϕlubang = 19+2 = 21 mm
CONTOH SOAL, REF. LESMANA

Gambar 8. Pelat tarik dengan jenis sambungan baut


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Jawab :

Step-1 : Hitung Kuat Leleh Penampang Elemen Tarik.


𝑃𝑛 = 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔 = 250 𝑥 2.000 = 500.000 𝑁

Step-2 : Hitung Kuat Putus Pada Sambungan Elemen Tarik.

(a). Shear Lag (U).

Dikarenakan semua bagian penampang dari elemen tarik


tersambung, maka efek shear lag bisa diabaikan dengan nilai U = 1.
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
(b). Nilai Luasan Netto (Lihat Gambar)

Lintasan (1-4)
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 2.000 − 2𝑥21𝑥10 = 1.580 𝑚𝑚2

Lintasan (1-3-4)

𝑠2
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 +෍ 𝑥𝑡
4𝑑

802 802
𝐴𝑛 = 2.000 − 3 𝑥 21 𝑥 10 + ෍ 𝑥 10 + ෍ 𝑥 10
4 𝑥 50 4 𝑥 50
𝐴𝑛 = 2.010 𝑚𝑚2
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
(b). Nilai Luasan Netto (Lihat Gambar)

Lintasan (1-3-5)

𝑠2
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 +෍ 𝑥𝑡
4𝑑

802 802
𝐴𝑛 = 2.000 − 3 𝑥 21 𝑥 10 + ෍ 𝑥 10 + ෍ 𝑥 10
4 𝑥 50 4 𝑥 50
𝐴𝑛 = 2.010 𝑚𝑚2

Dari ketiga nilai An di atas, maka nilai terkecil yang diambil yaitu
An = 1.580 mm2
CONTOH SOAL, REF. LESMANA

Gambar 9. Lintasan lubang dalam analisa luasan netto


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
(c). Nilai Luasan Efektif

𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 𝑥 𝑈 = 1.580 𝑥 1 = 1.580 𝑚𝑚2

(d). Kuat Nominal Putus (Pn)

𝑃𝑛 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑒 = 410 𝑥 1.580 = 647.000 𝑁


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(a). Identifikasi bidang geser dan bidang tarik

Gambar 10. Analisa bidang geser dan bidang tarik pada elemen tarik
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(b). Nilai properties

𝐴𝑔𝑣 = 50 + 80 𝑥 𝑡 = 130 𝑥 10 = 1.300 𝑚𝑚2

𝑠2 802
𝐴𝑔𝑡 = 50 + 50 + 𝑥𝑡= 50 + 50 + 𝑥 10
4𝑑 4𝑥50

= 1.320 𝑚𝑚2

𝐴𝑛𝑣 = 130 − 0,5 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡 = 130 − 0,5 𝑥 21 𝑥 10

= 1.195 𝑚𝑚2
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(b). Nilai properties

𝑠2
𝐴𝑛𝑡 = 100 − 1,5 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 + 𝑥𝑡
4𝑑

802
= 100 − 1,5 𝑥 21 + 𝑥 10 = 1.005 𝑚𝑚2
4𝑥50
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(c). Menghitung kekuatan tarik dan kekuatan putus

Putus tarik

𝑃𝑛𝑡 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 = 410 𝑥 1.005 = 412.050 𝑁

Putus geser

𝑃𝑛𝑣 = 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 = 0,6 𝑥 410 𝑥 1.195 = 293.970 𝑁


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(d). Klasifikasikan block shear yang terjadi.

Berdasarkan perhitungan (c), nilai dapat dilihat bahwa putus tarik


lebih besar dari putus geser

Putus tarik ≥ Putus geser

412.050 𝑁 ≥ 293.970 𝑁

Sehingga nilai kuat nominalnya adalah

𝑃𝑛 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 + 0,6 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔𝑣

𝑃𝑛 = 410 𝑥 1.005 + 0,6 𝑥 250 𝑥 1.300 = 607.050 𝑁


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-4 : Hitung Kelangsingan Elemen Tarik

L0 = 3.000 mm

ix = 12 mm

Kelangsingan elemen tarik adalah

𝐿0 3.000
λ= = = 250
𝑖 12
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-5 : Lakukan Kontrol

(a) Kontrol Kuat Leleh ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

0,9 𝑥 500.000𝑁 ≥ 350.000𝑁


450.000𝑁 ≥ 350.000𝑁

(memenuhi syarat)

(b) Kontrol Kuat Putus ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

0,75 𝑥 647.800𝑁 ≥ 350.000𝑁


485.850𝑁 ≥ 350.000𝑁

(memenuhi syarat)
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-5 : Lakukan Kontrol

(c) Kontrol Block Shear ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

0,75 𝑥 607.050𝑁 ≥ 350.000𝑁


455.288𝑁 ≥ 350.000𝑁

(memenuhi syarat)

𝐿0
(d) Kontrol Kelangsingan λ= ≤ 300
𝑖

250 ≤ 300

(memenuhi syarat)
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-6 : Kesimpulan

Dari hasil step-5 diketahui bahwa semua kondisi memenuhi syarat


sehingga penampang dikategorikan kuat menahan gaya aksial tarik.
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
2. Hitung dan analisa elemen tarik di bawah ini dengan gaya tarik
𝑃𝑢 = 200 𝑘𝑁. Adapun spesifikasi profil baja yang digunakan adalah
sebagai berikut :

Profil Siku 100.100.10

Mutu = Baja BJ-37 L0 = 3.500 mm

fy = 240 MPa Ag = 1.920 mm2

fu = 370 MPa tpelat = 10 mm

ϕbaut = 19 mm ix = 12 mm

ϕlubang = 19+2 = 21 mm
CONTOH SOAL, REF. LESMANA

Gambar 11. Profil siku sama kaki sebagai elemen tarik


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Jawab :

Step-1 : Hitung Kuat Leleh Penampang Elemen Tarik.


𝑃𝑛 = 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔 = 240 𝑥 1.920 = 460.800 𝑁

Step-2 : Hitung Kuat Putus Pada Sambungan Elemen Tarik.

(a). Shear Lag (U).

𝑥ҧ 28,2
𝑈=1 − =1− = 0,718
𝐿 100
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
(b). Nilai Luasan Netto

Gambar 12. Analisa luasan netto pada sambungan baut profil siku
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
(b). Nilai Luasan Netto

Dikarenakan hanya satu lubang, jadi

𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 𝑛 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡

= 1.920 − 1𝑥21𝑥10 = 1.710 𝑚𝑚2

(c). Nilai Luasan Efektif

𝐴𝑒 = 𝐴𝑛 𝑥 𝑈 = 1.710 𝑥 0,718 = 1.227,78 𝑚𝑚2

(d). Kuat Putus (Pn)

𝑃𝑛 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑒 = 370 𝑥 1.227,78 = 454.278,6 𝑁


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(a). Identifikasi bidang geser dan bidang tarik

Gambar 13. Analisa bidang geser dan bidang tarik dari profil siku
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(b). Nilai properties

𝐴𝑔𝑣 = 20 + 50 + 50 𝑥 𝑡 = 120 𝑥 10 = 1.200 𝑚𝑚2

𝐴𝑔𝑡 = 50 𝑥 𝑡 = 50 𝑥 10 = 500 𝑚𝑚2

𝐴𝑛𝑣 = 120 − 2,5 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡 = 120 − 2,5 𝑥 21 𝑥 10

= 675 𝑚𝑚2

𝐴𝑛𝑡 = 120 − 0,5 𝑥 ∅𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡 = 120 − 0,5 𝑥 21 𝑥 10

= 395 𝑚𝑚2
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(c). Menghitung kekuatan tarik dan kekuatan putus

Putus tarik

𝑃𝑛𝑡 = 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑡 = 370 𝑥 395 = 146.150 𝑁

Putus geser

𝑃𝑛𝑣 = 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 = 0,6 𝑥 370 𝑥 675 = 149.850 𝑁


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-3 : Hitung Block Shear

(d). Klasifikasikan block shear yang terjadi.

Berdasarkan perhitungan (c), nilai dapat dilihat bahwa putus tarik


lebih besar dari putus geser

Putus tarik < Putus geser

146.150 𝑁 < 149.850 𝑁

Sehingga nilai kuat nominalnya adalah

𝑃𝑛 = 0,6 𝑥 𝑓𝑢 𝑥 𝐴𝑛𝑣 + 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑔𝑡

𝑃𝑛 = 0,6 𝑥 370 𝑥 675 + 240 𝑥 500 = 269.850 𝑁


CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-4 : Hitung Kelangsingan Elemen Tarik

L0 = 3.500 mm

ix = 12 mm

Kelangsingan elemen tarik adalah

𝐿0 3.500
λ= = = 291
𝑖 12
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-5 : Lakukan Kontrol

(a) Kontrol Kuat Leleh ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

0,9 𝑥 460.800𝑁 ≥ 200.000𝑁


414.720𝑁 ≥ 200.000𝑁

(memenuhi syarat)

(b) Kontrol Kuat Putus ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

0,75 𝑥 454.278,6𝑁 ≥ 200.000𝑁


363.011,6𝑁 ≥ 200.000𝑁

(memenuhi syarat)
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-5 : Lakukan Kontrol

(c) Kontrol Block Shear ∅𝑡 𝑥 𝑃𝑛 ≥ 𝑃𝑢

0,75 𝑥 269.850𝑁 ≥ 200.000𝑁


202.387,5𝑁 ≥ 200.000𝑁

(memenuhi syarat)

𝐿0
(d) Kontrol Kelangsingan λ= ≤ 300
𝑖

291 ≤ 300

(memenuhi syarat)
CONTOH SOAL, REF. LESMANA
Step-6 : Kesimpulan

Dari hasil step-5 diketahui bahwa semua kondisi memenuhi syarat


sehingga penampang dikategorikan kuat menahan gaya aksial tarik.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai