Anda di halaman 1dari 68

SLIDE 6

STRUKTUR BAJA I

LUCIANA BUARLELE, ST, MT


TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
BATANG TEKAN
(SNI 1729-2015)

LUCIANA BUARLELE, ST, MT


TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
PENDAHULUAN
• Struktur tekan adalah elemen struktur yang menerima gaya aksial
tekan yang searah dengan sumbu strukturnya dan cenderung
membuat strukttur tersebut memendek.

• Struktur tekan murni memiliki momen yang relatif kecil sehingga


diabaikan dan lebih didominasi oleh gaya tekan.

• Permasalahan utama dalam mendesain struktrur tekan adalah


fenomena tekuk pada struktur dikarenakan adanya gaya tekan.

• Dengan adanya fenomena tekuk pada struktur tekan, seringkali


struktur hancur sebelum mencapai batas kekuatan material (fy dan
f ).
PENDAHULUAN
• Artinya bahwa struktur tekan sering kali gagal/rusak karena tekuk
meski struktur belum mencapai kuat leleh atau kuat putus.

• Sehingga dalam perencanaan struktur tekan, parameter material


yang paling sering digunakan adalah kuat leleh (fy). Adapun kuat
putus (fu) tidak digunakan karena kebanyakan struktur tekan telah
rusak sebelum mencapai batas kuat putusnya (fu) namun hanya
mencapai kuat leleh (fy) saja.

• Keruntuhan jenis ini, yaitu struktur hancur sebelum mencapai kuat


batasnya, adalah merupakan jenis keruntuhan tekuk dan biasanya
terjadi pada struktur panjang.
PENDAHULUAN
• Sedangkan bagi struktur yang relatif pendek, keruntuhan lebih
cenderung pada keruntuhan material, yang dimana struktur
tersebut akan hancur hingga batas kekuatan materialnya tanpa
adanya fenomena tekuk (dikarenakan struktur relatif pendek).

• Sehingga bila mutu material yang digunakan tinggi, maka angka


kelangsingan struktur tekan perlu diperhatikan agar lebih efisien.

• Dengan kata lain, dalam perencanaan struktur tekan, faktor


kelangsingan pada struktur sangatlah penting.
PENDAHULUAN
• Perbedaan mendasar antara struktur tarik dan tekan adalah pada
struktur tarik, gaya tarik cenderung membuat struktur tetap lurus
pada sumbunya sedangkan pada struktur tekan, beban cenderung
membuat struktur tertekuk dan memendek.

• Selain itu, pada struktur tarik, adanya lubang baut pada sambungan
akan mengurangi luas penampang yang memikul beban sedangkan
pada struktur tekan, baut dianggap dapat mengisi lubang sehingga
pengaruh lubang bisa diabaikan.
PENDAHULUAN
• Struktur tekan yang dibahas disini adalah struktur yang memikul
beban tekan murni yang biasa digunakan sebagai struktur rangka.
Adapun struktur tekan yang memiliki momen dan gaya tekan dapat
diklasifikasikan sebagai kolom.

• Dalam perencanaan struktur tekan, faktor tekuk adalah hal yang


paling utama sehingga dalam setiap perencanaan, kekuatan
struktur tekan akan ditentukan oleh faktor tersebut (tekuk).
PENDAHULUAN
Adapun profil struktur tekan yang umum digunakan dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 1. Bentuk profil elemen tarik yang umum digunakan


KONSEP EULER PADA STRUKTUR TEKAN

• Dalam penggunaan konsep Euler pada struktur tekan, ada


beberapa asumsi yang digunakan, antara lain :

✓ Elemen/batang dianggap lurus

✓ Beban tekan bekerja secara sentris pada penampang tekan

✓ Bahan/material pada struktur tekan dianggap homogen pada


semua sisi

✓ Tahanan/perletakkan ujung dianggap sendi.


KONSEP EULER PADA STRUKTUR TEKAN

Gambar 2. Model kolom ideal dari Euler


KONSEP EULER PADA STRUKTUR TEKAN

• Teori tekan tersebut dirumuskan oleh Leonhard Euler pada tahun


1.744. Dalam konsepnya, Euler melibatkan beberapa parameter
berupa panjang batang (L), Material (E), Inersia Penampang (I),
yang diwujudkan dengan rumus :

𝜋2 𝑥 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = (1)
𝐿2
KONSEP EULER PADA STRUKTUR TEKAN
• Persamaan di atas biasa dikenal dengan istilah Beban tekuk kritis
EULER. Bila faktor kekakuan struktur (panjang efektif)
dimasukkan maka persamaan (1) menjadi :

𝜋2 𝑥 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 = (2)
(𝐾𝐿)2

• Perlu diketahui bahwa rumus Euler ini digunakan hanya untuk


memprediksi struktur tekan dalam kondisi elastis. Sehingga
seringkali rumus Euler dinyatakan dalam bentuk Tegangan :

𝑃𝑐𝑟 𝜋2 𝑥𝐸𝐼 𝜋2 𝑥 𝐸
𝜎𝑐𝑟 = = = 𝐾𝐿 2
(3)
𝐴 𝐴 𝐾𝐿 2
𝑟
KONSEP EULER PADA STRUKTUR TEKAN

dimana :

Pcr : Gaya kritis yang menyebabkan struktur mengalami tekuk (N)

σcr : Tegangan kritis yang menyebabkan struktur mengalami tekuk (MPa)

E : Modulus elastisitas material. Untuk material Baja = 200.000 MPa

I : Inersia penampang (mm4)

K : Nilai kekakuan struktur/batang tekan (kN/m)

L : Panjang struktur tekan (m)

r atau i : Jari-jari kelembaman atau jari-jari girasi (mm)

A : Luas penampang elemen tekan (mm2)


RESIDUAL STRESS (fr)
• Residual stress dikenal juga sebagai tegangan sisa, yaitu tegangan
yang ada pada profil baja dikarenakan proses pembuatan di pabrik
khususnya untuk baja yang diproduksi dengan metode Hot Rolled
(Canai Panas).

• Hal ini terjadi karena pendinginan yang terjadi secara tidak


bersamaan pada penampang profil. Hal ini mengakibatkan
timbulnya tegangan pada bagian-bagian profil baja.

• Bagian dari profil baja yang terlebih dahulu dingin maka cenderung
timbul tegangan tekan sedangkan bagian yang dinginnya terhambat
akan muncul tegangan tarik pada bagian tersebut.
RESIDUAL STRESS (fr)
• Kondisi inilah yang menimbulkan residual stress pada penampang
baja. Adapun contohnya adalah pada Gambar 3 (penampang WF).

• Pada Gambar 3, bagian yang lebih cepat dingin terjadi pada bagian
sayap (flange) tepi dan bagian tengah badan (web) sehingga muncul
tegangan tekan (-). Sedangkan untuk bagian lainnya muncul
tegangan tarik (+).

• Besarnya tegangan sisa (fr) berkisar ±1/3fy. Nilai yang digunakan


adalah fr = 70 MPa (untuk profil yang dibuat di pabrik dengan
metode hot rolled).
RESIDUAL STRESS (fr)

Gambar 3. Contoh tegangan sisa (residual stress) pada penampang WF


KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

Kekakuan di dalam perencanaan batang tekan biasa dinyatakan


dengan panjang efektif (Lk) dari elemen tekan yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi perletakkan (tahanan rotasi dan tahanan
translasi) dari elemen tersebut. Dengan adanya panjang efektif dari
elemen tekan, maka persamaan dapat digunakan :
𝐿𝑘 = 𝑘 𝑥 𝐿

dimana :
Lk : Panjang efektif elemen tekan (mm)
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

L : Panjang struktur tekan (mm)

k : Faktor tekuk

Adapun nilai (k) untuk kondisi ujung yang ideal dapat dilihat pada
Gambar 4.
RESIDUAL STRESS (fr)

Gambar 4. Nilai k untuk elemen tekan dengan kondisi ujung yang ideal
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

Untuk struktur tekan yang merupakan bagian dari suatu rangka yang
bersambung (portal), maka nilai kekakuannya ditentukan dengan
nomogram seperti yang terlihat pada Gambar 5. Adapun
persyaratan untuk menggunakan nomogram (Alignment chart)
adalah :

1. Kolom dalam kondisi elastis

2. Ukuran penampang constant sepanjang batang

3. Sambungan balok dan kolom rigid (kaku)


KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

4. Pada rangka tidak bergoyang, rotasi momen pada kedua ujung


kolom sama besar dan arah berlawanan agar kelengkungan tunggal

5. Pada rangka bergoyang, rotasi momen kedua ujung kolom harus


sama besar dan arah yang bersamaan agar kelengkungannya ganda

6. Parameter kekakuan kolom-kolomnya harus sama

7. Semua kolom diasmusikan mengalami tekuk secara bersamaan

8. Balok yang dipikul diasumsikan didominasi oleh lentur bukan


gaya biaksial
RESIDUAL STRESS (fr)

Gambar 5. Monogram nilai k untuk struktur rangka


KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

Pada Gambar 5, struktur dibagi menjadi 2, yaitu struktur tak


bergoyang dan struktur bergoyang. Perbedaannya adalah bila
struktur tak bergoyang, ujung dari struktur tetap pada sumbu
lurusnya. Sedangkan untuk struktur bergoyang, ujung elemen tekan
mengalami perpindahan arah lateral. Pada kolom tak bergoyang,
nilai tahanan translasi-nya dianggap tak hingga sedangkan pada
kolom bergoyang tahanan translasi dianggap 0. Pada sistem rangka
batang (truss), struktur dikategorikan sebagai struktur tak
bergoyang sehingga nilai kekakuan antara 0,5 – 1,0.
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

Hal ini berarti bahwa panjang efektif elemen tekan tidak melebihi
dari panjang kolom yang sebenarnya. Adapun penjelasan lebih detail
terkait monogram dan struktur bergoyang, akan dibahas secara
khusus pada materi Struktur Kolom (Beam-Column).

Adapun persamaan untuk memperoleh nilai GA dan GB adalah sbb :

𝐼
σ
𝐿 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚
𝐺= 𝐼 (5)
σ
𝐿 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

dimana :

GA : Perbandingan antara kekakuan kolom terhadap kekakuan


balok (ujung atas kolom)

GB : Perbandingan antara kekakuan kolom terhadap kekakuan


balok (ujung bawah kolom)

I : Momen inersia (kolom atau balok), mm4

L : Panjang kolom atau panjang balok, mm


KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Nilai Kekakuan

Selain menggunakan monogram (Alignment chart) untuk


memperoleh nilai k, terdapat rumus empiris yang bisa digunakan
sebagai pendekatan, yaitu :

• Rangka tidak bergoyang (0,5 ≤ k ≤ 1,0), dengan rumus :

3𝐺𝐴 𝐺𝐵 +1,4 𝐺𝐴 +𝐺𝐵 +0,64


𝑘= (6)
3𝐺𝐴 𝐺𝐵 +2,0 𝐺𝐴 +𝐺𝐵 +1,28

• Rangka bergoyang (1,0 ≤ k ≤ ∞)

𝐺𝐴 1,6𝐺𝐵 +4,0 + 4𝐺𝐵 +7,5


𝑘= (7)
𝐺𝐴 +𝐺𝐵 +7,5
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Angka Kelangsingan Elemen Tekan

Angka kelangsingan (Slenderness ratio), λ, adalah perbandingan


antara panjang batang dengan jari-jari kelembaman atau jari-jari
girasi. Angka kelangsingan komponen tekan erat kaitannya dengan
panjang efektif dari komponen tersebut seperti pada persamaan (4).

Dalam perencanaan struktur tekan, faktor kelangsingan elemen


struktur merupakan hal yang perlu diperhatikan guna menjamin
struktur tekan tidak mengalami kegagalan tekuk (buckling). Semakin
besar angka kelangsingan elemen struktur tekan, maka semakin kecil
juga beban yang bisa dipikul dan juga sebaliknya.
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Angka Kelangsingan Elemen Tekan

Bila angka kelangsingan suatu struktur semakin kecil, maka gaya


tekan yang dapat dipikul semakin besar.

Fenomena tekuk terjadi pada struktur yang langsing yang biasa


dinyatakan dengan :

𝐿𝑘 𝑘𝑥𝐿
λ= = (8)
𝑟 𝑟

𝐼
𝑟= (9)
𝐴
KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Angka Kelangsingan Elemen Tekan

dimana :

λ : Angka kelangsingan (tanpa satuan)

Lk: Panjang efektif elemen tekan (mm)

k : Faktor tekuk

L : Panjang struktur tekan (mm)

r : jari-jari kelembaman atau jari-jari girasi; sering juga diberi notasi i

I : Inersia penampang (mm4)

A : Luas penampang elemen tekan (mm2)


KEKAKUAN STRUKTUR TEKAN
Angka Kelangsingan Elemen Tekan

Berdasarkan SNI 1729-2015; pasal E2; hal-35, angka kelangsingan


elemen tekan dibatasi, sebaiknya tidak melebihi 200 (λ ≤ 200).
FENOMENA TEKUK
Perilaku Tekuk pada Elemen Tekan

Tekuk merupakan faktor yang paling penting dalam perencanaan


elemen tekan. Fenomena ini bila ditinjau darisegi perilaku-nya dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Tekuk Global

Merupakan fenomena tekuk yang terjadi pada elemen tekan yang


terjadi pada elemen/batang tekan secara umum. Hal ini biasanya
diakibatkan karena angka kelangsingan elemen tekan terlalu besar
sehingga terjadi tekuk pada bagian tertentu sepanjang batang.
FENOMENA TEKUK
Perilaku Tekuk pada Elemen Tekan

b. Tekuk Lokal

Merupakan fenomena tekuk yang terjadi pada bagian-bagian


tertentu dari penampang elemen tekan. Misalnya pada penampang
WF, terjadi tekuk lokal pada daerah flange (sayap) atau terjadi
tekuk lokal pada daerah web (badan). Tekuk lokal ini terjadi
dikarenakan adanya perbedaan antara lebar penampang dan tebal
dari elemen penampang (flange atau web).
FENOMENA TEKUK
Perilaku Tekuk pada Elemen Tekan

Dengan adanya fenomena tekuk global dan tekuk lokal yang


kemungkinan terjadi pada elemen tekan, maka dibuat klasifikasi
untuk mencegah hal itu terjadi, yaitu dengan cara membagi
penampang elemen tekan menjadi dua kategori : penampang
langsing dan penampang tidak langsing. Klasifikasi dilakukan
dengan mengevaluasi rasio lebar-tebal (b/t) bagian dari penampang
(flange & web) berdasarkan kondisi kekangannya. Nilai (b/t)
selanjutnya dibandingkan dengan nilai batas rasio (λr) yang terdapat
pada SNI 1729-2015; Tabel B4.1a; hal 17-18.
FENOMENA TEKUK
Perilaku Tekuk pada Elemen Tekan
Contoh untuk penampang WF :
𝐸
Sayap (flanges) (b/t) ≤ λr 𝑏Τ𝑡 ≤ 0,56 𝑥
𝑓𝑦

𝐸
Badan (web) (b/t) ≤ λr 𝑏Τ𝑡 ≤ 1,49 𝑥
𝑓𝑦

NB : Bila syarat di atas terpenuhi maka penampang WF tersebut


dikategorikan penampang tidak langsing. Kondisi penampang tidak
langsing adalah kondisi yang diharapkan saat perencanaan tekan.
Artinya penampang tersebut tidak akan mengalami tekuk lokal pada
saat memikul beban tekan.
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

Pada materi ini dijelaskan fenomena tekuk yang dipengaruhi oleh


bentuk penampang dan hanya dikhususkan untuk elemen tak
langsing. Tekuk akibat dari pengaruh penampang tergolong sebagai
tekuk global. Perilaku elemen tekan (tak langsing) dipengaruhi oleh
bentuk penampang dari elemen tersebut. Parameter utamanya adalah
momen inersia penampang (I) dan luasan penampang (A). Hubungan
kedua parameter ini dinyatakan oleh istilah radius girasi atau jari-jari
kelembaman (biasa diberi symbol r atau i) seperti yang terlihat pada
persamaan (9).
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

Akibat pengaruh penampang, fenomena tekuk pada elemen tekan


dibagi menjadi 3 :

- tekuk lentur,

- tekuk torsi,

- tekuk lentur-torsi (kombinasi keduanya)

Untuk mengidentifikasikan sebuah penampang apakah termasuk dari


ketiga kategori tersebut maka dapat dilihat pada Tabel 1 (sesuai
dengan SNI 1729-2015; hal 34, Tabel E1.1).
FENOMENA TEKUK
Tabel 1. Pemilihan untuk kategori penampang tekan
FENOMENA TEKUK
Tabel 1. Pemilihan untuk kategori penampang tekan
FENOMENA TEKUK
Tabel 1. Pemilihan untuk kategori penampang tekan
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

Namun berdasarkan SNI 1729-2015; pasal E, dalam analisa


perumusan cukup dibagi menjadi 2 yaitu tekuk lentur (SNI 1729-
2015; pasal E3; hal 35) dan tekuk lentur-torsi (SNI 1729-2015; pasal
E4; hal 36)

1. Tekuk Lentur
Tekuk lentur adalah fenomena tekuk global pada penampang
tekan yang tergolong tidak langsing. Tujuannya adalah
menentukan beban kritis yang bisa menyebabkan batang tekan
mengalami tekuk lentur.
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

1. Tekuk Lentur
Sehingga perlu diketahui kuat nominal elemen tekan akibat tekuk
lentur yang dinyatakan dalam persamaan berikut (sesuai SNI
1729-2015 persamaan E3-1, hal 35)

𝑃𝑛 = 𝑓𝑐𝑟 𝑥 𝐴𝑔 (10)

dimana :

fcr : Tegangan kritis elemen tekan akibat tekuk lentur (MPa)

Ag : Luasan gross (utuh) penampang elemen tekan (mm2)


FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

1. Tekuk Lentur
Untuk menentukan tegangan kritis pada persamaan (10), SNI
1729-2015 menentukan sebagai berikut :
𝐾𝐿 𝐸 𝑓𝑦
a. Bila ≤ 4,71 atau ≤ 2,25; maka nilai fcr adalah
𝑟 𝑓𝑦 𝑓𝑒
𝑓𝑦
𝑓𝑐𝑟 = 0,658 𝑓𝑒 𝑓𝑦 (11)
NB : untuk kategori ini, tegangan kritis kolom banyak
dipengaruhi oleh tegangan residu dan imperfection (ketidak
lurusan batang). Fenomena tekuk jenis ini sering disebut dengan
tekuk inelastis.
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

1. Tekuk Lentur

𝐾𝐿 𝐸 𝑓𝑦
b. Bila ≥ 4,71 atau ≥ 2,25; maka nilai fcr adalah
𝑟 𝑓𝑦 𝑓𝑒

𝑓𝑐𝑟 = 0,877 𝑓𝑒 (12)


dimana nilai fe (tegangan tekuk kritis elastis) adalah
𝜋2 𝐸
𝑓𝑒 = 𝐾𝐿 2
(13)
𝑟

NB : untuk kategori ini, tegangan kritis disebut tekuk elastis.


Rumus Euler tidak bisa dipakai secara langsung karena belum
mempertimbangkan imperfection.
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Pada materi ini dijelaskan fenomena tekuk torsi dan kombinasi
lentur-torsi yang diatur sesuai SNI 1729-2015, pasal E4, hal 36.
Pada pasal tersebut, dijelaskan bahwa ketentuan ini dikhususkan
untuk (elemen tak langsing) :

- Struktur simetris tunggal dan asimetris

- Struktur simetris ganda tertentu (kolom cruciform atau kolom


tersusun)
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


- Struktur simetris ganda (tak langsing) bila panjang tanpa bresing
torsi melebihi panjang tanpa bresing lateral.

- Struktur siku tunggal dengan rasio (b/t ) > 20

Kekuatan nominal untuk tekuk torsi dan tekuk lentur-torsi adalah :

𝑃𝑛 = 𝑓𝑐𝑟 𝑥 𝐴𝑔 (14)
dimana :
fcr : Tegangan kritis elemen tekan akibat tekuk lentur (MPa)
Ag : Luasan gross (utuh) penampang elemen tekan (mm2)
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Untuk menentukan tegangan kritis(𝑓𝑐𝑟 ) pada persamaan (14), SNI
1729-2015 menentukan sebagai berikut :
a. Untuk komponen struktur tekan berupa siku ganda dan profil T

𝑓𝑐𝑟𝑦 +𝑓𝑐𝑟𝑧 4𝑓𝑐𝑟𝑦 𝑥 𝑓𝑐𝑟𝑧 𝑥 𝐻


𝑓𝑐𝑟 = 𝑥 1− 1− 2 (15)
2𝐻 𝑓𝑐𝑟𝑦 +𝑓𝑐𝑟𝑧

dimana :
fcry : - Untuk profil Tee, nilai fcry diambil nilai fcr dari
persamaan 11 atau 12 dengan menggunakan parameter
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi

𝐾𝐿 𝐾𝐿𝑦
fcry : dari sumbu-y =
𝑟 𝑟𝑦

- Untuk profil siku ganda (siku tersusun), nilai fcr diambil


nilai fcr dari persamaan 11 atau 12 dengan menggunakan
𝐾𝐿 𝐾𝐿
parameter = (sesuai pasal E6, SNI 1729-
𝑟 𝑟 𝑚

2015, hal 39)


FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang
2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi
fcrz :
𝐺𝑥𝐽
𝑓𝑐𝑟𝑧 = (16)
𝐴𝑔 𝑥 𝑟0ҧ 2

dimana :
G : Modulus geser baja (77.200 MPa)
J : Konstanta torsi, untuk penampang tee dan siku ganda (mm4)
Ag : Luasan gross (utuh) penampang elemen tekan (mm2)
𝑟0ҧ 2 : radius girasi polar profil pada pusat geser (mm) ;
2 2 2 𝐼𝑥 +𝐼𝑦
𝑟0ҧ = 𝑥0 + 𝑦0 +
𝐴𝑔
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


b. Untuk semua kasus lainnya

Dalam kasus ini dikhususkan kasus selain yang dijelaskan pada


poin 2.a.. Nilai dari fcr tetap diambil berdasarkan persamaan 11
atau 12. Namun nilai fe (tegangan tekuk kritis elastis),
ditentukan sebagai berikut :
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


- Untuk komponen struktur simetris ganda

𝜋2 𝑥 𝐸 𝑥 𝐶𝑤 1
𝑓𝑒 = + 𝐺𝐽 𝑥 (17)
𝐾𝑧 𝑥 𝐿 2 𝐼𝑥 +𝐼𝑦

Gambar 6. Contoh profil WF yang memiliki sumbu simetris ganda


FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


- Untuk komponen struktur simetris tunggal dimana (misal : y
adalah sumbu simetris) :

Gambar 7. Contoh profil dengan sumbu simetris-y

𝑓𝑒𝑦 +𝑓𝑒𝑧 4𝑓𝑒𝑦 𝑥 𝑓𝑒𝑧 𝑥 𝐻


𝑓𝑒 = 𝑥 1− 1− 2 (18)
2𝐻 𝑓𝑒𝑦 +𝑓𝑒𝑧
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


- Untuk komponen struktur tak simetris, fe adalah akar terendah
dari persamaan pangkat tiga :

2 2
2 𝑥0 2 𝑦0
𝑓𝑒 − 𝑓𝑒𝑥 𝑓𝑒 − 𝑓𝑒𝑦 𝑓𝑒 − 𝑓𝑒𝑧 − 𝑓𝑒 𝑓𝑒 − 𝑓𝑒𝑦
𝑟0ҧ
− 𝑓𝑒 𝑓𝑒 − 𝑓𝑒𝑥
𝑟0ҧ
(20)

dimana :

Ag : Luasan gross (utuh) penampang elemen tekan (mm2)

Cw : Konstanta pilin atau warping (mm6)


FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang
2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi
𝜋2 𝐸
fex : 𝑓𝑒𝑥 = 𝐾𝑥 𝐿 2
𝑟𝑥

𝜋2 𝐸
fey : 𝑓𝑒𝑦 = 𝐾𝑦 𝐿 2
𝑟𝑦

𝜋2 𝐸𝐶𝑤 1
fez : 𝑓𝑒𝑧 = + 𝐺𝐽 𝑥
𝐾𝑧 𝐿 2 𝐴𝑔 𝑟0ҧ 2

G : Modulus geser baja (77.200 MPa)

𝑥0 2 +𝑦0 2
H :1 −
𝑟0ҧ 2
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Ix,Iy : Momen inersia di sumbu utama (mm4)

J : konstanta torsi (mm4)

kx : faktor panjang efektif untuk tekuk lentur di sumbu x

ky : faktor panjang efektif untuk tekuk lentur di sumbu y

kz : faktor panjang efektif untuk tekuk torsi


𝑟ҧ 0 : radius girasi polar penampang pada pusat geser (mm)
2 2 2 𝐼𝑥 +𝐼𝑦
𝑟0ҧ = 𝑥0 + 𝑦0 +
𝐴𝑔
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


rx : radius girasi di sumbu x (mm)

ry : radius girasi di sumbu y (mm)

x0 ,y0: koordinat pusat geser sehubungan dengan titik berat (mm)

Catatan: Untuk profil I simetris ganda, Cw boleh diambil sebagai


Iyh02/4 dimana h0 adalah jarak antara titik berat sayap, sebagai
pengganti dari analisis lebih teliti. Untuk T dan siku ganda,
menghilangkan istilah dengan Cw bila yang dihitung fez dan
ambil x0 sebesar 0.
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Rumus Cw dan J untuk penampang tekan :

- Penampang WF

𝑑 ′ = 𝑑 − 𝑡𝑓

2 𝑥 𝑏 𝑥 𝑡𝑓 3 + 𝑑 ′ 𝑥 𝑡𝑤 3
𝐽=
3

𝑑′2 𝑥 𝑏3 𝑥 𝑡𝑓
𝐶𝑤 =
24
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Rumus Cw dan J untuk penampang tekan :

- Penampang C
1
𝑑′ = 𝑑 − 𝑡𝑓 𝛼= 𝑑′ 𝑥 𝑡𝑤
2+
3 𝑥 𝑏′ 𝑥 𝑡𝑓

𝑡𝑤 2 𝑥 𝑏′ 𝑥 𝑡𝑓 3 + 𝑑 ′ 𝑥 𝑡𝑤 3
𝑏′ =𝑏 − 𝐽=
2 3
1−3𝛼 𝛼2 𝑑 ′ 𝑥 𝑡𝑤
𝐶𝑤 = 𝑑′2 𝑥 𝑏′3 𝑥 𝑡𝑓 𝑥 + 1 +
6 2 6 𝑥 𝑏′ 𝑥 𝑡𝑓
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Rumus Cw dan J untuk penampang tekan :

- Penampang Siku
𝑡
𝑑′ = 𝑑−
2
𝑡
𝑏′ = 𝑏−
2
𝑑 ′ +𝑏′ 𝑥 𝑡 3
𝐽=
3
𝑡3 3 3
𝐶𝑤 = 𝑥 𝑑′ + 𝑏′
36
FENOMENA TEKUK
Tekuk akibat Pengaruh Penampang

2. Tekuk Torsi dan Lentur-Torsi


Rumus Cw dan J untuk penampang tekan :

- Penampang T

𝑡𝑓
𝑑′ =𝑑−
2

𝑏 𝑥 𝑡𝑓 3 + 𝑑 ′ 𝑥 𝑡𝑤 3
𝐽=
3

3
𝑏3 𝑥 𝑡𝑓 3 𝑑 ′ 𝑥 𝑡𝑤 3
𝐶𝑤 = +
144 36
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
Elemen siku tunggal merupakan salah satu profil yang paling banyak
digunakan sebagai struktur tekan pada sistem rangka batang (Truss).
Perilaku elemen struktur yang terdapat pada sistem rangka, murni
mengalami tekan tanpa adanya momen. Namun hal itu juga harus
dipastikan dengan memastikan sistem sambungan yang sentris (tidak
ada eksentrisitas antara gaya dan titik berat profil/sambungan)
sehingga tidak akan terjadi momen yang berlebih dalam aplikasinya.

Kendati demikian, pelaksanaan di lapangan cukup sulit memastikan


untuk kondisi ideal ini tercapai, sehingga perlu adanya metode yang
lebih menjamin dan sederhana untuk perencanaan struktur siku
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
tunggal. Maka dari itulah, AISC 2010 dan SNI 1729-2015 membuat
pasal khusus (Pasal E5) untuk merencanakan profil siku tunggal
sebagai elemen tekan. Dengan kata lain, perencanaan siku tunggal
sebagai elemen tekan dapat mengabaikan eksentrisitasnya bila
mengikuti ketentuan pasal E5 SNI 1729-2015. Untuk lebih detailnya
sebagai berikut :

- Perencanaan siku tunggal dapat mengikuti ketentuan pasal E3


(Perencanaan Pn dapat mengikuti 1. Tekuk Lentur)
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
- Bila struktur siku tunggal tersebut tergolong elemen langsing
(b/t ≥ 20) maka perencanaan harus merujuk pada pasal E4
(Perencanaan Pn dapat mengikuti 2. Tekuk Torsi, Lentur-Torsi.
Sehingga nilai Pn yang diambil adalah yang terkecil dari tekuk
lentur, tekuk torsi dan tekul lentur-torsi.

Adapun pengaruh eksentrisitas pada penampang siku tunggal sebagai


elemen tekan dapat diabaikan bila :

- Komponen struktur dibebani di ujung-ujung dalam tekan melalui


satu kaki yang sama
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
- Komponen struktur yang disambung dengan las atau sambungan
baut minimal dua baut

- Tidak ada beban transversal menengah.

Adapun persyaratan khusus pada profil siku tunggal agar bisa


direncanakan sebagai struktur tekan murni (tanpa pengaruh
momen/balo-kolom) adalah :

(a). Untuk siku sama kaki atau tidak sama kaki, yang disambungkan
sampai kaku terpanjang setiap komponen struktur atau komponen
struktur badan dari rangka batang planar dengan komponen
struktur badan yang berdekatan disambungkan pada sisi yang
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
sama dari pelat buhul (kord) :

𝐿 𝐾𝐿 𝐿
(i). Bila 0 ≤ ≤ 80 : = 72 + 0,75 (20)
𝑟𝑥 𝑟 𝑟𝑥

𝐿 𝐾𝐿 𝐿
(ii). Bila > 80 : = 32 + 1,25 ≤ 200 (21)
𝑟𝑥 𝑟 𝑟𝑥

Catatan: Untuk siku tidak sama kaki yang rasio panjang kaku kurang
dari 1,7 dan disambungkan sampai kaki terpendek maka besaran
nilai persamaan (20) dan (21) harus ditambah 4 x [(bl/bs)2 – 1],
namun KL/r dari elemen tersebut tidak boleh lebih kecil dari
0,95L/rz.
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
(b).Untuk siku sama kaki atau tidak sama kaki, yang disambungkan
sampai kaku terpanjang komponen struktur badan dari boks atau
rangka batang ruang dengan komponen struktur badan yang
berdekatan disambungkan dengan sisi yang sama dari pelat buhul

𝐿 𝐾𝐿 𝐿
(i). Bila ≤ 75 : = 80 + 0,8 (22)
𝑟𝑥 𝑟 𝑟𝑥

𝐿 𝐾𝐿 𝐿
(ii). Bila > 75 : = 45 + 1 ≤ 200 (23)
𝑟𝑥 𝑟 𝑟𝑥
ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
dimana :

L : panjang dari komponen struktur antara titik-titik kerja pada

kord rangka batang (mm)

bl : panjang dari kaki terpanjang dari profil siku (mm)

bs : panjang dari kaki terpendek dari profil siku (mm)

rx : radius girasi di sumbu geometris paralel dengan kaki yang

disambung

rz: radius girasi di sumbu utama minor (mm)


ELEMEN TEKAN SIKU TUNGGAL
Catatan: Untuk siku tidak sama kaki yang rasio panjang kaku
kurang dari 1,7 dan disambungkan sampai kaki terpendek maka
besaran nilai persamaan (22) dan (23) harus ditambah

6 x [(bl/bs)2 – 1], namun KL/r dari elemen tersebut tidak boleh


lebih kecil dari 0,82L/rz.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai