Anda di halaman 1dari 71

ANALISIS DAN DESAIN

BALOK TULANGAN
RANGKAP DAN BALOK T

Slide 5 By: Dr. Benny Kusuma


Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
2

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


• Terkadang suatu penampang balok beton bertulang
didesain memiliki tulangan tarik dan tulangan tekan.
• Balok demikian dinamakan sebagai balok bertulangan
rangkap
• Penggunaan tulangan tekan sering dijumpai pada
daerah momen negatif dari suatu balok menerus atau
di tengah bentang dari suatu balok yang cukup
panjang dan memikul beban yang berat serta
persyaratan kontrol lendutan cukup ketat.
• Atau juga sering dijumpai pada kasus di mana tinggi
balok sangat dibatasi untuk mengakomodasi
kebutuhan arsitektural.
Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
3

Beberapa alasan digunakannya tulangan tekan:


a. Mengurangi defleksi / lendutan, seperti defleksi akibat rangkak pada beton di daerah
tekan, dan defleksi jangka panjang akibat beban tetap (sustained load) yang bekerja
secara kontinu bekerja pada balok. Gambar 3.19 menunjukkan lendutan yang timbul
pada balok dengan dan tanpa tulangan tekan. Balok diberi beban secara bertahap
hingga mencapai beban layannya, kemudian beban ini ditahan hingga waktu selama
dua tahun. Pada masa awal pembebanan, ketiga balok mengalami lendutan yang
hampir sama antara 1,6 hingga 1,9 inchi. Seiring bertambahnya waktu, lendutan pada
ketiga balok juga bertambah. Pada balok tanpa tulangan tekan (' = 0) lendutan
bertambah sebesar 195%, namun pada balok dengan tulangan tekan (' = ) lendutan
hanya bertambah sebesar 99%.
b. Mengurangi tegangan tekan pada beton.
Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
4

Beberapa alasan digunakannya tulangan tekan:

Gambar 3.19 Efektivitas tulangan tekan dalam mengurangi defleksi jangka panjang
akibat beban tetap (sustained load) (MacGregor & Wight, 2006)
Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
5

Beberapa alasan digunakannya tulangan tekan:


Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
6

Beberapa alasan digunakannya tulangan tekan:


c. Meningkatkan daktilitas penampang.
Adanya tulangan tekan akan mengurangi tinggi blok tegangan tekan ekivalen beton, a. Dengan
berkurangnya a, maka regangan pada tulangan tarik akan naik, dan menghasilkan perilaku balok
yang lebih daktail. Gambar 3.20 menunjukkan perbandingan diagram momen vs. kelengkungan
(kurvatur) dari tiga buah balok dengan  < b. Terlihat bahwa balok dengan  ' = 
menunjukkan perilaku yang daktil.

Gambar 3.20 Efek tulangan tekan terhadap kekuatan dan daktilitas balok beton
bertulang under-reinforced ( - b) (MacGregor & Wight, 2006)
Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
7

Beberapa alasan digunakannya tulangan tekan:


d. Menghasilkan keruntuhan tarik pada struktur. Pada saat  > b, maka balok akan
mengalami keruntuhan yang bersifat getas (brittle), dengan penambahan tulangan As
yang mencukupi pada daerah tekan memungkinkan tulangan tarik leleh sebelum beton
hancur. Pada kasus ini balok akan mengalami keruntuhan yang daktail. Rasio tulangan
efektif dalam hal ini didefinisikan sebagai ( –  '). Untuk keperluan perencanaan
struktur beton bertulang tahan gempa, disyaratkan bahwa  ' ≥ 0,5.
e. Mempermudah pelaksanaan. Dengan adanya tulangan sudut di keempat sisi balok,
sengkang (stirrups) dapat dengan mudah dipasang. Apabila tulangan memanjang ini
diberi panjang penyaluran yang mencukupi, maka tulangan ini dapat pula berperan
sebagai tulangan tekan, meskipun pada umumnya tulangan ini diabaikan dalam proses
desain karena hanya memberikan sumbangan kecil pada kuat momen nominal
penampang.
Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
8

Beberapa alasan digunakannya tulangan tekan:


Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
9

Efek Tulangan Tekan


Penampang Persegi dengan Tulangan
Rangkap
10

Efek Tulangan Tekan


Analisis dan Desain
11

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


• Analisis terhadap penampang balok bertulangan rangkap didasarkan
pada kondisi tulangan tekan
• Ada dua macam kasus yang akan dijumpai, yaitu apakah tulangan tekan
sudah luluh atau belum luluh
Syarat tulangan tekan sudah luluh :
 f   d   600 
     0,851  c   
 f  d  600  f 
 y  y 

K
Analisis dan Desain
12

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


(tulangan tekan sudah luluh)

As1  As  As
/

As1  f y
a
0,85 f c  b
Analisis dan Desain
13

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


(tulangan tekan sudah luluh)

 
 a 
M n  M u1  M u 2    As  As f y  d    As f y d  d 
/ /

  2 

Syarat batasan rasio tulangan :


 0,003  f y Es 
   /   maks   b  
 0, 008 
Analisis dan Desain
14

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


(tulangan tekan belum luluh)

 f c  d   600 
    0,851   
  tulangan tekan belum luluh
 f  d  600  f 
 y  y 

 c  d 
 s  0,003 
 c 
 c  d 
f s  Es   s  600 
 c 
  c  d  
Cs  As  f s  0,85 f c  As 600   0,85 f c
  c  
Cc  0,85 f c1c  b
T  As f y
Analisis dan Desain
15

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


(tulangan tekan belum luluh)
T  C s  Cc
  c  d  
As f y  0,85 f c1c  b  As 600   0,85 f c
  c  
0,85 f c1b c 2  600 As   0,85 f cAs   As f y c  600 Asd   0
Nilai c diperoleh dari : K1  0,85 f c1b

 K 2  K 2  4 K1 K 3
2 K 2  As (600  0,85 f c)  As f y
c
2 K1
a  1c K 3  600 Asd 

  a 
M n   Cc  d    Cs d  d 
  2 
Analisis dan Desain
16

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


(tulangan tekan belum luluh)
Batasan untuk rasio tulangan ditentukan oleh :
 
     f s    maks
 f y 

Dengan rmaks adalah rasio tulangan maksimum untuk penampang bertulangan


tunggal.

 0,003  f y / E s 
 maks     b
 0,008 
Rangkuman : Analisis dan Desain
17
Rangkuman : Analisis dan Desain
18
Rangkuman : Analisis dan Desain
19
Rangkuman : Analisis dan Desain
20
Rangkuman : Analisis dan Desain
21
Rangkuman : Analisis dan Desain
22
Contoh Analisis
23

Contoh
Contoh 5.15.4
Suatu balok beton bertulangan rangkap dengan
lebar 300 mm dan tinggi efektif, d = 560 mm.
Tulangan tarik terdiri dari 6 buah D29 yang
diletakkan dalam dua baris tulangan. Tulangan
tekan terdiri dari 2D22 seperti ditunjukkan pada
Gambar. Hitunglah kuat momen rencana dari
balok tersebut jika diketahui mutu beton dan
tulangan baja adalah f /c = 25 MPa dan fy = 400
MPa
Contoh Analisis
24

Contoh5.2
Contoh 5.5
Hitunglah kuat momen rencana dari balok
beton bertulangan rangkap yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Gunakan f /c = 35 MPa, fy = 400 MPa, serta
As/ = 1.470 mm2 (3D25) dan As = 4.824
mm2 (6D32).
Contoh Analisis
25

Penyelesaian:
1. Hitung nilai  dan ' :
A 4.824
 s   0,02259
bd 350  610
A 1.470
  s   0,00689
bd 350  610
( – ') = 0,0157
2. Periksa apakah tulangan tekan sudah leleh atau belum, dengan menggunakan
Persamaan 3.65, gunakan nilai 1 = 0,81 untuk f'c = 35 MPa.
 f c   d    600 
K  0,85 1      0,85 0,81 35   60   600 
  0,01778
 fy   d   600  f y   400   610   600  400 
   
( – ') = 0,0157 < 0,01778 (tulangan tekan belum leleh)
Untuk f'c = 35 MPa dan fy = 400 MPa, dari Tabel 3.2, diperoleh b = 0,0361
dan maks = 0,02259
( – ') = 0,0157 < maks (= 0,02259) (penampang terkendali tarik,  = 0,90)
Contoh Analisis
26

3. Hitung Mn dengan analisis gaya dalam:


Cc  0,85 f c ab (a = 1c = 0,81c)

Cc = 0,85 × 35 × (0,81c) × 350 = 8.434,125c


  c  d     c  60  
Cs  As 600    0,85 f c   1.470 600    0,85  35
  c     c  
 c  60 
C s  882.000    43.732,5
 c 
T  As f y = 4.824 × 400 = 1.929.600 N

4. Susun persamaan kesetimbangan antara T, Cs dan Cc untuk mendapatkan nilai c:


T = Cc + Cs
 c  60 
1.929.600  882.000    43.732,5
 c 
8.434,125 c2 – 1.091.332,5 c – 52.920.000 = 0
Sehingga diperoleh : c = 166,97 mm.
Maka a = 1c = 0,81(166,97) = 135,25 mm
Contoh Analisis
27

5. Hitung nilai f's, Cc dan Cs:

 c  d   166,97  60 
f s  600    600    384,4 MPa (< fy = 400 MPa)
 c   166,97 
Cc = 8.434,125.c = 8434,125 × 166,97 = 1.408.245,85 N
 c  60 
C s  882.000    43.732,5  521.324,34 N
 c 
6. Hitung Mn:
  a 
M n   Cc  d    C s d  d 
  2 
= 0,90 [1.408.245,85(610 – 0,5 × 135,25) + 521.324,34(610 – 60)]
= 945.473.157 N.mm = 945,47 kN.m
Contoh Analisis
28

 
7. Periksa apakah      f s    maks :
 f y 

 f s   384,4 
   

 0,02259   0,00689    0,01597   maks  0,02259 
 f y   400 

8. Periksa nilai c/dt:


c/dt = 166,97/640 = 0,261 < 0,375
d c
atau  t   t  640  166,97 
 0,003     0,003  0,0085  0,005
 c   166 ,97 
merupakan jenis penampang terkendali tarik.
Contoh Analisis
29

Contoh 5.3
Contoh 3.11 (Ref. McCormac, 2004; diubah ke dalam Satuan SI)
Tentukan kapasitas kekuatan desain pada balok yang diperlihatkan pada Gambar C3.11, di
mana f'c = 20,7 MPa dan fy = 345 MPa.
65 mm

2D29

610 mm
(1320 mm2)
545 mm
4D36
(4072 mm2)

355 mm

Gambar C3.11 Detail penulangan balok bertulangan rangkap


Contoh Analisis
30

Penyelesaian:
1. Asumsikan tulangan tekan telah leleh sehingga As2 = A's
As2 = 1320 mm2
As1 = As – As2 = 4072 – 1320 = 2752 mm2.
As1 f y 2752  345
a   152 mm

0,85 f c b 0,85  20,7  355
2. Tentukan letak sumbu netral dan periksa regangan pada tulangan tekan:
c = a/0,85 = 152/0,85 = 178,8 mm

 c  d   178,8  65  345
 s    0,003     0,003  0,00191   0,00172
 c   178 ,8  200000
maka tulangan tekan telah leleh
Contoh Analisis
31

3. Cek penampang, dt = 610 mm:


c/dt = 0,293 < 0,375
Penampang terkendali tarik dan = 0,90,

d c  610  178,8 


t   t  0,003     0,003  0,00723  0,005 OK.
 c   178,8 
4. Hitung Mn:
 a  152 
M n1  As1 f y  d    2752  345  610    507.000.960 N.mm = 507 kN.m
 2  2 
Mn2 = A's fy (d – d') = 1320 × 345 × (610 – 65) = 248.193.000 N.mm = 248,2 kN.m
Mn = Mn1 + Mn2 = 507 + 248,2 = 755,2 kN.m
Mu = Mn = 0,90 × 755,2 = 679,7 kN.m.
Contoh Analisis
32

5. Periksa jumlah tulangan tarik maksimum yang diizinkan, dengan mengingat bahwa
tulangan tekan telah meleleh.
20,7  600 
b  0,85  0,85     0,0275
345  600  345 
Maks. As = 0,75bbd + A's
As = 0,75 × 0,0275 × 355 × 610 + 1320 = 5786 mm2 > 4072 mm2 OK.
Catatan:
Jika Anda menghitung kekuatan desain untuk penampang ini hanya dengan tulangan tarik
saja (4072 mm2), Anda akan mendapatkan hasilnya sebesar 629 kN.m. Penambahan luas
tulangan sebesar 1320 mm2 pada bagian atas (penambahan tulangan sebesar 32%) akan
memberikan peningkatan kekuatan desain sebesar 50,7 kN.m (peningkatan 7,5% pada
momen). Perhitungan yang sama untuk balok dengan tulangan rangkap lainnya akan
menunjukkan bahwa penambahan tulangan tekan tanpa penambahan tulangan tarik sama
sekali tidak ekonomis.
Contoh Analisis
33

Contoh
Contoh 3.125.4
Sebuah balok beton bertulang dengan lebar penampang 300 mm dan tinggi 500 mm, dibuat
dengan menggunakan beton mutu f'c = 22,5 MPa dan baja tulangan fy = 300 MPa. Jika
jumlah tulangan tarik dalam balok ini adalah 3D22 (1140 mm2) dan tulangan tekan 2D10
(157 mm2), hitunglah: (a) Momen lentur nominal, dan (b) Momen maksimum yang dapat
dipakai dalam desain.
Penyelesaian:
Misalkan tinggi efektif penampang, d = 500 – 50 = 450 mm.
Asumsi awal : baja tarik sudah leleh, fs = fy = 300 MPa
baja tekan sudah leleh, fs = fy = 300 MPa.
Menghitung a dan c:
 As  As  f y 1140  157   300  51,4 mm
a 
0,85 f cb 0,85  22,5  300
Letak garis netral, c = a/1 = 51,4/0,85 = 60,5 mm
Contoh Analisis
34

Kontrol regangan:

d c  450  60,5  300


 s  0,003    0,003    0,0193   y   0,0015
 c   60 ,5  200000

Baja tarik sudah leleh (sesuai dengan asumsi awal)

 c  d   60,5  50 
 s  0,003    0,003    0,00052   y
 c   60,5 
Baja tekan belum leleh (tidak sesuai dengan asumsi awal)
Perhitungan diulangi dengan asumsi baru bahwa tulangan tekan belum leleh.
Asumsi baru: baja tarik sudah leleh fs = fy
baja tekan belum leleh, f's = 's.Es
:
Menentukan a (gunakan Persamaan 3.66.a):

0,85 f c b  a 2  0,003 Es As  As f y a  0,003Es As 1d   0


0,85  22,5  300a 2  0,003  200000  157  1140  300a 
0,003  200000  157  0,85  50  0
5737,5.a2 – 247800.a – 4003500 = 0
Contoh Analisis
35

diperoleh, a1 = 55,7 mm
a2 = - 12, 5 mm
harga a yang diambil = 55,7 mm
letak garis netral, c = 55,7/0,85 = 65,5 mm > d' = 50 mm.

Kontrol: f s  600  c  d   600  65,5  50   142 MPa (< fy = 300 MPa)
 c   65,5 
→ Baja tekan belum leleh (sesuai asumsi kedua)
(a) Momen lentur nominal:
 a
M n  Cc  d    C s d  d 
 2
= {0,85 × 22,5 × 55,7 × 300(450 – 0,5 × 55,7)} + {157 × 142(450 – 50)}
= 143.827.769 N.mm = 144 kN.m
(b) Momen maksimum yang dapat dipakai dalam desain:
c/dt = 0,146 < 0,375
Penampang terkendali tarik dan = 0,90,
Mu = Mn = 0,90 × 144 = 129,6 kN.m.
Contoh Analisis
36

Contoh 5.5
Contoh 3.13 (Ref. Imran dan Zulkifli, 2014)
.
Hitung kapasitas momen penampang seperti pada Gambar C3.13. Digunakan mutu beton
dan baja tulangan, f 'c = 20 MPa dan fy = 400 MPa.

Gambar C3.13 Sketsa untuk contoh analisis balok dengan tulangan tekan
Contoh Analisis
37

Penyelesaian:
1. Asumsi f's = fy dan fs = fy dan analisis balok menjadi dua bagian sehingga:
Karena mutu baja leleh → As1 = A's = 1.000 mm2
As2 = As – As1 = 3000 – 1000 = 2.000 mm2.

Pemisahan balok menjadi balok I dan balok II


Contoh Analisis
38

2. Hitung a untuk balok II.


 As  As  f y 2.000  400
a   171 mm
0,85 f c b 0,85  20  275
3. Cek apakah tulangan tekan leleh.
d' = 65 mm
d  65
  0,380
a 171
d 1  f 
Sedangkan  
1  400 
 1  y   1    0,392
 a  lim 1  600  0,85  600 

 d    d   maka tulangan tekan leleh.


Karena :   
 a   a  lim
4. Cek jika fs = fy:

 a  171
a = 171 mm →    0,335
 
d 510
a  600
Sedangkan  b   1  0,85 0,6   0,510
 d  600  f y
Contoh Analisis
39

 a   ab 
Karena :      maka tulangan tarik leleh.
d   d 
5. Hitung .
a) Untuk balok I:
a 171
c   201 mm
1 0,85
c d c

c s
201 445  201
   s  0,0036
0,003 s
→ = 0,65 + (t – 0,002) (250/3)
= 0,65 + (0,0036 – 0,002) (250/3) = 0,783
b) Untuk balok II:
a 171
c   201 mm
1 0,85
Contoh Analisis
40

c d c

c s
201 424  201
   s  0,0033
0,003 s
→ = 0,65 + (t – 0,002) (250/3)
= 0,65 + (0,0033 – 0,002) (250/3) = 0,758
6. Hitung Mn.
a) Untuk balok I:
Mn1 = [A's fy (d – d')]
= 0,783[(1.000 × 400)(510 – 65)] = 139,37 kN.m
b) Untuk balok II:
Mn2 =  [(As – A's) fy (d – a/2)]
= 0,758[(3.000 – 1.000) × 400 (510 – 171/2)] = 257,42 kN.m
Kapasitas momen total adalah:
Mn = Mn1 + Mn2 = 396,79 kN.m.
Desain Balok Bertulangan Rangkap
41

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


Desain Balok Bertulangan Rangkap
42

Analisis dan Desain Balok Bertulangan Rangkap


Contoh Desain
43

Contoh 5.6
Suatu penampang balok dibatasi ukurannya dengan lebar maksimum, b = 300
mm dan tinggi total penampang, h = 550 mm. Balok harus memikul momen
lentur terfaktor yang besarnya 350 kN∙m. Gunakan f /c = 20 MPa dan fy = 400
MPa. Hitung luas tulangan yang dibutuhkan.
44
Analisis Penampang Ber-flens
45
Analisis Penampang Ber-flens
46
Analisis Penampang Ber-flens
47
Analisis dan Desain Balok T
48
Perbedaan nilai beff SNI 2002
49
Analisis dan Desain Balok T
50

Gambar 4.5 Beberapa model geometri balok "T"


Analisis dan Desain Balok T
51

Analisis dan Desain Balok T


• Cara analisis balok penampang T hampir serupa dengan balok
persegi.
• Distribusi tegangan tekan pada beton mengikuti blok tegangan
Whitney.
• Prosedur analisis kuat momen nominal, Mn, untuk suatu
penampang T atau L dapat dibedakan menjadi 2 macam kategori :
1. tinggi efektif blok tegangan Whitney, a, kurang atau sama
dengan tebal sayap tekan, hf (a < hf)
2. tinggi efektif blok tegangan Whitney, a, lebih besar dari tebal
sayap penampang (a > hf)
Dalam banyak hal, kasus pertama akan lebih sering dijumpai
daripada kasus kedua.
Analisis dan Desain Balok T
52

Analisis dan Desain Balok T (a < hf)

d c
t   3 10 3
c
Analisis dan Desain Balok T
53

Analisis dan Desain Balok T (a > hf)


Guna keperluan analisis, maka penampang balok T
dipisahkan menjadi dua bagian.
Pada bagian pertama penampang, gaya tekan yang
bekerja pada sisi sayap tekan adalah :
Ccf = 0,85fc/(be – bw)hf
Sedangkan gaya tekan pada bagian badan adalah :
Ccw = 0,85fc/bwa
Analisis dan Desain Balok T
54

Analisis dan Desain Balok T (a > hf)


• Dari keseimbangan gaya :
T = Asfy = Ccf + Ccw

• Sehingga : a  T  Ccf
0,85 f c  bw

• Tinggi sumbu netral dapat dihitung, c = a/b1, dan regangan tarik pada
tulangan baja, e
t dapat diperiksa apakah sudah lebih besar dari regangan
luluh.
• Akhirnya momen nominal penampang dapat dihitung sebagai berikut :
 hf   a
M n  Ccf  d    Ccw  d  
 2   2
Analisis dan Desain Balok T
55

Analisis dan Desain Balok T


Sesuai ACI 318M-11 pasal 10.5.2 disebutkan bahwa luas tulangan minimum
untuk balok penampang T atau L, tidak kurang dari yang disyaratkan dalam
persamaan :
f c 1,4
As min  bw  d  bw  d
4 fy fy

• Hanya saja nilai bw diganti dengan 2bw atau be, diambil yang terkecil.
Estimasi Tinggi Minimum Balok
56
Tinggi Balok
57
Defenisi Panjang Bentang L
58
Pengaturan Beban Hidup
59
Kombinasi Beban Terfaktor untuk
60
Perencanaan Elemen Struktur
Kombinasi Beban Terfaktor untuk
61
Perencanaan Elemen Struktur
Metoda Analisis Struktur
62
Contoh Analisis dan Desain Balok T
63

Analisis dan Desain Balok T


Contoh 5.7
Contoh 5.1 :
Suatu konstruksi pelat lantai dengan denah strukturnya ditunjukkan dalam Gambar.
Hitunglah besarnya kuat momen rencana, Mn, dari balok anak pada potongan A-A
dan B-B. Anggap balok sebagai balok T. Gunakan nilai f /c = 25 MPa, fy = 400 MPa
Contoh Analisis dan Desain Balok T
64

Analisis dan Desain Balok T


Contoh 5.8
Contoh 5.2
Desainlah sebuah balok T dari suatu sistem balok-pelat pada Gambar berikut
ini. Beban momen lentur yang bekerja akibat beban hidup dan beban mati
adalah MD = 105 kN∙m dan ML = 135 kN∙m. Balok memiliki panjang bentang,
l = 6,0 m. Gunakan f /c = 20 MPa dan fy = 400 MPa
Contoh Analisis dan Desain Balok T
65

Penyelesaian:
1. Hitung momen terfaktor yang bekerja pada balok:
Mu = 1,2MD + 1,6ML = 1,2(105) + 1,6(135) = 342 kN.m
2. Tentukan lebar efektif balok T, be, yang diambil dari nilai terkecil antara:
bw  2ln 2   300  22700 2   3000 mm
 
bw  2 8h f  300  28100   1900 mm

l 4  6000 4  1500 mm
sehingga ambil be = 1500 mm
3. Periksa posisi sumbu netral, asumsikan tinggi blok tegangan tekan a = hf
= 100 mm. Maka
Mnf = (0,85f 'c) bhf (d – hf/2) = 0,9(0,85)(20)(1500)(100)(450-100/2)
  = 918 kN.m > Mu.
Desain dapat dilakukan seperti penampang balok persegi.
Contoh Analisis dan Desain Balok T
66

Gambar C.4.7.b Penampang balok T


4. Menentukan luas tulangan tarik, dengan menganggap sebagai balok
persegi dengan lebar b = 1500 mm:

Mu 342  106
Ru    1,1259 MPa
2 2
bd 1500  450
Dari Persamaan 3.50 Bab 3 diperoleh  = 0,003225.
As = bd = 0,003225(1500)(450) = 2176,88 mm2.
Gunakan 6D22 (As = 2.280 mm2) dipasang dua lapis.
Contoh Analisis dan Desain Balok T
67

5. Periksa bahwa w > min:


As 2.280
w    0,01688   min ( 0,004)
bwd 300  450
6. Periksa bahwa penampang terkendali tarik:
As f y 2.280  400
a   28,61 mm.
0,85 f c b 0,85  25  1500
a 28,61
c   33,66 mm
1 0,85
d c 475  33,66
t  t 0,003   0,003  0,039  0,005
c 33,66
(terkendali tarik).
Contoh Analisis dan Desain Balok T
68

Analisis dan Desain Balok T


Contoh 5.9
Contoh 5.3
Dalam suatu sistem balok pelat, diketahui bahwa lebar sayap balok T adalah
1200 mm, lebar badan balok, bw = 400 mm, dan tebal pelat hf = 100 mm.
Desainlah sebuah penampang balok T untuk memikul momen terfaktor
sebesar Mu = 1.100 kN∙m. Gunakan f /c = 20 MPa dan fy = 400 MPa
Contoh Analisis dan Desain Balok T
69

Penyelesaian:
1. Karena tinggi efektif, d, tidak diketahui, maka sebagai langkah awal
dapat diambil asumsi bahwa a = hf, dan hitung Asft sebagai berikut:
0,85 f cbh f 0,85201200100
Asft    5.100 mm 2
fy 400
Selanjutnya dari Persamaan Mu = Asft fy (d – hf/2), hitung nilai d:
1.100 × 106 = 0,9(5.100)(400)(d – 100/2)
Diperoleh d = 649, 13 mm ≈ 650 mm.
Jika nilai d diambil sama dengan 650 mm, maka luas tulangan tarik As =
Asft = 5.100 mm2.
Contoh Analisis dan Desain Balok T
70

2. Jika tinggi efektif d, diambil lebih dari 650 mm, misalkan d = 750 mm,
maka a < hf dan analisis dapat dilakukan sebagai balok persegi. Rasio
tulangan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.50 dengan
= 0,004797 dan As = bd = 0,004797(1200)(750) = 4.317,3 mm2.
3. Selanjutnya apabila dipilih tinggi efektif kurang dari 650 mm, misalkan
diambil d = 550 mm, maka a > hf dan penampang akan berlaku sebagai
balok T. Hitung:
Asf = 0,85f 'c (b – bw) hf/fy = 0,85(20)(1200 – 400)(100)/400
= 3.400 mm2.
Mu2 = Asf fy (d – hf/2) = 0,9(3.400)(400)(550 – 100/2)
= 612.106 N.mm = 612 kN.m
Mu1 = Mu – Mu2 = 1.100 – 612 = 488 kN.m
Contoh Analisis dan Desain Balok T
71

Untuk penampang tulangan tunggal dengan bw = 400 mm, d = 550 mm,


Mu1 = 488, maka Ru = 4,033 MPa. Nilai 1 diperoleh dari Persamaan
3.50, yaitu 1 = 0,01327:
As1 = bwd = 0,01327(400)(550) = 2.919,4 mm2.
As = Asf + As1 = 3.400 + 2.919,4 = 6.319,4 mm2.
4. Dari ketiga hasil desain tersebut, apabila tidak ada pembatasan tinggi
balok maka pilihan desain dalam langkah kedua (a < hf) akan lebih
menguntungkan karena luas tulangan yang dibutuhkan jauh lebih kecil
daripada dua alternatif lain (dengan pertimbangan bahwa harga besi
tulangan lebih mahal daripada harga beton).

Anda mungkin juga menyukai