Anda di halaman 1dari 43

Analisis dan Perencanaan

9 Kolom

9.1. Pendahuluan

K omponen struktur kolom menduduki posisi penting di


dalam keseluruhan sistem struktur bangunan gedung. Oleh
sebab itu upaya-upaya efisiensi dan optimasi yang dilakukan hendaknya
selalu berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan
ketentuan dan pembatasan sesuai peraturan beton yang berlaku.

Gambar 9.1. Proses Pengerjaan Kolom Beton Bertulang


Juniman Silalahi

Kolom Berfungsi untuk menahan dan meneruskan beban dari


sistem lantai ke pondasi.
Pengikat lateral/sengkang
Kolom dengan pengikat
Pengikat spiral
Kolom komposit

Kolom pendek  Tidak ada factor tekuk


(Efek kelangsingan dapat
diabaikan)
Kolom langsing  Ada pengaruh tekuk (buckling)

Tulangan Pokok Tulangan Pokok


Sengkang Spiral Profil baja

Spasi Spasi

Tulangan Pokok Tulangan Pokok


Sengkang Pipa baja
Spiral

KOLOM DENGAN PENGIKAT KOLOM KOMPOSIT

Gambar 9.2. Jenis-jenis Kolom

Pembatasan tulangan kolom :


Menurut SNI-03-2847-2002, luas tulangan kolom dibatasi dengan ketentuan
sebagai berikut:
1). 0,01 Ag  Ast  0,08 Ag
(umumnya digunakan 1,5 – 3 % Ag)
2). Jumlah minimum batang tulangan pokok :
minimum 6 batang untuk penampang bulat
minimum 4 batang untuk penampang segi empat
minimum 3 batang untuk penampang asegi tiga
3). Jarak antar tulangan pokok minimum 1,5 D atau 40 mm.
Apabila jarak antar tulangan pokok >150 harus diberi sengkang
pengikat tambahan.

164
Analisis dan Perencanaan Kolom

4). Tebal selimut beton minimal 40 mm


5). Kolom dengan sengkang:
Untuk tulangan pokok  D32, diikat dengan sengkang minimum p10
Untuk tulangan pokok > D32, diikat dengan sengkang minimum p12
Jarak spasi tulangan sengkang tidak boleh lebih 16 kali diameter
tulangan pokok, atau 48 kali diameter tulangan sengkang, atau
selebar kolom.
6). Kolom dengan spiral:
Diameter batang lilitan spiral minimum p10 dan maksimum p16.
Jarak spasi bersih spiral tidak boleh lebih dari 80 mm dan tidak
kurang dari 25 mm.

Rasio penulangan spiral s(min) = 0,45.(Ag/Ac – 1).fc’/fy


dimana:
s = Volume tulanganspiral satu putaran/volume kolom setinggi s
s = Jarak spasi tulangan spiral
Ac= Luas penampang lintang inti kolom (tepi luar ke tepi luar spiral).
Dari defenisi s di atas dapat dikembangkan perkiraan rasio
penulangan spiral aktual yang lebih praktis dikaitkan dengan sifat fisik
penampang lintang kolom. Selanjutnya ungkapan s dapat disusun sebagai
berikut:
Asp .  . Ds
s =
Dc² . S
4
Apabila perbedaan kecil antara Dc dan Ds diabaikan, sehingga Dc=Ds,
maka rumus tersebut menjadi:
s = 4Asp
Dc . S

dimana: Asp = Luas penampang batang tulangan spiral


Ds = Diameter spiral dari pusat ke pusat
Dc = Diameter inti kolom
(dari tepi ke tepi terluar spiral)

Merencanakan kolom beton bertulang pada hakekatnya menentukan


dimensi maupun ukuran-ukuran yang tepat baik terhadap beton maupun baja
tulangan, serta menghitung kebutuhan tulangan pokok maupun sengkang
atau spiral sehingga diperoleh ukuran dan jarak spasi yang tepat.

165
Juniman Silalahi

Susunan penulangan kolom persegi dan jarak antar baja tulangan


pokok serta kebutuhan sengkang tambahan dapat dilihat seperti pada
Gambar 9.3.
4 btg 6 btg 6 btg

 150 >150
8 btg 8 btg 10 btg

12 btg 12 btg 14 btg

min. 25mm
Susunan Penulangan Kolom Tipikal
Gambar 9.3. Susunan Penulangan Kolom Tipikal

9.2. Analisis dan Perencanaan Kolom Pendek


Peraturan tidak memberikan definisi batas panjang maksimum kolom
pendek, tetapi menetapkan digunakannya suatu proses evaluasi kelangsingan
pada batas nilai rasio kelangsingan tertentu.

Kolom dapat dinyatakan sebagai kolom pendek apabila:


klu/r < 34 – 12 ( M1b/M2b)  Kolom dengan pengaku lateral
klu/r < 22  Kolom tanpa pengaku lateral
dimana:
M1b dan M2b = Momen-momen ujung terfaktor pada kolom yang
posisinya berlawanan; M1b > M2b
k = faktor panjang efektif tahanan ujung kolom
(nilai k tergantung kondisi perletakan ujung kolom)
k = 1  kedua ujung sendi, tidak bergerak lateral
k = 2  kedua ujung jepit, ujung lain bebas
k = 1  kedua ujung jepit, ada gerak lateral
k = 0,5  kedua ujung jepit

166
Analisis dan Perencanaan Kolom

lu  panjang kolom
r  jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang kolom,
r = √I/A
SNI-03-2847-2002 menetapkan r = 0,30 h untuk penampang segi empat
(h diambil tegak lurus sb lentur)
r = 0,25 D untuk penampang bulat
(D diameter kolom bulat)

Kolom Pendek yaitu kolom yang karena panjang atau tingginya


sedemikian rupa, sehingga tidak memerlukan peninjauan terhadap efek tekuk
lateral. Keruntuhan kolom ditandai dengan kegagalan unsur bahannya, yaitu
hancurnya beton pada peristiwa runtuh tekan, atau luluhnya baja tulangan
pada peristiwa tarik.
e
P P P
M=P.e

e=efek sentris gaya


terhadap sb.kolom

Kolom sentris Kolom eksentris Kolom dengan beban


e=0 e=M/P aksial dan kolom
Pembebanan Pada Kolom

Gambar 9.4. Hubungan Beban Aksial - Momen - Eksentrisitas

9.3. Kolom eksentrisitas kecil


Kuat beban aksial nominal, atau teoritis tanpa eksentrisitas :

Po = 0,85.fc’.(Ag–Ast) + Ast.fy

dimana: Ag = Luas penampang kolom bruto b. h


Ast = Luas penampang baja tulangan

Oleh karena pada kolom sebenarnya tidak mungkin bekerja beban yang
benar-benar sentries, dan akibat adanya penyimpangan dalam pelaksanaan,
maka peraturan beton SNI’02 memberikan ketentuan bahwa kekuatan

167
Juniman Silalahi

nominal kolom direduksi sebesar 20% untuk kolom pengikat sengkang, dan
sebesar 15% untuk kolom dengan pengikat spiral.

Jadi, kuat beban aksial maksimum :

øPn (maks) = 0,80.ø.{0,85.fc’.(Ag–Ast) + Ast.fy}


 untuk kolom pengikat sengkang dengan ø = 0,65

øPn (maks) = 0,85.ø.{0,85.fc’.(Ag–Ast) + Ast.fy}


 untuk kolom pengikat spiral dengan ø = 0,70

Rasio luas penulangan g yang harus berada dalam daerah batas nilai
0,01  g  0,08, maka persamaan kuat perlu dimodifikasi menjadi :
øPn (maks) = 0,80. ø.{0,85.fc’.(Ag–Ast) + Ast.fy}

g = Ast/Ag  Ast = g.Ag

maka: øPn (maks) = 0,80. ø.{0,85.fc’.(Ag–g.Ag) + fy.g.Ag}

øPn (maks) = 0,80. ø.Ag.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}

Peraturan memberikan ketentuan hubungan dasar antara beban


dengan kekuatan : Pu  øPn ,
dimana: Pu = beban aksial terfaktor
Pn = Kuat beban aksial minimal atau teoritis
dengan eksentrisitas tertentu.

Dengan demikian dapat disusun persamaan untuk menentukan luas


penampang kolom sebagai berikut :

Ag perlu = Pu / 0,80. ø.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}


 Kolom pengikat sengkang

Ag perlu = Pu / 0,85. ø.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}


 Kolom pengikat spiral

168
Analisis dan Perencanaan Kolom

Berdasarkan persamaan di atas, maka beban yang dapat disangga oleh


beton dapat dihitung sebagai berikut :

Pu = 0,80.ø.{0,85.fc’.(1-g).Ag}  Kolom pengikat sengkang

Pu = 0,85.ø.{0,85.fc’.(1-g).Ag}  Kolom pengikat spiral

9.3.1. Contoh Kasus :

1. Suatu kolom (jenis kolom pendek) dengan beban aksial eksentrisitas


kecil, terdiri dari beban mati PDL = 1400 kN dan beban hidup PLL =
850 kN. Mutu beton fc’= 30 MPa, mutu baja fy = 400 MPa, gunakan
g=0,03. Rencanakan kolom berpenampang bujur sangkar dengan
pengikat sengkang untuk menopang beban aksial tersebut.
Penyelesaian:
Pu = 1,2 . 1400 + 1,6 . 850 = 3040 kN
Ag perlu = Pu / 0,80. ø.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}
= 3040. 10³ / 0,80. 0,65.{0,85. 30 .(1 – 0,03) + 400. 0,03}
= 159144 mm²

Ukuran kolom bujur sangkar = 159144 = 399 mm


Jika ditetapkan ukuran kolom 400 x 400 mm , maka nilai g akan
berubah (berkurang sedikit dari yang ditetapkan g = 0,03).
Ag aktual = 400² = 160000 mm²

Beban yang dapat disangga oleh beton:


0,80. ø. (0,85.fc’.Ag. ( 1 - g) =
0,80 . 0,65. (0,85. 30). 160000. (1 – 0,03). 10‫־‬³ = 2058 kN
Dengan demikian, beban yang harus disangga oleh baja tulangan:
3040 – 2058 = 982 kN

Kekuatan maksimum yang disediakan baja tulangan:


0,80.ø.Ast. fy,
maka luas penampang baja tulangan yang diperlukan:
Ast perlu = 982 .10³ / 0,80. 0,65. 400 = 4721 mm²
Gunakan baja tulangan 8D28 dengan susunan terdistribusi merata
pada penampang (Ast = 4926 mm²)

Tulangan sengkang:
Digunakan tulangan sengkang p10 dengan jarak spasi tidak lebih
dari nilai terkecil dari tiga persyaratan berikut:

169
Juniman Silalahi

1) 48 x diameter sengkang = 48 . 10 = 480 mm


2) 16 x diameter baja tulangan pokok = 16 . 28 = 448 mm
3) Dimensi kolom (terkecil) = 400 mm
Jadi, digunakan sengkang p10 – 400.

Perksa susunan tulangan pokok:


Jarak bersih baja tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom,
yaitu:
½ . {400 – (2. 40 + 2. 10 + 3. 28)} = 108 mm < 150 mm (ok)
(tidak diperlukan sengkang pengikat tambahan).

Sengkang p10
400 Tulangan Pokok D28
Selimut Beton 40 mm
400

Gambar 9.5. Sketsa Penulangan Penampang Kolom Persegi

2. Apabila seperti pada kasus 1 di atas direncanakan kolom bulat


dengan pengikat spiral, maka penyelesaiannya sebgai berikut:
Penyelesaian:
Pu = 1,2 . 1400 + 1,6 . 850 = 3040 kN
Ag perlu = Pu / 0,85. ø.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}
= 3040. 10³ / 0,85. 0,70.{0,85. 30 .(1 – 0,03) + 400. 0,03}
= 139084 mm²

Diameter kolom  Ag = .D² / 4

D = Ag. 4 /  =  139084. 4 / 3,14 = 420,817 mm

Ditetapkan diameter kolom = 430 mm


Ag aktual = .D² / 4 = 3,14. 430² / 4 = 145220 mm²

Beban yang dapat disangga oleh beton:


0,85. ø . (0,85.fc’.Ag. ( 1 - g) =
0,85 . 0,70. (0,85. 30). 145220. (1 – 0,03). 10‫־‬³ = 2137 kN

Dengan demikian, beban yang harus disangga oleh baja tulangan:


3040 – 2137 = 903 kN

170
Analisis dan Perencanaan Kolom

Kekuatan maksimum yang disediakan baja tulangan:


0,80. . Ast. fy,
maka luas penampang baja tulangan yang diperlukan:
Ast perlu = 903 .10³ / 0,80. 0,70. 400 = 4031 mm²
Gunakan baja tulangan 7D29 dengan susunan terdistribusi merata
pada penampang (Ast = 4623,7 mm²)

Tulangan spiral:
Digunakan tulangan sengkang p10 dengan jarak spasi spiral, yaitu:
s (min) = 0,45 (Ag/Ac – 1). (fc’/fy) Ac = {(430 – 80)². 3,14}/4
= 0,45. (145220 / 96211 – 1). (30/400) = 96211 mm²
= 0,0172

Jarak spasi maksimum diperoleh dengan cara memberikan nilai s


(min) untuk s:
s (aktual) = 4. Asp / Dc. S, sehingga :
S maks = 4 Asp / Dc. s aktual = 4 . 78,5 / 350. 0,0172
= 52,16 ~ 50 mm

Gunakan spiral dengan jarak spasi 50 mm


Menurut ketentuan jarak spasi bersih lilitan spiral tidak lebih dari
80 mm dan kurang dari 25 mm, yaitu 50 – 10 = 40 mm (ok).

Tulangan Pokok D29


Spiral p10
Selimut Beton 40 mm
430

Gambar 9.6. Sketsa Penulangan Penampang Kolom Bulat

171
Juniman Silalahi

9.4. Kolom eksentrisitas besar


9.4.1. Penampang Kolom Bertulangan Seimbang:
Perencanaan kolom dalam praktek umumnya menggunakan
penulangan seimbang (simetris), dimana penulangan pada kedua sisi yang
berhadapan sama jumlahnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesalahan
atau kekeliruan penempatan tulangan yang dipasang, maupun kemungkinan
terjadinya gaya bolak balik pada struktur.
Kuat beban aksial sentries nominal penampang kolom pada
hakekatnya merupakan penjumlahan kontribusi kuat tekan beton
0,85.fc’.(Ag – Ast) dan kuat baja tulangan Ast. fy. Jika pada penampang kolom
bekerja beban sentries, maka dianggap seluruh penampang (termasuk
tulangan pokok) menahan gaya desak secara merata. Dengan sendirinya tidak
terdapat garis netral yang memisahkan daerah tarik dan tekan pada
penampang. Namun, jika pada penampang kolom bekerja beban eksentris,
maka akan timbul tegangan yang tidak merata pada penampang. Bahkan pada
nilai eksentrisitas tertentu dapat mengakibatkan timbulnya tegangan tarik,
sehingga:
 Penampang kolom terbagi menjadi daerah tekan dan daerah tarik.
 Tugas baja tulangan dibedakan menjadi tulangan tekan (As’) yang
dipasang di daerah tekan, dan tulangan tarik (As) yang dipasang
di daerah tarik.
Berdasarkan regangan yang terjadi pada baja tulangan, awal
kehancuran atau keruntuhan penampang kolom dibedakan menjadi dua
kondisi:
1. Kehancuran karena tarik  diawali luluhnya batang tulangan tarik.
2. Kehancuran karena tekan  diawali hancurnya beton tekan.
Penampang kolom bertulangan seimbang terjadi bilamana dengan
jumlah baja tulangan tarik tertentu letak garis netral tepat pada saat mana
akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tulangan tarik dan
regangan beton tekan maksimum sebesar 0,003. Dalam hal ini dua kondisi
yang akan terjadi, yaitu penampang kolom akan hancur karena tekan, dan
hancur karena tarik).
Keruntuhan kolom dengan eksentrisitas besar terjadi dengan didahului
luluhnya batang tulangan tarik disebut kehancuran tarik. Peralihan dari
keadaan hancur katena tarik ke hancur karena tekan terjadi pada saat e = eb.
Apabila e > eb atau Pn < Pnb atau Pu < øPnb  terjadi kehancuran karena
tarik yang diawali dengan luluhnya batang tulangan tarik. Dengan
menggunakan penampang persegi (lihat gambar di bawah), keadaan
keseimbangan regangan memberikan :

172
Analisis dan Perencanaan Kolom

cb = 0,003 ; Es = 200000 MPa


d fy/Es + 0,003

cb = 0,003. (d) = 600.(d)


fy/200000 + 0,003 600 + fy

Pn=Pb Pn=Pb
c=0,003 0,85 fc’

d’ ND2b
e=eb a=0,85Cb
e’
cb s’ ND1b
As’
d Pusat beratplastis
h grs netral
As
NTb=As.fy

b y=fy/Es
Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.7. Keadaan Keseimbangan Regangan Penampang


Kolom Persegi

Keseimbangan gaya-gaya mensyaratkan :


Pb = ND1b + ND2b – NTb ;
dimana: ND1b = 0,85.fc’.a. b = 0,85.fc’.1. cb. b
ND2b = As’. fy
NTb = As . fy
Apabila tulangan tekan telah luluh pada keadaan keseimbangan
regangan, maka : ND2b = As’. (fy – 0,85.fc’), dengan demikian persamaan
gaya-gaya menjadi :
Pb = 0,85.fc’.1. cb. b + As’.(fy – 0,85 fc’) – As .fy
dimana :
Pb = Kuat beban aksial nominal pada kondisi regangan seimbang
Pn = Kuat beban aksial nominal pada eksentrisitas yang diberikan
Pu = Beban aksial terfaktor pada eksentrisitas yang diberikan,  Pn
e = eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis
eb = eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis pada kondisi regangan
seimbang.
e = Mu/Pu ; Pn= Pu/ø ; øPn > Pu atau Pnb > Pn

Penampang kolom pendek yang dibebani dengan beban aksial


eksentrisitas besar, yaitu pada kondisi e > eb atau Pn < Pb, awal
keruntuhannya ditandai dengan luluhnya tulangan baja tarik. Dengan

173
Juniman Silalahi

demikian berarti fs = fy, sedangkan tegangan pada baja tekan dua


kemungkinan, belum atau sudah mencapai luluh.
Keseimbangan gaya-gaya H = 0, pada penampang kolom pendek
dengan beban aksial eksentrisitas besar adalah :

Pn = ND1 + ND2 – NT
Pn = 0,85 .fc’.b.a + As’.fs’ – As.fs’

Keseimbangan momen terhadap pusat plastis M = 0 sejarak


eksentrisitas e, menghasilkan persamaan :

Mn = Pn .e = 0,85 .fc’.b.a.(h/2–a/2) + As’.fy.(h/2–d’) + As .fy.(d–h/2)

dimana : Pn = Pu/ø ; Mn = Mu/ø


Bila As = As’, maka :
Mu = ø. [0,85 .fc’.b. a (h/2 – a/2) + As .fy .(d – d’)]

Jadi : As = Mu - ø. 0,85 .fc’.b.a.(h/2 – a/2)

ø . fy .(d – d’)

Apabila penulangan tekan dan tarik simetris (As = As’) dan keduanya
sudah mencapai luluh, maka didapatkan :
Pn = 0,85 .fc’ .b. a  Pu = ø.(0,85 .fc’.b.a)

 a = Pu / ø.0,85 .fc’.b
Dengan demikian. luas tulangan (daerah tarik atau tekan) :

As = Mu - ø. 0,85 .fc’.b .(Pu /ø. 0,85.fc’.b) . (h/2 –a/2)

ø.fy.(d – d’)

As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)

Catatan :
Konversi satuan 1 kg = 10 N ; 30 MPa =30 N/mm² = 300 kg/cm²

174
Analisis dan Perencanaan Kolom

Untuk menentukan kuat beban aksial nominal pada eksentrisitas yang


diberikan (Pn), dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

1) Persamaan untuk penampang persegi hancur tarik menentukan:

Pn = 0,85.fc’.b.d {(1-e’/d) + (1-e’/d)² + 2.m..(1-d’/d)]

dimana: m = fy/0,85.fc’ ;  = ’ = As/b.d


e’ = e + (d-h/2)
h – 2e/2d = 1 – e’/d

2) Persamaan untuk penampang persegi dengan hancur tekan


menentukan:

Pn = As’.fy b.h.fc’
e/(d-d’) + 0,50 3.h.e/d² + 1,18

3) Persamaan untuk penampang bulat dengan hancur tekan menentukan:


Pn = As’.fy Ag.fc’
3e + 1,0 9,6.h.e/d² + 1,18
Ds (0,8h + 0,67Ds)²

4) Persamaan untuk penampang bulat dengan hancur tarik menentukan:


Pn = 0,85.fc’.h².{(0,85e/h – 0,38)² + g.m.Ds/2,50h –(0,85e/h – 0,38)}
dimana: h = diameter penampang
Ds = Diameter lingkaran tulangan terjauh dari sumbu
e = eksentrisitas terhadap pusat plastis penampang
Ast = Luas penulangan total
Ag = Luas penampang bruto
g = Ast/Ag ; m = fy/0,85.fc’

Contoh Kasus 1:
Suatu kolom empat segi menahan gaya desak aksial PDL = 290 kN,
PLL = 550 kN, Eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis = 400 mm,
fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa, rasio penulangan g = 0,03 (3%).
Rencanakan penulangan kolom tersebut.
Penyelesaian:

175
Juniman Silalahi

Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL


= 1,2 . 290 + 1,6 . 550 = 1228 kN
Mu = P . e
= 1228 . 400.(10)¯³ = 491,2 kNm
Ditaksir ukuran kolom 500 x 500 mm, dengan g = 3%
 =’ = As/b.d = 0,015 , dengan d’ = 40 mm
As = As’ = 0,015 . b.d = 0,015 . 500 . 460 = 3450 mm²
Gunakan baja tulangan 6D29 pada masing-masing sisi kolom
(As =As’ = 3963,2 mm²)
 aktual = As/b.d = 3963,2 / 500 . 460 = 0,0172

Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang øPnb :


Cb = 600.(d) /600 + fy = 600.(460) / 600+400 = 276 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 276 = 234,6 mm
fs’ = 0,003.Es.(Cb–d’/Cb)
= 0,003 . 200000.(276-40/276) = 513 MPa > fy = 400 MPa
Karena fs’>fy, maka dalam perhitungan selanjutnya digunakan fs’ = fy
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fy’ – As.fy
= (0,85 .30 .234,6 .500 + 3963,2 .400 – 3963,2 .400) .(10)‫־‬³ = 2991 kN
øPnb = 0,65 . 2991 = 1944 kN > Pu = 1228 kN
 Kolom akan mengalami hancur yang diawali luluhnya tulangan tarik.

Periksa kekuatan penampang (Pn):


 = 0,0172
m = 400/0,85.30 = 15,69
h-2e/2d = 500 – 2 .400 / 2 .460 = -0,33 atau (1-e’/d)
(1 – d’/d) = 1 – 40/460 = 0,913

Pn = 0,85.fc’.b.d {(1-e’/d) + (1-e’/d)² + 2.m..(1-d’/d)]


= 0,85.30 .500 .460 [-0,33 + (-0,33)² + 2 .15,69 .0,0172 .0,913]. (10)‫־‬³
= 2618 kN
øPn = 0,65 .2618 = 1702 kN > Pu =1228 kN
 Perencanaan penampang kolom memenuhi yarat.

Periksa tegangan pada tulangan tekan :


a = Pn / 0,85.fc’.b
= 2618.(10)‫־‬³ / 0,85 . 30 . 500 = 205 mm
c = a/1 = 205 / 0,85 = 242 mm

176
Analisis dan Perencanaan Kolom

fs’ = 0,003 . Es . (c-d’/c)


= 0,003 . 200000 .(242-40 / 242) = 500 MPa > fy = 400 MPa
 Tegangan pada tulangan tekan sudah mencapai luluh sesuai
anggapan semula.

Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= (500- (2 .40 + 5 .29)) / 5 = 55 mm < 150 mm
 Tidak diperlukan tambahan batang pengikat tulangan pokok
(sengkang tambahan)

Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’

d’ ND1
As’=6D29 cb a=0,85Cb
s’ ND2
d grs netral
h=500
As=6D29 NT1

b=500 s=y

Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.8. Sketsa Penulangan Kolom (contoh kasus 1)

Contoh Kasus 2:
Suatu kolom empat segi menahan gaya desak aksial Pu = 1600 kN,
dan Mu = 185 kNm, Perkiraan penulangan g = 0,02 (2%), dan selimut
beton efektif d’= 70 mm, fc’= 35 MPa, fy = 400 MPa,
Rencanakan penulangan kolom tersebut.

Penyelesaian:

177
Juniman Silalahi

Pu = 1600 kN
Mu = 185 kNm
e = Mu / Pu = 185.(10)³ / 1600 = 116 mm
d = 400 – 70 =330 mm

Ditaksir ukuran kolom 400 x 400 mm, dengan rasio penulangan g = 2%


 =’ = As/b.d = 0,01 , dengan d’ = 70 mm
As = As’ = 0,01 . b.d = 0,015 . 400 . 330 = 1320 mm²
Gunakan baja tulangan 3D25 pada masing-masing sisi kolom
(As =As’ = 1472,6 mm²)
 aktual = As/b.d = 1472,6 / 400 . 330 = 0,0112
Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang Pnb :
Cb = 600.(d) /600 + fy = 600.(330) / 600+400 = 198 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 198 = 168,3 mm
fs’ = 0,003.Es.(Cb–d’/Cb)
= 0,003 . 200000.(198-70/198) = 387,88 MPa < fy = 400 MPa

Oleh karena fs’ < fy, maka di dalam perhitungan selanjutnya digunakan
fs’ = 387,88 MPa
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fy’ – As.fy
= (0,85 . 35 . 168,3 . 400 + 1472,6 . 387,88 – 1472,6 . 400) . (10)‫־‬³
= 1984,92 kN
øPnb = 0,65 . 1984,92 = 1290,2 kN < Pu = 1600 kN
 Kolom akan mengalami hancur yang diawali hancurnya beton di
daerah tekan.

Periksa kekuatan penampang (Pn):


Pn = As’.fy b.h.fc’
e/(d-d’) + 0,50 3.h.e/d² + 1,18
1472,6 . 400 400 . 400 .35
(116 / (330-70)) + 0,50 (3 . 400 . 116 /(330)²) + 1,18
= 2900,6 kN
øPn = 0,65 . 2900,6 = 1885,4 kN > Pu =1600 kN
 Perencanaan penampang kolom memenuhi syarat.

Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:

178
Analisis dan Perencanaan Kolom

16 x diameter tulangan pokok = 16 . 25 = 400 mm


48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 400 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-440

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= ½ {400- 2.(70) – 2.(25)} = 105 mm < 150 mm  Tidak perlu sengkang
tambahan

Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’

d’ ND1
cb a=0,85Cb
s’ ND2
As’=3D25
d grs netral
h=400
As=3D25
NT1

b=400 s=y

Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.9. Sketsa Penulangan Kolom (contoh kasus 2)

Contoh Kasus 3:
Suatu kolom empat segi menahan gaya desak aksial PDL = 290 kN,
PLL = 550 kN, Eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis e= 400 mm,
fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa, Rencanakan penulangan kolom tersebut
dengan menggunakan persamaan keseimbangan, bila diketahui
dimensi kolom 500 x 500 mm dengan d’ = 40 mm.
Penyelesaian:
Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL
= 1,2 . 290 + 1,6 . 550 = 1228 kN
Mu = P . e
= 1228 . 400.(10)‫־‬³ = 491,2 kNm
a = Pu /ø .0,85.fc’.b
= 1228 .(10) ³ / 0,65 .0,85 .30 .500 = 148,17 ~ 148 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)

179
Juniman Silalahi

As = 491,2.(10)⁶ -1228.(10)³.(0,5 . 500 – 0,5 . 148,17)


0,65 . 400.(460 – 40)
= 2519,96 mm²  4D29 (As = 2642,1 mm²
As = As’ = 2642 mm², masing-masing 4D29

Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang øPnb :


Cb = 600.(d) /600 + fy = 600.(460) / 600+400 = 276 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 276 = 234,6 mm
fs’ = 0,003.Es.(Cb–d’/Cb)
= 0,003 . 200000.(276-40/276) = 513 MPa > fy = 400 MPa
Oleh karena fs’ > fy, maka di dalam perhitungan selanjutnya
digunakan fs’ = fy
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fy’ – As.fy
= (0,85 . 30 . 234,6 . 500 + 2642 . 400 – 2642 . 400) . (10)‫־‬³
= 2991 kN
øPnb = 0,65 . 2991 = 1944 kN > Pu = 1228 kN
 Kolom akan mengalami hancur yang diawali luluhnya tulangan
tarik.
Periksa kekuatan penampang (Pn):
 = ’ = As /b.d = 2642 /500 . 460 = 0,0115
m = 400/0,85.30 = 15,69
h-2e/2d = 500 – 2 .400 / 2 .460 = -0,33 atau (1-e’/d)
(1 – d’/d) = 1 – 40/460 = 0,913

Pn = 0,85.fc’.b.d {(1-e’/d) + (1-e’/d)² + 2.m..(1-d’/d)]


= 0,85 .30 .500 .460 [-0,33 + (-0,33)² + 2 .15,69 .0,0115 .0,913].(10)‫־‬³
= 1952,63 kN
øPn = 0,65 . 1952,63 = 1269,2 kN > Pu =1228 kN
 Perencanaan penampang kolom memenuhi syarat.

Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan
berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460

180
Analisis dan Perencanaan Kolom

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= 1/3.{500- 2.(40) – 3.(29)}= 111 mm < 150 mm  Tidak perlu sengkang
tambahan

Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’

d’ ND2
cb a=0,85Cb
s’ ND1
As’=4D29
d grs netral
h=500
As=4D29
NT1

b=500 s=y

Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.10. Sketsa Penulangan Kolom (contoh kasus 3)

Contoh Kasus 4 :
Suatu penampang kolom 500 x 500 mm, Pu = 1228 kN, dengan
fc’=30 MPa, dan fy = 400 MPa. Tentukan besar momen Mu yang dapat
dilawan penampang apabila digunakan tulangan 8D29 (masing-masing
As = 4D29 dan As’ = 4D29).

Penyelesaian :
As = As’ = 2642 mm² (4D29)
Apabila penulangan tekan dan tarik simetris (As’ = As) dan keduanya
sudah mencapai luluh, maka :
ND2 = NT = As .fy
= 2642 . 400 .(10)‫־‬³ = 1056,8 kN
ND1 = 0,85 .fc’.b.a
= 0,85 . 30 . 500 . 0,85.c
= 10,84 c
Berdasarkan keseimbangan gaya H pada penampang kolom :
Pn = ND1 + ND2 – NT ; dengan ND2 = NT, maka:
Pn = ND1
Pu = ø.ND1
1228 = ø. 10,84.c
c = 1228 / 0,65 . 10,84 = 174,32 mm
181
Juniman Silalahi

Berdasarkan keseimbangan momen terhadap sumbu pusat plastis M = 0 :


Mn = ND1.(h/2 – a/2) + ND2.(h/2 – d’) + NT.(d – h/2)
= [10,84.(174,32).(500/2 – 74,086) + 1056,8.(250 – 40)
+ 1056,8.(250 – 40)].(10)‫־‬³ = 776,268 kNm
Mu = ø.Mn = 0,65 . 776,268 = 504,57 kNm.
Jadi : Momen yang dapat dilawan penampang sebesar Mu = 504,57 kNm.

Contoh Kasus 5:
Suatu kolom empat segi b x h = 300 x 500 mm dengan d’ = 65 mm
Pu = 800 kN
Mu = 240 kNm
fc’ = 25 MPa
fy = 400 MPa
Rencanakan penulangan kolom

Penyelesaian:
e = Mu / Pu
= 240.(10)³ / 800 = 300 mm
a = Pu /ø .0,85.fc’.b
= 800 .(10)³ / 0,65 . 0,85 . 25 . 300 = 193,06 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)

As = 240.(10)⁶ -800.(10)³.(0,5 . 500 – 0,5 . 193,06)


0,65 . 400.(435 – 65)
= 1218,5 mm²  3D25 (As = 1472,6 mm²)
As = As’ = 1472,6 mm², masing-masing 3D25

Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang øPnb :


Cb = 600.(d) /600 + fy = 600.(435) / 600+400 = 261 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 261 = 221,85 mm
fs’ = 0,003.Es.(Cb–d’/Cb)
= 0,003 . 200000.(261-65/261) = 450,57 MPa > fy = 400 MPa
Karena fs’ > fy, maka di dalam perhitungan selanjutnya digunakan fs’ = fy

182
Analisis dan Perencanaan Kolom

Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fy’ – As.fy


= (0,85 . 25 . 221,85 . 300 + 1472,6 . 400 – 1472,6 . 400) . (10)‫־‬³
= 1414,29 kN
øPnb = 0,65 . 1414,29 = 919,29 kN > Pu = 800 kN
 Kolom akan mengalami hancur yang diawali luluhnya tulangan
tarik.

Periksa kekuatan penampang (Pn):


 = ’ = As /b.d = 1472,6 /300 . 435 = 0,0113
m = 400/0,85.25 = 18,82
h-2e/2d = 500 – 2 .300 / 2 .435 = -0,115 atau (1-e’/d)
(1 – d’/d) = 1 – 65/435 = 0,851

Pn = 0,85.fc’.b.d {(1-e’/d) + (1-e’/d)² + 2.m..(1-d’/d)]


= 0,85 .25 .300 .435 [-0,115 + (-0,115)² + 2 .18,82 .0,0113 .0,851]. (10)
= 1379,69 kN

øPn = 0,65 . 1379,69 = 896,8 kN > Pu =800 kN


 Perencanaan penampang kolom memenuhi syarat.

Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= 1/2.{300- 2.(70) – 2.(25)} = 55 mm < 150 mm
 Tidak perlu sengkang tambahan

183
Juniman Silalahi

SketsaPenulangan:

c=0,003 0,85 fc’

d’ ND1
cb a=0,85Cb
s’ ND2
As’=3D25
d grs netral
h=500
As=3D25
NT1

b=300 s =y

Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.11. Sketsa Penulangan Kolom (contoh kasus 4)

9.4.2. Penampang Kolom dengan Tulangan terdistribusi


Apabila eksentrisitas beban mempunyai harga kecil sehingga gaya
aksial tekan menjadi penentu, dan juga bila dikehendaki suatu kolom beton
bertulang dengan penampang lintang yang lebih kecil, umumnya distribusi
tulangan lebih baik dibuat merata di sekeliling sisi penampang tersebut.

c=0,003 0,85 fc’

d’ ND2
brs 1 As’1
cb s1 a=0,85Cb
As’ s2 ND1
brs 2 As’2 grs netral
d ND3
h As’1 grs plastis
brs 3 As3 s3 NT2
As
brs 4 As4 s4 NT1

b s=y
Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.12. Penampang Kolom Dengan Tulangan Terdistribusi

Jarak tulangan terhadap serat beton yang tertekan (di) ditentukan


sebagai berikut:
Untuk baris pertama As’1  d1 = d’
Untuk baris kedua As’2  d2 = d’ + (h - 2d’) / 3

184
Analisis dan Perencanaan Kolom

Untuk baris ketiga As3  d3 = d’ + 2(h - 2d’) / 3


Untuk baris keempat As4  d4 = d’ + 3(h - 2d’) / 3

Dari persamaan ini dapat dibuat rumus umum untuk jarak tulangan di,
sebagai berikut:

(i - 1).(h – 2d’) dimana: i = nomor baris tulangan


di = d’ +
(N – 1) N = banyak baris tulangan

Besarnya regangan yang terjadi pada baris tulangan ke-i:

si = 0,003 [(c – di) / c]

Tegangan pada baris tulangan ke-i :


fsi = 0,003.(c–di) / c .s
Bila, si  fy/Es , maka fsi = fy
fy/Es > si > -fy/Es  fsi = si . Es
si  -fy/Es  fsi = fy

Gaya pada tulangan ke-i, menjadi : Pi = fsi . Asi

Keseimbangan gaya-gaya H = 0 pada penampang kolom :


Pn = ND1 + NDi – NTi
= 0,85.fc’.b.a + fsi . Asi’ -fsi . As

Keseimbangan momen terhadap pusat plastis M=0 :


Mn = Pn .e
= 0,85 .fc’.b.a.(h/2 – a/2) + Asi’.fy.(h/2 – d’i) + Asi .fsi.(di – h/2)
Perlu diperhatikan bahwa :
bila di < a, maka harga fsi = fsi – 0,85 fc’
di > a, maka harga fsi = fsi

185
Juniman Silalahi

Apabila penulangan tekan (baris pertama) dan tarik (baris terakhir)


simetris As’ = As dan penulangan tersebut sudah dianggap luluh (fsi =
fy), maka :
Mu = ø.[0,85 .fc’.b.a.(h/2–a/2)+As’i.fy.(h/2–d’i) + Asi .fsi.(di – h/2)]
Pn = 0,85 fc’.b.a ; Pu = ø . 0,85 fc’.b.a ; a = Pu / ø.0,85.fc’.b

Dengan demikian, luas tulangan tarik dan tekan masing-masing dapat


dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Untuk penampang persegi dengan susunan tulangan tiga baris :
As’ = As = Mu – Pu (0,5h-0,5a) - ø.As2.fs.(h/2 –di)

ø.fy.(d-d’)
Untuk penampang persegi dengan susunan tulangan empat baris :
As’ = As = Mu – Pu (0,5h-0,5a) - ø.As2 .fs.(h/2-di) - ø.As3.fs.(di-h/2)

ø.fy.(d-d’)
Untuk penampang persegi dengan susunan tulangan lima baris :
As’ = As
= Mu–Pu (0,5h-0,5a)- ø.As2.fs.(h/2-di)- ø.As3.fs.(h/2-di)- ø.As4.fs.(di-h/2)

ø.fy.(d-d’)
demikian seterusnya untuk susunan tulangan dengan jumlah baris
tertentu, dengan catatan luas baja tulangan untuk baris bagian dalam
direncanakan lebih dulu. Contoh, bila direncanakan susunan baja
tulangan 5 baris, maka luas baja tulangan baris ke-2 hingga baris ke-4
dapat direncanakan lebih dulu, misalnya: As2 = As3 = As4 = 2D28
(As = 1231,5 mm²).

Contoh Kasus:
Diketahui suatu kolom b x h = 500 x 500 mm ; d’ = 65 mm;
Pu = 1228 kN, Mu = 491,2 kNm, fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa
Rencanakan penulangan kolom dengan susunan penulangan
terdistribusi (gunakan tulangan D28, dengan susunan tulangan empat
baris).
Penyelesaian:
Jarak tulangan terhadap serat beton yang tertekan :
baris pertama = d1 = d’ = 65 mm
baris kedua = d2 = d’ + [(i-1).(h - (2.d’)) / (N-1)]
= 65 + [(2-1).(500 - (2 .65)) / (4-1)] = 188,33 mm
baris ketiga = d3 = 65 + [(3-1).(500 – (2.65)) / (4-1)] = 311,67 mm
baris keempat = d4= 65 + [(4-1).(500 – (2.65)) / (4-1)] = 435 mm

186
Analisis dan Perencanaan Kolom

a = 1 . c a = Pu /ø.0,85.fc’.b
= 0,85 . c = 1228.(10)³ / 0,65. 0,85. 30. 500
c = a / 1 = 148,17 mm
= 148,17 / 0,85 = 174,32

fy/Es = 400 /200000 = 0.002


si = 0,003 [(c – di) / c]
s2 = 0,003 [(174,32 – 188,33) / 174,32] = -0,00024
karena s2 > -fy/Es  fs2 = si . Es
= 0,00024 . 200000 = 48,22 MPa.

s3 = 0,003 [(174,32 – 311,67) / 174,32] = -0,00236


karena s3 < -fy/Es  fs3 = fy = 400 MPa
As2 = As3 = 2D29 = 1321 mm²
As1’= As4 = Mu – Pu (0,5h-0,5a) - ø.As2 .fs2.(h/2-di) - ø.As3.fs3.(di-h/2)

ø.fy.(d-d’)

= 491,2 (10)⁶ -1228.(10)³.(0,5.500 – 0,5.148,17) –0,65.1321. 48,22.


(500/2 -188,33) - 0,65. 1321. 400. (311,67-500/2)
0,65. 400.(435 – 65)
= 2613,74 mm²  4D29 (As = 2642,1 mm²

Jadi, tulangan yang digunakan: As1’= As4  masing-masing 4D29,


sedangkan As2 dan As3 masing-masing 2D29
Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang øPnb :
Cb = 600.(d) /600 + fy = 600.(435) / 600+400 = 261 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 261 = 221,85 mm
fs1’ = 0,003.Es.(Cb–d’)/Cb
= 0,003 . 200000.(261-65)/261 = 450,57 MPa > fy = 400 MPa

Karena fs1’ > fy, maka dalam perhitungan selanjutnya digunakan fs1’ = fy
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As1’.fs1’ – As4.fs4 - As2.fs2 – As3.fs3

Pnb = 0,85.fc’. ab .b - As2.fs2 – As3.fs3


øPnb = 0,65.[0,85 .30. 221,85. 500) – (1321 .48,22) – (1321 .400)].(10)‫־‬³
= 1453,72 kN > Pu = 1228 kN
 Kolom akan mengalami hancur yang diawali luluhnya tulangan tarik.

187
Juniman Silalahi

Periksa kekuatan penampang (Pn):


 = ’ = As1’ + As2 / b.d
= (2642,1 + 1321) / (500 . 435) = 0,018
m = 400/0,85.30 = 15,686
h-2e/2d = 500 – 2 .400 / 2 .435 = -0,345 atau (1-e’/d)
(1 – d’/d) = 1 – 65/435 = 0,8506

Pn = 0,85.fc’.b.d {(1-e’/d) + (1-e’/d)² + 2.m..(1-d’/d)]


= 0,85 .30 .500 .435 [-0,345 + (-0,345)² + 2 .15,686 .0,018 .0,8506]. (10)‫־‬³
= 2380,34 kN
øPn = 0,65 . 2380,34 = 1547,22 kN > Pu =1228 kN (ok)
 Perencanaan penampang kolom memenuhi syarat.

Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= 1/3.{500- 2.(65) – 3.(29)} = 94,33 mm < 150 mm
 Tidak perlu sengkang tambahan
Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’

d’ ND1
As’=4D29 cb a=0,85Cb
s1’ ND2
2D29 d grs netral NT3
h=500 s2
2D29 NT2
As=4D29 s3 NT1
s4=y
b=500

Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.13. Sketsa Penulangan Kolom Tulangan Terdistribusi

188
Analisis dan Perencanaan Kolom

9.5. Kolom Langsing


Komponen struktur kolom menduduki posisi penting di dalam
keseluruhan sistem struktur bangunan gedung. Oleh sebab itu upaya-upaya
efisiensi dan optimasi yang dilakukan hendaknya selalu berdasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan ketentuan dan
pembatasan sesuai peraturan beton yang berlaku. SNI—03-2847-2002
menggolongkan komponen struktur kolom menjadi dua, yaitu kolom pendek
dan kolom langsing.
Langsing  Apabila dimensi atau ukuran penampang lintangnya kecil
dibanding tinggi bebasnya. Semakin langsing semakin mudah melentur
hingga mengalami fenomena tekuk.
Tingkat kelangsingan kolom  Rasio kelangsingan  klu/r

SNI-03-2847-2002 memberikan ketentuan bahwa efek kelangsingan dapat


diabaikan apabila rasio kelangsingan memenuhi:

klu/r < 34 – 12 ( M1b/M2b)  Kolom dengan pengaku lateral

klu/r < 22  Kolom tanpa pengaku lateral

M1b dan M2b adalah momen ujung berfaktor dari kolom, M2b > M1b.
klu adalah panjang tekuk kolom = lc
r = radius girasi boleh dianggap sebesar r = 0,3 h (penampang persegi).
lc/r didefinisikan sebagai kelangsingan kolom.
Untuk portal dengan pengaku dimana momen kolom kerapkali berubah
tanda, jarang diperoleh nilai klu/r yang lebih besar dari 40 atau nilai klu/h
yang lebih besar dari 12. Apabila suatu nilai k = 0,8, maka untuk lu/h < 15
tidak diperlukan perhitungan orde kedua.
Panjang efek kelangsingan klu digunakan sebagai panjang modifikasi
kolom guna memperhitungkan efek tahanan ujung (k) yang bukan sendi. Nilai
k bervariasi tergantung kondisinya (lihat Gambar 9.14), sebagai berikut:
1). Apabila sistem struktur diberi perkuatan (rangka kaku, dinding
geser), nilai k antara 0,50 – 1,0
2). Apabila sistem struktur tanpa perkuatan terhadap gerakan lateral,
nilai k lebih besar dari 1,0. Namun, jika pada titik pertemuan
dengan balok di ujung tidak terdapat momen, umumnya
digunakan nilai k = 1,0.

189
Juniman Silalahi

Pu Perputaran dan Pu Perputaran


pergeseran ditahan ditahan

Panjang efektif
l = klu = 0,50.lu lu
Panjang efektif
l = klu =1,00.lu
Perputaran dan Perputaran
Pu pergeseran ditahan ditahan
Pu
k = 0,50

goyangan ke samping ditahan goyangan ke samping tidak ditahan

k = 1,00

Gambar 9.14. Panjang Efektif Goyangan ke Samping

Faktor k diperhitungkan sebagai fungsi kekakuan relative  dari kolom


terhadap balok-balok pada pertemuan di ujung-ujung kolom. Faktor k untuk
struktur kolom dengan pengaku  1, bergantung pada tingkat jepitan kolom
pada sambungan balok. Nilai k =1 harus ditetapkan bila melalui suatu
perhitungan tidak menghasilkan nilai yang lain.

Kekakuan relatif masing-masing ujung A dan B dapat dihitung


dengan rumus sebagai berikut:

 =  EIk / lk (kolom)
 EIb / lb (balok)

dimana :  adalah jumlah kolom/balok pada simpul yang


ditinjau

Nilai efek tahanan ujung k dapat ditentukan dengan bantuan


nomogram atau grafik alignment, dengan cara menghubungkan kedua
nilai A dan B hingga memotong garis skala nilai k. Perpotongan
garis skala nilai k menunjukkan besaran untuk nilai k. (lihat Gambar
9.15) tentang grafik alignment berikut ini.

190
Analisis dan Perencanaan Kolom

A k B B k B
50.0 1.0 50.0 20.0
10.0 10.0 100.0 10.0 100.
50.0 050.0
5.0 5.0
0.9 30.0 5.0 30.0
3.0 3.0
20.0 4.0 20.0
2.0 2.0

10.0 3.0 10.0


0.8 9.0 9.0
8.0 8.0
1.0 1.0
7.0 7.0
0.8 0.8 6.0 6.0
0.7 0.7 5.0 5.0
0.6 0.7 0.6
4.0 2.0 4.0
0.5 0.5

0.4 0.4 3.0 3.0

0.3 0.3
2.0 2.0
0.6
0.2 0.2
1.5
1.0 1.0
0.1 0.1

0 0.5 0 0 0 0

Komponen struktur tak- Komponen struktur


bergoyang bergoyang
(a) (b)
Gbr. 9.15. Grafik alignment (Faktor panjang efektif, k )

Apabila klu/r < 100  Perencanaan kolom dapat dilakukan dengan


cara perkiraan momen yang diperbesar.

Apabila klu/r > 100  Perencanaan kolom harus menggunakan


analisis struktur orde kedua. Namun, hal ini jarang terjadi, karena
umumnya rasio kelangsingan kolom beton bertulang  70.

SNI-03-2847-2002, menetapkan bahwa perencanaan komponen struktur


tekan beton bertulang dilakukan dengan menggunakan beban aksial
rencana Pu yang diperoleh dari analisis rangka elastis dan momen
rencana yang sudah dibesarkan (Mc), yaitu: Mc =b.M2b + s. M2s
b = faktor pembesar momen pada struktur rangka dengan pengaku.
s = faktor pembesar momen pada struktur rangka tanpa pengaku.
M2b = Momen kolom terbesar pada struktur rangka dengan pengaku.
M2s =Momen kolom terbesar akibat goyangan ke samping pada
struktur rangka tanpa pengaku.

191
Juniman Silalahi

Untuk struktur rangka dengan pengaku, momen yang diperhitungkan


hanya M2b dan faktor pembesar s =1, sehingga :
Mc =b.M2b
Faktor pembesar b dan s dapat ditentukan sebagai berikut:
Cm
b =  1,0
1 – (Pu /øPc)
1
s =  1,0
1 – (Pu / øPc)
dengan Pc adalah beban tekuk Euler: Pc = ²EI / (klu)²
Pu adalah beban rencana aksial terfaktor
Pu dan Pc jumlah untuk semua kolom dalam satu tingkat.
Cm adalah faktor koreksi, yaitu:
Cm = 0,60 + 0,40 (M1b/M2b)  0,40

Apabila di kedua ujung tidak terdapat momen, maka rasio


M1b/M2b  1. Sedangkan apabila eksentrisitas ujung yang didapat
kurang dari (15 + 0,03/h) mm, momen ujung yang didapat dari
perhitungan boleh digunakan untuk menentukan rasio M1b/M2b.
Apabila perhitungan menunjukkan bahwa kedua ujung komponen
struktur kolom, baik berpengaku maupun tidak berpengaku tidak
terdapat momen atau eksentrisitas ujung kurang dari (15+0,03/h) mm,
maka M2b harus didasarkan pada eksentrisitas minimum (15+0,03/h)
mm terhadap setiap sumbu utama secara terpisah. Untuk komponen
struktur lainnya ditentukan Cm = 1,0.

Besarnya nilai EI dapat diperhitungkan sebagai berikut:


Untuk kolom, EIk = Ec.Ig /2,5
1 + d
Ec = Modulus elastisitas beton  Ec = 4700 .fc’ MPa
Ig= Momen inersia penampang beton persegi utuh
(tulangan diabaikan)  Ig = 1/12 b.h³
d = Faktor hubungan antara beban mati dengan beban keseluruhan
d = 1,2 DL
1,2 DL + 1,6 LL

192
Analisis dan Perencanaan Kolom

Untuk balok, bentuk pendekatan yang aman adalah:


EIb = Ec.Ig / 5
1 + d

Contoh Kasus 1:
Suatu struktur portal seperti pada Gambar 9.16. Di antara kolom-kolom
terdapat tembok pengisi dari pasangan bata dengan tebal 150 mm,
sehingga portal dianggap portal berpengaku. Dimensi kolom 300 x 350
mm, dimensi balok 300 x 500 mm dengan d’ = 55 mm. Mutu beton
fc’ = 20 MPa (200 kg/cm²); Mutu baja fy = 400 MPa (4000 kg/cm²).
Balok melintang diperkirakan dengan beban qu = 70 kN/m’, dan pada
kolom terdapat beban dari struktur bagian atas, yaitu kolom samping
masing-masing Pu = 200 kN dan kolom tengah Pu = 450 kN.

200 kN 450 kN 200 kN


qu=70 kN/m’
B C E

3,75 m

A D F
6,0 m 6,0 m

Gambar 9.16. Struktur Portal (contoh kasus 1)

Dari perhitungan distribusi gaya-gaya, kekakuan komponen


berdasarkan:

EIk = Ec.Ig /2,5 EIb = Ec.Ig / 5


1 + d 1 + d

kemudian didapat diagram momen yang disajikan pada Gambar 9.17.


di bawah ini.

193
Juniman Silalahi

256
110 110

B C E
134 134

A 55 D 55 F

Gambar 9.17. Diagram Momen Portal

Dari hasil perhitungan mekanika diperoleh besar beban aksial dan


momen lentur yang terdapat pada masing-masing kolom, yaitu kolom
samping (kolom AB dan EF), Pu = 385 kN dan kolom tengah (kolom
CD), Pu = 920 kN, sedangkan momen MB = ME = 110 kNm, dan
MA = MF = 56 kNm, MC = 256 kNm, dan MD = 0
Ditanya : Rencanakan penulangan kolom

Penyelesaian :
1. Tentukan momen yang diperbesar:
Dengan menganggap d = 0,5, maka untuk kolom ditetapkan
sebagai:

EIk = Ec.Ig /2,5


1 + d
Ec = 4700 .fc’ MPa = 4700 .20 = 21020 N/mm²
Ig = 1/12 b.h³ = 1/12 . 300 . 350³ = 1,07 . 10⁹ mm⁴

EIk = 21020 . 1,07.10⁹ /2,5 = 6000 kNm²


1 + 0,5
Dengan menganggap d = 0,5, maka untuk balok ditetapkan sebagai:

EIb = Ec.Ig /5,0


1 + d
Ec = 4700 .fc’ MPa = 4700 .20 = 21020 N/mm²

194
Analisis dan Perencanaan Kolom

Ig = 1/12 b.h³ = 1/12 . 300 . 500³ = 3,12 . 10⁹ mm⁴

EIb = 21020 . 3,12.10⁹ /5,0 = 8800 kNm²


1 + 0,5

Untuk menentukan panjang tekuk kolom digunakan grafik


alignment.

Pada kolom samping:


Ujung bawah kolom:  = 0 (terjepit penuh)

Ujung atas kolom :  =  EIk / lk = 6000 / 3,75 = 1,10


 EIb / lb 8800 / 6,0
Dari grafik alignment didapat k = 0,63
lc = klu = 0,63 . 3,75 = 2,36 m
r = 0,3 h = 0,3 . 0,35 = 0,105
klu/r = 2,36 / 0,105 = 22,476
M1b/M2b = 55 /110 = 0,5

klu/r < 34 – 12 ( M1b/M2b)


22,476 < 34 – 12 . 0,5
22,476 < 28  Efek kelangsingan diabaikan (termasuk jenis kolom
pendek)

 Tidak perlu memperhitungkan dengan momen yang


diperbesar.

Pada kolom tengah:


Ujung bawah kolom:  = 0 (terjepit penuh)
Ujung atas kolom :  =  EIk / lk = 6000 / 3,75 = 0,55
 EIb / lb 2 . 8800 / 6,0

195
Juniman Silalahi

Dari grafik alignment didapat k = 0,60


lc = klu = 0,60 . 3,75 = 2,25 m
r = 0,3 h = 0,3 . 0,35 = 0,105
klu/r = 2,25 / 0,105 = 21,43
M1b/M2b = 0 (tidak terdapat momen)

klu/r < 34 – 12 ( M1b/M2b)


21,43 < 34 – 12 . 0
22,476 < 34 Efek kelangsingan diabaikan (termasuk jenis kolom
pendek)
Tidak perlu memperhitungkan dengan momen yang
diperbesar.

2. Menghitung baja tulangan:


Kolom samping:
Mu = 110 kNm ; Pu = 385 kN
e = 110 / 385 = 285,7 mm
a = Pu / ø.0,85.fc’.b
= 385 .(10)³ / 0,65 . 0,85 . 20 . 300 = 116,14 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)

As = 110.(10)⁶ - 385.(10)³ .(0,5 . 350 – 0,5 . 116,14)


0,65 . 400.(295 – 55)
= 1041,38 mm²  3D22 (As = 1140,4 mm²
As = As’ = 1140,4 mm², masing-masing 3D22
Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang øPnb :
Cb = 600.(d) /600 + fy = 600.(295) / 600+400 = 177 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 177 = 150,45 mm
fs’ = 0,003.Es.(Cb–d’/Cb)
= 0,003 . 200000.(177-55/177) = 106 MPa < fy = 400 MPa
Karena fs’ < fy, maka perhitungan selanjutnya digunakan fs’ = 106 MPa
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fs’ – As.fy
= (0,85 .20 .150,45 .300 + 1140,4 .106 – 1140,4 .400) .(10)‫־‬³ = 432 kN

øPnb = 0,65 . 432 = 280,81 kN < Pu = 385 kN

196
Analisis dan Perencanaan Kolom

 Kolom akan mengalami hancur yang diawali hancurnya beton di


daerah tekan.

Periksa kekuatan penampang (Pn):


Pn = As’.fy b.h.fc’
e/(d-d’) + 0,50 3.h.e/d² + 1,18
1140,4 . 400 300 . 350 .20
(285,7 / (295-55)) + 0,50 (3 . 350 . 285,7 /(295)²) + 1,18
= 723,7 kN
øPn = 0,65 . = 470,4 kN > Pu =385 kN
 Perencanaan penampang kolom memenuhi syarat.
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 22 = 352 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 300 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-300

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= ½ {300- 2.(55) – 2.(22)} = 73 mm < 150 mm  Tidak perlu sengkang
tambahan

Sketsa Penulangan :

c =0,003 0,85 fc’

d’ ND1
cb a=0,85Cb
s’ ND2
As’=3D22
d grs netral
h=350
As=3D22
NT1

b=300 s =y

Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya

Gambar 9.18. Sketsa Penulangan Kolom Samping (contoh kasus 1)

197
Juniman Silalahi

Kolom tengah:
Mu = 0 ; Pu = 920 kN
Ag = 300 . 350 = 105000 mm²
Oleh karena beban sentries sangat besar dan momen lentur nol, maka
perencanaan tulangan didasarkan pada perencanaan akibat
pembebanan eksentrisitas kecil dengan susunan tulangan pokok
terdistribusi pada keempat sisi penampang.

Berdasarkan persamaan menentukan luas penampang kolom, dapat


diperoleh g, sebagai berikut:

Ag perlu = Pu / 0,80.ø.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}


= 920000 N / 0,80 .0,65.{0,85 .20 N/mm²(1-g) + 400 N/mm².g}
= 920000 N / 0,52 (17 N/mm² - 17 N/mm².g + 400 N/mm².g)
= 920000 N / (8,84 N/mm² - 8,84 N/mm².g + 208 N/mm².g)
105000 mm² = 920000 N / (8,84 N/mm² + 199,16 N/mm².g)
928200 N + 20911800 N .g = 920000 N
g = (920000 N – 928200 N) / 20911800 N
= - 0,0004
Beban yang dapat disangga oleh beton dapat dihitung sebagai berikut :
0,80.ø.(0,85.fc’).Ag.(1-g) =
0,80.0,65.(0,85 .20).105000.(1-(-0,0004)).(10)‫־‬³ = 928,57 kN
Dalam hal ini beton ternyata dapat menyangga semua beban yang ada,
sehingga secara teoritis tidak dibutuhkan lagi baja tulangan. Namun,
untuk menjaga kestabilan struktur kolom tetap diberikan baja tulangan
minimum, yaitu 4D12.= 452,4 mm². Sketsa penulangan lihat Gambar
9.19.

As =2D12

h=350
As=2D12

b=300

Penampang Kolom

Gambar 9.19. Sketsa Penulangan Kolom Tengah (contoh kasus 1)

198
Analisis dan Perencanaan Kolom

Contoh Kasus 2:
Suatu struktur portal seperti pada Gambar 9.19.. Di antara kolom-
kolom tidak terdapat tembok pengisi, sehingga portal dianggap portal
tanpa pengaku. Dimensi kolom 300 x 400 mm, dimensi balok 300 x 500
mm dengan d’ = 55 mm. Mutu beton fc’ = 20 MPa (200 kg/cm²);
Mutu baja fy = 400 MPa (4000 kg/cm²). Balok melintang diperkirakan
dengan beban qu = 70 kN/m’, dan pada kolom terdapat beban dari
struktur bagian atas, yaitu kolom samping masing-masing Pu = 200 kN
dan kolom tengah Pu = 450 kN. Portal diberi beban lateral di simpul
B sebesar Puh = 170 kN.
200 kN 450 kN 200 kN
170 kN qu=70 kN/m’
B C E

3,50 m

A D F
6,0 m 6,0 m

Gambar 9.19. Struktur Portal (contoh kasus 2)

Dari perhitungan distribusi gaya-gaya, kekakuan komponen


berdasarkan:
EIk = Ec.Ig /2,5 EIb = Ec.Ig / 5 ; dengan d = 0,5
1 + d 1 + d
kemudian didapat diagram momen yang disajikan pada gambar di
bawah ini.

247
132 132

B C E
126 126

A 64 D 64 F
Diagram momen akibat beban vertikal

199
Juniman Silalahi

72 58 72
116
B C E
58

A D F
119 140 119
Diagram momen akibat beban lateral
Gambar 9.20. Diagram Momen Portal Akibat Beban Vertikal dan Lateral

Dari hasil perhitungan mekanika untuk portal akibat beban vertikal


diperoleh besar beban aksial yang terdapat pada masing-masing
kolom, yaitu kolom samping (kolom AB dan EF), Pu = 390 kN dan
kolom tengah (kolom CD), Pu = 910 kN. Sedangkan pada portal akibat
beban lateral diperoleh besar beban aksial yang terdapat pada masing-
masing kolom, yaitu kolom samping (kolom AB dan EF), Pu = 22 kN
dan kolom tengah (kolom CD), Pu = 0 kN.

Ditanya : Rencanakan penulangan kolom

Penyelesaian :

1. Tentukan momen yang diperbesar:


Dengan menganggap d = 0,5, maka untuk kolom ditetapkan
sebagai:
EIk = Ec.Ig /2,5
1 + d
Ec = 4700 .fc’ MPa = 4700 .20 = 21020 N/mm²
Ig = 1/12 b.h³ = 1/12 . 300 . 400³ = 1,6 . 10⁹ mm⁴

EIk = 21020 . 1,6.10⁹ /2,5 = 8960 kNm²


1 + 0,5
Dengan menganggap d = 0,5, maka untuk balok ditetapkan
sebagai:
EIb = Ec.Ig /5,0
1 + d

200
Analisis dan Perencanaan Kolom

Ec = 4700 .fc’ MPa = 4700 .20 = 21020 N/mm²


Ig = 1/12 b.h³ = 1/12 . 300 . 500³ = 3,12 . 10⁹ mm⁴

EIb = 21020 . 3,12.10⁹ /5,0 = 8800 kNm²


1 + 0,5
Untuk menentukan panjang tekuk kolom digunakan grafik alignment.

Pada kolom samping:


Ujung bawah kolom:  = 0 (terjepit penuh)

Ujung atas kolom :  =  EIk / lk = 8960 / 3,5 = 1,75


 EIb / lb 8800 / 6,0

Dari grafik alignment didapat k = 0,94


lc = klu = 0,94 . 3,5 = 3,29 m
r = 0,3 h = 0,3 . 0,40 = 0,12
klu/r = 3,29 / 0,12 = 27,42
M1b / M2b = 183 /204 = 0,89
klu/r < 22
27,42 < 22  Efek kelangsingan harus ditinjau (termasuk jenis kolom
langsing)
 Harus memperhitungkan momen yang diperbesar:
Mc = b. M2b + s. M2s

Beban tekuk Euler: Pc = ²EIk / (klu)²


= 3,14². 8960 / 3,29² = 8169,89 kN

Pada kolom tengah:


Ujung bawah kolom:  = 0 (terjepit penuh)

Ujung atas kolom :  =  EIk / lk = 8960 / 3,50 = 0,87


 EIb / lb 2 . 8800 / 6,0

Dari grafik alignment didapat k = 0,39


lc = klu = 0,39 . 3,50 = 1,365 m
201
Juniman Silalahi

r = 0,3 h = 0,3 . 0,400 = 0,12


klu/r = 1,365 / 0,12 = 11,375
M1b / M2b = 116 /140 = 0,83
klu/r < 22
11,379 < 22 (ok)  Efek kelangsingan diabaikan (termasuk jenis
kolom pendek)
 Tidak perlu memperhitungkan dengan momen
yang diperbesar.

Beban tekuk Euler: Pc = ²EIk / (klu)²


= 3,14². 8960 / 1,365² = 47461,61 kN

Kolom samping dengan momen yang diperbesar:


Mc = b. M2b + s. M2s

Pu = 2. 390 + 2. 22 + 910 = 1734 kN


øPc = 0,65 (2. 8169,89 + 47461,61) = 41470,9 kN
Faktor pembesar b dan s dapat ditentukan sebagai berikut:
Cm
b =  1,0
1 – (Pu / øPc)
= 1 / (1 – (412 / 0,65. 8169,89))
= 1,084

1
s =  1,0
1 – (Pu / øPc)

= 1 / (1 – (1734 / 0,65. 41470,9))


= 1,069

Mc = b. M2b + s. M2s


= 1,084 . 132 + 1,069 . 119 = 270,30 kNm

202
Analisis dan Perencanaan Kolom

2. Menghitung tulangan:
1) Kolom samping:
Mu = 270,30 kNm ; Pu = 390 + 22 = 412 kN
e = 270,30 / 412 = 656 mm
a = Pu / ø.0,85.fc’.b
= 412 .(10)³ / 0,65 . 0,85 . 20 . 300 = 124,28 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)

As = 270,30.(10)⁶ -412.(10)³.(0,5 . 400 – 0,5 . 124,28)


0,65 . 400.(345 – 55)
= 2831,59 mm²  6D25 (As = 2945,2 mm²)
As = As’ = 2945,2 mm², masing-masing 6D25

 Tulangan disusun dua lapis, masing-masing 4D25 dan 2D25, baik


untuk tulangan tekan mapun tulangan tarik.

Periksa Pu terhadap beban keadaan seimbang øPnb :


Cb = 600.(d) /(600 + fy) = 600.(345) / (600+400) = 207 mm
ab = 1 . Cb = 0,85 . 207 = 175,95 mm
fs’ = 0,003.Es.((Cb–d’)/Cb))
= 0,003 . 200000.((207-55)/207) = 440,58 MPa > fy = 400 MPa

Karena fs’ > fy, maka perhitungan selanjutnya digunakan fy = 400 MPa
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fs’ – As.fy
= (0,85 .20 .175,95 .300 + 2945,2 .400 – 2945,2 .400) . (10)‫־‬³
= 897,345 kN
øPnb = 0,65 . 897,345 = 583,27 kN > Pu = 385 kN
 Kolom akan mengalami hancur yang diawali luluhnya tulangan
tarik.

Periksa kekuatan penampang (Pn):


 = ’ = As /b.d = 2945,2 /300 . 345 = 0,0285
m = 400/0,85.20 = 23,53
h-2e/2d = (400– 2 .656 )/ 2 .345 = -1,322 atau (1-e’/d)
(1 – d’/d) = 1 – 55/345 = 0,84

203
Juniman Silalahi

Pn = 0,85.fc’.b.d [(1-e’/d) + (1-e’/d)² + 2.m..(1-d’/d)]


= 0,85 .20 .300 .345 [-1,322 + (-1,322)² + 2 .23,53 .0,0285 .0,84]. (10)‫־‬³
= 656,955 kN
øPn = 0,65 . 656,955 = 427,02 kN > Pu = 412 kN (ok)
 Perencanaan penampang kolom memenuhi syarat.

Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 25 = 400 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 300 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-300

Periksa susunan tulangan pokok :


Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom
= 1/3.{300- 2.(55) – 3.(25)} = 38,33 mm < 150 mm

 Tidak perlu sengkang tambahan

Sketsa Penulangan :

d’
As’=6D25
d
h=400
As=6D25

b=300

Penampang Kolom

Gambar 9.21. Sketsa Penulangan Kolom Samping (contoh kasus

204
Analisis dan Perencanaan Kolom

2) Kolom tengah:
Mu = 116 kNm ; Pu = 910 kN
e = 116 / 910 = 127,5 mm < b/2 = 150 mm
 Oleh karena e masih berada di daerah penampang kolom, maka
pembebanan kolom dikategorikan sebagai pembebanan
eksentrisitas kecil. Dalam hal ini momen jauh lebih kecil dibanding
aksial, sehingga momen lentur dapat diabaikan dan susunan
tulangan pokok terdistribusi pada keempat sisi penampang.

Ag = 300 . 400 = 120000 mm²


Berdasarkan persamaan menentukan luas penampang kolom, dapat
diperoleh g, sebagai berikut:
Ag perlu = Pu / 0,80.ø.{0,85.fc’.(1-g) + fy.g}
= 910000 N / 0,80 .0,65.{0,85 .20 N/mm²(1-g) + 400 N/mm².g}
= 910000 N / 0,52 (17 N/mm² - 17 N/mm².g + 400 N/mm².g)
= 910000 N / (8,84 N/mm² - 8,84 N/mm².g + 208 N/mm².g)
120000 mm² = 910000 N / (8,84 N/mm² + 199,16 N/mm².g)
1060800 N + 23899200 N .g = 910000 N
g = (910000 N – 1060800 N) / 23899200 N
= - 0,0063
Beban yang dapat disangga oleh beton dapat dihitung sebagai berikut :
0,80.ø.(0,85.fc’).Ag.(1-g) =
0,80.0,65.(0,85 .20).120000.(1-(-0,0063)).(10)‫־‬³ = 1054,1 kN > Pu
Dalam hal ini beton ternyata dapat menyangga semua beban yang ada,
sehingga secara teoritis tidak dibutuhkan lagi baja tulangan. Namun,
untuk menjaga kestabilan struktur kolom tetap diberikan baja tulangan
minimum, yaitu 4D12.= 452,4 mm².
Sketsa penulangan dapat lihat pada Gambar 9.22.

d’

As=4D12 d
h=400

b=300

Penampang Kolom
Gambar 9.22. Sketsa Penulangan Kolom Tengah (contoh kasus 2)

205

Anda mungkin juga menyukai