9 Kolom
9.1. Pendahuluan
Spasi Spasi
164
Analisis dan Perencanaan Kolom
165
Juniman Silalahi
150 >150
8 btg 8 btg 10 btg
min. 25mm
Susunan Penulangan Kolom Tipikal
Gambar 9.3. Susunan Penulangan Kolom Tipikal
166
Analisis dan Perencanaan Kolom
lu panjang kolom
r jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang kolom,
r = √I/A
SNI-03-2847-2002 menetapkan r = 0,30 h untuk penampang segi empat
(h diambil tegak lurus sb lentur)
r = 0,25 D untuk penampang bulat
(D diameter kolom bulat)
Po = 0,85.fc’.(Ag–Ast) + Ast.fy
Oleh karena pada kolom sebenarnya tidak mungkin bekerja beban yang
benar-benar sentries, dan akibat adanya penyimpangan dalam pelaksanaan,
maka peraturan beton SNI’02 memberikan ketentuan bahwa kekuatan
167
Juniman Silalahi
nominal kolom direduksi sebesar 20% untuk kolom pengikat sengkang, dan
sebesar 15% untuk kolom dengan pengikat spiral.
Rasio luas penulangan g yang harus berada dalam daerah batas nilai
0,01 g 0,08, maka persamaan kuat perlu dimodifikasi menjadi :
øPn (maks) = 0,80. ø.{0,85.fc’.(Ag–Ast) + Ast.fy}
168
Analisis dan Perencanaan Kolom
Tulangan sengkang:
Digunakan tulangan sengkang p10 dengan jarak spasi tidak lebih
dari nilai terkecil dari tiga persyaratan berikut:
169
Juniman Silalahi
Sengkang p10
400 Tulangan Pokok D28
Selimut Beton 40 mm
400
170
Analisis dan Perencanaan Kolom
Tulangan spiral:
Digunakan tulangan sengkang p10 dengan jarak spasi spiral, yaitu:
s (min) = 0,45 (Ag/Ac – 1). (fc’/fy) Ac = {(430 – 80)². 3,14}/4
= 0,45. (145220 / 96211 – 1). (30/400) = 96211 mm²
= 0,0172
171
Juniman Silalahi
172
Analisis dan Perencanaan Kolom
Pn=Pb Pn=Pb
c=0,003 0,85 fc’
d’ ND2b
e=eb a=0,85Cb
e’
cb s’ ND1b
As’
d Pusat beratplastis
h grs netral
As
NTb=As.fy
b y=fy/Es
Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya
173
Juniman Silalahi
Pn = ND1 + ND2 – NT
Pn = 0,85 .fc’.b.a + As’.fs’ – As.fs’
ø . fy .(d – d’)
Apabila penulangan tekan dan tarik simetris (As = As’) dan keduanya
sudah mencapai luluh, maka didapatkan :
Pn = 0,85 .fc’ .b. a Pu = ø.(0,85 .fc’.b.a)
a = Pu / ø.0,85 .fc’.b
Dengan demikian. luas tulangan (daerah tarik atau tekan) :
ø.fy.(d – d’)
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)
Catatan :
Konversi satuan 1 kg = 10 N ; 30 MPa =30 N/mm² = 300 kg/cm²
174
Analisis dan Perencanaan Kolom
Pn = As’.fy b.h.fc’
e/(d-d’) + 0,50 3.h.e/d² + 1,18
Contoh Kasus 1:
Suatu kolom empat segi menahan gaya desak aksial PDL = 290 kN,
PLL = 550 kN, Eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis = 400 mm,
fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa, rasio penulangan g = 0,03 (3%).
Rencanakan penulangan kolom tersebut.
Penyelesaian:
175
Juniman Silalahi
176
Analisis dan Perencanaan Kolom
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460
Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’
d’ ND1
As’=6D29 cb a=0,85Cb
s’ ND2
d grs netral
h=500
As=6D29 NT1
b=500 s=y
Contoh Kasus 2:
Suatu kolom empat segi menahan gaya desak aksial Pu = 1600 kN,
dan Mu = 185 kNm, Perkiraan penulangan g = 0,02 (2%), dan selimut
beton efektif d’= 70 mm, fc’= 35 MPa, fy = 400 MPa,
Rencanakan penulangan kolom tersebut.
Penyelesaian:
177
Juniman Silalahi
Pu = 1600 kN
Mu = 185 kNm
e = Mu / Pu = 185.(10)³ / 1600 = 116 mm
d = 400 – 70 =330 mm
Oleh karena fs’ < fy, maka di dalam perhitungan selanjutnya digunakan
fs’ = 387,88 MPa
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fy’ – As.fy
= (0,85 . 35 . 168,3 . 400 + 1472,6 . 387,88 – 1472,6 . 400) . (10)־³
= 1984,92 kN
øPnb = 0,65 . 1984,92 = 1290,2 kN < Pu = 1600 kN
Kolom akan mengalami hancur yang diawali hancurnya beton di
daerah tekan.
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
178
Analisis dan Perencanaan Kolom
Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’
d’ ND1
cb a=0,85Cb
s’ ND2
As’=3D25
d grs netral
h=400
As=3D25
NT1
b=400 s=y
Contoh Kasus 3:
Suatu kolom empat segi menahan gaya desak aksial PDL = 290 kN,
PLL = 550 kN, Eksentrisitas gaya terhadap pusat plastis e= 400 mm,
fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa, Rencanakan penulangan kolom tersebut
dengan menggunakan persamaan keseimbangan, bila diketahui
dimensi kolom 500 x 500 mm dengan d’ = 40 mm.
Penyelesaian:
Pu = 1,2 PDL + 1,6 PLL
= 1,2 . 290 + 1,6 . 550 = 1228 kN
Mu = P . e
= 1228 . 400.(10)־³ = 491,2 kNm
a = Pu /ø .0,85.fc’.b
= 1228 .(10) ³ / 0,65 .0,85 .30 .500 = 148,17 ~ 148 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)
179
Juniman Silalahi
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan
berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460
180
Analisis dan Perencanaan Kolom
Sketsa Penulangan :
c=0,003 0,85 fc’
d’ ND2
cb a=0,85Cb
s’ ND1
As’=4D29
d grs netral
h=500
As=4D29
NT1
b=500 s=y
Contoh Kasus 4 :
Suatu penampang kolom 500 x 500 mm, Pu = 1228 kN, dengan
fc’=30 MPa, dan fy = 400 MPa. Tentukan besar momen Mu yang dapat
dilawan penampang apabila digunakan tulangan 8D29 (masing-masing
As = 4D29 dan As’ = 4D29).
Penyelesaian :
As = As’ = 2642 mm² (4D29)
Apabila penulangan tekan dan tarik simetris (As’ = As) dan keduanya
sudah mencapai luluh, maka :
ND2 = NT = As .fy
= 2642 . 400 .(10)־³ = 1056,8 kN
ND1 = 0,85 .fc’.b.a
= 0,85 . 30 . 500 . 0,85.c
= 10,84 c
Berdasarkan keseimbangan gaya H pada penampang kolom :
Pn = ND1 + ND2 – NT ; dengan ND2 = NT, maka:
Pn = ND1
Pu = ø.ND1
1228 = ø. 10,84.c
c = 1228 / 0,65 . 10,84 = 174,32 mm
181
Juniman Silalahi
Contoh Kasus 5:
Suatu kolom empat segi b x h = 300 x 500 mm dengan d’ = 65 mm
Pu = 800 kN
Mu = 240 kNm
fc’ = 25 MPa
fy = 400 MPa
Rencanakan penulangan kolom
Penyelesaian:
e = Mu / Pu
= 240.(10)³ / 800 = 300 mm
a = Pu /ø .0,85.fc’.b
= 800 .(10)³ / 0,65 . 0,85 . 25 . 300 = 193,06 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)
182
Analisis dan Perencanaan Kolom
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460
183
Juniman Silalahi
SketsaPenulangan:
d’ ND1
cb a=0,85Cb
s’ ND2
As’=3D25
d grs netral
h=500
As=3D25
NT1
b=300 s =y
d’ ND2
brs 1 As’1
cb s1 a=0,85Cb
As’ s2 ND1
brs 2 As’2 grs netral
d ND3
h As’1 grs plastis
brs 3 As3 s3 NT2
As
brs 4 As4 s4 NT1
b s=y
Penampang Kolom Regangan Tegangan dan gaya-gaya
184
Analisis dan Perencanaan Kolom
Dari persamaan ini dapat dibuat rumus umum untuk jarak tulangan di,
sebagai berikut:
185
Juniman Silalahi
ø.fy.(d-d’)
Untuk penampang persegi dengan susunan tulangan empat baris :
As’ = As = Mu – Pu (0,5h-0,5a) - ø.As2 .fs.(h/2-di) - ø.As3.fs.(di-h/2)
ø.fy.(d-d’)
Untuk penampang persegi dengan susunan tulangan lima baris :
As’ = As
= Mu–Pu (0,5h-0,5a)- ø.As2.fs.(h/2-di)- ø.As3.fs.(h/2-di)- ø.As4.fs.(di-h/2)
ø.fy.(d-d’)
demikian seterusnya untuk susunan tulangan dengan jumlah baris
tertentu, dengan catatan luas baja tulangan untuk baris bagian dalam
direncanakan lebih dulu. Contoh, bila direncanakan susunan baja
tulangan 5 baris, maka luas baja tulangan baris ke-2 hingga baris ke-4
dapat direncanakan lebih dulu, misalnya: As2 = As3 = As4 = 2D28
(As = 1231,5 mm²).
Contoh Kasus:
Diketahui suatu kolom b x h = 500 x 500 mm ; d’ = 65 mm;
Pu = 1228 kN, Mu = 491,2 kNm, fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa
Rencanakan penulangan kolom dengan susunan penulangan
terdistribusi (gunakan tulangan D28, dengan susunan tulangan empat
baris).
Penyelesaian:
Jarak tulangan terhadap serat beton yang tertekan :
baris pertama = d1 = d’ = 65 mm
baris kedua = d2 = d’ + [(i-1).(h - (2.d’)) / (N-1)]
= 65 + [(2-1).(500 - (2 .65)) / (4-1)] = 188,33 mm
baris ketiga = d3 = 65 + [(3-1).(500 – (2.65)) / (4-1)] = 311,67 mm
baris keempat = d4= 65 + [(4-1).(500 – (2.65)) / (4-1)] = 435 mm
186
Analisis dan Perencanaan Kolom
a = 1 . c a = Pu /ø.0,85.fc’.b
= 0,85 . c = 1228.(10)³ / 0,65. 0,85. 30. 500
c = a / 1 = 148,17 mm
= 148,17 / 0,85 = 174,32
ø.fy.(d-d’)
Karena fs1’ > fy, maka dalam perhitungan selanjutnya digunakan fs1’ = fy
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As1’.fs1’ – As4.fs4 - As2.fs2 – As3.fs3
187
Juniman Silalahi
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 29 = 464 mm ~ 460 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 500 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-460
d’ ND1
As’=4D29 cb a=0,85Cb
s1’ ND2
2D29 d grs netral NT3
h=500 s2
2D29 NT2
As=4D29 s3 NT1
s4=y
b=500
188
Analisis dan Perencanaan Kolom
M1b dan M2b adalah momen ujung berfaktor dari kolom, M2b > M1b.
klu adalah panjang tekuk kolom = lc
r = radius girasi boleh dianggap sebesar r = 0,3 h (penampang persegi).
lc/r didefinisikan sebagai kelangsingan kolom.
Untuk portal dengan pengaku dimana momen kolom kerapkali berubah
tanda, jarang diperoleh nilai klu/r yang lebih besar dari 40 atau nilai klu/h
yang lebih besar dari 12. Apabila suatu nilai k = 0,8, maka untuk lu/h < 15
tidak diperlukan perhitungan orde kedua.
Panjang efek kelangsingan klu digunakan sebagai panjang modifikasi
kolom guna memperhitungkan efek tahanan ujung (k) yang bukan sendi. Nilai
k bervariasi tergantung kondisinya (lihat Gambar 9.14), sebagai berikut:
1). Apabila sistem struktur diberi perkuatan (rangka kaku, dinding
geser), nilai k antara 0,50 – 1,0
2). Apabila sistem struktur tanpa perkuatan terhadap gerakan lateral,
nilai k lebih besar dari 1,0. Namun, jika pada titik pertemuan
dengan balok di ujung tidak terdapat momen, umumnya
digunakan nilai k = 1,0.
189
Juniman Silalahi
Panjang efektif
l = klu = 0,50.lu lu
Panjang efektif
l = klu =1,00.lu
Perputaran dan Perputaran
Pu pergeseran ditahan ditahan
Pu
k = 0,50
k = 1,00
= EIk / lk (kolom)
EIb / lb (balok)
190
Analisis dan Perencanaan Kolom
A k B B k B
50.0 1.0 50.0 20.0
10.0 10.0 100.0 10.0 100.
50.0 050.0
5.0 5.0
0.9 30.0 5.0 30.0
3.0 3.0
20.0 4.0 20.0
2.0 2.0
0.3 0.3
2.0 2.0
0.6
0.2 0.2
1.5
1.0 1.0
0.1 0.1
0 0.5 0 0 0 0
191
Juniman Silalahi
192
Analisis dan Perencanaan Kolom
Contoh Kasus 1:
Suatu struktur portal seperti pada Gambar 9.16. Di antara kolom-kolom
terdapat tembok pengisi dari pasangan bata dengan tebal 150 mm,
sehingga portal dianggap portal berpengaku. Dimensi kolom 300 x 350
mm, dimensi balok 300 x 500 mm dengan d’ = 55 mm. Mutu beton
fc’ = 20 MPa (200 kg/cm²); Mutu baja fy = 400 MPa (4000 kg/cm²).
Balok melintang diperkirakan dengan beban qu = 70 kN/m’, dan pada
kolom terdapat beban dari struktur bagian atas, yaitu kolom samping
masing-masing Pu = 200 kN dan kolom tengah Pu = 450 kN.
3,75 m
A D F
6,0 m 6,0 m
193
Juniman Silalahi
256
110 110
B C E
134 134
A 55 D 55 F
Penyelesaian :
1. Tentukan momen yang diperbesar:
Dengan menganggap d = 0,5, maka untuk kolom ditetapkan
sebagai:
194
Analisis dan Perencanaan Kolom
195
Juniman Silalahi
196
Analisis dan Perencanaan Kolom
Sketsa Penulangan :
d’ ND1
cb a=0,85Cb
s’ ND2
As’=3D22
d grs netral
h=350
As=3D22
NT1
b=300 s =y
197
Juniman Silalahi
Kolom tengah:
Mu = 0 ; Pu = 920 kN
Ag = 300 . 350 = 105000 mm²
Oleh karena beban sentries sangat besar dan momen lentur nol, maka
perencanaan tulangan didasarkan pada perencanaan akibat
pembebanan eksentrisitas kecil dengan susunan tulangan pokok
terdistribusi pada keempat sisi penampang.
As =2D12
’
h=350
As=2D12
b=300
Penampang Kolom
198
Analisis dan Perencanaan Kolom
Contoh Kasus 2:
Suatu struktur portal seperti pada Gambar 9.19.. Di antara kolom-
kolom tidak terdapat tembok pengisi, sehingga portal dianggap portal
tanpa pengaku. Dimensi kolom 300 x 400 mm, dimensi balok 300 x 500
mm dengan d’ = 55 mm. Mutu beton fc’ = 20 MPa (200 kg/cm²);
Mutu baja fy = 400 MPa (4000 kg/cm²). Balok melintang diperkirakan
dengan beban qu = 70 kN/m’, dan pada kolom terdapat beban dari
struktur bagian atas, yaitu kolom samping masing-masing Pu = 200 kN
dan kolom tengah Pu = 450 kN. Portal diberi beban lateral di simpul
B sebesar Puh = 170 kN.
200 kN 450 kN 200 kN
170 kN qu=70 kN/m’
B C E
3,50 m
A D F
6,0 m 6,0 m
247
132 132
B C E
126 126
A 64 D 64 F
Diagram momen akibat beban vertikal
199
Juniman Silalahi
72 58 72
116
B C E
58
A D F
119 140 119
Diagram momen akibat beban lateral
Gambar 9.20. Diagram Momen Portal Akibat Beban Vertikal dan Lateral
Penyelesaian :
200
Analisis dan Perencanaan Kolom
1
s = 1,0
1 – (Pu / øPc)
202
Analisis dan Perencanaan Kolom
2. Menghitung tulangan:
1) Kolom samping:
Mu = 270,30 kNm ; Pu = 390 + 22 = 412 kN
e = 270,30 / 412 = 656 mm
a = Pu / ø.0,85.fc’.b
= 412 .(10)³ / 0,65 . 0,85 . 20 . 300 = 124,28 mm
As = Mu - Pu . (0,5h – 0,5a)
ø.fy.(d – d’)
Karena fs’ > fy, maka perhitungan selanjutnya digunakan fy = 400 MPa
Pnb = 0,85.fc’. ab .b + As’.fs’ – As.fy
= (0,85 .20 .175,95 .300 + 2945,2 .400 – 2945,2 .400) . (10)־³
= 897,345 kN
øPnb = 0,65 . 897,345 = 583,27 kN > Pu = 385 kN
Kolom akan mengalami hancur yang diawali luluhnya tulangan
tarik.
203
Juniman Silalahi
Sengakang:
Dengan menggunakan tulangan sengkang p10, jarak spasi sengkang
ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan berikut:
16 x diameter tulangan pokok = 16 . 25 = 400 mm
48 x diameter tulangan sengkang = 48 . 10 = 480 mm
Ukuran (dimensi) terkecil kolom = 300 mm
Jadi, digunakan baja tulangan sengkang p10-300
Sketsa Penulangan :
d’
As’=6D25
d
h=400
As=6D25
b=300
Penampang Kolom
204
Analisis dan Perencanaan Kolom
2) Kolom tengah:
Mu = 116 kNm ; Pu = 910 kN
e = 116 / 910 = 127,5 mm < b/2 = 150 mm
Oleh karena e masih berada di daerah penampang kolom, maka
pembebanan kolom dikategorikan sebagai pembebanan
eksentrisitas kecil. Dalam hal ini momen jauh lebih kecil dibanding
aksial, sehingga momen lentur dapat diabaikan dan susunan
tulangan pokok terdistribusi pada keempat sisi penampang.
d’
As=4D12 d
h=400
b=300
Penampang Kolom
Gambar 9.22. Sketsa Penulangan Kolom Tengah (contoh kasus 2)
205