Materi Pembelajaran :
1. Pendahuluan.
2. Sifat dan Karakteristik Material Beton Untuk Jembatan.
3. Sifat dan Karakteristik Material Baja Tulangan Untuk Jembatan.
4. Faktor beban dan faktor reduksi kekuatan.
5. Korosi Pada Struktur Beton.
6. Prinsip umum perencanaan.
7. Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur.
8. Pemeriksaan Geser Pons pelat lantai kendaraan.
9. Analisa Struktur Pelat lantai Jembatan.
LAMPIRAN.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mengetahui dan memahami perencanaan lantai kenderaan jembatan.
DAFTAR PUSTAKA
a) RSNI T-12-2004, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan.
b) RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan.
c) Soemono, Prof.,Ir., ILMU GAYA, Penerbit Jembatan, Djakarta, 1971.
Perencanaan Lantai Kenderaan
L = lebar jalan
Sandaran
Parapet
Lantai kenderaan
S S S S
1. Pendahuluan.
Secara umum lantai jembatan tersusun dari pelat beton bertulang yang merupakan
bagian struktural, lapis aspal sebagai penutup lantai, trotoar dari beton tumbuk bagian non-
struktural, tiang sandaran dari beton bertulang yang duduk diatas parapet lantai, sandaran dari
besi hollow, dan parapet sendiri dari beton tulang yang menyatu dengan pelat lantai
kenderaan.
Pelat lantai beton bertulang dianggap lantai dengan tulangan satu arah, direncanakan
dengan mengikuti kaidah struktur, yaitu menghitung momen lentur dengan mengikuti sifat
balok dengan banyak perletakan. Pembebanan yang diperhitungkan adalah berat sendiri lantai
beton bertulang (beban mati), berat aspal, beban “T”, beban angin melalui kenderaan dan
akibat perubahan temperatur. Disamping akibat momen lentur, juga yang harus diperiksa
adalah geser pons pada lantai akibat tekanan roda kenderaan.
Standar yang dipergunakan dalam perencanaan struktur beton bertulang adalah RSNI
T-12-2204, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan, dan standar yang berkaitan dengan
perencanaan struktur beton bertulang yaitu SK SNI 03 - xxxx – 2002, Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung. Untuk pembebanan jembatan mengacu pada standar
RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan.
1
- 0,33 fc’ MPa pada umur 28 hari dengan perawatan standar.
- Atau, dihitung dengan probabilitas statistik hasil pengujian.
3. Kuat tarik lentur fcl bisa diambil sebesar,
- 0,60 fc’ MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar.
- Atau, dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian.
L
Sandaran, dari pipa besi
Parapet
S S S S
Ec wc 0,043 f c '
1,5
.....(1)
harga Ec ini bisa bervariasi ± 20%. Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk beton normal
dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh diambil sebesar 4700 f c ' .
wc = berat jenis beton dalam satuan kg/m3
fc’ = kuat tekan beton dalam satuan MPa.
2
Harga Ec ini dapat juga ditentukan dari hasil pengujian.
3
- Aksial tekan
* dengan tulangan spiral ................................................................... 0,70
* dengan sengkang biasa .................................................................. 0,65
- Tumpuan beton ........................................................................................... 0,70
Khusus untuk klasifikasi lingkungan “U”, mutu dan karakteristik beton harus ditentukan
secara khusus agar dapat menjamin keawetan jangka panjang komponen struktur dalam
lingkungan tidak terlindung yang khusus.
4
Tabel 2 : Persyaratan Kekuatan Beton Untuk Abrasi.
Bagian bangunan dan/atau jenis lalu lintas Kuat tekan minimum fc’ (MPa).
Jalan untuk pejalan kaki dan sepeda 20
Perkerasan dan lantai jembatan yang berhubungan dengan :
1. Lalu lintas ringan yang menggunakan ban hidup (karet berisi 20
udara), untuk kendaraan yang mempunyai berat sampai 3 ton.
2. Lalu lintas menengah atau berat (kendaraan yang mempunyai
berat lebih besar dari 3 ton). 25
3. Lalu lintas yang tidak menggunakan ban hidup. 35
4. Lalu lintas dengan roda baja. Harus diperkirakan, tetapi tidak
kurang dari 35
Sumber : RSNI T-12-2004-Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan
Untuk perlindungan terhadap karat harus diambil tebal selimut beton sebagai berikut :
1. Bila beton dicor di dalam acuan sesuai dengan spesifikasi yang berwenang dan
dipadatkan sesuai standar, selimut beton harus diambil tidak kurang dari ketentuan
yang diberikan pada Tabel 3. untuk klasifikasi tidak terlindung.
2. Bila beton dicor di dalam tanah, tebal selimut ke permukaan yang berhubungan
dengan tanah diambil seperti yang disyaratkan dalam Tabel 3., namun harganya
dinaikkan 30 mm atau 10 mm jika permukaan beton dilindungi lapisan yang kedap
terhadap kelembaban.
3. Bila beton dicor di dalam acuan kaku dan pemadatannya intensif, seperti yang dicapai
dari hasil meja getar, digunakan selimut beton minimum seperti disyaratkan pada
Tabel 4.
4. Bila komponen struktur beton dibuat dengan cara diputar, dengan rasio air-semen
kurang dari 0,35 dan tidak ada toleransi negatif pada pemasangan tulangannya,
selimut ditentukan sesuai Tabel 5.
5
Tabel 4 : Selimut beton untuk acuan kaku dan pemadatan intensif.
Tabel 5 : Selimut beton untuk komponen yang dibuat dengan cara diputar.
Perencanaan kekuatan balok, pelat, kolom beton bertulang sebagai komponen struktur
jembatan yang diperhitungkan terhadap lentur, geser, lentur dan aksial, geser dan puntir,
harus didasarkan pada cara Perencanaan berdasarkan Beban dan Kekuatan Terfaktor
(PBKT) atau cara ultimit.
6
7. Perencanaan pelat lantai kendaraan terhadap lentur
a). Asumsi perencanaan.
Perhitungan kekuatan dari suatu penampang yang terlentur harus memperhitungkan
keseimbangan dari tegangan dan kompatibilitas regangan, serta konsisten dengan anggapan :
- Bidang rata yang tegak lurus sumbu tetap rata setelah mengalami lentur.
- Beton tidak diperhitungkan dalam memikul tegangan tarik.
- Distribusi tegangan tekan ditentukan dari hubungan tegangan-regangan beton.
- Regangan batas beton yang tertekan diambil sebesar 0,003.
Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan dapat berbentuk
persegi, trapesium, parabola atau bentuk lainnya yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang
cukup baik terhadap hasil pengujian yang lebih menyeluruh.
Walaupun demikian, hubungan distribusi tegangan tekan beton dan regangan dapat
dianggap dipenuhi oleh distribusi tegangan beton persegi ekivalen, yang diasumsikan bahwa
tegangan beton = 0,85 fc’ terdistribusi merata pada daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh
tepi tertekan terluar dari penampang dan suatu garis yang sejajar dengan sumbu netral sejarak
a = β1c dari tepi tertekan terluar tersebut.
Jarak c dari tepi dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur
dalam arah tegak lurus sumbu tersebut.
c a = 1 c
C = 0,85 fc’ a b
h d
As T = As fs
b Regangan Tegangan
7
c). Tulangan Minimum.
Tulangan minimum harus dipasang untuk menahan tegangan tarik utama sebagai
berikut :
- Pelat lantai yang ditumpu kolom,
As 1,25
..........(1)
bd fy
- Pelat lantai yang ditumpu balok atau dinding,
As 1,0
..........(2)
bd fy
Tulangan bagi
S
Gambar 4 : Letak tulangan pokok dan tulangan bagi.
8
5. Harus dipenuhi, Rn < Rmaks ..........(8)
6. Rasio tulangan yang diperlukan,
0,85 . f c ' 2 . Rn
. 1 1 ..........(9)
fy 0,85 . f c '
7. Rasio tulangan minimum,
1,0
min .........(10)
fy
8. Luas tulangan yang diperlukan,
As = . b.d .........(11)
9. Diameter tulangan perlu, dengan jarak antara tulangan s = 200 mm, b = 1000 mm,
4 . As . s
dt .........(12)
.b
dimana, dt = diameter tulangan perlu.
. fy
Mu . fy . . b . d 2 . 1 1 / 2 > Mu (beban kerja)
0,85 . fc'
Dimana,
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0,80
9
9. Pemeriksaan Geser Pons pelat lantai kendaraan
Aspal
ta ta
h h
a b
u v
u a
b v
a = 200 mm ; b = 500 mm
RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan
Kekuatan pelat lantai terhadap geser untuk pelat beton bertulang tanpa tulangan geser,
nilai minimum,
1
Vc f c . b' . d .........(14)
6
Dimana,
u = a + ta + ta + 1/2h + 1/2h = a + 2 ta + h
v = b + ta + ta + 1/2h + 1/2h = b + 2 ta + h
a = 200 mm
b = 500 mm
b’ = 2 u + 2 v
h = ts = tebal pelat beton (slab)
d = tebal efektif lantai = h – selimut beton.
ta = tebal lapis aspal.
10
L
tt = tebal trotoir
S S S S S S S S
B C D
S S S S
2
- 1/12 QMS S
2
1/24 QMS S
b). Akibat beban mati tambahan yang berasal dari berat lapis aspal dan air hujan, momen
tumpuan maksimum pada (C), dan momen lapangan maksimum pada lapangan (B) – (C).
QMA kN/m’
A E
B C D
S S S S
2
2 - 5/48 QMA S
- 1/24 QMA S
2
1/48 QMA S
2 5/96 QMA S
11
c). Akibat beban truk (PTT), momen tumpuan maksimum pada (C), dan momen lapangan
maksimum pada lapangan (B) – (C).
BEBAN T (PTT) , kN
P P
a1 b1 a2 b2
A E
B C D
S S S S
- 1/16 P S - 5/32 P S
1/32 P S
9/64 P S
Gambar 9 : Hasil analisa struktur akibat beban truk.
d). Akibat beban angin (PEW), momen tumpuan maksimum pada (C), dan momen lapangan
maksimum pada lapangan (B) – (C).
BEBAN EW (PEW) , kN
(Momen tumpuan (C) dan lapangan maksimum)
P
a1 b1
A E
B C D
S S S S
- 3/37 P S - 35/384 P S
- 1/77 P S
3/74 P S 2/77 P S
10/61 P S
Gambar 10 : Hasil analisa struktur akibat beban angin.
12
e). Akibat perobahan temperatur, momen lapangan maksimum pada lapangan (B) – (C).
T T
A E
B C D
S S S S
1/4 T EI/h 1/4 T EI/h
7/8 T EI/h h
5/4 T EI/h 1000 mm
T T
A E
B C D
S S S S
1/4 T EI/h
13
LAMPIRAN A
B C D
S S S S
2 2 2
- 1/12 QMS S - 1/12 QMS S - 1/12 QMS S
2
1/24 QMS S
Gambar 13 : Analisa struktur akibat berat sendiri pelat lantai.
M A .S M B .S M B .S MC .S Q . S 3 Q . S 3
6E I 3E I 3E I 6E I 24 E I 24 E I
1 M 2 M B 1 M C 1 Q. S 2 .....(2)
6 A 3 6 12
M B .S MC .S MC .S M D .S Q . S 3 Q . S 3
6E I 3E I 3E I 6E I 24 E I 24 E I
1 M 2 M 1 M 1 Q. S 2 .....(3)
6 B 3 C 6 D 12
MA ME ; MB MD .....(4)
14
1 M 2 M 1 Q.S 2 .....(6)
3 B 3 C 12
B C
2 2
- 1/12 Q S - 1/12 Q S
2
2 1/8 Q S
1/24 Q S
S
M ( B C ) 1 Q . S 2 1 Q . S 2 1 Q . S 2 (positip) ....(10)
8 12 24
15
LAMPIRAN B
BEBAN MATI TAMBAHAN, QMA kN/m’
(Momen tumpuan (C) dan lapangan maksimum)
QMA kN/m’
A E
B C D
S S S S
2
2 - 5/48 QMA S
- 1/24 QMA S
2
1/48 QMA S
2 5/96 QMA S
M A .S M B .S M B .S MC .S Q . S 3
6E I 3E I 3E I 6E I 24 E I
1 M 2 M B 1 M C 1 Q. S 2 .....(2)
6 A 3 6 24
M B .S MC .S MC .S M D .S Q . S 3 Q . S 3
6E I 3E I 3E I 6E I 24 E I 24 E I
1 M 2 M 1 M 1 Q. S 2 .....(3)
6 B 3 C 6 D 12
MA ME ; MB MD .....(4)
16
1 M 2 M 1 M 1 Q. S 2
6 B 3 C 6 B 12
1 M 2 M 1 Q.S 2
.....(6)
3 B 3 C 12
2
- 1/24 Q S 2
- 5/48 Q S
2
2
1/8 Q S
5/96 Q S
S
1
M ( BC ) 1 Q . S 2 1 Q . S 2 5 Q . S 2
8 2 24 48
M ( B C ) 5 Q . S 2 (positip) .....(10)
96
17
LAMPIRAN C
BEBAN Truk T (PTT) , kN
(Momen tumpuan (C) dan lapangan maksimum)
P P
a1 b1 a2 b2
A E
B C D
S S S S
- 1/16 P S - 5/32 P S
1/32 P S
9/64 P S
M A .S M B . S M B . S M C . S 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
6E I 3E I 3E I 6E I 6 S .E I
1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
1 M 2 M B 1 MC .....(2)
6 A 3 6 6 S2
M B . S M C . S M C . S M D . S 1 P. a 1 . b1 . ( S a 1 ) 1 P. a 2 . b 2 . ( S b 2 )
6E I 3E I 3E I 6E I 6 S .E I 6 S .E I
1 M 2 M 1 M 1 P. a 1 . b1 . ( S a 1 ) 1 P. a 2 . b 2 . ( S b 2 )
6 B 3 C 6 D 6 S2 6 S2
1 M 2 M 1 M P a . b . ( S a ) a . b . ( S b ) .....(3)
6 B 3 C 6 D 6S2 1 1 1 2 2 2
MA ME ; MB MD .....(4)
18
1 ( 1 M ) 2 M 1 M 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
6 2 B 3 B 6 C 6 S2
7 M 1 M 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 ) .....(5)
12 B 6 C 6 S2
Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh,
1 M 2 M 1 M P a . b . ( S a ) a . b . ( S b )
6 B 3 C 6 B 6S2 1 1 1 2 2 2
1 M 2 M P a . b . ( S a ) a . b . ( S b ) .....(6)
3 B 3 C 6S2 1 1 1 2 2 2
P. a 1 . b1 . ( S b1 )
42 M B MC
12 S2
1 M M
2 B C
P
a 1 . b1 . (S a 1 ) a 2 . b 2 . (S b 2 )
4S2
P 1 1
3 M B 2 a 1 . b1 . ( S b1 ) a 1 . b1 . ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 )
S 4 4
P 1 1
MB a . b . ( S b1 )
2 1 1
. ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) .....(7)
3S 4 4
(momen tumpuan negatip)
Kejadian khusus,
a1 = a2 = b1 = b2 = ½ S
1
MB P . S (momen tumpuan B, bertanda negatip) .....(8)
16
19
P 1 1
MA a . b . ( S b1 )
2 1 1
. ( S a 1 ) a 2 . b 2 . ( S b 2 ) ....(11)
6S 4 4
(momen tumpuan positip)
Kejadian khusus,
a1 = a2 = b1 = b2 = ½ S
1
MA P . S (momen tumpuan A, bertanda positip) ...(12)
32
B C
- 1/16 P S
- 5/32 P S
1/4 P S
9/64 PS
S
1
M ( BC ) 1 P . S 1 P . S 5 P . S
4 2 16 32
M ( B C ) 9 P . S (positip) .....(10)
64
20
LAMPIRAN D
BEBAN Angin EW (PEW) , kN
(Momen tumpuan (C) dan lapangan maksimum)
P
a1 b1
A E
B C D
S S S S
- 3/37 P S - 35/384 P S
1/77 P S
3/74 P S 2/77 P S
10/61 P S
Gambar 19 : Analisa struktur akibat beban angin.
M A .S M B . S M B . S M C . S 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
6E I 3E I 3E I 6E I 6 S .E I
1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
1 M 2 M B 1 MC .....(2)
6 A 3 6 6 S2
M B . S M C . S M C . S M D . S 1 P. a 1 . b1 . ( S a 1 )
6E I 3E I 3E I 6E I 6 S .E I
1 M 2 M 1 M 1 P. a 1 . b1 . ( S a 1 ) .....(3)
6 B 3 C 6 D 6 S2
MC .S M D .S M D .S M E .S
0
6E I 3E I 3E I 6E I
1 M 2 M 1 M 0 .....(4)
6 C 3 D 6 E
21
M E .S M D .S
0
3E I 6E I
1 M 1 M 0
3 E 6 D
ME 1 MD .....(5)
2
12 M 2 M M P. a 1 . b1 . ( S a 1 ) 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
3 C 7 C D
S2 6 S2
26 M M P. a 1 . b1
1
( S a 1 ) ( S b1 ) .....(8)
7 C D
S 2
6
2 M 26 M P. a 1 . b1 1
( S a 1 ) ( S b1 )
7 C 7 C S 2
6
7 P. a 1 . b1 1
MC ( S a 1 ) ( S b1 ) .....(9)
24 S 2
6
Kejadian khusus,
a1 = b1 = ½ S
35
MC P . S (momen tumpuan C, bertanda negatip) .....(10)
384
22
Substitusikan pers.(10) kedalam pers.(7), diperoleh,
1 ( 35 P . S ) 7 M 0
6 384 12 D
2
MD P . S (momen tumpuan D, bertanda positip) .....(11)
77
Substitusikan pers.(10) kedalam pers.(6), diperoleh,
7 M 1 ( 35 P . S ) 1 P. a 1 . b1 . ( S b1 )
12 B 6 384 6 S2
Kejadian khusus,
a1 = b1 = ½ S
3
MB P . S (momen tumpuan B, bertanda negatip) .....(12)
37
B C
- 3/37 P S
- 35/384 P
S
1/4 P S
10/61 PS
S
4
1
M ( BC ) 1 P . S 3 P . S 35
2 37 384
P.S
M ( B C ) 10 P . S (positip) .....(15)
61
23
LAMPIRAN E
BEBAN Temperatur ET (PET)
T T
A E
B C D
S S S S
1/4 T EI/h 1/4 T EI/h
M A .S M B .S M B .S MC .S 1 S
T . .
6E I 3E I 3E I 6E I 2 h
1 E.I
1 M 2 M B 1 M C T . . .....(2)
6 A 3 6 2 h
M B .S MC .S MC .S M D .S 1 S 1 S
T . . T . .
6E I 3E I 3E I 6E I 2 h 2 h
1 M 2 M 1 M T . . E . I .....(3)
6 B 3 C 6 D h
MA ME ; MB MD .....(4)
24
Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh,
1 M 2 M 1 M T . . E . I
6 B 3 C 6 B h
1 M 2 M T . . E . I .....(6)
3 B 3 C h
Dari pers.(5) dan pers.(6),
7 M 1 M 1 T . . E . I x | 6/1 |
12 B 6 C 2 h
1 M 2 M T . . E . I x | 3/2 |
3 B 3 C h
42 M M 3 T . . E . I
12 B C
h
3 E .I
1 M M
B C T . .
2 2 h
3 E.I
3 M B T . .
2 h
1 E.I
M B T . . (momen positip) .....(7)
2 h
B C
1/2 T EI/h
7/8 T EI/h
5/4 T EI/h
S
25
LAMPIRAN F
BEBAN Temperatur ET (PET)
T T
A E
B C D
S S S S
1/4 T EI/h
M A .S M B .S M B .S MC .S 1 S
T . .
6E I 3E I 3E I 6E I 2 h
1 E.I
1 M 2 M B 1 M C T . . .....(2)
6 A 3 6 2 h
M B .S MC .S MC .S M D .S
0
6E I 3E I 3E I 6E I
1 M 2 M 1 M 0 .....(3)
6 B 3 C 6 D
MA ME ; MB MD .....(4)
26
Substitusikan pers.(4) kedalam pers.(3), diperoleh,
1 M 2 M 1 M 0
6 B 3 C 6 B
1 M 2 M 0
3 B 3 C
M B 2 MC .....(6)
27