Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN

STRUKTUR BAJA II

“ STRUKTUR BATANG TARIK, TEKAN DAN LENTUR”

Dosen pengampu: Putri Dwi Kinanti Djahamouw ST.,MT

Disusun Oleh:

Yuliana Puwaningsih Hamu Meha

209111017

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2022
BAB I

PEMBAHASAN

sifat – sifat mekanis bahan baja dan konsep serta prosedur mendesain komponen
suatu struktur baja.

(i) Bahan baja mempunya sifat – sifat mekanis yang inheren padanya. Sifat –
sifat mekanis yang penting dan bersangkutpaut erat dengan desain struktur
baja adalah: Modulus Elastisitas (Es = 200 000 MPa), tegangan/kuat leleh fy
dan tegangan/kuat fraktur/putus ffr. Modulus elastisitas mendandai taraf
elastisitas baja sedangkan kuat leleh dan kuat fraktur menandai mutu bahan
baja. Ketiga sifat mekanis baja ini adalah faktor - faktor yang menentukan
kekuatan atau resistensi suatu profil baja, dalam konsep Load Resistance
Factored Design (LRFD).

(ii) Load Resistance Factored Design (LRFD) adalah konsep untuk


mengevaluasi apakah suatu profil baja layak dan dapat dipakai sebagai
komponen suatu struktur baja atau tidak. Konsep LRFD dinyatakan dalam
kalimat logika, yang menghubungkan dua pihak, yaitu pihak beban (Q) dan
pihak ketahanan/resistensi (R). Pada pihak beban dilibatkan faktor beban Ω,
yang merefleksikan kemungkinan terjadinya keterlampauan besar beban
dari besar beban yang diramalkan, dan pada pihak resistensi dilibatkan
faktor resistensi φ, yang merefleksikan kemungkinan terjadinya kurangnya
ketahanan profil baja dari yang diramalkan. Nilai Ω dan φ ditentukan
berdasarkan taraf tertentu probabilitas tergabung (compound probability)
untuk kejadian secara bersamaan: terlampauinya nilai beban Q dari nilai
resistensi R ketika nilai R kurang dari yang diramalkan. Syarat batas (limit
state(s)) untuk prosedur desain struktur baja dinyatakan dalam format
kalimat LRFD.

(iii) Limit State Design adalah prodesur mendesain struktur bangunan baja,
dengan memastikan bahwa profil baja yang dipilih untuk menjadi
komponen tertentu dari suatu struktur, memenuhi seperangkat syarat batas
atau limit state(s) yang ditentukan bagi komponen tersebut, mulai dari yang paling superior sampai
dengan yang paling inferior.

1.1. Desain komponen struktur batang tarik


Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya tarik aksial murni, dan
umumnya terdapat pada struktur rangka batang. Gaya tarik tersebut dikatakan sentris, jika garis
gaya berimpit dengan garis berat penampang. Batang tarik ini sangat efektif dalam memikul beban
dan dapat terdiri dari profil tunggal atupun profil tersusun.

Contoh penampang batang tarik


SNI 03-1729-2002 Ps. 10.1 menyatakan bahwa semua komponen struktur yang memikul gaya tarik
aksial terfaktor sebesar Tu, harus memenuhi syarat penampang tersebut:
Tu≤ ∅ Tn
Tn adalah tahanan nominal dari penampang yang ditentukan berdasarkan tiga macam kondisi
keruntuhan batang tarik. Kuat tarik rencana adalah besarnya tahanan nominal Tn dikalikan dengan
faktor reduksi ∅ , yang tergantung pada jenis keruntuhan :
 ∅ = 0.90, untuk keruntuhan leleh
 ∅ = 0.75, untuk keruntuhan fraktur

Kuat tarik rencana di ambil dari nilai terkecil yang didapat dari analisa keruntuhan, yaitu :

 Keruntuhan leleh, ∅ Tn = 0,90.Ag.fy


 Keruntuhan fraktur, ∅ Tn = 0,75.Ae.fu

Dengan :

Ag : luas penampang bruto (mm2)

fy : luas penampang efektif (mm2)

Ae : tegangan leleh (MPa)

fu : tegangan tarik putus (MPa)


Luas penampang efektif, Ae adalah luas penampang total yang telah direduksi akibat adanya gaya yang

tidak sentris atau akibat adanya lubang pada batang. Luas lubang tidak boleh lebih dari 15% dari luas
bruto, Ag. Luas penampang efektif dihitung sebagai berikut :

1.1.1 Penampang berlubang dan gaya sentris


Ae = Ant
Ant adalah luas netto terkecil dari berbagai garis keruntuhan yang ditinjau.
1. Gaya tidak sentris
Luas penampang efektif komponen struktur yang menerima gaya tarik tidak adalah sebagai
berikut :
Ae = U.Ant
Dengan :
X
U : faktor reduksi, U = 1 - ( ) ≤ 0,9
L
X : eksentrisitas, yaitu jarak antara garis gaya komponen yang disambung dengan bidang
sambungan.
L : panjang sambungan dalam arah gaya, yaitu jarak baut terjauh atau panjang las dalam arah
gaya
2. Efek tata letak lubang
Lubang baut dapat diletakkan berselang-seling, dalam SNI 03-1729-2002 Ps. 10.2.1 diatur
mengenai cara perhitungan luas netto penampang dengan lubang yang diletakkan selang seling
dinyatakan bahwa luas netto harus dihitung berdasarkan luas minimum antara potongan 1 dan 2
seperti pada gambar:

Gambar keruntuhan potongan

Dari gambar, untuk potongan 1-1 diperoleh :


An = Ag – n.d.t
Sedangkan untuk potongan 1-2 diperoleh :
s2 . t
An = Ag – n.d.t + ∑
4u
Dengan :
Ag : luas penampang bruto ( mm2)
An : luas penampang netto ( mm2)
t : tebal penampang (mm)
d : diameter lubang (mm)
n : jumlah lubang dalam satu potongan
s,u : jarak antara sumbu lubang (mm)
3. Kekuatan tarik
a. Untuk leleh tarik pada penampang bruto
Pn = Fy Ag
∅ t = 0,90 (DFBK)
Ω t = 1,67 (DKI)
b. Untuk keruntuhan tarik pada penampang netto
Pn = Fu Ae

∅ t = 0,90 (DFBK)

Ω t = 2,00 (DKI)

Keterangan :

Ae : luas netto efektif ( mm2)

Ag : luas bruto dari komponen struktur ( mm2)

Fy : tegangan leleh minimum yang disyaratkan (MPa)

Fu : kekuatan tarik minimum yang disyaratkan (MPa)

4. Luas netto efektif


Luas bruto : Ag dan luas netto : An dari komponen struktur tarik harus ditentukan sesuai dengan
ketentuan diatas
Luas netto efektif dari komponen struktur tarik harus ditentukan sebagai berikut :
Ae = AnU
Dengan U faktor shear lag, U = 1,0
Catatan : untuk pelat dengan splice yang dibaut Ae = An ≤ 0,85Ag.

 Komponen struktur terhubung sendi


1. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik desain, ∅ t Pn, dan kekuatan tarik tersedia, Pn / Ω t, komponen struktur terhubung
sendi, harus nilai terendah yang ditentukan sesuai dengan keadaan batas dari keruntuhan tarik,
keruntuhan geser, tumpuan, dan pelelehan.
a. Untuk keruntuhan tarik pada daerah efektif netto :

Pn = Fu (2tbe)

∅ t = 0,75 (DFBK) Ω t = 2,00 (DKI)

b. Untuk keruntuhan geser pada daerah efektif :

Pn = 0,6FuAsf

∅ sf = 0,75 (DFBK) Ω t = 2,00 (DKI)

Keterangan :

Asf : luas pada alur kegagalan geser = 2t(a+d/2) (mm2)

a :jarak terpendek dari tepi lubang sendi ke tepi komponen struktur yang
diukur paralel terhadap arah gaya (mm)

be : 2t + 0,63, in. (=2t + 16, mm) tetapi tidak lebih dari jarak aktual dari tepi lubang
ketepi bagian yang diukur pada arah tegak lurus terhadap gaya yang digunakan, in (mm)

d : diameter

t : ketebalan

2. Limit state kekuatan

SNI 03-1729-2002 menjabarkan ketentuan mengenai komponen strtuktur yang


mengalami gaya aksial tarik.

N u adalah gaya tarik terfaktor ( WN ) yang membebani komponen, f adalah


faktor resistensi, yang untuk komponen aksial tarik adalah sebesar 0.9. SNI – 2002
memberikan dua cara perhitungan untuk menentukan ruas kanan dari pesamaan LRFD di
atas.

Cara yang pertama adalah:


N n  A g f y

Dengan: f = 0,9

Ag = luas bruto (mm^2)


Fy = tegangan leleh (MPa)

Sedangkan cara yang kedua adalah:


fNn = AeUfu

Dengan: f = 0,75

Ae = luas efektif (mm^2)

U = luas efektif

Fu = tegangan tarik (MPa)

Contojh mendesain

1. Usulan profil

Untuk komponen aksial tarik ini diusulkan profil baja 400 x 30 mm bermutu fy= 240
MPa. Pada komponen terdapat perlemahan akibat lubang baut untuk sambungan. Detail profil
yang diusulkan dan konfigurasi lubang baut ditunjukkandalam Gambar 4-3. Diameter lubang baut
adalah 20 mm. Data dimensional dan beberapa parameter penampang profil ditunjukkan dalam
Tabel

Gambar Detail Profil Usulan dan Konfigurasi Lubang Baut

Tabel 1. Data Dimensional Profil Usulan 400 x 30 mm.


Limit State 1: Tu ≤ ∅ Tn

2. Analisa untuk memperoleh beban rencana (Tu)

Beban rencana untuk komponen aksial tarik struktur ini dapat diperoleh dari hasil
analisa di atas dan adalah beban aksial tarik pada batang 5 yaitu 20.31 ton, maka:

Tu = 20.31 ton = 203100 N

3. Analisa untuk memperoleh tahanan rencana (φTn)

Tahanan rencana untuk komponen aksial tarik adalah:

φTn ; (SNI-2002: butir 10.1)

Akan digunakan kuat putus/fraktur (fu) maka:

Tn = AeUfu ; (SNI-2002: persamaan 10.1.1-2.b)

fu = 370 MPa; tegangan fraktur untuk fy = 240 MPa

U = 1; karena sumbu memanjang konfugurasi lubang baut berimpit dengan sumbu memanjang
profil.

Ae = min (Ant : 0,85g); (SNI-2002: butir 10.12)


2
s t
Ant = Ag – ndt + ∑
4u

Ant.1-2-3 = 1200-3(30)20 = 1020 mm2


2 2
20 0 30 20 0 30
Ant.1-5-3 = 1200-3(30)20 + +¿ = 16200 mm2
4(100) 4(100)

20 02 30
Ant.1-5-3 = 1200-3(30)20 + = 13200 mm2
4(100)

0,85 Ag = 0,85 (1200) = 10200 mm2

Ae = min (10200;16200;13200;10200) = 10200 mm2


T
n = 10200 (1) 370 = 3774000 N

Dengan φ = 0.75 [SNI (2002): 10.1] maka

Tn  0.753774000  2830500 N

4. Menguji keterpenuhan limit state


Tu  Tn
 203100  2830500
Karena Tu < Tn maka limit state 1 terpenuhi

Terhadap limit state 2: u  n [SNI – 2002, butir 7.6.4]

5. Analisa untuk kelangsingan rencana

L
u =
r

Lx = √ 30002 +40002 = 5000 mm

Ly = √ 30002 +40002 = 5000 mm

rx = 115 mm

ry = 8,66 mm

5000 5000
x = =43,48 ; y = =577,35
115 8,66

u = max (x; y) = max (43,48 ; 577,35 = 577,35

6. Analisis untuk kelangsingan tahanan

Komponen adalah bagian dari struktur utama maka:

u = 240

7. Menguji keterpenuhan limit state 2

u ≤ n

577,35 > 240

Karena u ¿n maka limit state 2 tidak terpenuhi. Profil atau desain harus diusul ulang

8. Usulan profil dan usulan desain

Limit state yang tidak dipenuhi adalah kelangsingan maka profil rencana tidak
perlu diusul ulang. Akan dicoba dengan hanya mengubah panjang bentang bebas L dari
batang komponen aksial tarik, yaitu memperpendeknya menjadi sepertiga panjang
semula. Kepada komponen akan diberi sokongan lateral di setiap sepertiga bentang
untuk maksud ini.

9. Analisa untuk kelangsingan rencana

1
L= (5000) = 1667 mm
3
1667
y = = 192,45
8,66

u = max (43,48;192,45) = 192,45

10. Menguji keterpenuhan Limit state 2

u ≤ n

192,45 < 240

Karena u ¿n maka limit state 2 terpenuhi, maka usulan profil dan usulan desain dapat
dipakai untuk struktur

11. Hasil desain

Profil ≠ 400 x 300 mm dengan sokongan lateral di setiap sepertiga bentang (L = 1667
mm) digunakan untuk semua komponen aksial tarik dari struktur rangka batang tersebut.

1.2. Desain Komponen Aksial Tekan

Komponen aksial tekan adalah komponen suatu struktur yang dibebani dengan beban aksial
tekan saja. Komponen dari rangka batang yang ditunjukan pada gambar yang merupakan
komponen aksial tekan adalah: AC, CD, DE, DG, dan EB. Kompone aksial tekan berperilaku
yang berbeda dalam menanggapi atau melawan beban yang bekerja dari komponen aksial tarik.

1. Limit state

Terdapat dua mekanisme yang terjadi bersama – sama ketika suatu komponen aksial
tekan mengerahkan resistensinya melawan beban aksial tekan yang bekerja padanya. Kedua
mekanisme tersebut adalah: mekanisme kekuatan penampang, dan mekanisme kestabilan
terhadap tekuk. Ketika besar beban aksial tekan yang bekerja pada suatu komponen aksial
tekan, melampaui kapasitas salah satu mekanisme tersebut, terjadilah kegagalan struktur.
Sejalan dengan ini, dapatlahdifahami bahwa suatu komponen aksial tekan, haruslah
didesain terhadap dua limit-state yang masing – masing berhubungan dengan setiap
mekanisme di atas, yaitu kekuatan penampang dan kestabilan terhadap tekuk.

SNI–2002, dan juga peraturan–peraturan bangunan baja yang mendahuluinya


menyatakan kedua limit-state(s) secara tergabung dalam satu formula. Pada butir 9.1 dan
7.6.2-nya, SNI – 2002 memberikan formula LRFD untuk komponen mendesain komponen
aksial tekan sebagai berikut:

Nu  n Nn
Dengan

n = faktor resistensi untuk komponen aksial tekan

fy
Nn = Ag
ω

Dengan ω = 1 jika λ c  0.25

1.43
ω= jika 0.25  λ c < 1.2
1.6−0.67 λc

ω = 1.25 λ c2 jika λ c ≥ 1.2

λ c = angka kelangsingan komponen aksial tekan yang dijabarkan oleh SNI 2002 dibutir
7.6.1.

2. Contoh mendesain

Hendak didesain batang AC dari rangka batang yang ditunjukkan Gambar 1


Sebagaimana yang dapat disimpulkan dari hasil analisa struktur, batang tersebut adalah
komponen aksial tekan, dengan gaya tekan 39.06 ton.

a. Usulan profil

Untuk komponen aksial tekan ini usulan profil baja akan dimulai dengan 400 x 30 mm
bermutu fy = 240 MPa. Data dimensional dan beberapa parameter penampang profil ditunjukkan
dalam Tabel
Tabel 2 . Data Dimensional Profil Usulan 400 x 30 mm.

Terhadap limit state: Nu ≤ Nn

b. Analisis untuk memperoleh beban rencana (Nu ¿

Beban rencana untuk komponen aksial tekan struktur ini dapat diperoleh dari hasil
analisa di atas dan adalah gaya-dalam tekan pada batang 2 yaitu 39.06 ton, maka:

Nu = 39.06 ton = 39060 N

c. Analisa untuk memperoleh tahanan rencana (Nn)

Komponen terbebani beban aksial sentris maka tahanan rencana adalah:


n Nn = (SNI-2002: butir 9.1)

n Nn = 0.85; (SNI-2002)

fy
Nn = Ag ; (SNI-2002:butir 7.6.2)
ω

Ag = 12000 mm2; (Tabel 2)

fy = 240 MPa (Tabel 2)

ω = fungsi dari λ c ; (SNI-2002:pers.(7.6-5))

L fy
λc = 1 k
π r E √
; (SNI-2002; butir 7.6.1)

Lk = max (Lk.x ; Lk-y

Lk.x = kxLx

kx = 1; (pada sumbu x penampang, kedua ujung komponen adalah sendi)

Lx = 5000 mm; (panjang bebas tanpa sokongan pada sumbu x)

Lk.x = 1(5000) = 5000 mm

Lk.y = kyLy

ky = 1; (pada sumbu y penampang, kedua ujung komponen adalah sendi)

Ly = 5000 mm; (panjang bebas tanpa sokongan pada sumbu y)

Lk.y = 1(5000) = 5000 mm

Lk = max (5000;5000) = 5000 mm

r = min(rx;ry) = min(115;8.66) = 8.66 mm; (I pada tabel 2)

E = 200000 MPa

λ c = 1 5000

240
π 8.66 200000
= 6.37 > 1.2, maka

ω = 1.25 λ c2 ; (SNI-2002: pers. 7.6-5c)

= 1.25(6.372) = 50.72

240
Nn = 12000 ( ) = 56782 N
50.70

n Nn = 0.85(56782) = 48265 N

d. Menguji keterpenuhan limit state


Nu ≤ Nn

 390600 > 48265.

Karena Nu ≤ Nn maka limit state tidak terpenuhi. Profil atai desain harus diusulkan

e. Usulan profil dan usulan desain

Perhitungan di atas membuktikan bahwa profil 400 x 30 mm terlampau lemah.


Akan diusulkan profil yang jauh lebih kuat. Profil usulan 2 adalah WF 500 x 300 x 11 x 18
mm. Data dimensional dan beberapa parameter penampang profil ini ditampilkan dalam
Tabel 3.

f. Analisis untuk memperoleh tahanan rencana (φnNn)


Komponen terbebani beban aksial sentris maka tahanan rencana adalah:
φnNn ; (SNI-2002: butir 9.1)
φn = 0.85; (SNI-2002: Tabel 2)
fy
Nn = Ag ; (SNI-2002:butir 7.6.2)
ω
Ag = 16350 mm2; (Tabel 3)
Fy = 240 MPa; (Tabel 3)
ω = fungsi dari λ c ; (SNI-2002:pers.(7.6-5))

L fy
λc = 1 k
π r E √; (SNI-2002; butir 7.6.1)

Lk = max (Lk.x ; Lk-y

Lk.x = kxLx

kx = 1; (pada sumbu x penampang, kedua ujung komponen adalah sendi)

Lx = 5000 mm; (panjang bebas tanpa sokongan pada sumbu x)

Lk.x = 1(5000) = 5000 mm

Lk.y = kyLy

ky = 1; (pada sumbu y penampang, kedua ujung komponen adalah sendi)

Ly = 5000 mm; (panjang bebas tanpa sokongan pada sumbu y)


Lk.y = 1(5000) = 5000 mm

Lk = max (5000;5000) = 5000 mm

r = min(rx;ry) = min(208;70.4) = 70.4 mm; (I pada tabel 3)

E = 200000 MPa

λ c = 1 5000

240
π 70.4 200000
= 0.78 => 0.25 < λ c > 1.2, maka

1.43
ω= ; (SNI-2002: pers. 7.6-5b)
1.6−0.67 λ c

1.43
= = 1.33
1.6−0.67 λ c

240
Nn = 16350 ( ) = 2950376 N
1.33

n Nn = 0.85(2950376) = 2507820 N

g. Menguji keterpenuhan limit state

Nu ≤ Nn

 390600 < 2507820

Karena Nu ≤ Nn maka limit state terpenuhi. Profil dapat dipakai sebagai komponen tekan.

Nu 390600
Akan tetapi, perbandingan adalah = 0.16 = 16%, yang menandakan bahwa
∅Nn 2507820
profil yang diusulkan terlampau kuat, dan dengan demikian adalah boros. Usulan profil yang
Nu
optimum (tidak terlampau kuat dan tidak boros) adalah yang sedemikian sehingga rasio
∅Nn
minimum 60%

h. Hasil desain dan dokumen rencana

Profil untuk komponen aksial tekan adalah WF 500 x 300 x 11 x 18 mm, mutu fy= 240
MPa. Sebenarnya profil ini tidak optimal, sehingga prencanaan masih harus dilanjutkan hingga
memperoleh profil rencana yang optimal.

Cara mendesain komponen aksial tekan telah diajarkan, dan satu contoh telah
ditampilkan. Dengan mempelajari modul ini dengan saksama, anda akan dapat melakukan
desain komponen aksial, baik yang aksial tekan maupun yang aksial tarik, dari suatu struktur
baja.

3. Desain komponen lentur


Penampang suatu komponen lentur terbebani, baik oleh momen lentur maupun oleh
gaya geser, maka status batas kemampuan-(limit-state)-nya tentulah bergantung pada
kapasitas lentur Mn dan kapasitas geser Vn penampang tersebut. Ini dengan sendirinya
mengimplikasikan bahwa mendesain suatu komponen lentur haruslah dilakukan dengan
mengacu kepada dua limit-state yaitu, yang berhubungan dengan mekanisme suatu
komponen lentur menahan momen lentur, dan yang berhubungan dengan mekansime
komponen tersebut menahan gaya geser. Ini selanjutnya berarti mendesain komponen lentur,
harus dengan mengacu kepada limit-state kekuatan lentur, dan limit-state kekuatan geser,
dari suatu komponen lentur. Kita akan membahas setiap limit-state ini, satu persatu.

a. Limit state kekuatan penampang terhadap momen lentur

SNI 03 – 1729 – 2002 memberikan formula LRFD untuk limit-state ini sebagai
persamaan (8.1-1)-nya untuk komponen yang terbebani lentur pada sumbu kuat (sumbu
x), dan sebagai persamaan (8.1-2)-nya untuk komponen yang terbebani lentur pada
sumbu lemah (sumbu y). Kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai:

Mu = ∅ Mn

Dengan Mu adalah momen lentur terfaktor dan Mn adalah resistensi atau kapasitas lentur.

1) Kapasitas lentur penampang


Penampang suatu komponen lentur, jika dibebani dengan momen lentur yang
dinaikan besarnya secara bertahap, maka pada besar momen lentur tertentu,
penampang komponen itu akan meleleh, atau berdeformasi plastis secara berlebihan,
atau putus. Kejadian ini menandakan bahwa komponen tadi telah mengalami
kegagalan lentur, dan besar momen lentur ketika terjadinya kegagalan ini adalah
kapasitas lentur penamapng komponen tersebut. Kapasitas lentur penampang suatu
komponen struktur dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan penampang
tersebut dalam mengerahkan kekuatan lenturnya sehingga tidak terjadi kegagalan
lentur. Kapasitas ini telah dipelajari dalam studi mekanika teknik, dan dapat, dan
telah ditentukan secara analitis. Secara numerik, kapasitas lentur penampang suatu
profil baja dalam fase elastis (My), adalah hasilkali kuat leleh baja (fy) dengan
modulus tahanan elastis (S) penampang tersebut, yang dapat dinyatakan sebagai
persamaan:
My = fyS
Dan kapasitas lentur penampang suatu profil baja dalam fase plastis (M p), adalah
hasil kali kuat leleh baja (fy) dengan modulus tahanan plastis (Z) penampang tesebut,
yang dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut ini:
My = fyZ
Terlampauinya kapasitas ini ditandai oleh gejala melelehnya penampang profil
(kapasitas lentur dalam fase elastis), atau oleh berdeformasinya penampang profil
secara plastis, yang berlebihan, atau retaknya penampang profil (kapasitas lentur
dalam fase plastis).
2) Kestabilan terhadap tekuk lokal

Studi mengenai kapasitas suatu komponen terhadap tekuk lokal ditentukan oleh
dua hal yaitu:

(1) kelangsingan komponen, dan

(2) kekompakan penampang komponen.

Tengang kelangsingan komponen telah dibahas di modul sebelumnya


sehubungan dengan komponen aksial. Semakin langsing suatu komponen, semakin
berkuranglah kapasitasnya terhadap tekuk lokal, dan demikian sebaliknya. Kekompakan
penampang adalah ukuran kemampuan panampang komponen untuk tidak menekuk dan
berubah bentuk, terhadap pembebanan momen lentur yang bekerja padanya.
Kekompakan ini bergantung pada perbanding relatif tebal sayap terhadap tebal badan
dari suatu penampang. SNI 03– 1729 – 2002 membahas tekuk lokal ini pada butir 8.2-
nya, dan menjelaskan bagaimana mengetahui kekompakan penampang suatu
komponen/profil pada tabel 7.5-1-nya. Secara numerik, Mbckl bergantung kepada taraf
kelangsingan komponen dan taraf kekompakan penampangnya.

3) Kestabilan terhada[p tekuk puntir lateral


komponen lentur dari profil tertentu, jika dibebani dengan momen lentur pada
penampang – penampangnya yang diperbesar secara bertahap maka pada taraf besar
momen tertentu, profil tersebut akan berpuntir, dan bertekuk ke arah samping (lateral).
Kejadian ini disebut ‘tekuk puntir lateral’ (lateral torsional buckling), dan menandai
bahwa komponen dengan profil tersebut, telah tidak stabil terhadap tekuk puntir lateral.
Gambar 5-3 menunjukkan suatu komponen dari profil I yang telah mengalami tekuk
puntir lateral. Perhatikanlah bahwa selain berpuntir, profil tersebut telah bertekuk secara
lateral sehingga sumbu memanjang profil tersebut tidak lagi merupakan garis lurus.
Tekuk puntir lateral juga diilustrasikan oleh Gambar 5-4. Gambar itu menunjukkan
penampang suatu profil yang mengalami tekuk puntir lateral. Penampang yang berwarna
biru tua adalah penampang pada posisi sebelum terjadi tekuk puntir lateral sedangkan
yang berwarna jingga adalah posisi penampangyang sama setelah terjadi tekuk puntir
lateral. Perhatikanlah bahwa penampang tersebut, selain berpuntir, juga bergeser ke kiri,
yang menandakan terjadinya tekuk lateral bersama – sama dengan terjadinya puntir.
Taraf besar momen lentur, yang padanya tekuk puntir lateral terjadi pada suatu
komponen, adalah kapasitas komponen untuk kestabilan terhadap tekuk puntir lateral
(Mltb).

Studi sehubungan dengan tekuk puntir lateral menyatakan bahwa kapasitas suatu
profil dalam hal kestabilan terhadap tekuk puntir lateral, bergantung pada dua hal prinsip
yaitu:

(1) kapasitas puntir penampang komponen, dan

(2) kelangasingan komponen.

SNI 03 – 1729 – 2002 membahas hal ini pada butir 8.3-nya, dan menyatakan
kedua hal prinsip tersebut secara tergabung, yang bergantung pada panjang bentang
komponen, apakah komponen tergolong berbentang pendek, berbentang menengah atau
berbentang panjang.

Ketiga mekanisme yang menentukan kapasitas momen lentur komonen lentur


telah dibahas di atas. Karena komponen struktur akan gagal lentur ketika kapasitas salah
satu dari ketiga mekanisme tersebut terlampaui maka dapatlah difahami bahwa secara
numerik, kapasitas yang terkecil dari ketiga mekanisme tersebutlah yang menentukan
taraf kekuatan suatu komponen terhadap pembebanan dengan momen lentur. Kekuatan
penampang komponen terhadap momen lentur ( M n ), dengan demikian, dapat
dinyatakan secara numierk dalam formula berikut ini:

Mn = min (My ; Mbckl ; Mltb)

Dengan : My adalah kapasitas lentur penampang komponen

Mbckl adalah kapasitas komponen dalam hal kestabilan terhadap tekuk lokal

Mltb adalah kapasitas komponen dalam hal kestabilan terhadap tekuk puntir
lateral

b. Limit state kekuatan geser

Formula LRFD untuk limit state ini, dinyatakan SNI 03-1729-2002 sebagai
persamaan (8.8-1)-nya sebagai berikut:

Vu ≤ ∅ Vn

Dengan Vu = beban geser terfaktor

∅ Vn = kapasitas geser

Formula LRFD untuk kekuatan penampang terhadap momen lentur, dapat


dinyatakan dalam bentuk rasio sebagai berikut:
Mu
≤1
∅ Mn

Dan untuk kekuatan geser sebagai berikut:

Vu
≤1
∅ Mu

Jika digabungkan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Mu Vu
+ ≤1
∅ Mn ∅ Mu

Bentuk persamaan, seperti yang dinyatakan persamaan (5.8) di atas disebut


‘persamaan interaksi geser-lentur’. Akan tetapi, seperti telah disebutkan di atas, karena
hampir selalu profil yang digunakan sebagai komponen lentur profil berdinding tipis,
maka pelat badanlah yang menahan interaksi momen lentur dan geser, dan menahannya
melalui mekanisme medan tarik. Ini mengimplikasikan mekanisme medan tarik pelat
badan harus dipertimbangkan dalam menentukan kekuatan interaksi lentur – geser suatu
komponen, dan dengan demikian, harus untuk diintegrasikan ke dalam persamaan
interaksi di atas. SNI 03 – 1729 – 2002 menyatakan persamaan interaksi geser-lentur
sebagai:

Mu Vu
+ 0.625 ≤ 1.375
∅ Mn ∅ Mu

c. Desain komponen terkombinasi aksial lentur

Komponen terkombinasi aksial-lentur adalah komponen struktur baja yang


konfigrurasinya sedemikian sehingga dibebani dengan beban lentur (momen
lentur dan gaya geser), dan gaya aksial sekaligus. Komponen seperti ini biasa
diseut ‘balok-kolom’ (beam-column). Gaya aksial yang menjadi kepedulian dalam
hal ini adalah gaya aksial tekan. Keculai komponen – komponen suatu strutur
rangka batang, komponen struktur yang lain seperti portal, gewel dll, hampir
selalu merupakan komponen terkombinasi aksial-lentur. suatu profil yang hendak
dipakai sebagai komponen terkombinasi aksial-lentur haruslah secara simultan,
memenuhi limit- state untuk aksial tekan, dan untuk lentur. Ini berarti secara
numerik, formula LRFD untuk komponen terkombinasi haruslah berbentuk
persamaan interaksi yang menggabungkan formula LRFD untuk aksial tekan, dan
untuk lentur. SNI 03– 1729 – 2002 membahas hal ini dalam pasal 11nya, dan
dalam butir 11.3-nya, memberikan formula LRFD dalam bentuk persamaan
Nu
interaksi untuk desain komponen terkombinasi aksial-lentur. Untuk ≥
∅ Nn
0.2, persamaan interaksi untuk komponen terkombinasi adalah :

Nu 8 M ux M uy
+ ( + )≤1
∅ Nn 9 ∅bM ∅b M
nx ny

Nu
Dan untuk < 0.2
∅ Nn

Nu 8 M ux M uy
+ ( + )≤1
∅ Nn 9 ∅bM ∅b M
nx ny

Profil baja untuk komponen terkombinasi aksial-lentur, harus didesain


untuk memenuhi persamaan – persamaan interaksi di atas. Sekarang suatu contoh
penyelesaian desain komponen terkombinasi aksial-lentur diberikan.

d. Contoh mendesain komponen terkombinasi aksial lentur

1. Ususlan profil

Profil baja DIN 100 disulkan untuk didesain bagi gelagar ini. Data dimensional
profi ini ditunjukkan Tabel.

Tabel. Data Dimensional Profil Usulan-1

Nu 8 M ux M uy Nu 8 M ux M uy
Persamaan interaksi + ( + ) ≤ 1.0 atau + ( + )≤1
∅ Nn 9 ∅bM ∅b M
nx ny
2 ∅ Nn 9 ∅bM ∅bM
nx ny

Dapati disimpulkan dari pengamatan pada distribusi gaya dalam yang ditunjukkan dalam Gambar 3d
bahwa penampang kritis adalah penampang A dan D. Pengujian akan dilakukan di penampang D.

2. Analisis untuk memperoleh beban rencana Nu, Mux dan Muy


Nu = 500 kN = 500000 N
Mux = 2400 kNm = 2.4x109 Nmm
Muy = 0
Vu = 200 kN = 200000 N
3. Analisa untuk memperoleh tahanan rencana Nn, Mnx, Mny dan Vn

∅ = 0.85 ; [SNI - 2002: butir 11.3]


fy
Nn = A g ; (SNI-2002:butir 7.6.2)
ω
ω ; (bergantung pada faktor tekuk λ c)
λ c = max ( λ cx; λ cy)
L fy
λc = 1 k
π r E √
; (SNI-2002; butir 7.6.1)

Lkx = k.x Lx = 1(20000) = 20000 mm

rx = 401 mm

λ cx = 1 20000 240
π 401 200000 √
= 0.55

λ cy =
π ry E √
1 Lky f y
; [SNI - 2002: pers. (7.6-1)]

Lky = kyLy = 1(4000) = 4000 mm

Gambar 3d
Ry = 64 mm

λ cy = 1 4000 240
π 64 200000 √
= 0.69

λ c = max (0.55;0.69) = 0.69

0.25 < 0.69 < 1.2 => 0.25 < λ c < 1.2 maka:

1.43
ω= =1.26
1.6−0.67 (0.69)

Ag = 4000 mm2; (tabel 3a)

240
Nn = 40000 =7619048 N
1.26

Mnx = 3.1x109 Nmm

Mny ; (tidak diperhitungkan karena Mny = 0)

e. Menguji keterpenuhan limit state

Nu 500000
= =0.80<0.2 ; maka pers. Interaksi yang digunakan adalah:
∅ Nn 0.85(7619048)
Nu 8 M ux M uy
+ ( + ) ≤ 1.0 ; (SNI-2002: butir 11.3)
2 ∅ N n 9 ∅bM ∅bMnx ny

500000 8 2.4 x 1 09
+ ( +0 ) = 0.80 <1.0
2(0.85)7619048 9 0.9(3.1 x 1 09 )

Maka persamaan D memenuhi persamaan interaksi


❑ ❑ ❑
f. Terhadap ❑ ❑ + ❑ ❑ + 0.625 ❑ 1.375
❑ ❑

❑❑ ❑

Karena selain aksial dan momen lentur, gelagar juga dibebani geser maka harus diuji
terhadap persamaan LRFD
❑❑ ❑❑ ❑❑
❑❑ + ❑❑ + 0.625 ❑❑
1.375 ; (SNI-2002: butir 8.9-2)
❑ ❑


❑ + 0 + 0.625 ( ❑ = 0.91


< 1.375

Untuk penampang D, profil usulan memenuhi persamaan interaksi ini.

Karena profil DIN 100 memenuhi limit state yang harus dipenuhi maka profil ini
dapat dipakai sebagai profil baja untuk gelagar melintang dari struktur pendukung
lantai jembatan dimaksud.

Rasio kemanfaatan adalah ❑ = 80% > 60% maka DIN adalah profil yang optimal

untuk gelagar ini.

g. Hasil desain

Profil untuk gelagar melintang jembatan adalah DIN 100, mutu fy = 240 MPa.
Kita telah sampai di bagian akhir modul ini. Cara mendesain komponen lentur dan
komponen terkombinasi aksial-lentur telah dibahas dan dijelaskan. Satu contoh
mendesain juga telah diberikan. Dengan mempelajarinya secara saksama, anda akan
dapat melakukan desain komponen lentur dan komponen terkombinasi aksial-lentur
suatu struktur bangunan baja.

h.

Anda mungkin juga menyukai