Anda di halaman 1dari 11

Kelas: 3E MPK

NO Urut: 11
NIM: 2215124055
Nama: I Kadek Bayu Brahmantya

LAPORAN HASIL PERKULIAHAN

Pada pertemuan minggu ini, Pemaparan materi yang di sampaikan yaitu tentang BATANG
TARIK.

Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya tarik aksial murni,
dan umumnya terdapat pada struktur rangka batang. Gaya tarik tersebut dikatakan sentris,
jika garis gaya berimpit dengan garis berat penampang. Batang tarik ini sangat efektif dalam
memikul beban, dan dapat terdiri dari profil tunggal ataupun profil-profil tersusun. Contoh
penampang batang tarik adalah profil bulat, pelat, siku, siku ganda, siku bintang, kanal, WF,
dan lain-lain.
Aksial Murni adalah gaya yang bekerja garis berat penampang.
Kenapa kita mempelajari Batang Tarik bisa merencanakan elemen-elemen konstruksi rangka
batang yang yang menerima gaya aksial.
Setiap pertemuan batang di konstruksi rangka batang harus ada plat buhul.
Gusset plate atau pelat buhul adalah sistem sambungan memakai pelat baja, bisa tunggal
atau berpasangan. Fungsinya adalah untuk menyatukan elemen-elemen dari struktur rangka
batang (truss).
Konstruksi rangka batang yang paling umum pada konstruksi gedung adalah:
1. Konstruksi Kuda-Kuda
2. Konstruksi Jembatan Rangka
3. Konstruksi Rangka Menara

A. BATASAN KELANGSINGAN
Pada batang tarik tidak ada batas kelangsingan maksimum untuk komponenen
struktur yang mengalami tarik.

Dengan catatan : untuk komponen struktur yang diodesain berdasarkan tarik, rasio
kelangsingan L/r lebih baik tidak melebihi 300 saran ini berlaku pada batang
berpenampang bundar atau gantungan yang mengalami gaya tarik.
B. SYARAT KELANGSINGAN
Pembatasan kelangsingan perlu diambil untuk menjamin batang tidak akan melendut
atau mengalami getaran yang berlebihan. Batas kelangsingan untuk batang tarik
adalah:

L
≤300
r

Dengan:
L = panjang batang tanpa pengaku, mm; in
r = radius gyrasi penampang, mm; in

C. PERSYARATAN PERENCANAAN

1. Syarat kekuatan
Persamaan umum untuk syarat kekuatan komponen struktur tarik adalah:

Nu ≤ Φn Nn
Dengan:
Nu = beban tarik terfaktor
Φn = faktor reduksi kekuatan
Nn = kuat tarik nominal komponen struktur
Kekuatan nominal Nn suatu batang tarik ditentukan berdasar pada dua kriteria dasar,
yaitu kriteria leleh dan kriteria hancur.
a. Kriteria leleh (Yielding criterion)
Jika tidak terdapat lubang pada penampang lintang suatu batang tarik, misalkan pada
batang yang disambung menggunakan sambungan las, atau pada penampang yang berada
jauh dari lubang sambungan, maka kondisi berdasarkan kriteria leleh yang menentukan
besarnya kekuatan nominal batang. Berdasarkan kriteria lelehnya, kekuatan nominal batang
tarik dihitung dengan menggunakan persamaan persamaan:
Nn = Ag fy

dengan
Nn = Kekuatan nominal batang tarik, N; kip
fy = Tegangan leleh, MPa; Kips
Ag = Luas bruto penampang batang tarik, mm2; in2
Untuk keamanan, kapasitas rencana dari suatu batang tarik diambil nilai lebih kecil
dari kekuatan nominal tersebut, dengan jalan mengalikan kekuatan nominal dengan suatu
faktor reduksi kekuatan Ø. Untuk batang tarik dimana kekuatan nominal ditentukan
berdasarkan kriteria lelehnya, besarnya faktor reduksi kekuatan Øt adalah 0,9. Selanjutnya
alur persamaan perencanaan batang tarik berdasarkan kriteria leleh adalah sebagai berikut:
Nu  Øt Nn = Øt Ag fy =
dengan
Nu = gaya tarik aksial terfaktor
Øt = faktor reduksi kekuatan batang tarik untuk kriteria leleh
b. Kriteria hancur (fracture criterion)
Penggunaan baut maupun keling sebagai alat sambung pada batang tarik
mengharuskan perlunya dibuat lubang-lubang pada batang tersebut sebagai tempat
penyambungan. Adanya lubang-lubang tersebut tentunya akan mengakibatkan luas
penampang lintang batang menjadi berkurang, yang pada akhirnya juga akan mengurangi
kekuatan batang.
Dengan adanya lubang bagi alat penyambung pada penampang batang tarik, maka
kekuatan nominal batang akan ditentukan oleh kriteria hancur yang dihitung bardasarkan luas
efektif penampang, yaitu dengan persamaan:

Nn = Ae fu
dengan
Nn = Kekuatan nominal batang tarik, N; kip
fu = Tegangan tarik putus, MPa; Kips
Ae = Luas efektif penampang batang tarik, mm2; in2
Untuk batang tarik dimana kekuatan nominal ditentukan berdasarkan kriteria
hancurnya, besarnya faktor reduksi kekuatan Øt adalah 0,75. Faktor reduksi kekuatan
diambil lebih kecil jika dibandingkan dengan yang berlaku pada kriteria leleh. Hal ini karena
kondisi hancur adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, dan ketepatan perhitungan
berdasarkan kriteria leleh ini tidak cukup tinggi.
Selanjutnya alur persamaan perencanaan batang tarik berdasarkan kriteria hancur
adalah sebagai berikut:
Nu  Øt Nn
Nu = Øt Ae fu
Nu = 0,75 Ae fu
dengan
Nu = gaya tarik aksial terfaktor
Øt = faktor reduksi kekuatan batang tarik untuk kriteria hancur = 0,75
Besarnya faktor reduksi kekuatan batang tarik untuk kriteria hancur (0,75) lebih kecil
jika dibandingkan dengan faktor reduksi kekuatan untuk kriteria leleh (0,9). Hal ini
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengujian, kriteria hancur memberikan lebih banyak
variasi kegagalan yang mungkin terjadi jika dibandingkan dengan yang mungkin terjadi pada
kriteria leleh.
D. KEKUATAN TARIK
Kekuatan tarik desain mengacu pada metode DFBT ( ϕ t∗Pn) dan kekuatan tarik ijin
mengacu pada metode DKI ( Pn∗Ωt ). Komponenen struktur tarik harus merupakan nilai
terendah yang diperoleh sesuai dengan keadaan batas leleh tarik pada penampang bruto
(penampang yang tidak ada lobang baut) dan keruntuhan tarik pada penampang neto
(penampang bersih yang sudah dikurangi dengan lobang baut) untuk lubang yang
diperhitunkan pada neto yaitu sebesar diameter lubang + 2mm.
Untuk leleh tarik pada penampang bruto
Pn=F y A g dimana
¿

ϕ t =0 , 90 ( DFBT )
Ωt =1 , 67(DKI )
 Keruntuhan tarik pada penampang netto
Pn=F u∗A e dimana
ϕ t =0 , 75 ( DFBT )
Ωt =2 , 00(DKI )
Dengan :
Ae = luas neto efektif, ⅈ n 2 .(m m2 ¿

A g = luas bruto dari komponene struktur, ⅈ n 2 .(m m2 ¿


F y= tegangan leleh minimum terspesifikasi, Ksi (Mpa)
F u = kekuatan tarik minimum terspesifikasi, Ksi ( MPa)
Pn = gaya aksial tarik nominal

E. LUAS TAMPANG BERSIH


Akibat penggunaan alat sambung baut atau keling, pada profil batang tarik harus
dibuat lubang-lubang untuk pemasangan plat sambung tersebut. Adanya lubang-lubang
tersebut mengakibatkan berkurangnya luas penampang lintang profil batang tarik, yang juga
akan mengurangi kekuatan batang tersebut. Sehingga untuk menghitung kekuatan batang
perlu diketahui luas tampang bersih penampang setelah dikurangi lubang-lubang alat
sambung.
Luas bersih atau Net area (An) adalah luas total potongan batang dikurangi luas
lubang yang ada pada batang tersebut, dinyatakan dalam persamaan:
An = Ag – Al
dengan
Ag = luas bruto
Al = luas lubang
Luas lubang diperoleh dengan mengalikan tebal tebal plat baja atau bagian profil yang
dilubangi, dengan diameter bersih lubang, mengikuti persamaan:
Al= t x Φl
dengan
t = tebal plat
Φl = diameter bersih lubang
Diameter bersih lubang sendiri adalah diameter lubang yang sesungguhnya terjadi
pada plat baja akibat pembuatan lubang untuk tempat alat sambung. Besarnya diameter bersih
adalah diameter baut yang akan digunakan ditambah dengan 1/8 in. Penambahan 1/8 in ini
berasal dari toleransi untuk lebar baut sebesar 1/16 in ditambah dengan toleransi kerusakan
material disekitar lubang akibat proses pelubangan yang diambil sebesar 1/16 in.
Φl = diameter baut + 1/8 in.

F. LUAS TAMPANG BERSIH EFEKTIF


Luas penampang bersih (An) adalah luas batang tarik yang sudah tereduksi, namun
belum memberikan nilai kekuatan yang tepat. Kondisi ini terutama terjadi pada batang tarik
yang memiliki sambungan tidak pada semua bagian elemen, misalkan pada profil siku yang
hanya disambung pada salah satu kakinya. Pada kasus seperti ini, gaya tarik didistribusikan
secara tidak seragam ke seluruh penampang batang. Untuk memperhitungkan
ketidakseragaman tersebut, perlu dihitung variabel luas tampang efektif (Ae). Luas efektif
atau Efective area (Ae) dihitung dengan persamaan:
Ae = An . U
dengan
Ae = luas efektif, mm2; in2
U = faktor reduksi
Besarnya faktor reduksi U ditentukan dengan menggunakan persamaan:
U = 1 – (x/L) ≤ 0,9
X = eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik antara titik berat penampang
komponen yang disambung dengan bidang sambungan , mm; in
L = panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut yang terjauh pada
suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik, mm;in

LUAS NETO EFEKTIF


Luas neto efektif komponenen struktur tarik harus ditentukan sebagai berikut
Ae =¿ A g∗U

dengan U, faktor lag geser

G. KOMPONEN STRUKTUR TERHUBUNG SENDI


1. Kekuatan tarik
Kekuatan tarik desain mengacu pada metode DFBT (ϕ t∗Pn) dan kekuatan tarik ijin
mengacu pada metode DKI ( Pn∗Ωt ). Komponenen struktur terhubung sendi, harus
diambil nilai terendah yang ditentukan sesuai dengan keadaan batas keruntuhan tarik,
keruntuhan geser, tumpu dan leleh
 Untuk keruntuhan tarik pada luas neto efektif
Pn=F u ( 2t be ) dimana
ϕ t =0 , 75 ( DFBT )
Ωt =2 , 00( DKI )
 Untuk keruntuhan geser pada luas efektif
pn=0 ,6 F u A SF dimana
ϕ t =0 , 75 ( DFBT )
Ωt =2 , 00(DKI )
Dengan :

( d2 ) luas pada alur kegagalan geser, ⅈ n .(m m ¿


A SF=2 t a+ 2 2

a = jarak terpendek dari tepi lubang sendi ke tepi komponen struktur yang diukur paralel
terhadap arah gaya
b e =2t +0 , 63 ,∈(¿ 2 t+16 mm) tetapitidak melebihi dari jarak aktual dari tepi lubang ke tepi
bagian yang diukur pada arah tegak lurus terhadap gaya yang bekerja, ⅈ n 2 .(m m2 ¿
d=¿ diameter sendi, ⅈ n 2 .(m m2 ¿
t = ketebalan pelat

H. PERSYARATAN DIMENSI
1) Lubang sendi harus ditempatkan di pertengahan antara tepi tepi komponen struktur
pada arah tegak lurus terhadap gaya yang bekerja
2) Bila sendi diharpkan memberi pergerakan relatif antara bagian bagian yang terhubung
akibat beban total, diameter lubang tidak boleh lebih dari 1/32 in. (1mm) lebih besar
dari diameter sendi tersebut
3) Lebar pelat lubang sendi tidak boleh lebih kecil dari 2 b e+d dan perpanjangan
minimum, a , di luar ujung tumpu lubang sendi, paralel terhadap sumbukomponen
struktur, tidak boleh lebih kecil dari 1,33b e.
4) Sudut di luar lubang sendi diizinkan dipotong pada 45 ° terhadap sumbu komponen
struktur, asalkan luas neto di luar lubang sendi, pada suatu bidang tegak lurus
terhadap potongan, tidak kurang dari yang diperlukan di luar lubang sendi paralel
terhadap sumbu komponen struktur.

I. EYEBAR
Eyebar adalah elemen struktural berupa batang panjang yang mempunyai mata atau
lubang pada kedua ujungnya. Mata ini digunakan untuk menghubungakan eyebar dengan
elemen struktur lainnya membentuk suatu rangka yang kokoh. Eyebar umumnya terbuat dari
baja berkualitas tinggi dan sering digunakan dalam struktur jembatan gedung, menara, dan
konstruksi baja lainnya. Desain eyebar memungkinkan distribusi beban dengan efisien dan
memberi kekuatan struktural yang baik.
PERSYARATAN DIMENSI EYEBAR
1) Eyebar harus mempunyai ketebalan seragam, tanpa penguatan di lubang lubang sendi,
dan memiliki lingkaran kepaladengan batas luar konsentris dengan lubang sendi
tersebut.
2) Radius transisi antara lingkaran kepala dan tubuh eyebartidak boleh kurang dari
diameter kepala.
3) Diameter sendi tidak boleh kurang dari 7/8 kali lebar tubuh eyebar, dan diameter
lubang sendi tidak boleh lebih dari 1/32 in (1mm) lebih besar dari diameter sendi
tersebut.
4) Untuk baja yang memiliki F y lebih besar dari 70 Ksi (485 Mpa), diameter lubang
tidak boleh melebihi lima kali ketebalan pelat, dan lebar tubuh eyebar harus direduksi
sesuai dengan itu
5) Ketebalan yang kurang dari ½ in (13mm) hanya diizinkan jika mur eksternal
digunakan untuk mengencangkan pelat pelat sendi dan pelat pelat pengisi ke dalam
kontak yang terlindung
6) lebar dari tepi lubang ke tepi pelat yang tegak lurus terhadap arah beban yang bekerja
harus lebih besar dari dua per tiga dan, untuk tujuan perhitungan tidak lebih dari tiga
per empat kali lebar tubuh eyebar tersebut

IMPLEMENTASI DESAIN KOMPONENEN STRUKTUR UNTUK TARIK

SOAL
Rencanakan ELEMEN STRUKTUR rangka batang kuda kuda tersebutdengan metode:
1. metode dengan faktor beban dan ketahanan (DFBT)
2. metode desain kekuatan ijin (DKI)
sehingga memenuhi persyaratan STRUKTUR sesuai standar peraturan yang berlaku, bila
material elemen struktur yang digunakan adalah BAJA SIKU SAMA KAKI dengan mutu
baja sebagi berikut :
F y =240 Mpa F u=560 Mpa
F e =160 Mpa ϕbaut =10 mm
E s=200000 Mpa NRbaut = 1
Perhitungan KOMBINASI BEBAN

1. DFBT
Pu_DFBT = 1093,333 kN (BEBAN MAKSIMUM DFBT)
1.1. perhitungan kekuatan tarik untuk keadaan batas leleh tarik pd penampang
bruto
ϕt DFBT = 0,9 ϕt =Faktor ketahanantarik DFBT
Pu_DFBT= ϕt DFBT * Pn1 dimana (Pn1 = F y∗Ag)
Pu_DFBT= ϕt DFBT * F y∗Ag
(Pu DFBT )
A g=
ϕt DFBT∗F y
1093,333∗1000
A g=
0 , 9∗240 = 5061,728 m m
2

1.2. Perhitungan kekuatan tarik nominal untuk keadaan keruntuhan tarik pd


penampang netto
Pu_DFBT= ϕt DFBT * Pn2 dimana (Pn2 = F u∗Ae)
Pu_DFBT= ϕt DFBT * F u∗Ae
( Pu DFBT )
Ae =
ϕt DFBT∗Fu
285∗1000
Ae =
0 , 75∗560
= 678,571 m m2

1.3. perhitungan luas penampang netto minimum elemen struktural


2
Ae=678,571 m m U= 1
Ae
Ae= An∗U An=
U
678,571 =
An= 678,571 mm
2
1
Dimana :
An : Luas penampang netto minimum elemen struktural
U : Faktor LAG geser untuk sambungan ke elemen struktur tarik
1.4 Pemilihan profil siku (kontrol Ag)

A g =5061,728 mm
2
50,61728 c m2 Dicoba L200.200.15

A g ¿ 200.200.15 = 5775 m m2
¿
Lebih besar daripada A g……(OK)

1.5 Perhitungan luas netto penampang


B_profil = 75 mm t_profil = 15 mm
NRbaut = 1 ϕbaut =10 mm
An_profil = (B_profil- ϕbaut∗NRbaut−2∗NRbaut ¿∗t profil
An_200.200.15= ( 200 – 10 * 1 – 2 * 1 ) * 10
An_200,200,15 = 1880 m m2 lebih besar dari An…. (OK) An = 678,571 m m2

Jawaban……………..(1)
2. DKI
Pu_DKI = 806,725 kN (BEBAN MAKSIMUM DKI)
1.1 Perhitungan kekuatan tarik untuk keadaan batas leleh tarik pd penampang
bruto
Ωt =1 , 67
Pu_DKI= Ω¿ * Pn1 Pn1 = F y∗Ag
Pu_DKI= Ω¿ * F y∗Ag
806,725∗1000
A g=
1 ,67∗240
= 2012,786m m2

1.2 Perhitungan kekuatan tarik nominal untuk keadaan keruntuhan tarik pd


penampang netto
Ω_t=2
Pu_DKI= Ω¿ * Pn2 (Pn2 = F u∗Ae)
Pu_DKI= Ω¿ * F u∗Ae
(Pu DKI )
Ae =
Ω¿∗Fu
806,725∗1000
Ae =
2∗560
= 720,290 m m2
1.3 Perhitungan luas penampang netto minimum elemen struktural
2
Ae=720,290 m m U= 1
Ae
Ae= An∗U An=
U
720,290
An=
1
=720,290 m m2
Dimana :
An : Luas penampang netto minimum elemen struktural
U : Faktor LAG geser untuk sambungan ke elemen struktur tarik

1.4 pemelihan profil siku ( kontrol Ag )

A g = 2012,786 m m2 20,12786 c m2 Dicoba L150.150.12


Ag ❑¿ =¿ ¿
1 50.1 150.12 3477 m m2 Lebih besar daripada A g……(OK)
1.5 perhitungan luas netto penampang

B_profil = 150 mm t_profil = 12 mm


NRbaut = 1 ϕbaut =10 mm
An_profil = (B_profil- ϕbaut∗NRbaut−2∗NRbaut ¿∗t profil
An_150.150.12 = ( 150 – 10 * 1 – 2 * 1 ) * 6
An_150.150.12 = 828 m m2 lebih besar dari An…. (OK) An = 720,290 m m2

Jawaban……………..(2)

Anda mungkin juga menyukai