TUG S RESUME B J
Disusun Oleh :
1117030029
2 GEDUNG 3
Pendahuluan
Material baja mempunyai kemampuan sama dalam memikul gaya Tarik atau gaya tekan. Mutu bahannya juga relatif
tinggi, sehingga dimensinya cenderung langsing. Untuk elemen struktur seperti itu , maka pemakaian baja hanya efisien
terhadap tarik.
Batas kelangsingan
Karena mutu material baja relatif tinggi, dimensi batang tariknya bisa sangat langsing. Secara teoritis batang tarik ttidak
idak
mengalami tekuk, oleh karena itu AISC (2010) tidak membatasi kelangsingan, hanya disarankan L/r ≤ 300. Saran
didasarkan pengalaman praktis segi ekonomis, kemudahan pembuatan, dan resiko rusak kecil selama konstruksi.
Konsep perencanaan.
Hal yang mendominasi batang tarik produksi massal diatas adalah basambungan, yang terlihat lebih besar dari batang
tarik itu sendiri. Selain itu material keduanya berbeda, sepintas material sambungan dipilih yang mutunya lebih tinggi
dibandingkan batand yang disambung. Itu menunjukan bahwa sambungan merupakan bagian yang penting, sehingga
perlu diperbesar, tanpa dianggap pemborosan
Adanya konsentrasi tegangan yang nilainya beberapa kali lebih besar dari tegangan rencana diatasi oleh material
daktail ( ada tegangan leleh Fy ).
Adanya strain-hardening material menyebabkan kekuatannya dapat ditingkatkan sebesar tegangan (Fu) atau kuat
tariknya
Perilaku keruntuhan Fy dan Fu tidak sama, oleh karena itu diberikan faktor keamanan yang berbeda, yang tercemin
pada faktor ketahanan tarik ( φ) yang diberikan.
Kuat tarik rencana φtPn dengan φt sebagai faktor ketahanan tarik, dan Pn sebagai kuat aksial nominal, adalah nilai
terkecil dari dua tinjauan batas keruntuhan yang terjadi pada penampang utuh, dan penampang berlubang
Pn = Fy Ag
Kuat tarik penampang berlubang (ditempat sambungan) akan memanfaatkan perilaku strain-hardening (peningkatan
tegangan) yang berkonsentraisi di sekitar lubang.
Nilai Fy dan Fu tergantung mutu material, yaitu kuat leleh dan kuat tarik minimum (kuat batas) dari bahannya.
Keruntuhan leleh (yield) tingkat daktilitasnya lebih tinggi dari keruntuhan fraktur, oleh sebab itu faktor ketahanan tarik
(φt) antara keduanya berbeda. Faktor keamanan untuk fraktur tentunya lebih tinggi.
Parameter An dan Ae tergantung dari sistem sambungan. Untuk itu sebaiknya perencanaan batang tarik dan
sambunggannya harus bersama karena saling terkait. Dapat diungkapkan dalam uraian berikut :
1. Reduksi luas penampang batang tarik akibat lubang untuk alat sambung. Sehingga ada istilah luas penampang
utuh atau gross ( Ag) dan luas penampang netto (An). yaitu luasan setelah memperhitungkan pengaruh
pengar uh lubang.
Oleh karena itu sambungan las lebih baik karena Ag = An tidak memiliki reduksi luasan
2. Efektifitas sambungan pada pelaksanaan, akibat keperluan
ke perluan untuk kemudahan pelaksanaan atau keterbatasan
alat sambung, maka bidang permukaan penampang batang tarik tersebut tidak semuanya tersambung
ter sambung secara
sempurna. Kondisi itu tentu akan menimbulkan aliran tegangan yang tidak merata, disebut efek shear-lag dan
harus diperhitungkan karena mempengaruhi kinerja batang tarik. Selanjutnya luas penampang batang tarik
setelah diperhitungkan efek shear-lag disebut luas penampang efektif, Ae, yang merupakan fungsi luas
penampang netto berikut.
Ae = An U
Ketentuan diatas berlaku pada batang tarik, bukan sambungan. Karena sistem struktur keseluruhan akan tergantung
pada bagian terlemah, maka sabungan herus mempunyai kekuatan lebih dibanding batang tarik. Itulah kenapa
perencanaan batang tarik dan sambungan harus terintegrasi dan konsisten.
Kekuatan batang tarik sangat dipengaruhi oleh lubang. Parameter yang mewakili hal tersebut dalam desain adalah luas
penampang netto (Ag) atau lubang penampang bersih setelah dikurangi lubang
Untuk menghitung luas penampang netto An maka diameter baut ditambah 1/16 in (2 mm) lebih besar dari diameter
lubang nominal.
Jadi pada lubang batang tarik ada tiga parameter. Yaitu diameter baut, diameter lubang nominal, dan diameter lubang
imajiner untuk perhitungan dengan luas penampang netto.
Diameter lubang nominal adalah diameter lubang real terpasang. Besarnya tergantung baut (d), yang nilainya sesuai
tabel (AISC 2010) untuk menghitung luas penampang netto dipakai luas penampang imajiner, yaitu d + 1/16 in atau d +
1/8 in, untuk sauan SI adalah d + 2 + 2 (mm)
Diameter lubang baut relatif kecil dibanding dimensi penampang, tetapi jika jumlahnya banyak dan berdekatan tentu
berpengaruh. Lubang-lubang segaris, tegak lurus arah gaya, maka An adalah luas penamang kecil pada potongan
dengan lubang terbanyak
Untuk mencari penampang kritis lubang berpola staggered , perlu meninjau berbagai kemungkinan potongan
penampang yang terjadi. Panjang bersih dihitung dari tinggi penampang dikurangi jumlah lubang (yang terdapat pada
jalur potongan), ditambah pengaruh diagonal
diagonal (jarak s dan g diagonal bisa berbeda tergantung detailnya)
de tailnya) yang dihitung
dengan pendekatan memakai rumus berikut :
s2/4g
contoh soal :
pelat baja, dibebani tarik di dua sisinya, lebar 90mm, tebal 10mm, panjang sembarang (tidak berpengaruh). Pada pelat
baja ada 5 lubang Ø 24mm secara staggered/zigzag dengan maksud agar optimal. Hitunglah luas penampang netto
jawab :
ukuran lubang Ø 24mm diatas adalah diameter nominal, yaitu diameter pengeboran di bengkel, yang direncanakan
untuk baut Ø 22mm (ada toleransi pemasangan). Untuk memasukkan pengaruh kerusakan akibat mesin
pelubang/punch maka ditambah 2mm, menjadi diameter lubang imajiner sebesar 26mm.
cari potongan yang menghasilkan penampang lurus atau penampag dengan nilai An terkecil
tinjau potongan d-e-f-g yang memotong 2 lubang secara diagonal, sehingga pengaruhnya harus dimasukan sebagai
berikut :
Ternyata potongan melalui lubang secara diagonal memberi An yang terkecil, yang menentukan (kritis). Pola staggered
jika dipelajari, maka yang mempengaruhi adalah besarnya sudur
sudur diagonal terhadap arah gaya. Jadi semakin besar
sudut (maks. 90O), maka kinerja batang akan semakin terpengaruh. Tujuan memakai pola staggered umumnya
umumnya adalah
penghematan ruang. Meskipun demikian, tidak setiap konfigurasi
ko nfigurasi dari pola staggered pasti
pasti akan memberikan
keuntungan yang maksimal.
Pada pola staggered akan
akan dihitung luas penampang netto dengan diameter lubang imajiner = 24 + 2 = 26mm
batang tarik umumnya memakai baja berbentuk profil (bukan pelat datar). Pemasangan bautnya juga bisa staggered
tetapi tidak sebidang. Untuk perhitungan, perlu dibuat bidang ekivalen berdasarkan pada garis berat elemen profil atau
bidang di tengah tebal masing-masing elemen profilnya sebagai berikut
contoh, ditinjau penempatan lubang pada dasarnya bebas saja, sehingga bisa saja pada kondisi tertentu terjadi
terj adi pola
staggeed. Adapun bidang ekivalen untuk membantu dalam memperhitungkan luas penampang netto.
Lubang untuk baut Ø 20mm, sehingga lubang nominal 20 + 2 = 22mm, yaitu ukuran dengan memperhitungkan
m emperhitungkan
toleransi pelaksanaan. Untuk pengaruh kerusakan akibat bor atau punching dianggap ada diameter imajiner, yaitu 22 +
2= 24mm
Faktor shear-lag dibuat untuk mengantisipasi adanya ketidaksempurnaan sambungan, yaitu jika ada elemen
penampang yang tidak tersambung, sehingga distribusi tegangan menjadi tidak merata dan ada konsentrasi tegangan
reduksi untuk memperhitungkan kondisi
yang akan mengurangi kinerja. Faktor shear-lag dalam hal ini adalah faktor reduksi
tersebut.
Tabel berikut memuat faktor shear-lag (U) dari berbagai konfigurasi sambungan batang tarik.
t arik. Rumusan terlihat
sederhana meskipun demikian telah teruji pada ±100 sampel sambungan dengan baut dan paku keling. Walaupun
terjadi simpangan, hanya terjadi sekitar 10% saja (Munse-Chesson, 1963).
1963 ). Penelitian terkini masih mendukung
pendekatan tersebut.
Ilustrasi perencanaan batang tarik
Kinerja batang tarik ditentukan oleh efektifitas kuat penampang, yang diwakili oleh tiga kondisi luasan, yaitu Ag , An dan
Ae . Serta kinerja sistem sambungan yang digunakan. Kedua parameter diatas saling terkait. Jadi pada daerah
sambungan perlu ditinjau parameter An (luas netto dikurangi lubang) dan Ae (pengaruh shear-lag terhadap luas netto
tersebut). Seorang insinyur harus tahu sistem sambungan yang digunakan. Untuk hal itu, ditinjau tiga konfigurasi
batang tarik sebagai berikut
Struktur Tipe-A dan Tipe-B mempunyai sistem sambungan yang sama. Dari potongan c-c, terlihat
t erlihat bahwa keseluruhan
penampang profil H dapat tersambung penuh, jadi faktor shear-lag atau U=1.
Kuat tarik rencana Tipe-A adalah 0.9 FyAg, sedangkan Tipe-B adalah 0.9 FyAg atau 0.75 FuAe, pilih yang nilainya terkecil.
Material baja modern saat ini banyak yang mensyaratkan Fy/Fu ≤ 0.8.
P u = 0.9 F y
y A
g
Karena Ag = An, juga F y
y =
= 0.8 F u dan F u = 1.25 F y y, maka
Pada Tipe-C, akibat sambungan, yang dipilih hanya menyambung sebagian elemen tarik maka pada daerah sambungan
tersebut akan terjadi perubahan aliran tegangan tarik yang tidak
t idak menerus, sehingga U < 1, yang be rarti Ae < An , tetapi
berarti
untuk prediksi awal dapat digunakan tabel 4.1, dimana diperoleh nilai U = 0.6
0.6 - 0.7. diambil 0.7, maka kekuatan struktur
Tipe-C dibanding Tipe-A, berbeda pada kriteria frakturnya, sehingga :
g,
Kekuatan struktur Tipe-A pada dasarnya sama dengan kekuatan batang dengan penampang utuh, yaitu, P u = 0.9 F yy A
maka kinerja Tipe-C hanya 0.656/0.9 ≈ 0.73 dari struktur Tipe-A.
II. KONSEP
DESAIN Soal 2 :
Penyelesaian :
1,80 m
290
1,57 m
w sin 290
290
0
w cos 29
Perhitungan beban mati (D), beban hidup (L), beban air hujan (H) dan beban angin
(W). Arah beban dibagi ke dalam dua sumbu (terhadap sumbu x dan sumbu y)
= 1,4 * 0,84
= 1,18kN/m
= 1,24 kN/m
= 0,63 kN/m
III. BATANG
TARIK Soal 4 :
Sistem sambungan pada profil baja siku 150.100.10, diameter nominal alat penyambung
dn = 25 mm. Hitunglah luas penampang netto.
Penyelesaian :
Diameter baut dn = 25 mm
Diameter lubang, d = (dn + 3) mm -------> dn > 24 mm
= 25 + 3
= 28 mm
Tebal pelat siku, t = 10 mm
ga = 60 mm
gb = 55 mm
u1 = 60 mm
u2 = ga + gb - t
= (60 + 55) - 10
= 105 mm
s = 75 mm
Luas profil, Ag = 2420 mm2 --------> lihat tabel profil siku
a. Potongan a - b
= 2420 - (2 x 28 x 10)
= 1860mm2
b. Potongan a - c - b
Terdapat 3 lubang (n = 3)
= 2420 - (3 x 28 x 10) + (75 2 x 10)/(4 x 60) + (75 2 x 10)/(4 x 105)
= 1948,3 mm2
b. Potongan a - c - d
Terdapat 3 lubang (n = 3)
= 2420 - (3 x 28 x 10) + (75 2 x 10)/(4 x 60) + (75 2 x 10)/(4 x 105)
= 1948,3 mm2
Solusi :
Soal 5 :
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 seperti tampak pada gambar di bawah. Baut
yang digunakan berdiameter 16 mm.
Soal 6 :
Hitung luas netto efektif (Ae) dari penampang IWF Gambar 4.11 di bawah ini.
Penyelesaian :
y 300
II 15
I 13
5
10 x
bi hi Fi xi yi Fi . xi Fi . yi
Elemen
(mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (mm3) (mm3)
125,
2
10
U = 1 - (x/L) 0,90
= 0,75 0,90 ------> Memenuhi
Syarat A net
net menurut SNI 03-1729-2002 Pasal 10.2.1. yaitu,
Soal 7 :
Diketahui sistem sambungan baja siku L 60x60x6 dengan pelat buhul seperti tampak
pada Gambar 4.17. Evaluasi sistem sambungan tersebut bila mutu baja ST 34 diameter
baut 12,7 mm dan panjang batang tarik 2,50 m !
Penyelesaian :
U = 1 - (x/L) 0,90
= 1 - (16,9/100) 0,90
Ae = A net
net x U
= 602,8 x 0,83
= 500,927 mm2
Nu = Nn = Ae fu
= 114138 N
= 114,138 kN
= 0,75 x 151,94
= 113,955 kN
Kekuatan tarik nominal terfaktor (Nu) yang menentukan adalah yang terkecil dari
ketiga kondisi tersebut, yaitu
Nu = 113,955 kN
2) Kelangsingan.
Kelangsingan batang tarik dihitung sebagai berikut,
= 2500/18,2
= 137,363 < 240 -------> Memenuhi untuk batang tarik utama
A net 85% Ag
602,8 85% x 691
602,8 587,35 mm2 --------> Memenuhi
Soal 8 :
Suatu elemen batang tarik pada suatu sistem struktur baja memikul beban mati D = 100
kN, beban hidup L = 50 kN dan beban angin 20 kN. Elemen batang tarik tersebut
berupa profil siku ganda dengan panjang Lk = 2,00 meter dan mutu St 37. Sambungan
dengan pelat buhul digunakan diameter baut 12 mm dan jumlah baut 3 buah (dalam 1
baris), jarak antar baut seperti tampak pada gambar (jarak atas dan bawah ½ tinggi
flens). Rencanakan dimensi batang tersebut (tebal pelat buhul 8 mm) !
30
Penyelesaian :
1) Diketahui, Mutu baja St 37, fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
Diameter baut, dn = 12 mm
Panjang batang, Lk = 2,00 m
= 2000 mm
Beban mati, D= 100 kN
Beban hidup, L= 50 kN
Beban angin, W= 20 kN
=
= (1,2 x 100) + (0,8 x 20)
136kN
=
(1,2 x 100) + (1,3 x 20)
=
146kN
atau 1,0E)
U5 = 0,9D + 1,3W
= (0,9 x 100) + (1,3 x 20)
= 116 kN
A net
net = Ag - (n . d . t )
= 1382 - (1 x 14 x 12)
= 1214mm2
A
net 85% Ag
1214 85% x 1382
U = 1 - (x/L) 0,90
= 1 - (16,9/100) 0,90
= 0,83 0,90 --------> Memenuhi
Ae = A net
net x U
= 1214 x 0,83
= 1007,62 mm2
60 m
m Bidang
tarik
30 mm
130 mm
Bidang geser
= 168720 N
-------> fu . Ant < 0,6 . fu . Anv Maka,
= 461760 N x
2
-------> fu . Ant < 0,6 . fu . Anv Maka,
t buhul = 8 mm
y cx cx
= 2080 mm2
y1=y2
ai = xi - x
di = yi - y
d1=d2=0
x
a1 a2
cx cx
2 2
Elemen Fi (mm2) Ixi (mm4) Iyi (mm4) di (mm) ai (mm) di Fi (mm4) ai Fi (mm4)
1 691 228.000 228.000 0,0 -20,9 0 301.836
2 691 228.000 228.000 0,0 20,9 0 301.836
1.382 456.000 456.000 0 603.671
I
Ix r y y
r x = 18,2 mm = 27,7 mm
F F
= Lk/r min
= 2000/18,2
= 109,89 < 240 -------> Memenuhi untuk batang tarik utama
Batang Tekan
5.1 Pendahuluan
Batang tekan ditujukan untuk komponen struktur yang memikul beban tekan
sentries tepat pada titik berat penampang, atau kolom dengan gaya aksial saja. Namun,
umumnya pastilah terdapat eksentrisitas, oleh ketidak lurusan batang, atau oleh ketidak
tepatan pembebanan, juga kekangan dari tumpuannya yang menimbulkan momen.
5.2 Tekuk dan Parameter Penting Batang Tekan
Selain material, maka batang tekan juga dipengaruhi oleh parameter lain, yaitu konfigurasi
bentuk fisik atau geometri.
geometri. Parameter
Parameter geometri
geometri terjadi
terjadi dari :
- Panjang batang dan kondisi pertambatan atau tumpuan, yang diwakili oleh
Ketiganya dapat diringkas lagi menjadi satu parameter tunggal, yaitu rasio
tekuk.
Keruntuhan tekuk umumnya terjadi pada kondisi tegangan yang relative rendah, dibawah
tegangan leleh. Secara visual, tekuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekuk local pada
elemen penampang dan tekuk global pada kolom atau batang tekan secara menyeluruh. Jika
elemen-elemen profil penampang relatif langsing dan panjang kolomnya relatif pendek, dapat
terjadi tekuk local. Sebaliknya, jika elemen-elemen profil penampang relatif tebal dan batang
kolomnya
kolomnya langsing maka akan terjadi tekuk global yang sifatnya menyeluruh.
menyeluruh.
Penyelesaian Perilaku tekuk dibedakan, yaitu tekuk local dan tekuk global. Itu terjadi
karena tempat terjadinya tekuk dan solusi penyelesaian untuk kedua fenomena itu ternyata
berbeda. masalah tekuk local
local lebih kompleks dibanding tekuk global. Agar strukturnya optimal,
maka risiko tekuk local harus dihindari. Untuk itu dibuat klasifikasi untuk memisahkan
penampang tidak langsing dan langsing.
Tabel II.5. Klasifikasi elemen pada batang tekan aksial (Table B4.1a AISC 2010)
2010)
Tabel II.5. mengklasifikasikan profil penampang batang sebagai tidak langsing
atau langsing. Struktur efisien jika penampangnya tidak langsing, karena tidak ada
risiko tekuk local. Penyelesaian AISC 2010 untuk batang tekan dengan klasifikasi
langsing, juga sekedar memberikan factor reduksi, sehingga beban kritis terhadap
tekuk local tidak tercapai terlebih dahulu. Jadi pada dasarnya strategi perencanaan
batang tekan AISC
AISC 2010 adalah didasarkan
didasarkan pada tekuk global.
5.4 Teori Tekuk (Buckling)
5.4.1 Umum
Perilaku tekuk perlu dipelajari karena menjadi salah satu penyebab keruntuhan batang
tekan.Analisa struktur yang diberikan pada level sarjanan umumnya analisis ebrbasis elastic
liner, yang belum bisa memperhitungkan masalah tekuk.
Pada material beton yang relative lemah dibanding bahan baja menyebabkan dimensi komponen
strukturnya relative besar (tidak langsing). Oleh sebab itu pada perencanaan kolom beton, jarang
yang memperhitungkan tekuk, cukup diatasi dengan diagram interaksi penampang berdasarkan
prinsip kompatibilitas tegangan regangan pada material
material penampangnya.
Teori kolom ideal pada model diatas, dirumuskan oleh Leonhard Euler tahun
1744. Rumus Euler menghubungkan parameter geometri (L,A,I) ; material (E), dan
beban aksial tekan P sesaat sebelum tekuk (Pcr). Rumus t ekuk kolom
kol om yang terkenal
itu adalah :
5.4.2 Panjang Efektif
Dengan cara panjang efektif kolom, maka rumus tekuk Euler dapat dipakai
untuk berbagai kondisi kolom, dengan format berikut :
:
Karena rumus diatas hanya valid digunakan untuk memprediksi kolom pada kondisi
elastic, yaitu kondisi tegangan sebelum nmencapai batas proposionalnya, maka setiap kali
diapakai perlu dievaluasi terlebih dahulu terhadap kondisi tegangannya. Oleh sebabab itu
bentuk rumus dalam format tegangan kritis memudahkan
memudahkan melihat validitas pemakainnya.
Format yang dimaksud adalah
Dimana :
:
dengan daya dukung kolom. Sejak itu, untuk menjelaskan
menjelaskan perilaku kuat tekan kolom
dengan :
:
Bergoyang
Batang tekan pendek tidak mengalami tekuk, jika dibebani aksial tekan tanpa
eksentrisitas, tegangan bertambah dan dapat mencapai kondisi leleh, batang memendek.
Perilakunya seperti batang tarik, kekuatannya tergantung luas penampangnya, bentuk tidak
berpengaruh.
berpengaruh.
Gambar II.5.3. Bentuk penampang dan perilaku tekuk kolom
merupakan cara mudah membayangkan kapasitas tekuk. Cara yang sama dapat digunakan juga
untuk menghitung radius girasi ekivalen terhadap tekuk torsi, yaitu r t sebagai berikut
I pS adalah momen inersia polar terhadap pusat geser. Pada penampang simetri ganda, pusat berat
berhimpit dengan
dengan pusat
pusat geser, sehingga I pS = I pG = Ix + Iy.Dengan membandingkan nilai r t terhadap r x
atau r y maka r yang terkecil akan menunjukkan fenomena tekuk mana yang terjadi lebih dahulu,
tekuk torsi atau tekuk lentur, jika dipakai penamapng kolom simetri ganda.
Secara umum, kuat tekan nominal suatu batang ditentukan oleh persamaan
berikut ini.
ini.
Pu = φPn
Dengan :
:
Ada tiga perilaku tekuk, yaitu tekuk lentur, tekuk tori, dan tekuk torsi lentur. Adapun
tekuk global atau local tergantung kalsifikasi penampang. Jika penamapnanya tidak
langsing maka tidak terjadi tekuk local, dan sebaliknya penampang langsing berisiko
tekuk local terlebih dahulu. Karena tekuk terjadi pada kondisi elastic, sebelum leleh
Pn = Fcr Ag
b.
Catatan : Tegangan kritis di daerah kelangsingan ini disebut tekuk elastic. Rumus
R umus Euler tidak
bisa dipakai secara langsung karena belum memperhitungakan imperfection. Koreksi yang
diberikan didasarkan hasil kalibrasi dengan data uji kolom secara empiris.
maka mutu baja tidak berpengaruh. Hal itu bisa dilihat dari perbandingan kurva
tegangan kritis (Fcr ) dari berbagai mutu baja ASTM terhadap kelangsingan kolom.
Fenomena tekuk, selain lentur ada lagi yaitu puntir (tekuk torsi) atau gabungan
keduanya yaitu tekuk lentur-torsi. Biasa terjadi pada penampang dengan kekakuan
torsi yang relative kecil atau pusat geser dan pusat beratnya tidak berhimpit.
berhimpit.
Penampang dengan kekakuan torsi relative kecil, yaitu profil built-up simetri
ganda bentuk I atau X, atau penampang simetri tunggal dengan pusat geser dan pusat
tekuk torsi atau tekuk lentur torsi. Jika kapasitasnya lebih kecil dibanding kapasitas
tekuk lentur, maka perilaku tekuk torsi atau lentur-torsi yang akan terjadi lebih dahulu
(menentukan).
(menentukan).
Kapasitas tekan nominal penampang kolom tidak langsing terhadap tekuk torsi
Pn = Fcr Ag
Pada profil dengan simetri ganda, tegangan kritis, Fcr dihitung berdasarkan syarat
berikut :
Dengan :
:
G = Modulus elastisitas
elastisitas geser baja (77200 Mpa)
Berikut parameter penentuan tekuk yang terjadi merupakan tekuk inelastic atau elastic.
5.7.1 Umum
Batang tekan dikhususkan untuk
unt uk gaya aksial tekan melalui titik berat penampang, tanpa timbul
momen. Batang tersebut dijumpai pada struktur rangka batang (truss), dan dibebani pada titik nodal.
Kenyataannya, meskupun struktur rangka batang tetepi jika detail sambungan menghasilkan
eksentrisitas, maka pengaruhnya perlu diperhitungkan. Tidak bias dianggap sebagai batang tekan
murni, tetapi telah menjadi elemen “balok -kolom”, yang memerlukan evaluasi terhadap kombinasi
gaya aksial dan momen lentur. Cara ini tentunya akan lebih panjang prosedurnya. Untuk
menghindarinya dapat menggunakan ketentuan E5 (AISC 2010).
2. Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki, tersambung pada bagian kaki yang panjang
5.8.1. Umum
Pada luas penampang sama, factor kelangsingan ditentukan oleh momen inersianya. Intinya,
jika dapat
dapat ditempatkan
ditempatkan semakin
semakin jauh dari pusat
pusat berat (momen
(momen inersia meningkat),
meningkat), maka kapasitas
dukung tekan meningkat karena factor kelangsingan berkurang. Untuk menem[atkan elemen
penampang
penampa ng jauh dari
dari pusat berat
berat akan lebih mudah
mudah dikerjakan
dikerjakan penampang
penampang batang
batang tekan terdiri dari
dari
banyak elemn-ele
elemn-elemen
men yang saling terpisah.
terpisah.
langsing. Itu diperlukan agar penggunaan bahan material baja menjadi efisien
5.9.2. Kuat Tekan Kolom dengan Elemen Langsing
Kuat tekan kolom dengan elemen langsing, berdasarkan b/t rasio, terhadap tegangan merata
adalah nilai terkecil dari kuat tekuk lentur, kuat tekuk torsi atau kuat tekuk torsi-lentur sperti kolom
tidak langsing biasa, tetepi memakai factor reduksi Q untuk memperhitungkan pengaruh adanya
elemen langsing tersebut
5.9.3. Faktor Reduksi karena Elemen Langsing, Q
Cari perencanaan kolom dengan elemen langsing ada pada factor reduksi Q, yaitu rasio
tegangan kritis terjadinya tekuk local terhadap tegangan lelehnya (Commentary AISC 2010). Ini
digunakan untuk memperhitungkan pengaruh elemen-elemen langsing.
Faktor reduksi elemen langsing yang tidak terkekang, Qs
Dimana
D = tinggi penih profil tee