BATANG TARIK
Tµ adalah gaya tarik terfaktor, λ adalah factor waktu (lihat Tabel 3.1), Ф,
adalah factor tahanan tarik sejajar serat = 0,80 dan T’ adalah tahanan tarik.
Dengan F’, adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi dan Aµ adalah luas
penampang neto. Kuat tarik sejajar serat terkoreksi diperoleh dengan cara
mengalikan kuat tarik sejajajar acuan dengan nilai factor koreksi masa
layanan seperti Persamaan 4.3. Pengurangan luas tampang kayu akibat
penempatan alat sambung paku dapat diabaikan sehingga luas penampang
bruto sama dengan luas penampang neto. Sedangkan untuk alat sambung
baut, pengurangan luas penampang kayu harus didasarkan pada diameter
lubang penuntun (diameter baut ditambah kelonggaran). Diameter lubang
penuntun pada alat sambung baut tidak boleh lebih besar dari D+0,8 mm
bila diameter baut (D) kurang dari 12,7 mm, dan tidak boleh lebih besar dari
D+1,6 mm untuk baut berdiameter lebih besar atau sama dengan 12,7 mm.
Bilamana, akibat adanya alat pengencang, letak titik berat penampang neto
menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran lebar
atau lebih maka eksentrisitas local harus ditinajau sesuai dengan prinsip
baku mekanika.
Rencana dimensi batang tarik AB dari struktur truss seperti pada gambar di
atas. Elemen batang AB terbuat dari kayu kelas mutu A dengan kode mutu
E21, dan alat sambung yang digunakan pada bahul adalah baut.
Pembebanan diperoleh berdasarkan kombinasi pembebanan 1,4D.
Diasumsikan semua nilai factor koreksi berniali 1,0
Penyelesaian
Keseimbangan pada buhul A:
Menghitung kuat tarik sejajar serat (F1)
F1 = 0,8.F1 (rasio tahanan kayu kelas mutu A = 0,8)
F1 = 0,8 x 47 = 37,6 MPa
Menghitung tahanan tarik koreksi (T’)