Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desain Kontruksi Baja I merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh
mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian untuk dapat lulus
dalam mata kuliah Kontruksi Baja I. Dimana tugas desain ini akan membantu mahasiswa
dalam menerapkan materi-materi yang telah dipelajari dalam kelas menjadi suatu
perencanaan struktur yang lebih nyata.
Struktur yang merupakan rangka atap dari suatu bangunan memiliki peranan yang sangat
penting dalam berdirinya bangunan tersebut, juga kestabilannya. Struktur yang direncanakan
harus mampu menahan gaya-gaya yang disebabkan oleh beban- beban yang bekerja pada
bangunan. Ada beberapa bahan bangunan yang dapat digunakan untuk pembangunan struktur
suatu rangka atap seperti beton, baja, dan kayu.
Struktur rangka atap dengan baja memiliki berbagai keunggulan dan kekurangan. Adapun
keunggulannya antara lain adalah:
1. Beban yang harus ditanggung oleh struktur dibawahnya, seperti pondasi, dinding, kolom,
menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan bobot yang ringan dari jenis bahan ini.
2. Baja ringan tahan terhadap karat, rayap dan perubahan cuaca dan kelembaban.
3. Bila dibandingkan dengan rangka kayu atau baja konvensional, pemasangan rangka atap
baja ringan relatif lebih cepat.
4. Baja ringan bersifat tidak merambatkan atau membesarkan api (non-combustible). Karena
dalam baja ringan terdapat sistem proteksi khusus yang disebut fire resistance yakni
rakitan sistem struktur untuk membatasi penyebaran api pada suatu daerah atau
kemampuan untuk secara menerus berperan menahan struktur ketika terpapar api.
5. Baja ringan juga tidak memiliki nilai muai susut sebagaimana material kayu.
6. Baja ringan lebih efisien dan ekonomis karena biaya pemeliharaan lebih kecil dan
memiliki daya tahan lebih lama karena tidak terkena rayap dan tidak lapuk sehingga masa
waktu manfaatnya menjadi lebih lama.
Perencanaan struktur Baja ini harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan peraturan
yang berlaku supaya bangunan aman dari kegagalan konstruksi. Dari seluruh uraian
pentingnya struktur pada rangka atap maka perencanaan struktur baja ini harus dilakukan
dengan baik dan benar, agar dapat memenuhi syarat keamanan, efisien dan ekonomis.
Adapun tugas dalam desain kontruksi Baja I ini secara umum yaitu mendesain dimensi
penampang baja yang digunakan bang tarik dan batang tekan, kemudian mendisein
1
sambungan baja pada setiap komponen struktur yang didesain, serta gaya-gaya dalam
momen, aksial dan geser.
1.2 Permaslahan
Dalam perencanaan struktur Rangka Atap yang paling utama adalah kemampuan struktur
untuk menahan beban, yang bekerja pada stuktur rangka atap. Untuk mampu melayani
pembebanan yang terjadi, maka perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin dan harus
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1729-2002 yang berbasis pada metode
LRDF. Adapun data-data tugas pada desain ini yaitu sebagai berikut:
1. Rangka atap dengan penutup atap seng.
2. Menggunakan sambungan Las..
3. Bentuk penampang yang digunakan adalah kanal.
4. Rangka Atap yang direncanakan memiliki jarak antar kuda-kuda(B) 6 m, jarak
bentang kuda-kuda (L) 10 m, jumlah kuda-kuda(n) sebanyak 7 buah, dan kemiringan
atap(ɑ) 26˚.
Perhitungan konstruksi rangka atap sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Indonesia
(SNI) 1729-2002 yang berbasis pada metode LRDF.
Tugas yang harus dilakukan yaitu mendesain dimensi penampang baja yang digunakan
bang tarik dan batang tekan, kemudian mendisein sambungan baja pada setiap komponen
struktur yang didesain, serta gaya-gaya dalam momen, aksial dan geser.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Prinsip Perencanaan
Tujuan dari perencanaan struktur menurut tata cara Perencanaan Struktur baja untuk
bagunan gedung (SNI 03-1729-2015) ialah hasil suatu struktur yang stabil, cukup kuat,
mampu layan, awet dan memenuhi tujuan-tujuan lain seperti ekonomis dan kemudahan
pelaksanaan. Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan sebuah hasil yang cukup
optimum. Suatu str dikatakan struktur dikatakan optimum apabila memenuhi criteria sebagai
berikut :
a. Biaya minimum.
b. Berat minimum.
c. Waktu kontruksi minimum.
d. Tenaga kerja minimum.
e. Biaya manufactur minimum.
f. Manfaat minimum pada masa layan.
2.2 Material
Baja yang akan yang akan digunakan daam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja
karbon, baja paduan rendah mutu tinggi dan baja paduan. Dalam perencanaan struktur baja
SNI 03-1729-2015 menentukan beberapa sifat mekanik dari material baja yaitu
 Modulus elastisitas E = 200.000 Mpa
 Modulus geser = 800.000 Mpa
 Angka poisson = 0,30
 Koofisien muai panjang = 12 x 10−6 / ˚C
Sedangkan berdasarkan tegangan lelelh dan tegangan putus SNI 03-1729-2015
mengklasifikasikan mutu dari material baja menjadi 5 kelas mutu sebagai berikut :

Sumber : (SNI 03-1729-2015)


Dalam perencanaan struktur baja untuk desain ini menggunakan mutu baja BJ 41 dengan:
fu = 410 Mpa

3
fy =250 MPa

2.3 Kombinasi Pembebanan


Menurut peraturan baja Indonesia SNI 03-1729-2015 pasal 6.2.2 mengenai pembebanan,
harus di perhatikan jenis- jenis kombinasi pembebanan berikut :
a. 1,4 D
b. 1,2 D + 1,6 L+ 0,5 (La atau H)
Dengan :
D = beban mati yang mengakibatkan oleh berat kontruksi permanen, termasuk dinding, lantai
atap, plapon partisi tetap.
L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, tetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin hujan dan dal lain-lain.
La =beban hidup atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja , peralatan dan
material.
H = beban hujan tidak termask genanganair.
W = beban angin.
E = beban gempa dengan ƔL = 0,5 ; L < 5 Kpa
ƔL = 1,0 ; L ≥ 5 Kpa

2.4 Batang Tarik


Batang tarik banyak di jumpai dalam struktur baja , seperti struktur jembatan, rangka
atap,menara transmisi dan lain-lain. Batang tarik angat efektif memikul beban. Batang tarik
dapat terdiri dari profil tunggal maupun tersusun.
Dalam pembentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa terhadap tiga
macam kondisi keruntuhan yang menentukan yaitu :
a. Leleh dari luas penamang kotor, didaerah yang jauh dari sambungan.
b. Fracture dari luas penampang efektif pada daerah sambungan.
c. Geser block pada sambungan
Berdasarkan SNI 03-1729-2015 pasal 10.1 komponen struktur yang memikul gaya tarik
aksial terfaktur harus memenuhi :
TU ≤ ∅ Tn

4
Dimana : ∅ Tn = kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai nilai terendah diantara
2 terendah diantara 2 perhitungan menggunakan harga-harga ∅ dan Tn di
bawah ini:
a. Bila kondisi leleh dari luas penampang kotor
Tn = Ag . fy
Dengan = Ag = luas penampang kotor (mm)
fy = kuat leleh material (Mpa)
b. Bila kondisi fracture dari luas penampang efektif pada sambungan
Tn = Ae . fu
Dengan : Ae = luas penampang efektif = U . An
An = luas penampang netto (mm)
U = koofisien reduksi
Fu = tegangan tarik putus
Dimana ∅ adalah factor tahanan yang besarnya:
∅ = 0,90 kondisi leleh
∅= 0,75 kondisi fracture
c. Kondisi geser block pada sambungan
Geser block merupakan sebuah elemen pelat tipis menerima beban tarik dan
disambungkan dengan alat pengencang dimana tahanan dari komponen tarik tersebut
ditentukan oleh kondisi batas sobek.
Jenis keruntuhan geser block :
1. Saat Fu .Ant ≥ 0,6 Fu . Anu yaitu geser leleh tarik fracture
Tn = 0,6 Fy . Agu + Fu .Ant
2. Saat Fu .Ant < 0,6 Fu . Anu yaitu geser fracture tarik leleh
Dengan : Agu = luas kotor akibat geser
Agt = luas kotor akibat tarik
Anu = luas netto akibat geser
Ant = luas netto akibat tatik
fu = kuat tarik (Mpa)
fy = kuat leleh (Mpa)
luas netto batang tarik tidak boleh lebih 85 % luas brutonya
An ≤ 0,8 . Ag

5
Jika gaya tarik disalurkan oleh las, maka aka nada 3 macam kondisi yang dijumpai :
1. Bila gaya trik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat, atau oleh
kombinasi memanjang dan melintang maka, : Ae = Ag.
2. Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja :
Ae = luas penampang yang disambung las (U=1)
3. Bila gaya tarik disalurkan keelemen pelat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi
bagian ujung ujung elemen :
Ae = U . Ag
Dimana : U = 1,00 untuk l ≥ 2w
U = 0,87 untuk 2w > l ≥ 1,5 w
U = 0,75 untuk 1,5w > l ≥ w
l = panjang las
w = jarak antar las memanjang ( lebar plat)
Garis berat ½ penampang WF

Gmbar 2.1 eksentrisitas sambungan 𝑥̅ untuk WF

Gambar 2.2 Sambungan las

2.5 Batang Tekan


Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris akibat beban
terfractur Nu. Menurut SNI 03-1729-2015 pasal 9.1 adalah:
Nu ≤ ∅c , Nn
Dengan : ∅c =0,85

6
Nu = beban terfractur
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur
= Ag . fcr
Adapun beban saat terjadi tekuk dipengaruhi oleh factor fungsi kelangsingan. Beban
tekuk kritis adalah :
𝜋 2 𝐸𝐼
Pcr = 𝐿2

Dengan : E = modulus elastisitas


I = momen inersia terhadap sumbu lemah
L = panjang batang

Komponen tekan yang panjang akan mengaklami keruntuhan elastic, sedangkan


komponen tekan yang cukup pendek dapat dibebani hingga leleh atau bahkan hingga
memasuki daerah penguatan regangan. Kekuatan kolom ditentukan :
𝜋 2 𝐸𝑡
Pcr = (𝐿/𝑟)2 . Ag = fcr . Ag

Tegangan kritis untuk daerah elastik, ialah :


𝑓𝑐𝑟 𝜋2 𝐸 1
= 𝑥2+ 𝑦 = λ 𝑐 2
𝑓𝑦

Sehingga :
λ 𝑓𝑦
λc=𝜋 √𝐸

Daya dukung nominal Nn struktur tekan dihitung :


𝑓𝑦
Nn = Ag . fcr = Ag . 𝑤

Dengan nilai w di tentuakn oleh λc yaitu :


 λc < 0,25 maka w = 1
1,43
 0,25 < λc < 1,2 maka w = 1,6−0,67 λc

 λc > 1,2 maka w = 1,25 λc²


untuk kuat tekan rencana akibat tekuk lentur torsi ∅n, Nn dari komponen struktur
tekan yang terdiri dari siku ganda tau berbentuk T, dengan elemen-elemen penampang
mempunyai rasio lebar tebal ( λr ) lebih kecil dari yang ditetapkan maka harus memenuhi:
Nu ≤ ∅n Nnlt
𝑓𝑐𝑟𝑦+𝑓𝑐𝑟𝑧 1−4 𝑓𝑐𝑟𝑦 .𝑓𝑐𝑟𝑧 .𝐻
fclt = ( ) (1 – √ )
2𝐻 (𝑓𝑐𝑟𝑦+𝑓𝑐𝑟𝑧) 2

7
Dengan :
𝐺𝐽
fcrz = ∆ 𝑟̅ ₒ²
𝐼𝑥 +𝐼𝑦
𝑟̅ ₒ² = + Xₒ + Yₒ
𝐴
𝑋ₒ²+𝑌ₒ²
H =1–( )
𝑟̅ ₒ²

Dengan : 𝑟̅ ₒ² = jari-jsri girasi polar terhadap pusat geser.


Xₒ, Yₒ = koordinat pusat geser terhadap titik berat.

2.6 Rangka Kuda-kuda


Kontruksi kuda-kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan member bentuk pada atap. Kuda
kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap dan struktur kuda-kuda termasuk
klasifikasi struktur frame work.

2.7 Sambungan Kuda-kuda


Sambungan las adalah sambungan antara 2 logam dengan cara pemanasan, dengan
atau tanpa logam pengisi. Sambungan terjadi pada kondisi logam dalam keadaan plastis atau
leleh. Sambungan las banyak digunakan pada kontruksi baja , keteluap dan tangki.

8
1. Sambungan sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan
ketebalan yang sama atau hampir sama. Keuntungan utama sambungan ini adalah
menghilangkan ekstren trisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam
gfambar 2.3 (b). bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full
penetration groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum
dan biasanya ebih estetis dari pada sambungan bersususn. Kerugian utamanya adalah ujung
yang akan disambungkan biasanya harus disiapka secara khusus ( diratakan atau di iringkan)
dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan ,
dan potongan yang akan disambung harus diperinnci dan dibuat secara teliti. Akibatnya,
kebanyakan sambungan sebidang di buat dibengkel yang dapat menggontrol proses
pengelasan dengan akurat.
2. Sambungan tegak
Sambungan tegak merupakan jenis yang paling umum sambungan ini memiliki 2
keuntungn utama :
 Mudah disesuaikan.
Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam pembuatannya
bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser
untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian
panjang.
 Mudah disambung.
Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus dan
biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan
menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun
di lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit
(diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-
potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat
ditinggalkan atau dibuka kembali setelah dilas.
 Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk
menyambung plat yang tebalnya berlainan.
3. Sambungan tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil
T, profil 1, gelangan plat( palt girder) pengaku tumpuan atau penguat samping ( bearing

9
stiffener), penggantug, konsol (brocket). Umumnya potongan disambung embentuk sudut
tegak lurus seperti pada gambar 2.3 (c). jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam
pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut
maupun las tumpul.
4. Sambungan sudut
Sambungan sudut diaka terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat
seperti yang digunakan untuk kolom balok yang memikul momen putir yang besar.
5. Sambungan sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga
agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran
(alignment) awal.

Keunggulan dibandingkan dengan sambungan lainnya:


1. Lebih murah dan lebih ringan
2. Tidak ada pengurangan luas penampang
3. Permukaan sambungan bisa dibuat rata
4. Bahaya terhadap korosi kurang
5. Mudah pembersihannya
6. Tampak lebih bagus

Kekurangan:
1. Hanya untuk logam sejenis
2. Terjadi perubahan struktur material pada daerah HAZ
3. Pengelasan dilapangan lebih sukar dari sambungan keling/baut
4. Sambungan Cendrung melengkung

10
11

Anda mungkin juga menyukai