Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Mitra Teknik Sipil

EISSN 2622-545X
Vol. 2, No. 3, Agustus 2019:hlm 237-244

ANALISIS KEGAGALAN WHITMORE SECTION DAN BLOCK SHEAR PADA PELAT


BUHUL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Yoses Riadi1 dan Leo S. Tedianto2

1
Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta
Email: yosesriadi@gmail.com
2
Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta
Email: leotedi@gmail.com

ABSTRAK
Pada saat menentukan kepasaitas tarik pelat buhul, Geser Blok seringkali menjadi kriteria kegagalan
yang paling umum terjadi. Namun, dalam SNI 1729-2015, tersebut pada catatan dalam bagian J4-1
bahwa elemen tarik diusulkan untuk diperiksa juga terhadap kapasitas Penampang Whitmore. Pada
sebuah pelat buhul yang diberi gaya tarik, didapati bahwa tidak seluruh luasan pelat buhul efektif
menerima distribusi gaya tarik. Penampang Whitmore merupakan salah satu hasil prediksi luasan
pelat efektif yang menerima gaya tarik tersebut. Analisis yang dilakukan pada skripsi ini
membandingkan kedua jenis kegagalan ini pada beberapa kasus model pelat buhul yang disambung
menggunakan baut apabila diberikan beban tarik. Metode Elemen Hingga, dibantu dengan
menggunakan perangkat lunak ABAQUS, digunakan dalam analisis ini untuk mendapatkan kegagalan
kasus yang dimodelkan kedalamnya. Kemudian akan dibandingkan kapasitas tarik pelat buhul
menurut kriteria Penampang Whitmore, Geser Blok, dan Metode Elemen Hingga. Hasil yang didapat
menyatakan bahwa kriteria Penampang Whitmore terbukti terlalu konservatif untuk pelat buhul yang
disambung dengan 2 hingga 5 baris baut. Sebaliknya untuk sambungan dengan baris baut lebih dari 9,
kapasitas prediksi Penampang Whitmore jauh melebihi angka kegagalan sesungguhnya. Skripsi ini
menyimpulkan bahwa perhitungan Penampang Whitmore tidak relevan apabila kapasitas Geser Blok
sudah diperhitungkan yang terbukti lebih mendekati kenyataan kegagalan struktur.
Kata kunci: Pelat Buhul, Penampang Whitmore, Geser Blok, Metode Elemen Hingga, ABAQUS

1. PENDAHULUAN
Gusset Plate atau pelat buhul sudah tidak asing lagi digunakan sebagai komponen penyambung dua atau lebih profil
pada suatu struktur baja. Pada suatu sambungan batang tarik dengan baut, terdapat beberapa komponen yang
menyusun sambungan tersebut : batang tarik itu sendiri, pelat buhul yang menyambungnya, serta baut sebagai
komponen penyambung. Dalam menghitung kapasitas suatu sambungan baut, ada beberapa kegagalan yang perlu
diperhatikan untuk diperiksa. Pertama dari batang tarik perlu diperiksa kapasitas leleh dan fraktur dari profil batang
tarik terhadap luas penampang bersih dan kotornya. Kemudian juga diperiksa terhadap pola kegagalan geser blok
dari batang tarik tersebut. Kedua, kuat tumpu baut yang diperiksa terhadap kegagalan geser. Dan terakhir pelat
buhul itu sendiri diperiksa terhadap kegagalan geser blok dan kapasitas leleh penampangnya.
Penampang Whitmore dapat didefinisikan dengan cara menggambar garis 30˚ dari pasangan baut terluar ke arah
dalam hingga berpotongan dengan perpanjangan garis dari pasangan baut terdalam. Garis yang terbentuk pada
bagian terdalam baut disebut dengan Whitmore effective width (Ww). Sehingga penampang Whitmore terbentuk dari
lebar Whitmore efektif dikali dengan tebal pelat buhul.

237
Analisis Kegagalan Whitmore Section dan Block Shear pada Pelat Yoses Riadi, et al.
Buhul menggunakan Metode Elemen Hingga

Gambar 1 Ilustrasi Penampang Whitmore (ascelibrary.org)


Sebagaimana dideskripsikan, penampang Whitmore merupakan metode untuk memperkirakan tegangan tarik elastis
maksimum suatu pelat buhul. Metode ini sudah mulai dipergunakan pada akhir tahun 1970an, namun Penampang
Whitmore tidak disebut secara eksplisit pada AISC hingga pada edisi tahun 2010 dalam bentuk User Note pada
Section J4.1 . Menurut Kulak et al (2001:253), suatu pelat buhul harus diperiksa terhadap kegagalan Penampang
Whitmore dan geser blok. Hal ini disebabkan oleh konfigurasi pemasangan baut yang berbeda, dapat menghasilkan
kegagalan struktur yang berbeda.
Metode Elemen Hingga (MEH) merupakan sebuah metode numerik untuk memecahkan masalah teknik dan fisika
matematika (Logan,2012:1). Analisis ini dilakukan dengan cara mendiskritisasi sebuah penampang menjadi elemen-
elemen kecil yang saling terhubung. Semakin kecil diskritisasi elemennya, akan semakin akurat dan aktual nilai
yang dihasilkan dari hasil analisis. Analisis menggunakan Metode Elemen Hingga digunakan untuk mendapat
displacement titik pertemuan antar-elemen yang kemudian akan didapat besarnya tegangan yang terjadi pada
potongan atau titik nodal elemen yang ditinjau.
Penelitian ini memaparkan hasil studi numerik dengan bantuan perangkat lunak berbasis Metode Elemen Hingga
(ABAQUS) terhadap indikasi kegagalan Whitmore dan/atau geser blok pada pelat buhul yang disambung dengan
batang tarik. Prediksi kekuatan hasil Metode Elemen Hingga akan juga dibandingkan dengan hasil analisis kapasitas
leleh Penampang Whitmore dan juga kegagalan Geser Blok berdasarkan SNI 1729-2015. Kemudian, dari
pembacaan tegangan Von Mises, akan ditentukan tipe kegagalan struktur apakah merupakan kegagalan Penampang
Whitmore atau Geser Blok.

Geser Blok
Geser Blok merupakan suatu kegagalan struktur dimana potongan suatu sambungan mengalami kegagalan geser dan
tarik seperti ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini. Sehingga sambungan tipe geser dengan jumlah baut relatif
banyak dan ditempatkan berkelompok perlu dievaluasi sendiri. Dari bentuk keruntuhan yang terjadi, pada potongan
blok terlihat ada bagian potongan yang tertarik (tegangan tarik) dan ada pula bagian potongan yang tergeser
(tegangan geser).

Gambar 2 Ilustrasi kemungkinan keruntuhan geser blok (Dewobroto,2015)


Kapasitas sambungan terhadap Geser Blok dihitung menggunakan rumus :
Rn = 0.6 Fu Anv + Ubs Fu Ant< 0.6 Fy Agv + Ubs Fu Ant (1)
Dimana
Fu = kuat tarik minimum pelat sambungan (MPa)
Fy = kuat leleh minimum pelat sambungan (MPa)
Anv = luas netto potongan mengalami gaya geser, yaitu garis batas blok searah gaya (mm2)

238
Jurnal Mitra Teknik Sipil
EISSN 2622-545X
Vol. 2, No. 3, Agustus 2019:hlm 237-244

Agv =luas utuh potongan mengalami gaya geser, yaitu garis batas blok searah gaya (mm2)
Ant = luas netto potongan mengalami gaya tarik, yaitu garis batas blok tegak lurus gaya (mm2)
Ubs = untuk tegangan tarik merata (uniform) Ubs=1 dan tidak merata Ubs=0.5

Namun dalam penelitiannya, Teh dan Deierlein (2017) mengemukakan sebuah rumusan perhitungan geser blok
yang tepat dan telah diuji coba terhadap 161 spesimen pelat buhul.
Rn = Fu Ant + 0.6 Fu Aev
2(𝑛 −1)
= 𝐹𝐹 �(𝑛𝑙 − 1)(𝑔 − 𝑑ℎ ) + 1.2 �(𝑛𝑟 − 1)𝑝 + 𝑒𝑙 − 𝑟 𝑑ℎ �� 𝑡 (2)
4
Dimana
t = tebal pelat buhul (mm)
n l= jumlah baris baut sejajar arah gaya
nr= jumlah baris baut tegak lurus arah gaya

Whitmore Section
Kulak et al (2001:244) mengatakan bahwa desain pelat buhul telah lama didasarkan pada metode analisis sederhana.
Kekuatan sederhana dari analisis bahan atau aturan spesifikasi digunakan. Analisis semacam itu didasarkan pada
asumsi, dan kecukupannya tidak sepenuhnya diketahui. Whitmore menyimpulkan bahwa tegangan normal
maksimum pada ujung komponen dapat diperkirakan secara memadai dengan mengasumsikan bahwa kekuatan
komponen didistribusikan secara seragam pada area efektif material pelat. Area ini diperoleh dengan mengalikan
ketebalan pelat dengan panjang efektif. Panjang efektif diperkirakan dengan membangun garis 30 ° dari
pengencang luar di baris pertama ke persimpangan mereka dengan garis tegak lurus terhadap garis aksi beban
eksternal dan melewati baris bawah pengencang, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.14.
Sehingga kapasitas penampang tarik Whitmore dapat dirumuskan dalam formulasi sebagai berikut :
Rn = Fu Ae = Fu Ww t (3)
= Fu [(nl – 1)(g – dh) + {2(nr – 1)p tan 30° - dh}] t (4)
Dimana
t = tebal pelat buhul (mm)
nl= jumlah baris baut sejajar arah gaya
nr= jumlah baris baut tegak lurus arah gaya

Gambar 3 Ilustrasi perhitungan kapasitas kegagalan a) Geser Blok dan b) Penampang Whitmore

2. METODE ELEMEN HINGGA


Elemen dua dimensi sangat penting untuk analisis tegangan bidang (plane stress), yang mencakup masalah seperti
pelat berlubang, fillet, atau perubahan geometri lain yang dimuat dalam bidangnya sehingga menghasilkan
konsentrasi tegangan lokal, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Persoalan Plane Stress a) pelat berlubang b) fillet (Logan,2011)

239
Analisis Kegagalan Whitmore Section dan Block Shear pada Pelat Yoses Riadi, et al.
Buhul menggunakan Metode Elemen Hingga

Pemodelan pada skripsi ini menggunakan elemen 2 dimensi plane stress dikarenakan struktur merupakan elemen
tipis yang dapat diasumsikan tidak memiliki out-of-plane stress (𝜎𝑧 = 0) namun regangannya dapat diakomodir
dengan nilai rasio Poisson material. (𝜀𝑧 ≠ 0).

Langkah-langkah pemodelan struktur menggunakan program ABAQUS


Berikut akan dijelaskan langkah-langkah beserta asumsi yang diambil dalam pemodelan struktur (model kasus M7)
menggunakan program ABAQUS.
1. Part
Pada bagian Part dilakukan pembuatan profil pelat buhul. Diambil model 2D, deformable, shell. Kemudian
penampang digambar sesuai dengan sketsa model .

Gambar 5 Tampak pemodelan penampang


2. Property
Pada bagian property dimasukkan sifat-sifat dari material penampang. Karena material yang digunakan
adalah baja BJ41, maka sifat yang di-input adalah sebagai berikut :
Density : massa jenis baja dimasukkan 7.8 x 10-9 tonne/mm3
Elastic : Young’s Modulus 200000MPa dan Poisson Ratio 0.3
Plastic : non-linearitas material disederhanakan dengan mem-plot stress-strain curve yang
disederhanakan. Ketika tegangan mencapai fy=250MPa, kondisi masih elastis tanpa regangan plastis. Namun
dari fy hingga mencapai fu=410MPa, material terelongasi sebesar 18%.

Gambar 6 Properti Penampang

240
Jurnal Mitra Teknik Sipil
EISSN 2622-545X
Vol. 2, No. 3, Agustus 2019:hlm 237-244

3. Step
Pada bagian step, dipilih metode perhitungan Static Riks , karena metode perhitungan ini memungkinkan
penambahan beban secara berkala hingga mencapai keruntuhan dengan memperhitungkan non-linearitas
bahan yang sudah didefine sebelumnya di bagian properties-plastic. Fungsi Nlgeom (non-linear geometry)
harus diaktifkan untuk dapat memperhitungkan non-linearitas material.

Gambar 7 Kotak dialog step manager

4. Load
Pada bagian ini, didefinisikan boundary condition dan gaya yang bekerja. Pemodelan yang dilakukan adalah
membalik posisi restrain dengan load pada pelat buhul. Sehingga pada daerah setengah lubang baut diberi
strain-encastred, dan pada bagian bawah pelat yang seharusnya terjepit diberi gaya pressure sebesar 1
N/mm2.

(a) (b) (c)

Gambar 8 Kotak dialog a)edit boundary condition ,b) edit load


c) model setelah diberi gaya dan syarat batas
5. Mesh
Untuk mesh dipilih elemen Q4 (S4R), pertama dilakukan penanaman nodal-nodal elemen dengan batasan
ukuran maksimal 35mm.

Gambar 9 Tampak meshing model kasus M7

3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Gambar 10 merupakan suatu sambungan dimana terdapat pelat buhul yang diberi tahanan gaya pada satu sisi
ditarik oleh sebuah batang tarik. Gaya tarik dari profil batang tersebut disalurkan melalui distribusi gaya pada baut,
barulah gaya tersalurkan kepada pelat buhul melalui baut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kriteria

241
Analisis Kegagalan Whitmore Section dan Block Shear pada Pelat Yoses Riadi, et al.
Buhul menggunakan Metode Elemen Hingga

kegagalan dari pelat buhul tersebut ditinjau dari beberapa cara perhitungan kapasitasnya. Sehingga, hanya pelat
buhulnya saja yang akan dimodelkan pada software.

Gambar 10 Prototipe tipikal kasus


Dalam penelitian ini akan dicoba 9 kasus model pelat buhul yang memiliki jumlah lubang yang berbeda dan
dengan ukuran pelat yang menyesuaikan. Variabel jumlah baut dibahas untuk melihat trend dari ragam kegagalan
yang terjadi pada pelat buhul ketika ukuran pelat buhul semakin membesar akibat jumlah baut yang semakin
bertambah. Untuk setiap spesimen, ditentukan beberapa batasan antara lain : ketebalan pelat (tp) diambil 10 mm,
lubang baut (dh) sebesar 20 mm, jarak baut ke tepi (e) sejauh 30 mm dari titik pusat baut, jarak antar baut (p) sejauh
60 mm antara titik pusat baut, dan lebar pelat buhul disesuaikan sekitar 120 mm lebih besar dari kebutuhan lebar
Whitmore efektifnya. Sehingga ditentukan spesimen pelat buhul sebagai berikut :

Tabel 1 Ukuran spesimen pelat buhul

Gambar 11 Kasus model M2-M10


Setelah melakukan seluruh perhitungan kapasitas, berikut pada gambar 12 dan gambar 13 serta tabel 2,
ditampilkan kontur tegangan, rangkuman tabel kapasitas pelat buhul, dan grafik perbandingan kapasitas model.

242
Jurnal Mitra Teknik Sipil
EISSN 2622-545X
Vol. 2, No. 3, Agustus 2019:hlm 237-244

Gambar 12 Kontur tegangan von mises model M2-M10

Tabel 2 Perbandingan Kapasitas Pelat Buhul

Perbandingan Kapasitas Model


3000
2500
Kapasitas (KN)

2000
1500
1000
500
0
M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10
Kasus

Whitmore Capacity Block Shear Capacity


FEM Capacity

Gambar 13 Grafik perbandingan kapasitas model

243
Analisis Kegagalan Whitmore Section dan Block Shear pada Pelat Yoses Riadi, et al.
Buhul menggunakan Metode Elemen Hingga

Dengan membandingkan hasil kapasitas teoritis Penampang Whitmore dengan Geser Blok saja, setidaknya didapat 2
daerah :Daerah pertama dimulai dari indeks M2 sampai M6 dimana kapasitas Penampang Whitmore lebih rendah
daripada Geser Blok. Berarti kapasitas Penampang Whitmore seharusnya menentukan kegagalan struktur. Daerah
kedua dari indeks M7 sampai M10 menyatakan bahwa kapasitas Geser Blok lebih rendah daripada Penampang
Whitmore. Berarti seharusnya kapasitas Geser Blok yang menentukan kegagalan struktur.
Namun menurut hasil analisis Metode Elemen Hingga, didapati bahwa ternyata pada daerah pertama kegagalan
geser blok yang menentukan. Hasil prediksi MEH bahkan menghitung rata-rata 12% lebih tinggi daripada kapasitas
Geser Blok. Dapat dilihat dari kontur tegangan von mises bahwa memang indikasi kegagalannya adalah Geser Blok.
Dan pada daerah kedua pun kapasitas Geser Blok memang menentukan kegagalan. Prediksi MEH berdeviasi sekitar
6% dari kapasitas Geser Blok yang dihitung secara manual.
Hasil yang didapat sejalan dengan jurnal acuan Whitmore Section Tension and Block Shear oleh Matthew D. Elliot
dan Lip H.Teh . Mereka juga mendapatkan kesimpulan untuk pelat buhul dengan baris baut kurang dari 7, analisis
penampang Whitmore terlalu konservatif. Dan untuk baris baut lebih dari 7, analisis Whitmore mengestimasi
kekuatan pelat buhul secara berlebihan.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan baik secara teoritis ataupun numerik menggunakan Metode Elemen
Hingga dengan bantuan software, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perhitungan penampang Whitmore tidak menentukan kegagalan struktur pelat buhul yang disambung dengan
baut. Ragam kegagalan yang terjadi pada seluruh model elemen hingga yang dibuat adalah akibat geser blok
dan bukan robeknya penampang Whitmore.
2. Hasil dari analisis MEH mendekati hasil perhitungan kapasitas geser blok dengan persentase kesalahan rata-
rata 9.7%. Hal ini menunjukkan bahwa pemodelan pada studi kasus ini cukup mendekati dengan kondisi
sesungguhnya sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
Saran
Berdasarkan proses pengerjaan dan studi kasus ini, ditemukan beberapa hal yang bisa diperbaiki. Oleh karena itu,
penulis memberikan saran untuk studi selanjutnya antara lain :
1. Dapat dilakukan variasi lebar lubang baut pada pelat buhul
2. Dapat dicoba dilakukan analisis dengan posisi boundary condition dan loads yang sesuai dengan kenyataan
dan tidak ditukar seperti yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
3. Pengerjaan analisis lebih tepat lagi dalam analisis 3D dengan memodelkan sambungan secara keseluruhan
(batang tarik, baut, dan pelat buhul)
4. Pemodelan elemen dicoba dengan kondisi terjepit pada 2 sisi seperti pada braced frame dan tidak hanya pada
1 sisi seperti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
AISC. (2010). “Specification for Structural Steel Buildings, ANSI/AISC 360-10”. American Institute of Steel
Construction, Chicago, Illinois.
Badan Standarisasi Nasional 2015.SNI.03-1729-2015: Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural,
Indonesia.
Dewobroto,Wiryanto.(2015). “Struktur Baja Perilaku, Analisis & Desain”. Jakarta:Lumina Press
Elliot, M.D. and Lip H. Teh. (2018). “Whitmore Tension Section and Block Shear”. ASCE
Higgins, Christopher, A. Ekin Senturk and O. Tugrul Turan.2010. ”Comparison of Block-Shear and Whitmore
Section Methods for Load Rating Existing Steel Truss Gusset Plate Connection”. ASCE
Kulak, G. L., J. W. Fisher, and J. H. A. Struik. (2001). Guide to design criteria for bolted and riveted joints. 2nd ed.
Chicago: AISC.
Logan, D. L. (2012), A First Course in the Finite Element Method. 5th ed., Nelson, Canada.
Schulitz,H.C., W. Sobek, K.J. Habermann. (2000). Steel Construction Manual. Birkhauser, Germany.

244

Anda mungkin juga menyukai