4 – 1 PENDAHULUAN
4 – 4 EFEK PANJANG
4 – 1 PENDAHULUAN
Penentuan ukuran elemen struktur tarik meruapakan salah satu masalah yang paling
sederhana yang sering dijumpai oleh perencana structural. Sekalipun demikian, perencana
harus berhati-hati dalam desain dan pendetailan hubungan (connections) elemen struktur.
Telah banyak kegagalan structural yang diakibatkan oleh buruknya detail titik hubung elemen
struktur tarik. Elemen struktur tarik tidak menimbulkan masalah stabilitas seperti pada balok
dan kolom. Beban tarik yang bekerja pada sumbu longitudinal elemen cenderung cenderung
menahan elemen itu pada garis longitudinal. Jadi elemen tarik pada umumnya tidak
memerlukan bracing yang biasanya diasosiasikan pada balok dan kolom. Eemen struktur tarik
kurang redundan dan potensinya untuk runtuh secara tiba-tiba hanya dapat terjadi apabila ada
ketidakcukupan, misalnya pelemahan di titik hubung.
Yang paling penting diperhatikan dalam pemilihan elemen struktur tarik adalah
pemilihan konfigurasi penampang melintang sehingga titik-titik hubungnya akan sederhana
dan efisien. Titik hubung itu juga harus dapat meneruskan beban ke elemen strukturnya dengan
eksentrisitas sekecil mungkin.
Rangka ini dikekang pada bidang horizontal dan vertical dengan siku baja pada
structural. Batang-batang siku itu dibalut pada plat buhul yang dilas pada balok. (atas
izin American Hop Dip Galvanizers Association)
Contoh-contoh elemen struktur tarik dapat dijumpai pada banyak struktur, misalnya pada
penggantung pada catwalk, pada struktur rangka batang, kabel untuk tumpuan atap, sag rods,
tie rods dan jenis berbagai jenis brace (pengekang).
Hampir semua profil baja structural gilas panas dapat digunakan sebagai elemen struktur
struktur tarik, elemen bracing kecil dapat berupa batang baja bulat berulir atau elemen
fleksible, misalnya kabel atau kawat. Siku tunggal, siku rangkap, bentuk t dank anal juga dapat
digunakan sebagai elemen struktur tarik. Batang pada rangka batang besar dapat terdiri atas
profil-profil W selain juga dapat terdiri atas elemen tersusun. Jembatan gantung pada keadaan
tertentu dapat ditumpu pada rantai yang terdiri atas plat-plat panjang berpenampang segiempat
yang ujung-ujungnya diperbesar agar sendi-sendi baja berdiameter besar dapat digunakan pada
hubungan tersebut. Elemen struktur yang dihubungkan sendi ini dibahas pada AISC, Bab
1.5.1.1. rantai batang mata (eye-bar chains) telah banyak digantikan dengan kabel baja jalinan
kawat (multiwire) secara lebih efisien, baik yang dibentang ditempat ataupun yang
prefabricated.
keruntuhan di sepanjang garis pada gambar 4-1(a). jadi luas neto yang dimaksud yang
diperlihatkan pada arsir pada gambar 4-1(b):
An = (luas bruto) – (luas lubang)
= bt – 2(dht)
dimana b dan t adalah lebar dan tebal plat dan dh adalah diameter lubang untuk maksud
analisis. Pada Bab 2-11 buku ini disebutkan diameter lubang untuk maksud analisis adalah 1/8”
lebih besar daripada diameter alat penyambung (AISC, Bab 1.14.4).
Rumus tegangan langsung dapat digunakan untuk elemen struktur homogen yang
dibebani aksial tarik. Penggunaannya didasarkan atas asumsi bahwa tegangan tarik terdistribusi
secara merata pada potongan neto elemen tarik, tidak peduli dengan adanya pemusatan
tegangan besar yang mungkin terjadi disekitar lubang elemen struktur tarik. Baja structural
yang umum digunakan biasanya cukup daktil hingga elemen struktur itu dapat mengalami leleh
dan redistribusi tegangan. Hal ini akan mengakibatkan distribusi tegangan yang merata pada
saat beban batas.
Tegangan tarik izin Ft memperhitungkan adanya dua jenis kegagalan. Yang pertama, elemen
struktur gagal (hancur) pada luas neto terkecil seperti terlihat pada gambar 4-1. ini adalah cara
pendekatan klasik dalam analisi elemen struktur tarik. Untuk jenis kegagalan ini , AISC Bab
1.5.1.1 menyatakan bahwa Ft =0,50Fu dimana Fu adalah kekuatan tarik minimum yang
dispesifikasikan untuk baja tersebut. Cara kedua, elemen struktur tarik dapat mengalami leleh
pada luas brutonya tanpa terjadi kehancuran. Perpanjangan yang berlebihan pada elemen
struktur tarik adalah yang tidak diinginkan, yang biasanya dapat menyebabkan deformasi besar
pada struktur dan dapat menyebabkan keruntuhan bagian laindari system strukturalnya. Untuk
jenis kegagalan demikian AISC, Bab 1.14.5, batang bulat berulir atau elemen struktur fleksibel
seperti kabel dan jalinan kawat. Kapasitas beban tarik aksial elemen tersebut didasarkan atas
yang terkecil di antara kedua harga beban izin.
Contoh 4-1
Carilah kapasitas beban tarik aksial Pt untuk elemen struktur tarik yang tumpang tindih
danberbuat seperti gambar 4-2. baut yang digunakan berdiameter ¾” dan material plat
baja A36 (Fu = 58 - 80 ksi dari AISCM, bagian 1, table 1). Anggap bahwa baut itu
sudah cukup dan tidak menentukan kapasitas tarik.
Solusi:
Pt = Ft An atau A Ft Ag
Berdasarkan luas netto, dengan meninjau keruntuhan melintang melalui lubang A, B dan C
dalam gambar 4-2:
An = Ag – Aholes
7 3 1 7
= (12) 3 14.10in 2
16 4 8 16
Pt = Ft. An = (0.50Fu ) An
Dengan menggunakan batas bawah dari selang Fu (konservatif):
Pt = 0.50(58)(14.10) = 118.9 kips
Dengan demikian kapasitas elemen struktur tarik ini adalah 115.5 kips yang ditentukan oleh
lelehnya luas bruto.
Dalam contoh 4-1, luas netto kritis dimana keruntuhan dapat secara logis terjadi mudah
ditentukan. Dalam banyak keadaan lain, susunan baut dapat menyebabkan garis keruntuhan
tidak melintang, tetapi mempunyai bentuk seperti terlihat pada gambar 4-3. situasi ini dapat
terjadi apabila alat penyambung diatur untuk mengakomodasikan ukuran atau bentuk titik
hubung yang diinginkan. Perhatikan bahwa dalam gambar 4-3 ada dua garis keruntuhan yang
melintasi lebar plat yang masing-masing dapat didefinisikan dengan garis ABCD dan ABE.
Jarak antara lubang-lubang yang tegaklurus terhadap sumbu longitudinal didefinisikan dengan
gage distance g dan jarak antar lubang-lubang yangs ejajar dengan sumbu longitudinal disebut
pitch atau spacing, s. untuk harga s yang lebih besar, garis ABE akan merupakan garis
keruntuhan yang lebih kritis (karena luas neto yang lebih kecil). Untuk harga s kecil, garis
ABCD akan lebih kritis.
Pada kenyataannya, baik gage maupun pitch mempengaruhi masalah ini. Suatu kombinasi
antar tegangan tarik dan geser dapat terjadi pada garis miring BC dari garis keruntuhan ABCD.
Adanya interaksi antar kedua jenis tegangan ini merupakan masalah teoritis yang cukup rumit.
AISCS menggunakan metode analisis yang disederhanakan untuk situasi ini, yaitu yang
didasarkan atas studi dan observasi V.H Cochrane da T.A Smith pada awal abab kedua puluh. 1
AISCS Bab 1.14.2.1 menyatakan bahwa apabila garis keruntuhan mengandung garis-garis
diagonal, lebar neto bagian tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan lebar brutodari
diameter semua lubang disepanjang garis keruntuhan dan untuk setiap garis diagonal
menambahkan besaran:
s2
4g
dimana s dan g adalah besaran yang telah didefinisikan di atas. Jadi untuk lebar netto w kita
dapat menuliskan ekspresi:
s2
wn wg d h
4g
dimana wg menunjukan lebar bruto. Rumus diatas untuk wn akan lebih sederhana apabila
digunakan pada elemen struktur yang tebalnya constant. Apabila rumus itu dikalikan dengan
tebal t, akan menjadi:
s 2t
wn t wg t d h t
4g
Atau, karena wnt = An dan wgt = Ag, maka:
s 2t
An Ag d h t
4g
Rumus terakhir untuk An ini sangat berguna karena rumus ini memberikan luas neto secara
langsung dan juga dapat diterapkan pada elemen struktur yang tidak mempunyai tebal constant
(misalnya kanal). Dalam menentukan luas neto kritis dimana terdapat banyak garis keruntuhan
yang mungkin, tentu saja luas neto kritis yang harus dipakai adalah luas netto terkecil.
Contoh 4-2:
Tentukan lebar netto kritis wn untuk plat yang terlihat pada gambar 4-4. penyambung
yang digunakan adalah baut berdiameter 1 in.
s2
wn wg d h
4g
Untuk maksud ilustrasi, disini ditinjau semua garis keruntuhan yang mungkin. Dari segi
kepraktisan, beberapa diantaranya secara sepintas dapat segera diketahui tidak kritis.
Perhatikan bagaimana masing-masing garis keruntuhan disebutkan dengan
menggunakan huruf. Untuk maksud analisis, diameter lubang dn = (1+1/8) in = 1,13 in.
Dengan demikian, lebar neto kritis untuk plat ini adalah 9,19 in. luas neto kritis dapat
diperoleh dengan mengalikan lebar tersebut dengan tebal plat.
Untuk mempersingkat perhitungan, sebagai aturan umum, potongan transversal yang
mempunyai lubang paling banyak harus dicek terlebih dulu. Selanjutnya cek setiap garis
potongan zigzag yang mempunyai lubang lebih banyak daripada lubang pada potongan
transversal tadi. Pada contoh 4-2 terlihat bahwa prosedur demikian akan memudahkan karena
kita tidak perlu mengecek garis-garis yang tidak kritis EFG, ABFG dan EFCD.
Akhirnya garis keruntuhan harus ditinjau secara logis dalam hal transmisi beban yang
melaluinya. Dalam gambar 4-5, elemen struktur tarik memikul beban beban P. setiap lubang
dapat dianggap meneruskan gaya P/3 ke elemen struktur penumpunya. Garis-garis keruntuhan
ABC, ABFG, DEBC dan DEBFG masing-masing akan memikul beban penuh P, sedangkan
garis keruntuhan DEFG hanya akan memikul 2P/3 karena gaya yang P/3 telah dipikul oleh
baut B.
kaki lainnya tidak ada tegangan (atau mungkin kecil sekali). Banyak studi yang telah dilakukan
membuktikan bahwa efek shear lag akan hilang apabila panjang hubungan diperbesar.
AISC Bab 1.14.2.2 memperhitungkan efek shear lag dengan menggunakn luas neto
efektif Aa. ini berlaku pada elemen struktur tarik yang dibebani aksial dimana beban diteruskan
oleh baut melalui sebagian dari penampang melintang elemen struktur. Luas neto efektif
dihitung dari
Ae = Ct An
dimana
An = luas neto elemen struktur tersebut
Ct = koefisien reduksi (lihat table 4-1)
Selain itu untuk plat-plat yang digunakan pada hubungan atau sambungan yang
mengalami gaya tarik, luas neto efektif harus diambil sama dengan luas neto actual, tetapi tidak
boleh lebih besar daripada 85% luas bruto. Dengan demikian, untuk plat pendek yang
mengalami tarik, Ct tidak berlaku dan
Ae = An (tidak melebihi 0,85Ag)
Untuk elemen struktur tarik yang tidak pendek, apabila semua elemen dihubungkan pada
elemen struktur yang menumpunya, maka Ae = An.
Contoh 4-3
Suatu batang tarik pada rangka batang dari profil W8 x 24 akan dihubungkan dengan
dua baris baut berdiameter ¾” pada masing-masing flensnya seperti terlihat pada
gambar 4-7. anggap bahwa ada tiga baut perbaris dan gunakan baja A36. carilah
kapasitas beban tarik Pt.
2
Untuk mencari Ct Ae = CtAn, pada table 4-1 kita gunakan kasus 1 apabila bf ≥ d:
3
2 2
d = (7,93) = 5,31 in
3 3
bf = 6,495 in > 5,31 in
2
jadi bf > d
3
Dengan demikian, Ct = 0,90 dan
Pt = 0,50 Fu Ct An
= 0,50 (58) (0,90) (5,68) = 148 kips
Untuk luas tarik ini, Pt = 148 kips, yang ditentukan oleh keruntuhan pada luas neto
terkecil.
Contoh 4-4
Carilah kapasitas beban tarik Pt untuk elemen struktur tarik siku rangkap yang terdiri
atas 2L5 x 5 x (3/4) seperti terlihat pada gambar 4-8(a) dan (b). baut yang digunakan
mempunyai diameter ¾” dan baja yang digunakan A36. anggap bahwa baut tersebut
cukup dan tidak menentukan kapasitas tarik.
Pt = ?
Pt = ?
Solusi: dengan menganggap bahwa setiap siku didatarkan pada satu plat seperti terlihat
pada gambar 4-8©, luas netto terkecil akan dapat dihitung. Perhatikan bahwa lebar
brutonya diambil sebagai jumlah lebar kaki profil siku dikurangi tebal siku sesuai
dengan AISCS Bab 1.14.3. luas neto terkecil dapat ditentukan dengan menghitung lebar
neto terkecil, dan mengalikannya dengan tebal siku. Diameter lubang, dn = ¾ + 1/8 =
7/8 = 0,875 in. jarak-jarak antar baut dapat dapat ditentukan dengan AISCM bagian 4.
22 22
EFBGH 9,25 – 3(0,875) + + = 7,2 in
4(1,75) 4(4,25)
Garis EFBGH secara sepintas jelas kurang kritis dibandingkan dengan garis EFBCD.
Lebar neto (terkecil) kritis adalah 7,2 in. Luas neto (terkecil) kritis untuk satu siku
adalah 7,2(0,75) = 5,4 in2. Karena ada dua siku, maka luas neto kritis adalah 5,4(2) =
10,8 in2.
Pt = 0,60FyAg = 22(13,9) = 306 kips
atau (berdasarkan luas neto)
Pt = 0,60FuAn = 0,50(58)(10,8) = 306 kips
Jadi, kapasitas batang tarik siku rangkap tersebut adalah 306 kips.
4 – 4 EFEK PANJANG
Seperti telah disebutkan pada awal bab ini, elemen struktur tarik tidak mengalami
masalah stabilitas dan tekuk yang biasa dialami oleh elemen struktur tekan dan balok.
Jadi,panjang hanya mempunyai peran minor. AISCS, Bab 1.8.4 memberikan batas atas untuk
angka (rasio) kelangsingan elemen struktur tarik. Kita ingat bahwa angka kelangsingan adalah
perbandingan antara panjang tak terkekang dan jari-jari girasi terkecil. Memenuhi batas-batas
yang diberikan AISCS tersebut tidak penting untuk integritas struktural elemen struktur tarik.
Bagaimana pun, hal ini akan dapat mempengaruhi tahanan elemen terhadap getaran, juga
kekakuan elemen selama peng-angkutan dan pelaksanaan. Batas-batas atas yahg
direkomehdasikan untuk angka kelangsingan kl/r adalah:
Di sini elemen struktur utama didefinisikan sebagai elemen struktur yang memikul
beban gravitasi, yang apabila runtuh dapat menyebabkan keruntuhan pada seluruh struktur atau
pada sebagian penting struktur. Elemen struktur sekunder didefinisikan sebagai elemen
struktur yang kurang penting, yang pada umumnya bukan memikul beban gravitasi, melainkan
beban lateral, misalnya beban angin. Kegagalan satu elemen struktur sekunder belum tentu
menyebabkan keruntuhan struktur karena biasanya elemen struktur sekunder itu redundan.
Batas atas yang disarankan mengenai l/r adalah anjuran, bukan keharusan, dan dapat
Contoh 4-5
Dalam Contoh 4—3, anggap bahwa batang tarik W8 x 24 mempunyai.panjang 20 ft.
Tentukan apakah angka kelangsingan batang itu memenuhi rekomendasi AISCS.
Solusi: Anggap bahwa batang tersebut merupakan elemen struktur utama, dan batas
maksimum yang dianjurkan adalah l /r = 240. Kita hitung l /r aktual. Gunakan jari-jari
girasi terkecil.
l 20 (12)
= =149 < 240 oke.
r 1,61
Perhatikan bahwa angka kelangsingan tidak mempunyai satuan. Karena r pada tabel
dicantumkan dalam satuan inci, maka l harus djkonversikan ke dalam inci.
4. Profil penampang melintang yang dapat memberikan hubungan sederhana, praktis, dan
ekonomis
Tiga yang pertama pada tinjauan di atas melibatkan masalah kekuatan dan kelang-
singan, dan dapat dengan mudah dihitung dengan menggunakan prinsip-prinsip yang telah
dibahas pada bab ini. Tinjauan terakhir mengharuskan adanya kecocokan elemen struktur
tersebut dengan bagian lain dari struktur di'mana elemen itu di-hubungkan. Hal ini umumnya
sangat membutuhkan kebijakan perencana. Desain aktual elemen struktur tarik (khususnya
pada rangka batang) harus didasarkan atas kondisi ujung yang diasumsikan. Sesudah elemen
struktur dipilih dan kondisi ujung didesain, desainnya harus dicek kembali.
Contoh 4-6
Suatu elemen struktur tarik siku rangkap BC akan digunakan sebagai batang-batang
pengisi pada suatu rangka batang ringan seperti terlihat pada Gambar 4—8. Beban
tariknya adalah 44 kips. Gunakan baja A36. Panjangnya 13,4 ft. Alat penyambung
yang digunakan adalah baut berdiameter 3/4 in. Baut tersebut digunakan untuk
menghubungkan kedua siku rangka dengan plat buhul yang tebalnya 3/8 in.
Diminta disain profil siku rangkap yang dibutuhkan untuk menahahan gaya batang
sebesar 44 kip.
Data Teknis :
Mutu baja A36 Fy = 36 ksi Fu = 58 ksi. ( lihat AISC manual )
Hubungan antara luas bruto dan luas netto akan bergantung pada tebal siku yang
pada saat ini belum diketahui.
Luas bruto perlu minimum berdasarkan leleh umum adalah
P P 44
Ag perlu = 2,00in 2
Ft 0,60 Fy 22
Anggap bahwa elemen struktur ini adalah elemen struktur utama, maka jari-
jari girasi minimum yang diperlukan dapat dihitung:
l /r maksimum = 240
13,4(12)
r perlu minimum = l /240 = = 0,67 in
240
Dari tabel AISCM mengenai besaran penampang siku rangkap, kita coba 2L2½ x2x¼ ,
di mana kaki panjang saling membelakangi (LLBB).
Ag = 2,13 in2 > 2,00 in2 oke
rx = 0,784 in. > 0,67 in. oke
Cek luas neto aktual (lihat Gambar 4-9):
1 7
An = 2,13 – 2 = 1,69 in2 < 1,79 in2 tidak dapat
4 8
1 7
An = 2,38 - 2 = l , 9 4 i n 2 > 1,79 in 2 oke
4 8
Ingat bahwa siku rangkap pada Contoh 4—6 dipasang dengan kaki panjang saling
membelakangi. Untuk kaki siku yang tidak sama, konfigurasi demikian akan meng-hasilkan
keseimbangan yang lebih baik di antara nilai-nilai radius girasi bagi sumbu x-x dan sumbu y-y.
Apabila panjang tak terkekang (unbraced) untuk kedua sumbu tidak sama, akan lebih
ekonomis jika kita memasang siku tersebut dengan kaki pendek saling membelakangi.
Menurut AISCS, tegangan tarik izin untuk batang berulir, yang bukan upset rods,
diambil sebesar 0,33FU, dan ini berlaku untuk luas nominal tak berulir batang tersebut (luas
yang dihitung dari diameter D dalam Gambar 4-10). Perhatikan AISCS, Tabel 1.5.2.1. Untuk
upset rods, ujung yang berulir harus mempunyai kekuatan lebih besar daripada bagian batang
yang tak berulir. Kapasitas di bagian ulir pada upset rods dihitung dari
Pt = FtAD = 0.33Fu AD
di mana AD adalah luas bruto ujung upset. Kapasitas bagian yang tak berulir (badan batang)
dihitung dari
Pt = FtAD = 060FyAD
dimana AD adalah luas bruto badan batang. Dengan demikian, kapasitas ujung upset dapat
dihitung dengan menggunakan rumus terakhir di atas.
Batang bulat tersedia untuk berbagai jenis baja yang umum digunakan dalam
konstruksi. Untuk memperoleh data mengenai ulir, pembaca dianjurkan untuk membaca data
alat penyambung berulir pada AISCM.
Dalam memilih batang berulir perlu diingat bahwa tidak ada rekomendasi angka
kelangsingan dari AISCS. Ada pedoman sederhana yang dapat digunakan, yaitu diameter
batang tidak dapat lebih kecil daripada 1/500 dari panjang batang. Diameter minimum batang
itu dibatasi pada 3/8 in. karena batang tarik dengan diameter lebih kecil akan mudah rusak
pada saat pelaksanaan. Selain itu, beban desain minimum untuk alat penyambung berulir (dan
juga untuk batang berulir) adalah 6 kips; de-mikianlah menurut AISCS, Bab 1.15.1.
Contoh 4-7
Suatu benda seberat 30 ton akan digantung pada tiga batang bulat berulir dari baja A36.
Tentukanlah diameter batang yang diperlukan, dan spesifikasikan ulir, yang diperlukan.
Solusi: Setiap batang akan memikul beban 10 ton (atau 20 kips). Luas badan nominal
tak berulir yang diperlukan (AD bruto) adalah:
P 20
A perlu = = = 1,04 in2
0,33Fu 0,33(58)
Dari AISCM, Bagian 4, data diameter berulir, dan berdasarkan luas bruto AD,
kita gunakan batang berdiameter 1¼ in. Untuk itu, ulir yang diperlukan adalah
1¼ - 7UNC 2A.
Contoh 4-8
Ulangi Contoh 4—7 dengan menggunakan upset rods. Tentukanlah ukuran batang yang
diperlukan dan diameter perlu untuk ujung upset tersebut. Spesifi-kasikan ulir yang
diperlukan.
Solusi: Luas badan nominal yang diperlukan (luas bruto A „) batang tersebut sebelum
pembesaran adalah:
P 20
A perlu = = = 0,91 in2
0,603Fy 22,0
Gunakan batang berdiameter 1,125 in. (AD - 0,994 in2). Pemilihan ujung upset akan
didasarkan atas kapasitas luas badan nominal di mana
0,60 (Fy) (0,994) = 22,0(0,994) = 21,9 kips
Luas yang diperlukan untuk ujung yang dibesarkan (luas bruto AD) adalah:
P 219
A perlu = = = 1,14 in2
0,603Fu 0,33(58)
Gunakan upset rod berdiameter 1¼ in. (A D = 1,227 in2). Ulir yang diperlukan sama dengan di
atas, yaitu 1¼—7 UNC 2A.
REFERENSI
William McGuire, Steel Structures, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J., 1968, h.
308-318
SOAL
• ' ' '
4-1. Hitunglah kapasitas tarik untuk elemen siku rangkap ini. Baut yang digunakan
berdiameter 7/8 in. dan bajanya adalah A36.
4-2. Hitunglah kapasitas tarik untuk hubungan ini. (Abaikan gese'r baut dan lentur pada
plat) Diameter baut adalah 7/8 in. dan baja A36.
4-3. Hitunglah luas neto untuk plat ini. Anggap bahwa baut yang digunakan ber-
diameter 3/4 in.
(a)
(b)
(c)
Problem 4-3
4-4. Hitunglah kapasitas tarik untuk plat baja A36 ini. Diameter baut yang diguna-kan
adalah 7/8 in.
4-5. Hitunglah kapasitas tarik untuk profil siku dan kondisi pada gambar ini. Gunakan
baja A36.
(a) L4 x 4 x l/2 dihubungkan dengan baut mutu tinggi berdiameter 3/4 in.
(b) L6 x 4 x (5/8) kaki pendek dihubungkan dengan baut mutu tinggi berdiameter
7/8 in.
4-6. Hitunglah kapasitas tarik untuk siku dan kondisi pada gambar ini. Gunakan baja
A36.
(a) L5 x 3 x (3/8) kaki panjang dihubungkan dengan baut mutu tinggi berdiameter
7/8 in.
(b) L6 x 4 x (5/8) kaki panjang dihubungkan dengan baut mutu tinggi berdiameter
3/4 in.
4-7. Suatu batang tarik pada rangka batang adalah profil W6 x 15 dan akan di-
hubungkan dengan dua baris baut berdiameter 3/4 in. pada setiap flens, seperti
terlihat pada Gambar 4—7. Anggap bahwa ada tiga baut per baris gage.
Gunakan baja A36. Hitunglah kapasitas tarik P .
4-8. Hitunglah kapasitas tarik untuk batang siku rangkap pada gambar ini. Gunakan
baut berdiameter 7/8 in. dan baja A36.
4-9. Hitunglah kapasitas tarik untuk batang siku rangkap pada gambar ini.
4-10. Hitunglah kapasitas tarik untuk elemen struktur utama kanal rangkap (2C10 x
20) pada gambar ini. Kanal itu saling membelakangi dengan jarak Vi in. dan
panjangnya 16 ft-0 in. Cek angka kelangsingannya. Gunakan baja A36.
4-15. Untuk rangka batang ini, batang DE terdiri atas 2L4 x 3 x 1/4. Semua titik
hubung dianggap sebagai sendi, dengan satu gads gage untuk baut mutu tinggi
berdiameter 3/4 in. Baja yang digunakan adalah A36, dan anggap bahwa di
setiap ujung batang DE ada tiga baut per garis gage. Apakah batang DE itu
cukup?
4-16. Tentukan apakah batang tarik siku rangkap dari baja A36 ini dapat menahan
gaya tarik 64 kips. Baut yang digunakan berdiameter 3/4 in.
4-17. Pilihlah profil W8 yang dapat menahan beban tank 120 kips. Elemen struktur
ini dari baja A36 dan mempunyai panjang 27 ft-0 in. Anggap bahwa elemen ini
utama dan titik hubungnya terdiri atas dua garis gage untuk baut berdiameter
3/4 in. per flens. Anggap bahwa terdapat minimum tiga baut per garis gage.
4-18. Pilihlah profil W yang dapat menahan beban tarik 250 kips. Gunakan baja A36.
Panjang elemen struktur tersebut 25 ft-0 in. Anggap bahwa elemen ini utama
dan titik hubungnya terdiri atas dua garisgage untuk baut berdiameter 3/4 in. per
flens. Anggap bahwa minimum ada tiga baut per garis gage.
4-19. Pilihlah batang tarik utama siku tunggal A36 teringan yang menggunakan baut
mutu tinggi berdiameter 7/8 in. Anggap bahwa hubungan ujungnya mempunyai
satu garis gage dengan minimum tiga baut per garis.
(a) Beban tarik = 55 kips, panjang = 10 ft—6 in.
(b) Beban tarik = 42 kips, panjang = 12 ft—0 in.
4-20. Ulangi Soal 4-19, tetapi untuk profil siku rangkap yang saling membelakangi
dengan jarak 3/8 in. Penampang melintangnya sama dengan yang ter-lihat pada
Soal 4-16.
4-21. Pilihlah tabung bujursangkar yang dapat dipakai sebagai elemen struktur tarik.
Gunakan baja A501 dengan Fy = 36 ksi. Beban tariknya 75 kips dari panjangnya
21 ft-0 in. Anggap bahwa elemen ini utama dan mempunyai kondisi ujung dilas.
4-22. Pilihlah elemen struktur tarik siku rangkap pada gambar ini yang dapat me-
nahan beban P = 180 kips. Gunakan baja A36 dan baut mutu tinggi berdiameter
7/8 in. Panjang elemen struktur tersebut,adalah 15 ft-0 in.
4-23. Pilihlah tie rod berulir yang mampu menahan beban tarik 15 kips.
(a) Gunakan ujung berulir standar.
(b) Gunakan ujung berulir yang diperbesar (upset threaded ends).
4-24. 4Suatu benda seberat 52 ton akan digantung pada tiga batang bulat berulir.
Pilihlah diameter yang cocok dan spesifikasikan ulirannya apabila baja yang
digunakan adalah A36.
4-25. Suatu batang bulat berulir harus memikul beban 17,5 kips. Batang tersebut
mempunyai panjang 15 ft-0 in. dan dari baja A36. Pilihlah diameter yang cocok
apabila:
(a) Digunakan ujung ulir standar.
(b) Digunakan ujung berulir upset.
4-26. Bracing menyilang akan digunakan untuk menstabilkan rangka baja seperti
tergambar. Pilihlah batang bulat berulir yang cukup dari baja A36 dan
spesifikasikan ulirnya. (Anggap bahwa digunakan hubungan sendi untuk balok
dan kolom.)