Anda di halaman 1dari 22

TUGAS BAJA II

“RANGKUMAN BALOK-KOLOM”

ANGGOTA KELOMPOK :

1. HARPIAN SURYA – 1507117600

2. MUHAMMAD AKBAR - 1507111763

2. ARIF RAHMAN – 1507122760

3. DEFRIZAL – 1507123593

4. FAUZAN – 1507123760

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
TEORI BALOK-KOLOM BAJA

A. Profil Wide Flange

Profil Wide Flange adalah profil berpenampang H atau I yang dihasilkan

dari proses canai panas (Hot rolling mill). Baja Profil WF-beam memiliki

dimensi tinggi badan (H), lebar sayap (B), tebal badan (t1), tebal sayap (t2)

merata dari ujung hingga pangkal radius (r) dengan penjelasan seperti pada

Gambar 1.

Gambar 1. Profil Baja Wide Flange.

B. Definisi Balok-Kolom

Suatu komponen struktur harus mampu memikul beban aksial (tarik/tekan)

serta momen lentur. Apabila besarnya gaya aksial yang bekerja cukup kecil

dibandingkan momen lentur yang bekerja, maka efek dari gaya aksial tersebut

dapat diabaikan dan komponen struktur tersebut dapat didesain sebagai


komponen balok lentur. Namun apabila komponen struktur memikul gaya

aksial dan momen lentur yang tidak dapat diabaikan salah satunya, maka

komponen struktur tersebut dinamakan balok-kolom (beam-column) (Agus

Setiawan : 2008).

Elemen balok-kolom umumnya dijumpai pada struktur-struktur statis tak

tertentu. Misalkan pada struktur portal statis tak tertentu pada Gambar 2.

P1

A B

P2

C D

E F

Gambar 2. Struktur Portal Statis Tak Tentu.

Akibat kondisi pembebanan yang bekerja, maka batang AB tidak hanya

memikul beban merata saja namun juga memikul beban lateral P1. Dalam hal

ini efek lentur dan gaya tekan P1 yang bekerja pada batang AB harus

dipertimbangkan dalam proses desain penampang batang AB, maka batang AB

harus didesain sebagai suatu elemen balok-kolom. Selain, batang AB yang

didesain sebagai elemen balok-kolom, batang AC, BD, CE, DF, juga didesain

sebagai elemen balok kolom. Karena selain memikul gaya aksial akibat reaksi
dari balok-balok AB dan CD, efek lentur dan efek gaya aksial yang bekerja

tidak bisa diabaikan salah satunya. Berbeda dengan batang CD yang hanya

didominasi oleh efek lentur, gaya lateral P2 telah dipikul oleh pengaku-

pengaku (bracing) bentuk X. Sehingga batang CD dapat didesain sebagai suatu

elemen balok tanpa pengaruh gaya aksial (Agus Setiawan : 2008).

C. Persamaan Interaksi Gaya Aksial dan Lentur

1. Perencanaan Batang Tekan

Batang tekan adalah suatu komponen struktur yang menahan gaya

tekan konsentris akibat beban terfaktor (𝑁𝑢 ), harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. 𝑁𝑢 ≤ ∅𝑁𝑛

Dimana :

𝑁𝑢 = Gaya tekan terfaktor.

ø = Faktor reduksi kekuatan, 0.85 (SNI Tabel 6.4-2).

𝑁𝑛 = Kuat tekan nominal komponen struktur.

(SNI butir 7.6.2 dan (9.2).

b. Perbandingan Kelangsingan

1) Kelangsingan elemen penampang λelemen < 𝜆𝑟 .

𝐿𝑘
2) Kelangsingan komponen struktur tekan , λbatang = < 200 .
𝑟

Dengan, λelemen = Kelangsingan elemen batas (SNI,Tabel 7.5-1).

𝜆𝑟 = Kelangsingan batas (kritis).

λbatang = Kelangsingan batang desak.


L = Panjang kritis/ Skematis batang.

𝑏
Jika λelemen = 𝑡 < 𝜆𝑟 (Kompak) maka berlaku :

𝑁𝑛 = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑐𝑟

𝑓𝑦
= 𝐴𝑔 . ( ω ) ……..( 2.1)

Nilai ω (koefisien tekuk) diambil sebesar 3 kemungkinan :

1) Untuk 𝜆𝑐 ≤ 0,25 maka ω = 1,0

1,43
2) Untuk 0,25 < 𝜆𝑐 < 1,2 maka ω =
1,6−0,67.𝜆𝑐

3) Untuk 𝜆𝑐 ≥ 1,2 maka ω = 1,25 . 𝜆𝑐 2

1 𝐿𝑘 𝑓
𝜆𝑐 = . .(√ 𝑦 )
𝜋 𝑟𝑦 𝐸

Dimana,

𝐴𝑔 = Luas tampang bruto/gross,mm2.

𝑓𝑐𝑟 = Tegangan kritis tampang, Mpa.

𝑓𝑦 = Tegangan leleh baja, Mpa.

𝑟𝑦 = jari-jari girasi komponen struktur terhadap

sumbu y-y, mm.

𝐿𝑘 = Panjang tekuk komponen struktur tersusun pada

arah tegak lurus sumbu, mm.

c. Komponen struktur tekan yang elemen penampang mempunyai

perbandingan lebar terhadap tebal lebih besar daripada nilai λr

yang ditentukan dalam Tabel 1 (SNI, Tabel 7.5-1) harus

direncanakan dengan analisis rasional yang dapat diterima.


Tabel 1. Perbandingan Maksimum Lebar Terhadap Tebal Untuk
Elemen Tertekan (𝑓𝑦 dinyatakan dalam Mpa)

Perbanding Perbandingan maksimum lebar


an terhadap terhadap tebal
Jenis Elemen tebal 𝜆𝑝
(λ) 𝜆𝑟
(kompak
(kompak)
)
170/√𝑓𝑦 [
Pelat sayap balok-I b/t 370/√𝑓𝑦 − 𝑓𝑦 [c]
dan kanal dalam lentur c]

Pelat sayap balok-I


hibrida 420
b/t - [𝑐][𝑓]
atau balok tersusun √𝑓𝑥𝑓 − 𝑓𝑟 /𝑘𝑐
yang di las dalam lentur
Pelat sayap dari
komponen-komponen
b/t - 290 /√𝑓𝑦 /𝑘𝑐 [f]
struktur tersusun dalam
tekan
Elemen tanpa Pengaku

Sayap bebas dari profil


siku kembar yang
menyatu pada sayap
lainnya, pelat sayap
dari komponen
b/t - 250/√𝑓𝑦
struktur kanal dalam
aksial tekan, profil siku
dan plat yang menyatu
dengan balok atau
komponen struktur tekan
Sayap dari profil
siku tunggal pada
penyokong,sayap dari
profil siku ganda dengan
pelat kopel pada b/t - 200/√𝑓𝑦
penyokong, elemen
yang tidak diperkaku,
yaitu, yang ditumpu
pada salah satu sisinya
Pelat badan dari profil T b/t - 335/√𝑓𝑦
2. Perencanaan untuk Lentur

Suatu komponen yang mendukung beban transversal seperti beban

mati dan beban hidup.

a. Hubungan Antara Pengaruh Beban Luar.

Untuk sumbu kuat (sb x) harus memenuhi 𝑀𝑢𝑥 ≤ Ø𝑀𝑛𝑥 .

Untuk sumbu lemah (sb y) harus memenuhi 𝑀𝑢𝑦 ≤ Ø𝑀𝑛𝑦 .

𝑀𝑢𝑥 , 𝑀𝑢𝑦 = Momen lentur terfaktor arah sumbu x dan y menurut

butir 7.4, N.mm.

𝑀𝑛𝑦 = Kuat nominal dari momen lentur memotong arah y menurut

butir 7.4, N.mm.

Ø = Faktor reduksi (0,9).

𝑀𝑛𝑥 = Kuat nominal dari momen lentur penampang. 𝑀𝑛 diambil

nilai yang lebih kecil dari kuat nominal penampang, untuk

momen lentur terhadap sumbu x yang ditentukan oleh butir

8.2, atau kuat nominal komponen struktur untuk momen lentur

terhadap sumbu x yang ditentukan oleh 8.3 pada balok baja,

atau butir 8.4 khusus untuk balok pelat berdinding penuh, N-

mm.

b. Tegangan Lentur dan Momen Plastis.

Distribusi tegangan pada sebuah penampang akibat momen

lentur, diperlihatkan dalam gambar 3. Pada daerah beban layan,

penampang masih elastik (gambar 3.1), kondisi elastik berlangsung

hingga tegangan pada serat terluar mencapai kuat lelehnya (𝑓𝑦 ).


Setelah mencapai tegangan leleh (εy), tegangan akan terus naik

tanpa diikuti kenaikan tegangan.

Ketika kuat leleh tercapai pada serat terluar (gambar 3.2),

tahanan momen nominal sama dengan momen leleh Myx, dan

besarnya adalah :

𝑀𝑛𝑦 = 𝑀𝑦𝑥 = 𝑆𝑥 . 𝑓𝑦 ......( 2.2)

Dan pada saat kondisi pada gambar 3.4 tercapai, semua serat

dalam penampang melampaui regangan lelehnya, dan dinamakan

kondisi plastis. Tahanan momen nominal dalam kondisi ini

dinamakan momen plastis Mp, dan besarnya :

𝑀𝑝 = 𝑓𝑦 . 𝑍 .........( 2.3)
f<fy
(1) p

M<Myx
F=fy
p
(2)

M=Myx

F=fy
p

(3)
Myx<M<Mp
F=fy
p
(4)

M=Mp

Gambar 3. Mekanisme Struktur Baja Luluh.


c. Stabilitas

Jika balok dapat dihitung pada keadaan stabil dalam kondisi

plastis penuh maka kekuatan momen nominal dapat diambil

sebagai kapasitas momen plastis.

𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑛 < 𝑀𝑝

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam stabilitas :

LTB = Lateral Torsional Buckling

FLB = Flange Local Buckling

WLB = Web Local Buckling

d. Kuat Nominal Lentur Penampang dengan Pengaruh Tekuk Lokal

(FLB)

1) Batasan Momen

Momen leleh My adalah momen lentur yang

menyebabkan penampang mulai mengalami tegangan leleh

yaitu diambil sama dengan fy.S dengan S adalah modulus

penampang elastisitas.

Kuat lentur plastis Mp adalah momen lentur yang

menyebabkan seluruh penampang mengalami tegangan

leleh harus diambil yang lebih kecil dari fy.Z atau 1,5.My

dan Z adalah modulus penampang plastis.


𝐴
𝑍𝑥 = .𝑎 ........( 2.4)
2

Dengan :

A = Luas penampang, cm2

a = Tinggi efektif, mm

(a = H – (2 . Cx))

Cx = Pusat berat arah sumbu x, cm

Cx
𝐻
2

Cy

Gambar 4. Pusat berat arah sumbu x (Cx) dan sumbu y (Cy).

2) Kelangsingan Penampang

Pengertian penampang kompak, tak kompak dan

langsing suatu komponen struktur yang memikul lentur,

ditentukan oleh kelangsingan elemen tekannya yang

ditentukan pada tabel SNI 03-1729-2002 Tabel 7.5-1.

a) Penampang Kompak

Untuk penampang-penampang yang memenuhi λ ≤ λp

maka kuat lentur nominal penampang adalah :


𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 ........( 2.5-1)

b) Penampang Tak Kompak

Untuk penampang yang memenuhi λp < λ ≤ λr maka

kuat lentur nominal penampang ditentukan sebagai

berikut :

𝜆−𝜆𝑝
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟 ) . .......( 2.5-2)
𝜆𝑟 −𝜆𝑝

c) Penampang Langsing

Untuk pelat sayap yang memenuhi λr ≤ λ maka lentur

nominal penampang adalah :

𝜆 2
𝑀𝑛 = 𝑀𝑟 ( 𝜆𝑟 ) .......( 2.5-3)

e. Kuat Lentur Nominal dengan Pengaruh Tekuk Lateral (LTB)

Kuat momen pada tipe kompak merupakan fungsi panjang

tanpa pertambatan, 𝐿𝑏 . Yang didefinisikan sebagai jarak antara

titik-titik pada dukung lateral atau pertambatan.

𝐿𝑏

𝐿𝑏 𝐿𝑏

Gambar 5. Pertambatan Lateral.

Persamaan untuk teori elastis kuat tekuk lateral dapat diperoleh

dalam teori stabilitas elastis.


𝜋 𝜋.𝐸 2
𝑀𝑛 = . √𝐸. 𝐼𝑦 . 𝐺. 𝐽 + ( 𝐿 ) . 𝐼𝑦 . 𝐼𝑤 .....( 2.6)
𝐿𝑏 𝑏

Keterangan :

𝐿𝑏 = Panjang tanpa pertambatan.

G = Modulus geser baja, 80.000 Mpa.

J = Konstanta puntir (momen inersia puntir), mm4.

Iw = Konstanta warping atau puntir lengkung, mm6.

E = Modulus elastisitas, 200.000 Mpa.

Iy =Momen inersia pengaku terhadap muka pelat

badan,mm4.

Kuat momen nominal pada balok kompak untuk kondisi batas atas

Mp untuk inelastik maka momen kritis untuk tekuk lateral (tabel

8.34) pada SNI 03-1729-2002.

Profil I dan kanal ganda.

𝜋 𝜋 .𝐸 2
𝑀𝑐𝑟 = 𝐶𝑏 . 𝐿 . √𝐸. 𝐼𝑦 . 𝐺. 𝐽 + ( ) . 𝐼𝑦 . 𝐼𝑤 ....... (2.7-1)
𝐿

Profil Kotak Pejal dan Berongga atau Masif.

𝐽.𝐴
𝑀𝑐𝑟 = 2 . 𝐶𝑏 . 𝐸 . √𝐿 .........( 2.7-2)
⁄𝑟𝑦

12,5 . 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝐶𝑏 = ≤ 2,3
2,5 . 𝑀𝑚𝑎𝑥 . + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶

Dengan :

𝐸
𝐿𝑝 = 1,76 . 𝑟𝑦 . √
𝑓𝑦
𝐼𝑦
𝑟𝑦 = √
𝐴

𝑓𝐿 = 𝑓𝑦 − 𝑓𝑟

𝑥1
𝐿𝑟 = 𝑟𝑦 . ( ) . √1 + √1 + 𝑥2 . 𝑓𝑙 2
𝑓𝐿

𝜋 𝐸. 𝐺. 𝐽. 𝐴
𝑥1 = .√
𝑆𝑥 2

𝑆𝑥 2 𝐼𝑤
𝑥2 = 4 . ( ) .
𝐺. 𝐽 𝐼𝑦

𝑏𝑓 .𝑡 3
J = 2 .( )
3

Iy h2
𝐼𝑤 = .
2 2

Keterangan :

Mmax = Momen maksimum pada bentang yang ditinjau.

MA = Momen pada ¼ bentang.

MB = Momen pada ½ bentang.

MC = Momen pada ¾ bentang.

Mcr = Momen kritis terhadap tekuk torsi lateral, N.mm.

Cb = Koefisien pengali momen tekuk torsi lateral.

L = Panjang bentang antara 2 pengekang yang

berdekatan, mm.

𝑟𝑦 = Jari-jari girasi terhadap sumbu tengah, mm.

A = Luas penampang, mm2.

Sx = Modulus penampang, mm3.


Untuk balok kompak

1) Untuk komponen struktur yang memenuhi 𝐿 ≤ 𝐿𝑝 kuat

nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah

𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 ..........( 2.8-1)

2) Untuk komponen struktur yang memenuhi 𝐿𝑝 ≤ 𝐿 ≤ 𝐿𝑟 kuat

nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah

(𝐿 −𝐿)
𝑀𝑛 = 𝑐𝑏 [𝑀𝑟 + (𝑀𝑝 − 𝑀𝑟 ) (𝐿 𝑟 ] .........( 2.8-2)
𝑟 − 𝐿𝑝 )

3) Untuk komponen struktur yang memenuhi 𝐿𝑟 ≤ 𝐿 kuat

nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah

𝑀𝑛 = 𝑀𝑐𝑟 ≤ 𝑀𝑝 .........( 2.8-3)

f. Kuat Geser

Kuat geser pada badan pelat yang memikul gaya geser perlu

(𝑉𝑢 ) harus memenuhi 𝑉𝑢 ≤ Ø 𝑉𝑛

Dengan,

𝑉𝑛 = Kuat geser nominal pelat badan berdasarkan SNI

Butir 8.8.2, N.

= faktor reduksi, (0,9).

Kuat geser nominal (𝑉𝑛 ) pelat badan harus diambil seperti yang

ditentukan dibawah ini :



1) Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel 𝑡𝑤

memenuhi:

ℎ 𝑘𝑛 𝐸
( ) ≤ 1,10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

5
𝑘𝑛 = 5 +
𝑎 2
( )

Maka kuat geser nominal pelat badan adalah :

𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 ...........( 2.9-1)

Dimana : 𝐴𝑤 adalah luas kotor pelat badan


2) Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel 𝑡𝑤

memenuhi:

𝑘𝑛 𝐸 ℎ 𝑘𝑛 𝐸
1,10 √ ≤ ( ) ≤ 1,37 √
𝑓𝑦 𝑡𝑤 𝑓𝑦

Maka kuat geser nominal pelat badan adalah:

𝑘𝑛 𝐸 1
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 [1,10 √ ] ℎ .......( 2.9-2.a)
𝑓𝑦 ( )
𝑡𝑤

Atau,

(1−𝐶𝑣 )
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 [𝐶𝑣 + ] ........( 2.9-2b)
1,15 √1+(𝑎/ℎ)2

𝑘𝑛 𝐸
√𝑓
𝑦
Dengan, 𝐶𝑣 = 1,10 (ℎ/𝑡𝑤 )


3) Jika perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel 𝑡𝑤

memenuhi:
𝑘𝑛 𝐸 ℎ
1,37 √ ≤( )
𝑓𝑦 𝑡𝑤

Maka kuat geser nominal pelat badan adalah:

0,9 𝐴𝑤 𝑘𝑛 𝐸
𝑉𝑛 = (ℎ/𝑡𝑤 )2
.........( 2.9-3.a)

Atau,

(1−𝐶𝑣 )
𝑉𝑛 = 0,6 𝑓𝑦 𝐴𝑤 [𝐶𝑣 + ] .........( 2.9-3.b)
1,15 √1+(𝑎/ℎ)2

Dengan

𝑘𝑛 𝐸 1
𝐶𝑣 = 1,5
𝑓𝑦 (ℎ/𝑡𝑤 )2

g. Lendutan

Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas

harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat

pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur

tersebut. Batas lendutan maksimum(δ) diberikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Batas Lendutan Maksimum(δ)

Komponen struktur dengan beban Beban Beban

tidak terfaktor tetap sementara

Balok pemikul dinding atau finishing


L/360 -
yang getas

Balok biasa L/240 -

Kolom dengan analisis orde pertama h/500 h/200


saja

Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200

Dengan syarat Δ < δ

5 𝑊 𝐿4
Untuk beban terbagi rata : 𝛥 = . .......( 2.10.1)
384 𝐸𝐼

1 𝑃 𝐿4
Untuk beban terpusat ditengah bentang : 𝛥 = . .......(2.10.2)
48 𝐸𝐼

Dimana,

W = 𝐷𝐿 + 𝐿𝐿

P = Beban aksial terfaktor, N.

h. Interaksi Geser dan Lentur

1) Metode Distribusi

Jika momen lentur dianggap dipikul hanya oleh pelat sayap

dan momen lentur perlu :

𝑀𝑢 ≤ Ø𝑀𝑓

𝑀𝑓 = 𝐴𝑓 . 𝑑𝑓 . 𝑓𝑦 ...........( 2.11)

Dengan,

𝑀𝑓 = Kuat lentur nominal dihitung hanya pelat

sayap.

𝐴𝑓 = Luas efektif pelat sayap, mm2.

𝑑𝑓 = Jarak antara titik berat sayap, mm.

2) Metode Interaksi Geser dan Lentur


Jika momen lentur dipikul oleh seluruh penampang. Harus

memenuhi persyaratan SNI, butir 8.1.1.8 dan 8.8.1. Dan harus

sesuai
𝑀𝑢 𝑉𝑢
+ 0,625 ≤ 1,375 .........( 2.12)
Ø𝑀𝑛 Ø𝑉𝑛

i. Lentur Dua Arah (Lentur Biaksial)

Terjadi ketika beban yang bekerja mengakibatkan lentur kearah

sumbu kuat dan sumbu lemah. Misalkan pada struktur gording.

Lentur terhadap sumbu x (kuat)

𝑀𝑢𝑥
𝑀𝑢𝑥 ≤ 𝑀𝑛𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 ≤ 1,0
Ø𝑀𝑛𝑥

Lentur terhadap sumbu y (lemah)

𝑀𝑢𝑦
≤ 1,0
Ø𝑀𝑛𝑦

Lentur biaksial (x dan y )

𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ≤ 1,0
Ø𝑀𝑛𝑥 Ø𝑀𝑛𝑦

3. Balok Kolom

a. Interaksi Momen Aksial

Dalam perencanaan komponen struktur balok-kolom, diatur dalam

SNI 03-1729-2002 pasal 11.3 yang menyatakan bahwa suatu

komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial

harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut :


𝑁𝑢 𝑁𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
Untuk < 0,2 maka + (Ø + ) ≤ 1,0
Ø𝑁𝑛 2Ø𝑁𝑛 𝑏 𝑀𝑛𝑥 Ø𝑏 𝑀𝑛𝑦

𝑁𝑢 𝑁 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
Untuk ≥ 0,2 maka Ø𝑁𝑢 + ( + ) ≤ 1,0
Ø𝑁𝑛 𝑛 9 Ø 𝑏 𝑀𝑛𝑥 Ø𝑏 𝑀𝑛𝑦

Dengan,

𝑁𝑢 = gaya tekan aksial terfaktor,N.

Ø𝑁𝑛 = kuat nominal penampang,N.

Ø = faktor reduksi tahanan tekan (0,85).

𝑀𝑢𝑥 , 𝑀𝑢𝑦 = momen lentur terfaktor sumbu x, sumbu y.

𝑀𝑛𝑥 , 𝑀𝑛𝑦 = momen nominal untuk lentur sumbu x, sumbu y.

Ø𝑏 = faktor reduksi tahanan lentur = 0,9.

b. Pembesaran Momen untuk Komponen Struktur Tak Bergoyang

Untuk suatu komponen struktur tak bergoyang, maka besarnya

momen lentur terfaktor harus dihitung sebagai berikut :

𝑀𝑢 = 𝛿𝑏 . 𝑀𝑛𝑡𝑢 ...................(persamaan 2.11)

𝐶𝑚
𝛿𝑏 = ≥ 1,0
𝑁𝑢
1 − (𝑁 )
𝑐𝑟

𝜋 2 𝐸𝐴𝑔
𝑁𝑐𝑟 =
𝑘𝐿 2
(𝑟)

Dengan,

𝑀𝑛𝑡𝑢 = momen lentur terfaktor orde pertama yang diakibatkan

oleh beban-beban yang tidak menimbulkan goyangan.

𝛿𝑏 = faktor pembesaran momen untuk komponen struktur tak

bergoyang.
𝑁𝑢 = gaya tekan aksial terfaktor.

𝑁𝑐𝑟 = gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap sumbu

lentur dan k ≤ 1,0 (untuk komponen struktur tak

bergoyang).

Nilai 𝐶𝑚 ditentukan sebagai berikut :

1) Untuk komponen struktur tak bergoyang dengan beban

tranversal di antara kedua tumpuannya, maka besar 𝐶𝑚 dapat

ditentukan berdasarkan analisis rasional sebagai berikut :

𝐶𝑚 = 1,0, untuk komponen struktur dengan ujung

sederhana.

𝐶𝑚 = 0,85, untuk komponen struktur dengan ujung

kaku.

2) Sedangkan untuk komponen struktur tak bergoyang dengan

beban tranversal di antara kedua tumpuannya, namun

mempunyai momen ujung 𝑀1 dan 𝑀2 (𝑀1 < 𝑀2 ) maka 𝐶𝑚

akan mengkonversikan momen lentur yang bervariasi secara

linear menjadi momen lentur seragam 𝑀𝐸 = 𝐶𝑚 . 𝑀2

𝑀
𝐶𝑚 = 0,6 − 0,4 (𝑀1 ) .........(2.13)
2

𝑀1
Rasio bernilai negatif untuk kelengkungan tunggal dan
𝑀2

bernilai positif ntuk kelengkungan ganda.

c. Pembesaran Momen untuk Komponen Struktur Bergoyang

Untuk komponen struktur bergoyang, maka besarnya momen

lentur terfaktor harus dihitung sebagai berikut :


𝑀𝑢 = 𝛿𝑏 . 𝑀𝑛𝑡𝑢 + 𝛿𝑠 . 𝑀𝑙𝑡𝑢 .......( 2.14)

1
𝛿𝑠 =
𝛥
1 − ∑𝑁𝑢 (𝐻.𝑜ℎ𝐿)

Atau,

1
𝛿𝑠 =
∑𝑁𝑢
1−
∑𝑁𝑐𝑟

Dengan,

𝑀𝑙𝑡𝑢 = momen lentur terfaktor orde pertama yang

diakibatkan oleh beban-beban yang dapat

menimbulkan goyangan.

∑𝑁𝑢 = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban

gravitasi untuk seluruh kolom pada satu tingkat

yang ditinjau.

𝑁𝑐𝑟 = gaya tekan menurut Euler dengan kL/r terhadap

sumbu lentur dan k ≥ 1,0.

𝛥𝑜ℎ = simpangan antar lantai pada tingkat yang seang

ditinjau.

L = tinggi tingkat.

d. Tekuk Lokal Web Pada Komponen Struktur Balok-Kolom

Untuk menentukan tahanan lentur rencana dari suatu profil, maka

terlebih dahulu harus diperiksa kekompakan dari penampang tersebut.

Syarat kelangsingan badan atau kekompakan badan sebagai berikut :



Nilai banding 𝑡 , Akan lebih kritis jika h = H – (2.𝐶𝑥 )
𝑤
H
h 𝑡𝑤

Gambar 6. Profil Wide Flange.

Kelangsingan dari web dapat dikategorikan menjadi tiga bagian :

1) Jika 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 , maka penampang kompak

2) Jika 𝜆 < 𝜆 ≤ 𝜆𝑟 , maka penampang tak kompak

3) Jika 𝜆 > 𝜆𝑟 , maka penampang lansing

Table 7.5.1 SNI 03-1729-2002 memberikan batasan nilai untuk 𝜆𝑝 dan

𝜆𝑟 sebagai berikut :

𝑁𝑢 1680 2,75.𝑁𝑢
Untuk < 0,125, 𝜆𝑝 = [1 − ]
Ø𝑏 .𝑁𝑦 √𝑓𝑦 Ø𝑏 .𝑁𝑦

𝑁𝑢 500 𝑁𝑢 665
Untuk > 0,125, 𝜆𝑝 = [2,33 − Ø ] >
Ø𝑏 .𝑁𝑦 √𝑓𝑦 𝑏 .𝑁𝑦 √𝑓𝑦

2550 0,74.𝑁𝑢
Untuk semua nilai, 𝜆𝑟 = [1 − ]
√𝑓𝑦 Ø𝑏 .𝑁𝑦

Dengan 𝑁𝑦 = 𝐴𝑔 . 𝑓𝑦 adalah gaya aksial yang diperlukan untuk

mencapai kondisi batas leleh.

Anda mungkin juga menyukai