Anda di halaman 1dari 14

PELAT DUA ARAH

DDM
C NIKEN-2016

Barat Timur

Diket : Pelat seperti Gambar

h barat – timur 60 cm, utara – selatan 55 cm

Bangunan mall 3 lantai, dengan tinggi setiap lantai 4m. Beban hidup 3 kali beban mati.
Kolom berukuran 40/40.
Soal: Hitung dan gambar tulangan pelat

Penyelesaian:

Terdapat 9 pelat seperti Gambar di atas.

1. Tinjauan tipe pelat.


Tipe pelat diketahui dari perbandiangan sisi panjang (ly) terhadap sisi pendek (lx). T
Tipe dari kesembian pelat disajikan pada Tabel berikut

Tabel C3.1. Perbandingan bentang panjang terhadap bentang pendek

dari Tabel C 3.1 di atas, semua nilai ly/lx < 2, dengan demikian termasuk pelat 2 arah

2. Pengecekan persyaratan DDM

Pengerjaan pelat 2 arah dapat memakai metode amplop atau DDM. Pemeriksaan
pemenuhan persyaratan DDM adalah sebagai berikut:

Karena semua persyaratan memenuhi maka perencanaan pelat memakai DDM

Penggunaan DDM menuntut adanya perbandingan antara kekakuan balok terhadap


kekakuan pelat. Sebagian dari pelat memberikan kontribusi pada kekakuan balok yang
dinyatakan dengan lebar efektif seperti SNI 2013 Pasal 13.2, seperti tahapan berikut.

3. Lebar effektif (bE)


Lebar effektif dibagi menjadi lebar efektif pada balok tengah (balok T) dan lebar efektif pada
balok tepi (balok L)., serta dihitung pada arah Barat-Timur dan Utara – Selatan.

3.a. Balok Tengah (Balok T)

Barat – Timur Utara-Selatan


3.b. Balok Tepi (Balok L)

bE = bw + 4ts = 30 + 4. 15 = 90 cm

4. Titik Berat dan Momen Inersia

4.a. 1. Titik Berat Balok Tengah

Barat- Timur Utara-Selatan

4.a.2. Momen Inersia Balok Tengah


Barat-Timur Utara-Selatan

4.b.1. Titik Berat Balok Tepi


Barat – Timur Utara – Selatan

4.b.2. Momen Inersia Balok Tepi

Barat-Timur Utara-Selatan
5. Kekakuan Pelat

Pelat berbentuk persegi, sehingga momen inersianya ( Ip) adalah:

I = 1/12.bpelat.t3

Cara menghitung lebar pelat adalah sebagai berikut:

Barat - Timur

Lebar pelat bagian tepi


bpelat tepi = 0.5 Ln –y1
y1 = bE – b
bpelat → balok tepi= 0.5 Ln – (bE – b)

Lebar pelat bagian tengah


bpelat sisi utara = 0.5 Ln3 – y3u
y3u = 0.5 bE – 0.5b
bpelat sisi selatan = 0.5 Ln2 – y3s
y3s = 0.5 bE – 0.5b
bpelat ->balok tengah = bpelat sisi utara + bpelat sisi selatan
bpelat ->balok tengah = 0.5( Ln2 + Ln3) – (0.5 bE – 0.5b) - (0.5 bE – 0.5b)
bpelat ->balok tengah = 0.5( Ln2 + Ln3) – bE + b

Cara yang sama dipakai untuk arah Utara-Selatan.


Lebar dan EI pelat seperti Tabel berikut:

6. Perbandingan Kekakuan Balok terhadap Kekakuan Pelat (α)

Tulangan pelat dipasang untuk menahan lenturan yang terjadi. Besar lenturan tergantung
pada perbandingan kekakuan balok (EbIb) terhadap kekakuan pelat (EpIp). Perbandingan
tersebut dinyatakan sebagai berikut:

𝛼𝛼 𝛼𝛼
𝛼=
𝛼𝛼 𝛼𝛼

Pada arah Barat-Timur adalah balok 1,2,3,4. Balok Tengah arah Barat-Timur adalah balok 2
dan 3, sedang balok tepi adalah balok 1 dan 4.
Pada arah Utara-Selatan adalah balok a,b,c,d. Balok Tengah arah Utara-Selatan adalah balok
a dan d, sedang balok tepi adalah balok b dan c.
Semua balok dihitung kekakuannya, sehingga setiap balok memiliki nilai α.
α setiap pelat = αm = αbalok keliling pelat/4

Berdasarkan hal tersebut, maka nilai Ibalok, αbalok, dan αpelat dapat digambarkan sebagai
berikut:.
7. Pemeriksaan Ketebalan Pelat
Dari perhitungan perbandingan kekakuan seperti tersebut di atas, diperoleh nilai α m ≥ 2, maka
menurut SNI 9.5.3.3 tebal pelat harus memenuhi:

𝛼𝛼
𝛼𝛼 [0.8 + 1400 ]
𝛼 =
36 + 9𝛼

h ≥ 90 mm
Dimana β = lny/lnx

Perhitungan tebal setiap pelat sebagai berikut:


8. Kekakuan Puntir Balok C

Pada bagian tepi, terjadi puntir pada balok karena beban tidak simetris. Pengaruh
puntir dihitung dengan koeffisien punter. Koeffisien punter menurut SNI 13.6.4.2
adalah:

𝛼
(1 − 0.63 𝛼)𝛼3 𝛼
𝛼= ∑
3

Cara menghitung C adalah membagi penampang dalam bagian yang berbentuk


sederhana yaitu segi empat dengan x adalah bagian pendek dan y adalah bagian yang
panjang.

6.a. Koeffisien Puntir Balok Tengah

Barat – Timur Utara - Selatan

6.b. Koeffisien Puntir Balok Tepi

Barat – Timur Utara - Selatan


6.c. Kekakuan Puntir

6.d. Rasio Kekakuan Balok terhadap Pelat dalam menahan Puntir

𝛼𝛼𝛼 𝛼
𝛼𝛼 =
2𝛼𝛼𝛼 𝛼𝛼𝛼

7. Momen Total Terfaktor

7.a. Pembebanan
7.b. Momen total terfaktor

Pertama kali dihitung portal ekivalen arah Utara-Selatan, dengan demikian arah Utara-
Selatan menjadi arah longitudinal. Oleh sebab itu, l2 adalah arah Barat-Timur. Sebagai
effisiensi kerja dipilih bentang terbesar.

Prinsip pendekatan dengan portal ekivalen pada DDM adalah: pelat merupakan bagian dari
balok-balok, maka perhitungan beban menjadi:

q plat ke blk = q pelat. Lebar portal ekivalen arah y


q plat ke blk = qu. L2
q plat ke blk = 25792.5 kg/m’

Mo = 1/8. q plat ke blk. Ln^2


kg
Mo = 35110.04063 m
Mo = 351100406.3 Nmm
8. Distribusi Momen Arah Longitudinal

Lebar Jalur Kolom

9. Distribusi Momen

9.a. Distribusi Momen Arah Transversal


Besar Momen yang didistribusikan diperoleh dari interpolasi seperti Tabel berikut:

9.b. Distribusi ke Jalur Kolom dan Jalur Tengah

9.c. Gambar Distribusi Momen


9.d. 9.c. Distribusi Momen ke Balok & Pelat serta Perhitungan Tulangan

9.e. Jarak Tulangan

Satuan: mm
9.f. Tulangan Sudut
Karena α > 1 maka dipasang tulangan sudut
SNI 13.3.6 rentang, cm rentang, cm
0.2 l Barat - Timur 94 92
0.2 l Utara - Selatan 62 58
Dipakai 95 95

10. Gambar Tulangan

Gambar Tulangan Pelat


Tulangan balok tidak digambarkan
11.

Anda mungkin juga menyukai