Anda di halaman 1dari 23

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK

POLBAN

Tujuan Pembelajaran Umum: Memberikan pengenalan dilanjutkan dengan pemahaman tentang metode perancangan batang tarik dengan memperhatikan pengaruh lubang baut dan geser blok. Tujuan Pembelajaran Khusus: Memberikan pembekalan kepada mahasiswa agar mempunyai kompetensi dalam merancang batang tarik yang disambung dengan baut maupun las dengan memperhatikan geser blok. Analisa simplifikasi terhadap fatik juga diberikan karena batang aksial akan mengalami fatik selama masa layannya.

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

69

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

4.1 Pemilihan Profil Cara menentukan kuat rencana berbagai batang tarik telah dibahas dalam Bab 3. Dalam bab ini akan dijelaskan cara memilih batang tarik. Meskipun perancang teknik memiliki kebebasan untuk memilih, batang yang dihasilkan harus: (a) kompak, (b) dimensi sesuai untuk struktur dan elemen struktur lain, (c) penampang tersambung sebanyak mungkin untuk menghindari shear lag. Pemilihan jenis batang banyak dipengaruhi oleh tipe sambungan yang akan digunakan dalam struktur. Beberapa profil tidak cocok untuk disambung dengan baut dengan perantaraan pelat buhul atau pelat panyambung, sedangkan profil lain dapat disambungkan dengan las. Batang tarik dari profil siku, kanal, dan W atau S dapat digunakan jika sambungan dilakukan dengan baut, sedangkan pelat, kanal, dan T dapat disambung dengan las. Contoh dalam bab ini menggunakan beberapa jenis profil dipilih sebagai batang tarik, dan dalam setiap kasus yang ditinjau dibuat lubang untuk pemasangan baut. Jika sambungan menggunakan las, maka tidak perlu menambahkan luas lubang pada luas netto untuk mendapatkan luas bruto yang diperlukan. Tetapi perlu disadari, meskipun batang disambung dengan las, lubang seringkali tetap diperlukan lubang untuk pemasangan baut sementara sebelum pengelasan dilakukan. Lubang ini harus diperhitungkan dalam perancangan. Juga perlu diingat bahwa dalam persamaan Pn = Fu Ae, nilai Ae bisa lebih kecil dari Ag meskipun tidak ada lubang, tergantung pada susunan las dan jika semua bagian penampang profil tersambung. Rasio kelangsingan dari suatu batang adalah rasio panjang tanpa sokongan terhadap jari-jari girasi terkecil. Peraturan memberikan nilai maksimum rasio kelangsingan baik untuk batang tarik maupun batang tekan. Tujuan dari batasan ini adalah untuk memastikan bahwa profil mempunyai kekakuan cukup untuk mencegah defleksi lateral atau getaran yang tidak diinginkan. Meskipun batang tarik tidak mengalami tekuk (buckling) pada beban normal, tetapi tegangan bolak-balik dapat terjadi selama transportasi dan pelaksanaan misalnya akibat beban angin atau beban gempa. Peraturan mensyaratkan bahwa rasio kelangsingan harus berada dibawah nilai tertentu dengan demikian kekuatan tekan dapat dijamin oleh batang. SNI 03-1729-02 mensyaratkan dalam Pasal 10.3.3 dan 10.3.4 sebagai berikut:
10.3.3 Komponen struktur tarik tersusun dari dua buah profil yang saling membelakangi Komponen struktur tarik tersusun dari dua profil sejenis yang saling membelakangi baik secara kontak langsung ataupun dengan perantaraan pelat kopel dengan jarak yang memenuhi syarat, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Komponen struktur tarik dengan profil-profil yang terpisah. Profil-profil tersebut harus dihubungkan dengan salah satu cara berikut: a) dengan las atau baut pada interval tertentu sehingga kelangsingan untuk setiap elemen tidak melebihi 240; atau b) dengan sistem sambungan yang direncanakan sedemikian sehingga komponen struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga bentang sama panjang. Sistem sambungan harus direncanakan dengan menganggap bahwa pada sepanjang komponen struktur terdapat gaya lintang sebesar 0,02 atau 2% kali gaya aksial yang bekerja pada komponen struktur tersebut. 2) Komponen struktur tarik dengan profil yang bersinggungan langsung dan saling membelakangi. Profil-profil tersebut harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Butir 10.3.3(1b). Komponen struktur tarik dengan penghubung

10.3.4

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

70

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Komponen struktur tarik tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan dengan terali atau pelat kopel harus memenuhi: 1) Kelangsingan komponen dengan memperhitungkan jarak antar elemen penghubung, tidak lebih dari 240 untuk komponen struktur utama, dan tidak lebih dari 300 untuk komponen sekunder; 2) Tebal elemen penghubung tidak kurang dari 0,02 atau 1/50 kali jarak antara garis sambungan pelat penghubung dengan komponen utama; 3) Panjang pelat kopel tidak kurang dari 2/3 atau 0,67 kali jarak antara garis sambungan pelat kopel dengan komponen utama; 4) Pelat kopel yang disambung dengan baut harus menggunakan paling sedikit dua buah baut yang diletakkan memanjang searah sumbu komponen struktur tarik.

Untuk batang tarik selain rod, AISC LRFD Spec. B7 menyarankan rasio kelangsingan maksimum 300. Jika rancangan suatu batang ditentukan oleh beban tarik, tetapi juga mendapat beban tekan, tidak perlu memenuhi persyaratan rasio kelangsingan untuk batang tekan, yaitu 200. Untuk rasio kelangsingan lebih besar dari 200, tegangan tekan rencana akan sangat kecil, yaitu lebih kecil dari 5,33 ksi (36,75 MPa). Hal ini akan dibahas kemudian. Perlu diketahui bahwa ketidaklurusan batang keluar tidak tidak banyak mempengaruhi kekuatan batang tarik karena beban tarik cenderung membuat batang menjadi lurus. Hal ini tidak berlaku untuk batang tekan. Dengan alasan tersebut peraturan LRFD sedikit lebih memberikan kebebasan dalam hal batang tarik, termasuk batang tarik yang mengalami gaya tekan akibat beban beban sementara seperti angin dan gempa. Rasio kelangsingan maksimum yang disarankan sebesar 300 tidak berlaku untuk batang tarik berupa rod. Nilai maksimum L/r dari rod diserahkan pada pertimbangan perancang teknik. Jika nilai 300 ditetapkan pada rod, maka rod yang memenuhi syarat tersebut seringkali tidak dapat digunakan karena mempunyai jari-jari girasi yang sangat kecil. Peraturan AASHTO 1989 mensyaratkan rasio kelangsingan maksimum 200 untuk batang tarik utama dan 240 untuk batang tarik sekunder. Batang utama menurut AASHTO adalah batang dimana tegangan yang terjadi disebabkan oleh beban mati dan/atau beban hidup, sedangkan batang sekunder adalah batang yang digunakan untuk memperkaku struktur atau mengurangi panjang tanpa sokongan dari batang lain. LRFD tidak membedakan antara batang utama/primer dan batang sekunder. Contoh 4.1 memberikan ilustrasi perancangan batang tarik sambungan baut dari profil IWF, sedangkan Contoh 4.2 adalah ilustrasi pemilihan batang tarik siku tunggal sambungan baut. Dalam kedua kasus tersebut digunakan peraturan LRFD. Kuat rencana Nu adalah adalah nilai terkecil dari (a) ) ft Fy Ag atau (b) ft Fu Ae dan dijelaskan dibawah ini. (a) Untuk memenuhi rumus pertama, luas bruto minimum harus lebih besar atau sama dengan nilai berikut: N min Ag = u (4.1) ft Fy (b) Untuk memenuhi rumus kedua, nilai minimum Ae harus lebih besar atau sama dengan

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

71

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

min Ae =

Nu ft Fu

(4.2)

Karena Ae=U An untuk batang sambungan baut, nilai An minimum adalah min Ae Nu min An = = U ft FuU

(4.3)

Jadi nilai minimum Ag untuk rumus kedua harus lebih besar atau sama dengan nilai An minimum ditambah perkiraan luas lubang, Nu min Ag = + luas lubang (4.4) ft FuU Perancang teknik dapat memasukkan ke dalam Pers. (4.1) dan (4.2), kemudian mengambil nilai Ag terbesar sebagai ukuran prarancangan (preliminary Design). Perlu diingat bahwa rasio kelangsingan maksimum adalah 300. Dari nilai ini akan mudah dihitung nilai r yang diinginkan dalam suatu perencanaan, yaitu nilai r dimana rasio kelangsingan akan tepat sebesar 300. Jadi jangan dipilih profil dengan r terkecilnya menghasilkan r kurang dari 300. L min r = (4.5) 300 Untuk dua contoh di bawah ini digunakan faktor beban: Nu = 1,4D Nu = 1,2D + 1,6L Akan terlihat kemudian bahwa rumus pertama tidak menentukan kecuali jika beban mati lebih besar 8 kali dari beban hidup. Selanjutnya rumus pertama akan diabaikan kecuali jika D > 8L. Dalam Contoh 4.1, suatu profil IWF dipilih untuk mendukung beban tarik. Untuk contoh pertama ini, proses desain dibatasi untuk profil tertentu yaitu W300x300. Hal ini ditujukan supaya pembahasan terfokus dan tidak membias untuk meninjau profil lain, misalnya W200x200, W250x250, W350x350, dll. Contoh 4.1 Tentukan profil W300x200 panjang 9,0 m dari baja BJ34 untuk memikul gaya tarik layan akibat beban mati ND = 578 kN dan gaya tarik akibat beban hidup NL = 489 kN. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 4.1, profil mempunyai dua baut 22 mm pada setiap flens. (paling sedikit ada tiga baut dalam satu baris dengan jarak 100 mm).

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

72

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Gambar 4.1 Penampang Elemen Untuk Contoh 4.1

Solusi: Tinjau dua kondisi pembebanan Nu = 1,4D = (1,4)(578) = 809,2 kN Nu = 1,2D + 1,6L = (1,2)(578) + (1,6)(489) = 1476 kN Hitung Ag minimum yang diperlukan: N 1476 1. min Ag = u = x10 6 = 7810 mm 2 ft Fy (0,90)(210 x10 3 ) 2. min Ag =

Nu + luas lubang ft FuU

Asumsikan U = 0,90 dari Tabel 3.2 dan asumsikan tebal flens sekitar 14 mm setelah melihat profil W12 dalam manual LRFD dengan luas 8336 mm2 atau lebih. 1476 min Ag = x10 6 + (4)(24,0)(14,0) = 7776 mm 2 3 (0,75)(340 x10 )(0,90) 3. min r =
L (9,0)(1000) = = 30 mm 300 300

Coba W300x200x65,4(Ag = 8336 mm2, d = 298 mm, bf = 201 mm, tf = 14 mm, ry = 47,7 mm). Kontrol: 1. Nu = ftFyAg = (0,90)(210x103)(8336x10-6) = 1576 kN > 1476 kN

OK

2. x untuk separuh IWF300 x 200 atau WT300x200x32,7 = 29,1 mm. L = (2)(100) = 200 mm. x 29,1 U =1- =1= 0,8545 (dari Tabel 3-2, U = 0,85) L 200 An = 8336 (4)(24,0)(14,0) = 6992 mm2 Nu = ftFuAe = (0,75)(340x103)(0,8545 x 6992)x10-6 = 1523 kN > 1476 kN

OK

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

73

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

L (9,0)(1000) = = 188,7 < 300 r 47,7 Gunakan IWF300x200x65,4


3.

OK g

Contoh 4.2 Rancang batang tarik siku tunggal panjang 2,75 m untuk memikul beban layan akibat beban mati 134 kN dan beban layan tarik akibat beban hidup 178 kN. Batang disambungkan pada satu kaki saja dengan baut 22 mm. (paling sedikit ada tiga baut dalam satu baris dengan jarak antar baut 75 mm). Asumsikan hanya ada satu baut pada satu penampang. Gunakan baja BJ37. Pembahasan: Akan terdapat banyak siku dalam tabel yang dapat memikul beban layan dalam soal, sehingga akan sulit untuk menentukan profil siku ekonomis. Untuk mempermudah proses perancangan, akan lebih mudah jika digunakan tabel dengan mencoba berbagai tebal siku. Selanjutnya pilih siku dengan luas terkecil. Solusi: Nu = (1,2)(134) + (1,6)(178) = 445,6 kN 1. min Ag = Nu 445,6 = x10 6 = 2063 mm 2 ft Fy (0,90)(240 x10 3 )

2. Dari Tabel 3.2, asumsikan U = 0,85 Nu 445,6 min An = = 10 6 = 1890 mm 2 ft FuU (0,75(370 x10 3 )(0,85) 3. min r =
Tebal Siku (mm) 8 10 11 13 16

L (1000)(2,75) = = 9,17 mm 300 300


Luas bruto yang diperlukan = terbesar dari N/0,60 Fy atau N/0,50FuU + luas lubang (mm2) 3095 atau 3026 3095 atau 3074 3095 atau 3098 3095 atau 3146 3095 atau 3218 Luas profil paling ringan (siku sama kaki dan tidak sama kaki) dan luasnya (mm2)

Luas 1 lubang baut 24 mm (mm2) 192 240 264 312 384

Tidak ada yang memenuhi 90.250.10 (A = 3320, r = 18,4, w = 26,0) Tidak ada yang memenuhi 120.120.15 (A = 3390, r = 23,4, w = 23,3) 150.150.16 (A = 4570, r = 29,3, w = 35,9)

Gunakan L120.120.15

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

74

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

4.2 Batang Tarik Built-Up (Tersusun) SNI 03-1729-02 memberikan persyaratan untuk batang tarik tersusun dalam Pasal 103.3 dan 10.3.4 seperti telah dikutip pada halaman 1 bab ini. Peraturan AISCI-LRFD Spec. D2 dan J3.5 juga memberikan penjelasan bagaimana bagian dari penampang built-up disambungkan satu sama lain. 1. Jika suatu batang tarik dibuat dari elemen yang disambung satu dengan lainnya secara menerus, seperti pelat dengan suatu profil atau dua buah pelat, maka jarak longitudinal dari konektor tidak boleh lebih dari 24 kali tebal pelat atau 12 in (300 mm). jika batang akan dicat dan jika tidak dicat tidak diperbolehkan berada dalam lingkungan korosif. 2. Jika batang terdiri dari beberapa elemen baja yang ditempatkan di udara terbuka tanpa pengecatan dan kontak antar elemen ini terjadi secara menerus, jarak konektor yang diijinkan adalah 14 kali tebal pelat paling tipis, atau 7 in (175 mm). 3. Jika batang tarik terbuat dari satu atau lebih built-up profil yang tersambung secara tidak menerus, maka profil harus disambung pada suatu interval sedemikian rupa sehingga rasio kelangsingan setiap profil tidak boleh lebih dari 300. 4. Jarak dari pusat penampang baut ke sisi terdekat dari bagian yang disambung tidak boleh lebih besar dari 12 kali tebal elemen yang disambung, atau 6 in (150 mm). Contoh 4.3 memberikan ilustrasi analisa batang tarik built-up dari dua kanal. Dalam contoh ini dirancang pelat penyambung atau batang pengikat kedua kanal tersebut, seperti diberikan dalam Gambar 4.2(b). Pelat penyambung ini menghasilkan distribusi tegangan yang merata. Manual AISC-LRFD Section D-2 memberikan peraturan empiris untuk mendesain pelat ini. Pelat prekas berlubang juga boleh digunakan. Dalam Gambar 4.2, lokasi baut yaitu gage standar untuk profil kanal ini adalah 45 mm dari belakang kanal. SNI dan Manual AISC-LRFD tidak memberikan gage standar kecuali untuk profil siku, dan profil lain yang diberikan dalam Part 9. Untuk profil lain seperti C, W, dan S, jarak gage dapat dilihat dari produsen pembuat profil tersebut atau dari manual baja AISC edisi sebelumnya. Tidak diberikannya gage adalah untuk memberikan kebebasan pada pelaksana dalam menempatkan lubang. Dalam Gambar 4.2, jarak antar baris baut yang menyambungkan pelat pengikat kedua kanal sama dengan 210 mm. Sama halnya dengan SNI 03-1729-02, LRFD Spec. (D2) juga menyatakan bahwa panjang pelat pengikat (panjang selalu diukur sejajar dengan arah longitudinal batang) tidak boleh lebih kecil dari 2/3 jarak antara dua baris baut. Tebal pelat pengikat juga tidak boleh kurang dari 1/50 dari jarak antara dua baris baut ini. Lebar minimum pelat pengikat (tidak disebutkan dalam manual AISC-LRFD) adalah lebar antara dua baris sambungan baut ditambah jarak ujung pada setiap sisi untuk menghindari baut terlepas dari pelat. Dalam Contoh 4.3, jarak sisi minimum ini adalah 40 mm diambil dari Tabel J3.4 manual LRFD. Dimensi pelat dibulatkan supaya sesuai dengan yang tersedia di pasar. Akan lebih ekonomis jika dipilih tebal dan lebar standar.
Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial 75

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

27 mm 123 mm

2 C300x100x46,2 (A 1 profil = 5880 mm2)

Pusat gravitasi x profil C

x 300 mm

(a)

g = 45 mm

210 mm 300 mm Nu

g = 45 mm

Pelat pengikat

Panjang pelat pengikat

(b)

Nu Lebar pelat pengikat

Gambar 4.2 Penampang Built-up Untuk Contoh 4.3

LRFD Spec. (D2) memberikan jarak maksimum antara dua pelat pengikat melalui nilai L/r untuk masing-masing komponen built-up yaitu tidak boleh kurang dari 300. Dengan mensubstitusi nilai ini, jari-jari girasi terkecil r dari masing-masing komponen maka dapat dihitung L. Nilai ini adalah jarak maksimum pelat pengikat menurut LRFD. Contoh 4.3 Dua profil C300x100x46,2 (lihat Gambar 4.2) dipilih untuk memikul gaya akibat beban mati layan 533,8 kN dan gaya tarik akibat beban hidup layan 1067,6 kN. Panjang batang adalah 9,1 m dari baja BJ37 dan mempunyai satu baris baut sedikitnya 3 baut 22 mm pada setiap flens dengan jarak 75 mm. Gunakan peraturan LRFD untuk memeriksa apakah batang ini kuat dan rencanakan pelat pengikat yang diperlukan. Asumsikan pusat lubang baut adalah 45 mm dari belakang profil kanal. Solusi: C300x100x46,2 ((Ag = 5880 mm2 1 profil, tf = 16 mm, Ix = 803.000.000 mm4 1 profil, Iy = 4.950.000 in4 1 profil, sumbu y dari belakang profil C = 27,0 mm, ry = 29,0 mm). Beban yang harus dipikul Nu = (1,2)(533,8) + (1,6)(1067,6) = 2348,7 kN

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

76

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Kuat rencana Nu = ftFyAg = (0,90)(240x103)(2 x 5880) x 10-6= 2540,2 Nk > 2348,7 kN An = [5880 (2)(16)]2 = 11696 mm2 U = 0,85 dari Tabel 3-2 Nu = ftFuAnU = (0,75)(370x103)(11696)(0,85) = 2758,8 kN > 2348,7 kN Rasio kelangsingan Ix = (2)( 803.000.000) = 16.060.000.000 mm4 Iy = (2)( 4.950.000) + (2)(5880)(123)2 = 187.817.040 mm4 16.060.000.000 rx = = 1168 mm 2x5880 L (1000)(9,1) = = 80 < 300 r 1168 Desain pelat pengikat (Peraturan LRFD D2) Jarak antara baris baut = 300 (2)(45) = 210 in. Panjang minimum pelat pengikat = (2/3)(210) = 140 mm Tebal minimum pelat pengikat = (1/50)(210) = 4,2 mm (ambil 5 mm) Lebar minimum pelat pengikat = 210 + (2)(40) = 290 mm Jarak antara pelat pengikat: Jari-jari girasi terkecil dari profil C = 29 mm. Maksimum L/r = 300 (1000)(L) = 300 29 L = 8,7 m Gunakan pelat pengikat: 5 x 140 x 290

OK

OK

4.3 Rod dan Bar Jika rod dan bar digunakan sebagai batang tarik maka sambungan dapat langsung dilas, atau batang tersebut dapat diulir dan ditahan ditempat tertentu dengan menggunakan baut. Menurut AISC-LRFD, tegangan tarik rencana nominal rod berulir diberikan dalam Tabel J3.2 dan sama dengan f0,75 Fu yang berkerja pada luas bruto rod AD (luas bruto dihitung berdasarkan diameter ulir luar). Luas yang diperlukan untuk beban tarik dihitung dari Nu AD = dengan f = 0,75 f0,75Fu SNI tidak memberikan properti rod, tetapi Manual AISC-LRFD memberikan dalam Tabel 8-7 berjudul Threading Dimensions for High Strength and Non-HighStrength Bolts. Contoh 4.4 memberikan ilustrasi pemilihan rod dengan menggunakan tabel ini. AISC-LRFD (Bagian 6, Section J1.7) menyatakan bahwa beban terfaktor Nu yang digunakan dalam rancangan tidak boleh lebih kecil dari 10 k (44,5 kN) kecuali untuk pengikat, trekstang, atau girt.

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

77

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Contoh 4.4 Dengan menggunakan baja BJ37 dan peraturan LRFD, pilih rod berulir untuk memikul beban tarik akibat beban mati layan 44,5 kN dan beban hidup layan 89 kN. Solusi: Nu = (1,2)(44,5) + (1,6)(89) = 195,8 kN Nu 195,8 AD = = x10 6 = 529,2 mm 2 3 f0,75 Fu (0,75)(0,75)(370 x10 ) Gunakan: rod diameter 13/8 in (35 mm) dengan 6 ulir per inci (25,4 mm) (AD = 1,49 in2 = 957 mm2) g Kadang-kadang upset rod seperti dalam Gambar 4.3 digunakan dimana ujung rod dibuat lebih besar dari rod biasa dan ulir ditempatkan pada bagian rod yang besar sehingga luas ulir pada rod besar akan lebih besar dari rod biasa. LRFD menyatakan bahwa kuat tarik nominal dari bagian berulir upset rod sama dengan 0,75 FuAD dengan AD adalah luas batang pada diameter ulir terbesar. Nilai ini harus lebih besar dari perkalian luas rod nominal (sebelum diperbesar) dengan Fy. Dengan membuat upsetting perancang dapat menggunakan seluruh luas penampang yang sama dengan rod tanpa ulir, tetapi penggunaan batang upset mungkin tidak ekonomis dan harus dihindari kecuali dilakukan pesanan dalam jumlah banyak. Penggunaan batang tarik banyak terjadi pada portal baja untuk bangunan industri dengan gording berada diatas rangka untuk memikul atap. Jenis bangunan ini juga sering dilengkapi dengan girt yang menghubungkan kolom sepanjang dinding. Girt adalah balok horisontal yang digunakan pada sisi bangunan, biasa bangunan industri, untuk menahan lentur lateral akibat angin. Girt juga dipakai untuk panel dinding sisi bangunan. Trekstang (sag rod) juga diperlukan untuk menyokong gording sejajar dengan permukaan atap dan tumpuan vertikal girt sepanjang dinding. Untuk atap dengan kemiringan 1:4, diperlukan trekstang sebagai sokongan lateral gording, khususnya jika gording adalah profil kanal. Baja kanal sering digunakan sebagai gording tetapi mempunyai tahanan lentur lateral yang kecil. Meskipun tahanan momen yang diperlukan pada bidang sejajar permukaan atap adalah kecil, tetapi diperlukan kanal yang sangat besar untuk mendapat modulus penampang yang diperlukan. Penggunaan trekstang untuk memberikan tumpuan lateral bagi gording biasanya akan ekonomis karena bidang lemah terhadap lentur dari kanal terletak pada bidang y. Untuk atap ringan (jika rangka atap mendukung atap baja berlubang), diperlukan trekstang pada setiap jarak 1/3 bentang jika rangka batang lebih dari 20 ft (6,1 m). Trekstang cukup diberikan di tengah bentang jika rangka batang kurang dari 6,1 m. Untuk atap yang lebih berat (terbuat dari tanah liat atau beton) kemungkinan diperlukan jarang trekstang yang lebih rapat. Trekstang yang dipasang pada interval 4,3 m akan mencukupi jika jarak rangka kuda-kuda kurang dari 4,3 m. Beberapa perancang menganggap bahwa komponen beban sejajar permukaan atap dapat dipikul oleh atap, terutama jika atap dibuat dari lembaran baja berpermukaan kasar, dan batang pengikat tidak diperlukan. Asumsi ini tidak benar dan sebaiknya tidak dilakukan jika kemiringan atap sangat tajam.

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

78

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Gambar 4.3 Rod Bulat dengan Upset

Perancang teknik harus menggunakan intuisinya dalam membatasi nilai kelangsingan batang karena biasanya mencapai beberapa kali nilai batas untuk tipe batang tarik. Dalam praktek, biasanya perencana menggunakan rod dengan diameter tidak kurang dari 1/500 panjangnya untuk menjamin kekakuan meskipun menurut perhitungan tegangan dapat digunakan ukuran yang lebih kecil. Biasanya ukuran minimum dari trekstang adalah 16 mm karena diameter yang lebih kecil akan rusak dalam pelaksanaan. Ulir dari batang yang lebih kecil dari 16 mm akan mudah rusak pada saat ditarik. Contoh 4.5 memberikan ilustrasi desain trekstang untuk gording dari rangka atap. Batang trekstang diasumsikan mendukung reaksi balok tumpuan sederhana untuk komponen beban gravitasi (atap, gording) sejajar dengan permukaan atap. Gaya angin dianggap bekerja tegak lurus permukaan atap dan secara teoritis tidak akan mempengaruhi gaya trekstang. Gaya maksimum dalam trekstang akan terjadi dalam bagian atas trekstang karena trekstang harus memikul jumlah gaya pada trekstang dibagian bawahnya. Secara teoritis memungkinkan menggunakan batang lebih kecil untuk trekstang bagian bawah tetapi reduksi ukuran ini tidak praktis. Contoh 4.5 Rancang trekstang untuk gording dari rangka atap dalam Gambar 4.4. Gording ditumpu pada jarak 1/3 jarak bentang rangka yaitu 6,3 m. Gunakan baja BJ37 dan peraturan LRFD dengan dimensi rod minimum 16 mm. Jenis atap adalah tanah liat dengan berat 1728 Pa dalam proyeksi horisontal permukaan atap. Detail gording dan trekstang serta sambungannya diperlihatkan dalam Gambar 4.4 dan 4.5. Garis putus dalam gambar memperlihatkan penggunaan ikatan dan batang tarik pada ujung panel dalam bidang atap sehingga menghasilkan resistensi yang lebih besar terhadap beban pada satu sisi dari rangka atap. Solusi: Beban gravitasi dari permukaan atap adalah: 7 x 25,3 gording = = 151,9 Pa (N/m2). 11,4 Jumlah gording 7 buah dengan berat 25,3 kg/m. 3 beban air hujan = 960 = 910,7 Pa 10 beban penutup atap = 1728 Pa wu = (1,2)(151,9 + 1728) + (0,5)(910,7) = 2711,2 Pa wu = (1,2)(151,9 + 1728) + (1,6)(910,7) = 3713 Pa Komponen beban sejajar beban atap = (1 / 10 ) x 3713 = 1174,2 Pa

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

79

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Trekstang 10 1 3
4m 11,

Gording C200x75x25,3

Siku Atap genting 3,6 m)

6 @ 3,6 m = 21,6 m

Rangka atap

6,3 m

Rangka atap 2,1 m

Batang tekan 6,3 m Pengikat

2,1 mTrekstang dipasang tidak bersinggungan dengan jarak 6 in untuk pemasangan. 2,1 m

Gording

Daerah arsir adalah luas Yang digunakan untuk Menghitung beban pada Trekstang ini = (11/12)(7)(11,4)
Gambar 4.4 Atap Dua Bentang

Rangka atap

Dari Gambar 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa komponen beban sejajar permukaan atap antara dua gording teratas dipikul langsung oleh trekstang horisontal. Dalam
Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial 80

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

contoh ini ada tujuh gording (dengan enam jarak antara) pada kedua sisi rangka atap. Jadi 1/12 beban total miring langsung didistribusikan ke trekstang horisontal dan 11/12 beban diterima oleh trekstang miring.

Trekstang

Batang atas dari rangka atap

Gambar 4.5 Detail Sambungan Trekstang

11 Beban pada trekstang miring teratas = (11,4)(1174,2) = 12269,9 N = 12.270 kN 12 Nu 12.270 AD = = x10 6 = 58,95 mm 2 f0,75Fu (0,75)(0,75)(370 x10 3 )
Gunakan trekstang 16 mm dengan 11 ulir per inci (25,4 mm) (AD = 198 mm2) Gaya dalam batang tarik antara diantara gording paling atas: 10 T = (11,4)(7)(1174,2) = 98.765 N = 98,8 kN 3 10 1 atau sama dengan (12.270) (11,4)(7)(1174,5) = 13,35 kN 3 + 12

98,8 x10 6 = 475,5 mm 2 3 (0,75)(0,75)(370 x10 ) Gunakan batang 16 mm AD =

4.4 Batang Sambungan Sendi Eyebar adalah batang dengan sambungan sendi seperti dalam Gambar 4.6. Pada awalnya eye-bar banyak digunakan pada struktur jembatan sambungan sendi, tetapi sekarang sudah jarang karena kelebihan sambungan baut dan las. Kesulitan dari rangka dengan sambungan sendi adalah rusaknya sendi yang menyebabkan sambungan longgar. SNI 03-1729-02 mensyaratkan sebagai berikut:
10.4 Komponen struktur tarik dengan sambungan pen

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

81

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Komponen struktur tarik dengan sambungan pen (eye bar) harus direncanakan menurut Butir 10.1 (dijelaskan dalam Bab 3 buku ini). Komponen yang disambung seperti pada Gambar 4.6 harus memenuhi persyaratan tambahan sebagai berikut: 1) Tabel komponen struktur tanpa pengaku yang mempunyai lubang sambungan pen harus lebih besar atau sama dengan 0,25 kali jarak antara tepi lubang pen ke tepi komponen struktur yang diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu komponen struktur. Batasan ini tidak berlaku untuk tebal lapisan-lapisan yang menyusun komponen struktur tarik yang digabung menggunakan baut; 2) Luas irisan pada bagian ujung komponen struktur tarik di luar lubang pen, sejajar, atau di dalam sudut 45o dari sumbu komponen struktur tarik, harus lebih besar atau sama dengan luas bersih yang diperlukan oleh komponen struktur tarik; 3) Jumlah luas sebuah lubang pen, pada potongan tegak lurus sumbu komponen tarik, harus lebih besar atau sama dengan 1,33 kali luas bersih yang diperlukan oleh komponen struktur tarik; 4) Pelat pen yang direncanakan untuk memperbesar luas bersih komponen struktur, atau menaikkan daya dukung pen, harus disusun sehingga tidak menimbulkan eksentrisitas dan harus direncanakan mampu menyalurkan gaya dari pen ke komponen struktur tarik.

a a Nu An Aaa Abb
Pin

b b1

Tebal = 0,25 b1 Abb > An Aaa + Acc = 1,33 An

c c

Acc

Gambar 4.6 Batang Sambungan Sendi (Eyebar)

Eye bar dibuat dari batang penampang persegi atau pelat dengan pelebaran bagian ujung dan melubangi secara thermal bagian ujung ini sehingga berfungsi sebagai sambungan sendi. LRFD Commentary (D3) menyatakan bahwa batang yang dibentuk secara thermal akan menghasilkan perencanaan yang lebih seimbang. SNI tidak memberikan persyaratan rinci, tetapi peraturan AISC-LRFD (D3) memberikan persyaratan rinci untuk batang sambungan sendi baik untuk sendi maupun pelatnya. Kuat rencana untuk batang ini adalah nilai terkecil yang didapat dari persamaan dibawah ini dengan merujuk pada Gambar 4.7. Jika pembaca melihat langsung ke dalam peraturan AISC-LRFD, maka akan melihat bahwa notasi yang diberikan dalam rumus di bawah ini dipertukarkan antara P dengan N. Hal ini tidak perlu terlalu menjadi masalah karena penulis hanya mencoba untuk menyamakan notasi gaya aksial dalam SNI yang menggunakan notasi N.

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

82

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Nn = (2t)(2t + 0,63)(Fu) (a) Kuat Tarik Pada Penampang Netto

Nn = (0,6)(2t)(a + d/2) Fu (b) Kuat Geser Rencana Pada Luas Netto Efektif
d a

Nn = 1,8 Fy d t (c) Kuat Tumpu Permukaan (Ini adalah kuat tumpu pada proyeksi segiempat dibelakang baut)

t Lebar

Nn = Fy (lebar) (t) (d) Kuat Tarik Pada Penampang Bruto

Gambar 4.7 Kekuatan Batang Tarik Sambungan Sendi

1. Kuat tarik pada luas netto efektif. Gambar 4.7(a). f = ft = 0,75 Nn = 2 t beff Fu

(LRFD Pers. D3-1) (4.6)

dengan t = tebal pelat dan beff = 2 t + 0,63, tetapi tidak boleh lebih dari jarak antara lubang pinggir ke sisi bagian profil yang diukur tegak lurus terhadap garis kerja gaya. 2. Kuat rencana geser pada luas netto efektif. Gambar 4.7(b). f = fst = 0,75 Nn = 0,6 Asf Fu
Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

(LRFD Pers. D3-2) (4.7)


83

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

dengan Asf = 2t (a + d/2), dan a adalah jarak terpendek dari sisi lubang sendi ke sisi profil yang diukur sejajar terhadap gaya. 3. Kekuatan permukaan dalam menahan reaksi. Gambar 4.7(c). f = 0,75 Nn = 1,8 Fy Apb (LRFD Pers. J1-8) (4.8)

dengan Apb = luas proyeksi tumpuan = d t. Perlu dicatat bahwa Pers. (J8-1) LRFD berlaku untuk permukaan yang dikempa, sendi yang dipahat, dibor atau lubang yang dibor, dan ujung dari pengaku tumpuan. LRFD Specification J8 juga memberikan rumus lain untuk menentukan kekuatan tumpu untuk rol. 4. Kuat tarik pada penampang luas bruto. Gambar 4.7(d). f = 0,90 Nn = Fy Ag (LRFD Pers. D1-1) (4.9)

AISC-LRFD Specification (D3) menyatakan bahwa tebal dan pelat sambungan sendi < in (12,7 mm) hanya diijinkan jika tambahan baut diberikan untuk memperkuat sendi dan pelat serta diberikan pelat pengisi sehingga terjadi kontak langsung. Kuat rencana untuk landasan pelat ini diberikan dalam AISC-LRFD Specification J8. AISC-LRFD Specification D3 juga memberikan perbandingan tertentu antara sendi dan eyebar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batang eyebar dan sambungan sendi yang dibuat dari baja dengan tegangan leleh lebih besar dari 70 ksi (482,6 MPa) akan terdapat kemungkinan terjadi dishing (keruntuhan stabilitas inelastis dimana kepala eyebar melengkung dan membentuk mangkuk). Untuk mencegah hal ini, AISCLRFD mensyaratkan bahwa diameter lubang tidak lebih dari lima kali tebal pelat terbesar sehingga lebar eyebar akan tereduksi dengan sendirinya.

4.5 Desain Terhadap Beban Fatik Pada umumnya fatik bukanlah masalah yang dijumpai pada bangunan gedung karena beban pada struktur tidak menimbulkan variasi tegangan yang terlalu besar. Walaupun demikian fatik tetap dapat dijumpai pada bangunan, yaitu dalam hal adanya keran (crane) atau vibrasi mesin. Jika batang baja mendapat beban fatik, maka retak akan terjadi dan menyebar sehingga menyebabkan keruntuhan fatik. Retak ini cenderung terjadi pada tempat dimana terjadi konsentrasi tegangan, misalnya pada bagian lubang, sisi penampang yang tidak sempurna, atau pengelasan yang tidak baik. Fatik juga lebih banyak terjadi pada batang tarik.

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

84

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Meskipun telah banyak uji fatik dilakukan tetapi pemahaman perilaku fatik bagi perancang teknik masih belum ada. Akibatnya, desain baja terhadap fatik hampir seluruhnya didasarkan pada hasil uji. Satu metoda untuk uji fatik adalah metoda beban aksial, dimana batang mendapat tegangan aksial bolak-balik dan hasilnya dinyatakan dalam kurva S-N. Dalam kurva ini, tegangan maksimum (S) dinyatakan dalam sumbu vertikal dan jumlah pembebanan berulang yang diperlukan untuk terjadi keruntuhan (N) dalam sumbu horisontal, seperti diberikan dalam Gambar 4.8. Tentu saja nilai ini akan berlainan tergantung mutu baja dan temperatur. Untuk mendapatkan kurva ini, benda uji dites pada tingkat tegangan yang berbeda dan beban tersebut diberikan berulang sampai terjadi keruntuhan. Dalam Gambar 4.8 terlihat bahwa fatik life suatu batang bertambah jika tegangan maksimum berkurang. Kemudian, pada nilai tegangan rendah, umur fatik (fatigue life) semakin besar. Ada suatu tegangan dimana umur fatik adalah tak terhingga. Tegangan ini disebut batas daya tahan (endurance). Nilai ini sangat penting untuk suatu material yang mendapat beban berulang jutaan kali, misalnya untuk mesin yang berrotasi. SNI 03-1729-02 tidak membahas tentang beban perancangan terhadap beban fatik, tetapi peraturan AISC-LRFD Appendix K memberikan metoda perancangan sederhana yang memperhitungkan beban berulang. Dengan metoda ini, jumlah tegangan berulang, rentang tegangan yang diharapkan (yaitu perbedaan antara tegangan maksimum dan minimum), tipe dan lokasi batang diperhitungan dalam perancangan. Dengan informasi ini, rentang tegangan ijin maksimum dapat dicari untuk beban kerja atau beban layan. Tegangan maksimum dalam suatu batang yang dihitung berdasarkan LRFD tidak boleh lebih besar dari tegangan nominal dalam batang tersebut, dan rentang tegangan maksimumnya tidak boleh lebih dari rentang tegangan ijin dalam Appendix K.
S = Tegangan maksimum (MPa)

Batas Endurance
0 20 40 60 80

N = Jumlah putaran hingga runtuh (juta)

Gambar 4.8 Tipikal Kurva S-N

Jika diperkirakan akan terjadi kurang dari 20.000 kali beban berulang pada suatu batang, maka fatik tidak perlu ditinjau. Jika beban berulang lebih dari 20.000 kali, rentang tegangan ijin ditentukan dengan cara berikut.

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

85

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

1. Kondisi pembebanan dihitung dari Tabel A-K3.1 Appendix K peraturan LRFD. Misalnya jika diperkirakan jumlah siklus beban kurang dari 100.000 (kurang lebih 10 kali beban berulang selama 25 tahun) dan tidak lebih dari 500.000 kali beban berulang, maka harus digunakan kondisi beban no. 2 dari tabel tersebut. 2. Tipe dan lokasi keruntuhan batang atau detail lainnya ditentukan dari Gambar AK3.1 Appendix K. Jika suatu batang tarik terdiri dari siku ganda yang dilas fillet pada pelat, maka kasus ini dihitung seperti diilustrasikan dalam Contoh 17 (Las fillet akan dibahas dalam Bab 14. Dalam jenis las ini, batang dibuat overlap dan dilas). 3. Dari Tabel A-K3.2 tegangan dikelompokkan ke dalam A, B, B, C, D, E, atau F. Misalnya, sambungan tarik dengan las fillet dalam Contoh 17, dikelompokkan sebagai E. 4. Akhirnya dari Tabel A-K3.3 Appendix K, dengan rentang tegangan ijin kelompok E dan kondisi beban no. 2 didapat Fsr = 13 ksi (89,63 MPa). Contoh 4.6 memperlihatkan desain dua siku tarik yang mendapat beban berulang dengan menggunakan Appendix K peraturan AISC LRFD. Contoh 4.6 Suatu elemen baja 18 ft (5,5 m) terdiri dari siku ganda sama kaki dengan las fillet pada sambungan. Gaya tarik akibat beban mati layan adalah 30 k (133,45 kN). Juga diperkirakan akan terjadi beban berulang akibat beban hidup 250.000 kali dan variasi tekan 12 k (53,38 kN) sampai dengan tarik 65 k (289,13 kN). Tentukan dimensi siku dengan baja A36 dan peraturan LRFD. Solusi: Berdasarkan Appendix K dan peraturan LRFD didapat nilai berikut. Tabel A-K3.1 kondisi beban no. 2 Gambar A-K3.1 diberikan dalam Contoh 17 Tabel A-K3.2 Kategori tegangan: E Tabel A-K3.3 Rentang tegangan ijin Fsr = 13 ksi (89,63 MPa) Rentang beban terfaktor Pu Tarik maksimum Nu = (1,2)(30) + (1,6)(65) = 140 k (622,8 kN) Tekan Nu = (1,4)(30) = 42 k (186,8 kN) Nu = (1,2)(30) + (1,6)(-12) = +16,8 k (74,7 kN) Jadi, masih dalam kondisi tarik. Menentukan dimensi profil:

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

86

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

Ag =

Nu 140 = = 4,32 in 2 (2787,1 mm 2 ) ft Fy (0,90)(36)

Coba: 2L 4 x 4 x 5/16 [A = 4,80 in2 (3096,8 mm2), r = 1,24 in (31,5 mm)] 30 + 65 = 19,79 ksi (136,4 MPa) Beban layan tarik maksimum f t max = 4,80 30 - 12 = 3,75 ksi (25,8 MPa) Beban layan tarik minimum f t min = 4,80 Rentang tegangan aktual = 19,79 3,75 = 16,04 ksi (110,6 MPa) > 13 ksi (89,63 MPa) Tidak OK Coba: 2L4 x 4 x [A = 7,50 in2 (4838,7 mm2), r = 1,22 in (31 mm)] Beban layan tarik maksimum f t max =

30 + 65 = 12,67 ksi (87,4 MPa) 7,50 30 - 12 = 2,40 ksi (16,5 MPa) 7,50
g

Beban layan tarik minimum

f t min =

Rentang tegangan aktual = 12,67 2,40 = 10,27 ksi (70,81 MPa) < 13 ksi (89,63 MPa) OK l (12)(18) = = 177 < 240 OK r 1,22 Gunakan: 2L4 x 4 x

Kumpulan Soal Untuk Soal 4.1 s.d. 4.8. Pilih profil untuk kondisi yang dijelaskan dalam soal kecuali x disebutkan lain dengan baja BJ37 dan geser blok diabaikan. U = 1 - kecuali untuk L Soal 4.8. 4.1 Pilih profil IWF350x350 untuk memikul beban ND = 979 kN dan NL = 1112 kN. Panjang batang 9,0 m dan diasumsikan terdapat dua baris lubang untuk baut 25 mm pada setiap flens. Paling sedikit ada tiga baut dalam satu baris dengan jarak baut 100 mm. Ulangi Soal 4.1 dengan menggunakan profil IWF300x300. Pilih profil IWF300x300 untuk memikul beban tarik terfaktor Nu = 1690 kN. Asumsikan ada dua baris baut 19 mm pada setiap flens (paling sedikit ada tiga baris baut dalam setiap baris dengan jarak antar baut 100 mm). Panjang batang 8,5 m.
87

4.2 4.3

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

4.4

Pilih profil kanal paling ringan untuk memikul beban tarik layan ND = 356 kN dan NL = 489 kN. Panjang batang 5,5 m dan diasumsikan hanya ada satu baris baut 25 mm pada setiap flens. Asumsikan ada tiga baut dalam satu baris dengan jarak antar baut 100 mm. Ulangi Soal 4.4 jika digunakan profil MC (lihat tabel AISC-LRFD). Pilih profil untuk memikul beban tarik layan ND = 356 kN dan NL = 445 kN. Panjang batang 6 m, dan diasumsikan terdapat dua baris baut 22 mm pada setiap flens (4 baut dengan jarak antar baut 75 mm). Ulangi Soal 4.6 jika batang terbuat dari baja BJ41 (4 baut dalam satu baris dengan jarak 75 mm, pada web saja). Suatu batang tarik sambungan las memikul beban rencana Nu = 2891 kN dan terdiri dari dua kanal yang dipasang saling membelakangi dengan flens menghadap ke dalam. Jarak kedua kanal 300 mm. Pilih profil kanal. U = 0,87. Panjang batang adalah 9,1 m.

4.5 4.6

4.7

4.8

4.9 s.d. 4.16. Sebagai latihan untuk menggunakan peraturan lain selain SNI dan juga pemahaman menggunakan jenis satuan yang lain, diberikan latihan soal berikut. Pilih profil paling ringan untuk kondisi yang diberikan dalam soal. Asumsikan jarak baut 4 in. Abaikan blok geser. Tentukan U dari peraturan LRFD B.3 kecuali untuk Soal 4.11.
Soal 4.9 Profil W12 PD (kips) 100 PL (kips) 150 Panjang (ft) 22 Baja A572 Mutu 50 A572 Mutu 50 A572 Mutu 50 A36 Sambungan Dua baris baut in. (jarak baut 3 in) pada setiap flens Dua baris baut in. (jarak baut 3 in) pada setiap flens Las longitudinal pada flens saja dengan U = 0,87 Dua baris baut in. (jarak baut 2 in) pada setiap flens Las transversal pada flens saja Dua baris baut in. (jarak baut 3 in) pada setiap flens Las transversal pada flens saja Las longitudinal pada flens saja Jawab W12 X 40

4.10

W14

200

240

24

4.11 4.12

W10 W12

80 400

60 100

18 28

W10 X 17

4.13 4.14

MC S

70 50

90 80

20 18

A36 A572 Mutu 50 A36 A242 Mutu 46

MC12 X 35

4.15 4.16

WT7 WT6

100 80

60 120

16 15

WT7 X 26,5

4.17 Baja BJ37 digunakan dalam memilih siku tunggal untuk menahan beban tarik layan ND = 311 kN dan NL = 356 kN. Panjang batang 6 m dan diasumsikan

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

88

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

disambung dengan satu baris baut 22 mm pada kaki panjang, jika digunakan siku x tidak sama kaki. Abaikan geser blok. U = 1 - . L 4.18 Pilih sepasang profil kanal untuk kondisi pada Gambar S4.18. Gunakan baja BJ37 dan asumsikan las transversal pada ujung batang dibagian web saja. L = 7,5 m, Nu = 1334 kN. Abaikan geser blok.

10 cm

Gambar S4.18 Kanal Ganda Untuk Soal 4.18

4.19 Ulangi Soal 4.17 dengan menggunakan siku ganda dengan kaki panjang saling membelakangi. Asumsikan terjadi kontak pada kaki siku dan asumsikan terdapat lubang untuk baut 22 mm pada setiap flens. Juga diasumsikan U = 0,85. 4.20 Rencanakan batang L2L3 dari rangka batang dalam Gambar S4.20. Batang tersebut terdiri dari siku ganda dengan pelat buhul 9,5 mm pada setiap titik kumpul. Gunakan baja BJ37 dan peraturan LRFD. Asumsikan terdapat satu baris baut 19 mm pada setiap kaki siku dengan jarak antara baut 100 mm. Beban ND = 89 kN dan Na = 53 kN (beban atap). Abaikan geser blok.

U2

3,6 m

L2

L3

6 @ 3,6 m = 21,6 m

Gambar S4.20 Rangka Atap Untuk Soal 4.20

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

89

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

4.21 Pilih batang tarik siku tunggal untuk menahan beban layan ND = 356 kN dan NL = 311 kN. Panjang batang 5,5 m dan disambungkan pada kaki panjang dengan satu baris baut 22 mm dengan jarak baut 100 mm. Asumsikan Fy = 276 MPa dan Fu = x 414 MPa. Abaikan geser blok. U = 1 - . L 4.22 Ulangi Soal 4.8 dengan asumsi digunakan satu baris baut 22 mm pada setiap flens dan paling sedikit ada 3 baut dengan jarak baut 100 mm. Juga rancang pelat pengikat. Asumsikan jarak atau gage dari belakang profil kanal ke pusat baris baut adalah 50 mm. Tentukan U dari LRFD Specification B3. 4.23 Suatu batang tarik dari empat buah siku sama kaki disusun seperti dalam Gambar S4.23 dan harus memikul beban layan ND = 800 kN dan NL = 1423 kN. Panjang batang 9,1 m dan diasumsikan pada setiap siku mempunyai satu baris baut 22 mm pada setiap kaki. Rancang batang tersebut termasuk pelat pengikat yang diperlukan dengan menggunakan baja BJ37. Abaikan geser blok.

460 mm

460 mm

Gambar S4.23 Profil Tersusun Soal 4.23

4.24 Pilih batang bulat berulir yang berfungsi sebagai penggantung untuk menahan beban tarik layan ND = 44 kN dan NL = 53 kN. Gunakan baja BJ37 4.25 Pilih batang bulat berulir yang berfungsi sebagai penggantung untuk menahan beban tarik layan ND = 53 kN dan NL = 67 kN. Gunakan baja BJ37. 4.26 Batang tarik pada dasar dari pelengkung tiga sendi dalam Gambar S4.26 adalah profil batang tarik dari baja BJ37. Berapa ukuran batang bulat berulir yang harus digunakan untuk menahan beban layan pada gambar?

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

90

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

BAB IV PERANCANGAN BATANG TARIK


POLBAN

ND = 89 kN NL = 111 kN

ND = 89 kN NL = 111 kN

ND = 89 kN NL = 111 kN

9,1 m

6m

4,5 m

4,5 m 30 m

6m

9m

Gambar S4.26 Pelengkung Tiga Sendi untuk Soal 4.26

4.27 Rangka atap untuk bangunan industri berjarak 6,4 m, memikul beban penutup atap 288 Pa permukaan atap. Gording mempunyai jarak seperti dalam Gambar S4.27 dengan berat 144 Pa permukaan atap. Rencanakan trekstang dengan menggunakan batang BJ37 dan peraturan LRFD dengan asumsi terdapat beban hidup air hujan 1440 Pa permukaan horisontal atap. Trekstang direncanakan untuk dipasang pada jarak 1/3 bentang.
6 interval gording 6,10 m

24 m
Gambar S4.27 Rangka Atap untuk Soal 4.27

Perancangan Struktur Gedung Metode LRFD Elemen Aksial

91

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Anda mungkin juga menyukai