Anda di halaman 1dari 12

Panduan Desain Gording Baja Canai Dingin

Dibuat oleh Arif Sandjaya, S.T., M.T.

Diperlukan denah bangunan, untuk mengetahui bentang tumpuan gording (antara gable
frame).
Asumsi struktur gording adalah balok dengan tumpuan pada kedua ujung berupa sendi.

Menentukan beban yang diterima gording berdasarkan SNI 1727:2013

Pasal 1.1 Ruang lingkup


Standar ini memuat ketentuan beban minimum untuk merancang bangunan gedung dan
struktur lain. Beban dan kombinasi pembebanan yang sesuai, telah dikembangkan dan harus
digunakan bersama, baik untuk perancangan dengan metode kekuatan ataupun perancangan
dengan metode tegangan izin. Untuk kuat rancang dan batas tegangan izin, spesifikasi
perancangan bahan bangunan konvensional yang digunakan pada bangunan gedung dan
modifikasinya yang dimuat dalam standar ini harus diikuti.

Pasal 1.3.1 Kekuatan dan Kekakuan


Bangunan dan struktur lain, dan semua bagiannya, harus dirancang dan dibangun dengan
kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memberikan stabilitas struktural, melindungi
komponen nonstruktural dan sistem, dan memenuhi persyaratan kemampuan layan Pasal
1.3.2.
Kekuatan yang dapat diterima harus ditunjukkan menggunakan satu atau lebih prosedur
berikut:
a. Prosedur Kekuatan Pasal 1.3.1.1,
b. ...

Pasal 1.3.1.1 Prosedur Kekuatan


Komponen struktural dan nonstruktural dan sambungan-sambungannya harus memiliki
kekuatan yang memadai untuk menahan kombinasi beban yang berlaku Pasal 2.3 dari
Standar ini tanpa melebihi keadaan batas kekuatan yang berlaku untuk material konstruksi.

Pasal 1.3.2 Kemampuan layan


Sistem struktur, dan komponennya, harus dirancang untuk memiliki kekakuan yang cukup
untuk membatasi lendutan, simpangan lateral, getaran, atau deformasi lain yang melampaui
persyaratan kinerja serta fungsi bangunan gedung atau struktur lainnya.

Pasal 1.4 Integritas struktural umum


Semua struktur harus dilengkapi dengan alur beban menerus sesuai dengan persyaratan Pasal
1.4.2 dan harus memiliki sistem penahan-gaya lateral lengkap dengan kekuatan yang
memadai untuk menahangaya-gaya yang ditunjukkan dalam Pasal 1.4.3. Semua komponen
struktur dari sistem struktural harus disambungkan ke komponen struktur sesuai dengan
Pasal 1.4.4. …
Pasal 1.4.2 Sambungan jalur beban
Semua bagian dari struktur antara joint pemisah harus saling berhubungan untuk
membentuk jalur menerus ke sistem penahan-gaya lateral, dan sambungan harus mampu
menyalurkan gaya lateral yang disebabkan oleh bagian-bagian yang terhubung. Bagian
terkecil apa pun dari struktur harus terikat ke sisa struktur dengan elemen yang memiliki
kekuatan untuk menahan gaya tidak kurang dari 5% dari berat bagian itu.

Pasal 1.4.3 Gaya lateral


Setiap struktur harus dianalisis untuk efek gaya lateral statis yang diterapkan secara mandiri
di setiap dua arah ortogonal. Pada setiap arah, gaya lateral statis pada semua level harus
diterapkan secara bersamaan. Untuk tujuan analisis, gaya pada setiap level harus ditentukan
dengan menggunakan Persamaan 1.4-1 sebagai berikut:

dimana
= gaya lateral desain yang diterapkan pada tingkat x dan
= bagian dari beban mati total struktur, D, yang terletak atau ditugaskan pada level x.
Catatan: umumnya D pada gording relatif ringan (terdiri dari gording dan penutup atap)
sehingga dapat diabaikan (jika dibandingkan dengan beban lainnya). Penutup atap untuk
gording baja canai dingin ditentukan oleh SNI 7971:2013 Pasal 3.3.3.4 dimana sistem atap
dan dinding yang memenuhi:
x. Panel atap atau dinding harus berupa lembaran baja, dengan tebal logam dasar
minimum 0,42 mm, dengan tinggi rusuk minimum 27 mm, berjarak maksimum 200
mm dari pusat-ke-pusat *(Rusuk), dan terpasang sedemikian rupa sehingga dapat
menahan pergerakan relatif antar panel dan sayap gording secara efektif.

Pasal 1.4.4 Sambungan pada tumpuan


Suatu sambungan positif yang menahan suatu gaya horizontal yang bekerja sejajar
dengan komponen struktur harus disediakan pada setiap balok, gelagar, atau rangka batang
baik secara langsung dengan elemen-elemen pendukungnya atau untuk slabyang dirancang
bekerja sebagai diafragma. …
Catatan: berdasarkan beban yang diterima oleh gording, tidak ada gaya horizontal yang
bekerja sejajar dengan komponen struktur (gaya dalam, normal). Gording hanya menerima
beban geser dan lentur.

Pasal 2.2 Simbol


D = beban mati
= beban hidup atap
R = beban hujan
W = beban angin
Pasal 2.3 Kombinasi beban terfaktor yang digunakan dalam metode desain kekuatan
Pasal 2.3.2 Kombinasi Dasar
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 ( atau S atau R)
3. 1.2D + 1.6 ( atau S atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 ( atau S atau R)
5. 1.2D + 1.0E + L + 0.2S
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E
Catatan: beban L dan adalah beban yang berbeda. S (beban salju) tidak berlaku di
Indonesia. E (beban gempa) dapat diabaikan karena berhubungan dengan D yang relatif
ringan. Secara tidak langsung, kombinasi No. 5 dan 7 tidak diperhitungkan karena lebih kecil
dari No. 1.

Pasal 3.1.1 Definisi


Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon*, tangga, dinding partisi tetap, finishing*, klading
gedung dan komponen arsitektural* dan struktural lainnya* serta peralatan layan
terpasang lain* termasuk berat keran.
Catatan: *, jika ada atau sesuai dengan permintaan desain.

Pasal 3.1.2 Berat bahan dan konstruksi


Dalam menentukan beban mati untuk perancangan, harus digunakan berat bahan dan
konstruksi yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak ada informasi yang
jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang disetujui oleh pihak yang
berwenang.
Catatan: dalam tugas Perancangan Konstruksi (PK), pihak yang berwenang adalah asisten.

Pasal 3.1.3 Berat peralatan layan tetap


Dalam menentukan beban mati rencana, harus diperhitungkan berat peralatan layan yang
digunakan dalam bangunan gedung seperti plambing, mekanikal elektrikal, dan alat
pemanas, ventilasi, dan sistem pengondisian udara.
Catatan: umumnya gording tepi dapat dijadikan tumpuan untuk sitem plambing / drainase
atap (gutter / talang).

Pasal 4.1 Istilah dan definisi



Beban hidup atap: Beban pada atap yang diakibatkan (1) pelaksanaan pemeliharaan oleh
pekerja, peralatan, dan material dan (2) selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh
benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi kecil yang tidak berhubungan dengan
penghunian.

Pasal 4.3.1 Beban hidup yang diperlukan
Beban hidup yang digunakan dalam perancangan bangunan gedung dan struktur lain harus
beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan
gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan
dalam Tabel 4-1.

Tabel 4-1 Beban hidup terdistribusi merata minimum dan beban hidup terpusat minimum.
Atap datar, berbubung, dan lengkung, merata 0.96 kN/m2.
Semua permukaan atap dengan beban pekerja pemeliharaan, terpusat 1.33 kN.

Pasal 4.4 Beban hidup terpusat


Lantai, atap, dan permukaan sejenisnya harus dirancang untuk mendukung dengan aman
beban hidup terdistribusi merata yang ditentukan dalam Pasal 4.3 atau beban terpusat,
dalam pound (lb) atau kilonewton (kN) yang tercantum dalam Tabel 4-1, dipilih yang
menghasilkan efek beban terbesar. …
Catatan: efek beban terbesar ditentukan melalui perhitungan gaya dalam.

Pasal 6 Beban angin


… Sebagai hasil dari upaya ini, ketentuan beban angin dari ASCE 7 disajikan dalam Pasal 26
sampai dengan Pasal 31.

Pasal 8 Beban air hujan


R = beban air hujan pada atap yang tidak melendut, dalam lb/ft2 (kN/m2). …
= kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat ke lubang masuk sistem
drainase sekunder apabila sistem drainase primer tertutup (tinggi statis), dalam in. (mm).
= tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas lubang masuk sistem
drainase sekunder pada aliran air rencana (tinggi hidrolik), dalam in. (mm).

Pasal 8.2 Drainase atap


Sistem drainase atap harus dirancang sesuai dengan ketentuan dari lembaga yang
berwenang. …
Catatan: lembaga yang berwenang adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG). Dibutuhkan data curah hujan untuk menghitung debit air hujan yang dihasilkan
permukaan atap, kemudian dihitung kebutuhan ukuran talang / gutter dan pipa vertika /
leader.

Pasal 8.3 Beban hujan rencana


Setiap bagian dari suatu atap harus dirancang mampu menahan beban dari semua air hujan
yang terkumpul apabila sistem drainase primer untuk bagian tersebut tertutup ditambah beban
merata yang disebabkan oleh kenaikan air di atas lubang masuk sistem drainase sekunder
pada aliran rencananya.

Catatan: dan pada atap berbubung pada kenyataan adalah lapisan aliran air yang
mengalir ketika hujan. Karena tidak ada acuan untuk lapisan air, disarankan menggunakan
asumsi masing-masing 10 mm untuk mendekati nilai beban pada peraturan lama (Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, beban air hujan minimal 20 kg/m2).

Pasal 26.1.1 Ruang lingkup


Bangunan gedung dan struktur lain, termasuk Sistem Penahan Beban Angin Utama
(SPBAU) dan seluruh komponen dan klading gedung, harus dirancang dan dilaksanakan
untuk menahan beban angin seperti yang ditetapkan menurut Pasal 26 sampai Pasal 31.
Ketentuan dalam pasal ini mendefinisikan parameter angin dasar untuk digunakan dengan
ketentuan lainnya yang terdapat dalam standar ini.

Pasal 26.1.2 Prosedur yang diizinkan


Beban angin desain untuk bangunan dan struktur lain, termasuk SPBAU serta elemen
komponen dan klading bangunan gedung, harus ditentukan dengan menggunakan salah satu
prosedur seperti disyaratkan dalam pasal ini. Garis besar dari keseluruhan proses untuk
penentuan beban angin, termasuk referensi pasal, diberikan pada Gambar 26.1-1.

Pasal 26.1.2.1 Sistem Penahan Beban-Angin Utama (SPBAU)


Beban angin untuk SPBAU harus ditentukan dengan menggunakan salah satu prosedur
berikut:
1) Prosedur Pengarah untuk bangunan dari semua ketinggian seperti disyaratkan dalam
Pasal 27 untuk bangunan memenuhi persyaratan yang disyaratkan di dalamnya;
2) …

Pasal 27.1.2 Kondisi


Bangunan gedung yang beban angin desainnya ditentukan menurut pasal ini harus memenuhi
semua kondisi berikut:
1. Bangunan gedung atau struktur berbentuk teratur seperti didefinisikan dalam Pasal
26.2.
2. Bangunan gedung tidak memiliki karakteristik respons yang membuatnya mengalami
pembebanan angin dengan arah melintang, peluruhan pusaran angin, ketidakstabilan
akibat derapan atau kibaran yang cepat; atau tidak terletak pada lokasi dimana efek
lorong atau hempasan berulang sebagai akibat adanya halangan di sisi angin datang
yang membutuhkan pertimbangan khusus.

Catatan: agar lebih memahami apa yang dimaksud, sebaiknya dilihat terlebih dahulu ilustrasi
pada Gambar 27.4-1.

Pasal 26.4.1 Perjanjian Tanda


Tekanan positif yang bekerja menuju permukaan dan tekanan negatif yang bekerja menjauhi
permukaan.

Tersediakan Langkah-langkah untuk menentukan beban angin SPBAU untuk Bangunan


Gedung Tertutup, Tertutup Sebagian, dan Terbuka dari Semua Ketinggian pada Tabel 27.2-
1.
Langkah 1: Tentukan kategori risiko bangunan gedung atau struktur lain, lihat Tabel 1.4-1.
Catatan: Tidak ada Tabel 1.4-1, seharusnya Tabel 1.5-1.

Langkah 2: Tentukan kecepatan angin dasar, V, untuk kategori risiko yang sesuai.
Catatan: nilai V tidak tersedia di SNI. Dapat menggunakan HB 212-2002 Design Wind
Speeds for the Asia - Pacific Region (Australian Standard). Untuk katagori resiko I nilai V =
38.3 m/s, katagori resiko II nilai V = 40.9 m/s, katagori resiko III dan IV nilai V = 43.4 m/s.

Langkah 3: Tentukan parameter beban angin:


 Faktor arah angin, , lihat Pasal 26.6 dan Tabel 26.6-1 (untuk tipe struktur bangunan
gedung SPBAU = 0.85)
 Kategori eksposur, lihat Pasal 26.7
Pasal 26.7.2
Kekasaran Permukaan B: Daerah perkotaan dan pinggiran kota, daerah
berhutan, atau daerah lain dengan penghalang berjarak dekat yang banyak memiliki
ukuran dari tempat tinggal keluarga-tunggal atau lebih besar.
Pasal 26.7.3
Eksposur B: … Untuk bangunan dengan tinggi atap rata-rata lebih besar dari 30 ft
(9,1m), Eksposur B berlaku bilamana Kekasaran Permukaan B berada dalam arah
lawan angin untuk jarak lebih besar dari 2.600 ft (792 m) atau 20 kali tinggi
bangunan, pilih yang terbesar.
 Faktor topografi, , lihat Pasal 26.8 dan Tabel 26.8-1
Pasal 26.8.1 Peningkatan kecepatan angin di atas bukit, bukit memanjang, dan tebing
curam
Catatan: dalam tugas PK, umumnya bangunan tidak berada di daerah bukit.
Pasal 26.8.2 Faktor Topografi

Jika kondisi situs dan lokasi gedung dan struktur bangunan lain tidak memenuhi
semua kondisi yang disyaratkan dalam Pasal 26.8.1, = 1.0.
 Faktor efek tiupan angin, G, lihat Pasal 26.9
Pasal 26.9.1 Faktor Efek-Tiupan Angin
Faktor efek-tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang
kaku boleh diambil sebesar 0,85.
Pasal 26.9.2 Penentuan Frekuensi
Untuk menentukan apakah suatu bangunan gedung atau struktur lain adalah
kaku atau fleksibel sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 26.2, frekuensi alami
fundamental, , harus ditetapkan menggunakan sifat struktural dan
karakteristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang dibuktikan secara
benar.
Pasal 26.2 Definisi

bangunan gedung atau struktur lain, kaku: suatu bangunan gedung atau struktur lain
yang frekuensi fundamentalnya lebih besar atau sama dengan 1 hz.

Catatan: dalam tugas PK, saat mendesain gording, struktur pendukung belum
dihitung. Sehingga perlu memenuhi pasal 26.9.2.1 agar dapat melakukan perkiraan
awal.
Pasal 26.9.2.1 Pembatasan untuk Estimasi Frekuensi Alami
Sebagai alternatif untuk melakukan suatu analisis untuk menentukan , frekuensi
alami perkiraan dari bangunan, , boleh dihitung sesuai dengan Pasal 26.9.3 untuk
bangunan baja struktural, beton, atau bangunan dinding bata yang memenuhi
persyaratan berikut:
1. Tinggi bangunan kurang dari atau sama dengan 300 ft (91 m), dan
2. Tinggi bangunan kurang dari 4 kali panjang efektivnya, .


dimana
= tinggi di atas kelas level i
= panjang bangunan gedung di level i sejajar dengan arah angin
Pasal 26.9.3 Frekuensi Alami Perkiraan

Untuk baja struktural bangunan rangka-penahan-momen:

Untuk beton bangunan rangka-penahan-momen:

Catatan: tidak tersedia untuk struktur gabungan beton dan baja, maka dari itu
disarankan untuk memperkirakan bangunan beton terlebih dahulu dan kemudian
struktural baja (secara terpisah). Kedua struktur harus kaku.
 Klasifikasi ketertutupan, lihat Pasal 26.10
Pasal 26.10.1 Umum
Untuk menentukan koefisien tekanan internal, semua bangunan gedung harus
diklasifikasikan sebagai bangunan tertutup, tertutup sebagian, atau terbuka
seperti dijelaskan dalam Pasal 26.2.
 Koefisien tekanan internal, , lihat Pasal 26.11 dan Tabel 26.11-1

Langkah 4: Tentukan koefisien eksposur tekanan velositas, atau , lihat Tabel 27.3-1

Langkah 5: Tentukan tekanan velositas q, atau Persamaan 27.3-1

Langkah 6: Tentukan koefisien tekanan eksternal, atau (Gambar 27.4-1)

Langkah 7: Hitung tekanan angin, p, pada setiap permukaan bangunan gedung (persamaan
27.4-1)
Pasal 27.1.5 Beban angin desain minimum
Beban angin yang digunakan dalam desain SPBAU untuk bangunan gedung tertutup atau
tertutup sebagian tidak boleh kecil dari 16 lb/ft2 (0,77 kN/m2) dikalikan dengan luas dinding
bangunan gedung dan 8 lb/ft2 (0,38 kN/m2) dikalikan dengan luas atap bangunan gedung
yang terproyeksi pada bidang vertikal tegak lurus terhadap arah angin yang diasumsikan.
Beban dinding dan atap harus diterapkan secara simultan. Gaya angin desain untuk bangunan
gedung terbuka harus tidak kurang dari 16 lb/ft2 (0,77 kN/m2) dikalikan dengan luas
(lihat pasal 26.3).

Menentukan kekuatan gording berdasarkan SNI 7971:2013

Pasal 1.1 Ruang lingkup


Standar ini mengatur persyaratan minimum untuk mendesain komponen struktur yang
dibentuk secara canai dingin dari bahan baja karbon atau low-alloy berbentuk lembaran,
setrip, pelat, ataupun batangan dengan ketebalan tidak lebih dari 25 mm, serta digunakan
untuk memikul beban pada bangunan gedung. …
Standar ini tidak berlaku untuk desain struktur terhadap kebakaran dan fraktur getas.

Pasal 1.5.1.1 Baja yang dapat digunakan


Komponen struktur atau baja yang digunakan untuk manufaktur harus memenuhi:
a) AS 1163, AS 1397 (tidak termasuk mutu G550 dengan ketebalan kurang dari 0,9
mm), AS/NZS 1594, AS/NZS 1595 dan AS/NZS 3678, tergantung yang sesuai; dan
b) Baja-baja lain, yang propertinya sesuai dengan Pasal 1.5.1.4. …

Pasal 1.5.1.4 Daktilitas


Baja-baja yang tidak disebutkan dalam Pasal 1.5.1.1 dan digunakan untuk komponen
struktural dan sambungan harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini:
a) Rasio kekuatan tarik terhadap tegangan leleh tidak boleh kurang dari 1,08.
Perpanjangan total tidak boleh kurang dari 10% untuk panjang gauge 50 mm
atau 7% untuk panjang gauge 200 mm pada spesimen standar yang diuji sesuai
dengan AS 1391. …
b) Baja-baja yang sesuai dengan AS 1397, mutu G550, dengan tebal kurang dari 0,9
mm, yang tidak memenuhi poin (a) dapat digunakan dengan ketentuan:
i. tegangan leleh ( ) yang digunakan dalam desain pada Bab 2, 3, dan 4, dan
kekuatan tarik ( ) yang digunakan untuk desain pada Bab 5 diambil sebesar
90% dari nilai-nilai yang tertera atau 495 MPa, diambil yang lebih kecil, dan
untuk baja dengan ketebalan kurang dari 0,6 mm, tegangan leleh ( ) yang
digunakan untuk desain pada Bab 2, 3, dan 4, dan kekuatan tarik ( ) yang
digunakan untuk desain pada Bab 5 diambil sebesar 75% dari nilai yang
tertera atau 410 MPa, diambil yang lebih kecil; atau
ii. …
Pasal 2.1.3.1 Rasio maksimum antara lebar-rata terhadap ketebalan
Rasio maksimum antara lebar-rata terhadap ketebalan (b/t), dimana lebar-rata ditentukan
dengan mengabaikan pengaku antara dan t adalah ketebalan nominal komponen struktur,
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Untuk elemen tekan dengan pengaku yang mempunyai satu tepi longitudinal yang
terhubung dengan pelat badan atau sayap dan elemen lain yang diperkaku oleh:
i. lip sederhana 60.
ii. …
b) …
Catatan: dalam hal ini, gording yang menerima lentur, sayap atas adalah elemen tertekan.
Sayap harus memiliki lip berdasarkan Pasal 3.3.3.4 dimana sistem atap dan dinding yang
memenuhi:
ii. Sayap harus berupa elemen tekan dengan pengaku tepi dengan lip tegak lurus
terhadap sayap dengan pengaku.

Pasal 2.1.3.3 Efek shear lag (biasanya terjadi pada bentang pendek yang memikul beban
terpusat)
Bila bentang balok (l) kurang dari 30 dan balok memikul satu beban terpusat, atau
beberapa beban yang berjarak lebih dari 2 , lebar desain efektif dari setiap sayap, baik
dalam tarik maupun tekan, harus dibatasi dengan nilai yang diberikan dalam Tabel 2.1.3.3.
Untuk sayap balok I dan penampang sejenis yang diperkaku dengan lip pada tepi luarnya,
harus diambil sebagai penjumlahan lebar sayap diukur dari pelat badan dan tinggi lip.
Catatan: beban yang diterima gording berdasarkan SNI 1727:2013 Tabel 4-1, terdapat beban
terpusat. dapat dihitung berdasarkan pasal 2.4.2 dan ilustrasi pada Gambar 2.4.2.

Pasal 2.1.3.4 Rasio maksimum tinggi badan dan ketebalan


Rasio maksimum tinggi badan terhadap ketebalan ( ⁄ ) untuk komponen struktur
lentur tidak boleh melebihi nilai-nilai berikut ini:
a) Untuk pelat badan tanpa pengaku 200.
b) …
dengan
= ketinggian bagian rata pelat badan diukur sepanjang bidang pelat badan
= tebal pelat badan
Catatan: pengaku yang dimaksud adalah pengaku tambahan sesuai dengan Pasal 3.3.8,
bukan lipatan yang dijadikan pengaku elemen seperti pada Gambar 2.5.2.

Pasal 3.3.1 Momen lentur


Momen lentur desain ( ) dari komponen struktur lentur harus memenuhi persyaratan
berikut ini:
a)
b)
dengan
= faktor reduksi kapasitas untuk lentur (lihat Tabel 1.6)
= kapasitas momen penampang nominal yang dihitung sesuai dengan Pasal 3.3.2
= kapasitas momen komponen struktur nominal yang dihitung sesuai dengan Pasal
3.3.3

Pasal 3.3.2.1 Umum


Kapasitas momen nominal penampang ( ) harus dihitung berdasarkan pelelehan awal
pada penampang efektif yang ditentukan dalam Pasal 3.3.2.2 atau berdasarkan kapasitas
cadangan inelastis yang ditentukan dalam Pasal 3.3.2.3.
Catatan: Pasal 3.3.2.3 Berdasarkan kapasitas cadangan inelastis, tidak digunakan karena
memerlukan kondisi tertentu.

Pasal 3.3.2.2 Berdasarkan pelelehan awal


Kapasitas momen nominal penampang ( ) harus ditentukan sebagai berikut:

Dimana adalah modulus penampang efektif yang dihitung pada serat tekan atau tarik
terluar pada tegangan .
Catatan: Perhitungan modulus penampang efektif disarankan menggunakan alat bantu (misal
Ms.Exel) dengan tahapan sebagai berikut:
 Pasal 2.3.2.2 untuk lip dan pasal 2.4.2 untuk sayap (bagian tertekan)
 Bagian tarik tidak ada pengurangan lebar.
 Dengan asumsi badan utuh, dihitung titik berat baru dengan lebar lip dan sayap
efektif.
 Pasal 2.2.3.2 untuk badan (dengan titik berat baru) kemudian titik berat baru dihitung
berdasarkan badan efektif.
 Pasal 2.2.3.2 diulangi terus hingga perhitungan titik berat tidak berubah > 1 mm.

Pasal 3.3.3.1 Umum


Kapasitas momen komponen struktur nominal ( ) harus lebih kecil dari dan nilainya
dihitung sesuai dengan Pasal 3.3.3.2 dan 3.3.3.3. Pasal 3.3.3.4 boleh digunakan untuk
menggantikan Pasal 3.3.3.2 bila sesuai.

Pasal 3.3.3.2 Komponen struktur yang menerima tekuk lateral



Untuk gording dari kanal atau penampang Z dimana sayap tariknya terhubung ke lembaran,
lihat Pasal 3.3.3.4.

Pasal 3.3.3.3 Komponen struktur yang menerima tekuk distorsi


Kapasitas momen komponen struktur nominal ( ) dari penampang yang menerima tekuk
distorsi harus dihitung sebagai berikut:

Kasus-kasus berikut (bila sesuai) harus diperhitungkan:


a) Jika tekuk distorsi melibatkan rotasi sayap dan lip terhadap pertemuan sayap/pelat
badan dari kanal atau penampang Z. adalah modulus penampang utuh kecuali
jika dalam Persamaan D3(2) bernilai negatif maka adalah modulus
penampang efektif yang dihitung pada tegangan ( ) pada serat tekan terluar
menggunakan k = 4,0 untuk sayap tekan pada Persamaan 2.2.1.2(4) dan
mengabaikan Pasal 2.4.1, dimana harus dihitung sebagai berikut {Persamaan
3.3.3.3(2)}:

dengan
= momen kritis
= modulus penampang utuh
Momen kritis ( ) harus dihitung sebagai berikut:
 Untuk maka
 Untuk maka ( )
dengan
= momen yang menimbulkan leleh pertama pada serat tekan terluar
dari penampang utuh
= kelangsingan non-berdimensi yang digunakan untuk menentukan
untuk komponen struktur yang menerima tekuk distorsi

=√
= momen tekuk elastis pada ragam distorsi
=
= tegangan tekuk distorsi elastis. Boleh dihitung menggunakan
persamaan-persamaan yang sesuai pada Lampiran D atau analisis tekuk elastis
yang rasional.
Lampiran D
b) Jika tekuk distorsi melibatkan lentur transversal dari pelat badan vertikal dengan
perpindahan lateral sayap tekan adalah modulus penampang efektif yang dihitung
pada tegangan ( ) pada serat tekan terluar, dimana harus dihitung menggunakan
Persamaan 3.3.3.3(2).
Momen kritis ( ) harus dihitung sebagai berikut:
 Untuk maka
 Untuk maka ( )

 Untuk maka ( )

Pasal 3.3.3.4 Balok yang memiliki satu sayap yang dikencangkan menembus lembaran
Kapasitas momen komponen struktur nominal ( ) dari penampang kanal atau Z yang
dibebani pada bidang yang sejajar pelat badan, dengan sayap tarik terhubung ke lembaran dan
sayap tekannya tidak dibreising lateral, harus dihitung sebagai berikut:

dimana R adalah faktor reduksi.


Faktor reduksi (R) harus dibatasi pada sistem atap dan dinding yang memenuhi:
i. Tinggi komponen struktur harus kurang dari atau sama dengan 300 mm.
ii. Sayap harus berupa elemen tekan dengan pengaku tepi dengan lip tegak lurus
terhadap sayap dengan pengaku.
iii. 75 < tinggi/tebal < 135
iv. 2.3 < tinggi /lebar sayap < 3.2
v. 25 < lebar rata/tebal sayap < 44
vi. …
vii. Panjang bentang komponen struktur tidak boleh lebih dari 10.5 m.
viii. …
ix. …
x. Panel atap atau dinding harus berupa lembaran baja, dengan tebal logam dasar
minimum 0,42 mm, dengan tinggi rusuk minimum 27 mm, berjarak maksimum 200
mm dari pusat-ke-pusat, dan terpasang sedemikian rupa sehingga dapat menahan
pergerakan relatif antar panel dan sayap gording secara efektif.
xi. …
xii. …
xiii. …
xiv. …
xv. …
Faktor reduksi (R) harus diambil sebagai berikut:
a) Beban hisap Untuk gording menerus dengan lewatan yang memiliki tiga bentang
atau lebih menggunakan penampang Z , dan bentang sederhana menggunakan
kanal atau penampang Z dengan ring per, faktor R harus diambil sebagai berikut:
i. Tanpa penghubung 0.75
ii. Satu baris penghubung pada bentang ujung dan interior 0.85
iii. …
iv. Dua baris penghubung pada bentang sederhana 1.
b) …
Catatan: Beban hisap yang dimaksud berdasarkan SNI 1727:2013 Pasal 26.4.1 tekanan
negatif. Penghubung yang dimaksud kemungkinan adalah trekstang / sag rod, karena belum
ditentukan maka disarankan menggunakan 0.75 dulu.

Pasal 3.3.4.1 Kapasitas geser pelat badan tanpa lubang

Pasal 3.3.5 Kombinasi lentur dan geser

Pasal 3.3.6.1 Desain tumpu


Pasal 3.3.6.2 Tumpu tanpa lubang

Pasal 3.3.7 Kombinasi lentur dan tumpu

Anda mungkin juga menyukai