Anda di halaman 1dari 56

TARA CARA PERANCANGAN BANGUNAN

GEDUNG
🞭 SNI 1727 : 2013 : Beban Minimum Untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
🞭 SNI 1726:2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indone
sia_2011/
🞭 SNI 2847:2013 : Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung
🞭 SNI 07-2052-2002 : Baja Tulang beton
🞭 SNI 1729:2015 : Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural
2. STANDAR PERENCANAAN

Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD


(Load Resistance Factor Design) , yaitu konsep ketahanan
struktur terhadap beban terfaktor dengan tinjauan adanya
faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur
yang diproposikan.
Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan
kuat
bila dalam setiap perencanaan kekuatan dipenuhi :

Rn  U
Dimana :
 = faktor reduksi kekuatan
Rn = kuat nominal

U = kuat perlu
FAKTOR REDUKSI (Ø)
SNI 2847:2013 : Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
9.3.2
No. Komponen Struktur (Ø)
1 Penampang Tarik 0,9
2 Penampang Tekan
- Komponen Struktur dengan Tulangan Spiral 0,75
- Komponen Struktur beton bertulang lainnya (non
Tulangan Spiral) 0,65
3 Geser dan Torsi 0,75
4 Tumpuan pada Beton 0,65
5 Daerah angkur pasca tarik 0,85
D = Beban Mati
L = Beban
Hidup
Lr = Beban Hidup
Atap R = Beban
Hujan
GEMPA RENCANA DAN KATAGORI
GEDUNG
🞭 Gempa rencana ditetapkan mempunyai
periode ulang 500 tahun sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10
persen selama umur gedung 50 tahun.
🞭 Pengaruh gempa rencana harus dikalikan
faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI
1726-2012. pasal 4.2)
STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN
TIDAK BERATURAN
🞭 Struktur gedung beraturan harus memenuhi
ketentuan (SNI 1726-2012. pasal 4.3.1),
dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa
ekivalen, sehingga dapat menggunakan
analisis statik ekivalen.
🞭 Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak
memenuhi syarat SNI 1726-2012. pasal
4.3.1) , pengaruh gempa harus
menggunakan pembebanan gempa
dinamis. Sehingga menggunakan analisis
respon dinamis
DAKTILITAS STRUKTUR
BANGUNAN
🞭 Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti.
🞭 Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami
simpangan pasca elastis yang besar secara berulang kali
dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan
terjadinya pertama, sambil mempertahankan kekuatan
pelelehan
yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri, walaupun
sudah berada di ambang keruntuhan.
🞭 Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan
maksimum pada ambang keruntuhan dengan
sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan pertama.
DAKTAIL PENUH
suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya
mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di
ambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor
daktilitas sebesar 5,3.

DAKTAIL PARSIAL
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
PERANCANGAN KAPASITAS

🞭 Struktur gedung yang terjadi harus memenuhi


syarat “ Strong collomn-week beem”artinya
ketika menerima gempa hanya boleh terjadi
sendi plastis di ujung-ujung balok, kaki kolom ,
dan pada kaki dinding geser.
WILAYAH GEMPA DAN
SPEKTRUM RESPONS

Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti


ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah
wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6
dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh
Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-
ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1
dan Tabel 5.
PETA WILAYAH GEMPA
PEMBEBANAN STRUKTUR DAN WAKTU GETAR
ALAMI FUNDAMENTAL
🞭 Beban mati : beban sendiri struktur yang bersifat
tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari
gedung.
🞭 Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat
penghunian , termasuk beban yang tidak
permanen.
🞭 Beban gempa : mencakup semua beban statis
ekivalen yang bekerja pada yang
pengaruh
menirukan gedung akibat
gempa. gerakan tanah
BEBAN GESER STATIS EKIVALEN
TERJAD NOMINAL DI DASA YANG
IDIHITUNG TEKANAN R TANAH
: DAPAT

Dimana: V = Beban gempa horizontal


C = Koefisien gempa
I = Faktor keutamaan gedung
Wt = Berat total bangunan
R = Faktor reduksi
Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen
Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :

Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai ke-i


Wi = Berat lantai ke- i
hi = Tinggi lantai ke-i
V = Beban geser dasar akibat beban gempa Rencana
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam
arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus
dianggap sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat
massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan
sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal
statik ekuivalen menurut Pasal 6.1.3.
Waktu getar alami fundamental
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :

di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam
Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan
dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810
mm/det2.
Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai
waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah
gempa dan jenis struktur dengan rumus :

T1 <
ζ
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk
penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan dengan
rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang
dihitung menurut Pasal 6.2.1.
Tabel koefisien waktu getar alami
TINJAUANJENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2012) JENIS
STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM :
1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur yang
tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap,
dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban
grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing
2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang
pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap.
Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing.
3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system),
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban
grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen
terutama melalui mekanisme lentur.
4. Sistem ganda ( Dual system ),
 Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi
 Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka
pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban
lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.
 Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh
beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul
momen denganm dinding geser.
5. Sistem struktur gedung kolom kantilever
sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever
untuk memikul beban lateral
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka
7. Sub sistem tunggal
sub sistem struktur bidang yang akan membentuk
struktur
gedung secara keseluruhan.
TABEL 1 FAKTOR KEUTAMAAN I UNTUK BERBAGAI KATEGORI GEDUNG DAN
BANGUNAN
STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN

Perhitungan respons dinamik


Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis
ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana
menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana
I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor
reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal
ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam
menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam
menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung : adalah suatu
titik pada lantai tingkat itu yang bila suatu beban horisontal
bekerja padanya, lantai tingkat tersebut tidak berotasi, tetapi
hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat lainnya yang
tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan
bertranslasi.
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus
ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran
horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu,
diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan
dengan b,maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai
berikut :
- untuk 0 < e < 0,3 b :

ed = 1,5 e
+ 0,05 b
Atau
ed =e -
0,05 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau;
- untuk e > 0,3 b :
ed = 1,33 e + 0,1 b
Atau
ed = 1,17 e - 0,1 b

dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan


untuk
unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh
Gempa Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat
rotasi lantai tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis
statik, maupun dalam analisis dinamik 3 dimensi.
Tabel koefisien waktu getar alami

Wilayah Gempa ζ

1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15

Pengaruh P-Delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah
lebih dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta,
yaitu suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana
simpangan
ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban
lateral tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi
Arah pembebanan gempa
5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa
Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar
terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.

Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang


terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang
ditentukan menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus
dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah
tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya
30%.
Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang
sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan
gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1 harus
dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan
pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada
arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

Perencanaan struktur gedung beraturan


Beban gempa nominal statik ekuivalen
Strukturgedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan
gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-
masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa
nominal statik ekuivalen, yang ditetapkan lebih lanjut dalam pasal-pasal
berikut.
Perencanaan struktur gedung tidak beraturan
Ketentuan untuk analisis respons dinamik
Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan
gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh
diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons
dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka
persyaratan
tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :

V> 0,8 V1

di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang
pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa
nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis
ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa
Rencana menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R,
di mana I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah
faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan.
Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons
ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi
massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-
kurangnya 90%.
Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk
struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar
alami yang berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal
dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau
CQC). Waktu getar alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih
nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam
tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Akar Jumlah
Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).
Kinerja Struktur Gedung
Kinerja Batas Layan
1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-
tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya
pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk
mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
Simpangan antar- tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur
gedung tersebut akibat pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor
Skala.

2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung,


dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.1.1 tidak boleh
melampaui kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30
Kinerja batas ultimit
1. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan
dan simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh
Gempa Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan,
yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur
gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk
mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian
struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi).
Sesuai Pasal 4.3.3 simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus
dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa
nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ sebagai berikut :
- Untuk Struktur gedung beraturan :

- Untuk Struktur tidak gedung beraturan


:

di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor
Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung,
dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan
struktur gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali
tinggi tingkat yang bersangkutan.
Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang dimungkinkan
karena tidak mengikuti konsep desain kapasitas
RANGKUMA
NERATURAN PEMBEBANAN
P
INDONESIA UNTUK GEDUNG - 1983

• POMBINASI
PEMBEBANAN: :M+
• Pembebanan Tetap H :M+H+
• Pembebanan Sementara A
• :M+H+G
• Pembebanan Khusus :M+H+G
• :M+H+A+K
• :M+H+G+K
Dimana:
🞭 M = Beban Mati, DL (Dead Load)

🞭 H = Beban Hidup, LL (Live Load)

🞭 A = Beban Angin, WL (Wind


Load)
🞭 G = Beban Hidup, E
(Earthquake)
🞭 K = Beban Khusus
Beban Khusus, beban akibat selisih suhu, pengangkatan
dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari
keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.
PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTURAL GEDUNG
DIRENCANAKAN DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN TERSEBUT
PERLU DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN

Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi,


perhitungan Daya Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan
(lihat tabel).
Pembebanan Pembebanan
Jenis Tanah
Pondasi Tetap Sementara
DDT izin kenaikan DDT
izin
(kg/cm2) (%)

Keras ≥ 5,0 50
Sedang 2,0 – 5,0 30
Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Amat Lunak 0,0 - 0,5 1 kg/cm2 = 98,0665
* Catatan 0 kPa (kN/m2)

Faktor keamanan (SF ≥ 1,5) tinjauan terhadap guling, gelincir dll.


BEBAN MATI, BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN KOMPONEN
GEDUNG
BAHAN BANGUNAN

Baja 7.850 kg/m3


Batu Alam 2.600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3
Batu pecah 1.450 kg/m3
Besi tuang 7.250 kg/m3
Beton (1) 2.200 kg/m3
Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3
Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1.650 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3
Pasangan batu karang 1.450 kg/m3
Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3
Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3
Tanah hitam 11.400 kg/m3
KOMPONEN GEDUNG
ADUKAN, PER CM TEBAL
-: dari semen 21 kg/m2
- dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal 14 kg/m2
Dinding Pas. Bata merah :
450 kg/m2
- satu batu
- setengah batu 250 kg/m2
Dinding pasangan batako :
Berlubang :
200 kg/m2
- tebal dinding 20 cm (HB 20)
- tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2
Tanpa lubang
300 kg/m2
- tebal dinding 15 cm
- tebal dinding 10 cm 200 kg/m2
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, 200 kg/m2
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),
terdiri dari :
-semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), kg/m2
dengan tebal maksimum 4 mm
11
- kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit- 40 kg/m2
langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban 7 kg/m2
hidup maksimum 200 kg/m2
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum
5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m
50 kg/m2
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2
bidang atap
40 kg/m2
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2
bidang atap
10 kg/m2
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, 24 kg/m2
tanpa adukan, per cm tebal 11 kg/m2
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)

Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia
BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG
SESUAI DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN
BERAT DARI LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI

Beban Hidup Pada Lantai Bangunan

a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2

b. Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang 150 kg/m2


tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.

c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, 250 kg/m2


restoran,hotel, asrama dan rumah sakit.

d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2

e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2


f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain 400 kg/m2
dari
pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran,
ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton 500 kg/m2
yang berdiri.
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/m2
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan 500 kg/m2
g.

j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2
k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko 400 kg/m2
buku,
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap
beban hidup yang ditentukan tersendiri, denganminimum
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap 300 kg/m2
beban
hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum

* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2


BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH
ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG DATAR.

ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI
OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:

Beban terbagi rata air hujan


 Wah = 40 - 0,8 α
dengan,
α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat
diabaikan). Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20
kg/m2)
 Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam
kebakaran
dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.

Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding
atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya
beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL
(BEBAN HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN),DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR
REDUKSI.
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUP
Koefisien Reduksi beban Hidup
Penggunaan Gedung
Peninjauan Peninjauan Beban
Beban Gravitasi Gempa
PERUMAHAN/HUNIAN
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30
PENDIDIKAN
Sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
PERTEMUAN UMUM
Masjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50
PERKANTORAN
Kantor, bank 0,60 0,30
PERDAGANGAN
Toko, toserba, pasar 0,80 0,80
PENYIMPANAN
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80
INDUSTRI
Pabrik, bengkel 1,0 0,90
TEMPAT KENDARAAN
Garasi, gedung parkir 0,90 0,50
GANG DAN TANGGA
- perumahan/hunian 0,75 0,30
- pendidikan, kantor 0,75 0,50
- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat 0,90 0,50
kendaraan
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL
STRUKTUR (KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN
FAKTOR REDUKSI. KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI
GUDANG, RUANG ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS;
LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT
TETAP,
SEPERTI ALAT DAN MESIN.

PADA PERENCANAAN PONDASI, BEBAN HIDUP PADA LANTAI YANG MENUMPU DI


ATAS TANAH HARUS TURUT DITINJAU, DIAMBIL PENUH TANPA DIKALIKAN
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUPKUMULATIF
KOEFISIEN REDUKSI.
Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi yang dikalikan
(n) kepada beban hidup kumulatif
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
n≥8 0,4
BEBAN ANGIN, MENGANGGAP ADANYA TEKANAN
POSITIF (PRESSURE) DAN TEKANAN
NEGATIF/ISAPAN(SUCTION) BEKERJA TEGAK LURUS
BIDANG
Tekanan Tiup:YANG DITINJAU.
● daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.
● di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40
kg/m2
atau diambil dari rumus pendekatan

dengan,
V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi
terkait)

Anda mungkin juga menyukai