GEDUNG
🞭 SNI 1727 : 2013 : Beban Minimum Untuk
Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
🞭 SNI 1726:2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indone
sia_2011/
🞭 SNI 2847:2013 : Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung
🞭 SNI 07-2052-2002 : Baja Tulang beton
🞭 SNI 1729:2015 : Spesifikasi untuk bangunan
gedung baja struktural
2. STANDAR PERENCANAAN
Rn U
Dimana :
= faktor reduksi kekuatan
Rn = kuat nominal
U = kuat perlu
FAKTOR REDUKSI (Ø)
SNI 2847:2013 : Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
9.3.2
No. Komponen Struktur (Ø)
1 Penampang Tarik 0,9
2 Penampang Tekan
- Komponen Struktur dengan Tulangan Spiral 0,75
- Komponen Struktur beton bertulang lainnya (non
Tulangan Spiral) 0,65
3 Geser dan Torsi 0,75
4 Tumpuan pada Beton 0,65
5 Daerah angkur pasca tarik 0,85
D = Beban Mati
L = Beban
Hidup
Lr = Beban Hidup
Atap R = Beban
Hujan
GEMPA RENCANA DAN KATAGORI
GEDUNG
🞭 Gempa rencana ditetapkan mempunyai
periode ulang 500 tahun sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10
persen selama umur gedung 50 tahun.
🞭 Pengaruh gempa rencana harus dikalikan
faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI
1726-2012. pasal 4.2)
STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN
TIDAK BERATURAN
🞭 Struktur gedung beraturan harus memenuhi
ketentuan (SNI 1726-2012. pasal 4.3.1),
dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa
ekivalen, sehingga dapat menggunakan
analisis statik ekivalen.
🞭 Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak
memenuhi syarat SNI 1726-2012. pasal
4.3.1) , pengaruh gempa harus
menggunakan pembebanan gempa
dinamis. Sehingga menggunakan analisis
respon dinamis
DAKTILITAS STRUKTUR
BANGUNAN
🞭 Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti.
🞭 Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami
simpangan pasca elastis yang besar secara berulang kali
dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan
terjadinya pertama, sambil mempertahankan kekuatan
pelelehan
yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri, walaupun
sudah berada di ambang keruntuhan.
🞭 Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan
maksimum pada ambang keruntuhan dengan
sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan pertama.
DAKTAIL PENUH
suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya
mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di
ambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor
daktilitas sebesar 5,3.
DAKTAIL PARSIAL
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
PERANCANGAN KAPASITAS
di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam
Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan
dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810
mm/det2.
Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai
waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah
gempa dan jenis struktur dengan rumus :
T1 <
ζ
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk
penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan dengan
rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang
dihitung menurut Pasal 6.2.1.
Tabel koefisien waktu getar alami
TINJAUANJENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2012) JENIS
STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM :
1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur yang
tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap,
dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban
grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing
2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang
pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap.
Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing.
3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system),
Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban
grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen
terutama melalui mekanisme lentur.
4. Sistem ganda ( Dual system ),
Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi
Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka
pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban
lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.
Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh
beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul
momen denganm dinding geser.
5. Sistem struktur gedung kolom kantilever
sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever
untuk memikul beban lateral
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka
7. Sub sistem tunggal
sub sistem struktur bidang yang akan membentuk
struktur
gedung secara keseluruhan.
TABEL 1 FAKTOR KEUTAMAAN I UNTUK BERBAGAI KATEGORI GEDUNG DAN
BANGUNAN
STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN
ed = 1,5 e
+ 0,05 b
Atau
ed =e -
0,05 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau;
- untuk e > 0,3 b :
ed = 1,33 e + 0,1 b
Atau
ed = 1,17 e - 0,1 b
Wilayah Gempa ζ
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
Pengaruh P-Delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah
lebih dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta,
yaitu suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana
simpangan
ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban
lateral tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi
Arah pembebanan gempa
5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa
Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar
terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
V> 0,8 V1
di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang
pertama terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa
nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis
ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa
Rencana menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R,
di mana I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah
faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan.
Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons
ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi
massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-
kurangnya 90%.
Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk
struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar
alami yang berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal
dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau
CQC). Waktu getar alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih
nilainya kurang dari 15%. Untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam
tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Akar Jumlah
Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).
Kinerja Struktur Gedung
Kinerja Batas Layan
1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-
tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya
pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk
mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
Simpangan antar- tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur
gedung tersebut akibat pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor
Skala.
di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor
Skala
adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung,
dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan
struktur gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali
tinggi tingkat yang bersangkutan.
Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang dimungkinkan
karena tidak mengikuti konsep desain kapasitas
RANGKUMA
NERATURAN PEMBEBANAN
P
INDONESIA UNTUK GEDUNG - 1983
• POMBINASI
PEMBEBANAN: :M+
• Pembebanan Tetap H :M+H+
• Pembebanan Sementara A
• :M+H+G
• Pembebanan Khusus :M+H+G
• :M+H+A+K
• :M+H+G+K
Dimana:
🞭 M = Beban Mati, DL (Dead Load)
Keras ≥ 5,0 50
Sedang 2,0 – 5,0 30
Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Amat Lunak 0,0 - 0,5 1 kg/cm2 = 98,0665
* Catatan 0 kPa (kN/m2)
Catatan :
(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi
(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.
(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia
BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG
SESUAI DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN
BERAT DARI LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2
k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko 400 kg/m2
buku,
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap
beban hidup yang ditentukan tersendiri, denganminimum
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap 300 kg/m2
beban
hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI
OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding
atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya
beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL
(BEBAN HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN),DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR
REDUKSI.
KOEFISIENREDUKSIBEBANHIDUP
Koefisien Reduksi beban Hidup
Penggunaan Gedung
Peninjauan Peninjauan Beban
Beban Gravitasi Gempa
PERUMAHAN/HUNIAN
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30
PENDIDIKAN
Sekolah, ruang kuliah 0,90 0,50
PERTEMUAN UMUM
Masjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50
PERKANTORAN
Kantor, bank 0,60 0,30
PERDAGANGAN
Toko, toserba, pasar 0,80 0,80
PENYIMPANAN
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80
INDUSTRI
Pabrik, bengkel 1,0 0,90
TEMPAT KENDARAAN
Garasi, gedung parkir 0,90 0,50
GANG DAN TANGGA
- perumahan/hunian 0,75 0,30
- pendidikan, kantor 0,75 0,50
- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat 0,90 0,50
kendaraan
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL
STRUKTUR (KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN
FAKTOR REDUKSI. KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI
GUDANG, RUANG ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS;
LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT
TETAP,
SEPERTI ALAT DAN MESIN.
dengan,
V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi
terkait)